Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

11 Nisah dan Barat

EFEK EDIBLE COATING PADA KUALITAS ALPUKAT (Persea


america Mill) SELAMA PENYIMPANAN
Khairun nisah*, Yati Mardianti Barat
Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

*E-mail: khairun.nisah@ar-raniry.ac.id

Abstract: A research has been carried out entitled the effect of carrageenan
addition Eucheuma cottonii and glycerol as edible coating of avocado fruit
(Persea americana Mill.) The sample is from Takengon, Central Aceh
Regency to extend storage time. This study aims to find out how the effect of
the addition of carrageenan concentration variations Eucheuma cottonii and
glycerol as edible coatings in extending the shelf life of avocados (Persea
americana Mill.). The variations in the concentration of comparable
carrageenan and glycerol used as edible coating are 2: 2%, 3: 2%, 4: 2%, 2:
3%, 3: 3% and 4: 3% in distilled water. The coating process was done by
dipping avocados for 1 minute and stored at room temperature for 10 days in
an open container. The results shows that the physical appearance of
avocados was best obtained from edible coating with variations in
concentrations of 2: 2%, 2: 3% and 3: 3% (carrageenan: glycerol)
characterized by bright flesh color, hard texture, fresh aroma and good taste,
while avocados at carrageenan concentrations and glycerol 3: 2%, 4: 2% and
4: 3% indicate poor conditions and are not suitable for consumption.
Avocados with edible coating 2: 2%, 2: 3% and 3: 3% were then tested and
obtained by weight loss in a row of 11.562%, 8.815% and 9.34%, moisture
content 73.73%, 65.77% and 77.84%, reducing sugar levels 1.15%, 0.80%
and 0.97% and vitamin C levels 0.17%, 0.16% and 0.31%.

Keywords: Carrageenan, edible coating, avocado fruit (Persea americana


Mill.), glycerol

Abstrak: Telah dilakukan penelitian yang berjudul pengaruh penambahan


karaginan Eucheuma cottonii dan gliserol sebagai edible coating buah alpukat
(Persea americana Mill.) dari Takengon, Kabupaten Aceh Tengah untuk
memperpanjang waktu simpan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetaui
bagaimana pengaruh penambahan variasi konsentrasi karaginan Eucheuma
cottonii dan gliserol sebagai edible coating dalam memperpanjang waktu
simpan buah alpukat (Persea americana Mill.). Adapun variasi konsentrasi
perbandingan karaginan dan gliserol yang digunakan sebagai edible coating
adalah 2:2%, 3:2%, 4:2%, 2:3%, 3:3% dan 4:3% dalam akuades. Proses
coating dilakukan dengan mencelupkan buah alpukat selama 1 menit dan
disimpan pada suhu ruang selama 10 hari dalam wadah terbuka. Hasil
penelitian menunjukkan tampilan fisik buah alpukat paling baik diperoleh dari
edible coating dengan variasi konsentrasi 2:2%, 2:3% dan 3:3% (karaginan :
gliserol) ditandai dengan warna daging buah yang cerah, tekstur yang masih
keras, aromanya segar dan rasa yang enak, sedangkan buah alpukat pada
konsentrasi karaginan dan gliserol 3:2%, 4:2% dan 4:3% menunjukkan

AMINA 1(1) 2019 | Aplikasi analisis kimia kuantitatif untuk pemantauan kadar obat (therapeutic drugs
monitoring)
12 Nisah dan Barat

kondisi yang kurang baik dan tidak layak untuk dikonsumsi. Buah alpukat
dengan edible coating 2:2%, 2:3% dan 3:3% tersebut kemudian diuji dan
diperoleh susut bobot berturut-turut sebesar 11,562%, 8,815% dan 9,341%,
kadar air 73,73%, 65,77% dan 77,84%, kadar gula reduksi 1,15%, 0,80% dan
0,97% dan kadar vitamin C 0,17%, 0,16% dan 0,31%.
Kata Kunci: Karaginan, edible coating, buah alpukat (Persea americana
Mill.), gliserol

