Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2016 PROSIDING SEMINAR NASIONAL

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISBN: 978-602-14020-3-0


UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SABTU, 22 OKTOBER 2016

PEMBAGIAN KERJA DOMESTIK DALAM KELUARGA


PENAMBANG PASIR PEREMPUAN
( Studi Kasus di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman )

Rosalia Indriyati Saptatiningsih1


Email: iin.rosalia@yahoo.com
Universitas PGRI Yogyakarta

Abstract

The purpose of this study was to describe the pattern of the division of domestic
labor within the family sand miners women. Women in poor communities
generally always seek to escape economic hardship through tips given by
exploiting its potential optimally, one of them a job as sand miners also carried
out by female residents in Cangkringan. This qualitative research as it is known
is referred to as kind of research with construtive.Technique interpretive
approaches and data collection to strengthen the results of this study used:
observation, interviews, and documentation, while the method of data analysis
used is descriptive qualitative. The results showed domestic division of labor on
a family of female sand miners have been done by men and women still exist
although more dominant role of women in domestic work, it is because of the
influence of patriarchal culture that instilled from childhood on women by the
patriarchy their parent, culture the looks of female sand mine workers doing
work in the sand quarry after homework is completed. While in public work
such as mining sand is equality between men and women are not distinguished
by gender, it can be seen that the work of the sand miners also carried by men
and women, and there is no dominance in such work. Woman (wife) works to
mine sand have their own income which can be used as revenue needs of family
life.

Keywords: work, home, family, miners, sand

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pola pembagian kerja


domestik dalam keluarga penambang pasir perempuan Kaum perempuan pada
masyarakat miskin umumnya selalu berupaya melepaskan diri dari kesulitan
ekonomi melalui kiat-kiat tertentu dengan memanfaatkan potensi yang
dimilikinya secara optimal, salah satunya pekerjaan sebagai penambang pasir
juga dilakukan oleh perempuan warga di Kecamatan Cangkringan. Penelitian
kualitatif ini sebagaimana diketahui disebut sebagai jenis penelitian dengan
1
Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta

290
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2016 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISBN: 978-602-14020-3-0
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SABTU, 22 OKTOBER 2016

pendekatan interpretatif dan konstruktif.Teknik pengumpulan data untuk


memperkuat hasil penelitian ini menggunakan : observasi, wawancara, dan
dokumentasi, sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan pembagian kerja domestik pada
keluarga penambang pasir perempuan telah dilakukan oleh laki-laki dan
perempuan waulupun masih ada ketimpangan peran perempuan lebih dominan
dalam pekerjaan domestik, hal tersebut karena adanya pengaruh budaya
patriarki yang ditanamkan dari kecil pada perempuan oleh orang tuanya.budaya
patriarki tersebut tampak dari pekerja tambang pasir perempuan melakukan
pekerjaan di tambang pasir setelah pekerjaan rumah selesai dikerjakan.
Sedangkan dalam pekerjaan publik seperti menambang pasir sudah ada
kesetaraan antara laki-laki dan perempuan sudah tidak dibedakan oleh jenis
kelamin, hal tersebut dapat diketahui bahwa pekerjaan penambang pasir juga
dilakukan oleh laki-laki dan perempuan, dan tidak ada dominasi dalam
pekerjaan tersebut . Perempuan (istri) bekerja menambang pasir memiliki
penghasilan sendiri yang dapat digunakan sebagai pemasukan kebutuhan hidup
keluarganya.

Kata Kunci: kerja, domestik, keluarga, penambang, pasir

PENDAHULUAN juga menyatakan fungsinya mempunyai


Perjuangan kesetaraan gender di arti bagi pembangunan dalam masyarakat
Indonesia sudah terlihat dari mulai di Indonesia. Secara umum alasan
memperjuangkan kemerdekaan, sampai perempuan bekerja adalah untuk membantu
sekarang. Perempuan Indonesia dituntut ekonomi keluarga. Keadaan perekonomian
untuk berperan ganda, di satu pihak yang semakin tidak menentu, kesempatan
perempuan sebagai ibu rumah tangga kerja semakin terbatas karena persaingan
dengan berbagai persoalan untuk yang semakin ketat, harga-harga kebutuhan
menciptakan keluarga sejahtera dan pokok yang semakin meningkat,
bahagia, dipihak lain perempuan ikut pendapatan keluarga yang senderung tidak
berperan serta dalam pembangunan sesuai meningkat akan berakibat pada
dengan kemampuan dan kesempatan dalam terganggunya stabilitas perekonomian
situasi dan kondisi masing-masing. keluarga. Kondisi inilah yang mendorong
Tuntutan itulah yang mengakibatkan ibu rumahtangga yang sebelumnya hanya
perempuan banyak dihadapkan dengan mengurus rumah tangga, kemudian ikut
permasalahan dilematis dalam kehidupan berpatisipasi disektor publik dengan ikut
sehari-hari. serta menopang perekonomian keluarga.
Menurut Nursyahbani (1999), Peran serta perempuan dalam
perempuan didorong untuk berpartisipasi menghasilkan uang menjadi salah satu
aktif di-sektor publik, sekaligus tetap harus alternatif menambah daya tahan ekonomi
menjalankan fungsinya sebagai istri dan keluarga. (Risyart Alberth Far Far
ibu. Partisipasi perempuan saat ini bukan AGRILAN , 2012 )
sekedar menuntut persamaan hak, tetapi

291
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2016 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISBN: 978-602-14020-3-0
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SABTU, 22 OKTOBER 2016

