Professional Documents
Culture Documents
Seminar Nasional BB PADI Des 2017 SUBANG
Seminar Nasional BB PADI Des 2017 SUBANG
ABSTRACT
This research is aimed to know some of genetic diversity information from some genotypes
from pyramiding. Laboratory of Plant Breeding and Seed Technology, Faculty of Agriculture,
Universitas Padjadjaran has been succeeded collecting of 28 rice genotypes from pyramiding
those have some superior characters. The source of this collection is the most required in
developing of superior variety, especially to get and to determine agronomic and morphology
character. From those 28 collections has been researched to determine relationship based on
molecular and phenotypic marker. This research was using cluster analysis based on observ-
able characters. The result of grouping based on molecular marker show that in similarity
level of 57% two group has been formed. First group consist of parent genotypes of SP87-4,
#22, #23, #24, #19, #25, #26, #28, and #27, PP48-3 parent, #10, #11, #12, #13, #21, #9, #20,
#16, #17 and #15. While second group consist of parent genotypes of IP1585 and CAKA41,
#1, #2, #3, #4, #5, #14, #6, #7, #8 and #18. While grouping from phenotypic marker show
that 4 group has been formed. First group consist of parent genotypes of SP87-4, PP48-3, #15,
#16, #10, #17, #25, and #26. Second group consist of parent genotypes IP158-5, CAKA41,
#9, #4, #6, #18, #1, #8, #3, #5, #14, #2, and #7. Third group consist of #13, #12, #27, #21,
#22, #11, #19, #24, #20, and #23. And fourth group consist of 1 genotype that is #28.
Key words : molecular marker, pyramiding rice, Relationship.
ABSTRAK
Identifikasi sifat-sifat penting yang terdapat pada padi hasil piramidisasi perlu dilakukan
agar dapat diketahui potensinya dalam program pemuliaan. Laboratorium Pemuliaan
Tanaman dan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran telah berhasil
mengkoleksi 28 genotip padi hasil piramidisasi yang memiliki beberapa karakter unggul.
Sumber koleksi ini sangat diperlukan dalam perakitan varietas unggul, terutama untuk
mendapatkan serta menentukan karakter agronomi dan morfologi. Melalui 28 koleksi tersebut
telah dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan kekerabatan berdasarkan marka
molekuler dan fenotipik. Penelitian menggunakan analisis cluster berdasarkan karakter-
karakter target yang diamati. Hasil pengelompokan berdasarkan marka molekuler
memperlihatkan bahwa pada tingkat kemiripan 57% terbentuk dua kelompok. Kelompok
pertama terdiri dari genotip tetua SP87-4, #22, #23, #24, #19, #25, #26, #28, #27, tetua PP48-
3, #10, #11, #12, #13, #21, #9, #20, #16, #17 dan #15. Sedangkan kelompok kedua terdiri dari
genotip tetua IP1585 dan CAKA41, genotip #1, #2, #3, #4, #5, #14, #6, #7, #8 dan #18.
Sedangkan hasil pengelompokan berdasarkan marka fenotipik memperlihatkan bahwa
terbentuk 4 kelompok. Kelompok pertama terdiri dari genotip tetua SP87-4, PP48-3, genotip
#15, #16, #10, #17, #25, #26. Kelompok kedua terdiri dari genotip tetua IP158-5, CAKA41,
genotip #9, #4, #6, #18, #1, #8, #3, #5, #14, #2, #7. Kelompok ketiga terdri dari genotip #13,
#12, #27, #21, #22, #11, #19, #24, #20, #23 dan kelompok keempat terdiri dari satu genotip
yaitu genotip #28.
Kata Kunci : Hubungan kekerabatan, marka molekuler, padi piramidisasi,
PENDAHULUAN
Upaya pengembangan Varietas Unggul Baru (VUB) dalam rangka mencapai
swasembada beras nasional, dapat dilakukan melalui perakitan varietas padi unggul baru yang
memiliki beberapa karakter unggul dalam satu tanaman padi. Karakter unggul yang
dikembangkan dapat berupa salah satu atau lebih dari karakter utama yang digunakan petani
untuk memilih benih padi yang akan ditanam (Sudana, 2010). Kultivar padi yang memiliki
karakter komponen hasil tinggi, berumur genjah, memiliki mutu beras tinggi dan/atau
aromatik, serta tahan terhadap wereng coklat, sangat diharapkan oleh petani dan konsumen.
Namun, masih sedikit sekali kultivar yang memiliki beragam keunggulan tersebut sehingga
belum mampu melengkapi kebutuhan/keinginan konsumen dan petani.