.
PENDAHULUAN (dipping), pembusaan (foaming),
Salah satu kendala dalam penuangan (casting) dan penyemprotan
pemenuhan permintaan buah alpukat (sprying). Edible coating bertindak
adalah rusaknya buah alpukat sebelum sebagai penghalang terhadap
sampai ke tempat tujuan atau sebelum di kelembaban gas (O2 dan CO2) serta zat
konsumsi. Besarnya kerusakan tersebut, terlarut dengan menimbulkan gerakan
di samping karena sifat buah-buahan membran semi permeabel disekitar buah,
yang mudah mengalami kerusakan atau sehingga menghambat laju respirasi,
pembusukan serta iklim tropis yang tidak kehilangan air dan proses oksidasi
menguntungkan bagi daya tahan simpan (Nawab, 2017) (Nawab, dkk (2017).
buah, juga karena penanganan Menurut penelitian oleh Huse (2011), cara
paskapanen yang belum memadai yang tepat untuk menurunkan tingkat
(Leksikowati, 2013). Buah alpukat kerusakan Apel Romebeauty adalah
mempunyai sifat yang mudah rusak dengan menggunakan edible coating.
terutama karena kondisi lingkungan yang Salah satu bahan dasar dalam
tidak sesuai, seperti suhu tinggi dan udara pembuatan edible coating adalah
lembab. Hal ini menjadi suatu karaginan. Karaginan merupakan
permasalahan dalam penyediaan buah campuran kompleks dari beberapa
alpukat yang berkualitas, baik bagi senyawa polisakarida yang larut dalam
konsumen untuk pasar lokal maupun air, karaginan berasal dari rumput laut
ekspor. merah (Eucheuma cottonii). Edible coating
Beberapa cara untuk yang terbuat dari senyawa polisakarida
mempertahankan mutu dan yaitu karaginan dapat memberikan
memperpanjng umur simpan buah-buhan perlindungan efektif terhadap pencoklatan
adalah mendinginkan dan menyimpan permukaan makanan, oksidasi lemak
buah pada kondisi atmosfir terkendali, serta oksidasi komponen lainnya (Huse,
serta pengemasan dengan plastik. Tetapi 2011). Keuntungan lain dari penggunaan
cara-cara tersebut memiliki kelemahan edible coating berbahan dasar senyawa
seperti penggunaan pendingin dan polisakarida seperti karaginan adalah
penyimpanan yang memerlukan biaya dapat memperbaiki flavor, tekstur dan
investasi yang tinggi, sedangkan warna, serta dapat meningkatkan
pengemasan dengan plastik yang tidak stabilitas selama penjualan, penyimpanan,
tepat akan mengakibatkan kerusakan memperbaiki penampilan dan mengurangi
pada buah karena sifat plastik yang tidak tingkat kebusukan (Winarti, 2012).
tahan terhadap panas dan mudah terjadi Gliserol merupakan plasticizer yang
penimbunan uap air di dalamnya (Huse, ditambahkan dalam pembuatan edible
2011). coating sehingga dapat menghasilkan
Edible coating merupakan salah coating yang lebih fleksibel, halus dan
cara yang digunakan untuk dapat menghambat proses pertukaran gas
memperpanjang umur simpan dan juga dan uap air (Naufal, 2016).
dapat mempertahankan mutu dari buah- Salah satu hal yang perlu
buahan pada suhu ruang (Mulyadi, 2014). diperhatikan dalam pembuatan edible
Edible coating dapat dilakukan dengan coating adalah konsentrasi larutan.
beberapa metode yaitu, pencelupan Konsentrasi larutan yang tepat dapat

