Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Sosialisasi Nilai Adat Dalihan na Tolu pada Remaja Batak di Punguan Silau Raja

Pekanbaru
By:Mangari Manik
Email: mangari_manik@yahoo.co.id.
Counsellor:
Prof. Dr. WE. Tinambunan, MS

JurusanIlmuKomunikasi ± KonsentrasiHubunganMasyarakat
FakultasIlmuSosial Dan Politik
Universitas Riau

Kampus Bina Widyajl. H.R Soebrantas Km. 12,5Simp. BaruPekanbaru 28293-


Telp/Fax. 0761-63277

ABSTRACT

Dalihanna tolu is the essence of life Batak tribe. Indigenous values contained
in this dalihan na tolu set any custom activity in the environment Batak. In dalihan na
tolu human was same and there is no difference based on the layers in society.
Dalihannatolu consists of sombamarhula-hula, elekmarboru, and manat mardongan
tubu. To maintain ties with family at clan of Batak and maintain strength in the existing
value in Dalihannatolu then in each clan in the Batak tribe has punguan. Seeing the
condition of today's modern versatile and look at the condition of the city of Pekanbaru
the existence of diverse ethnic cultures need to be preserved. To maintain the existence
of indigenous cultural values, we need a process of socialization to the next generation
by the family to his son who was a adolescent. This is to make the next generation to
maintain essentially the culture and not be individuals who dalle.
This study used a qualitative research method is descriptive presentation.
Informants in this research is that there are families in PunguanSilau Raja and
administrators Punguan Silau Raja as key informants using snowball techniques. Data
collection techniques using participant observation, interviews and documentation.
The results showed that the way of the process of socialization dalihannatolu
that parents do to their children who have adolescent based SOR theory: process of
teaching students about their own clan lineage and teachings in order to perform
speech martutur good greetings and custom events Batak used as a medium of
socialization dalihan natolu. Contributing factor in this process is active parental
socialization in punguan and custom events as well as participatory socialization
patterns. Inhibiting factor in the socialization process is that parents are not active in
punguan and rarely follow the traditional events as well as the pattern of repressive
socialization. The role of the socialization process are: improved knowledge of
indigenous Batak and teens will receive a positive attitude towards the socialization
process and the behavior of the running values dalihan natolu social at their life.

Keywords: Socialization, Adolescent,Dalihan na Tolu, Dalle, SOR Theory

Jom FISIP Volume 2 No. 1 Februari 2015 1


PENDAHULUAN serta masyarakat umum. Struktur sosial
Kebudayaan selalu mengalami yang dimiliki masyarakat Batak Toba
perubahan dan tidak sedikit perubahan pada hakikatnya berdasarkan garis
tersebut ke arah yang negatif yang keturunan bapak ( patrilineal ) yang
ditandai dengan memudarnya nilai-nilai memiliki tiga unsur struktur sosial yang
kebudayaan yang dimiliki oleh suatu lebih dikenal dengan sebutan dalihan na
masyarakat. Adanya perubahan tersebut tolu. Struktur sosial inilah yang
disebabkan karena derasnya arus membedakan suku Batak Toba dengan
globalisasi yang membawa berbagai suku Batak lainnya.
budaya baru serta ketidakmampuan Dalihan na tolu adalah bentuk
dalam membendung serangan dan sistem kekerabatan Suku Batak Toba.
mempertahankan budaya dasar.Arus Dalihan merupakan tungku batu untuk
globalisasi bisa dilihat dari kota-kota meletakkan kuali di perapian, jadi
besar yang ada di Indonesia, salah satu dalihan na tolu artinya tungku yang
contohnya adalah Kota Pekanbaru. Kota berkaki tiga, sebagai lambang kiasan
Pekanbaru adalah ibukota dari Provinsi aturan dan sikap hidup suku Batak Toba
Riau. Tentunya sebagai ibukota sehari-hari dalam hubungan sosialnya di
Provinsi Riau, kota metropolitan ini adat Batak. Inilah yang dipilih leluhur
telah menjadi sasaran penduduk dari suku Batak sebagai falsafah hidup
wilayah lain untuk mencari nafkah, dalam tatanan kekerabatan antara
heterogen, multiculture, dan melakukan sesama yang bersaudara, dengan hula-
kontak komunikasi dengan individu- hula dan boru. Untuk menjaga
individu yang memiliki latar belakang kelestarian dari dalihan na tolu maka
budaya yang berbeda. perlu disosialisasikan kepada generasi
Sebagai salah satu kota yang penerus yaitu remaja. Remaja Batak
metropolitan, Pekanbaru memiliki yang tinggal di kota Pekanbaru
beragam suku dan tingkat interaksi menerima banyak kebudayaan-
sosial yang begitu kompleks. Diantara kebudayaan asing dan pengaruh dari
beragam suku tersebut terdapat Suku arus globalisasi yang ada di kota
Batak. Suku Batak merupakan salah Pekanbaru. Hal ini menyebabkan
satu suku bangsa di Indonesia.Kondisi remaja Batak kurang menerima
Kota Pekanbaru yang metropolitan kebudayaan Batak itu sendiri. Keadaan
menyebabkan suku Batak melakukan ini tampak dari permasalahan yang
banyak interaksi sosial dengan budaya terjadi pada remaja Batak dalam
yang lain di lingkungan sosialnya. mengenal kebudayaan Batak.
Untuk mempertahankan budaya dasar Permasalahan ini seperti para
dari pengaruh budaya luar maka remaja Batak yang cenderung lebih
diperlukan nilai-nilai dan sistem sosial suka dengan budaya-budaya luar yang
yang yang dipegang teguh dari generasi terbawa oleh arus globalisasi, para
ke generasi.. Batak Toba memiliki nilai remaja Batak yang cenderung malu
adat dan sistem sosial yang merupakan mengikuti upacara-upacara adat Batak,
warisan nenek moyang. Sistem sosial seperti adat pernikahan dan acara-acara
dan struktur ini mengatur tata hubungan adat yang dibuat oleh Punguan Silau
sesama anggota masyarakat, baik yang Raja. Remaja Batak menganggap acara
merupakan kerabat dekat, kerabat luas, adat hanya untuk orang tua saja dan
saudara semarga, maupun beda marga mereka dapat mengikuti apabila mereka

