Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Studi Agama dan Masyarakat ISSN: 1829-8257; E ISSN: 2540-8232

Vol. 15, No 01, Juni 2019, p. 01-10 1

Tradisi Kemponan dan Jappe’ dalam Masyarakat


Melayu Sambas Kalimantan Barat
Reza Akbara,1,*, U. Sulia Sukmawatib,2
aInstitut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin, Sambas, 79465, Indonesia
bInstitut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin, Sambas, 79465, Indonesia
1reza_akbar34@yahoo.com*; 2 u.suliasukmawati@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRACT

Article history: The people of Sambas Regency recognize the Kemponan belief. It is the belief
Received : 2019-01-26 about a disaster that can occur to someone if they reject the food or drink offered
Revised : 2019-04-08 without tasting the food known as Jappe’. This study is to identify the Kemponan
Accepted : 2019-05-28 tradition and Jappe spreading out at the people of Sambas Malay. This study is
Keywords: qualitative field research using data collection methods through in-depth
Kemponan interviews. Dealing with the Kemponan and Jappe ’traditions, the Sambas Malay
Jappe’ people is divided into four groups; those who believe and carry out both
Sambas Malay traditions, those who doubt the Kemponan and continue to carry out the Jappe’
tradition, those who do not believe in the existence of Kemponan but still carry
out the Jappe' tradition, and those who have left the two traditions. The
Kemponan and Jappe ' traditions viewed from a sharia perspective were that,
first, it was allowed if Kemponan was only interpreted as a desire that was not
conveyed and was not associated with the existence of magical power. Second, it
was forbidden if it was believed that certain foods have the pulling power of the
Kemponan and Jappe' and it was done to avoid calamity.

ABSTRAK

Masyarakat di Kabupaten Sambas, mengenal kepercayaan kemponan yaitu


Kata Kunci: kepercayaan tentang adanya malapetaka yang dapat menimpa seseorang jika
Kemponan
menolak makanan atau minuman yang ditawarkan tanpa mencicipi makanan
Jappe’
tersebut yang dikenal dengan istilah jappe’. Penelitian ini bertujuan untuk
Melayu Sambas
mengidentifikasi tradisi kemponan dan jappe’ yang berkembang di kalangan
masyarakat Melayu Sambas. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
lapangan menggunakan metode pengambilan data melalui wawancara secara
mendalam. Dalam pelaksanaan tradisi kemponan dan jappe’, masyarakat Melayu
Sambas terbagi ke dalam empat kelompok; mereka yang percaya dan
melaksanakan kedua tradisi tersebut, mereka yang ragu terhadap kemponan dan
tetap melaksanakan tradisi jappe’, mereka yang tidak percaya adanya kemponan
namun tetap melaksanakan tradisi jappe’, dan mereka yang telah meninggalkan
kedua tradisi tersebut. Adapun tradisi kemponan dan jappe’ ditinjau dari
perspektif syariah adalah Pertama, hukumnya boleh jika kemponan hanya
diartikan sebagai hasrat yang tidak tersampaikan dan tidak dikaitkan dengan
adanya kekuatan magis. Kedua, hukumnya haram apabila meyakini makanan
tertentu memiliki kekuatan penarik terjadinya kemponan serta jappe’ dilakukan
karena ingin terhindar dari malapetaka.

Copyright © 2019 IAIN Palangka Raya.


All rights reserved.

I. Pendahuluan Indonesia dan juga bangsa-bangsa lain di


Melayu (Malay) merupakan salah satu dunia. Pengaruhnya sangat menonjol
suku yang memiliki pengaruh yang sangat terutama bahasanya yang digunakan secara
besar dalam khasanah kebudayaan bangsa luas di Nusantara dan negara-negara rumpun

DOI:10.23971/jsam.v15i1.1131 W : http://e-journal.iain-palangkaraya.ac.id/index.php/jsam
E : Jsam.iainpky@gmail.com
2 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Vol. 15, No. 01, Juni 2019, p. 01-10