Bencana alam yang pernah terjadi di suatu kelompok jenis kelamin yang lebih
kota Yogyakarta, erupsi gunung merapi dominan (Umi Salamah, 2013).
terjadi pada bulan Oktober 2010, Peran perempuan tidak hanya
mempunyai dampak yang dirasakan oleh sebagai „konco wingking’ yang berarti,
masyarakat baik negatif maupun positif . perempuan sepantasnya berada dibelakang
Dampak positif yang dirasakan seperti laki-laki dan berperan sebagai ibu rumah
melimpahnya jutaan meter kubik pasir dari tangga. Faktanya, peran perempuan dapat
erupsi gunung merapi. Kekayaan sumber membantu mencukupi kebutuhan keluarga
daya alam non-hayati di wilayah dari segi sosial maupun ekonomi, tetapi
Kecamatan Cangkringan Kabupaten perempuan tetap pada kodratnya sebagai
Sleman sebagai sumber pertambangan ibu rumah tangga yang mempunyai
pasir yang dikelola dan dimanfaatkan oleh tanggung jawab untuk mendidik dan
masyarakat disekitar lereng gunung merawat anak-anaknya (Ismi Dwi Astuti,
Merapi. 2009).
Kegiatan penambangan pasir Kaum perempuan pada masyarakat
masyarakat di Sungai Opak sebagai usaha miskin umumnya selalu berupaya
alternatif yang dilakukan karena tidak melepaskan diri dari belenggu kesulitan
memerlukan biaya, hanya membutuhkan ekonomi dan mengusahakan kehidupan
tenaga dan peralatan sederhana. Rendahnya ekonomis yang lebih baik dalam bentuk
pendapatan yang diterima oleh laki-laki atau kiat-kiat tertentu dengan
selaku kepala keluarga, membuat sebagian memanfaatkan potensi yang dimilikinya
perempuan harus ikut terjun dalam dunia secara optimal. Meletusnya gunung Merapi
kerja. Kondisi pada masyarakat pedesaan tahun 2010, membawa dampak perubahan
berpengaruh terhadap perkembangan mata pencaharian bagi mayarakat di
perekonomian keluarga. Kegiatan Kecamatan Cangkringan , yaitu banyak
penambangan pasir yang umumnya petani yang berubah mata pencahariannya
dikerjakan kaum laki-laki namun dalam menjadi penambang pasir termasuk kaum
kenyataannya perempuan (istri) terlibat perempuannya.
dalam kegiatan penambangan pasir untuk Di kecamatan Cangkringan di
menambah penghasilan keluarga. sepanjang bantaran sungai Opak dapat
Budaya patriarki di masyarakat telah dilihat perempuan yang bekerja sebagai
memberhentikan gerak perempuan pada menambang pasir. Pekerjaan tersebut
kegiatan luar domestik. Pembagian kerja merupakan suatu pekerjaan yang
yang menetapkan kaum laki-laki sebagai mengandalkan kekuatan fisik saja , hal
penguasa dalam ranah publik, seperti tersebut dilakukan untuk membantu suami
dalam pekerjaan, olahraga, dan dalam memenuhi kebutuhan keluarga.
pemerintahan, sementara kaum perempuan Dewasa ini kedudukan wanita sudah
hanya menjadi pekerja tanpa upah di semakin maju, mereka tidak puas hanya
rumah, dan memikul beban kehidupan sebagai pendamping suami tapi mereka
keluarga. Teori feminisme menghendaki telah dapat mensejajarkan peran yang sama
agar perempuan diintegrasikan secara total dengan kaum pria. Tetapi kebijakan
dalam semua peran, termasuk bekerja di pembangunan yang memberi bobot lebih
luar rumah, dengan demikian tidak ada lagi pada peran tradisional perempuan, yaitu

292
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2016 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISBN: 978-602-14020-3-0
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SABTU, 22 OKTOBER 2016

sebagai ibu rumah tangga yang ibu rumah tangga, serta pasal 34, suami
bertanggung-jawab penuh terhadap wajib melindungi istri dan istri wajib
keluarga sesuai dengan nilai budaya yang mengatur rumah tangga sebaik-baiknya.
berlaku, telah menyebabkan terabaikannya Pernyataan dalam undang-undang tersebut
peran perempuan dalam ekonomi karena bila ditelaah terdapat bias gender antara
dianggap sebagai kegiatan sampingan atau laki-laki dan perempuan yang
kegiatan tambahan. Nilai pekerjaan memposisikan perempuan untuk lebih
perempuan masih dianggap lebih rendah berperan pada sektor domestik.Sementara
dari laki-laki yang tercermin dalam dalam budaya Jawa yang menganut sistem
perbedaan upah yang diterima. (Risyart patriarki banyak istilah yang memposisikan
Alberth Far Far AGRILAN 2012 ) wanita lebih rendah daripada kaum laki-
Dengan latar belakang tersebut laki baik pada sektor publik maupun dalam
penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang rumah tangga. Ideologi patriarki
bagaimana pembagian kerja domestik mencirikan bahwa laki-laki merupakan
dalam keluarga penambang pasir di kepala rumah tangga pencari nafkah yang
Kecamatan Cangkringan Tujuan terlihat dalam pekerjaan produktif di luar
Penelitian : Untuk menganalisis dan rumah maupun sebagai penurus keturunan
mendeskripsikan pola pembagian kerja (Sihite, 2007, dalam Dyah Purbasari
domestik dalam keluarga penambang pasir Kusumaning Putri, Sri Lestari, 2015).
perempuan khususnya di Kecamatan Istilah lainnya yang menggambarkan peran
Cangkringan Kabupaten Sleman. istri dalam sektor domestik adalah kanca
wingking. Dalam bahasa Indonesia kanca
KAJIAN LITERATUR DAN PEGEM- wingking berarti teman belakang, yaitu
BANGAN HIPOTESIS (JIKA ADA) sebagai teman dalam mengelola urusan
a. Gender dan Pembagian Kerja rumah tangga, khususnya urusan anak,
Pembagian peran maupun pembagian memasak, mencuci dan lain-lain atau lebih
tugas rumah tangga yang adil antara suami sering dikenal dengan masak, macak,
dan istri terkadang masih dipengaruhi oleh manak atau yang sering disebut dengan
cara pandang masyarakat mengenai peran 3M. Selain itu istilah lain yang melekat
gender yang cenderung memposisikan pada diri seorang perempuan atau istri
wanita untuk selalu berperan pada wilayah yakni dapur, pupur, kasur, sumur. Istilah
domestik. (Rahayu, 2011 dalam Dyah tersebut menggambarkan peran domestik
Purbasari Kusumaning Putri, Sri Lestari, yang harus dijalani oleh seorang
2015) menerangkan bahwa pola pembagian perempuan atau istri yaitu mengurus semua
peran dalam keluarga dipengaruhi oleh hal yang berhubungan dengan kerumah-
banyak faktor, antara lain; adanya tanggaan seperti memasak, mencuci baju,
diskriminasi gender pada kehidupan mencuci piring, membersihkan rumah
perkawinan ditunjukkan dengan adanya hingga mengasuh anak. (Dyah Purbasari
hak dan kewajiban suami-istri Di Indonesia Kusumaning Putri,Sri Lestari,2015 )
diatur dalam Undang-Undang Perkawinan Gender merupakan suatu sifat yang
No.1 tahun 1974 pasal 31 ayat (3) yang melekat pada laki-laki maupun perempuan
secara tegas menyebutkan bahwa suami yang dikontruksikan secara sosial maupun
sebagai kepala keluarga dan istri sebagai kultural, misalnya perempuan dikenal

