Layanan Holistik Integratif Di Paud

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

LAYANAN HOLISTIK INTEGRATIF DI PAUD

1Felisitas Ndeot 2Petrus Redy Partus Jaya


Program Studi PG-PAUD STKIP St. Paulus, Jl. Jend. Ahmad Yani, No. 10, Ruteng – Flores
e-mail: icananoarta@gmail.com

Abstract: Integrative Holistic service in Early Childhood Education. The purpose of this paper is to provide
a thorough overview of integrative holistic service in Early Childhood Education. The service in the form of
education, health, nutrition, care, upbringing, and child protection. The application of integrative holistic Early
Childhood Education and involves various parties such as the Early Childhood Education unit, Office of
education, Department of health, social service, State Ministry for Population / National, Office of population
and the civil registry Agency, community empowerment, Police Resort, partner organizations, center(s) for pre-
and postnatal health care and information for women and for children under five, community leaders, and
parents. Holistic integrative management of Early Childhood Education until now has not been fullest caused by
lack of networking between among the organizers of the Early Childhood Education units with related parties.
The hope, through this paper, the organizer of the Early Childhood Education and those who devote themselves
in the field of Early Childhood Education and understands very well how to apply integrative holistic services in
Early Childhood Education.
Keywords: holistic integrative service, early childhood education.

Abstrak: Layanan Holistik Integratif di PAUD. Tujuan dari tulisan ini adalah memberikan gambaran yang
menyeluruh tentang layanan holistik integratif di PAUD. Layanan tersebut berupa pendidikan, kesehatan, gizi,
perawatan, pengasuhan, dan perlindungan anak. Penerapan PAUD holistik integratif melibatkan berbagai pihak
seperti satuan PAUD, dinas pendidikan, dinas kesehatan, dinas sosial, BKKBN, dinas kependudukan dan
catatan sipil, badan pemberdayaan masyarakat, Polres/Polsek, organisasi mitra, posyandu, tokoh masyarakat,
dan orangtua. Pengelolaan PAUD holistik integratif sampai saat ini belum maksimal disebabkan oleh
kurangnya jalinan mitra antara penyelenggara satuan PAUD dengan pihak-pihak yang terkait. Harapannya,
melalui tulisan ini, penyelenggara PAUD dan pihak-pihak yang mengabdikan diri di bidang PAUD memahami
betul bagimana menerapkan layanan PAUD holistik integratif.
Kata Kunci: layanan holistik integratif, pendidikan anak usia dini.

Pendahuluan

Para ahli pendidikan berpendapat bahwa usia anak-anak adalah usia emas (the gold
ages). Pada usia ini, anak memasuki rentang usia kritis atau periode sensitif di mana kualitas
stimulasi harus diatur sebaik-baiknya dan memerlukan intervensi yang tepat baik dari guru
maupun orangtu sehingga dapat menumbuhkembangkan berbagai aspek perkembangan anak
yang meliputi, moral, fisik (motorik kasar dan halus), kognitif, bahasa, dan sosial emosional.
Anak usia dini merupakan individu yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat pesat dan merupakan dasar bagi kehidupan di usia selanjutnya. Anak usia dini
merupakan bakal generasi emas bagi bangsa Indonesia di ulang tahunnya yang ke- 100 tahun
pada tahun 2045 nanti dan merupakan penentu apakah bonus demografi akan menjadi
bencana atau anugerah. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, salah satu yang dicanangkan
pemerintah adalah pemenuhan tumbuh kembang anak usia dini dalam bidang layanan
pendidikan, pengasuhan, gizi, perawatan, serta perlindungan dan kesejahteraan anak melalui
Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2013 tentang PAUD HI.

Satuan PAUD menjadi tempat pelaksanaan layanan pendidikan, pengasuhan, gizi,


perawatan, serta perlindungan dan kesejahteraan anak diharapkan mampu memberikan
layanan yang terpadu dan menyeluruh, berkesinambungan, tidak membeda-bedakan,

1
terjangkau, melibatkan orangtua serta masyarakat, dan berbasis budaya. Oleh karena itu,
pendidikan anak usia dini sangat interdisipliner karena menyatukan berbagai disiplin ilmu
dalam pelaksanaannya.

Pengelolaan PAUD HI di Indonesia

Pengelolaan PAUD holistik integratif secara garis besar masih samar-samar.


