Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Andrian Susanto/ JIAP Vol. 2 No.

2 (2016) 112-119

JIAP Vol. 2, No. 2, pp 112-119, 2016


© 2016 FIA UB. All right reserved
ISSN 2302-2698
e-ISSN 2503-2887
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP)
U R L : h t t p : / / e j o u r n a l f i a . u b . a c . i d / i n d e x. p h p / j i a p

Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Pemberdayaan Masyarakat


(Studi pada Balai Taman Nasional Gunung Merapi Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta)

Andrian Susanto a*1


a
Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru, Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, Indonesia

I N F O R M A S I A R T IK E L ABSTRACT
Article history: Referring to the vision of the Ministry of Forestry, vision NPMM Office is
Dikirim tanggal: 01 Februari 2016 Becoming National Park Yang Settled in Managing Human Volcano Dynamic
Revisi pertama tanggal: 12 Februari 2016 Based Participation of Parties, in which the management of NPMM takes the role
Diterima tanggal: 31 Mei 2016 of the participation of the parties, especially communities in creating plans that are
Tersedia online tanggal 18 September 2016
participatory and collaborative, one size for assess the success of the performance
can be seen from how NPMM Office planned community development programs in
Keywords: planning, npmm, community
the villages around NPMM. The focus of this study is to determine how NPMM
development
management planning related to community development activities. Results of this
study concluded that the planning of community-based management of NPMM is
not likely to procedural but substantive aspects already accommodated, already
apply the principle of sustainable development. In the planning of community
development activities have also been pursued in a participatory and collaborative,
though still within the framework of fulfilling the social responsibility of the
organization or the policy direction of the Ministry of Environment and Forestry.

INTISARI
Mengacu dari visi Kementerian Kehutanan, visi BTNGM adalah Menjadi Taman
Nasional Yang Mantap Dalam Mengelola Ekosistem Volcano Yang Dinamis
Berbasis Partisipasi Para Pihak, dimana dalam pengelolaan TNGM dibutuhkan
peran partisipasi para pihak terutama masyarakat dalam menciptakan perencanaan
yang bersifat partisipatif serta kolaboratif, maka salah satu ukuran untuk menilai
keberhasilan kinerjanya dapat dilihat dari bagaimana BTNGM merencanakan
program pemberdayaan masyarakat di desa sekitar TNGM. Fokus penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana perencanaan pengelolaan TNGM terkait
kegiatan pemberdayaan masyarakat. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa
perencanaan pengelolaan TNGM berbasis pemberdayaan masyarakat sudah tidak
cenderung prosedural saja tetapi aspek substantif sudah diakomodasi, sudah
menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan. Selain itu, dalam perencanaan
kegiatan pemberdayaan masyarakat juga telah diupayakan secara partisipatif dan
kolaboratif, walaupun masih dalam kerangka memenuhi tanggung jawab sosial
organisasi atau arahan kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

