Professional Documents
Culture Documents
Efek Edible Coating Pada Kualitas Alpukat (: Persea America Mill) SELAMA PENYIMPANAN
Efek Edible Coating Pada Kualitas Alpukat (: Persea America Mill) SELAMA PENYIMPANAN
*E-mail: khairun.nisah@ar-raniry.ac.id
Abstract: A research has been carried out entitled the effect of carrageenan
addition Eucheuma cottonii and glycerol as edible coating of avocado fruit
(Persea americana Mill.) The sample is from Takengon, Central Aceh
Regency to extend storage time. This study aims to find out how the effect of
the addition of carrageenan concentration variations Eucheuma cottonii and
glycerol as edible coatings in extending the shelf life of avocados (Persea
americana Mill.). The variations in the concentration of comparable
carrageenan and glycerol used as edible coating are 2: 2%, 3: 2%, 4: 2%, 2:
3%, 3: 3% and 4: 3% in distilled water. The coating process was done by
dipping avocados for 1 minute and stored at room temperature for 10 days in
an open container. The results shows that the physical appearance of
avocados was best obtained from edible coating with variations in
concentrations of 2: 2%, 2: 3% and 3: 3% (carrageenan: glycerol)
characterized by bright flesh color, hard texture, fresh aroma and good taste,
while avocados at carrageenan concentrations and glycerol 3: 2%, 4: 2% and
4: 3% indicate poor conditions and are not suitable for consumption.
Avocados with edible coating 2: 2%, 2: 3% and 3: 3% were then tested and
obtained by weight loss in a row of 11.562%, 8.815% and 9.34%, moisture
content 73.73%, 65.77% and 77.84%, reducing sugar levels 1.15%, 0.80%
and 0.97% and vitamin C levels 0.17%, 0.16% and 0.31%.
AMINA 1(1) 2019 | Aplikasi analisis kimia kuantitatif untuk pemantauan kadar obat (therapeutic drugs
monitoring)
12 Nisah dan Barat
kondisi yang kurang baik dan tidak layak untuk dikonsumsi. Buah alpukat
dengan edible coating 2:2%, 2:3% dan 3:3% tersebut kemudian diuji dan
diperoleh susut bobot berturut-turut sebesar 11,562%, 8,815% dan 9,341%,
kadar air 73,73%, 65,77% dan 77,84%, kadar gula reduksi 1,15%, 0,80% dan
0,97% dan kadar vitamin C 0,17%, 0,16% dan 0,31%.
Kata Kunci: Karaginan, edible coating, buah alpukat (Persea americana
Mill.), gliserol
.
PENDAHULUAN (dipping), pembusaan (foaming),
Salah satu kendala dalam penuangan (casting) dan penyemprotan
pemenuhan permintaan buah alpukat (sprying). Edible coating bertindak
adalah rusaknya buah alpukat sebelum sebagai penghalang terhadap
sampai ke tempat tujuan atau sebelum di kelembaban gas (O2 dan CO2) serta zat
konsumsi. Besarnya kerusakan tersebut, terlarut dengan menimbulkan gerakan
di samping karena sifat buah-buahan membran semi permeabel disekitar buah,
yang mudah mengalami kerusakan atau sehingga menghambat laju respirasi,
pembusukan serta iklim tropis yang tidak kehilangan air dan proses oksidasi
menguntungkan bagi daya tahan simpan (Nawab, 2017) (Nawab, dkk (2017).
buah, juga karena penanganan Menurut penelitian oleh Huse (2011), cara
paskapanen yang belum memadai yang tepat untuk menurunkan tingkat
(Leksikowati, 2013). Buah alpukat kerusakan Apel Romebeauty adalah
mempunyai sifat yang mudah rusak dengan menggunakan edible coating.