Kualitas pengelolaan yang kurang memerhatikan prinsip holistik integratif, terbatasnya
hubungan kemitraan dengan lembaga terkait, kualitas tenaga pendidik, serta fasilitas yang
kurang memadai menjadikan PAUD holistik integratif sulit terwujud. Kalaupun sudah ada
lembaga PAUD yang sudah melaksanakan layanan holistik integratif di Indonesia, salah
satunya Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Grogol Kabupaten Kediri yang menjadi
tempat penelitian Yulianto, dkk. mengenai “Analisis Pembelajaran Holistik Integratif pada
Anak di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Grogol Kabupaten Kediri” tetap saja
berdasarkan penelitian tersebut, masih ada layanan holistik integratif yang belum
dilaksanakan secara terprogram yaitu program parenting yang khusus untuk pengasuhan dan
perlindungan bagi anak (Yulianto, dkk. 2016). Penyelenggaraan PAUD holistik integratif
pada dasarnya fleksibel sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan satuan PAUD yang
bersangkutan. PAUD holistik integratif sangat memungkinkan dilaksanakan secara terpadu di
Satuan PAUD, tetapi memungkinkan juga dilaksanakan secara terpisah di beberapa tempat
layanan. Untuk layanan terpadu contohnya pemeriksaan kesehatan anak dilakukan di Satuan
PAUD dengan mendatangkan tenaga kesehatan. Untuk layanan terpisah contohnya saat
pemeriksaan kesehatan anak PAUD dibawa ke Posyandu sesuai jadwal layanan Posyandu,
kegiatan penyuluhan untuk Parenting disatukan dengan kegiatan Bina Keluarga Balita. Kedua
pola layanan tersebut menuntut kerjasama antar stake holder dan Pembina layanan PAUD.
Sejauh ini, layanan PAUD holistik integratif di Manggarai berdasarkan pengalaman penulis
selama ini setiap kali mengunjungi beberapa PAUD di Manggarai bahkan pada saat
melakukan penelitian pada tahun 2017 selama 1 bulan di sebuah lembaga PAUD, penulis
menemukan hanya beberapa layanan saja yang terlihat di PAUD. Pelayanan di PAUD
semuanya dilaksanakan oleh guru PAUD dan penyelenggara PAUD, walaupun ada yang
dipadukan tetapi belum menyeluruh. Misalnya, adanya penyelenggaraan pendidikan melalui
kegiatan belajar setiap hari Senin sampai Sabtu. Pelayanan gizi pada hari Sabtu dan secara
implisit pada kegiatan dari Senin sampai Jumat. Kebanyakan anak-anak membawa bekal
sendiri dan menikmatinya bersama-sama di sekolah. Pelayanan kesehatan di sekolah hanya
diberikan pada saat anak-anak merasa kurang enak badan dengan menyiapkan kit P3K dan
ruangan UKS (masih banyak PAUD yang tidak memiliki UKS). Satuan PAUD juga jarang
bahkan tidak pernah melaksanakan program parenting. Pihak yang paling sering
berhubungan dengan satuan PAUD hanya dinas pendidikan karena berkaitan dengan segala
urusan mengenai penyelenggaraan pendidikan. Peran organisasi profesi juga kurang terlihat
kecuali pada saat perlombaan antar guru dan kegiatan porseni. Jarang terdengar organisasi
profesi guru PAUD di Manggarai mengadakan kegiatan bersama seperti seminar dan
workshop untuk peningkatan kompetensi guru anggota organisasi kecuali kegiatan yang
dilaksanakan oleh dinas pendidikan dan perguruan tinggi. Selain itu, kemitraan dengan dinas

2
sosial, BKKBN, dinas kependudukan dan catatan sipil, badan pemberdayaan masyarakat,
serta polres/polsek juga belum terjalin.