AMINA 1(1) 2019 | Aplikasi analisis kimia kuantitatif untuk pemantauan kadar obat (therapeutic drugs
monitoring)
13 Nisah dan Barat

memperlambat proses perubahan dilakukan penirisan, kemudian ditiriskan


fisiologis karena dapat menurunkan laju dan dikeringkan menggunakan kipas
transpirasi dan respirasi. Namun jika selama 30 menit.
konsentrasi larutan terlalu rendah maka
pengaruhnya akan minimal atau bahkan Penyimpanan buah
tidak ada, sedangkan jika konsentrasi Buah alpukat disimpan pada suhu
larutan yang terlalu tinggi maka buah akan ruang selama 10 hari dalam wadah
mengalami pembusukan lebih cepat terbuka. Selanjutnya dilakukan pengujian
karena disebabkan oleh respirasi karakteristik pada buah alpukat.
anaerob. Laju perombakan substrat pada
respirasi anaerob jauh lebih besar Uji karakteristik buah alpukat setelah
dibandingkan respirasi aerob sehingga edible coating
buah lebih cepat rusak (Novita, 2016).
Berdasarkan penelitian yang telah Susut bobot
dilakukan oleh Novita dkk (2016), edible Bobot buah diukur dengan
coating dari karaginan dan gliserol dengan mengikuti metode Leksikowati, (2013)
konsentrasi 3:2% adalah perlakuan yang mengunkan neraca analitik. Susut buah
terbaik untuk melapisi jambu biji varietas dinyatakan dalam persen dengan
“Kristal” selama penyimpanan, sedangkan perhitungan:
penelitian yang dilakukan oleh Leksikowati %Susut bobot buah =
(2013), edible coating berbahan dasar
kitosan dengan pemberian konsentrasi 2
dan 3% pada suhu dingin masih
memberikan kondisi bagus pada buah Kadar air
alpukat sampai akhir penyimpanan yaitu Cara uji kadar air berdasarkan
minggu ke-4. Berdasarkan uraian tersebut cara uji makanan dan minuman SNI 01-
diperlukan variasai konsentrasi karginan 2891-1992 butir 5.1 penentuan kadar air
dan gliserol sebagai edible coating pada dengan metode gravimetri. Perhitungan
buah alpukat dengan tujuan agar dapat kadar air dilakukan dengan persamaan:
mengetahui perlakuan yang optimal untuk % Kadar air =
memperpanjang waktu simpan buah
alpukat. Gula reduksi
Penentuan kadar gula reduksi
menggunakan metode Luff Schoorl yaitu
METODE pengujian makanan dan minuman SNI -1-
2892-1992 butir 3.1. Percobaan dimulai
Pembuatan larutan Edible coating dari persiapan larutan Luff Schoorl.
Pembuatan larutan edible coating selanjutnya dengan perlakuan di atas.
dilakukan mengikuti metode (Novita dkk., Perhitungan:
2016) yang dimodifikasi yaitu (Blanko-penitar) x N tio x 10 setara
mencampurkan tepung karaginan dengan denganS terusi yang tereduksi. Kemudian
variasai konsentrasi 2, 3, dan 4% dan lihat dalam daftar Luff Schroorl berapa mg
gliserol dengan konsentrasi 2 dan 3% ke gula yang terkandung untuk ml tio yang
dalam akuades yang telah dipanaskan dipergunakan.
pada suhu 80oC selama 3 menit, lalu Kadar glukosa =
larutan didingkan hingga mencapai suhu
50oC.
Vitamin C
Proses pelapisan pada buah Buah alpukat sebanyak 2 g
Proses pelapisan pada buah dimasukkan ke dalam gelas kimia dan
dilakukan mengikuti metode Novita ditambahkan aquades sampai volume 100
dkk.,(2016) yang dimodifikasi, buah ml kemudian diaduk hingga merata dan
alpukat dicelupkan ke dalam larutan disaring dengan kertas saring. Filtratnya
edible coating selama 1 menit dan diambil sebanyak 10 ml dan dimasukkan