Melayu. Menurut persebarannya, bahasa Masyarakat Melayu khususnya Kabupaten


Melayu mencakup wilayah geografis yang Sambas identik dengan Islam. Boleh
sangat luas dan dipergunakan sebagai dikatakan bahwa hampir seluruh masyarakat
perekam sejarah, pencatatan undang-undang, Melayu Sambas beragama Islam.(12)
pengucapan dan penulisan perjanjian, dan Identitas ini tidak seperti suku-suku lain
bahasa ini juga menjadi bahasa dakwah oleh seperti Dayak, Jawa, dan Batak yang tidak
berbagai agama dan kepercayaan sepanjang membawa label agama tertentu dalam
perjalanan peradaban Melayu di kesukuan mereka. Budaya Masyarakat
Nusantara.(29) Pengaruhnya secara nyata Melayu Sambas yang benafaskan Islam
dibuktikan dengan sebagian besar bahasanya tergambar dalam beberapa tradisinya seperti
yang diadopsi sebagai bahasa Indonesia yang tepung tawar, kesenian islami nyerakal,
kemudian menjadi bahasa nasional dan tulisan Arab Melayu, seni tari raddat, dan
bahasa pemersatu. Negara-negara tetangga lain-lain. Dengan demikian, kajian tentang
seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan budaya Melayu Kabupaten Sambas sangat
Singapura juga menggunakan bahasa Melayu erat kaitannya dengan budaya-budaya Islam
sebagai salah satu bahasa pengantar negara. yang memengaruhinya. Hal tersebut
Di Indonesia, sebagian besar suku Melayu memberikan isyarat bahwa Islam yang
menempati wilayah yang cukup luas meliputi dibawa oleh para ulama pembaharu dalam
Pulau Kalimantan dan Sumatera. Dengan nuansa keislaman tidak hanya dalam bidang
demikian, muncullah beberapa kelompok politik, akan tetapi juga merambah dalam
suku Melayu yang dikenal hingga saat ini bidang sosial budaya masyarakat.(22)
seperti Melayu Tamiang, Melayu Palembang,
Melayu Bangka-Belitung, Melayu Deli, Di dalam masyarakat Kalimantan Barat,
Melayu Riau, Melayu Jambi, Melayu khususnya Kabupaten Sambas, berkembang
Bengkulu, Melayu Pontianak Dan Melayu kepercayaan masyarakat mengenai kemponan
Sambas. yaitu kepercayaan tentang adanya malapetaka
(kejadian buruk) yang dapat menimpa
Salah satu wilayah di Kalimantan Barat seseorang jika menolak makanan atau
yang sebagian besar masyarakatnya minuman yang ditawarkan tanpa mencicipi
merupakan keturunan suku Melayu adalah atau menyentuh makanan tersebut, yang
Kabupaten Sambas. Kabupaten ini sudah dikenal dengan istilah jappe’. Keyakinan ini
terbentuk sejak tahun 1960 dan mengalami telah menjadi kebiasaan bagi segelintir
pemekaran menjadi tiga kabupaten dan kota orang-orang Melayu di Kabupaten Sambas.
yaitu Kabupaten Bengkayang, Kota Ada yang memang meyakini dan ada pula
Singkawang, dan Kabupaten Sambas.(12) Di yang masih melaksanakan tradisi jappe’ ini
Kabupaten Sambas ini, terdapat warisan sekadar menghargai pemberian dengan
kebudayaan Kerajaan Islam Melayu yang maksud tidak menyinggung perasaaan orang
masih terjaga yaitu berupa Keraton yang yang menawarkan makanan.
awalnya sudah dibangun pada tahun 1632
yang kemudian dibangun kembali pada tahun Pada dasarnya, kemponan dan jappe’ ini
1933.(30) Di dekat keraton tersebut terdapat memiliki kemiripan dengan istilah pamali
Masjid Jami’ yang dibangun oleh Sultan yang berkembang di beberapa daerah di
Umar Aqomuddin (memerintah tahun 1702- Indonesia. Akan tetapi, istilah pamali masih
1727) yang kemudian direnovasi oleh bersifat umum karena merupakan aturan
puteranya pada tahun 1885. Di depan Masjid yang tabu (umumnya bersifat larangan),
yang terletak di Muara Ulakan Sungai namun masih diyakini oleh masyarakat.
Sambas ini terdapat sebuah tulisan yang Misalnya sebuah penelitian yang dilakukan
sangat terkenal sebagai simbol Masjid oleh Widiastuti di Kabupaten Kuningan.
Keraton yang ditulis dalam bahasa Arab “al- Penelitian yang menggunakan pendekatan
wâtsiqu billâh” yang berarti orang yang semiotika dan etnopedagogi ini menghasilkan
percaya teguh dengan Allah. Keraton dan kategorisasi macam pamali, nilai edukatifnya
Masjid ini menjadi daya tarik bagi seperti sistem religi, ilmu pengetahuan,
wisatawan, baik dari dalam maupun luar sosial, dan lain-lain.(26) Sedangkan istilah
Kabupaten Sambas. kemponan dan jappe’ yang dikenal di
kalangan masyarakat Melayu Sambas

Reza Akbar et.al (Tradisi Kemponan dan Jappe’) ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 3
Vol. 15, No. 01, Juni 2019, p. 01-10

merupakan istilah khusus yang memiliki sebab itu, penelitian ini menjadi semakin
makna tersendiri. penting untuk dilakukan.
Tradisi kemponan dan jappe’ di kalangan II. Tinjauan Pustaka
masyarakat Melayu Sambas ini memang a. Mengenal Masyarakat Melayu Sambas
sudah diungkap oleh Mustansyir. Penelitian
yang menggunakan pendekatan filosofis Dilihat dari letak
tersebut membagi masyarakat ke dalam dua geografisnya, Kabupaten Sambas terletak di
kelompok; pertama, masyarakat yang wilayah 1o23” LU dan 108o39” BT dengan
menganggap kemponan memiliki arti dan batas administratif: sebelah utara berbatasan
nilai penting bagi kehidupan masyarakat dan dengan Malaysia Timur (Sarawak) dan Laut
kedua, masyarakat yang sudah mulai Natuna, sebelah selatan berbatasan dengan
meninggalkannya karena memudar akibat Kabupaten Bengkayang dan Kota
perubahan zaman.(12) Penelitian tersebut Singkawang, sebelah timur berbatasan
tidak mengkaji tradisi kemponan dan jappe’ dengan Kabupaten Bengkayang dan
melalui pendekatan normatif berdasarkan Serawak, dan sebelah barat berbatasan
pandangan syariah. Kajian syariah mengenai dengan Laut Natuna. Wilayah administratif
hal ini sangat penting dilakukan karena Sambas meliputi 19 Kecamatan yaitu
bagaimana pun, suatu tradisi tidak boleh Kecamatan Sambas, Kecamatan Sebawi,
bertentangan dengan ajaran Islam agar Kecamatan Tebas, Kecamatan Semparuk,
keduanya dapat berjalan selaras. Kecamatan Pemangkat, Kecamatan Salatiga,
Kecamatan Selakau, Kecamatan Selakau
Selain itu, tradisi kemponan pada Timur, Kecamatan Tekarang, Kecamatan
masyarakat Kalimantan Barat juga sudah Jawai, Kecamatan Jawai Selatan, Kecamatan
dilakukan oleh Nindwihapsari melalui Sajad, Kecamatan Sejangkung, Kecamatan
pendekatan deskriptif kualitatif. Hasilnya Paloh, Kecamatan Teluk Keramat,
adalah makna dan struktur kemponan yang Kecamatan Tangaran, Kecamatan Subah, dan
terdiri atas tanda (pengabaian tawaran Kecamatan Sajingan Besar dengan desa
makanan/minuman), akibat (situasi keseluruhan berjumlah 184 desa.(31)
marabahaya), dan konversi (penghindaran
marabahaya).(14) Penelitian ini berfokus Orang-orang Melayu pada awalnya
pada memaknai arti kemponan, tidak merupakan orang-orang yang tinggal di
menelaah penerapannya di kalangan pedesaan, bekerja sebagai nelayan, berkebun,
masyarakat. Penelitian ini juga tidak dan bertani. Mereka sejak dulu beragama
mengkaji tradisi kemponan dalam pandangan Islam dan adat istiadatnya sedikit atau pun
syariah. banyak juga diwarnai oleh Islam.(6)
Pengaruh Islam (Arab) terhadap masyarakat
Terlepas dari tradisi dan budaya apa pun Melayu lebih dominan dibandingkan dengan
dan mana pun, Islam hakikatnya pengaruh bangsa-bangsa lain (seperti India
menghendaki pengikutnya untuk dan China) sehingga muncul istilah “Dunia
menyerahkan sepenuhnya kehidupan Melayu Dunia Islam”. Sintesa kebudayaan
manusia kepada Allah dalam bentuk Melayu dan Islam dapat dilihat melalui
kemantapan akidah, tanpa ada percampuran ungkapan “Adat bersendi syarak, syarak
dengan hal-hal yang dapat membatalkan bersendikan kitabullah” di daerah-daerah
syahadat. Kemponan sebagai sebuah seperti Aceh, Minangkabau, Riau, Jambi,
kepercayaan yang tidak dikenal di dalam Palembang, Banjar, Bugis, Gorontalo,
Islam, patut ditelaah terutama dari sudut Ternate, dan sebagainya. Bagi masyarakat di
pandang syariah. Kajian syariah menempati daerah-daerah tersebut, menjadi Melayu
urutan yang sangat penting karena berkaitan berarti Menjadi Islam.(18)
dengan akidah seorang muslim. Kajian ini
juga diharapkan memperjelas status Menurut Effendy masyarakat Melayu
keyakinan terhadap tradisi kemponan dan Sambas adalah mereka yang berkomunikasi
jappe’ yang berkembang dalam masyarakat menggunakan bahasa Melayu, hidup dalam
Melayu Sambas, apakah termasuk tahayul tradisi Melayu, beragama Islam, dan
yang dapat merusak akidah atau hanya bertempat tinggal di wilayah Sambas. Bahasa
sekedar warisan budaya atau tradisi. Oleh Melayu Sambas adalah bahasa Melayu

ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232 Reza Akbar et.al (Tradisi Kemponan dan Jappe’)
4 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Vol. 15, No. 01, Juni 2019, p. 01-10

berdialek Sambas yang dituturkan di kemponan ini juga berkembang dengan


Kabupaten Sambas, Kota Singkawang, sebutan yang berbeda-beda. Di kalangan
Kabupaten Bengkayang dan sekitarnya. suku Sasak (Lombok), dikenal istilah
Namun demikian, bahasa Melayu Sambas tularmenuh yaitu kepercayaan segelintir
antara komunitas (katakanlah desa) yang satu masyarakat mengenai adanya malapetaka
dengan komunitas yang lain terdapat atau kejadian buruk karena menolak
perbedaan, terutama dalam hal dialek.(12)
makanan, apalagi bagi mereka yang akan
Secara historis, suku Melayu Sambas bepergian jauh.(19) Sedangkan di Makassar,
merupakan bagian dari rumpun suku Dayak, berkembang pula kepercayaan ini di
khususnya Dayak Melayik. Hal ini kalangan masyarakatnya yang merupakan
didasarkan pada identitas Dayak yang bagian dari pamali. Adapun di kalangan
digunakan orang-orang pribumi (Melayu) orang-orang Jawa dan Sumatera, hal
pada masa itu untuk bangkit dari keadaan semacam ini tidak pernah dikenal. Di
yang disebut terpinggirkan (marginal).(28) kalangan orang-orang Jawa, menerima
Selain itu terdapat adanya hubungan antara
pemberian makanan yang sudah dihidangkan
bahasa Melayik dan bahasa Melayu di
oleh tuan rumah hanya sebatas bermakna
Kalimantan Barat yakni memiliki satu akar
yang sama, satu rahim budaya yang sama, adab dalam bertamu sehingga tuan rumah
satu asal-usul, sebelum akhirnya menjadi merasa senang.(25)
bahasa yang dikenal saat ini. Tentunya hal itu Kemponan yang diyakini oleh segelintir
sudah mengalami berbagai peristiwa adaptasi
masyarakat Melayu Sambas ini sebenarnya
dan evolusi bunyi, dialek, irama, dan lain
sebagainya yang kemudian disebut sebagai tergolong ke dalam takhayul karena tradisi
proses pembentukan bahasa.(12) ini pada dasarnya adalah kepercayaan kepada
sesuatu yang dianggap ada atau sakti, tetapi
Pada masa Kesultanan Sambas, sebenarnya tidak ada atau tidak sakti.
masyarakat Melayu Sambas terkenal agamis Kepercayaan tersebut sebenarnya adalah
sehingga sempat disebut sebagai Serambi larangan untuk menolak pemberian makanan
Makkah Kalimantan Barat. Pada masa itu, atau minuman yang pada hakikatnya bagian
ulama-ulama Islam dari Kesultanan Sambas
dari pengertian takhayul. Bagi kalangan yang
sangat terkemuka dan telah berkaliber
internasional, misalnya pada abad ke-19 M percaya, kemponan ini dapat dicegah dengan
ada seorang ulama Kesultanan Sambas yang berbagai sikap atau respon seperti menerima
bernama Sheikh Khatib Achmad As-Sambasi pemberian, mencicipi sedikit, atau sekedar
yang menjadi ulama di Makkah dan menjadi menyentuhkan tangan pada
pemimpin ulama-ulama di Nusantara yang makanan/minuman yang ditawarkan yang
menuntut ilmu agama di sana dengan gelar dikenal dengan istilah jappe’. Jadi, tradisi
Shekh Sharif Kamil Mukammil. Kemudian jappe’ dalam masyarakat Melayu Sambas
pada abad ke-20 M, ada pula ulama Kalimantan Barat adalah kesediaan
Kesultanan Sambas yang bernama Shekh menerima pemberian makanan/minuman
Muhammad Basuni Imran yang merupakan tetapi dengan cara mencicipi sedikit atau
lulusan Al-Azhar Kairo, Mesir yang terkenal hanya menyentuh makanan/minuman yang
di Timur Tengah karena suratnya kepada
ditawarkan seseorang. Istilah jappe’ ini
Mufti Mesir yang berjudul Mengapa Umat
terkadang dikenal dengan istilah cappe’ atau
Islam saat ini Mengalami Kemunduran?(17)
japai. Ada juga yang menyebutnya dengan
b. Tradisi Kemponan dan Jappe’ istilah jama’ (jamah). Orang-orang Sajingan
khususnya orang-orang tua ada yang
Tradisi kemponan adalah kepercayaan
menyebutnya dengan istilah gowu.(4)
orang-orang zaman dulu dan tidak diketahui
bagaimana kemunculannya. Tradisi Jappe’ ternyata bukan satu-satunya cara
kemponan dalam masyarakat Melayu Sambas untuk melepaskan diri dari kemponan. Moni
erat kaitannya dengan kejadian buruk akibat (19 tahun) pemuda asal Desa Kubangga
menolak tawaran makanan tanpa mengutarakan bahwa selain jappe’, orang-
mencicipinya. Di beberapa daerah, tradisi orang biasanya melakukan tradisi menyebut