293
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2016 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISBN: 978-602-14020-3-0
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SABTU, 22 OKTOBER 2016

lemah lembut, emosional, keibuan dan dan perempuan yang dikonstruksi secara
laki-laki rasioanl, kuat, jantan, perkasa. sosial, yakni perbeadaan yang bukan kodrat
Konsep gender harus dibedakan dengan dan bukan ketentuan Tuhan melainkan
kata gender dan seks (jenis kelamin) diciptakan oleh manusia (laki-laki dan
konsep gender, yaitu suatu sifat yang perempuan) melalui proses sosial dan
melekat pada kaum laki-laki maupun kultural yang panjang (Ismi Dwi Astuti
perempuan yang dikonstruksi secara sosial Nurhaeni, 2009).
maupun kultural (Ismi Dwi Astuti Perbedaan gender tidaklah menjadi
Nurhaeni, 2009). masalah jika tidak melahirkan
Ideologi gender seringkali memo- ketidakadilan gender, namun menjadi
jokkan perempuan kedalam sifat feminim, masalah jika perbedaan gender telah
yaitu karakteristik kepantasan yang melahirkan berbagai ketidakadilan, baik
dianggap sesuai dengan keperempuannya. laki-laki dan terutama pada perempuan.
Dampaknya ialah segala sesuatu yang Ketidakadilan gender merupakan sistem
berjalan dengan ideologi gender dan struktur baik kaum laki-laki dan
mendatangkan perasaan yang aman bagi perempuan menjadi korban dari system
sebagian laki-laki dan sebagian kecil tersebut.
perempuan. Karakteristik kepantasan yang Unesco mendefinisikan gender
berlaku di masyarakat semakin baku quality (kesetaraan gender) dan gender
karena gender berlaku dalam suatu equity (keadilan gender), kesetaraan gender
masyarakat yang ditentukan oleh antara laki-laki dan perempuan merupakan
pandangan masyarakat yang bersangkutan. konsep yang menyatakan bahwa semua
Gender dapat berlangsung di manusia (baik laki-laki maupun
masyarakat karena didukung oleh sistem perempuan) bebas mengembangkan
kepercayaan gender yang didasarkan pada kemampuan personal mereka dan membuat
sejumlah kepercayaan dan pendapat pilihan tanpa dibatasi oleh stereotype, hal
tentang laki-laki (maskulin) dan perempuan ini bukan berarti bahwa perempuan dan
(feminim). Sistem ini mencakup sikap laki-laki harus selalu sama tatapi hak,
terhadap peran dan perilaku yang sesuai tanggung jawab dan kesempatannya tidak
bagi laki-laki dan perempuan. Pola inilah dipengaruhi oleh apakah mereka dilahirkan
yang akhirnya membentuk suatu stereotip sebagai laki-laki atau perempuan. Keadilan
yang menempatkan peran laki-laki dan gender adalah keadilan dalam mem-
perempuan. Deaux dan Kite menyatakan, perlakukan perempuan dan laki-laki sesuai
bahwa sistem kepercayaan tentang kebutuhan mereka, hal ini mencakup
“sebenarnya”, “seharusnya” laki-laki dan perlakuan yang setara atau perlakuan yang
perempuan bersikap (Partini, 2013). berbeda tatapi diperhitungkan ekuivalen
Perbedaan yang bukan biologis dan dalam hak, kewajiban, kepentingan dan
bukan kodrat Tuhan. Perbedaan biologis kesempatannya (Ismi Dwi Astuti Nurhaeni,
yakni perbedaan jenis kelamin (seks) 2009).
adalah kodrat Tuhan dan oleh kerenanya Pembagian kerja setiap strata
secara permanen berbeda. Sedangkan dalam masyarakat tidak hanya terwujud
gender adalah perbedaan perilaku secara fisik maupun secara emosional,
(behavioral differences) anatara laki-laki tetapi mengarah pada penanaman kualitas

294
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2016 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISBN: 978-602-14020-3-0
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SABTU, 22 OKTOBER 2016