Perhatian pemerintah Indonesia terhadap lembaga PAUD juga masih sangat kurang
sementara sudah 2 tahun mencanangkan program satu desa satu PAUD. Banyak lembaga
PAUD di Indonesia tetapi hanya sedikit masyarakat yang mendapatkan layanan PAUD.
Menurut Setyawan (2014), pada tahun 2001, dari 26,2 juta anak usia dini baru sekitar 4,5 juta
anak (17%) memperoleh layanan PAUD. Hal tersebut dapat dilihat dari kontribusi layanan
bina keluarga balita (9,5%), layanan TK (6,1%), layanan RA (1,5%), layanan penitipan anak
(1%) dan layanan kelompok bermain (0,24%). Kurangnya perhatian pemerintah terhadap
PAUD juga dapat dilihat dari BOP PAUD yang jauh di bawah BOS untuk SD. Pada RAPBN
tahun 2016, anggaran yang dialokasikan untuk BOP PAUD direncanakan sebesar 1,4 trilyun
yang diarahkan untuk membantu mendanai kegiatan operasional bagi 158,7 ribu lembaga
PAUD, dengan satuan biaya sebesar Rp. 9 juta per lembaga per tahun (berbeda jauh dengan
alokasi BOS untuk SD sebesar 21 trilyun lebih). Pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Muhadjir Effendy menjanjikan akan menaikkan dana alokasi dana operasional
PAUD dari 3,5 trilyun pada 2017 menjadi 4 tryliun pada tahun 2018 ini
(http://beritasatu.com/home/2018-alokasi-dana-operasional-paud-rp-4-triliun/168094). Tentu
saja berita kenaikan ini sangat menggembirakan, walaupun tetap saja masih jauh di bawah
dana BOS untuk SD.

Keseriusan dalam mencanangkan PAUD biasanya terlihat dari kesiapan pemerintah


baik pusat maupun daerah dalam merencanakan dan melaksanakan program layanan PAUD.
Akan tetapi, program satu desa satu PAUD yang bertujuan mencapai target penyediaan
pendidikan yang berkualitas di Indonesia belum juga menunjukkan peningkatan apa-apa.
Fasilitas bermain di PAUD desa masih kurang memadai begitupun gaji guru masih jauh di
bawah gaji guru-guru PAUD swasta bahkan UMR. Pelaksanaan program ini diselenggarakan
untuk meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD yang di beberapa daerah di
Indonesia masih berada di bawah rata-rata nasional (www.kemenkopmk.go.id/artikel/ayo-
sukseskan-gerakan-satu-desa-satu -paud). Berdasarkan tujuan penyelenggaraan program ini,
maka adanya PAUD di setiap desa merupakan hal yang sangat penting sehingga satu desa
satu PAUD bukan hanya sekedar program wacana tetapi benar-benar negara dalam wujud
pemerintah daerah, baik provinsi, kabupaten/kota, maupun desa hadir untuk PAUD dengan
menyiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk mendirikan PAUD yang berkualitas di setiap
desa, termasuk di dalamnya menyiapkan dan menerapakan PAUD yang holistik integratif.

Penerapan PAUD Holistik Integratif

Masih kurangnya pemahaman guru mengenai layanan holistik integratif serta


penerapannya yang belum maksimal memerlukan perhatian pemerintah terutama pihak-pihak
yang memiliki hubungan langsung dengan pendidikan, agar mutu PAUD meningkat. Guru-
guru PAUD dan penyelenggara PAUD perlu mendapatkan informasi yang utuh tentang
PAUD holistik integratif agar dapat menerapkannya dengan optimal. Pemenuhan hak tumbuh
kembang anak usia dini sebaiknya dilakukan secara bersamaaan, sistematis, menyeluruh,
terintegrasi, dan berkelanjutan seperti yang tertuang dalam perpres Nomor 60 tahun 2013,

3
bahwa pengembangan anak usia dini holistik integratif yang selanjutnya disingkat PAUD HI
adalah upaya pengembangan anak usia dini yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
esensial anak yang beragam dan saling terkait secara simultan, sistematis, dan terintegrasi.
PAUD holistik integratif pada hakekatnya ditujukan agar kebutuhan yang paling dasar dari
seorang anak dapat dipenuhi secara utuh dan menyeluruh, sehingga anak dapat mengalami
tumbuh kembang secara optimal (Alimoeso: 2013). Penyelenggaraan PAUD yang
interdisipliner tentu saja membutuhkan keterlibatan berbagai pihak terkait seperti satuan
PAUD, dinas pendidikan, dinas kesehatan, dinas sosial, BKKBN, dinas kependudukan dan
catatan sipil, badan pemberdayaan masyarakat, Polres/Polsek, organisasi mitra, posyandu,
tokoh masyarakat, dan orangtua (Juknis PAUD Holistik Integratif: 5-7). Kerja sama berbagai
bidang tersebut tentu saja bergantung pada peran satuan PAUD dalam menyusun KTSP
dengan memasukkan layanan holistik integratif sebagai bagian dari KTSP. Satuan PAUD
membuat program secara berkala dan membangun kemitraan dengan pihak- pihak terkait di
atas agar layanan holistik integratif dapat berjalan secara optimal.

