Professional Documents
Culture Documents
Biofertilzer Application)
Biofertilzer Application)
(Growth and Yield Two Soybean Varieties (Glycine max L.) with
Biofertilzer Application)
ABSTRACT
Soybean is a much needed agricultural commodity in Indonesia. Soybean production in
South Kalimantan in 2012 is 3,860 tons of dry weihgt (tDW), in 2013 4,072 tBK, in 2014 8,946
tDW, in 2015 10,537 tDW. Varieties play an important role in soybean production, because to
achieve high yields are highly determined by genetic potential. Potential results in the field are
influenced by the interaction between genetic factors with the management of climatic and soil
environmental conditions. In podsolic soils and soils containing a lot of quartz sand, soybean
growth is poor, unless the soil is given additional organic fertilizer. Bioertilizer is a fertilizer whose
main content is living organisms (microorganisms) that are beneficial for plant growth. This study
aims to (i) know the growth and yield of two soybean varieties with the provision of biological
fertilizers (ii) to obtain the best soybean varieties with the provision of biofertilizer. The research
was conducted in March - May 2017 at BPTP Experimental Plant of South Kalimantan Muara
Rintis Village, District of Batang Alai Utara Regency of Hulu Sungai Tengah. The treatments were
two varieties of soybean namely the national superior varieties (Anjosmoro) and local varieties
given biological fertilizer. The result of research shows that all observation variables significantly
affect with the best soybean varieties are Anjosmoro Varieties.
air, dan memiliki pH 6 – 6,8. Pada pH 5,5 meningkatkan hasil rata-rata 13-50%. Pada
kedelai masih dapat berproduksi, meskipun jenis-jenis mikroba yang non-simbiotik
tidak sebaik pada pH 6 – 6,8. Pada pH < 5,5 umumnya mengeluarkan senyawa aktif
pertumbuhannya sangat terhambat karena tertentu (enzim) yang mampu meluruhkan
keracunan alumanium (Najiyati dan Danarti, unsur yang terikat dengan tanah sehingga
1993). Tanah-tanah yang cocok untuk dapat diserap oleh tanaman (Suwahyono,
pertumbuhan kedelai, yaitu alluvial, regosol, 2011).
grumosol, latosol, dan andosol. Pada tanah Menurut Soverda dan Hermawati
podsolik dan tanah yang mengandung banyak (2009), tanaman kedelai yang diberi
pasir kwarsa pertumbuhan kedelai kurang pemberian berbagai konsentrasi pupuk hayati
baik, kecuali jika tanah diberi tambahan Golden Harvest 2.5 ml memberikan pengaruh
pupuk organik (Cahyadi, 2012). terbaik pada variabel tinggi tanaman, bobot
Tanah podsolik adalah tanah yang kering pupus tanaman, bobot 100 biji akan
terbentuk di daerah yang memiliki curah tetapi tidak pada variabel hasil dan pemberian
hujan tinggi dan suhu udara rendah. Di Golden Harvest pada konsentrasi 7.5 ml
Indonesia jenis tanah ini terdapat di daerah memberikan rata – rata pertumbuhan tinggi
pegunungan. Umumnya, tanah ini berada di tanaman, bobot kering tanaman, bobot
daerah yang memiliki iklim basah dengan kering akar, umur berbunga, bobot 100 biji
curah hujan lebih dari 2500 mm per tahun. dan hasil yang lebih baik.
Tanah podsolik memiliki karakteristik Penelitian ini bertujuan untuk
kesuburan sedang, bercirikan warna merah mengetahui pertumbuhan dan hasil dua
atau kuning, memiliki tekstur yang lempung varietas kedelai dengan pemberian pupuk
atau berpasir, memiliki pH rendah, serta hayati dan mendapatkan varietas kedelei
memiliki kandungan unsur aluminum dan terbaik yang diberikan pupuk hayati.
besi yang tinggi. Jika dilihat dari ciri dan
karakteristik tanah ini, dapat disimpulkan METODE PENELITIAN
bahwa tanah podsolik merupakan tanah yang Penelitian ini dilaksanakan di Kebun
tergolong tidak subur baik itu secara fisik BPTP Kalsel Desa Muara Rintis Kecamatan
maupun kimianya. Untuk dapat melakukan Batang Alai Utara Kabupaten Hulu Sungai
kegiatan bercocok tanam pada tanah ini ada Tengah pada bulan Maret - Mei 2017. Bahan
hal-hal yang harus dilakukan yaitu dengan
yang digunakan benih kedelei Varietas
cara menggunakan pupuk organik (Torus, Anjasmoro dan varietas lokal, lahan, pupuk
2012).
hayati bioboost, pupuk kandang kotoran sapi,
Salah satu pupuk yang dapat air, tali raffia dan pestisida. Alat yang dipakai
digunakan adalah pupuk hayati. Pupuk hayati parang, cangkul, tugal, timbangan analitik,
atau sering disebutkan biofertilizer yaitu gelas ukur, jangka sorong, meteran, gembor,
pupuk yang dibuat dari mikroba yang handsprayer, alat tulis dan kamera.