2016 FIA UB. All rights reserved.

*
Corresponding author. Tel.: +62-812-1532-5576; e-mail: andrians1985@gmail.com

112
Andrian Susanto/ JIAP Vol. 2 No. 2 (2016) 112-119

pengelolaan TN Gunung Merapi berbasis pemberdayaan


1. Pendahuluan masyarakat; dan 2) Mendeskripsikan dan menganalisis
Taman Nasional Gunung Merapi merupakan peran dan interaksi stakeholders dalam proses
kawasan konservasi yang memiliki beragam jenis flora perencanaan pengelolaan TN Gunung Merapi berbasis
dan fauna serta segala keunikannya merupakan salah satu pemberdayaan masyarakat.
kekayaan alam yang dapat dijadikan andalan dalam 2. Teori
menjamin kelangsungan hidup manusia pada umumnya
dan masyarakat sekitar TN Gunung Merapi pada Pembangunan Berkelanjutan
khususnya. Keberadaan masyarakat merupakan bagian Konsep sustainable development (pembangunan
yang tidak terpisahkan dari kawasan konservasi. berkelanjutan) awalnya muncul diperkenalkan oleh The
Kebutuhan akan kawasan konservasi seringkali menjadi World Commission on Environment and Development.
perdebatan, dimana keberadaan mereka diartikan sebagai Komisi tersebut memaknai pembangunan berkelanjutan
tekanan terhadap keberadaan dan kelestarian kawasan
adalah suatu daya untuk memenuhi kebutuhan generasi
konservasi. sekarang dengan tanpa mengorbankan kebutuhan
Masyarakat sekitar Merapi memanfaatkan kawasan generasi yang akan datang.
sebagai sumber utama ekonomi sebagai sumber rumput
Pembangunan berkelanjutan mengakui kebutuhan
untuk pakan ternak, sebagian kayu untuk kayu bakar dan untuk memproduksi sumber pemenuhan kebutuhan
bahan pembuatan arang serta penambangan pasir yang manusia. Kesuksesannya bergantung dari masukan para
melibatkan pelaku dari luar daerah. Masyarakat memiliki
pengambil kebijakan dan termasuk para individu dari
potensi untuk dilibatkan dalam menjaga dan melindungi kalangan bawah. Pembangunan berkelanjutan tersebut
kawasan TN Gunung Merapi. Oleh sebab itu diperlukan mengombinasikan manajemen sumber daya dengan
strategi dalam membangun dukungan bagi kelestarian produksi, ketersediaan pekerjaan yang cukup, ketahanan
TN Gunung Merapi dengan tetap memberikan hak pangan, keterbukaan akses produk, distribusi peluang dan
pemanfaatan kawasan terbatas kepada masyarakat sesuai pemerataan sumber-sumber antara gender dari antar
zona-zona yang telah ditetapkan peruntukannya.
generasi. Sebagaimana pendapat dari Dwivedi dan
Disamping itu, pengetahuan masyarakat mengenai nilai Henderson (1999) mengenai pembangunan berkelanjutan
dan fungsi penting kawasan perlu ditingkatkan pada sebagai berikut:“Sustainable development model is based
akhirnya mereka mau terlibat dalam upaya perlindungan
on long-term thinking and conservation of nature’s finite
di kawasan TNGM. resources. In numerous countries, the existing political
Pemberdayaan masyarakat sekitar hutan merupakan organizations still view the environment as resources to
kebijakan prioritas Kementerian Kehutanan. Tujuan yang
be used and exploited for private gain. In the past, many
ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat menurut development theorist ignored the impact of degradation
Sulistiyani (2004) adalah untuk membentuk individu dan of the environment on the future”.
masyarakat menjadi mandiri. Tentunya dalam Dari uraian diatas menjelaskan bahwa konsep
pemberdayaan masyarakat direncanakan suatu model pembangunan harus berfokus pada kebutuhan dasar
pengelolaan masyarakat yang komprehensif dan berbasis manusia dan kelestarian lingkungan agar pembangunan
ekosistem berkelanjutan. Sehubungan dengan pendapat
berkelanjutan dapat dipertahankan. Manusia adalah
Abe (2002) yang membuat perubahan untuk mencapai makhluk yang hidup pada lingkungan, kualitas
kondisi yang lebih baik dan lebih bermakna, tahap proses lingkungan yang buruk akan menyebabkan kualitas hidup
dimulai dari tahap perencanaan, maka tahap berikutnya manusia menurun.
pelaksanaan dan evaluasi. Dengan demikian perencanaan
adalah salah satu langkah penting dalam pelaksanaan Perencanaan Pembangunan
pembangunan dalam hal ini untuk memberdayakan Menurut George R. Terry dalam Riyadi dan
masyarakat. Bratakusumah (2004) perencanaan adalah upaya untuk
Menilik pada permasalahan dan terkait dengan memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan membuat
perencanaan pembangunan, rumusan masalah penelitian serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang
ini adalah: 1) Bagaimanakah proses perencanaan akan datang dengan jalan menggambarkan dan
pengelolaan TN Gunung Merapi berbasis pemberdayaan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk
masyarakat?; dan 2) Bagaimana peran dan interaksi mencapai hasil yang diinginkan. Perencanaan yang baik
stakeholders dalam proses perencanaan pengelolaan TN seharusnya mempertimbangkan kedua teori perencanaan
Gunung Merapi berbasis pemberdayaan masyarakat?. tersebut, baik teori prosedural maupun teori substantif
Sementara itu, tujuan dari penelitian ini adalah: 1) karena perencanaan yang baik tidak mungkin dilakukan
Mendeskripsikan dan menganalisis proses perencanaan dengan mengabaikan esensi dan persoalan yang dibahas.