Dalam pelaksanaannya, PAUD holistik integratif bisa saja fleksibel seperti sudah
diuraikan oleh penulis sebelumnya, akan tetapi idealnya PAUD holistik integratif
dilaksanakan terpusat, artinya semua layanan pendidikan, kesehatan, gizi, perawatan,
pengasuhan, dan perlindungan anak dilakukan dalam satu tempat yakni Satuan PAUD. Selain
mudah diawasi, pelayanan holistik integratif yang telah disusun menjadi bagian dari KTSP
mudah dilaksanakan karena terprogram pada saat penyusunan kurikulum. Selain itu, karena
sudah terprogram pada saat penyusunan kurikulum, pihak-pihak yang terlibat seperti satuan
PAUD, dinas pendidikan, dinas kesehatan, dinas sosial, BKKBN, dinas kependudukan dan
catatan sipil, badan pemberdayaan masyarakat, Polres/Polsek, organisasi mitra, posyandu,
tokoh masyarakat, dan orangtua mengetahui lebih awal jadwal program yang terpadu dan
menyeluruh yang melibatkan pihak-pihak tersebut sehingga muda h menentukan waktu
pelaksanaannya dengan program-program lain yang melibatkan mereka sehingga pelaksanaan
program tersebut tidak bertabrakan dengan agenda lain dan sistematis. Satuan PAUD dan
pihak-pihak tersebut bekerja sama menjalin kemitraan dalam rangka mewujudkan pAUD
holistik integratif yang ideal.

Dilihat dari jalinan kemitraannya yang interdisipliner, maka penyelenggara PAUD


sebenarnya membutuhkan perencanaan yang matang sebelum mendirikan satuan PAUD.
PAUD tidak hanya diartikan sebagai tempat bermain seraya belajar dimana di dalamnya
hanya ada kegiatan main terprogram (layanan pendidikan) melainkan terintegrasi dengan
layanan-layanan lain, maka pengetahuan guru tentang PAUD holistik integratif sangat
dibutuhkan begitu juga dengan kompetensi guru, fasilitas bermain yang memadai,
kemampuan komunikasi yang baik dengan pihak-pihak yang dijadikan mitra serta
membangun kerja sama yang baik, organisasi mitra yang efektif dan up to date dalam
mengembangkan kemampuan anggota organisasi.

Layanan Holistik Integratif di PAUD

Layanan holistik integratif di PAUD meliputi layanan pendidikan, kesehatan, gizi,


perawatan, pengasuhan, dan perlindungan anak. Semakin banyak anak mendapat stimulasi

4
maka semakin lebih cepat anak berkembang. Stimulasi yang berulang dan terus-menerus
pada setiap aspek perkembangan anak dapat membantu anak bertumbuh dan berkembang
dengan optimal. Stimulasi pada anak usia dini mencakup nilai-nilai agama dan moral, fisik-
motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni. Aspek-aspek perkembangan tersebut
distimulasi sesuai dengan penyelenggaraan layanan pendidikan yang tertuang dalam
Permendikbud PAUD dan kurikulum yang digunakan di setiap satuan PAUD dengan
mengacu pada kurikulum nasional. Dalam Juknis PAUD HI (2015: 10 - 12), stimulasi yang
diberikan selalu memerhatikan prinsip yang digunakan dalam proses pembelajaran anak usia
dini yaitu belajar melalui bermain, berorientasi pada perkembangan dan kebutuhan anak,
berpusat pada anak, pembelajaran aktif, berorientasi pada pengembangan nilai-nilai karakter
dan kecakapan hidup, didukung oleh lingkungan yang kondusif, berorientasi pada
pembelajaran yang demokratis, serta pemanfaatan media, sumber, dan nara sumber yang
mendukung pembelajaran kontekstual dan bermakna. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut
dan PAUD yang interdisipliner maka layanan pendidikan tidak hanya dilakukan oleh guru
melainkan juga oleh nara sumber yang memiliki keahlian dan pengetahuan tertentu dan
mendukung kegiatan belajar anak di kelas. Selain mendapatkan stimulasi untuk setiap aspek
perkembangan, anak usia dini juga membutuhkan layanan kesehatan, gizi, dan perawatan
yang mendukung pertumbuhan dan perkembangannya lebih lanjut.

