Professional Documents
Culture Documents
Penggunaan Surfaktan Untuk Mengurangi Kandungan Air Dalam Emulsi Minyak
Penggunaan Surfaktan Untuk Mengurangi Kandungan Air Dalam Emulsi Minyak
Ade Syafrinaldy
Pusat Teknologi Sumberdaya Energi dan Industri Kimia (PTSEIK)
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Gedung 625 Kawasan PUSPIPTEK Serpong - Tangerang Selatan 15314
Email: ade.syafrinaldy@bppt.go.id
Diterima: 17 Oktober 2017; Diperiksa: 13 Nopember 2017; Revisi: 24 Nopember 2017; Disetujui: 11 Desember 2017
Abstract
Emulsified oil is considered as rarely acceptable waste oil to be reused or even recycled. Efforts that
have been made in the last 40 years for the development of reliable and efficient demulsification
techniques, cannot avoid the hard fact that it is not an easy task to break the most emulsified oil in short
times. For economic and operational reasons, it is necessary to separate the water from the emulsified
oil to an acceptable level before it fed into the reclaimed fuel oil plant. One of the most widely used
methods in treating water-in-oil emulsions is using surfactant to accelerate the emulsion breaking
process. Three commonly used surfactants with high HLB value (Nonyl Phenol Ethoxylate NP-9,
Tween 80 and Sodium Dodecyl Sulphate SDS), dissolved in toluene to form 25% solution, were
applied into 100 ml emulsified waste lubricants originated from collectors in Balikpapan suburb. The
demulsifying effects of all three surfactants were then examined, including the heat effect by warming
up the whole system. All experiments were carried out in different concentrations of each solution, 500
ppm, 700 ppm, 900 ppm and 1100 ppm. The performance level was determined by the amount of water
separated. The experiments continued using best performed surfactants and centrifugal separators to
meet the targetted water content in the waste lubricants by 5% and sediment content by 3% before it
fed into the reclaimed fuel oil plant. Result showed that surfactants with the best demulsifying effect
were NP-9 and SDS. Both worked at the optimum concentration of 700 ppm. The targetted water
content was successfully exceeded. Water content in the waste lubricants was reduced from 34% to
0.08% with NP-9 and to 0.8% with SDS. Sediment content was however not as successful. Sediment
content in waste oil was reduced from 12.30% to only 6.56% with NP-9 and to only 5.11% with SDS.
The removed water from the process needs further treatment before disposal. The concentration of
BOD 5, COD, oil and fat, and ammonia are beyond the quality standard of waste water. The waste
water passed only in pH, Dissolved Sulfide and Total Phenol.
Abstrak
Minyak yang teremulsi biasanya dianggap sebagai limbah minyak yang jarang diterima sebagai bahan
baku daur ulang (recycled) ataupun untuk digunakan kembali (reused). Penelitian yang telah
dilakukan dalam 40 tahun terakhir guna mengembangkan teknik demulsifikasi yang efisien dan
handal, menunjukkan bahwa tidaklah mudah memecah emulsi minyak dalam waktu yang singkat. Di
lain pihak, untuk alasan teknis dan ekonomis, pemisahan air dari minyak yang teremulsi sampai batas
yang dapat diterima harus dilakukan, sebelum diumpankan ke dalam Reclaimed Oil Plant. Salah satu
metode yang sering digunakan untuk menangani emulsi adalah dengan menambahkan surfaktan
demi mempercepat proses pemecahan emulsi. 3 (tiga) jenis surfaktan yang umum digunakan dengan
nilai HLB yang tinggi (Nonyl Phenol Ethoxylate NP-9, Tween 80 and Sodium Dodecyl Sulphate SDS),
dilarutkan dalam toluene untuk membentuk larutan 25%, kemudian ditambahkan dalam 100 ml
minyak pelumas bekas yang teremulsi. Minyak pelumas bekas didapatkan dari pengumpul di kota
Balikpapan dimana Reclaimed Oil Plant dibangun. Efek demulsifikasi dari ketiga surfaktan kemudian
diamati dan diukur, termasuk efek temperatur dengan memanaskan keseluruhan sistem. Semua
eksperimen dilakukan dalam berbagai konsentrasi surfaktan, 500 ppm, 700 ppm, 900 ppm dan 1100
54 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 13, No. 2, Desember 2017 Hlm. 53-60
dan Gambar 1, emulsi air dalam minyak akan 2. BAHAN DAN METODE
membutuhkan surfaktan dengan HLB rendah (4-
6). 2.1. Bahan
Bahan kimia yang digunakan diperoleh dari Sigma
Tabel 1. Nilai HLB dan penerapannya (Uniqema, Aldrich and Merck, sebagai berikut:
2004) http://soft-matter.seas.harvard.edu/index. 1). Bahan Aktif :
php/HLB_Scale
a. Tweens 80
No Penerapan Nilai Catatan Biasa digunakan untuk stabilisasi emulsi
HLB minyak dalam air. Beberapa studi dilakukan
untuk mempelajari tentang efek dari dari
1 Mencampur minyak 1-3 Tween terhadap pembuatan emulsi minyak
berbeda
dalam air (Martins et al., 2011).