gender yang proposisional. Oposisi perempuan dijauhkan dari pekerjaan


tersebut tentang pandangan kebutuhan tertentu karena dianggap kurang mampu
dasar orang lain sehingga hanya berfungsi melakukannya bila aktivitas tersebut
bila berorientasi pada orang lain agar bisa membutuhkan kekuatan fisik.
berpadu padan dengan tubuh dan pikiran Keseimbangan perbedaan jenis kelamin
orang lain yang dikerjakan. Pembagian pada alokasi kerja dibutuhkan dalam
kerja berarti pembagian nilai, beberapa pekerjaan tertentu yang membutuhkan
pekerjaan dan jangkauan mengandung kemampuan fisik diluar kebiasaan laki-laki
kekuatan dan prestise. yang lebih kuat, tetapi perempuan bisa
Kekuatan dalam pembagian kerja melakukan seperti laki-laki. Pembagian
bergender memilki status diferensial. kerja secara seksual hanya sedikit, bahkan
Pekerjaan laki-laki lebih dikenal sebagai tidak berkolerasi dengan aktivitas
“wilayah” laki-laki memiliki kekuatan reproduksi dan ukuran tubuh (Sugihastuti
kemasyarakatan melalui penempatan dkk, 2010).
barang, jasa. Laki-laki sebagian besar Gerakan feminis merupakan
budaya memiliki akses posisi publik yang perjuangan transformasi sistem dan
lebih kuat dibandingkan perempuan yang struktur yang tidak adil menuju ke sistem
hanya di wilayah domestik dan non-publik. yang adil bagi perempuan maupun laki-
Pengaruh tersebut dibatasi oleh wilayah laki. Hakikat adalah gerakan transformasi
masing-masing, karena wilayah privat sosial dalam arti tidak hanya
bergantung pada tempatnya ditengah memperjuangkan persoalan perempuan
wilayah publik. Kemapuan perempuan belaka. Strategi perjuangan gerakan
dalam menggunakan pengaruh dan feminis tidak sekedar upaya pemenuhan
kekuatan di wilayah privat bergantung kebutuhan praktis kondisi perempuan,
pada laki-laki (partner) mengalokasikan namun untuk mengakhiri dominasi gender
kepemikilikannya di tengah-tengah publik. dan manifestasinya seperti eksploitasi,
Pembagian kerja yang berhubungan marginalisasi, subordinasi, pelekatan
dengan alokasi fungsi perempuan di streotipe dan kekerasan, melainkan
wilayah domestik atau privat dan alokasi perjuangan transformasi sosial ke arah
kekuasaan perempuan pada kekuasaan penciptaan struktur secara fundamental
publik laki-laki. Perempuan sebagai subjek yang lebih baik (Mansour Fakih, 2013).
yang mengandung anak, tidak hanya Memperjuangkan keadilan gender
bertugas melahirkan namun juga merupakan tugas berat karena masalah
membesarkan. Perempuan dibebani tugas gender adalah masalah yang intens dan
merawat rumah, bila pembagian kerja proses pencarian solusinya perlu dilakukan
hanya mengacu pada jenis kelamin, maka secara komperhensif, maka muncullah
perempuan bertugas mengandung dan aliran-aliran pemikiran dan sebutan
mengasuh anak sedangkan laki-laki tidak. feminisme. Feminisme tidak dapat
Urusan pemeliharaan pekerjaan perempuan melepaskan dirinya dari konteks politik.
tidak hanya dilakukan untuk anak, Tabiat politis selalu menggugat struktur
melainkan untuk seluruh keluarga. interaksi kekuasaan diantara perempuan
Faktor biologis menjadi alasan dan laki-laki. Dibalik majemuknya aliran-
pembagian kerja secara seksual, aliran tentang feminis yang ada, ternyata

295
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2016 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISBN: 978-602-14020-3-0
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SABTU, 22 OKTOBER 2016

hemoginitas pemikiran tentang hubungan pilihan untuk diterima dan dihargai, entah
dominasi dan subordinasi antara laki-laki itu untuk ibu rumah tangga atau suami
dan perempuan. Dalam konteks ini, rumah tangga, orang-orang berkarier yang
ke“laki-laki”an dan ke“perempuan”an tidak menikah atau bagian dari keluarga
tidak boleh dipahami secara biologis, yakni berpenghasilan rangkap, tidak mempunyai
jenis kelamin (seks) melainkan sebagai anak atau mempunyai anak. Para feminis
konstruksi kultural yang lebih sering liberal melihat cita-cita tersebut sebagai hal
dikenal dengan sebutan “gender” (Riant yang akan meningkatkan praktik kebebasan
Nugroho, 2011). dan kesetaraan laki-laki dan perempuan
Pembagian seksual kerja di dalam (George Ritzer, 2012).
masyarakat modern segi gender maupun
lingkungan yang di tandai sebagai “publik” 1. Perempuan Penambang Pasir
dan “privat”. Wanita diberi tanggung jawab Penelitian Mukhlis dan Bambang
terutama untuk lingkungan privat, Pudjianto (2006) juga menyangkut tentang
sedangkan pria diberi akses yang istimewa penambang pasir perempuan dengan judul
di lingkungan publik yang dilihat oleh para “Studi Kasus Wanita-wanita Penambang
feminis liberal tentang kehidupan sosial pasir di Desa Lumbung Rejo, Kecamatan
misalnya uang, kekuasaan, status, dan Tempel Kabupaten Sleman”
kebebasan. Fakta bahwa wanita mengemukakan bahwa menyempitnya
mempunyai akses yang dibutuhkan untuk kesempatan kerja dan kepemilikan tanah di
lingkungan publik, tentu suatu kemenangan perdesaan, mendorong masyarakat
yang dicapai gerakan wanita. menciptakan lapangan kerja baru. Para
Gerakan feminisme liberal wanita yang tidak memiliki modal,
sebagaimana fakta bahwa wanita merasa pendidikan, serta keahlian menyebabkan
dapat mengajukan beberapa tuntutan mereka memilih pekerjaan pada sektor
kepada pria untuk membantu dalam informal. Pekerjaan yang digeluti adalah
pekerjaan di lingkungan privat, di satu sisi menambang pasir, suatu pekerjaan yang
wanita menemukan pengalaman di mengandalkan kekuatan fisik saja untuk
lungkungan publik, seperti pendidikan, membantu suami dalam memenuhi
kerja, politik dan ruang publik yang masih kebutuhan keluarga. Penelitian ini
dibatasi oleh praktik-praktik diskriminasi, mengambil studi kasus yang bersifat
marginalisasi dan pelecehan. Lingkungan deskriptif. Hasil penelitian ini
privat wanita untuk memposisikan diri menunjukkan adanya ikatan yang kuat
dalam suatu ikatan waktu, sewaktu kembali diantara sesama wanita penambang
ke rumah dari pekerjaan yang di bayar ke ditunjukkan dengan memberi bantuan
“giliran kedua” pengurusan rumah dan kepada penambang yang tidak dapat
anak yang ditanamkan oleh ideologi bekerja. Kuatnya ikatan tersebut karena
mengenai intensif tugas ibu. penambang merasa senasib dan
Para feminis liberal susunan gender seperjuangan.
yang ideal ketika setiap individu bertindak
sebagai agen moral yang bebas dan METODE PENELITIAN
tanggungjawab memilih gaya hidup yang Penelitian ini menggunakan jenis
paling cocok baginya dan mempunyai penelitian kualitatif, sebagaimana diketahui