mempunyai kemampuan untuk menyediakan Penelitian ini merupakan percobaan
unsur hara bagi tanaman, misalnya kebutuhan yang dilaksanakan di lapangan dengan
nitrogen, fosfat, Mg, Zn dan Cu. Mikroba
menggunakan Rancangan Acak Kelompok
penambat nitrogen Rhizobium sp. Hidup (RAK) faktor tunggal. Faktor yang diuji
bekerja sama dangan tanaman dengan adalah dua varietas kacang kedelai(V), yaitu
melibatkan aktivitas biokimia yang kompleks v1 = kedelei Varietas Anjasmoro dan V2 =
sehingga mampu menambah nitrogen dari kedelai Varietas Lokal. Setiap perlakuan
udara. Nitrogen yang diperoleh digunakan
diulang sebanyak 16 kali, sehingga
oleh tanaman untuk pertumbuhan. Penerapan didapatkan 32 satuan percobaan. Dimana
pupuk hayati Rhizobium pada budidaya
setiap percobaan terdiri dari 4 tanaman
tanaman kacang-kacangan dapat sampel yang diamati, sehingga jumlah
259
ZIRAA’AH, Volume 42 Nomor 3, Oktober 2017 Halaman 257-266 e-ISSN 2355-3545
Tabel 1. Hasil uji beda rata-rata tinggi tanaman kedelai umur 14, 21 dan 28 HST.
Rata-rata tinggi tanaman (cm)
Perlakuan
14 HST 21 HST 28 HST
v1 19.5625a 26.375a 36,2813a
v2 13.6875b 20.5b 28,9844b
Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT
pada taraf uji 5%.
40
36.28
35
Tinggi Tanaman (cm)
30 28.98
26.37
25
20.5
20 19.56
14 HST
15 13.68
10 21 HST
5 28 HST
0
v1 v2
Perlakuan
Gambar 1. Histogram perlakuan dengan tinggi tanaman kedelai umur 14, 21 dan 28 HST
260
ZIRAA’AH, Volume 42 Nomor 3, Oktober 2017 Halaman 257-266 e-ISSN 2355-3545
Pada histogram di atas dapat dilihat kedelai umur 14, 21 dan 28 HST maka
bahwa perlakuan v1 mempunyai tinggi perlakuan varietas kedelai berpengaruh nyata
tanaman yang lebih tinggi dibandingkan terhadap peubah pengamatan jumlah daun
perlakuan v2 untuk peubah tinggi tanaman tanaman kedelai umur 14, 21 dan 28 HST.
umur 14, 21 dan 28 HST. Hasil uji beda rata-rata jumlah daun tanaman
kedelai umur 14, 21 dan 28 HST disajikan
Jumlah Daun
pada Tabel 2 berikut ini.
Berdasarkan data pengamatan dan
hasil analisis ragam jumlah daun tanaman
Tabel 2. Hasil uji beda rata-rata jumlah daun tanaman kedelai umur 14, 21 dan 28 HST
Dari tabel di atas dapat kita lihat dengan jumlah daun tanaman sebanyak 10,56
bahwa jumlah daun tanaman kedelai pada helai sedangkan perlakuan v2 rata-rata jumlah
umur 14, 21 dan 28 HST perlakuan varietas daun tanamannya adalah 9,56 helai. Begitu
kedelai v1 (Anjasmoro) dan v2 (lokal) pula pada umur 28 HST perlakuan varietas
berbeda nyata, pada umur 14 HST perlakuan kedelai v1 dan v2 berbeda nyata. perlakuan v1
varietas kedelai v1 berbeda nyata dengan v2, juga merupakan perlakuan terbaik dengan
perlakuan v1 merupakan perlakuan terbaik jumlah daun tanaman sebanyak 18,51 helai
dengan jumlah daun tanaman mencapai 6,23 sedangkan perlakuan v2 rata-rata jumlah daun
helai sedangkan perlakuan v2 dengan jumlah tanamannya adalah 15,48 helai. Untuk
4,73 helai. Dan pada umur 21 HST perlakuan melihat perbedaan tersebut dapat dilihat pada
varietas kedelai v1 berbeda nyata dengan v2, Gambar 2.
perlakuan v1 merupakan perlakuan terbaik
20 18.51
18
16 15.48
14
Jumlah Daun
12
10.56
10 9.56
8 14 HST
6 6.23
21 HST
4 4.73
2 28 HST
0
v1 v2
Perlakuan
Gambar 2. Histogram perlakuan dengan jumlah daun tanaman kedelai umur 14, 21 dan 28 HST.
261
ZIRAA’AH, Volume 42 Nomor 3, Oktober 2017 Halaman 257-266 e-ISSN 2355-3545
Pada histogram di atas dapat dilihat bahwa kedelai umur 14, 21 dan 28 HST maka
perlakuan v1 mempunyai jumlah daun yang perlakuan varietas kedelai berpengaruh nyata
lebih banyak dibandingkan perlakuan v2 terhadap peubah pengamatan diameter
untuk peubah jumlah daun tanaman umur 14, batang tanaman kedelai umur 14, 21 dan 28
21 dan HST. HST. Hasil uji beda rata-rata diameter batang
tanaman kedelai umur 14, 21 dan 28 HST
Diameter Batang
disajikan pada Tabel 3 berikut ini.