Reza Akbar et.al (Tradisi Kemponan dan Jappe’) ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 5
Vol. 15, No. 01, Juni 2019, p. 01-10

suatu perkataan “aek liurku lebih nyaman berdasarkan pandangan pihak yang
daripade makanan tadek” yang berarti “Air berkompeten.
liur saya lebih enak daripada makan tadi”.
IV. Hasil dan Diskusi
Hal ini ia lakukan apabila jappe’ tidak
dilakukan karena suatu sebab seperti terlupa, a. Kepercayaan Masyarakat Melayu
Sambas Kalimantan Barat terhadap
tidak punya waktu (dalam keadaan terburu-
Tradisi Kemponan dan Jappe’
buru) dan lain-lain. Perkataan tadi ia yakini
dapat menggantikan jappe’ sehingga dapat Kemponan merupakan sebuah
menghindarkan diri dari kemponan.(11) kepercayaan orang-orang Melayu Sambas
Kalimantan Barat mengenai kecelakaan yang
Lain lagi menurut “Nr” (19 tahun) yang disebabkan karena tidak mencicipi makanan
berasal dari Desa Kartiasa. Selain jappe’, yang ditawarkanorang lain kepadanya. Masih
untuk menghindarkan diri dari kemponan eksisnya kepercayaan terhadap adanya
dapat dilakukan dengan cara menunjuk kemponan dalam masyarakat Melayu Sambas
(dengan jari) makanan yang diinginkan Kalimantan Barat hingga saat ini disebabkan
(ditawarkan) dengan jari telunjuk, kemudian karena faktor ajaran yang turun-temurun
jari tadi disentuhkan ke lidah. Ini merupakan sehingga terus diajarkan oleh para orang tua
tradisi segelintir orang-orang di desanya kepada anak-cucu mereka. Menurut Kamal
sebagai pengganti tradisi jappe’ untuk (61 tahun), yang merupakan salah satu tokoh
menghindarkan diri dari terjadinya masyarakat Suku Melayu Sambas asal
kemponan.(15) Kecamatan Jawai, asal-muasal tradisi
kemponan dan jappe’ ini memang tidak
III. Metode Penelitian diketahui dengan jelas, bukan pula berasal
Penelitian ini merupakan penelitian dari cerita rakyat Batu Ballah(10) yang
kualitatif lapangan yang termasuk ke dalam mengisahkan seorang ibu yang ditelan batu
jenis penelitian etnografi yaitu salah satu karena makananannya dihabiskan oleh
jenis penelitian kualitatif yang melakukan anaknya. Hingga saat ini, baik kalangan anak
studi terhadap budaya kelompok dalam muda maupun orang-orang tua, kemponan
kondisi yang alamiah melalui observasi dan masih menjadi tradisi yang sulit ditinggalkan.
wawancara.(24) Budaya yang dimaksud di Dalam konteks penerapan tradisi
dalam penelitian ini adalah sebuah tradisi kemponan, Mustansyir mengelompokkan
berupa tindakan dan keyakinan masyarakat masyarakat Kabupaten Sambas Kalimantan
Melayu Sambas dalam menjalankan tradisi Barat ke dalam dua golongan. Pertama,
kemponan dan jappe’. Penelitian ini kelompok yang berpendirian bahwa
menggunakan metode pengambilan data kemponan sebagai pengada sungguh
melalui wawancara (interview) secara memiliki arti dan nilai penting dalam
mendalam tentang tradisi kemponan meliputi kehidupan mereka. Kedua, kelompok yang
pandangan informan terhadap tradisi memandang bahwa kemponan sebagai
kemponan, penerapannya, dan nilai-nilai di pengada sudah memudar arti dan
balik tradisi tersebut. Teknik sampling yang nilainya.(12) Namun, disebabkan kemponan
digunakan adalah purposive sampling yakni dan jappe’ merupakan tradisi yang tidak
peneliti menentukan sendiri sampel yang dapat dipisahkan, di dalam penelitian ini,
diambil karena ada pertimbangan tertentu. penulis mengelompokkan masyarakat
Selanjutnya, data dianalisis dengan beberapa Melayu Sambas Kalimantan Barat menjadi
pendekatan; pertama adalah pendekatan empat kelompok yakni dalam menjalankan
induktif yaitu berupa kegiatan menghasilkan tradisi kemponan dan jappe’:
kategori, klasifikasi, atau tipologi data.(1)
Hasilnya adalah kategorisasi masyarakat 1. Masyarakat yang meyakini tradisi
Melayu Sambas dalam menerapkan tradisi kemponan dan jappe’
kemponan dan jappe’. Kedua, metode
Di antara pemuda Melayu Sambas, adalah
analisis dengan pendekatan normatif yaitu
mendeskripsikan tradisi kemponan dan “Yn” (21 tahun) asal Kampong Lorong yang
jappe’ dalam masyarakat Melayu Sambas menuturkan bahwa kemponan adalah benar
Kalimantan Barat dari sudut pandang syariah adanya. Menurutnya pantang menolak

ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232 Reza Akbar et.al (Tradisi Kemponan dan Jappe’)
6 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Vol. 15, No. 01, Juni 2019, p. 01-10

tawaran makanan atau minuman, terlebih jika Ada pula masyarakat yang ragu-ragu
yang disuguhkan adalah air kopi. Apabila mengenai kebenaran kemponan. “Sp” (20
menolak tawaran makanan atau minuman tahun) dari Desa Kubangga Kabupaten
sementara tidak punya waktu cukup untuk Sambas menuturkan bahwa kemponan
menyantapnya, dia meyakini bahwa akan memang diajarkan secara turun-temurun dari
terjadi kemponan. Adapun agar terhindar dari keluarga. Kemponan menurutnya seperti
sesuatu yang sulit dipercaya, namun terjadi
hal tersebut, seseorang harus jappe’.
secara nyata. dirinya menuturkan
Keyakinan tersebut dikuatkan dengan
pengalamannya sendiri beberapa tahun yang
menceritakan pengalaman pribadinya yakni lalu tentang kemponan yang disebabkan
kecelakaan yang dialaminya pada tahun 2013 pernah menolak tawaran air kopi dari
di desanya Kampong Lorong, Kabupaten neneknya. Adapun kejadian yang
Sambas. Sebelum terjatuh dari sepeda motor, menimpanya waktu itu adalah terjatuh karena
dirinya ditawari air kopi oleh ibunya. Setelah tidak jappe’.(23)
beberapa saat, dia lupa untuk jappe’. lalu
Pemuda lain “Ar” (21 tahun) dari Desa
meyakini bahwa kecelakaan yang
Trengguli Kabupaten Sambas yang termasuk
menimpanya disebabkan karena menolak
orang yang meragukan kebenaran kemponan.
tawaran air kopi tersebut dan lupa untuk
Secara pribadi, dirinya belum pernah
jappe’. Orang-orang Melayu Sambas yang
mengalaminya dan sekedar mendengar cerita
meyakini kemponan, sangat pantang menolak
dari keluarga dan orang-orang. Hanya saja,
tawaran makanan atau minuman, terutama air
keluarganya memang percaya kebenaran
kopi.(27)
kemponan. Menurutnya, jappe’ tetap menjadi
Pemuda lain “Gr” (23 tahun) juga tradisi untuk mencegah kemponan. Baginya,
termasuk orang yang meyakini adanya jappe’ memberikan efek tenang dan
kemponan. Keyakinannya itu dikuatkan merupakan upaya mencari aman dari
dengan kejadian yang menimpanya bersama kemponan.(2)
ayahnya ketika sedang melakukan perjalanan
ke Kota Tebas menggunakan sepeda motor “As” (51 tahun) dari Desa Sari Makmur
pada tanggal 3 Desember 2018 di Desa Kecamatan Tekarang juga termasuk orang
Rambi. Sebelum berangkat, ibunya yang ragu-ragu terhadap kemponan. dirinya
menawarkan air kopi kepada mereka. Karena menuturkan bahwa memang tidak
terburu-buru, mereka tidak sempat mencicipi melaksanakan tradisi ini secara pribadi dan
(tidak jappe’). Di dalam perjalanan, mereka tidak pula mengajarkan tradisi tersebut
menabrak trotoar karena menghindari mobil kepada anak-anaknya. Namun, ketika
yang membawa material bangunan yang ditawari makanan dan orang yang
menyebabkan tulang ayahnya patah di bagian menawarkan mengatakan “ayo dimakan,
leher. Kecelakaan yang menimpa mereka itu nanti kemponan” muncul rasa kawatir dalam
diyakininya sebagai kemponan karena hatinya sehingga harus menerima tawaran
menolak tawaran air kopi dan tidak tersebut semisal mencicipi sedikit atau
jappe’.(7) sekedar jappe’. Padahal dirinya belum pernah
memiliki pengalaman selama hidupnya
Kemudian juga “El” (38 tahun) asal Desa mengenai kemponan akibat menolak
Sungai Pinang yang yakin terhadap makanan atau minuman yang ditawarkan.(3)
kemponan apabila yang ditawarkan berupa
nasi jika tidak jappe’. Adapun selain nasi, 3. Masyarakat yang meninggalkan
dirinya berkeyakinan tidak terjadi kemponan tradisi kemponan dan jappe’ sebagian
sehingga dirinya tidak perlu jappe’. Menolak Kelompok ketiga ini adalah orang-orang
tawaran makanan berupa nasi ini menjadi yang tidak percaya terhadap kemponan,
pantangan yang diyakini berasal dari ajaran namun tetap melaksanakan tradisi jappe’.
orangtuanya dan terus disampaikan kepada Tujuannya adalah sekedar melaksanakan
anaknya.(5) adat. Maksudnya, ketika mereka ditawarkan
makanan, mereka tetap jappe’ karena ingin
2. Masyarakat yang ragu-ragu terhadap
tradisi kemponan dan jappe’ menghargai pemberian sehingga orang yang