Jom FISIP Volume 2 No. 1 Februari 2015 2


telah menjadi orang tua dikemudian penerus agar kebudayaan tersebut tidak
harinya, banyak remaja Batak punah dan dapat dijadikan filtrasi dalam
menganggap acara adat terutama acara menghadapi perubahan dan
pernikahan suku batak sangat perkembangan zaman serta menekan
membosankan karena membutuhkan para remaja Batak yang dalle atau orang
waktu yang sangat lama dalam proses yang tidak tahu mengenai aturan-aturan
adatnya, banyaknya remaja Batak yang hidup di suku Batak.
tidak mengetahui nilai adat dalihan na Oleh karena hal dan
tolu. Cara berkomunikasi para remaja permasalahan yang dijabarkan diatas,
Batak yang tidak menunujukkan maka penulis tertarik untuk meneliti
identitas sebenarnya dari Suku Batak itu permasalahan ini dan mengambil judul
sendiri. Banyaknya para remaja yang ³Sosialisasi Nilai Adat Dalihan na
tidak tahu atau kebingungan ketika Tolu pada Remaja Batak di Punguan
menemui orang tua, para remaja tidak Silau Raja Pekanbaru´
tau memanggil apa kepada orangtua
tersebut yang seharusnya etika menyapa TINJAUAN PUSTAKA
tersebut telah diajarkan melalui nilai- Sosialisasi
nilai adat dalihan na tolu. Remaja Untuk menciptakan hubungan
Batak banyak memanggil Om atau manusia dalam lembaga
Tante dengan orangtua, padahal mereka kemasyarakatan maka dirumuskan
satu marga. Didalam adat Batak itu norma-norma masyarakat (Soekanto,
sangat tidak diperbolehkan karena telah 2002). Awalnya norma dibuat secara
melanggar adat istiadat. Dengan teman tidak sengaja. Namun semakin lama
satu marga, para remaja sekarang hanya norma dibuat secara sadar. Setiap norma
memanggil nama dan tidak menjalankan memiliki kadar kekuatan mengikat yang
ajaran dari dalihan na tolu. Seharusnya berbeda.
mereka memanggil appara untuk yang Proses pelembagaan norma
laki-laki yang satu marga dan ito untuk diatas adalah menggunakan
yang perempuan.Ajaran martutur yang pengendalian sosial. Pengendalian
tidak dipahami oleh remaja Batak di sosial merupakan suatu proses
dalam kehidupan sosialnya. pengawasan, yang bersifat mendidik,
Berdasarkan permasalahan- mengajak, atau bahkan memaksa
permasalahan yang telah dijabarkan, warga-warga masyarakat untuk
penting adanya suatu proses mematuhi kaidah-kaidah dan nilai sosial
penginformasian kembali kepada yang berlaku. Pengendalian sosial dapat
remaja Batak mengenai budayanya dilakukan oleh individu terhadap
sendiri terkhususnya dalihan na tolu. individu lainnya (contoh: ibu mendidik
Penginformasian tersebut dapat berupa anak untuk menyesuaikan diri pada
sosialisasi kembali kepada remaja Batak kaidah yang berlaku) atau mungkin dari
melalui keluarga-keluarga yang ada di individu terhadap suatu kelompok
Punguan Silau Raja dan orangtua sosial, dan selanjutnya dilakukan oleh
menjadi agen sosialisasi primer dalam suatu kelompok kepada kelompok yang
mensosialisasikan nilai adat dalihan na lainnya. Tujuan utama dari
tolu tersebut. Proses sosialisasi dalihan pengendalian sosial adalah mencapai
na tolu juga penting dalam keserasian antara stabilitas dengan
mempersiapkan generasi muda sebagai perubahan yang ada dalam masyarakat.

Jom FISIP Volume 2 No. 1 Februari 2015 3


Proses pengendalian sosial dapat terdapat di dalam kebudayaan
bersifar prefentif atau represif, atau masyarakatnya.
bahkan kedua-duanya. Prefensi Proses sosialisasi ini dialami
merupakan suatu pencegahan terhadap individu sejak lahir hingga meninggal
terjadinya gangguan pada keserasian. dunia dan dalam proses tersebut si
Usaha prefentif dijalankan melalui individu belajar mengenali nilai, sikap,
sosialisasi, pendidikan formal, dan keahlian dan berbagai peranan yang
informal. Sedangkan represif berwujud secara keseluruhan membentuk
penjatuhan sanksi terhadap masyarakat kepribadiannya, baik secara langsung
yang melanggar atau menyimpang dari maupun tidak langsung dari keluarga
kaidah yang berlaku (Soekanto, 2002). maupun lingkungannya (Adiwijaya dkk
Bentuk pengendalian sosial sebagaimana dikutip Siregar 2003)
adalah sosialisasi. Sosialisasi Menurut Sunarto (1993),
merupakan proses yang berlangsung sosialisasi merupakan keseluruhan
sepanjang hidup manusia. Selain itu kebiasaan yang dimiliki manusia baik
sosialisasi merupakan suatu proses dalam bidang ekonomi, kekeluargaan,
penyampaian pengetahuan dan pendidikan, agama dan sebagainya yang
pewarisan kebudayaan serta tingkah harus dipelajari oleh setiap anggota baru
laku dari generasi yang satu ke generasi suatu masyarakat melalui suatu proses.
berikutnya. Paul B. Horton dan Chester Proses sosialisasi merupakan
(dalam Sutaryo, 2005:28) mengatakan, pembinaan dan pengembangan budaya
bahwa sosialisasi adalah suatu proses yang berlangsung berupa kegiatan-
dimana seseorang menghayati kegiatan yang melibatkan generasi
(mendarahdagingkan-internalize) muda dalam rangkaian proses belajar
norma-norma kelompok dimana dia dan penghayatan nilai-nilai budaya yang
hidup sehingga timbullah diri/self yang berlaku di masyarakat dengan ajaran,
unik. bimbingan, keteladanan dari generasi
Wright (dalam Sutaryo, orangtua (Sucipto, 1998).
2005:28) mengatakan sosialisasi adalah Menurut Van Doorm Lammers
suatu proses ketika individu yang dikutip oleh Sajogyo (1982)
mendapatkan kebudayaan kelompoknya proses sosialisasi dilakukan melalui
dan menginternalisasikan (sampai pengendalian sosial yang meliputi
tingkat tertentu) norma-norma empat proses sebagai berikut:
sosialnya, sehingga membimbing orang 1. Proses ajar, didik, atau
tersebut untuk memperhitungkan pewarisan. Proses belajar
harapan-harapan orang lain. Dominick menurut Witting yang dalam
(dalam Effendy, 2005:31) mengatakan Muhibbin yang dikutip oleh
bahwa sosialisasi merupakan transmisi Aminah (2007) menyatakan
nilai-nilai yang mengacu kepada cara- belajar adalah perubahan yang
cara dimana seseorang mengadopsi relatif menetap yang terjadi
perilaku dan nilai-nilai dari suatu dalam segala macam atau
kelompok. Proses sosialisasi adalah keseluruhan tingkah laku suatu
proses belajar. Proses sosialisasi adalah organisme sebagai hasil dari
proses belajar individu untuk bertingkah pengalaman. Proses belajar
laku sesuai dengan standar yang sosial terjadi dalam urutan yang
meliputi tahap perhatian, tahap