113
Andrian Susanto/ JIAP Vol. 2 No. 2 (2016) 112-119

Oleh karena itu, baik teori prosedural maupun teori mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya
substantif saling melengkapi. Diharapkan kedua teori untuk semua aspek kehidupan politik, ekonomi,
tersebut akan membentuk suatu kolaborasi yang oleh pendidikan, kesehatan, pengelolaan lingkungan dan
Faludi (1973) disebut sebagai perencanaan efektif. sebagainya. Memberdayakan masyarakat menurut
Perencanaan menurut Kunarjo (2002) dapat disusun Kartasamita (1996) adalah upaya untuk meningkatkan
berdasarkan beberapa kriteria, antara lain menurut jangka harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam
waktu, menurut ruang lingkup atau tingkat keluwesan. kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari
Menyangkut jangka waktu, ada rencana jangka panjang, perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata
jangka menengah dan jangka pendek. Perencanaan lain memberdayakan adalah memampukan dan
jangka panjang, menurut Tjokroamidjojo (1994) memandirikan masyarakat. Sejalan dengan Kartasamita,
mempunyai sifat dua macam: pertama, merupakan Sunartiningsih lebih melihat pemberdayaan sebagai cara
proyeksi keadaan masa depan dengan jangka waktu yang untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
cukup panjang, kedua, perencanaan kebijaksanaan yang peningkatan kemampuan lembaga‐lembaga yang ada di
dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan masyarakat.
perkembangan dalam masyarakat yang bersifat Sulistiyani (2004) mengatakan tujuan
fundamental dan struktural. Sedangkan perencanaan pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan
jangka menengah menurut Kunarjo (2002) biasanya masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut
dikaitkan dengan kebutuhan secara politis berdasarkan meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan
jangka waktu jabatan para penguasa. Adapun mengendalikan apa yang mereka pikirkan. Berkaitan
perencanaan jangka pendek dapat dikatakan sebagai dengan konsep pemberdayaan tersebut, Winarni dalam
perencanaan operasional tahunan yang mempunyai kurun Sulistiyani (2004), mengungkapkan, inti dari
waktu pendek yaitu satu tahun. pemberdayaan adalah meliputi tiga hal, yaitu
Menurut Wahyudi (2006) proses perencanaan pengembangan (enabling), memperkuat potensi atau
pembangunan daerah merupakan: daya (empowering), terciptanya kemandirian. Hal ini
a. Proses politik. Pemilihan langsung kepala daerah akan mengindikasikan pemberdayaan tersebut tidak hanya
menghasilkan rencana pembangunan hasil proses untuk masyarakat yang tidak memiliki kemampuan tetapi
politik khususnya penjabaran visi dan misi dalam juga untuk masyarakat yang memiliki kemampuan yang
RPJM. masih sedikit untuk dikembangkan agar bisa mandiri.
b. Proses teknokratik. Perencanaan yang dilakukan oleh
perencana profesional atau oleh lembaga/unit 3. Metode Penelitian
organisasi yang secara fungsional melakukan Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
perencanaan khususnya dalam pemantapan peran, metode deskriptif kualitatif. Adapun teknik pengumpulan
fungsi dan kompetensi lembaga perencana. data melalui Wawancara, observasi dan studi dokumen.
c. Proses partisipatif. Perencanaan yang melibatkan Analisis data menggunakan model interaktif Milles,
masyarakat (stakeholders) antara lain melalui Huberman dan Saldana. Menurut Miles, Huberman dan
pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan. Saldana (2014) terdapat empat tahapan yang harus
d. Proses Bottom-up dan Top-down. Perencanaan yang dilakukan yaitu: pengumpulan data, kondensasi data,
aliran prosesnya berlangsung dari atas ke bawah atau penyajian data dan menarik kesimpulan/ verifikasi.
dari bawah ke atas dalam hirarki pemerintahan. Sugiyono (2008) menjelaskan bahwa analisis data
Menurut Kuncoro (2004), sistem perencanaan merupakan proses mencari dan menyusun sistematis data
pembangunan dengan menggunakan pendekatan top- yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan
down planning dan bottom-up planning akan menjamin dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke
adanya keseimbangan–keseimbangan antara prioritas dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
nasional dengan aspirasi lokal dalam perencanaan melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih
pembangunan daerah. mana yang penting dan yang akan dipelajari dan
Pemberdayaan Masyarakat membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.
Suhendra (2006) mengartikan pemberdayaan
sebagai suatu kegiatan yang berkesinambungan, dinamis, 4. Hasil dan Pembahasan
secara sinergis mendorong keterlibatan semua potensi
yang ada secara evolutif. Sedangkan pemberdayaan Balai TN Gunung Merapi (BTNGM) adalah Unit
masyarakat dapat diartikan sebagai masyarakat diberi Pelaksana Teknis Kementerian Lingkungan Hidup dan
kuasa, dalam upaya untuk menyebarkan kekuasaan, Kehutanan (KLHK) dibawah Direktorat Jenderal
melalui pemberdayaan masyarakat, organisasi, agar Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen

114
Andrian Susanto/ JIAP Vol. 2 No. 2 (2016) 112-119

KSDA&E) bertugas mengelola TN Gunung Merapi. disusun menurut kriteria diantaranya menurut jangka
Untuk mencapai tujuannya, BTNGM dimulai dengan waktu. Beberapa dokumen yang terkait dengan
melakukan penyusunan dokumen perencanaan. Dalam perencanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat TN
sebuah dokumen perencanaan berisi tentang visi, misi, Gunung Merapi, antara lain:
program dan kegiatan yang digunakan sebagai acuan  Rencana Pengelolaan Taman Nasional
dalam pengelolaan TN Gunung Merapi dalam jangka BTNGM telah memiliki dokumen RPTN
waktu tertentu. Perencanaan publik menurut Syafiie, et Gunung Merapi periode 2015-2024 yang merupakan
al. (2006) berarti pembuatan penetapan melalui proses review dari RPTN Gunung Merapi periode 2005-
pengambilan keputusan mengenai kegiatan publik dan 2024. Dasar dari dilakukannya review dokumen
akan dilaksanakan untuk jangka waktu tertentu di masa perencanaan ini adalah Peraturan Pemerintah No. 28
depan secara terarah sesuai dengan tujuan yang tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka
ditetapkan bersama. Dalam melaksanakan kegiatan, dasar Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (KSA/KPA),
yang dijadikan acuan adalah Rencana Pengelolaan menjelaskan bahwa setiap kawasan konservasi wajib
Taman Nasional (RPTN) untuk rencana jangka panjang memiliki dokumen perencanaan, yang terdiri dari
dan Rencana Strategis untuk jangka menengah serta dokumen Rencana Pengelolaan Jangka Panjang
Rencana Kerja Tahunan yang merupakan rencana jangka berdurasi 10 tahun, dan Rencana Pengelolaan Jangka
pendek. Pendek yang berdurasi 1 tahun. Selain itu terjadinya
Kegiatan dan program yang direncanakan maupun dinamika perubahan lingkungan yang diakibatkan
telah dilaksanakan oleh BTNGM tentunya bermaksud karena erupsi Gunung Merapi Tahun 2010.
untuk mencapai visi dan misi. Mengacu pada visi KLHK, Dari visi dan misi yang ada dalam dokumen
visi BTNMT adalah “Menjadi Taman Nasional Yang RPTN Gunung Merapi lebih lanjut dituangkan ke
Mantap Dalam Mengelola Ekosistem Volcano Yang dalam 19 rencana aksi. Kegiatan-kegiatan yang
Dinamis Berbasis Partisipasi Para Pihak”, maka salah direncanakan diharapkan mempunyai gambaran dan
satu ukuran untuk menilai keberhasilan kinerjanya dapat rumusan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Hal
dilihat dari bagaimana BTNGM merencanakan program ini sesuai dengan kutipan dari Riyadi dan
dengan mengikutsertakan para pihak salah satunya Bratakusumah (2004) tentang pengertian perencanaan
program pemberdayaan masyarakat. UU Kehutanan dan dari George R. Terry yang menyatakan perencanaan
dalam visi KLHK menyiratkan mandat bahwasanya adalah upaya untuk memilih dan menghubungkan
dalam pengelolaan hutan dalam hal ini Taman Nasional fakta-fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-
harus mempertimbangkan aspek kesejahteraan asumsi mengenai masa yang akan datang dengan jalan
masyarakat sekitar hutan. Namun tanggung jawab ini menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan
biasanya masih bersifat normatif dalam hal ini tergantung yang diperlukan untuk mencapai hasil yang
pada itikad baik dari otoritas Taman Nasional. Hal diinginkan.
tersebut sesuai dengan apa yang ditunjukkan Setyowati  Rencana Strategis
(2008) yang menyatakan bahwa ancaman terhadap Selain RPTN, Balai TN Gunung Merapi
kawasan konservasi sangat terkait dengan pengelolaan memiliki dokumen Rencana Strategis. Rencana
dan pemeliharaan kawasan hutan lindung karena dinilai strategis TN Gunung Merapi disusun berdasarkan
kurang partisipatif, transparan, bertanggung jawab dan Keputusan Direktur Jenderal PHKA Nomor
akuntabel. Skema dari pengelolaan ini adalah kurang SK.181/IV-Set/2010 tanggal 18 November 2010
mengakomodasinya aspirasi masyarakat dan tentang Renstra Ditjen PHKA Tahun 2010-2014,
stakeholders terkait, sehingga adanya suatu keengganan dimana dalam keputusan itu disebutkan bahwa
stakeholders untuk berbagi tanggungjawab untuk Renstra Ditjen PHKA merupakan acuan penyusunan
melindungi kawasan konservasi. seluruh unit Eselon II dan UPT di lingkungan Ditjen
Identifikasi Kegiatan Pemberdayaan dalam PHKA. Akan tetapi format dan substansi Rencana
Perencanaan Pengelolaan TNGM Strategis (Renstra) Taman Nasional Gunung Merapi
mengacu pada pedoman penyusunan Rencana
Dari hasil studi dokumen dan wawancara peneliti Pengelolaan yang ditetapkan berdasarkan Peraturan
menemukan beberapa hal sebagai berikut: Menteri Kehutanan Nomor P.41/Menhut-II/2008
a) Balai TN Gunung Merapi telah memiliki dokumen tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan
yang terkait dengan perencanaan yang didalamnya Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
termuat kegiatan pemberdayaan masyarakat yang Penyusunan Renstra Balai TN Gunung Merapi 2010-
disusun berdasarkan jangka baik periode jangka 2014 diperlukan untuk lebih memacu dan fokus pada
panjang, jangka menengah dan jangka pendek. kegiatan lima tahun dan sesuai dengan kebijakan
Kunarjo (2002) menyampaikan bahwa perencanaan

