Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

JGK-vol.9, no.

22, Juli 2017


THE CORRELATION BETWEEN COSUMING SWEETENED BEVERAGES WITH
OVER NUTRITION IN SENIOR HIGHT SCHOOL OF INSTITUT INDONESIA
SEMARANG

Farhatus Saidah, Sugeng Maryanto, Galeh Septiar Pontang


Nutrition Study Program Faculty of Health Science Ngudi Waluyo University
E-mail: Farhatussaidah@yahoo.com

ABSTRACT
Background: obesity is a condition where there is an increase in the mass of fat tissue in the
body. Obesity can occur because of an imbalance between enrgy intake and energy
expenditure.. The adverse effect of obesty on health will lead to diseases such as hight blood
pressure, heart disease, diabetes mellitus, impaires breathing to respiratory tract clogged by
fat and the respiratory tract making it difficult to breathe.
Objective: to know the correlation between the habit to consume the incidences of overweight
in adolescent in Senior High School (SMA) Institut Indonesia Semarang.
Methods: the studt was correlation using cross sectional apporch to the student population of
SMA Institut Indonesia Semarang and the number of samples of 99 respondents taken by
proposional random sampling method. Retrieving data used digital bathroom scales,
microtoice and for the data of comsumtion beverages used FFQ.
Result: the frequency of consumtion sweetened beverage was muchas 43,4% respondent in
category, 34,7% frequent category, 22,4% if always, category in 0% never. While the
respondents who had over more nutrition status were 10.2% and 89.8% in category normal
nutritional status. Kendall’s tau test result got p value 0.001<=0.05.
Conclusion: There is relationship-sweetened beverages consumption habits to the incidence
of overweight in adolescents in SMA Institut Indonesia Semarang (p=0.001).

Keywords :sweetened beverages, nutrition, adolescent

Jurnal Gizi dan Kesehatan 150


JGK-vol.9, no.22, Juli 2017
HUBUNGAN KEBISASAAN KONSUMSI MINUMAN BERPEMANIS DENGAN
KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI SMA INSTITUT INDONESIA
SEMARANG

Farhatus Saidah, Sugeng Maryanto, Galeh Septiar Pontang


Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo
E-mail: Farhatussaidah@yahoo.com

ABSTRAK
Latar Belakang : Obesitas adalah keadaan dimana terjadi peningkatan massa jaringan
lemak dalam tubuh. Obesitas dapat terjadi karena adanya ketidak seimbangan antara energi
yang masuk dan energi yang dikeluarkan. Minuman ringan berpemanis merupakan minuman
ringan dalam kemasan yang menambahkan pemanis berkalori sebagai salah satu bahan atau
kandungan dalam minuman. Minuman ringan berpemanis termasuk dalam golongan
karbohidrat sederhana. Dampak buruk obesitas menyebabkan penyakit seperti tekanan darah
tinggi, jantung, diabetes militus, gangguan pernapasan karena saluran pernapasan tersumbat
oleh lemak yang menghimpit saluran pernapasan sehingga sulit untuk bernafas.
Tujuan : mengetahui hubungan kebiasaan konsumsi minuman berpemanis dengan kejadian
gizi lebih pada remaja di SMA Institut Indonesia Semarang.
Metode : Jenis penelitian ini adalah korelasional menggunakan pendekatan cross sectional
dengan populasi siswa SMA Institut Indonesia Semarang dan jumlah sampel 99 responden
diambil dengan metode proposional random sampling. Pengambilan data menggunakan
timbangan injak digital, mikrota dan untuk data konsumsi minuman berpemanis
menggunakan FFQ.
Hasil : frekunsi kebiasaan konsumsi minuman berpemanis sebanyak 43,4% responden
jarang, 34,7% sering, 22,4% selalu, 0% tidak pernah. Sedangkan responden yang mempunyai
ststus gizi lebih sebanyak 10,2% dan 89,8% status gizi normal. Hasil uji kendall’s tau
didapatkan nilai p 0,001 <  =0,05
Simpulan : Ada hubungan kebiasaan konsumsi minuman berpemanis dengan kejadian gizi
lebih pada remaja di SMA Institut Indonesia Semarang (p=0,001).