Jom FISIP Volume 2 No. 1 Februari 2015 4


penyimpanan dalam ingatan, untuk memasak makanan dan
tahap reproduksi, dan tahap minuman yang terkait dengan
motivasi. kebutuha untuk hidup keluarga. Dalam
2. Dengan sanksi, berdasarkan prakteknya, kalau memasak di atas
Kamus Besar Bahasa Indonesia dalihan na tolu, kadang-kadang ada
(1995) adalah tindakan-tindakan ketimpangan karena bentuk batu
atau hukuman untuk memaksa ataupun bentuk periuk yang ukurannya
orang menepati perjanjian atau tidak sama persis. Maka digunakanlah
mentaati ketentuan undang- benda lain untuk mengganjal agar
undang. Lubis sebagaimana posisinya dapat sejajar. Dalam bahasa
dikutip Aminah (2007) Batak, benda itu disebut sihal-sihal.
mengungkapkan bahwa sanksi Maka kemudian muncul istilah falsafah
dapat dibagi ke dalam tiga dalihan na tolu paopat sihal-
bentuk yaitu: (a) sanksi fisik sihal.Dalihan na tolu diuraikan dalam
berupa kontrol negatif, tiga tatanan adat: somba marhula-hula,
pengusiran, permusuhan, dan manat mardongan tubu, elek marboru.
hukuman fisik; (b) sanksi Keluarga
ekonomi berupa hukuman Keluarga adalah unit terkecil
ekonomi, intimidasi ekonomi yang memberikan fondasi primer bagi
dan hadiah atau ganjaran perkembangan anak. Hal ini disebabkan
ekonomi; dan (c) sanksi karena keluarga merupakan lingkungan
psikologis berupa hukuman pertama yang berhubungan dengan
secara psikologis dan ganjaran kegiatan individu sejak lahir sampai
atau hadiah secara psikologis. dewasa. Dalam rentang kehidupan
3. Ritus kolektif, berdasarkan individu, keluarga mempunyai peranan
Kamus Besar Bahasa Indonesia penting terhadap seluruh aspek
(1995) adalah tata cara dalam kepribadiannya (Pratikno,
upacara secara bersama-sama. 1982:40).Menurut Soerjono (1992:12)
4. Alokasi posisi-posisi adalah keluarga adalah sebuah sistem sosial
adanya peranan-peranan tertentu terkecil dari masyarakat yang tercipta
yang dilakukan berdasarkan dari hubungan individu-individu yang
status yang dimilikinya. satu dengan individu-individu yang lain,
Dalihan na tolu yang mempunyai dorongan perasaan
Pengertian dalihan na tolu hati yang kuat sehingga timbul loyalitas
secara literal adalah satuan tungku dalam hubungan tersebut serta kasih
tempat memasak yang terdiri dari tiga sayang yang permanen dalam jangka
batu. Pada zamannya, kebiasaan waktu yang lama. Hal ini terjadi, sebab
masyarakat Batak memasak di atas tiga didalam keluarga terjalin hubungan
tumpukan batu, dengan bahan bakar yang continue dan penuh keakraban,
kayu. Tiga tungku itu, dalam bahasa sehingga jika diantara anggota keluarga
Batak disebut dalihan. Falsafah dalihan itu mengalami peristiwa tertentu, maka
na tolu dimaknakan sebagai anggota keluarga yang lain biasanya
kebersamaan yang cukup adil dalam ikut merasakan peritiwa itu.keluarga
kehidupan masyarakat Batak. Tungku yang menjadi agen sosialisasi primer
merupakan bagian peralatan rumah dalam mensosialisasikan kebudayaan
yang sangat vital karena digunakan khususnya budaya batak. Keluarga