Reza Akbar et.al (Tradisi Kemponan dan Jappe’) ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 7
Vol. 15, No. 01, Juni 2019, p. 01-10

menawarkan makanan tidak kecewa atau Menurutnya juga bahwa musibah merupakan
berkecil hati. “Re” (20 tahun) asal Desa bentuk ujian dan takdir Allah yang tidak
Matang Danau adalah salah seorang remaja dapat dihindarkan.(9)
yang tidak percaya adanya kemponan, namun
tetap melakukan tradisi jappe’ karena ingin b. Pandangan Syariah terhadap
Kemponan dan Jappe’
menghargai pemberian.(21)
Tradisi kemponan dan jappe’ dalam
“Nn” (35 tahun) asal Kecamatan
masyarakat Melayu Sambas memang masih
Sejangkung juga termasuk orang Melayu
hidup (living tradition), walaupun terdapat
Sambas yang tidak meyakini adanya
pula masyarakat yang sudah meninggalkan
kemponan, akan tetapi ketika menawarkan
tradisi tersebut dengan berbagai alasan
makanan kepada anaknya, dirinya masih
seperti faktor modernitas, faktor tidak
menyebutkan “makan dulu, nanti
rasional, dan faktor kontroversi terhadap
kemponan”. Perkataan tersebut sering
ajaran Islam. Namun, tidak sedikit pula
diucapkan, namun hanya sebatas kebiasaan
masyarakat yang masih berpegang teguh
yang sebenarnya tidak diyakini. Selain itu,
pada tradisi ini yang memang sudah jelas
untuk menghargai pemberian orang lain,
bukan berasal dari ajaran Islam. Islam hanya
dirinya masih melaksanakan tradisi
mengajarkan kepada pengikutnya menerima
jappe’.(13)
pemberian, terlebih apabila pemberian
4. Masyarakat yang meninggalkan tersebut merupakan sesuatu yang bermanfaat.
tradisi kemponan dan jappe’ secara Di antara masyarakat Melayu Sambas,
total bahkan ada yang menganggap air kopi
memiliki penarik yang kuat akan terjadinya
Kelompok ini tidak percaya sama sekali
kemponan apabila ditolak atau tidak jappe’.
adanya kemponan dan tidak pula
Sedangkan makanan lainnya, masyarakat
melaksanakan tradisi jappe’ ketika
Melayu Sambas memiliki pandangan yang
ditawarkan makanan karena menganggap hal
bermacam-macam. Hal ini seolah-olah
tersebut hanya sebuah tahayul. “Nr” (20
makanan tertentu jika ditolak (pemberiannya)
tahun) asal Desa Semparuk menuturkan
memiliki kekuatan magis sehingga dapat
bahwa memang tidak memercayai kemponan
menyebabkan kemponan. Menanggapi
dan tidak melaksanakan jappe’ sebagai
fenomena ini, ayat Al-Quran berikut ini
tradisi. Padahal, di keluarganya yakni ibu dan
merupakan penegasan bahwa segala sesuatu
neneknya masih memegang teguh tradisi
yang terjadi ialah atas kehendak Allah,
kemponan dan jappe’. Alasan untuk
bahkan Rasulullah sendiri tidak dapat
meninggalkan tradisi tersebut adalah karena
menyebabkan sesuatu hal terjadi baik
memandang bahwa hal tersebut merupakan
menarik kemanfaatan maupun menolak
tahayul yang dapat mengakibatkan seseorang
kemudharatan kecuali atas izin Allah.(20)
terbawa kepada dosa syirik. Selain itu, tradisi
ini adalah tidak rasional karena tidak ada
makanan atau minuman yang memiliki ُ‫شا ٓ َء ٱللا ُۚه‬ َ ‫َّل أَمۡ ِلكُ ِلن َۡفسِي ن َۡف ٗعا َو ََّل‬
َ ‫ض ًّرا إِ اَّل َما‬ ٓ ‫قُل ا‬
kekuatan magis untuk dapat mencelakakan ‫ب َل َۡست َۡكث َ ۡرتُ ِمنَ ۡٱلخ َۡي ِر َو َما‬ َ ‫َولَ ۡو ُكنتُ أ َ ۡعلَ ُم ۡٱلغ َۡي‬
manusia.(16) ‫ِير ِلقَ ۡو ٖم‬ ٞ ‫ِير َو َبش‬ ٞ ‫س ٓو ُۚ ُء إِ ۡن أَن َ۠ا ِإ اَّل نَذ‬ ُّ ‫ي ٱل‬ َ ِ‫سن‬‫َم ا‬
Pemuda lain yang juga meninggalkan َ‫ي ُۡؤ ِمنُون‬
tradisi kemponan dan jappe’ adalah “Jn” (22
tahun) remaja asal Desa Tengguli. Artinya: Katakanlah: "Aku tidak berkuasa
Menurutnya, tradisi tersebut memang sulit menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak
(pula) menolak kemudharatan kecuali yang
dihilangkan dan terus diajarkan secara turun-
dikehendaki Allah. dan Sekiranya aku
temurun, termasuk di dalam keluarganya. mengetahui yang ghaib, tentulah aku
Dirinya yakin bahwa segala musibah datang membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan
atas izin Allah dan tidak berhubungan dengan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. aku
kemponan karena tidak melakukan jappe’. tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan

ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232 Reza Akbar et.al (Tradisi Kemponan dan Jappe’)
8 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Vol. 15, No. 01, Juni 2019, p. 01-10