Saat ini sudah sangat memungkinkan bagi pemulia tanaman untuk menggabungan
banyak gen ke dalam satu genotip tanaman, salah satunya dengan menggunakan teknik
piramidisasi. Melalui piramidisasi, gen-gen target dapat digabungkan. Singh et al., (2001)
berhasil menggabungkan gen Xa4, xa5, xa13, Xa21 serta gen Xa5, Xa13 dan Xa21
(Narayanan et al., 2002 dan Joseph et al., 2004) untuk ketahanan terhadap penyakit Blight
pada padi. Penggabungan gen Pi(2)t, Piz5, Pi(t)a untuk ketahanan penyakit Blast pada padi
(Hittalmani et al., 2000). Penggabungan gen Gm2, Gm6 (Katiyar et al., 2001) Gm1, Gm4
(Kumaravadivel et al., 2006) untuk ketahanan Gall-midge pada padi. Penggabungan gen
Bph1 and Bph2 untuk ketahanan BPH (Sharma et al., 2004). Namun kebanyakan teknik
piramidisasi yang telah dilakukan untuk satu patogen/hama dengan strain/biotipe yang
berbeda, yang mana berbeda dengan penelitian ini. Penelitian ini telah berhasil
menggabungkan beberapa karakter unggul diantaranya komponen hasil tinggi (bobot bulir
tinggi, jumlah malai banyak, malai panjang), berumur genjah, kualitas mutu beras baik
(kandungan amilosa sedang dan aromatik) serta memiliki ketahanan terhadap hama wereng
cokelat ke dalam satu genotip unggul baru dengan karakter morfoagronomi yang unggul..
Dimana, kombinasi gen diperoleh dengan menyilangkan beberapa genotip tetua dengan
karakter unggul diantaranya Sintanur, Pandan wangi, IR64, PTB33, Ciapus, Kitaake, genotip
SP87-4 (Sintanur x PTB-33), PP48-3 (Pandanwangi x PTB-33), IP158-5 (IR64 x PTB-33),
dan CAKA41 (Ciapus x Kitaake).
Piramidisasi gen cukup sulit jika dilakukan dengan menggunakan metode pemuliaan
konvensional karena 2 gen atau lebih sulit diidentifikasi dan ditransfer melalui pendekatan
konvensional (Joseph et al. 2004; Sundaram et al. 2009; Rajpurohit et al. 2011). Namun,
ketersediaan marka molekuler yang terpaut dengan masing-masing gen target membuat
identifikasi tanaman dengan 2 atau lebih gen target, memungkinkan untuk dilakukan (Singh
et al., 2001). Marka molekuler adalah salah satu teknologi yang dapat membantu analisis
keragaman genetik dan mengkonfirmasi gen target secara efektif dan efisien karena dapat
meningkatkan reliabilitas (keterhandalan), tidak dipengaruhi faktor lingkungan dan fenomena
epistasis (Collard and Mackill, 2010 ; Bahagiawati, 2012). Sehingga dapat diketahui
keberhasilan piramidisasi dalam menggabungkan beberapa gen. Selain itu, evaluasi secara
fenotipik juga diperlukan karena individu yang terseleksi dengan marka molekuler belum
tentu memiliki karakter agronomi yang diharapkan. Evaluasi fenotipik dilakukan meliputi
pengamatan karakter morfoagronomis untuk mengetahui apakah karakter yang diinginkan
terekspresi pada genotip hasil piramidisasi.
Padi hasil piramidisasi yang telah terintroduksi dan terkonfirmasi memiliki beberapa
gen target, selanjutnya dianalisis hubungan kekerabatan berdasarkan analisis kemiripan
genetik. Menurut Weeden dan Wendel (1989), analisis kemiripan genetik berdasarkan
karakter agronomi dan morfologi mempunyai beberapa kelemahan seperti pengaruh faktor
lingkungan yang cukup besar, dan interaksi gen dominan resesif, namun setidaknya
analisis ini tetap dapat menggambarkan adanya variabilitas genetik, oleh karena itu juga
analisis kekerabatan dilakukan berdasarkan marka molekuler. Sehingga dapat diketahui
informasi tentang ciri khas karakter dari tiap kelompok genotip yang terbentuk. Sistem
pengelompokan (clustering) diketahui dapat membantu dalam mengidentifikasi dan
menganalisis penampilan kultivar (Bennett, 1997). Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan informasi hubungan kekerabatan dari 28 genotip padi hasil piramidiasi melalui
marka molekuler dan fenotipik, yang kemudian dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi
dalam menentukan genotip potensial untuk selanjutnya dapat dikembangkan lebih lanjut
sebagai program pemuliaan.
trimethylammonium bromide) (Doyle & Doyle, 1987 dengan modifikasi). Pengujian kualitas
DNA dianalisis dengan menggunakan 0,8-1% gel elektroforesis pada tegangan 100V selama
30 menit dan divisualisasi melalui UV transiluminator untuk melihat baik atau tidaknya
kepekatan dan kejelasan DNA. Amplifikasi DNA dilakukan menggunakan mesin Polymerase
Chain Reaction (PCR) dengan komponen PCR berupa 9,5 μL KAPA2G1M Fast Ready Mix
DNA polymerase (0,25 U), dNTPs (0,2 Mm), MgCl2 (1,5 Mm)), 1 μL primer forward dan
reverse, serta 1 μL template (20 ng DNA). Analisis molekuler menggunakan 11 marka
molekuler yang terkait erat dengan karakter target. Produk hasil amplifikasi PCR,
dielektroforesis menggunakan 1,5% - 3% gel agarose atau 8% Polyacrylamide Gel
Electrophoresis (PAGE) dalam larutan buffer 0,5X TBE yang di running pada durasi waktu
dan besaran tegangan listrik tertentu. Hasil visualisasi DNA dideteksi melalui UV
transiluminator dan sebagai standard digunakan 100 bp DNA ladder (Promega) untuk
menetapkan ukuran pita hasil amplifikasi DNA.
Tabel 2. Marka molekuler yang digunakan dalam penelitian ini
Marker Linked Chr. Primer sequences PCR Ref
to Forward Reverse product size
DAFTAR PUSTAKA