Jom FISIP Volume 2 No. 1 Februari 2015 5


adalah lembaga sosial masyarakat melalui usaha sendiri yang selanjutnya
terkecil yang ada di dalam lingkungan memberikan prestise tertentu padanya.
sosial. Keluarga akan mensosialisasikan Kerangka Pemikiran
nilai adat budaya batak kepada anak- Untuk menemukan dan
anaknya, agar para anak ini mengerti, memecahkan masalah dalam penelitian
memahami dan menjalankan inti nilai ini penulis menyusun sebuah kerangka
dari dalihan natolu. Ini berguna untuk berfikir yang terdiri dari teori-teori yang
menjaga eksistensi budaya batak menjadi pokok pikiran dalam
dizaman modernisasi sekarang dan mendiskripsikan masalah yang akan
menjaga tali silaturahmi antar sesama diteliti sehingga sesuai dengan teori
suku batak. atau pikiran yang ada.
Remaja Penelitian ini menggunakan
Masa remaja ( adolescence ) kerangka berfikir berdasarkan Teori S-
adalah masa perkembangan yang O-R merupakan teori komunikasi
merupakan masa transisi dari anak-anak sebagai singkatan dari Stimulus-
menuju dewasa. Masa ini dimulai Organism-Respon. Menurut teori ini,
sekitar pada usia 10 hingga 12 tahun efek yang ditimbulkan adalah reaksi
dan berakhir pada usia 18 hingga 21 khusus terhadap stimulus khusus,
tahun. Anak remaja sebenarnya tidak sehingga seorang dapat mengharapkan
mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak dan memperkirakan kesesuaian antara
termasuk golongan anak, tetapi ia tidak pesan dan reaksi komunikan (Effendy,
pula termasuk golongan orang dewasa. 2005:254). Jadi unsur-unsur didalam
Remaja ada diantara anak dan orang teori ini adalah: (a) pesan (Stimulus,S),
dewasa. Remaja masih belum mampu (b) komunikan (Organism,O), (c)
untuk menguasai fungsi fisik maupun respon,R.
psikisnya. Ditinjau dari segi tersebut Janis dan Kelly mengemukakan
mereka masih tergolong kanak-kanak, bahwa dalam teori ini ada tiga unsur
mereka masih harus menemukan tempat yang sangat penting yaitu:
dalam masyarakat. Pada umumnya 1. ³3HVDQ stimulus)
mereka masih belajar disekolah atau Pesan adalah lambang-
perguruan tinggi. Bila mereka bekerja, lambang baik verbal maupun non verbal
mereka melakukan pekerjaan sambilan yang mengandung makna tersebut.
dan belum mempunyai pekerjaan yang 2. Komunikan (organisme)
tetap. (Faturochman, 2006:45) Komunikan adalah orang-
Ausubel (1965:37) menyebut orang yang dijadikan sasaran untuk
status orang dewasa sebagai status menerima pesan-pesan tertentu.
primer, artinya status itu diperoleh 3. Efek (respons)
berdasarkan kemampuan dan usaha Efek adalah reaksi dari
sendiri. Status anak adalah status komunikan atas pesan yang
diperoleh (derived), artinya tergantung didapatkannya dari si komunikator
daripada apa yang diberikan oleh (dalam Effendy, 2005:253- ´
orangtua dan masyarakatnya. Remaja Punguan initerdiri dari keluarga
ada dalam status interim sebagai akibat yang terdiri dari keempat marga
daripada posisi yang sebagian diberikan tersebut dan keluarga ini terdiri dari
oleh orang tua dan sebagian diperoleh orangtua dan anak-anaknya. Orangtua
adalah orang yang bertanggung jawab

Jom FISIP Volume 2 No. 1 Februari 2015 6


penuh terhadap perkembangan anaknya remaja Batak. Remaja Batak yang
di berbagai segi melalui wadah awalnya tidak mengetahui nilai adat
keluarga. Peranan orangtua sangat besar dalihan na tolu menjadi mengetahui dan
bagi perkembangan kepribadian anak remaja Batak dapat mengaktualisasikan
mereka apalagi anak yang telah nilai adat ini dalam kehidupan sehari-
menginjak masa remaja. Perkembangan hari. Dengan keadaan seperti ini
kepribadian anak banyak ditentukan menyebabkan proses sosialisasi berhasil
oleh berbagai faktor, salah satunya dan mengakibatkan terpeliharanya
adalah faktor kebudayaan. Sebagai budaya Batak serta menghindarkan para
remaja dari Suku Batak yang memiliki remaja batak dari julukan dalle
keunikan khas dari suku itu sendiri, dikemudian haridari masyarakat.
maka penting remaja Batak mengetahui
dan memahami falsafah hidup Suku METODE PENELITIAN
Batak yaitu dalihan na tolu. Hal ini Penelitian ini menggunakan
untuk mempertahankan identitas Suku metode penelitian kualitatif yang
Batak ini sendiri ditengah-tengah penyajiannya secara deskriptif.
heterogennya Kota Pekanbaru serta Penelitian kualitatif merupakan proses
untuk menciptakan remaja Batak yang penelitian yang berkesinambungan
mengerti, memahami, menjalankan nilai sehingga tahap pengumpulan data
adat dalihan na tolu dan tidak dilakukan secara bersamaan selama
menjadikan remaja Batak yang Dalle proses penelitian (Suyanto dan Sutinah,
dikemudian hari. 2010:172). Sementara, jenis penelitian
Orangtua sebagai agen dengan penyajian deskriptif bertujuan
sosialisasi primer akan melakukan membuat deskripsi secara sistematis,
stimulus berupa sosialisasi nilai adat faktual, dan akurat tentang fakta-fakta
dalihan na tolu. Dalihan na tolu sebagai serta keadaan sebenarnya informan dan
inti dari kebudayaan Batak penting masalah yang terdapat dilapangan
untuk diketahui dan dipahami oleh tempat penelitian.
komunikan sebagai tujuan dari Teknik penentuan informan
sosialisasi ini. Komunikan didalam dalam penelitian inimenggunakanteknik
penelitian ini adalah remaja Batak yang snow ball.Snow balladalah pemilihan
berada di Punguan Silauraja informandarijumlah yang sedikit,
Pekanbaru. Remaja batak adalah semakin lama
generasi penerus suatu suku Batak. semakinberkembangdanmenjadibanyak.
Sudah sepantasnya remaja mengerti dan Denganteknikini, jumlahinforman yang
memahami budayanya sendiri. Hal ini akanmenjadisubjeknyaakanterusbertam
dilihat memang tidak mudah karena bahsesuaikebutuhandanterpenuhinyainf
remaja di lingkungan perkotaan akan ormasinya(Ruslan, 2010 : 157).
mendapat pengaruh yang besar dari Informan dalam penelitian ini
kondisi lingkungan. Keadaan yang adalah keluarga yang ada di Punguan
serba modern, up to date, dan gaul Silauraja. Sedangkan key informan
menjadi penghalang dari penyampaian adalah ketua dari Punguan Silauraja
informasi ini. Pekanbaru. Hal ini dikarenakan, ketua
Dari proses sosialisasi ini yang dipilih sendiri oleh Punguan
diharapkan membawa dampak yang Silauraja memiliki peranan yang ada di
positif bagi perkembangan kepribadian Kota Pekanbaru, dianggap tetua dan