Kata Kunci : minuman berpemanis, gizi lebih, remaja

Jurnal Gizi dan Kesehatan 151


JGK-vol.9, no.22, Juli 2017
PENDAHULUAN cukup tinggi (Stettler, 2002). Kebiasaan
Minuman ringan berpemanis konsumsi minuman berpemanis yang
merupakan minuman ringan dalam berlebihan juga mengakibatkan terjadinya
kemasan yang menambahkan pemanis obesitas.Data GAPMMI (Gabungan
berkalori sebagai salah satu bahan atau Asosiasi Perusahaan Makanan dan
kandungan dalam minuman. Minuman Minuman Indonesia) menunjukkan bahwa
ringan berpemanis termasuk dalam industri minuman ringan nasional
golongan karbohidrat sederhana (Lopez, mengalami pertumbuhan rata-rata 17% per
2010).Minuman berpemanis mengandung tahun dalam kurun waktu empat tahun
glukosa. Glukosa lebih cepat diserap oleh terakhir yakni 2007 hingga 2011. Volume
tubuh untuk digunakan menjadi energi penjualan minuman ringan terus
dibandingkan fruktosa karena fruktosa mengalami peningkatan dari tahun ke
tidak merangsang pelepasan insulin, tahun dimana pada tahun 2007 berada pada
fruktosa dibawa ke dalam sel melalui angka Rp 383 triliun dan pada tahun 2010
saluran yang berbeda dengan glukosa, meningkat hingga mencapai Rp 605 triliun
setelah sampai di hati fruktosa diubah (Sutaryo, 2012).
menjadi gliserol dan pembentukan lemak, Remaja termasuk golongan yang
hal tersebut dapat menimbulkan kenaikan rentan terhadap gizi lebih karena berbagai
berat badan (Mann & Stewart, 2007). pengaruh. Berdasarkan Riskesdas (2013)
Obesitas adalah keadaan dimana menunjukkan bahwa, prevalensi obesitas
terjadi peningkatan massa jaringan lemak secara nasional pada remaja usia 14-18
dalam tubuh. Obesitas dapat terjadi karena tahun mengalami peningkatan signifikan
adanya ketidak seimbangan antara energi dari tahun 2007 sebesar 1,4%, pada tahun
yang masuk dan energi yang dikeluarkan. 2010 sebesar 2,5%, sedangkan pada tahun
Obesitas merupakan permasalahan yang 2013 menjadi 7,3% (Riskesdas 2013).
dapat terjadi pada anak-anak hingga orang menurut Riskesdas 2010 prevalensi
dewasa, termasuk remaja. Obesitas telah kegemukan pada remaja di provinsi Jawa
menjadi masalah kesehatan global di Tengah lebih tinggi dari prevalensi
seluruh dunia, baik di negara maju maupun nasional yaitu 2,8%. Riskesdas tahun 2007,
negara berkembang. Berdasarkan WHO prevalensi kegemukan pada remaja di Kota
obesitas sudah merupakan epidemik global Semarang termasuk satu dari lima kota
dan menjadi masalah kesehatan yang harus Kabupaten di Jawa Tengah dengan
segera diatasi. Di seluruh dunia setidaknya prevalensi tertinggi yaitu 17,6% untuk
2,8 juta orang meninggal setiap tahun dan jenis kelamin perempuan 16,1% untuk
diperkirakan 35. 800.000 (2,3%) yang laki-laki.
disebabkan oleh kelebihan berat badan Dampak buruk obesitas terhadap
atau obesitas(WHO, 2008). kesehatan akan menyebabkan penyakit
Kejadian obesitas disebabkan dari seperti tekanan darah tinggi, jantung,
faktor genetik dan lingkungan. Dari segi diabetes militus, gangguan pernapasan
genetik yaitu disebabkan karena faktor karena saluran pernapasan tersumbat oleh
keturunan keluarga. Sedangkan dari segi lemak yang menghimpit saluran
lingkungan disebabkan dari pola konsumsi pernapasan sehingga sulit untuk bernafas.
makanan, aktivitas fisik, pengaruh media, Hal ini akan membuat kurang konsentrasi
akses, pengaruh keluarga serta lingkungan dalam menangkap pelajarannya dan bisa
sosial ( Haines J, 2007). Selain itu terdapat berpengaruh dengan prestasi di sekolah
faktor penyebab obesitas pada anak (Palilingan,2010). Dampak lain yang
sekolah di antaranya yaitu, asupan sering diabaikan adalah obesitas dapat
makanan berlebih yang bersumber dari mengganggu kejiwaan pada remaja, yakni
makanan instan, minuman kemasan merasa kurang percaya diri, menjadi pasif
berpemanis dengan kandungan kalori yang dan depresi karena sering tidak dilibatkan