Berdasarkan data pengamatan dan
hasil analisis ragam diameter batang tanaman
Tabel 3. Hasil uji beda rata-rata diameter batang tanaman kedelai umur 14, 21 dan 28 HST
Rata-rata diameter batang (cm)
Perlakuan
14 HST 21 HST 28 HST
v1 0.261375a 0,288a 0.3340625a
v2 0.233b 0,2478b 0.2876562b
Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT pada
taraf uji 5%.
Dari tabel 3 di atas dapat kita lihat v2, perlakuan v1 merupakan perlakuan terbaik
bahwa diameter batang tanaman pada umur dengan diameter batang 0,288 cm sedangkan
14, 21 dan 28 HST perlakuan varietas kedelai perlakuan v2 diameter batang mencapai
v1 (Anjasmoro) dan v2 (lokal) berbeda nyata, 0,2478 cm. Begitu pula pada umur 28 HST
pada umur 14, 21 dan 28 HST perlakuan perlakuan varietas anjasmoro v1 berbeda
varietas kedelai v1 berbeda nyata dengan v2, nyata dengan v2, perlakuan v1 juga
perlakuan v1 merupakan perlakuan terbaik merupakan perlakuan terbaik dengan
dengan diameter batang mencapai 0,2613 cm diameter batang 0,3340 cm sedangkan
yang berbeda nyata dengan perlakuan v2 perlakuan v2 rata-rata diameter batangnya
yaitu 0,233 cm. Pada umur 21 HST perlakuan adalah 0,2876 cm. Untuk lebih jelasnya dapat
varietas kedelai v1 juga berbeda nyata dengan dilihat pada Gambar 3
0.35
Diameter Batang
0.33
0.3 0.28
0.28
0.25 0.26 0.24
0.23
0.2
0.15 14 HST
0.1 21 HST
0.05 28 HST
0
v1 v2
Perlakuan
Gambar 3. Histogram perlakuan dengan diameter batang tanaman kedelai umur 14, 21 dan 28
HST.
262
ZIRAA’AH, Volume 42 Nomor 3, Oktober 2017 Halaman 257-266 e-ISSN 2355-3545
Dari tabel di atas dapat kita lihat merupakan perlakuan terbaik dengan jumlah
bahwa jumlah polong tanaman pada polong mencapai 36.01 yang berbeda nyata
perlakuan varietas kedelai v1 (Anjasmoro) dengan perlakuan v1 yaitu 33,67. Untuk lebih
dan v2 (lokal) berbeda nyata, perlakuan v2 jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.
37
36.67
36
Jumlah Polong
35
34
33 33.1
32 Jumlah Polong
31
v1 v2
Perlakuan
Dari tabel 5 di atas dapat kita lihat perlakuan terbaik dengan berat biji mencapai
bahwa berat biji tanaman pada perlakuan 3,19 g yang berbeda nyata dengan perlakuan
varietas kedelai v1 (Anjasmoro) dan v2 (lokal) v1 yaitu 2,47 g. Untuk lebih jelasnya dapat
berbeda nyata, perlakuan v2 merupakan dilihat pada Gambar 5.
3.5
3.19
3
2.5 2.47
Berat biji
2
1.5
1 Berat Biji Pertanaman
0.5
0
v1 v2
Perlakuan
Berdasarkan histogram di atas dapat dengan varietas lokal (v2). Dalam hal ini
dilihat bahwa perlakuan v1 mempunyai nilai faktor genetik menyebabkan perbedaan yang
rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan beragam seperti penampilan fenotip tanaman
perlakuan v2 untuk berat biji tanaman dengan menampilkan ciri dan sifat khusus
kedelai. yang berbeda antara satu sama lain. Hal ini
Berdasarkan hasil pengamatan sesuai dengan pernyataan Gabesius et. al.,
analisis ragam bahwa perlakuan varietas (2012), yang menyatakan bahwa perbedaan
anjasmoro (v1) dengan varietas lokal (v2) susunan genetik merupakan salah satu faktor
berbeda terhadap pertumbuhan tinggi penyebab keragaman penampilan tanaman.
tanaman umur 14, 21 dan 28 HST, juga Susunan genetik dapat berbeda di antara biji
terhadap jumlah daun umur 14, 21, 28 HST yang berasal dari tanaman yang berbeda,
dan deamiter batang umur 14, 21 dan 28 bahkan dari tanaman yang sama. Hal ini
HST, jumlah polong dan berat biji membuktikan bahwa varietas anjasmoro
pertanaman. Tabel 3, 4 dan 5 menunjukkan unggul dalam pertumbuhan dibandingkan
bahwa dari dua varietas kedelai yang dengan varietas lokal.
dicobakan, varietas Anjasmoro (v1) lebih Meningkatnya pertumbuhan tanaman
baik pertumbuhannya jika dibandingkan kedelai pada varietas anjasmoro (v1) diduga
264
ZIRAA’AH, Volume 42 Nomor 3, Oktober 2017 Halaman 257-266 e-ISSN 2355-3545