terutama karena kondisi lingkungan yang Salah satu bahan dasar dalam
tidak sesuai, seperti suhu tinggi dan udara pembuatan edible coating adalah
lembab. Hal ini menjadi suatu karaginan. Karaginan merupakan
permasalahan dalam penyediaan buah campuran kompleks dari beberapa
alpukat yang berkualitas, baik bagi senyawa polisakarida yang larut dalam
konsumen untuk pasar lokal maupun air, karaginan berasal dari rumput laut
ekspor. merah (Eucheuma cottonii). Edible coating
Beberapa cara untuk yang terbuat dari senyawa polisakarida
mempertahankan mutu dan yaitu karaginan dapat memberikan
memperpanjng umur simpan buah-buhan perlindungan efektif terhadap pencoklatan
adalah mendinginkan dan menyimpan permukaan makanan, oksidasi lemak
buah pada kondisi atmosfir terkendali, serta oksidasi komponen lainnya (Huse,
serta pengemasan dengan plastik. Tetapi 2011). Keuntungan lain dari penggunaan
cara-cara tersebut memiliki kelemahan edible coating berbahan dasar senyawa
seperti penggunaan pendingin dan polisakarida seperti karaginan adalah
penyimpanan yang memerlukan biaya dapat memperbaiki flavor, tekstur dan
investasi yang tinggi, sedangkan warna, serta dapat meningkatkan
pengemasan dengan plastik yang tidak stabilitas selama penjualan, penyimpanan,
tepat akan mengakibatkan kerusakan memperbaiki penampilan dan mengurangi
pada buah karena sifat plastik yang tidak tingkat kebusukan (Winarti, 2012).
tahan terhadap panas dan mudah terjadi Gliserol merupakan plasticizer yang
penimbunan uap air di dalamnya (Huse, ditambahkan dalam pembuatan edible
2011). coating sehingga dapat menghasilkan
Edible coating merupakan salah coating yang lebih fleksibel, halus dan
cara yang digunakan untuk dapat menghambat proses pertukaran gas
memperpanjang umur simpan dan juga dan uap air (Naufal, 2016).
dapat mempertahankan mutu dari buah- Salah satu hal yang perlu
buahan pada suhu ruang (Mulyadi, 2014). diperhatikan dalam pembuatan edible
Edible coating dapat dilakukan dengan coating adalah konsentrasi larutan.
beberapa metode yaitu, pencelupan Konsentrasi larutan yang tepat dapat
AMINA 1(1) 2019 | Aplikasi analisis kimia kuantitatif untuk pemantauan kadar obat (therapeutic drugs
monitoring)
13 Nisah dan Barat
AMINA 1(1) 2019 | Aplikasi analisis kimia kuantitatif untuk pemantauan kadar obat (therapeutic drugs
monitoring)
14 Nisah dan Barat
AMINA 1(1) 2019 | Aplikasi analisis kimia kuantitatif untuk pemantauan kadar obat (therapeutic drugs
monitoring)
15 Nisah dan Barat
proses respirasi sehingga kehilangan air edible coating yang lebih kental sehingga
dari dalam buah dapat diperkecil dan menyebabkan terjadinya respirasi anaerob
penurunan susut bobot dapat dihambat. dalam buah alpukat.
Menurut Alsuhendra (2011), Buah alpukat dengan perlakuan
konsentrasi edible coating terlalu kental konsentrasi karaginan dan gliserol 2:2%,
(tinggi), maka akan menyulitkan dalam 2:3% dan 3:3% yang menunjukkan kondisi
penggunaanya serta dapat menyebabkan fisik buah alpukat paling baik, ditandai
terjadinya respirasi anaerob. Respirasi dengan warna daging buah yang cerah,
anaerob menyebabkan sel melakukan tekstur yang masih keras, aromanya
perombakan di dalam buah itu sendiri segar dan rasa yang enak serta
yang dapat mengakibatkan proses menunjukkan susut bobot yang relatif
pembusukan lebih cepat dari keadaan lebih rendah. Sedangkan buah alpukat
yang normal. Namun, jika konsentrasi pada konsentrasi 3:2%, 4:2% dan 4:3%
edible coating terlalu rendah maka menunjukkan kondisi yang kurang baik
pengaruhnya akan minimal atau bahkan dan tidak layak untuk dikonsumsi serta
tidak ada, sehingga O2 yang masuk tinggi susut bobot yang lebih tinggi. Buah
menyebabkan proses respirasi meningkat. dengan keadaan fisik masih baik
Edible coating yang diperoleh dari kemudian diuji kadar air, kadar gula
konsentrasi karaginan dan gliserol 2:3% pereduksi dan kadar vitamin C-nya.