Layanan mengenai kesehatan, gizi, dan perawatan dapat dilaksanakan oleh guru
sendiri, akan tetapi agar lebih maksimal maka sebaiknya bekerja sama dengan tenaga medis
untuk melakukan deteksi dini tumbuh kembang, perbaikan gizi dengan pemberian vitamin A,
pemberian imunisasi, pemeriksaan kesehatan mata, telinga, dan mulut anak. Selain itu, guru
menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan yang dicatat dalam KMS secara berkala
setiap bulan, membiasakan anak menikmati makanan sehat dan seimbang atau pemberian
makanan tambahan secara berkala yang disiapkan oleh satuan PAUD, membiasakan anak
mencuci tangan, menjaga kebersihan diri, dan lingkungan, melibatkan orang tua dalam
menyiapkan bekal dengan gizi seimbang untuk anak sehari-hari, memantau asupan makanan
yang dibawa anak setiap harinya termasuk jajanan yang dikonsumsi anak selama ada di
Satuan PAUD, menyediaan alat P3K untuk penanganan pertama pada anak yang mengalami
luka, serta mengontrol kondisi fisik anak secara sederhana (misalnya suhu tubuh, luka dsb).
Memperoleh layanan kesehatan, gizi, dan perawatan saja tidak cukup, anak juga
membutuhkan layanan pengasuhan.

Layanan pengasuhan merupakan salah satu bentuk interaksi dan pemberian stimulasi
dari orang dewasa yang berada di sekitar anak. Stimulasi positif yang diberikan selama
pengasuhan akan menjadikan anak bertumbuh dan berkembang dengan baik. Pengasuhan di
satuan PAUD dilaksanakan dengan bekerjasama dengan orang tua melalui program Parenting
seperti KPO (Kelompok Pertemuan Orangtua) yang diisi dengan kegiatan penyuluhan,
diskusi, simulasi, seminar tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, pengenalan
makanan lokal yang sehat, pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
penanggulangan kecacingan, penggunaan garam beryodium, pencegahan penyakit menular,
dan lain-lain. Selain itu, guru dan orangtua berkonsultasi mengenai pertumbuhan dan
perkembangan anak, keterlibatan orangtua dalam penataan kelas dan program menyiapkan

5
makanan gizi seimbang secara bergantian, keterlibatan orangtua dalam kegiatan di luar kelas.
Orangtua selalu terhubung dengan aktivitas anak-anaknya di sekolah melalui buku
penghubung (berdasarkan pengamatan penulis, masih banyak satuan PAUD yang belum
memiliki buku penghubung, salah satu lembaga TK pernah meminta bantuan untuk diberikan
contoh buku penghubung dan cara mengisinya kepada penulis pada saat kegiatan magang 2).
Selain itu, bekerja sama dengan pihak BKKBN untuk hal-hal yang berkaitan dengan
penyuluhan pengasuhan. Memperoleh stimulasi yang positif melalui pengasuhan orangtua
dan guru dibarengi juga dengan pemberian perlindungan kepada anak agar anak merasa
nyaman berada di lingkungan satuan PAUD.