Jurnal Gizi dan Kesehatan 152


JGK-vol.9, no.22, Juli 2017
pada kegiatan yang dilakukan oleh teman lebih dari cukup sehingga asupan energi
sebayanya (Manuba, 2004). dan asupan karbohidrat tinggi dan
Selain itu gaya hidup remaja saat ini berkebiasaan minum minuman berpemanis
lebih memilih makanan instan siap saji dan seperti teh dalam kemasan atau jus sari
minuman kemasan berpemanis karena buah. Sedangkan 4 siswa mempunyai pola
lebih praktis. Hal ini dipengaruhi Iklan- makan yang teratur tetapi dengan porsi
iklan minuman ringan dikemas dengan yang lebih. Hal ini dilakukan di SMA
nuansa remaja, oleh karena itu dapat Institus Indonesia karena letak sekolah
mempengaruhi pandangan terhadap para yang berada di tengah kota dan
remaja. Belakangan ini minuman ringan memudahkan remaja untuk mengakses
berpemanis berkontribusi sebanyak 9,2% minuman ringan berpemanis. Selain itudari
terhadap total intake energi masyarakat wawancara gizi yang dilakukan kepada 10
Amerika. Angka ini mengalami kenaikan siswa terdapat 2 siswa obesitas dan 2 siswa
cukup pesat sejak akhir tahun 1970 yang yang mengalami overweight
sebelumnya hanya 3,9%. Sebuah penelitian mengkonsumsi minuman ringan sebanyak
terhadap 11.209 sisa SMP dan SMA di 2 kali dalam sehari sehingga apabila
Amerika menemukan hasil bahwa 64,9% dihitung seminggu mengkonsumsi
siswa mengkonsumsi minuman ringan sebanyak 12. Sedangkan pada 2 siswa
berpemanis ≥ 1 kali/hari, 35,6% yang juga mengalami overweight hanya
mengkonsumsi sebanyak ≥ 2 kali/hari, dan mengkonsumsi 5 kali dalam seminggu. Hal
22,2% siswa mengonsumsi minuman ini ≥ ini akan digolongkan menjadi tiga
3 kali/hari. kelompok yaitu, dikatakan sering apabila ≥
Hasil penelitian yang dilakukan oleh 6 kali seminggu, jarang 3-5 kali seminggu,
National Health and Nutrition Examination dan tidak pernah 0 kali dalam seminggu
Survey (NHANES) 1999 hingga 2004 (Council, 2004).
terhadap 2.157 remaja Amerika Berdasarkan uraian tersebut, peneliti
memperlihatkan bahwa konsumsi gula tertarik untuk meneliti hubungan kebiasaan
tambahan remaja Amerika dalam sehari konsumsi minuman ringan berpemanis
sebesar 21,4% dari total energy. dengan masalah gizi lebih pada remaja di
Sedangkan penelitian yang dilakukan SMA Institut Indonesia Semarang.
Nurfitriani (2011) terhadap sejumlah siswa
SMA menunjukkan hasil bahwa 56% METODE PENELITIAN
responden termasuk kategori tinggi dalam Penelitian ini menggunakan desain
konsumsi minuman ringan berpemanis. penelitian studi korelasi Pendekatan yang
Penelitian yang juga dilakukan oleh Fauzia dilakukan dalam penelitian ini adalah cross
(2012) terhadap remaja di Kota Depok dan sectional. Populasi dalam penelitian ini
mununjukkan hasil bahwa sebanyak 40,3% adalah seluruh siswa SMA Institut
remaja mengonsumsi minuman ringan Indonesia yang berjumlah 850 siswa.
berpemanis. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa
Berdasarkan hasil studi pendahuluan SMA Institut Indonesia Semarang yang
yang dilakukan di SMA Institut Indonesia memenuhi kriteria penelitian. Variabel
Semarang pada 10 siswa siswi, dari terikat dalam penelitian ini adalah
pengukuran status gizi dengan kebiasaan konsumsi minuman berpemanis
menggunakan IMT/U diperoleh 4 siswa serta variabel bebas yaitu kejadian gizi
mengalami overweight dan 2 siswa lebih. Data yang dikumpulkan antara lain
mengalami obesitas. Dari hasil wawancara yaitu identitas responden, berat badan dan
gizi terhadap 10 siswa dengan tinggi badan responden yang dilakukan
menggunakan metode FFQ kuantitatif, pengukuran dengan menggunakan
menunjukan 2 siswa mempunyai pola microtoice dan timbangan injak digital
makan yang berlebih dengan porsi yang serti untuk mengetahui frekuensi kebiasaan