Jom FISIP Volume 2 No. 1 Februari 2015 7


memahami budaya batak serta didalam dalihan na tolu itu terdapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan nilai-nilai adat yang berupa somba
sehari-hari. Jika peneliti merasabelum marhula-hula, elek marboru, manat
cukup akan keterangan informasi, mardongan tubu. Penggunaan kata
informan penelitian bisa saja sapaan bagi suku batak sangat penting
ditambahkan yang karena disinilah letak kekuatan
sesuaidengankebutuhan data yang kekerabatan suku batak.
dibutuhkanpeneliti.Sementara yang Upacara adat sebagai media
menjadiobjekdaripenelitianiniadalah sosialisasi
sosialisasi nilai adat dalihan na tolu. Dalihan na tolu merupakan inti
yang bentuk kehidupan sosial suku
HASIL DAN PEMBAHASAN Batak yang menjunjung tinggi prinsip
Sosialisasi dalihan na tolu yang kekeluargaan. Nilai - nilai yang
dilakukan oleh orangtua di Punguan terkandung didalam dalihan na tolu ini
Silau Raja kepada para remaja Batak perlu dijaga kelestariannya agar budaya-
Proses Ajar Didik budaya yang telah diajarkan dari nenek
Proses ajar didik adalah proses moyang zaman dahulu tidak punah.
pewarisan kebudayaan Proses sosialisasi kepada para remaja
denganpengajaran. Berdasarkan sangat penting dilakukan oleh orangtua
wawancara yang telah dilakukan demi menjaga eksistensi suku batak
peneliti terhadaporangtua, proses ajar ditengah-tengah zaman yang modern
didik yang terjadi di Punguan Silau sekarang ini.Salah satu cara dalam
Raja bersifat non formal dan sebagian melakukan sosialisasi ini dengan
besar terjadi pada lingkungan mengajak para remaja ke upacara-
keluarga.Sebagian proses ajar didik upacara adat batak. Para remaja diajak
dilakukan oleh orang tua dan saudara oleh orang tua, namboru,tulang, bahkan
terdekat (seperti:namboru, oppung, sepupu-sepupu mereka ke upacara-
tulang). Proses awal ajar didik pada upacara adat. Orang tua mereka
awalnya dilakukan ketikaseseorang berpendapat denganmengajak mereka
sudah mengenal saudara terdekatnya ke upacara adat maka orang tua dapat
yaitu dengan mengajarkanpanggilan memperkenalkan upacaraadat Batak
atau sebutan untuk memanggil saudara- kepada mereka dan memperkenalkan
saudara terdekatnya terutamakeluarga mereka kepada keluargaterdekatnya.
kandung dari pihak ayah dan ibu.
Dengan proses ajar didik yang Faktor pendukung dan penghambat
mengajarkan cara martutur dari yang mempengaruhi sosialisasi
orangtua kepada para remaja diharapkan dalihan na tolu kepada remaja Batak
dapat mengenal silsilah marga dia Faktor Pendukung
sendiri dan dengan cara itu dapat Orangtua yang aktif didalam
melakukan cara tutur dan sapa yang mengikuti organisasi adat dan
baik kepada individu lain yang ada di upacara adat
lingkungan masyarakat batak. Setelah Orangtua sebagai agen
mengetahui cara tutur dan sapa yang sosialisasi primer didalam keluarga
baik maka dia akan mengerti peranan harus menunjukkan perilaku yang baik
dan posisi yang terdapat pada falsafah terhadap budayanya sendiri. Dengan hal
hidup suku batak dalihan na tolu. Yang yang demikian menjadikan remaja yang

Jom FISIP Volume 2 No. 1 Februari 2015 8


mau mengetahui akan budaya batak itu didalam mengenalkan nilai adat dalihan
sendiri. Orangtua yang aktif terhadap na tolu kepada remaja Batak.
organisasi dan secara rutin mengikuti Faktor Penghambat
acara-acara adat akan memberikan Orangtua yang tidak aktif didalam
contoh yang baik terhadap remaja batak. mengikuti organisasi adat dan
Hal ini sangat mendukung didalam upacara adat
proses sosialisasi nilai adat dalihan na Unsur-unsur yang ada pada
tolu terhadap para remaja batak. dalihan na tolu yaitu somba marhula-
Orangtua yang mengikuti hula, elek marboru, dan manat
organisasi batak dan mengikuti secara mardongan tubu adalah hal yang
rutin acara-acara adat dapat mengatur letak kekerabatan didalam
meningkatkan efektifitas dari proses upacara-upacara adat. Letak
sosialisasi yang dilakukan oleh kekerabatan masyarakat batak
orangtua. Remaja akan merasa senang ditunjukkan dengan penggunaan kata
dengan keadaan orangtua mereka yang sapaan yang tepat dan baik dengan
sering mengikuti acara-acara adat yang individu-individu batak yang lainnya.
membuktikan orangtua mereka juga Hal ini diperoleh oleh remaja dengan
menghargai dan menjalankan nilai-nilai proses ajar didik martutur yang
dari dalihan na tolu. Hal ini akan ditiru dilakukan oleh orangtua mereka.
serta keadaan emosional remaja yang Dengan sosialisasi ini diharapkan
senang akan meningkatkan sikap remaja remaja mengerti dan menjalankan nilai-
untuk menerima proses sosialisasi ini. nilai dari dalihan na tolu pada
Sikap emosional yang positif kehidupan sehari-hari diantara sesama
memberikan peluang orangtua untuk suku batak. Namun tujuan dari
mengajarkan martutur dan mengajak sosialisasi seperti ini tidak akan terjadi
anak-anak mereka ke acara-acara adat kepada para remaja batak apabila
batak sebagai sarana untuk orangtuanya sendiri tidak menjalankan
mensosialisasikan dalihan na tolu. dan tidak menghargai nilai-nilai dari
Sosialisasi partisipatoris dalihan na tolu itu sendiri. Orangtua
Sosialisasi partisipatoris yang tidak aktif ikut diorganisasi adat
(participatory socialization) merupakan dan tidak aktif didalam upacara-upacara
pola di mana anak diberi imbalan ketika adat akan menjadi faktor penghambat
berperilaku baik. Selain itu, hukuman bagi para remaja untuk mendapat
dan imbalan bersifat simbolik. Dalam sosialisasi mengenai dalihan na tolu
proses sosialisasi ini anak diberi dari orangtua mereka.
kebebasan. Penekanan diletakkan pada Sosialisasi represif
interaksi dan komunikasi bersifat lisan Sosialisasi represif (repressive
yang menjadi pusat sosialisasi adalah socialization) menekankan pada
anak dan keperluan anak serta keluarga penggunaan hukuman terhadap
menjadi generalized other. Pola kesalahan. Pada penggunaan pola
sosialisasi yang seperti ini sering sosialisasi ini mengandung ciri-ciri
dilakukan oleh para orangtua untuk berupa : penekanan pada penggunaan
mengenalkan nilai adat dalihan na tolu materi dalam hukuman dan imbalan,
kepada anak mereka yang telah penekanan pada kepatuhan anak dan
menginjak masa remaja. Pola sosialisasi orang tua, penekanan pada komunikasi
yang seperti ini sangat membantu yang bersifat satu arah, nonverbal dan