2 Membuat emulsi air dalam 4-6 b. Nonyl Phenol Ethoxylate NP-9
minyak (w/o emulsifiers) Biasa digunakan dalam proses demulsifikasi
minyak bumi.
3 Membasahi powder dalam 7-9
c. Sodium Dodecyl Sulphate SDS
minyak
Karena Tweens 80 (HLB:15), NP-9 (HLB: 12.9)
4 Membuat self emulsifying 7-10 dan SDS (HLB:12) mempunyai nilai HLB tinggi
oils (>10), diharapkan masing-masing mempunyai
efek demulsifikasi yang cukup signifikan
5 Membuat emulsi minyak 8-16 Surfactant terhadap emulsi air dalam minyak.
dalam air (o/w emulsifier) blends 2) Pelarut organik Toluene dengan grade technical
6 Membuat larutan detergent 13-15 3) Minyak pelumas bekas
Minyak pelumas bekas diperoleh dari
7 Melarutkan minyak (micro- 13-18 Surfactant pengumpul yang ada di Balikpapan, tempat
emulsifying) into water blends dimana plant pengolah limbah minyak pelumas
bekas (reclaimed oil plant) dibangun
3.2. Equipments
Ÿ 8 x 15 ml Centrifuge
Ÿ Agitator
Ÿ Furnace
Ÿ Silinder Ukur
Ÿ Separator Sentrifugal (Gambar 2)
Ada 4 (empat) peralatan utama dalam unit
separator sentrifugal: 1. Drum 200 Liter, 2. Pompa
Motor, single phase, 220v, 1200 Watt, 3. Heater
1000W, 4. Pre-screen filter 100 micron and 4.
Gambar 1. Matching HLB value to application Centrifugal Filter.
needs (ICI, 1980) Dua outlets, untuk minyak bersih dan kotor
dipasangkan pada unit separator untuk
Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa memastikan pemisahan berlangsung sempurna.
surfaktan dengan nilai HLB tinggi (>10) akan Separator sentrifugal ini biasa digunakan untuk
mempunyai efek demulsifikasi yang besar memisahkan air dari minyak bumi.
sehingga dapat memisahkan air dari minyak.
1.2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
Ÿ Menyeleksi surfaktan yang mempunyai
performa pemisahan air terbaik.
Ÿ Menentukan konsentrasi optimal dari surfaktan
dalam pemisahan air.
Ÿ Mengurangi kandungan air dalam pelumas
bekas hingga maksimal 5% dan mengurangi
kandungan sedimen hingga 3% menggunakan
separator sentrifugal dan surfaktan
Ÿ Karakterisasi sampel pelumas bekas sebelum
dan setelah diproses (water content, sediment
content, kinematic viscosity, volatile/non-
volatile hydrocarbon content)
Ÿ Karakterisasi air limbah yang dipisahkan
terhadap kriteria air limbah dari KLHK Gambar 3. Gambar skematis dari Unit Separator
Sentrifugal
56 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 13, No. 2, Desember 2017 Hlm. 53-60
dipisahkan kemudian dianalisa untuk melihat 3.1. 1. Pemisahan Air vs Waktu Settling
perbaikannya. Secara keseluruhan, seperti terlihat dalam Tabel 2,
waktu settling time tidak berpengaruh secara
signifikan dalam meningkatkan kemampuan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN demulsifier. Dalam 5 menit ataupun 180 menit,
jumlah air yang dipisahkan relative sama.