115
Andrian Susanto/ JIAP Vol. 2 No. 2 (2016) 112-119

prioritas Kementerian Kehutanan dan Rencana walaupun kedua dokumen ini dijadikan acuan untuk
Strategis Ditjen PHKA. menyusun RKT tetapi perbedaan perencanaan
Ditjen PHKA dalam menyusun Renstra mengacu kegiatan yang ada di dalamnya tidak berbeda secara
pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: signifikan khususnya perencanaan pemberdayaan
P.08/Menhut-II/2010 tentang Renstra Kemenhut masyarakat.
2010-2014, Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 b) Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang baik yang
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional direncanakan maupun yang sudah terealisasi antara
dan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 lain:
tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP)  Penguatan Kapasitas Kelembagaan
mengamanatkan setiap Kementerian Lembaga Negara Wujud kegiatan dari penguatan kapasitas
menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga kelembagaan meliputi pembentukan kelompok
Negara (Renstra K/L) sebagai penjabaran dari masyarakat. Beberapa kelompok masyarakat yang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional sudah terbentuk antara lain: Sentra Penyuluh
(RPJMN). Beberapa peraturan lain juga turut menjadi Kehutanan Pedesaan (SPKP), Masyarakat Peduli Api
perhatian dalam menyusun Renstra Kemenhut seperti (MPA), Masyarakat Mitra Polhut (MMP), Pemandu
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990, Undang- Wisata, Kelompok Tani, Kader Konservasi.
Undang Nomor 41 Tahun 1999, Peraturan Pemerintah  Pelatihan Peningkatan Keterampilan Masyarakat
Nomor 44 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Tujuan dilakukannya pelatihan peningkatan
Nomor 6 Tahun 2007. keterampilan adalah untuk menambah pengetahuan
Sepintas RPJM dan Renstra sama, tetapi kalau kepada masyarakat dalam menunjang usaha atau mata
dilihat dari acuan utama atau dasar penyusunan maka pencaharian agar tidak selalu bergantung kepada
ada perbedaan. RPJM dokumennya lebih teknis kawasan taman nasional yang identik dengan merusak
sedangkan Renstra selain mempertimbangkan aspek kawasan.
teknis sebagaimana yang tertuang dalam RPJM juga  Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
memadukan dengan aspek teknis politis dari Peningkatan kapasitas kelembagaan ini
Kementerian Kehutanan melalui Direktorat Jenderal merupakan tindak lanjut dari kegiatan pembentukan
PHKA. Kunarjo (2002) mengatakan bahwa Kelompok masyarakat. Tujuan dilaksanakannya
perencanaan jangka menengah biasanya dikaitkan peningkatan kapasitas kelembagaan ini adalah untuk
dengan kebutuhan secara politis berdasarkan jangka meningkatkan kapasitas kelompok masyarkat yang
waktu jabatan para penguasa. Selain itu menurut sudah terbentuk untuk mendukung program-program
Robian dalam Arifin (2009) menyampaikan bahwa BTNGM.
pembangunan di bidang Kehutanan merupakan  Pemberian Bantuan Peningkatan Usaha Ekonomi
bagian integral dari pembangunan nasional. Oleh Tidak hanya memberikan atau memfasilitasi
karena itu, Renstra Balai TN Gunung Merapi sudah pelatihan-pelatihan. Balai TN Gunung Merapi juga
seharusnya mengacu pada perencanaan strategis yang memberikan bantuan guna meningkatkan usaha
ada di atasnya. ekonomi masyarakat. Bantuan yang diberikan ini
Penyusunan Renstra Balai TN Gunung Merapi berupa modal dan sarana dan prasarana. Mengingat
2010-2014 diperlukan untuk lebih memacu dan fokus masyarakat yang berada di sekitar TN Gunung Merapi
pada rencana kegiatan RPTN (jangka panjang) memiliki keterbatasan ekonomi. Adapun jenis
maupun RPJM yang diacu dan disesuaikan serta bantuan yang di berikan berdasarkan usulan atau
sinergikan dengan kebijakan prioritas Kementerian rekomendasi dari pada masyarakat itu sendiri.
Kehutanan dan Direktorat Jenderal PHKA.  Kerja sama dengan pihak luar
Baik dokumen Renstra maupun RPJM keduanya Dalam mejalankan pemberdayaan Balai TN
mempunyai periode waktu yang sama. Tetapi dalam Gunung Merapi juga telah menjalankan kerja sama
Renstra TN Gunung Merapi telah memuat tolok ukur dengan pihak luar. Dengan adanya kerja sama dapat
keberhasilan kinerja pengelolaan TN Gunung Merapi. membantu terutama keterbatasan anggaran yang tidak
Kalau dilihat dari pencantuman tolak ukur bisa mencover sepenuhnya kegiatan pemberdayaan
keberhasilan kinerja maka dokumen renstra dapat diakomodasi dari pihak luar tersebut.
merupakan dokumen perencanaan jangka menengah  Model Desa Konservasi
yang lebih dijadikan acuan dalam penyusunan rencana Model Desa Konservasi merupakan bentuk
kinerja tahunan Balai TN Gunung Merapi dari pada perwujudan pemberdayaan masyarakat karena
RPJM TN Gunung Merapi. Oleh karena itu dokumen terjadinya pergeseran paradigma dari top down ke
yang dijadikan peneliti untuk menelaah perencanaan bottom up. Peran partisipatif masyarakat merupakan
kegiatan adalah Renstra TN Gunung Merapi modal utama dalam penyusuan perencanaan dalam