AMINA 1(1) 2019 | Aplikasi analisis kimia kuantitatif untuk pemantauan kadar obat (therapeutic drugs
monitoring)
14 Nisah dan Barat

ke dalam erlenmeyer lalu ditambahkan sehingga buah akan kehilangan


indikator fenolfthalein 1% sebanyak 2-3 bobotnya.
tetes. Dititrasi dengan menggunakan Respirasi bukan hanya sekedar
NaOH 0,1 N. Titrasi dihentikan setelah pertukaran gas, tetapi merupakan reaksi
timbul warna merah jambu yang stabil. oksidasi–reduksi yaitu senyawa (substrat
Selanjutnya dihiting total asam dengan: respirasi) dioksidasi menjadi CO2,
%vitamin C = sedangkan O2 yang diserap direduksi
membentuk H2O. Gula cadangan yang
terlarut (glukosa, fruktosa, sukrosa),
lemak, protein, dan asam organik dapat
berfungsi sebagai substrat respirasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Susut bobot buah alpukat
Organoleptik Buah Alpukat A B C D E
Penilaian organoleptik pada buah
Kontrol Kontrol 107,2 83,3 21,823
alpukat dilihat pada warna, tekstur serta 2 2 130,6 115,5 11,562
aroma. Perubahan-perubahan warna 3 2 173,1 147,0 15,077
pada hasil tanaman (buah) berbeda-beda, 4 2 170,4 145,3 14,730
bahkan ada diantara beberapa warna 2 3 152,0 138,6 8,815
seperti merah muda, ungu dan lain 3 3 159,5 144,6 9,341
sebagainya yang kesemuanya merupakan 4 3 188,9 164,1 13,128
hasil pembongkaran klorofil karena
adanya pengaruh perubahan kimiawi dan Keterangan: A= Karaginan%
fisiologis dan berlangsung pada tahapan B= Gliserol %
lewat klimaterik (Umami, 2009). C = Sebelum Penyimanan
Pada penelitian ini hanya buah D= Sesudah Penyimpanan
alpukat dengan konsentrasi karaginan dan E = Susut bobot %
gliserol 2:2%, 2:3% dan 3:3% yang Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan
menunjukkan kondisi fisik buah alpukat bahwa susut bobot buah alpukat kontrol
yang paling baik, dengan warna daging (buah alpukat yang tidak diberi perlakuan
buah yang cerah, tekstur yang masih edible coating) lebih tinggi dari pada buah
keras, aromanya segar dan rasa yang alpukat yang diberi perlakuan edible
enak, sedangkan buah alpukat pada coating. Penelitian ini sejalan dengan
konsentrasi karaginan dan gliserol 3:2%, penelitian Alsuhendra (2011), dimana
4:2% dan 4:3% menunjukkan kondisi yang pemberian edible coating pada buah
kurang baik. melon potong dengan perlakuan kontrol
Susut Bobot diperoleh susut bobot yang tinggi,
Menurut (Mulyadi A. F., 2014), dikarenakan pada perlakuan kontrol tidak
secara umum susut bobot buah selama terdapat lapisan edible coating, sehingga
penyimpanan pada suhu ruang respirasi tetap berjalan normal, tidak
mengalami peningkatan. Menurut adanya edible coating pada buah alpukat
(Alsuhendra, 2008) peningkatan susut yang berfungsi sebagai barrier,
bobot buah terutama disebabkan oleh menyebabkan oksigen yang masuk ke
proses transpirasi atau terlepasnya air dalam buah tinggi, sehingga respirasi
dalam bentuk uap melalui permukaan kulit meningkat dan kehilangan air serta
yang terjadi selama masa penyimpanan. komponen volatil lainnya tinggi. Susut
Selain itu, susut bobot juga diakibatkan bobot buah alpukat kontrol sebesar
oleh proses respirasi buah. Pada proses 21,823%.
respirasi, oksigen diserap untuk Variasi konsentrasi edible coating
pembakaran senyawa-senyawa kompleks berpengaruh terhadap peningkatan nilai
yang terdapat dalam sel sepeti susut bobot buah alpukat selama 10 hari
karbohidrat. Senyawa kompleks akan penyimpanan pada suhu kamar.
menjadi molekul-molekul sederhana Pemberian edible coating pada buah
seperti karbondioksida, energi dan uap air alpukat bertujuan untuk memperlambat