Adanya layanan perlindungan di satuan PAUD melatih anak untuk mampu menjaga
dirinya sendiri dan juga sesamanya. Setiap anak yang berada di satuan PAUD wajib
terlindung dari kekerasan fisik maupun non fisik. Kekerasan fisik dapat berupa
penyiksaan/penganiayaan terhadap anak. Kekerasan non fisik bisa berupa kekerasan
emosional, pelecehan seksual, dan pengabaian terhadap anak. Penyelenggara dan guru PAUD
memastikan lingkungan, alat, dan bahan main yang digunakan anak dalam kondisi aman,
nyaman dan menyenangkan, tidak ada anak yang terkena bully oleh teman, guru, atau orang
dewasa lainnya di sekitar Satuan PAUD, mengenalkan kepada anak bagian tubuh yang boleh
disentuh dan yang tidak boleh disentuh, mengajarkan anak untuk dapat menolong dirinya
apabila mendapat perlakuan tidak nyaman, misalnya meminta pertolongan atau menghindari
tempat dan orang yang dirasakan membahayakan, semua area di satuan PAUD berada dalam
jangkauan pengawasan guru, semua anak mendapat perhatian yang sama sesuai dengan
kebutuhan dan kondisinya, semua guru terbiasa ramah, menghormati, menyayangi, serta
peduli kepada semua anak dengan tidak mencap atau melabelkan sesuatu pada anak,
menumbuhkan situasi di area Satuan PAUD penuh keramahan, santun, dan saling
menyayangi, memastikan saat anak pulang sekolah dalam posisi aman (ada orang dewasa
yang mendampingi), serta menangani dengan segera ketika anak mengalami kecelakaan yang
terjadi di Lembaga PAUD. Bentuk layanan perlindungan yang diberikan di satuan PAUD
tersebut diterapkan melalui SOP penyambutan anak pada saat memasuki area satuan PAUD,
penjagaan yang dilakukan guru di area bermain pada saat istirahat, menyediakan sarana
prasarana yang aman bagi anak, dan menjalin kemitraan dengan Polres/Polsek agar orangtua
dan guru mengetahui jaminan keamanan dan perlindungan hukum dari tindak penelantaran
dan kekerasan terhadap anak didalam keluarga serta agar mudah mengawasi tindakan-
tindakan kekerasan fisik maupun non fisik yang diperoleh anak baik di sekolah maupun di
lingkungan keluarga serta masyarakat. Selain kebutuhan akan perlindungan, pendidikan,
kesehatan, gizi, perawatan, dan pengasuhan, sebagai seorang individu dan bagian dari
kehidupan sosial maka anak juga membutuhkan layanan kesejahteraan.

Layanan kesejahteraan ditunjukkan dengan setiap anak terpenuhi kebutuhan dasarnya


yakni kepastian identitas, kebutuhan fisik, dan kebutuhan rohani. Satuan PAUD membantu
keluarga yang anaknya belum memiliki Akta Kelahiran dengan cara melaporkan ke
kelurahan untuk diproses pembuatan aktenya, menyisihkan dana bantuan operasional dan
dana dari sumber lainnya untuk program makanan tambahan sehat sederhana berbahan baku
lokal dengan cara melibatkan orang tua, membantu keluarga yang belum memiliki akses

6
layanan kesehatan dengan mendaftarkan keluarga tersebut sebagai penerima jaminan
kesehatan, memperlakukan semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus sesuai dengan
potensi yang dimiliki, kemampuan yang dicapai, dan pemberian dukungan yang sesuai untuk
menumbuhkan rasa percaya diri, keberanian, dan kemandirian anak serta membiasakan untuk
memberi penghargaan kepada anak atas usaha yang telah dilakukannya. Pihak sekolah dapat
bekerja sama dengan lembaga Kependudukan dan catatan sipil dan dinas sosial dalam
melaksanakan layanan kesejahteraan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa penerapan layanan


PAUD holistik integratif kuncinya berada pada kemampuan komunikasi dan kerja sama
penyelenggara PAUD dengan pihak-pihak yang memiliki kaitan dengan program layanan
holistik integratif di PAUD. Peran organisasi mitra seperti organisasi guru-guru PAUD sangat
penting dalam bertukar informasi, pengetahuan, dan keterampilan sesama anggotanya demi
kualitas layanan yang optimal dan berkualitas di satuan PAUD masing-masing. Kebiasaan
menyimpan ilmu yang diperoleh dan dimiliki hanya untuk diri sendiri dan menjaga kualitas
serta nama baik sekolah-sekolah tempat mengajar tertentu bukanlah cara terbaik jika kita
mengharapkan generasi emas lahir dari daerah kita. Mendirikan satuan PAUD dengan
orientasi ekonomi semata bukan tujuan PAUD yang sebenarnya melainkan melahirkan
generasi berkualitas di masa depan yang secara meneyluruh mendapat layanan pendidikan
dan layanan lainnya. Kemauan untuk berbagi ilmu justru yang paling diharapkan pada era
sekarang ini. Terutama jika kita mengedepankan kualitas pendidikan anak usia dini secara
umum bukan per lembaga maupun per orangan karena generasi yang bersekolah di setiap
satuan PAUD semuanya adalah calon penerus bangsa. Oleh karena itu, pantas mendapatkan
pendidikan dan layanan lain dengan kualitas yang sama. Seperti bunyi sebuah quote yang
dikutip dari sebuah sumber “Knowledge only powerful when shared”.