Jom FISIP Volume 2 No. 1 Februari 2015 9


berisi perintah, penekanan sosialisasi Proses sosialisasi yang memberikan
terletak pada orang tua dan keinginan dampak kepada sikap mengenai
orang tua, dan peran keluarga sebagai dalihan na tolu pada remaja
significant other. Penggunaan pola Peranan sosialisasi dalihan na
sosialisasi ini dapat memberikan tolu yang dilakukan dengan cara proses
pengaruh yang kurang baik terhadap ajar didik dan acara adat yang dijadikan
efektifitasnya proses sosialisasi sebagai media sosialisasi. Sosialisasi ini
mengenai nilai adat dalihan na tolu akan memeberikan dampak pada sikap
kepada remaja. para remaja. Sikap adalah kondisi
mental relatif menetap untuk merespon
Efek sosialisasi dalihan na tolu yang suatu objek atau perangsang tertentu
dilakukan orangtua kepada remaja yang mempunyai arti baik bersifat
batak di Punguan Silau Raja positif, netral, atau negatif yang
Pekanbaru mengangkat aspek-aspek kognisi,
Proses sosialisasi memberikan afeksi, dan kecenderungan untuk
dampak kepada pengetahuan bertindak. Sosialisasi yang dilakukan
mengenai dalihan na tolu pada para orangtua kepada remaja akan
remaja membentuk sikap para remaja baik
Berdasarkan hasil wawancara, sikap yang terbentuk positif, netral,
para remaja memperolehpengetahuan maupun negatif terhadap cara-cara
mengenai martutur dari teman bermain, sosialisasi yang dilakukan.
orang tua, dan saudara dekatseperti Sikap para remaja akan proses
ompung dan saudara kandung dari ayah sosialisasi dalihan na tolu yang
dan ibu. Namun, para remajamengakui dilakukan oleh orangtua, remaja batak
bahwa orang tua lebih sering mengalami sikap positif yang merasa
mengajarkan para remajamengenai senang akan hal-hal baru yang mereka
sebutan untuk memanggil saudaranya rasakan. Remaja dapat melihat rasa
(martutur). Para remajamengakui kekeluargaan yang begitu erat dari
bahwa tujuan orang tua mengajarkan penggunaan kata sapaan yang baik dan
martutur kepada anaknya adalahagar dapat melihat peranan para individu
mereka merasa lebih dekat dengan dalam adat yang ditentukan dalam
saudara-saudaranya. Selain itu orang unsur-unsur dalihan na tolu tanpa
tuamenginginkan agar mereka dapat pandang bulu dan pandang jabatan.
mengetahui bahwa Masyarakat Batak Sikap yang positif ini dapat
memilikikeragaman dalam hal meningkatkan dorongan bertindak yang
memberikan sebutan kepada saudara- baik terhadap unsur-unsur dalihan na
saudara dekatnya. Para remaja tolu dan penggunaannya dalam
mengakui bahwa semakin sering kehidupan sehari-hari.
mengalami prosessosialisasi dari dini Proses sosialisasi yang memberikan
maka pengetahuan mereka terhadap dampak kepada perilaku mengenai
dalihan na tolu jugaakan semakin dalihan na tolu pada remaja
bertambah. Mereka mengakui bahwa Perilaku adalah tindakan atau
pengetahuan yang merekaperoleh aktivitas dari manusia itu sendiri yang
merupakan suatu proses dan tidak mempunyai bentangan yang sangat luas
terjadi secara kebetulan, melainkansuatu antara lain : berjalan, berbicara,
proses yang berkesinambungan. menangis, tertawa, bekerja, kuliah,