AMINA 1(1) 2019 | Aplikasi analisis kimia kuantitatif untuk pemantauan kadar obat (therapeutic drugs
monitoring)
15 Nisah dan Barat

proses respirasi sehingga kehilangan air edible coating yang lebih kental sehingga
dari dalam buah dapat diperkecil dan menyebabkan terjadinya respirasi anaerob
penurunan susut bobot dapat dihambat. dalam buah alpukat.
Menurut Alsuhendra (2011), Buah alpukat dengan perlakuan
konsentrasi edible coating terlalu kental konsentrasi karaginan dan gliserol 2:2%,
(tinggi), maka akan menyulitkan dalam 2:3% dan 3:3% yang menunjukkan kondisi
penggunaanya serta dapat menyebabkan fisik buah alpukat paling baik, ditandai
terjadinya respirasi anaerob. Respirasi dengan warna daging buah yang cerah,
anaerob menyebabkan sel melakukan tekstur yang masih keras, aromanya
perombakan di dalam buah itu sendiri segar dan rasa yang enak serta
yang dapat mengakibatkan proses menunjukkan susut bobot yang relatif
pembusukan lebih cepat dari keadaan lebih rendah. Sedangkan buah alpukat
yang normal. Namun, jika konsentrasi pada konsentrasi 3:2%, 4:2% dan 4:3%
edible coating terlalu rendah maka menunjukkan kondisi yang kurang baik
pengaruhnya akan minimal atau bahkan dan tidak layak untuk dikonsumsi serta
tidak ada, sehingga O2 yang masuk tinggi susut bobot yang lebih tinggi. Buah
menyebabkan proses respirasi meningkat. dengan keadaan fisik masih baik
Edible coating yang diperoleh dari kemudian diuji kadar air, kadar gula
konsentrasi karaginan dan gliserol 2:3% pereduksi dan kadar vitamin C-nya.
memiliki nilai susut bobot sebesar Kadar Air
8,815%. Nilai susut bobot ini merupakan
Tabel 2. Kadar air buah alpukat
nilai terkecil pada hari penyimpanan ke-10
hari. Berdasarkan penelitian Huse (2011), A B C
semakin tinggi konsentrasi karaginan 2 2 73,73
menyebabkan semakin berkurangya nilai 2 3 65,77
susut bobot, sedangkan penelitian ini 3 3 77,84
diperoleh pada konsentrasi karaginan Keterangan : A = % karaginan
terkecil yaitu 2% menghasilkan nilai susut B = % Gliserol
bobot terendah, perbedaan tersebut C = % Kadar Air
diduga karena pada pemilihan buah Berdasarkan hasil pengujian kadar air
alpukat tidak berdasarkan umur panen dengan konsentrasi karaginan dan
yang sama. Menurut (Nugraha, 2017), gliserol 2:2%, 2:3% dan 3:3% berturut-
susut bobot buah dipengaruhi oleh luas turut 73,73%, 65,77% dan 77,84%.
berbanding volume buah tersebut. Serta Parameter kadar air berkolerasi positif
dipengaruhi oleh permukaan kulit buah. dengan susut bobot, dimana proses
(Nugraha, 2017), mengatakan komoditi terjadinya susut bobot pada buah
dengan penutup kulit yang baik akan disebabkan oleh berkurangnya kadar air
mempunyai laju respirasi yang rendah, hal dalam buah dikarenakan berlangsungnya
ini disebabkan oleh banyaknya CO2 yang metabolisme atau jaringan sel dalam buah
terkumpul di dalam ruangan yang tertutup (Leksikowati, 2013). Pada konsentrasi
kulit sehingga menghambat laju respirasi. karaginan dan gliserol 2:3% diperoleh
Menurut Mulyadi (2014), semakin kadar air terendah. Hal tersebut diduga
tinggi konsentrasi gliserol yang digunakan pada pengujian kadar air, buah alpukat
maka akan meningkatkan permeabilitas uap air dengan konsentrasi karaginan dan gliserol
karena gliserol bersifat hidrofilik. Pembuatan 2:3% mengalami penguapan, sehingga
edible coating dari karaginan dan gliserol kadar airnya berkurang. Menurut
dengan perbandingan konsentrasi 2:3% Leksikowati (2013), kadar air yang cukup
merupakan konsentrasi optimum dalam tinggi memperlihatkan buah dalam kondisi
penurunan nilai susut bobot. Kemudian, pada bagus selama penyimpanan.
konsentrasi karaginan 3% dan 4% Gula Reduksi
menghasilkan nilai susut bobot lebih besar dari
konsentrasi karaginan 2%. Hal ini diduga Tabel 3.. Kadar gula reduksi
tingginya konsentrasi karaginan yang A B C
digunakan, sehingga menghasilkan larutan