memiliki nilai susut bobot sebesar Kadar Air
8,815%. Nilai susut bobot ini merupakan
Tabel 2. Kadar air buah alpukat
nilai terkecil pada hari penyimpanan ke-10
hari. Berdasarkan penelitian Huse (2011), A B C
semakin tinggi konsentrasi karaginan 2 2 73,73
menyebabkan semakin berkurangya nilai 2 3 65,77
susut bobot, sedangkan penelitian ini 3 3 77,84
diperoleh pada konsentrasi karaginan Keterangan : A = % karaginan
terkecil yaitu 2% menghasilkan nilai susut B = % Gliserol
bobot terendah, perbedaan tersebut C = % Kadar Air
diduga karena pada pemilihan buah Berdasarkan hasil pengujian kadar air
alpukat tidak berdasarkan umur panen dengan konsentrasi karaginan dan
yang sama. Menurut (Nugraha, 2017), gliserol 2:2%, 2:3% dan 3:3% berturut-
susut bobot buah dipengaruhi oleh luas turut 73,73%, 65,77% dan 77,84%.
berbanding volume buah tersebut. Serta Parameter kadar air berkolerasi positif
dipengaruhi oleh permukaan kulit buah. dengan susut bobot, dimana proses
(Nugraha, 2017), mengatakan komoditi terjadinya susut bobot pada buah
dengan penutup kulit yang baik akan disebabkan oleh berkurangnya kadar air
mempunyai laju respirasi yang rendah, hal dalam buah dikarenakan berlangsungnya
ini disebabkan oleh banyaknya CO2 yang metabolisme atau jaringan sel dalam buah
terkumpul di dalam ruangan yang tertutup (Leksikowati, 2013). Pada konsentrasi
kulit sehingga menghambat laju respirasi. karaginan dan gliserol 2:3% diperoleh
Menurut Mulyadi (2014), semakin kadar air terendah. Hal tersebut diduga
tinggi konsentrasi gliserol yang digunakan pada pengujian kadar air, buah alpukat
maka akan meningkatkan permeabilitas uap air dengan konsentrasi karaginan dan gliserol
karena gliserol bersifat hidrofilik. Pembuatan 2:3% mengalami penguapan, sehingga
edible coating dari karaginan dan gliserol kadar airnya berkurang. Menurut
dengan perbandingan konsentrasi 2:3% Leksikowati (2013), kadar air yang cukup
merupakan konsentrasi optimum dalam tinggi memperlihatkan buah dalam kondisi
penurunan nilai susut bobot. Kemudian, pada bagus selama penyimpanan.
konsentrasi karaginan 3% dan 4% Gula Reduksi
menghasilkan nilai susut bobot lebih besar dari
konsentrasi karaginan 2%. Hal ini diduga Tabel 3.. Kadar gula reduksi
tingginya konsentrasi karaginan yang A B C
digunakan, sehingga menghasilkan larutan
AMINA 1(1) 2019 | Aplikasi analisis kimia kuantitatif untuk pemantauan kadar obat (therapeutic drugs
monitoring)
16 Nisah dan Barat
AMINA 1(1) 2019 | Aplikasi analisis kimia kuantitatif untuk pemantauan kadar obat (therapeutic drugs
monitoring)
17 Nisah dan Barat
AMINA 1(1) 2019 | Aplikasi analisis kimia kuantitatif untuk pemantauan kadar obat (therapeutic drugs
monitoring)