pembawa berita gembira bagi orang-orang hasrat makan atau minum yang ditawarkan
yang beriman" (Q.S. Al-A’râf [7]:188). kepadanya.
Menurut “Hf” (salah satu dai terkemuka Menurut “Nr” (20 tahun) asal Semparuk,
di Kalimantan Barat), untuk menghukumi perbedaan pandangan terhadap tradisi
tradisi kemponan dan jappe’, perlu kemponan pernah menjadi penyebab
didefiniskan terlebih dahulu makna perselisihan pendapat di antara anggota
keduanya. Jika tradisi kemponan diyakini keluarganya yaitu antara saudara dan
sebagai sebuah bala atau kejadian buruk yang neneknya. Orang-orang tua umumnya sangat
dapat timbul akibat menolak tawaran patuh terhadap tradisi secara turun-temurun.
makanan atau minuman (khususnya air kopi Sedangkan anak-anak muda pola pikirnya
dan nasi yang menurut segelintir orang-orang lebih mudah terbuka karena memiliki
Sambas pantang untuk ditolak kecuali peluang mengenyam pendidikan yang tinggi.
melakukan jappe’) dan tidak jappe’ serta Dengan demikian, jika terdapat perbedaan
kejadiannya bukan sebagai kehendak Allah pendapat antara kaum muda dan kaum tua,
maka hal ini dapat mengakibatkan rusaknya sekalipun dalam masalah yang mendasar
akidah seseorang. Dengan kata lain, apabila maka penyelesaiannya adalah
jappe’ diyakini sebagai wasilah (sarana) mengembalikan persoalan tersebut kepada
untuk menghindari kejadian buruk yang Al-Quran. Allah berfirman:
dapat menimpa seseorang maka orang
tersebut telah jatuh ke dalam dosa syirik atau ‫علَ َٰى‬ َ ‫سنَ بِ َٰ َو ِلدَ ۡي ِه َح َملَ ۡتهُ أ ُ ُّم ۥهُ َو ۡهنًا‬
َ َٰ ‫ٱۡلن‬ِ ۡ ‫ص ۡينَا‬ ‫َو َو ا‬
menyekutukan Allah. Namun, apabila jappe’ ۡ َٰ ُ ۡ َ
َ‫عا َمي ِن أ ِن ٱشك ۡر ِلي َو ِل َو ِلدَيك‬ ۡ َ ‫صل ۥهُ فِي‬ ُ َ ِ‫َو ۡه ٖن َوف‬
َٰ
tersebut dilakukan semata-mata untuk َ‫علَ َٰ ٓى أَن ت ُ ۡش ِرك‬ َ َ‫ َوإِن َٰ َج َهدَاك‬٤١ ‫ير‬ ُ ‫ص‬ ِ ‫ي ۡٱل َم‬‫إِلَ ا‬
َ ‫م فَ ََل ت ُ ِطعۡ ُه َم ۖا َو‬ٞ ‫س لَكَ بِِۦه ِع ۡل‬ َ ‫بِي َما لَ ۡي‬
menghargai pemberian orang lain atau
‫اح ۡب ُه َما‬ ِ ‫ص‬
sekedar tradisi, hal ini tidaklah menyebabkan
kerusakan akidah seseorang karena tidak ada ‫ي ث ُ ام‬ َ ‫سبِي َل َم ۡن أَن‬
‫َاب إِلَ ُۚ ا‬ َ ۡ‫وف ۖا َوٱتابِع‬ ٗ ‫فِي ٱلد ُّۡنيَا َمعۡ ُر‬
niat untuk menghindari sebuah bala melalui ٤١ َ‫ي َم ۡر ِجعُ ُك ۡم فَأُنَبِئ ُ ُكم بِ َما ُكنت ُ ۡم ت َعۡ َملُون‬ ‫إِلَ ا‬
jappe’ tersebut. Dengan demikian, faktor niat Artinya: 14. Dan Kami perintahkan kepada
(hati) menjadi penentu apakah tradisi manusia (berbuat baik) kepada dua orang
kemponan dan jappe’ bertentangan atau tidak ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya
terhadap ajaran Islam.(8) dalam Keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua
Tradisi kemponan dan jappe’ tidak akan tahun.Bersyukurlah kepadaku dan kepada
membawa seseorang kepada dosa syirik dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-
apabila keduanya tidak dikaitkan dengan Kulah kembalimu. 15. Dan jika keduanya
konteks akidah. Misalnya, kemponan yang memaksamu untuk mempersekutukan dengan
dialami seseorang disebabkan karena aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
sebelumnya menolak makanan atau minuman tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
sehingga menyebabkan seseorang lapar, keduanya, dan pergaulilah keduanya di
ngantuk, atau tidak fokus dalam beraktifitas dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang
(berkendara dan lain-lain). Dengan demikian, yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
jappe’ yang dilakukan bukan semata-mata kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan
karena ingin selamat dari mara bahaya,
(Q.S. Luqman [31]:14-15).
melainkan sebagai pengganti hasrat
makan/minum sehingga tidak lagi Ayat di atas menjelaskan bahwa berbakti
memikirkan tawaran makanan.minuman yang kepada kedua orang tua adalah wajib bagi
ditolak sebelumnya. “Yn” (20 tahun) asal setiap anak. Akan tetapi, anak tidak wajib
Tanjung Rasau adalah salah seorang pemuda taat kepada orang tua kecuali dalam
yang menganggap kejadian kemponan hanya kebajikan. Dalam konteks tradisi kemponan
disebabkan seseorang tidak fokus dalam dan jappe’, anak tidak wajib taat atau
beraktifitas sebagai akibat tidak terpenuhinya mengikuti tradisi apabila hal tersebut
merusak akidah. Sedangkan makna dari

Reza Akbar et.al (Tradisi Kemponan dan Jappe’) ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 9
Vol. 15, No. 01, Juni 2019, p. 01-10