Jurnal Gizi dan Kesehatan 153


JGK-vol.9, no.22, Juli 2017
konsumsi minuman berpemanis 3. Kebiasaan konsumsi minuman
menggunakan FFQ semikuantitatif. Uji berpemanis pada remaja di SMA
statistic untuk hubungan antara kebiasaan Institut Indonesia Semarang.
konsumsi minuman berpemanis dengan Tabel 3 Distribusi frekuensi kebiasaan
kejadian gizi lebih menggunakan uji konsumsi minuman
Kendall Tau (p=0,05) berpemanis pada remaja di
SMA Institut Indonesia
HASIL DAN PEMBAHASAN Semarang.
1. Umur
Tabel 1 Karakteristik berdasarkan umur Kebiasaan
responden Konsumsi
N %
Umur N % Minuman
15 tahun 42 42,4 Berpemanis
16 tahun 27 27,3 Jarang 43 43,4
17 tahun 30 30,3 Sering 34 34,7
Jumlah 99 100 Selalu 22 22,4
Berdasarkan tabel 1 diketahui usia Tidak Pernah 0 0,0
responden antara 15-17 tahun, dengan Total 99 100,0
persentase paling banyak yaitu usia 15 Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian
tahun yaitu pada responden kelas X besar kebiasaan konsumsi minuman
(sepuluh) 42,4% (42 responden) sedangkan berpemanis pada remaja adalah jarang
persentase terkecil yaitu usia 16 tahun sebanyak 43 responden (43,4%), sering
kelas XI (sebelas) 27,3% (27 responden). sebanyak 34 responden (34,7%), selalu
sebanyak 22 responden (22,4%), dan tidak
2. Jenis Kelamin pernah sebanyak 0 responden (0,0%). Hal
Tabel 2 Karakteristik berdasarkan jenis ini menunjukkann paling banyak
kelamin responden responden yang mempunyai kebiasaan
Jenis N % konsumsi minuman berpemanis dalam
Kelamin kategori jarang dan sering. Responden
Laki-laki 52 52,5 yang memiliki kebiasaan konsumsi
Perempuan 47 47,5 minuman berpemanis dalam kategori
jarang sebanyak 43 responden (43,4%) saat
Jumlah 99 100 dilakukan wawancara FFQ semi kuantitatif
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa dari selama 1 bulan terakhir beberapa
99 siswa, paling banyak berjeniskelamin responden mengatakan tidak terlalu
laki-laki yaitu sebanyak 52 siswa (52,5%) menyukai minuman berpemanis. Mereka
dan sisanya siswa perempuan sebanyak 47 cenderung menyukai air mineral kemasan
siswa (47,5%). gelas. Ada juga yang mengatakan hanya
mengkonsumsi minuman berpemanis 1-2
kali/minggu.
Responden yang memiliki kebiasaan
konsumsi minuman berpemanis dalam
kategori sering sebanyak 34 responden
(34,7%) saat dilakukan wawancara FFQ
semi kuantitatif selama 1 bulan terakhir
sebagian responden mengatakan sering
mengkonsumsi minuman berpemanis
seperti teh kemasan dan sari buah
sebanyak 3-5 kali/minggu, dan ada