3.1. Hasil Bottle Test Pemisahan air maksimal telah terjadi sempurna
Dalam eksperiment Bottle Test diamati efek dalam waktu 5 menit (Gambar 5 and Gambar 6)
demulsifikasi dari 3 larutan demulsifier yaitu: 25% kecuali untuk Tween 80 (Gambar 7). Performa
vol Tween 80, 25% vol NP- 9 and 25% berat SDS. Tween 80 meningkat seiring dengan waktu settling
Ketiganya dilarutkan dalam toluene. Pelumas yang diterapkan yang membuktikan bahwa efek
bekas yang telah diaduk rata dituangkan kedalam demulsifikasi dari Tween 80 tidak secepat dua
12 botol reaksi masing-masing sebanyak 100 mL. surfaktan yang lain. Tween 80 membutuhkan
Kemudian ditambahkan sebanyak 500, 700, 900 waktu lebih lama untuk memisahkan jumlah air
and 1100 ppm dari ketiga larutan demulsifier. yang sama dibandingkan NP-9 atau SDS.
Botol-botol tersebut kemudian diaduk hingga
diperoleh larutan yang homogen. Setelah langkah
ini, jumlah air yag dipisahkan kemudian diukur
dengan menuangkannya kedalam silinder ukur
dan membiarkannya selama beberapa waktu.
Proses pemisahan kemudian dilanjutkan dengan
memanaskannya dalam furnace hingga
temperatur 70oC selama 3 jam untuk mengamati
efek pemanasan terhadap pemisahan. Larutan
yang paling efektif dan paling efisien kemudian
ditentukan sebagai larutan demulsifier terpilih.
Hasil bottle tests dapat dilihat dalam Tabel 2.
Terlihat pada Tabel 2 performa yang ditunjukkan
ketiga larutan adalah jauh lebih baik dibandingkan
dengan hanya melakukan settling (blank) tanpa
larutan demulsifier yang hanya sebesar 4.5 mL. Gambar 5. Performa NP-9 vs Waktu Settling dan
Dapat dikatakan ini adalah jumlah air bebas yang setelah pemanasan
terkandung dalam sampel minyak pelumas bekas.
Kandungan air bebas dalam sampel adalah
sebesar 4.5%.
3.2.1. Penyiapan Sample Pelumas Bekas Pelumas 54 22.73 10.97 12.30 6,593
Sekitar 65 liter pelumas bekas dimasukkan Bekas
kedalam drum sentrifugal dan dipanaskan hingga
temperatur 60oC. Viskositas sample pelumas bekas memang
ternyata sangat tinggi seperti yang diduga
3.2.2 Penyiapan larutan Demulsifier sebelumnya. Untuk menurunkannya dibutuhkan
Surfaktan yang terpilih, NP-9 and SDS, dilarutkan panas sehingga pompa separator mampu
kedalam toluene hingga membentuk larutan mensirkulasinya.
demulsifier 25%. Campuran diaduk dengan
menggunakan agitator hingga homogen. Tabel 5. Karakterisasi sample pelumas bekas
setelah treatment dengan NP-9, 6 hrs
3.2.3 Penggunaan Larutan Demulsifier
Kira-kira 45 ml larutandemulsifier ditambahkan
kedalam 65 L pelumas bekas sementara motor
WC VHC NVHC SC KV
sentrifugal bekerja. Larutan 45 ml ini membentuk (%vol) (%wt) (%wt) (%wt) (cSt)
konsentrasi larutan total sebesar. 700 ppm.
Temperatur kerja separator sentrifugal diatur pada Pelumas 0.08 84.53 8.83 6.56 12,470
at 60oC. Campuran kemudian dibiarkan selama Bekas
satu jam. Lapisan atas dari campuran yang
merupakan lapisan minyak diambil samplenya
58 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 13, No. 2, Desember 2017 Hlm. 53-60
Tabel 6. Karakterisasi sample pelumas bekas 4. KESIMPULAN
setelah treatment dengan SDS, 6 hrs Asumsi bahwa jika surfaktan dapat membentuk
emulsi minyak dalam air, ada kemungkinan
WC VHC NVHC SC KV surfaktan juga dapat memisahkan air dalam emulsi
(%vol) (%wt) (%wt) (%wt) (cSt) air dalam minyak dapat dikatakan terbukti secara
ilmiah.