Kesimpulan

Anak usia dini merupakan bakal generasi emas bagi bangsa Indonesia di ulang
tahunnya yang ke- 100 tahun pada tahun 2045 nanti dan merupakan penentu apakah bonus
demografi akan menjadi bencana atau anugerah. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut,
salah satu yang dicanangkan pemerintah adalah pemenuhan tumbuh kembang anak usia dini
dalam bidang layanan pendidikan, pengasuhan, gizi, perawatan, serta perlindungan dan
kesejahteraan anak. Satuan PAUD sebagai tempat pelaksanaan layanan pendidikan,
pengasuhan, gizi, perawatan, serta perlindungan dan kesejahteraan anak diharapkan mampu
memberikan layanan yang terpadu dan menyeluruh, berkesinambungan, tidak membeda-
bedakan, terjangkau, melibatkan orangtua serta masyarakat, dan berbasis budaya.

Penyelenggaraan PAUD holistik integratif pada dasarnya fleksibel sesuai dengan


kondisi setempat dan kemampuan satuan PAUD yang bersangkutan. PAUD holistik integratif
sangat memungkinkan dilaksanakan secara terpadu di Satuan PAUD, tetapi memungkinkan
juga dilaksanakan secara terpisah di beberapa tempat layanan. Dalam pelaksanaannya di
Manggarai, satuan PAUD jarang bahkan tidak pernah melaksanakan program parenting.
Pihak yang paling sering berhubungan dengan satuan PAUD hanya dinas pendidikan karena
berkaitan dengan segala urusan mengenai penyelenggaraan pendidikan. Peran organisasi

7
profesi juga kurang terlihat. Oorganisasi profesi guru PAUD di Manggarai jarang atau
bahkan tidak pernah mengadakan kegiatan bersama seperti seminar dan workshop untuk
peningkatan kompetensi guru anggota organisasi kecuali kegiatan yang dilaksanakan oleh
dinas pendidikan dan perguruan tinggi. Selain itu, kemitraan dengan dinas sosial, BKKBN,
dinas kependudukan dan catatan sipil, badan pemberdayaan masyarakat, serta polres/polsek
juga belum terjalin. Oleh karena itu, penerapan layanan PAUD holistik integratif kuncinya
berada pada kemampuan komunikasi dan kerja sama penyelenggara PAUD dengan pihak-
pihak yang memiliki kaitan dengan program layanan holistik integratif di PAUD. Peran
organisasi mitra seperti organisasi guru-guru PAUD sangat penting dalam bertukar informasi,
pengetahuan, dan keterampilan sesama anggotanya demi kualitas layanan yang optimal dan
berkualitas di satuan PAUD masing-masing.

8
DAFTAR PUSTAKA

Alimoeso, S. (2013). Panduan Pelaksanaan Kegiatan BKB Yang Terintegrasi dalam Rangka
Penyelenggara Pengembangan AUD Holistik Integratif. Jakarta: BKKBN

Http://beritasatu.com/home/2018-alokasi-dana-operasional-paud-rp-4-triliun/168094. (2018).
2017, Alokasi Dana Operasional PAUD Rp 4 Triliun. Diakses pada tanggal 13 Mei 2018.

Https://Www.Google.Com/Search?Q=Pendidikan+Holistik+Integratif+Paud+Pdf&Ie=Utf-
8&Oe=Utf-8&Client=Firefox-B-Ab. (2015). Petunjuk Teknis Penyelenggaraaan PAUD
Holistik Integratif di satuan PAUD. Direktorat Pembinaan PAUD Direktorat Jenderal PAUD
dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. Diakses pada tanggal
13 Mei 2018.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan


Anak Usia Dini Holistik Integratif.

Setyawan, D. (2014). Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Sejak Usia Dini.


http://www.kpai.go.id/artike l/pemenuhan-hakpendidikan-anak-sejak-usiadini/, diakses
tanggal 13 Mei 2018.

Www.kemenkopmk.go.id/artikel/ayo-sukseskan-gerakan-satu-desa-satu -paud. (2016). Ayo,


Sukseskan Gerakan Satu Desa Satu PAUD. Diakses pada tanggal 13 Mei 2018.

Yulianto, D., Lestariningrum, A., & Utomo, H. B. (2016). Analisis Pembelajaran Holistik
Integratif Pada Anak Di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Grogol Kabupaten Kediri.
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI, 10(2), 277-294.

You might also like