AMINA 1(1) 2019 | Aplikasi analisis kimia kuantitatif untuk pemantauan kadar obat (therapeutic drugs
monitoring)
16 Nisah dan Barat

2 2 1,15 lewat reaksi oksidasi. Vitamin C yang ada


2 3 0,80 di dalam daging buah mudah mengalami
3 3 0,97 kerusakan akibat O2 karena teroksidasi.
Keterangan : A = % karaginan
B = % Gliserol
C = % Kadar Gula reduksi
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian kadar gula
Berdasarkan data hasil penelitian
dengan perbandingan konsentrasi gliserol
yang diperoleh diketahui bahwa pelapisan
dan karaginan 2:2%, 2:3%, 3:3% berturut-
edible coating pada buah alpukat dapat
turut adalah 1,15%, 0,80% dan 0,97%.
memperpanjang waktu simpan buah
Konsentrasi karaginan dan gliserol 2:2%
alpukat hingga 10 hari. Edible coatig
diperoleh kadar gula tertinggi. Menurut
dibuat dengan campuran karaginan dan
Leksikowati (2013), kadar gula yang
gliserol dengan perbandingan 2:2%, 3:2%,
cukup tinggi disebabkan karena hidrolisi
4:2%, 2:3%, 3:3% dan 4:3%, diperoleh
pati menjadi sukrosa, glukosa dan
nilai susut bobot berturut-turut 11,562%,
fruktosa dengan kecepatan yang lebih
15,077%, 14,730%, 8,815%, 9,341%,
besar dibandingkan dengan kecepatan
13,128% dan 21,828%. Hasil penelitian
perubahan glukosa menjadi CO2 dan H2O
menunjukkan tampilan fisik buah alpukat
serta energi, sehingga penimbunan
paling baik diperoleh dari edible coating
glukosa.
dengan variasi konsentrasi karaginan dan
Vitamin C
gliserol 2:2%, 2:3% dan 3:3%, ditandai
Tabel 4. Kadar vitanin C buah alpukat dengan warna daging buah yang cerah,
A B C tekstur yang masih keras, aromanya
2 2 0,17 segar dan rasa yang enak, sedangkan
2 3 0,16 buah alpukat pada konsentrasi karaginan
3 3 0,31 dan gliserol 3:2%, 4:2% dan 4:3%
menunjukkan kondisi yang kurang baik
Keterangan : A = % karaginan dan tidak layak untuk dikonsumsi. Buah
B = % Gliserol dari variasi konsentrasi 2:2%, 2:3% dan
C = % Vitamin C 3:3% menghasilkan nilai susut bobot
Berdasarkan hasil pengujian kadar berturut-turut sebesar 11,562%, 8,815%
vitamin C konsentrasi karaginan dan dan 9,341%, dengan nilai kadar air
gliserol 2:2%, 2:3% dan 3:3% berturut- berturut-turut 73,73%, 65,77% dan
turut adalah 0,17%, 0,16% dan 0,31%. 77,84%, nilai kadar gula reduksi berturut-
Nilai vitamin C tertinggi pada konsentrasi turut 1,15%, 0,80% dan 0,97% dan nilai
karaginan dan gliserol 3:3%. Hal ini kadar vitamin C diperoleh berturut-turut
diduga karena pengaruh konsentrasi 0,17%, 0,16% dan 0,31%.
karaginan yang digunakan, lapisan yang
terbentuk dari konsentrasi karaginan 3%
lebih tebal dari pada konsentrasi 2% DAFTAR RUJUKAN
sehingga permeabilitas terhadap uap gas
kecil. Ini sesuai penelitian Mulyadi (2014), Alsuhendra, R. D. (2008). Pengaruh
lapisan yang terbentuk dari konsentrasi Penggunaan Edible Coating
karaginan 2% lebih tebal daripada Terhadap Susut Bobot, pH dan
konsentrasi karaginan 1% sehingga Karekteristik Organoleptik Buah
peermeabilitas terhadap gas lebih kecil. Potong Pada Penyajian Hidangan
Bahan dasar edible coating yang bersifat Dessert. Fakulas Teknik:
hidrofilik (seperti karaginan) memiliki sifat Universitas Negeri Jakarta.
penghalang yang baik terhadap oksigen, Huse, M. A. (2011). Aplikasi Edible
karbondiksida dan lipida. Adanya lapisan Coating dari Karagenan dan
edible coating dapat menghambat Gliserol untuk Mengurangi
masuknya oksigen ke dalam buah yang Penurunan Kerusakan Apel
menjadi penyebab rusaknya vitamin C Romebeauty. Jurnal Universitas
Brawijaya, 1-10.