116
Andrian Susanto/ JIAP Vol. 2 No. 2 (2016) 112-119

rangka pemberdayaan. Model Desa Konservasi sudah TN Gunung Merapi. Terjadi sinergitas antara proses
mengedepankan aspek konservasi, aspek ekonomi, perencanaan pemberdayaan masyarakat di TNGM
aspek sosial dan budaya, serta akan menjadi contoh dengan Musrenbang yang dilakukan pemerintah daerah
dalam pemberdayaan di sekitar kawasan konservasi. meskipun belum optimal.
Proses Perencanaan Pengelolaan TN Gunung Merapi Dalam perencanaan pemberdayaan masyarakat di
berbasis Pemberdayaan Masyarakat TNGM, selain didasari oleh visi KLHK dan visi BTNGM
sendiri dalam rangka turut menyejahterakan masyarakat
Penyusunan perencanaan pemberdayaan masyarakat khususnya sekitar kawasan TNGM yang perencanaannya
di TN Gunung Merapi sudah fleksibel dimana tidak dilakukan dengan pendekatan teknokratik dan top down,
hanya mementingkan bagaimana cara tersusunnya maka Balai TN Gunung Merapi juga berusaha menjaring
sebuah perencanaan yang baik dan benar dalam konteks aspirasi dari masyarakat dengan pendekatan bottom up
sesuai dengan peraturan perundangan dan dalam planning. Pendekatan perencanaan yang telah
menjalankan tugas perencanaan bagi pemerintah diupayakan oleh Balai TN Gunung Merapi menurut
(prosedural), akan tetapi aspek substantif juga sudah Wahyudi (2006) dan Tarigan (2004) merupakan proses
diaplikasikan. Substantif yang dimaksud dalam perencanaan top down dan bottom up, yang menurut
penelitian ini adalah dalam hal ini ilmu sosial Kuncoro (2004) sistem perencanaan pembangunan
kemasyarakatan dimana partisipasi masyarakat berperan dengan menggunakan pendekatan top-down planning dan
penting dalam pemberdayaan masyarakat. Partisipasi bottom-up planning akan menjamin adanya
masyarakat ini dikaji secara mendalam agar apa yang keseimbangan–keseimbangan antara prioritas nasional
menjadi kebutuhan masyarakat dapat dimasukkan dalam dengan aspirasi lokal dalam perencanaan pembangunan
bagian perencanaan pengelolaan kawasan konservasi daerah.
khususnya pemberdayaan masyarakat. Bila dilihat dari Adanya sinergitas antara proses perencanaan
perspektif Faludi (1973), perencanaan yang baik pemberdayaan masyarakat di Balai TN Gunung Merapi
seharusnya mempertimbangkan kedua teori perencanaan, dengan Musrenbang yang dilakukan pemerintah daerah,
baik teori prosedural maupun teori substantif Diharapkan walaupun belum optimal, hal ini menunjukkan bahwa
kedua teori tersebut akan membentuk suatu kolaborasi proses partisipatif sudah mulai berjalan selain pihak Balai
sehingga terwujudnya perencanaan efektif. TN Gunung Merapi juga berusaha melalui Resort aktif
Konsep perencanaan pemberdayaan masyarakat melakukan identifikasi potensi melalui penyuluh
melalui MDK di TN Gunung Merapi berfokus pada kehutanan di lapangan untuk merencanakan kegiatan
kebutuhan dasar manusia dan tentunya tidak pemberdayaan masyarakat. Proses perencanaan yang
mengesampingkan faktor kelestarian sumber daya alam melibatkan masyarakat (stakeholders) inilah yang
hayati yaitu tetap lestarinya kawasan TN Gunung Merapi menurut Wahyudi (2006) merupakan proses perencanaan
untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan. pembangunan partisipatif. Sinergitas stakeholder dalam
Sebagaimana kesimpulan Dwivedi dan Henderson (1999) perencanaan pemberdayaan masyarakat menurut Riyadi
menyatakan bahwa konsep perencanaan pembangunan dan Bratakusumah (2004) pada hakikatnya merupakan
berkelanjutan harus berfokus pada kebutuhan dasar upaya untuk menyerasikan dan menyelaraskan aktivitas-
manusia dan kelestarian lingkungan agar pembangunan aktivitas pembangunan yang dilakukan oleh berbagai
berkelanjutan dapat dipertahankan. komponen baik pemerintah, swasta maupun masyarakat.
Proses perencanaan pemberdayaan masyarakat di
TNGM pendekatan yang digunakan adalah top down Peran Stakeholders dalam Proses Perencanaan
Pengelolaan TN Gunung Merapi Berbasis
planning dan juga menggunakan pendekatan bottom up Pemberdayaan Masyarakat
planning. Tarigan (2004) menyampaikan bahwa pada
bottom up planning, institusi perencana pada level yang Peran stakeholders yang terlibat dalam perencanaan
lebih tinggi harus menerima usulan-usulan yang diajukan dan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat sekitar
oleh institusi perencana pada tingkat yang lebih rendah. TNGM diuraikan sebagai berikut:
Proses perencanaan yang aliran dari atas ke bawah a) Masyarakat/ kelompok masyarakat adalah sasaran
atau dari bawah ke atas dalam hierarki pemerintahan kegiatan pemberdayaan sekaligus turut mengusulkan
menurut Wahyudi (2006) adalah proses perencanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
bottom up dan top down. Proses perencanaan RPTN dan b) BTNGM berperan sebagai perencana, fasilitator
Renstra telah berjalan dengan baik dengan indikasi antara kegiatan dan anggaran, pembinaan/ pendampingan,
lain penyusunannya sudah diupayakan dengan monitoring dan evaluasi.
partisipatif dan kolaboratif. Visi, Misi serta program dan c) Pemerintah daerah, terutama desa sebagai pengarah
kegiatan yang tercantum dalam dokumen tersebut relatif dan pembina perencanaan keg. pemberdayaan
baik dilihat dari perspektif pemberdayaan masyarakat di masyarakat di desa.