296
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2016 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISBN: 978-602-14020-3-0
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SABTU, 22 OKTOBER 2016

bahwa penelitian kualitatif banyak disebut Kepuharjo, Desa Argomulyo, Desa


sebagai jenis penelitian dengan pendekatan Glagaharjo, terdiri 73 Dusun/Pedukuhan,
interpretatif dan konstruktif. Pada intinya 151RW dan 307 RT. Kecamatan
jenis penelitian kualitatif dengan Cangkringan dilalui Sungai Gendol di
serangkaian prosedurnya akan digunakan sebelah timur dan Sungai Kuning di
untuk memperdalam informasi tentang sebelah barat Kecamatan Cangkringan
pembagian kerja domestik dalam rumah Kabupaten Sleman terletak di lereng
tangga penambang pasir perempuan. Gunung Merapi yang memiliki potensi
Dalam penelitian ini mengambil responden hasil pertanian melimpah, pada tahun 2010
5 perempuan penambang pasir di sekitar gunung merapi mengalami erupsi, yang
kali opak, informasi ini penting untuk berdampak pada lahan pertanian sebagian
mengetahui pembagian kerja domestik besar mengalami kerusakan. Faktor
dalam keluarganya, Kepala desa Wukirsari, ketidakpastian penghasilan petani dalam
karena desa Wukirsari dekat dengan kali usaha pertanian seperti gagal panen, hama,
opak yang banyak penambang pasir untuk dan bencana berdampak pada pengalihan
mengetahui persepsi tentang penambang pekerjaan pada pertambangan pasir sebagai
pasir perempuan. Teknik pengumpulan mata pencaharian masyarakat.
data untuk memperkuat hasil penelitian ini Kegiatan penambangan pasir
menggunakan: 1) Wawancara, 2) masyarakat di Sungai Opak dan lahan
Observasi dan 3) dokumentasi. Dalam pertambangan sebagai pekerjaan pokok dan
penelitian ini analisis data menggunakan usaha alternatif yang dilakukan karena
model Miles and Huberman yaitu analisis hanya membutuhkan tenaga dan peralatan
data dalam penelitian kualitatif, dilakukan sederhana. Rendahnya pendapatan yang
pada saat pengumpulana data berlangsung, diterima oleh laki-laki sebagai penambang
dan setelah selesai pengumpulan data pasir, membuat sebagian perempuan harus
dalam periode tertentu. Pada saat ikut terjun dalam dunia kerja. Kondisi pada
wawancara, peneliti sudah melakukan masyarakat pedesaan berpengaruh terhadap
analisis terhadap jawaban yang perkembangan perekonomian keluarga.
diwawancarai. Aktivitas dalam analisis Kegiatan penambangan pasir yang
data yaitu data reduction, data display, dan umumnya dikerjakan kaum laki-laki
conclusion drawing/verification, (kepala keluarga) kenyataannya,
(Sugiyono, 2012). perempuan (istri) terlibat dalam kegiatan
penambangan pasir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Deskripsi Wilayah b. Kondisi Lingkungan Masyarakat
Letak wilayah Kec. Cangkringan di dan jumlah penduduk
sebelah utara Kecamatan Selo, sebelah Penduduk Kecamatan Cangkringan
timur Kecamatan Manisrenggo, sebelah Kabupaten Sleman terletak di lereng
selatan Kecamatan Ngemplak, dan sebelah gunung merapi yang termasuk di daerah
barat Kecamatan Pakem. dataran tinggi.Erupsi gunung merapi
Luas wilayah Kec. Cangkringan memberikan kontribusi bagi kehidupan
4.799 ha, dengan terdiri 5 Desa yaitu Desa masyarakat karena memiliki tanah yang
Wukirsari, Desa Umbulharjo, Desa subur dapat ditanam berbagai macam

297
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2016 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISBN: 978-602-14020-3-0
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SABTU, 22 OKTOBER 2016