Jurnal Gizi dan Kesehatan 154


JGK-vol.9, no.22, Juli 2017
beberapa responden yang mengatakan 4. Kejadian gizi lebih pada remaja di
sangat suka mengkonsumsi minuman SMA Institut Indonesia Semarang.
berpemanis jenis isotonik 2-3 kali/minggu. Tabel 4 Distribusi frekuensi kejadian
Responden yang memiliki kebiasan gizi lebih
konsumsi minuman berpemanis dalam Kejadian
kategori selalu sebanyak 22 responden Gizi Lebih N %
(22,4%) saat dilakukan FFQ semi Normal 89 89,9
kuantitatif 1 bulan terakhir sebagian besar Lebih 10 10,2
responden mengatakan konsumsi minuman Total 99 100,0
berpemanis hampir setiap hari. Responden Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian
yang mengkonsumsi minuman berpemanis besar kejadian gizi lebih pada remaja
dengan kategori selalu disebabkan oleh adalah normal sebanyak 89 responden
adanya beberpa faktor yaitu diantaranya (89,9%), dan lebih sebanyak 10 responden
akses yang sangat mudah di jangkau. (10,2%). Hasil penelitian menunjukkan
Selain itu letak sekolah yang dijadikan bahwa sebagian besar kejadian gizi lebih
tempat dalam penelitian ini berada di pada remaja adalah normal sebanyak 89
tengah kota yang terdapat banyak mini responden (89,9%), dan lebih sebanyak 10
market atau warung-warung yang responden (10,2%). Normalnya status gizi
menyediakan minuman kemasan disebabkan karena remaja banyak
berpemanis. Sedangkan di dalam beraktifitas dan konsumsi makanan cukup
lingkungan sekolah terdapat kantin sekolah sehingga status gizinya normal. Responden
yang menyediakan berbagai jenis minuman dalam kategori status gizi lebih sebanyak
berpemanis contohnya seperti minuman 10 responden (10,2%) terdiri dari
sari buah, minuman teh kemasan dan responden berjenis kelamin perempuan
minuman jenis isotonik. sebanyak 5 responden (50%) dan yang
bejenis kelamin laki-laki sebanyak 5
responden (50%) saat dilakukan
pengukuran antropometri sebagian besar
mempunyai IMT/U >2SD.

5. Hubungan kebiasaan konsumsi minuman berpemanis dengan kejadian gizi lebih


pada remaja di SMA Institut Indonesia Semarang.
Tabel 5 Hubungan kebiasaan konsumsi minuman berpemanis dengan kejadian gizi lebih
pada remaja di SMA Institut Indonesia Semarang.
Kebiasaan Kejadian Gizi Lebih Total
Konsumsi Normal Lebih p value
Minuman
F % f % f %
Berpemanis
Jarang 43 100,0 0 0,0 43 100,0 0,001
Sering 30 88,2 4 11,8 34 100,0
Selalu 16 72,7 6 27,3 22 100,0
Tidak Pernah 0 0,0 0 0,0 0,0 0,0
Total 99 89,8 10 10,2 99 100,0
Tabel 5 menunjukkan bahwa remaja yang jarang dan tidak pernah tidak mengalami
paling banyak mengalami kejadian gizi kejadian gizi lebih yaitu 0,0%.
lebih adalah remaja dengan kebiasaan Hasil uji kendall’s tau didapatkan nilai p
konsumsi minuman berpemanis selalu 0,001 <  =0,05 sehingga ada hubungan
yaitu sebanyak 27,3% dan remaja dengan kebiasaan konsumsi minuman berpemanis
kebiasaan konsumsi minuman berpemanis