117
Andrian Susanto/ JIAP Vol. 2 No. 2 (2016) 112-119

d) Dinas/ instansi terkait termasuk LSM dan Perguruan dalam rangka membangun kepercayaan untuk program-
Tinggi berperan sebagai fasilitator materi dan program atau kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
pendampingan teknis perencanaan kegiatan dilakukan Balai TN Gunung Merapi. Dengan hubungan
pemberdayaan masyarakat kemitraan antara pemerintah dan masyarakatnya,
Dengan peran masing-masing stakeholders yang kepentingan publik yang menurut Henry (1998)
berbeda tersebut diatas maka hal yang terpenting adalah merupakan pilar administrasi publik, maka
bagaimana terjadi koordinasi antar stakeholders agar responsibilitas kebijakan negara terhadap berbagai
perencanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat kebutuhan sosial akan lebih efektif dan efisien. Akan
berjalan dengan baik. Terdapat beberapa alasan yang tetapi dari hasil penelitian tahapan interaksi antar
perlu diketahui dan dipahami dengan baik dalam hal stakeholders khususnya masyarakat belum dapat
menilai perlunya koordinasi dalam perencanaan dikatakan sudah sampai pada tahap kemitraan tetapi
pembangunan, yaitu (Riyadi & Bratakusumah, 2004): sudah mengarah dalam konteks kemitraan. Menurut
a) Koordinasi dalam perencanaan pembangunan sangat Amstein (1967) tingkat peran serta ini masih di bawah
diperlukan sebagai suatu konsekuensi logis dari tipologi partnership (kemitraan) yaitu termasuk dalam
adanya aktivitas dan kepentingan yang berbeda; tipologi placation (perujukan) karena masyarakat sudah
b) Aktivitas dan kepentingan yang berbeda juga mulai mempunyai beberapa pengaruh meskipun beberapa
membawa konsekuensi logis terhadap adanya hal masih tetap ditentukan oleh pihak yang mempunyai
tanggungjawab yang secara fungsional berbeda pula; kekuasaan.
c) Terdapat institusi, badan, lembaga yang menjalankan Dengan pihak pemerintah daerah, interaksi
peran dan fungsinya masing-masing; terbangun antara lain melalui mekanisme musyawarah
d) Adanya unsur sentralisasi dan desentralisasi yang perencanaan pembangunan. Pihak Balai TN Gunung
dijalankan dalam proses pembangunan yang Merapi biasanya diundang dalam Musrenbang tingkat
melibatkan institusi pusat maupun daerah; dan desa sampai tingkat kecamatan. Melalui keikutsertaan
e) Koordinasi merupakan alat sekaligus upaya untuk Balai TN Gunung Merapi dalam mekanisme Musrenbang
melakukan penyelarasan dalam proses pembangunan, telah tercipta interaksi yang mendukung terutama dalam
sehingga akan tercipta suatu aktivitas yang harmonis, hal perencanaan pemberdayaan masyarakat.
sinergi dan serasi untuk mencapai tujuan bersama. Berawal dari pelibatan dinas/ instansi terkait dalam
perencanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat maupun
Interaksi Stakeholders dalam Proses Perencanaan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat,
Pengelolaan TN Gunung Merapi Berbasis interaksi terjadi antara Balai TN Gunung Merapi dengan
Pemberdayaan Masyarakat
dinas/ instansi terkait.
Perencanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat Interaksi antara stakeholders dalam perencanaan
akan berjalan dengan baik apabila antar stakeholders pemberdayaan masyarakat yang terjadi adalah koordinasi
bersinergi sesuai peran masing-masing sesuai dengan antara berbagai komponen dalam rangka untuk
tugas pokok dan fungsinya. Interaksi antar stakeholders menyelaraskan kegiatan pembangunan. Riyadi dan
sudah mengarah terjadi dalam konteks kemitraan antara, Bratakusumah (2004) menunjukkan bahwa koordinasi
BTNGM masyarakat, pemerintah daerah dan dinas/ dalam pembangunan pada dasarnya adalah upaya untuk
instansi terkait termasuk LSM dan akademisi. Abe (2002) menyelaraskan dan menyelaraskan kegiatan
berpendapat bahwa interaksi kemitraan merupakan salah pembangunan yang dilakukan oleh berbagai komponen,
satu ciri perencanaan yang partisipatif atau demokratis termasuk sektor pemerintah, swasta dan masyarakat.
yang merupakan turunan dari nilai-nilai dan prioritas
guna mencapai tujuan perencanaan yaitu rasionalitas 5. Kesimpulan
pasar dan rasionalitas sosial politik. Balai TNGM telah memiliki dokumen perencanaan
Interaksi kemitraan apabila dapat terwujud memiliki (RPTN, Renstra), dimana didalam dokumen tersebut
nilai penting karena satu pihak dengan pihak yang lain termuat kegiatan-kegiatan, baik yang telah terealisasi dan
saling memposisikan sebagai mitra. Antara satu dengan akan dilaksanakan terkait dengan pemberdayaan
yang lain tidak ada mana yang posisinya lebih tinggi dan masyarakat di TN Gunung Merapi. Terdapat 6 bentuk
tidak ada yang kedudukannya di bawah tetapi sejajar kegiatan yang telah dilaksanakan TN Gunung Merapi
antara satu dan yang lain dalam menyukseskan terkait dengan pemberdayaan masyarakat.
perencanaan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan Penyusunan RPTN/ Renstra di TNGM sudah tidak
masyarakat. Ikatan kemitraan yang dijalin dengan cenderung prosedural saja tetapi aspek substantif sudah
kelompok masyarakat desa tentunya akan mudah diakomodasi, sudah menerapkan prinsip pembangunan
berlanjut menjadi kekeluargaan jika para pihak intens berkelanjutan. Menggunakan pendekatan top down dan
berinteraksi. Tentunya hal ini akan lebih memudahkan