AMINA 1(1) 2019 | Aplikasi analisis kimia kuantitatif untuk pemantauan kadar obat (therapeutic drugs
monitoring)
17 Nisah dan Barat

Leksikowati, S. S. (2013). Perlakuan Umami, D. M. (2009). Pengaruh


Kitosan dan Suhu Dingin Pada Konsentrasi dan Lama
Buah Alpukat (Persea americana Perendaman Dalam CaCl2
Mill.) Untuk Meningkatkan Daya terhadap pematangan buah
Simpan. Universitas Sebelas alpukat (Persea ameicana Mill.).
Maret. Skripsi, Malang: UIN Maulana
Mulyadi, A. F. (2014). Aplikasi Edible Malik Ibrahim.
Coating Untuk Menurunkan
Tingkat Kerusakan Jeruk Manis
(Citrus sinensis) (Kajian
Konsentrasi Karagenan dan
Gliserol). Malang: Prosiding
Seminar Nasional.
Mulyadi, A. F. (2014). Aplikasi Edible
Coating Untuk Menurunkan
Tingkat Kerusakan Jeruk Manis
(Citrus sinensis) (Kajian
Konsentrasi Karagenan dan
Gliserol). Prosiding Seminar
Nasional.Malang.
Naufal, F. N. (2016). Analisis Pengaruh
Penambahan Plasticizer Pada
Karakteristik Edible Film Dari Pati
Kulit Pisang Raja , Tongkol Jagung
Dan Bongol Enceng Gondok. UIN
Maulana Malik Ibrahim.Malang.
Nawab, A. A. (2017). Mango kernel starch
as a novel edible coating for
enhancing shelf- life of tomato
(Solanum lycopersicum) fruit. .
International Journal of Biological
Macromolecules. , 103. 581.
Novita, D. D. (2016). Pengaruh
Konsentrasi Karagenan dan
Gliserol terhadap Perubahan Fisik
dan Kandungan Kimia Buah
Jambu Biji Varietas “Kristal”
Selama Penyimpanan. Jurnal
Teknik Pertanian Lampung, 5(1).
49–56.
Nugraha, M. (2017). Pengaruh Berbagai
Konsentras Edible Coating Dari
Pektin Kulit Jeruk Siam Jember
dan Suhu Penyimpanan Terhadap
Masa Simpan Buah Jambu Biji
(Psidium guajava L.) Variates
Getas Merah. Skripsi, Yogyakarta:
UMY.
PERTANIAN, T. B. (2000). ALPUKAT .
Sistim Informasi Manajemen
Pembangunan di Perdesaan,
BAPPENAS .
Sadwiyanti, L. S. (2009). Budaya Alpukat.
Solok. 3.

AMINA 1(1) 2019 | Aplikasi analisis kimia kuantitatif untuk pemantauan kadar obat (therapeutic drugs
monitoring)

You might also like