Jurnal Gizi dan Kesehatan 155


JGK-vol.9, no.22, Juli 2017
dengan kejadian gizi lebih pada remaja di setelah sampai dihati fruktosa diubah
SMA Institut Indonesia Semarang. menjadi gliserol, sedangkan glukosa
Dalam penelitian ini hasil tabulasi disimpan dalam bentuk glikogen sebagai
silang antara kebiasaan konsumsi cadangan energi, hal tersebut dapat
berpemanis dengan kejadian gizi lebih menimbulkan kenaikan berat badan (Mann
menunjukkan bahwa 43 responden yang & Stewart, 2007).
memiliki kebiasaan konsumsi minuman Mekanisme fruktosa terhadap
berpemanis dalam kategori jarang (100%) kecepatan kenaikan berat badan, fruktosa
yang memiliki status gizi normal. Dari 34 setelah diabsorpsi oleh usus, 50-75%
responden yang memiliki kebiasaan fruktosa dimetabolsime di hepar dan sisa
konsumsi minuman berpemanis dalam metabolismenya dikeluarkanj melaui
ketgori sering terdapat 30 responden ginjal. Enzim pertama yang berperan
(88,2%) yang mempunyai status gizi dalam metabolsime fruktosa adalah
normal dan 4 responden (11,8%) fruktokinase atau ketoheksokinase yang
mempunyai status gizi lebih, dari 22 menggunakan Adenosin Tri Posfat (ATP)
responden yang memiliki kebiasaan untuk memfosforlasi fruktosa menjadi
konsumsi minuman berpemanis dalam fruktosa-1 fosfat yang terjadi pada
kategori selalu terdapat 16 responden terutama hepar, epitel intestinal, sel a
(72,2%) yang memiliki status gizi normal deposit dan endothelium vaskuler.
dan 6 responden (27,3%) memiliki status Fruktosa-1 fosfat diubah menjadi
gizi lebih. dihidroksiaseton fosfat dan asetil- KoA.
Dalam minuman berpemanis Selanjutnya asetil-KoA diubah menajdi
mengandung banyak gula sehingga rasanya asil-KoA, berkaitan dengan gliserol-3fosfat
manis dan banyak disukai masyarakat, membentuk trigliserida. Trigliserida
tetapi konsumsi minuman berpemanis berlebihan dalam tubuh akan disimpan dan
secara berlebihan akan menimbulkan. menyebabkan cepat kenaikan berat badan
Minuman berpemanis mengandung (Prihastusti, 2011)
karbohidrat sederhana yang sering disebut Dalam penelitian ini responden yang
gula. Gula yang digunakan dalam memiliki kebiasaan konsumsi minuman
minuman adalah jenis sukrosa yang berpemanis dalam kategori sering serta
merupakan gula sederhana yang status gizinya normal terdapat 30
memberikan rasa manis dan memberikan responden (88,2%) hal ini dapat terjadi
energi sehingga menambah kalori di dalam karena faktor lain yaitu berdasarkan hasil
tubuh yang membuat cepat kenyang . Gula wawancara diketahui bahwa responden
sukrosa termasuk dalam karbohidrat aktif berolahraga selain itu responden aktif
golongan disakarida yang terdiri dari dua dalam ekstrakulikuler seperti basket dan
monosakarida, yaitu fruktosa dan glukosa. futsal. Aktivitas fisik berperan penting
Sukrosa ketika masuk ke dalam tubuh dalam pengeluaran energi sehingga dapat
melalui proses pencernaan dipecah mencegah munculnya gizi lebih(Atkinson,
menjadi fruktosa dan glukosa yang terjadi 2005). Pengeluaran energi tersebut
di dalam usus. Setelah diserap oleh usus, merupakan akibat penggunaan energi
fruktosa dibawa melalui pembuluh darah untuk beraktivitas fisik itu sendiri maupun
menuju ke hati untuk dimetabolisme hubungannya dengan metabolisme basal.
menjadi lemak. (Mann & Stewart 2007). Dalam kaitannya dengan metabolsime
Glukosa lebih cepat diserap oleh basal dijelaskan bahwa aktivitas fisik
tubuh untuk digunakan menjadi energi berperan dalam memelihara dan
dibandingkan fruktosa karena fruktosa membentuk masa otot. Masa otot ini akan
tidak merangsang pelepasan insulin, mempengaruhi metabolisme basal dimana
fruktosa dibawa ke dalam sel melalui jumlah massa otot akan meningkatkan
saluran yang berbeda dengan glukosa, angka metabolisme basal. Dengan