118
Andrian Susanto/ JIAP Vol. 2 No. 2 (2016) 112-119

bottom up planning. Selain itu, dalam perencanaan Kartasasmita, G. (1996). Pembangunan Untuk Rakyat.
kegiatan pemberdayaan masyarakat juga telah Memadukann Pertumbuhan dan Pemerataan.
diupayakan secara partisipatif dan kolaboratif, walaupun Jakarta: PT Pustaka Cidesindo.
masih dalam kerangka memenuhi tanggung jawab sosial Kunarjo. (2002). Perencanaan dan Pengendalian
organisasi atau arahan kebijakan Kementerian Program Pembangunan. Jakarta: Penerbit
Kehutanan. Akan tetapi mekanisme perencanaan top Universitas Indonesia.
down dan bottom up, partisipatif serta kolaboratif relatif Kuncoro, M. (2004). Otonomi dan Pembangunan
terjadi dengan baik. Terjadi sinergi antara proses Daerah: Reformasi Perencanaan, Strategi dan
perencanaan pemberdayaan masyarakat di BTNGM Peluang. Jakarta: Penerbitan Erlanga.
dengan Musrenbang yang dilakukan oleh pemerintah Miles, M.B., Huberman, M. & Saldana, J. (2014).
daerah meskipun belum optimal. Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook.
Stakeholders terdiri dari 4 unsur utama yaitu: (1) Sage Publication, Inc. London.
BTNGM merupakan perencana sekaligus fasilitator Riyadi., & Bratakusumah, D.S. (2004). Perencanaan
anggaran kegiatan pemberdayaan masyarakat; (2) Pembangunan Daerah: Strategi Menggali Potensi
masyarakat/ kelompok masyarakat merupakan sasaran Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta:
dari kegiatan pemberdayaan sekaligus turut mengusulkan Gramedia Pustaka Utama.
perencanaan kegiatan; (3) Pemerintah Daerah (desa) Setyowati, A.B., et al. (2008). Konservasi Indonesia,
merupakan pengarah dan pembina perencanaan kegiatan Sebuah Potret Pengelolaan & Kebijakan. Bogor:
pemberdayaan masyarakat; dan (4) Dinas/ instansi terkait Pokja Kebijakan Konservasi, USAID and ESP.
termasuk LSM dan Perguruan Tinggi merupakan Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif,
fasilitator materi dan pendamping teknis perencanaan Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
kegiatan pemberdayaan masyarakat. Suhendra, K. (2006). Peranan Birokrasi Dalam
Interaksi stakeholders dalam proses perencanaan Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Alfabeta.
pemberdayaan masyarakat belum optimal tetapi sudah Syafiie, I.K. (2006). Ilmu Administrasi Publik. Jakarta:
mengarah ke dalam konteks partnership (kemitraan). PT Asdi Mahasatya.
Sulistiyani, A.T. (2004). Kemitraan dan Model‐Model
Daftar Pustaka Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media.
Tarigan, R. (2004). Perencanaan Pembangunan
Abe, A. (2002). Perencanaan Daerah: Memperkuat Wilayah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Prakarsa Rakyat dalam Otonomi Daerah. Tjokroamidjojo, B. (1994). Perencanaan Pembangunan.
Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama. Jakarta: CV. Haji Massagung.
Arnstein, S. (1967). A Ladder of Citizen Participation. Wahyudi, I. (2006). Metodologi Perencanaan
JAIP. July: 216-224. Partisipatif. Jakarta: Penerbit Kerjasama Malang
Arifin, Y.F. (2009). Hutan sebagai Sistem Sumber Daya Corruption Watch dan YAPPIKA.
yang Bersifat Multiguna, Multifungsi, dan
Multikepentingan”. Dalam Soendjoto, Mochamad
A. and Ahmad Kurnain (Eds.). Pengelolaan
Sumber Daya Alam dalam Perspektif
Kesejahteraan dan Keberlanjutan. Banjarmasin:
Universitas Lambung Mangkurat Press.
Bahri, S. & Algopeng, Z. (2009). Pemberdayaan
Masyarakat di Sekitar Hutan Konservasi.
Available at http://kerincirealitas.wordpress.com/
opini-konservasi-dan-pemberdayaan masyarakat
[acessed at 03 Februari 2009)
Faludi, A. (1973). Planning Theory. England: Pergamon
Press, Oxford.
Keith, H. & Dwivedi O.P. (1999). Alternative
Administration Human-Need-Centered and
Sustainable: Bureaucracy and The Alternative in
World Perspective. New York: ST Martin Press.
Henry, N. (1998). Administrasi Negara dan Masalah-
Masalah Kenegaraan. Jakarta: Rajawali.

119

You might also like