tanaman.Mata pencaharian masyarakat untuk menambah penghasilan yang kurang


dapat digolongkan menjadi dua besar yaitu mencukupi kebutuhan sehari-hari meng-
petani dan peternak. Sawah yang luas yang akibatkan para perempuan atau istri beralih
dapat menghasil aneka ragam hasil bumi profesi sebagai penambang pasir untuk
seperti sayuran dan padi, namun bukan membantu suami. Banyak para petani yang
hanya pertanian saja yang terdapat di Desa beralih pekerjaan yang sebelumnya bekerja
Cangkringan ada juga Peternak sapi dan di sawah lebih memilih menambang pasir.
ayam yang banyak dijumpai di Desa Beberapa alasan perempuan mau
Wukirsari. menjadi penambang pasir adalah sepert
Tingkat pendidikan warga sangat salah satu pernyataan perempuan
beragam mulai dari lulusan Sekolah Dasar penambang pasir yang sebelumnya sebagai
(SD) hingga Sekolah Menengah Atas ibu rumah tangga,
(SMA). Rendahnya pendidikan untuk “TK” mengatakan bahwa:
mencari pekerjaan yang tetap sangat sulit “sebagai ibu rumah tangga
didapat oleh masyarakat sebagian mengurus urusan rumah tangga saja
perempuan penambang pasir yang hanya masak, nyuci, momong (mengasuh) anak
lulusan Sekolah Dasar (SD) maupun sama beres-beres rumah itu sudah menjadi
Sekolah Menengah Pertama (SMP) seperti tanggungjawab saya sebagai ibu dan tugas
para perempuan yang sudah berkeluarga. istri. Suami kerja sebagai buruh tani di
Para perempuan miskin memilih berprofesi sawah milik orang lain gaji tak seberapa
sebagai penambang pasir memanfaatkan dan kebutuhan semakin banyak. Saya
hasil erupsi gunung merapi di sungai opak nggak tega melihat suami kerja sendiri
sekaligus membantu suami untuk pergi pagi menambang pasir dan kadang-
memenuhi kebutuhan keluarga. kadang pulang malam jika sedang
Kecamatan Cangkringan berpen- mengairi sawah harus ditunggu. Saya ikut
duduk 10.265KK, dengan jumlah kerja dengan tetangga menambang pasir,
keseluruhan penduduk adalah 30.511jiwa upah menambang sudah membantu suami
orang teridiri dari Laki-laki 14.918 jiwa, untuk mencukupi kebutuhan keluarga”
Perempuan 15.593 jiwa Sedangkan pendapat “ST” yang
bekerja sebagai penambang pasir untuk
c. Perempuan Penambang Pasir membantu suami, mengatakan:
Alasan perempuan bekerja sebagai “Saya bekerja menambang pasir,
penambang pasir yang merupakan bukan karena paksaan atau disuruh suami
kesadaran sendiri dilakukan atas keinginan Sehari-hari saya hanya dirumah mengurus
sendiri, dengan tujuan untuk membantu anak dan pekerjaan rumah. Suami saya
memenuhi kebutuhan hidup keluarga. tidak menuntut saya bekerja, tetapi
Adanya material merapi yang keinginan saya sendiri, dirumah cuma
berlimpah di kecamatan Cangkringan diam saja hanya melamun dan menonton tv
dimanfaatkan penduduk untuk dijadikan kalau sudah siang semua pekerjaan rumah
lahan pekerjaan utama sebagai penambang sudah selesai jadi saya ikut menambang
pasir . Sebelum menjadi penambang pasir dilahan bantuin suami daripada di rumah
banyak perempuan yang menjadi buruh jeleh (bosan). Lumayan mbak hasilnya bisa
tani, kebun dan pabrik dilakukan untu

298
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2016 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISBN: 978-602-14020-3-0
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SABTU, 22 OKTOBER 2016

buat nambah uang untuk membeli lauk dan mengurus keperluan rumah tangga di tepis
jajan anak oleh “MY” yang mengungkapkan:
Pernyataan “PN” bekerja menam- “Saya kalau dirumah hanya masak
bang pasir mengungkapkan: dan mengurus rumah malah saya jadi
“Sudah lama saya menambang pasir linglung, Sebenarnya pekerjaan rumah
kira-kira hampir satu setengah tahun saya malah lebih banyak dibandingkan di lahan
bekerja. Dulu saya diajak tetangga yang belum ditambah mengurus anak tetapi
bekerja sebagai penambang pasir juga, tidak ada upah,karena suami
karena waktu itu tetangga saya penghasilannya tidak mencukupi maka
kekurangan tenaga untuk mengumpulkan saya ikut kerja sebagai penambang pasir”
pasir kebetulan waktu itu saya tidak ada Dari hasil wawancara dan observasi
kerjaan dan saya mau diajak kerja. menunjukan bahwa pencari nafkah bagi
Dengan bekerja ini dapat menmabah masyarakat desa dan miskin merupakan
penghasilan “ tanggung jawab suami istri. Dari uraian
Pernyataan di atas di perkuat oleh diatas alasan perempuan (istri) untuk
ibu “MY” yang sebelumnya bekerja bekerja hampir sama dengan lainnya,
sebagai petani sayur dan peternak ayam faktor ekonomi yang membuat perempuan
beralih pekerjaan sebagai penambang pasir (istri) ikut bekerja. Pendapat tersebut juga
sejak tahun 2014 mengatakan bahwa: dikuatkan oleh oleh salah satu Kepala Desa
“MY kerja di kebun sayuran ikut “FJL”:
orang, tetapi hasilnya kadang-kadang “Menurut saya tidak ada masalah
kurang memuaskan. Saya juga sudah jika perempuan bekerja karena tuntutan
pernah kerja dipeternakan ayam tapi di ekonomi serta sosial yang sekarang tingkat
tempat peternak ayam penghasilan tidak tuntutan jaman semakin tinggi, menurut
mencukupi untuk kebutuhan keluarga. saya tidak ada masalah jika perempuan
Setelah itu saya diajak suami ikut bekerja, apapun pekerjaannya dikerjakan
menambang pasir awalnya saya ragu-ragu asalkan tidak melupakan tugas sebagai ibu
karena pekerjaannya agak berat, tetapi rumah tangga dan tetap menjaga
kebutuhan semakin banyak seperti makan komunikasi didalam keluarga”
sehari-hari, biaya sekolah anak kebetulan Dari sisi pendidikan mayoritas
sekolah anak saya tiga bareng masuknya, perempuan yang bekerja sebagai
ada yang SMP dan SMA lalu saya bersedia penambang pasir memiliki tingkat
ikut suami menambang pasir Bagi saya pendidikan rata-rata lulusan Sekolah Dasar
yang bekerja itu bukan hanya laki- (SD). Tingkat pendidikan yang rendah
laki,kalau gaji suami saya sudah berpengaruh terhadap kesempatan kerja
mencukupi kebutuhan saya tidak kerja yang dimiliki. Faktor pendidikan inilah
Semua sama saja laki-laki atau perempuan juga mendasari sebagian perempuan
bekerja yang penting dapur dirumah tetap bekerja sebagai penambang pasir, seperti
ngebul (keluar asap dan sekolah anak- halnya yang dikatakan oleh “TH”:
anak tetap lancar” “Saya hanya tamatan Sekolah Dasar
Anggapan bahwa laki-laki mencari (SD), maka saya juga menjadi penambang
nafkah dan melarang perempuan (istri) pasir ,dulu saya pernah kerja di pabrik
bekerja serta tugas istri hanya untuk tetapi di PHK karena pabriknya bangkrut,