pergaulilah keduanya di dunia dengan baik Berdasarkan penelitian ini, terdapat


dalam konteks perbedaan pendapat antara beberapa saran yang diajukan penulis.
kaum muda dan tua dalam persoalan tradisi Pertama, tradisi kemponan dan jappe’ dalam
seperti kemponan dan jappe’ dalam masyarakat Melayu Sambas Kalimantan
masyarakat Melayu Sambas Kalimantan Barat perlu didefinisikan ulang sehingga
Barat menurut Hifni antara lain: Pertama, penerapannya tidak bertentangan dengan
mengajak kaum tua untuk terus belajar ajaran Islam. Agar hal tersebut dapat dicapai,
seperti mengikuti kajian-kajian atau majelis kemponan dapat diartikan sebagai terus-
taklim khususnya dalam persoalan akidah. menerus kepikiran makanan yang
Kedua, tetap menghormati tradisi yang ditawarkan. Adapun jappe’ dapat diartikan
berlaku di masyarakat dan mengembangkan sebagai penghormatan kepada orang yang
sikap kritis terhadap tradisi yang tidak sesuai menawarkan makanan, bukan sebagai
dengan syariat Islam.(8) Dengan demikian, penolak terjadinya malapetaka. Kedua,
perbedaan pandangan terhadap tradisi tidak pendidikan dan pengetahuan masyarakat
sepantasnya merenggangkan hubungan antar Melayu Sambas khususnya dalam masalah
sesama muslim, terutama antara orang tua kemantapan akidah perlu ditingkatkan
dan anak. dengan berbagai upaya terutama
memaksimalkan peran dai, guru, pemerintah
V. Kesimpulan (dalam hal ini Departemen Agama), dan
kampus sehingga tradisi dan agama dapat
Masyarakat Melayu Sambas Kalimantan berjalan selaras.
Barat dalam konteks tradisi kemponan dan
References
jappe’ terbagi menjadi empat golongan yaitu:
Pertama, masyarakat yang meyakini dan 1. Afrizal. Metode Penelitian
melaksanakan tradisi kemponan dan jappe’. Kualitatif: Sebuah Upaya
Kedua, masyarakat yang ragu-ragu terhadap Mendukung Penggunaan Penelitian
kemponan dan tetap melaksanakan tradisi Kualitatif dalam Berbagai Disiplin
jappe’. Ketiga, masyarakat yang tidak Ilmu. Jakarta: PT. RajaGrafindo,
meyakini kemponan, akan tetapi masih 2016.
melaksanakan tradisi jappe’ dikarenakan
ingin menghargai pemberian, dan Keempat, 2. Ar. Wawancara. 2018.
masyarakat yang meninggalkan tradisi
kemponan dan jappe’ secara total. 3. As. Wawancara. 2018.
Adapun tradisi kemponan dan jappe’ 4. Az. Wawancara. 2018.
ditinjau dari perspektif syariah adalah
Pertama, hukumnya boleh jika kemponan 5. El. Wawancara. 2018.
hanya diartikan sebagai hasrat yang tidak
tersampaikan dan tidak dikaitkan dengan 6. Goddard C. Cultural values and
adanya kekuatan magis yang dimiliki oleh ‘cultural scripts’ of Malay (Bahasa
makanan tertentu jika tidak jappe’. Selain itu, Melayu). Journal of Pragmatics 27:
pelaksanaan tradisi jappe’ boleh dilakukan 183–201, 1997.
apabila sekadar menjalankan adat istiadat
atau berniat menghormati pemberian orang 7. Gu. Wawancara. 2018.
lain. Kedua, hukumnya haram atau jatuh
pada dosa syirik apabila menganggap 8. H H. Wawancara. 2018.
makanan yang ditolak dapat menyebabkan
malapetaka, atau meyakini makanan tertentu 9. Ju. Wawancara. 2018.
memiliki kekuatan penarik terjadinya
kemponan serta jappe’ dilakukan karena 10. K U. Wawancara. 2018.
ingin terhindar dari malapetaka.
11. Mn. Wawancara. 2018.

ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232 Reza Akbar et.al (Tradisi Kemponan dan Jappe’)
10 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Vol. 15, No. 01, Juni 2019, p. 01-10

12. Mustansyir R. Kearifan Lokal Jurnal Studi Agama dan Masyarakat


Masyarakat Melayu Sambas dalam 13: 1–26, 2017.
Tinjauan Filosofis. Yogyakarta:
Fakultas Filsafat Universitas Gajah 23. Sp. Wawancara. 2018.
Mada, 2015.
24. Sugiyono. Metode Penelitian
13. Nn. Wawancara. 2018. Kualitatif: untuk Penelitian yang
bersifat eksploratif, enterpretif,
14. Nindwihapsari NFN. Ungkapan interaktif, dan konstruktif. Bandung:
Kemponan Dan Makna Simbolis CV. Alfabeta, 2017.
Tentang Makanan Pada Masyarakat
Kalimantan Barat (Kemponan 25. S J. Wawancara. 2018.
Expression And Meaning Of
Symbols On The Food Of The 26. Widiastuti H. Pamali dalam
Peoples Of West Kalimantan). Kehidupan Masyarakat Kecamatan
Kadera Bahasa 8: 219–227, 2016. Cigugur Kabupaten Kuningan
(Kajian Semiotik dan Etnopedagogi).
15. Nr. Wawancara. 2018. LOKABASA 6, 2015.

16. Nu. Wawancara. 2018. 27. Yn. Wawancara. 2018.

17. Posha BY, Sewang AM, Kara SAH, 28. Yusriadi Y. Identitas Dayak dan
Siraj A. Peran Sultan Muhammad Melayu di Kalimantan Barat.
Mulia Ibrahim Syafiuddin di Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya
Kesultanan Sambas 1931-1943 1: 1–16, 2019.
Dalam Bidang Revitalisasi Lembaga
Peradilan Agama. Jurnal Diskursus 29. Yusuf Y. Studi Melayu. Jakarta:
Islam 6: 175–200, 2018. Wedatama Widya Sastra, 2009.

18. Prayogi A. Dinamika Identitas 30. Sejarah Keraton Sambas [Online].


Budaya Melayu dalam Tinjauan SEJARAH KERATON SAMBAS ~
Arkeo-Antropologis. TAMADDUN: Peninggalan Sejarah Sambas: [date
Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam unknown]. http://smk-1-
16: 1–20, 2016. telker.blogspot.com/p/sejarah-
keraton-sambas.html [28 May 2019].
19. R A. Wawancara. 2018.
31. Kondisi Umum [Online]. [date
20. Razi F. Tafsîr Fakhrurrâzi. unknown].
Maktabah Syamilah, [date unknown]. https://www.sambas.go.id/profile-
daerah/pemerintahan/kondisi-
21. Rn. Wawancara. 2018. umum.html [29 May 2019].

22. Ruhiyat R. Tradisi Sayyang Pattu’du


di Mandar (Studi Kasus Desa Lapeo).

Reza Akbar et.al (Tradisi Kemponan dan Jappe’) ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232

You might also like