Pelumas 0.43 71.83 22.63 5.11 14,130 Melalui beberapa eksperimen, 2 (dua) jenis
Bekas surfaktan yang biasa digunakan, NP-9 dan SDS
menunjukkan kinerja terbaik dalam memisahkan
3.2.6. Baku Mutu Air Limbah air dari minyak pelumas bekas. Minyak pelumas
Untuk memberikan informasi yang lebih bekas yang diproses menggunakan kedua jenis
komprehensif, air limbah yang dipisahkan surfaktan diatas dan separator sentrifugal
kemudian juga dianalisa dan dibandingkan dengan memenuhi target 5% kandungan air.
standar dari Peraturan Menteri Negara Kandungan air dapat diturunkan dari 34% ke
Lingkungan Hidup No. 19 Tahun 2010, tanggal 30 0.08% menggunakan NP-9 dan ke 0.43%
November 2010, Lampiran III. A. Quality Standard menggunakan SDS, masing-masing dengan
Waste Water Disposal from Petroleum Processing konsentrasi 700 ppm.
Activities. Namun untuk penurunan kandungan sedimen
tidak berjalan sesukses kandungan air. Target 3%
kandungan sedimen tidak dapat dicapai.
Tabel 7. Air Limbah yang dipisahkan menggunakan Penjelasan yang paling logis adalah bahwa
NP-9 and SDS sebagian besar zat padat yang terkandung dalam
pelumas bekas adalah berupa debu (ash).
Parameter Konsentrasi Metode Kandungan sedimen dalam pelumas bekas
Maksimum berkurang dari 12.30% ke 6.56% menggunakan
(mg/L) NP-9 dan ke 5.11% menggunakan SDS. Riset
lanjutan perlu dilakukan menggunakan coagulan
Standard NP-9 SDS
untuk membuat agglomerasi dari debu-debu
BOD 5 80 7380 7210 APHA Method tersebut sehingga dapat lebih cepat mengendap
5210 C Air limbah yang dihasilkan masih perlu
COD 160 9220 9220 APHA Method mendapatkan penanganan lebih lanjut sebelum
5220 D pembuangan. Konsentrasi BOD 5, COD, oil and
fat, dan ammonia masih jauh diatas standar kriteria
yang diijinkan.
Oil and Fat 20 560 1080 USEPA
Method 9071 B
DAFTAR PUSTAKA
Abdel Azim, A. Raheim, et.al., Demulsifier Systems Applied to
Dissolved 0.5 < 0.01 < 0.01 SNI 19-6964.4 Breakdown Petroleum Sludge, Journal of Petroleum Science
Sulfide and Engineering 78 (2011) 364-370, 2011
Ammonia 8 65.6 45.3 APHA 400 Bancroft, W.D., 1913. The theory of emulsification. J. Phys.
(NH3-N) NH3 F Chem. 17, 501–519
ICI Americas Inc., The HLB System: A time-saving guide to Schramm, Laurier L., Emulsions, Foams and Supensions,
emulsifier selection, 1980 Fundamentals and Applications, Wiley-VCH Verlag GmbH &
Co, KGaA, 2005
Joseph, P.J. and Joseph, A., Microbial enhanced separation of
oil from a petroleum refinery sludge. Journal of Hazardous William C. Griffin, Classification of Surface-Active Agents by
Materials, 2008 HLB, 1949
Martins, I.M., Rodrigues, S.N., Barreiro, M.F., Rodrigues, A.E., Zaki, N.N., Abdel-Raouf, M.E., Abdel Azim, A. A., Propylene-
Polylactide-based thyme oil microcapsules production: oxide ethylene oxide block copolymers as demulsifiers in
evaluation of surfactants. Ind. Eng. Chem. Res. 50, 898, 2011 water in oil emulsions, I. Effects of molecular weight and
hydrophilic-lipophilic balance on demulsification efficiency,
Pyotr M. Kruglyakov, Hydrophile - Lipophile Balance of Monatsh Chem., 127, 621-629, 1996
Surfactants and Solid Particles: Physicochemical aspects
and applications. Studies in Interface Science Vol. 9: 1-391,
2000
60 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 13, No. 2, Desember 2017 Hlm. 53-60