299
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2016 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISBN: 978-602-14020-3-0
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SABTU, 22 OKTOBER 2016

susah nyari pekerjaan yang tetap. Saya sebagai istri tidak lupa dengan tugas itu
punya anak dua ang pertama laki-laki karena itu sudah menjadi kewajiban
kelas dua (Sekolah Menengah Pertama) sebagai istri dan saya juga sebagai Ibu
SMP dan anak kedua saya kelas enam SD yang harus mengurus anak-anak. Setelah
sebentar lagi mau masuk ke SMP, dari pekerjaan rumah selesai saya pergi
sekarang saya menabung untuk membiayai menambang pasir “
anak saya besok masuk ke SMP” Pernyataan senada dungkapkan
Kegiatan penambangan pasir “MY”. (55) dan Suami bernama S (60)
dilakukan di Sungai Opak Material pasir jumlah anggota keluarga ada lima orang
dari letusan gunung merapi dapat dan memiliki tiga anak, anak yang pertama
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar laki-laki SMA kelas 2, anak kedua dan
sebagai lapangan kerja untuk memenuhi ketiga perempuan masih SMP kelas 3 dan
kebutuhan. Bekerja sebagai penambang 1. Suami istri tersebut bekerja sebagai
pasir merupakan pekerjaan utama bagi penambang pasir setiap hari pergi ke lahan
masyarakat, mengingat kebutuhan hidup penambangan untuk mengumpulkan pasir.
dan keterbatasan pendidikan serta lapangan “Sebelum bekerja menambang saya
kerja maka menambang pasir sebagai mata menyelesaikan pekerjaan rumah terlebih
pencaharian pokok. Dari beberapa alasan dahulu seperti, memasak menyiapkan
perempuan bekerja sebagai penambang sarapan untuk suami serta anak-anaknya
pasir merupakan bukti bahwa perempuan sebelum berangkat bekerja dan sekolah.
tidak akan diam bila melihat kondisi Suami berangkat bekerja pukul 08.00 pagi
keluarga kekurangan , maka perempuan sampai jam 16.00, sebelum berangkat
akan ambil bagian untuk memenuhi kerja saya menyelesaikan pekerjaan rumah
kebutuhan keluarganya, sesuai terlebih dahulu seperti memberi makan
kemampuannya. ayam peliharaan, menyapu halaman
belakang rumah. Saya memulai aktivitas
d. Pembagian kerja domestik dari pukul 04.30 sudah bangun memasak
Gambaran pembagian kerja dapat menyiapkan sarapan dan persiapan untuk
diketahui dari hasil observasi dan makan siang. Pukul 10.00 berangkat ke
wawancara diketahui bahwa dalam lahan, tidak seperti suaminya yang sudah
keluarga penambang pasir perempuan “ST” berangkat ke lahan terlebih dahulu pukul
juga menepis anggapan bahwa mencari 08.00.”
nafkah merupakan tugas suami semata , Namun dalam pembagian kerja
keperluan hidup sehari-hari di jaman domestik dikeluarga Ibu “MY” dan suami
sekarang dan dahulu jauh berbeda. serta anak-anak membagi tugas rumah
Kebutuhan keluarga bertambah dan maka setiap anggota keluarga mendapatkan tugas
perempuan (istri) tidak bisa diam begitu masing-masing.
saja di rumah,meskipun diakui bahwa tugas “Semua pekerjaan rumah saya
domestik menjadi tanggung jawabnya, dibantu dengan anak-anak, setiap pagi ada
seperti yang diungkapkan “ST”: yang menyapu dan membersihkan rumah
“Memang benar tugas istri kan tugas anak saya yang ketiga. Tugas anak
dirumah mengurus anak dan saya yang kedua yaitu mencuci pakaian,
menyelesaikan pekerjaan rumah. Saya setiap pagi anak saya yang mencuci

300
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2016 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISBN: 978-602-14020-3-0
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SABTU, 22 OKTOBER 2016

kemudian saya yang menjemur tidak mengijinkan istrinya bekerja karena


pakaiannya, Kalau anak yang pertama mencari nafkah sudah menjadi tanggung
sepulang sekolah sering bantu Bapak ke jawab suami. Anggapan tersebut kian
lahan mengumpulkan pasir. Bapak juga luntur, kebutuhan hidup semakin banyak
mendapat tugas di rumah, tugas bapak dan perlu adanya pemasukan tambahan.
memberi makan ayam ternak yang Hasil wawancara dengan responden,
dipelihara dirumah dan menyapu halaman terbukti bahwa mencari nafkah menjadi
belakang tugas bersama suami dan istri. Tidak ada
Dari beberapa pendapat responden pembedaan publik bahwa yang bekerja
menujukkan bahwa pekerjaan domestik adalah laki-laki atau suami dan perempuan
masih dirasakan menjadi tanggung jawab hanya di rumah sebagai ibu rumah tangga.
perempuan, meskipun sebenarnya laki-laki Kebutuhan hidup yang semakin bertambah
tidak memberikan beban sepenuhnya membuat perempuan atau istri untuk
kepada istri karena semua pekerjaan mencari pekerjaan.
domestik dapat dibagi oleh seluruh anggota Perempuan atau istri bekerja sebagai
keluarga. Hal tersebut dapat diketahui penambang pasir tidak mengganggu
dengan penamabng pasir perempuan pergi aktivitas lainnya di masyarakat.Waktu
ke lahan pasir setelah menyelesaikan tugas dalam satu hari dihabiskan untuk pekerjaan
rumah tangganya, seperti memasak, rumah dan bekerja di lahan, tetapi
mencuci dan membersihkan rumah. Meski perempuan atau istri bisa membagi untuk
pekerjaan domestik bukan merukan silahturahmi dan mengikuti kegiatan di
tuntutan suami untuk dikerjakan oleh istri, masyarakat. Teori feminisme menentang
namun budaya masyarakat masih melekat pembagian kerja berdasarkan seks, karena
pada perempuan desa seperti yang tidak ada alasan biologis yang mengatakan
diungkapkan “ST”: perempuan harus mengasuh anak dan
“Saya datang ke lahan agak siang melakukan pekerjaan rumah tangga
karena saya harus masak dulu buat sementara laki-laki bekerja diluar rumah
sarapan Bapak dan anak-anak saya untuk mendapatkan upah. Gerakan feminis
sebelum berangkat sekolah. Upah yang merupakan perjuangan transformasi sistem
saya dapatkan sebanding dengan apa yang dan struktur tidak adil menuju ke sistem
saya kerjakan, ada tambahan untuk biaya yang adil bagi perempuan maupun laki-
anak-anak sekolah” laki.
Perempuan yang latar belakangnya Perempuan (istri) walaupun bekerja
sebagai ibu rumah tangga menjadi pekerja sebagai penambang pasir, tetap
penambang pasir sudah hal biasa di mengerjakan tugas utamanya sebagai istri
masyarakat Kecamatan Cangkringan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah
Kabupaten Sleman. Tugas perempuan terlebih dahulu sebelum berangkat bekerja.
sebagai ibu rumah tangga menyelesaikan Ungkapan tersebut sebenaranya masih bias
urusan rumah tangga. Suami atau laki-laki gender, karena kesan bekerja seolah tidak
sebagai kepala rumah tangga mencari ada diskriminasi, tetapi masih banyak
nafkah untuk keperluan hidup sehari-hari, pekerjaan domestik yang menjadi tanggung
terkadang masih ada suami yang tidak jawab perempuan ini disebabkan faktor
mengijinkan istrinya untuk bekerja. Alasan