Jom FISIP Volume 2 No. 1 Februari 2015 10


menulis, membaca, dan sebagainya. menggunakan acara-acara adat
Dari uraian ini dapat disimpulkan pernikahan dan kematian sebagai
bahwa yang dimaksud perilaku manusia media untuk proses sosialisasi
adalah semua kegiatan atau aktivitas dalihan na tolu. Proses ajar didik
manusia, baik yang diamati langsung, ini dilakukan didalam komunikasi
maupun yang tidak dapat diamati oleh keluarga bersifat lisan dan tatap
pihak luar (Notoatmodjo, 2007). muka. Proses ajar didik dilakukan
Proses sosialisasi yang untuk mengajar tutur sapa yang
dilakukan oleh orangtua kepada baik berdasarkan nilai-nilai
anaknya memberikan dampak berupa dalihan na tolu dikarenakan letak
perilaku yang berubah terhadap budaya kekuatan kekerabatan suku batak
batak khususnya dalihan na tolu. terdapat ditutur sapa yang baik.
Remaja batak sebelum diberi Acara-acara adat seperti acara
pengenalan mengenai masalah dalihan adat perikahan dan kematian
na tolu tidak menggunakan tutur sapa sebagai media untuk proses
yang baik kepada individu batak yang sosialisasi merupakan hal yang
lain dan menganggap acaa adat adalah sangat membantu orangtua. Pada
hal yang kuno dan untuk orangtua saja. acara adat remaja akan
Hal ini tentu akan menjadikan generasi diperlihatkan adat batak yang
yang kehilangan identitas budayanya begitu unik, tidak ada perbedaaan
sendiri. Disinilah diberikan sosialisasi status sosial di dalam adat batak
yang berkelanjutan kepada anak- serta dengan acara-acara adat
anaknya untuk mengubah perilaku remaja dapat mengaktualisasikan
tersebut. Dan dari proses sosialisasi tutur sapa yang telah diajarkan.
yang dilakukan perilaku yang dulunya 2. Terdapat dua faktor pendukung
tidak menganggap budaya mulai didalam proses sosialisasi nilai
perlahan diubah dengan cara adat dalihan na tolu yaitu
menggunakan tutur sapa pada setiap orangtua yang aktif mengikuti
berjumpa dengan orang batak dan organisasi adat / punguan serta
mengikuti acara adat. ini telah rutin mengikuti acara-acara adat
memberikan perubahan yang tampak dan pola sosialisasi partisipatoris.
pada perilaku remaja batak di Punguan Orangtua yang aktif didalam
Silau Raja Pekanbaru. organisasi adat / punguan dan
secara rutin mengikuti acara-acara
Berdasarkan hasil penelitian adat akan menjadi contoh yang
yang dilakukan, maka peneliti dapat baik kepada remaja. Remaja akan
menyimpulkan beberapa hal sebagai meniru hal yang dilakukan oleh
berikut : orangtua mereka. Remaja melihat
1. Terdapat dua cara orangtua dalam jika orangtua mereka menghargai
proses sosialisasi dalihan na tolu dan menjalankan nilai-nilai adat
yang dilakukan kepada anak dalihan na tolu dikehidupan
mereka yang telah menginjak sosial. Hal ini menjadi alat
masa remaja yaitu dengan pendukung orangtua untuk
menggunakan proses ajar didik melakukan sosialisasi secara tepat
mengenai marga sendiri didalam dan efektif. Pola sosialisasi
keluarga dan martutur serta partisipatoris adalah pola

Jom FISIP Volume 2 No. 1 Februari 2015 11


sosialisasi yang menekankan sosialisasi dalihan na tolu pada
kepentingan kepda si anak dan anak remaja batak di Punguan
tidak terlalu menekankan Silau Raja Pekanbaru. Pola
kepentingan keluarga dan sosialisasi represif adalah pola
orangtua. Didalam proses sosialisasi yang dilakukan dalam
sosialisasinya dilakukan denagn keluarga kepada anaknya dengan
komunikasi lisan, tatap muka, menekankan faktor kepentingan
tidak ada tekanan, dan melihat kepada keluarga dan orangtua.
aspek kebebsan anak dalam Seorang anak akan dipaksa untuk
menentukan sikap. Pola seperti ini mengetahui dan menjalankan nilai
sanagt disukai dan disenangi oleh adat dalihan na tolu. Didalam
remaja. Dengan kata lian, hal ini mempelajari dan mengenalkan
menjadi faktor pendukung bagi dalihan na tolu seorang anak akan
proses sosialisasi dalihan na tolu. diberi tekanan dan dipaksa serta
3. Terdapat dua faktor penghambat ada unsur hukuman didalam
didalam proses sosialisasi dalihan proses sosialisasi. Hal ini sangat
na tolu yang dilakukan oleh tidak disukai oleh remaja batak.
orangtua kepada anak mereka dengan kata lain, hal ini akan
yang telah menginjak masa menjadi faktor penghambat bagi
remaja, yaitu : orangtua yang proses sosialisasi yang dilakukan
tidak mengikuti organisasi- orangtua kepada anaknya.
organisasi adat / punguan serta 4. Terdapat berbagai peranan proses
tidak rutin mengikuit acara-acara sosialisasi dalihan na tolu yang
adat dan pola sosialisasi represif. dilakukan orangtua terhadap
Orangtua yang tidak mengikuti remaja, yaitu : dampak terhadap
organisasi adat / punguan serta bertambahnya pengetahuan
tidak rutin mengikuti acara adat remaja akan nilai adat dalihan na
akan menjadi faktor penghambat tolu. Remaja setelah adanya
bagi orangtua didalam proses sosialisasi ini mengetahui
menanamkan nilai adat dalihan na akan cara didalam martutur dan
tolu kepada anaknya. Anaknya mengetahui silsilah dan asal-usul
yang telah remaja akan melihat marganya. Dampak terhadap
dan mengikuti hal-hal yang sikap remaja yang menyukai
dilakukan orangtuanya. Anak proses sosialisasi yang dilakukan
akan melihat orangtua yang tidak oleh orangtua. Perasaaan positif
menghargai dan menjalankan akan mendorong kecenderungan
nilai-nilai dari adat dalihan na yang baik terhadap
tolu dikehidupan bersosial mengaktualisasikan proses
bermasyarakat. sosialisasi ini. Baik itu didalam
Seorang anak tentu akan sangat bertindak dan berperilaku didalam
tidak menerima hal-hal baru yang kehidupan bersosial dan
diajarkan apabila orangtua yang bermasyarakat. Dampak terhadap
mengajarkan tidak melakukan perilaku remaja yang menjalankan
atau menjalankan dikehidupan nilai-nilai adat dalihan na tolu di
sehari-harinya. Hal ini tentu kehidupan sehari-harinya. Remaja
menjadi penghambat bagi proses batak menggunakan tutur sapa

Jom FISIP Volume 2 No. 1 Februari 2015 12


kepada setiap individu batak yang Hutagalung, WM. 1991. Pustaha Batak
mereka jumpai dan mereka mau Tarombo Dohot Turiturian ni
mengikuti acara-acara adat yang Bangso Batak. Jakarta: Tulus
ada dilingkungannya. Jaya