Jurnal Gizi dan Kesehatan 156


JGK-vol.9, no.22, Juli 2017
meningkatkan angka metabolisme basal Lopez. 2010. To What Extent Have
maka pengeluaran energi semakin besar Swetened Beverages Contributed To
sehingga dapat membakar sel lemak dalam The Obesity Epidemic. Journal Of
tubuh. Selain itu, dijelaskan bahwa Public Health Nutrition. (online) vol.
seseorang yang aktif mempunyai angka 10.1074.
metabolisme basal 5-10% lebih tinggi Manuba I.A. 2004 . Dampak Buruk
disbanding dengan orang yang tidak aktif. Obesitas. Diperoleh 20 Desember
Aktifitas fisik membantu menurunkan 2015. Diakses dari
perkembangan sel lemak (Muhilal dan http://www.balipost.co.id/balipost.20
Damayanti, 2006). 04/3/7/cez.html
Responden yang memiliki kebiasan Muhilal dan Didit Damayanti. 2006. Gizi
konsumsi minuman berpemanis dalam Anak dan Remaja. Jakarta : EGC
kategori selalu dan status gizi normal Nurfitriani G. 2011. Faktor-faktor Yang
terdapat 16 responden (72,7%). Hal ini Berhubungan Dengan Tingkat
dapat terjadi karena faktor lain yaitu Konsumsi Minuman Berpemanis
berdasarkan waancara diketahui bahwa Pada Mahasiswa S1 Reguler
responden mengurangi asupan makan dan Universitas Indonesia Angkatan
sering melakukan olahraga. Terbentuknya 2009 Tahun 2011. [Skripsi].
konsep diri berupa body image pada Peminatan Gizi Kesehatan
remaja juga menyebabkan kebanyakan Masyarakat Fakultas Kesehatan
para remaja mengurangi asupan makanan Masyarakat Universitas Indonesia,
karena melakukan diet yang salah. Konsep Depok
body image yang negative akan berdampak Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013.
pada status gizi remaja (Andea, 2010). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
SIMPULAN Kementerian RI tahun 2013.
1. Kebiasaan konsumsi minuman Diakses: 19 Oktober 2014, dari
berpenanis pada remaja adalah jarang http://www.depkes.go.id/resources/d
sebanyak 43 responden (43,4%), sering ownload/general/Hasil%20Riskesdas
sebanyak 34 responden (34,7%), selalu %20 2013.pdf.
sebanyak 22 responden (22,4%). Stettler HF. 2002. Sistem Basic
2. Sebagian besar kejadian gizi lebih Independent Audit. Prentice Hall,
pada remaja adalah normal sebanyak 88 Inc. Englewood Cliffs. New Jersey.
responden (89,8%), dan lebih sebanyak Stewart dan Mann. 2007. Leptine and
10 responden (10,2%). Obesity of Metabolisme Sindroma
3. Ada hubungan kebiasaan Metabolic. Jurnal penelitian AJCN.
konsumsi minuman berpemanis dengan Vol 50 No. 30 diakses tanggal 15
kejadian gizi lebih pada remaja di SMA Juni 2016
Institut Indonesia Semarang (p=0,001). Sutaryo. 2012. Pengaruh Corporate Social
Responsibility Terhadap Kinerja
DAFTAR PUSTAKA Keuangan Perusahaan. Artikel SNA
Andea R. 2010. Hubungan Antara Body XIV Banda Aceh.
Image Dan Perilaku Diet Pada WHO. Obesity : Preventing And Managing
Remaja. [Skripsi]. Fakultas The Global Epidemic, WHO
Psikologi. Universitas Sumatera Technical\ Report Series 2008; 894,
Utara. Geneva.
http://www.Who.Int/Nutrition/Public
ations/Obesity_Executive_Summary.
Pdf [15 Maret 2016].

Jurnal Gizi dan Kesehatan 157

You might also like