301
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2016 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISBN: 978-602-14020-3-0
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SABTU, 22 OKTOBER 2016

budaya yang telah lama ditanamkamkan hal tersebut dapat diketahui bahwa
pada perempuan. pekerjaan penambang pasir juga dilakukan
Dalam pandangan umum pekerjaan oleh laki-laki dan perempuan, sehingga
domestik dipandang sebagai kewajiban tidak ada dominasi dalam pekerjaan publik.
moral perempuan yang dikemas dalam Perempuan (istri) bekerja menambang pasir
balutan berbagai ideologi. Jarang muncul memiliki penghasilan sendiri untuk
ke permukaan pemahaman bahwa tambahan pemasukan kebutuhan hidup
pekerjaan domestik adalah aktivitas keluarganya.
bernilai ekonomi yang seharusnya menjadi
tanggung jawab bersama laki-laki dan DAFTAR PUSTAKA
perempuan. Dari wawancara dan Dyah Purbasari Kusumaning Putri, Sri
pengamatan dalam pembagian kerja Lestari, Pembagian Kerja Dalam
domestik tampak bahwa perempuan Rumah Tangga Pada Pasangan
mempunyai tanggung jawab lebih besar Suami Istri Jawa , Jurnal Penelitian
dari pada laki-laki dapat dilihat jam kerja Humaniora, Vol. 16, No. 1,
setiap hari lebih banyak dari pada laki-laki, Februari 2015: 72-85
salah satu contoh perempuan lebih awal Goorge Ritzer. 2012. Teori Sosiologi: dari
bangun pagi ( jam 04.30) baru setelah beres Sosiologi Klasik sampai
pekerjaan rumah, bisa pergi ke penambang Perkembangan terakhir
pasir,sedangkan laki-laki bisa berangkat ke Postmodern. Yogyakarta: Pustaka
penambang pasir lebih awal. Pelajar.
Ismi Dwi Astuti Nurhaeni. 2009.
KESIMPULAN Kebijakan Politik Pro Gender.
Pembagian kerja domestik pada Surakarta: UNS Press.
keluarga penambang pasir perempuan Mansour Fakih. 2013. Analisis Gender dan
seperti memasak, mencuci, membersihkan Transformasi Sosial. Yogyakarta:
rumah, suami lebih mempercayakannya Pustaka Pelajar.
kepada isteri. Dalam pembagian kerja Mukhlis dan Bambang Pudjianto. 2006.
domestik pada keluarga penambang pasir “Studi Kasus Wanita-Wanita
perempuan dapat diketahui bahwa, Penambang Pasir di Desa
pekerjaan domestik telah dilakukan oleh Lumbung, Kecamatan Tempel,
laki-laki dan perempuan waulupun masih Kabupaten Sleman”. Jurnal
ada ketimpangan peran pereempuan lebih penelitian dan Pengembangan
dominan dalam pekerjaan domestik, hal Kesejahteraan Sosial. (Online),
tersebut karena perempuan atau istri (https://bendilz24.files.wordpress.com/201
merasa pekerjaan domestik sebagai 2/11/jurnal-k3-5-18.pdf, diunduh 5
tanggung jawab moralnya, serta adanya Oktober 2015).
pengaruh budaya patriarki yang Partini. 2013. Bias Gender dalam
ditanamkan dari kecil pada perempuan oleh Birokrasi. Yogyakarta: Tiara
orang tuanya. Berbeda dalam pekerjaan Wacana.
publik seperti menambang pasir sudah ada Riant Nugroho. 2011. Gender dan Strategi:
kesetaraan antara laki-laki dan perempuan Pengarus Utamanya di Indonesia.
sudah tidak dibedakan oleh jenis kelamin, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

302
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2016 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISBN: 978-602-14020-3-0
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SABTU, 22 OKTOBER 2016

Risyart Alberth Far Far AGRILAN Jurnal Umi Salamah. 2013. Artikel
Agribisnis KepulauanVOLUME 1 Perkembangan Teori Feminisme
No. 1 Oktober 2012 15) (Online),
Sugihastuti dkk. 2010. Gender dan (http://yumasumi1908.blogspot.co.i
Inferioritas Perempuan: Praktik d/2013/07/state-of-arts-teori-
Kritik Sastra Feminis. Yogyakarta: feminisme.html, diunduh 4
Pustaka Pelajar. Desember 2015).
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

303

You might also like