DAFTAR PUSTAKA Ihromi, T.O. 1995. Pokok-pokok


Buku: Antropologi Budaya. Jakarta:
Ambayoen, Mas Ayu. 2006. Pola Yayasan Obor Indonesia
Komunikasi Masyarakat
Kevin. 2008. 10 Kesalahan Orang Tua
Tengger dalam Sosialisasi
dalam Mendidik Anak.Jakarta :
Tradisi Entas-Entas, Praswala
Tangga Pustaka
Gara, dan Pujan Kapat
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu
Aminah, SYF. 2007. Proses
Antropologi. Jakarta: PT.
Komunikasi dan Perubahan
Rineka Cipta
Nilai-nilai BudayaMasyarakat
Melayu Pontianak. Tesis: Kriyantono, rachmat. 2010. Teknik Riset
Sekolah Pascasarjana IPB komunikasi. Jakarta: Prenada
Jakarta
Ausubel, D.P.dkk.1965.Theory and
Problems of Adolescent Liliweri, Alo. 1997. Perspektif Teoritis,
Development.N.Y: Grune dan Komunikasi Antarpribadi
Stratton (Suatu Pendekatan ke Arah
Psikologi Sosial Komunikasi)
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data
Bandung: Citra Aditya Bakti
Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Raja Grafindo Persada Moleong, Lexy. 2005. Metode
Penelitian Kualitatif. Remaja
Daulay, Anwar Saleh. 2006. Adat
Rosdakarya Bandung
Budaya Batak Dalihan Na
Tolu: Analisis Dari Sudut Mufid, Muhammad. 2005. Komunikasi
Prinsip Serta Urgensinya dan Regulasi Penyiaran.
dalam Merajut Integrasi dan Pekanbaru: UIN Press
Identitas Bangsa
Mulyana, Deddy.
Effendy, Onong Uchjana. 2005. 2004.KomunikasiEfektif:Suatu
Dinamika Komunikasi. PendekatanLintasBudaya.
Bandung : Remaja Rosdakarya Bandung: PT.
Faturochman. 2006. Pengantar RemajaRosdakarya
Psikologi Sosial. Yogyakarta :
Novianto, Rahmad Dedi. 2008.
Pustaka
Perkembangan kebudayaan
Harahap. 1987. Orientasi Nilai-nilai dalam Wacana Sejarah
Budaya Batak. Jakarta:
Riyono, Pratikno. 1982. Berbagai Aspek
Sanggar Willem Iskandar
Ilmu Komunikasi. Bandung.:
Remaja Rosda Karya

Jom FISIP Volume 2 No. 1 Februari 2015 13


Ruslan, Rosady. 2010. Metode Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi
Penelitian Public Relations sebagai Suatu Pengantar.
dan Komunikasi. Jakarta : Raja Jakarta:RajaGrafindo Persada
Grafindo Persada
Soekidjo. Notoatmodjo. 2007.
Sajogyo, Pudjiwati & Sajogyo. 1982. Pendidikan dan Perilaku
Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Kesehatan. Jakarta: Penerbit
Yayasan OborIndonesia Rineka Cipta
Sendjaja, Djuarsa. 2002. Materi Pokok 6RH¶RHG 5 'LQLDUWL ) Proses
Teori Komunikasi. Jakarta: Sosialisasi dalam Bunga
Universitas Terbuka RampaiSosiologi Keluarga.
Jakarta: Yayasan Obor
Siahaan, N. 1982. Adat Dalihan Natolu: Indonesia
Prinsip dan Pelaksanaannya.
Jakarta:Grafina Sucipto, Toto. 1998. Peranan Media
Massa Lokal bagi Pembinaan
Sihombing, TM. 1986. Filsafat Batak: danPengembangan
Tentang Kebiasaan-Kebiasaan Kebudayaan Daerah.
Adat Istiadat. Jakarta: Balai Bandung: Departemen
Pustaka Pendidikan danKebudayaan
Siregar, Rahma Sari. 2003. Sosialisasi Sunarto, Kamanto. 1993. ³3HQJDQWDU
Anak Dalam Keluarga yang 6RVLRORJL´. Fakultas Ekonomi.
Tinggal Bukan pada UniversitasIndonesia. Jakarta
Lingkungan Budaya Asalnya.
Skripsi: Fakultas Pertanian IPB Suprihatin. 1992. Diktat Manajemen
Sumber Daya Keluarga.
Sitompul, RHP. 2009. Ulos Batak: Bogor: IPB
Tempo Dulu-Masa Kini.
Jakarta: KERABAT Susanto, Astrid S. 1997. Globalisasi
(Kerukunan Masyarakat Batak dan Komunikasi. Jakarta:
Jakarta) Pustaka Sinar Harapan

. 2009. Perkawinan Adat Batak Sutaryo. 2005. Sosiologi Komunikasi.


Dalihan na Tolu Praktis dan Yogyakarta : Arti Bumi Intaran
Lengkap. Jakarta: KERABAT
(Kerukunan Masyarakat Batak Suyanto, Bagong, dkk. 2010. Metode
Jakarta) Peneltian Sosial. Jakarta :
Predana Media
Sitorus, M.T. 1998. Dalihan Na Tolu:
Fungsi Keluarga Batak Toba, Umar, Husein. 2002. Metode Riset
suatu AnalisisMakro- Komunikasi Organisasi.
Fungsional. Mimbar Sosek: Jakarta: Gramedia Pustaka
Jurnal Sosial Ekonomi Utama
Pertanian FapertaIPB Vergouwen, J.C. 1986. Masyarakat dan
Hukum Batak Toba. Jakarta:
PustakaAzert

Jom FISIP Volume 2 No. 1 Februari 2015 14


Sumber Lain:
Http:// wikipedia.org/Dalihan Na Tolu
Kamus Besar Bahasa Indonesia
http://www.silaban.net/2006/11/26/buda
ya-lokal-vs-budaya-global
sanggupkah

http://www.hupelita.com/baca.php.id
http://marbun.blogspot.com/2006/11/dal
ihan-na-tolu penjelasan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi

http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak
sosialisasi dan pembentukan
kepribadian _ sosiologiteladan.htm
http://sirajaoloanpekanbaru

Jom FISIP Volume 2 No. 1 Februari 2015 15

You might also like