Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 46

LAPORAN TUTORIAL 4

OBESITAS

Nama Kelompok : A3
Nama Tutor : DR. Masfufatun, M.Si
Ketua Kelompok : Ravega Surya Adam.
Sekretaris Kelompok : Viona Rindu Pristia
Anggota Kelompok :
1. Raihan Daffa Kurniady 19700013
2. Andre Luciano Fenji C 19700015
3. Desak Putu Dayita N. 19700017
4. Ravega Surya Adam 19700014
5. Mochammad Mirza A. P. 19700016
6. Anak Agung Ayu Arisita D. 19700018
7. Teofilus Dani P. 19700089
8. Ardian Fakhri Aziz 19700091
9. Viona Rindu P. 19700093
10. Pasha Ayu Pristisa 19700090
11. Wiowen Izaaz Hernando 19700092
12. Devi Ma’ariful A. 19700094
13. Triesta Mystah Istyadzah 19700153

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA


2019-2020

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................2
SKENARIO BESERTA TABEL DISKUSI............................................................................................3
SKENARIO........................................................................................................................................3
TABEL DISKUSI...............................................................................................................................5
BAB 1 KATA SULIT.............................................................................................................................7
BAB 2 DAFTAR MASALAH................................................................................................................8
BAB 3 BRAINSTORMING....................................................................................................................9
BAB 4 PETA MASALAH....................................................................................................................10
BAB 5 TUJUAN PEMBELAJARAN...................................................................................................11
BAB 6 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................12
BAB 7 PETA KONSEP........................................................................................................................43
BAB 8 BHP DAN PHOP.....................................................................................................................44
BIOETIK...........................................................................................................................................44
PUBLIC HEALTH............................................................................................................................44
BAB 9 DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................46

2
SKENARIO BESERTA TABEL DISKUSI

SKENARIO

STEP 1

Mrs. Besty, a former swimming athlete, 45 years old, visited a nutrition specialist for a diet
program. Based on her story, she began to notice that her weight could not return to her maiden
weight of 50 kg, since she gave birth to her 5 years old son. She is 160 cm tall, currently weight 85
kg. she lokes snack food, heavy and high carbohydrate meals, such as nasi padang komplit, many
kind of pastry, cake, cookies, and candies. The most favorite food is kripik which almost everyday
she consumes beetween teaching schedule. She never has time for exercise and also was lack of
physical activity. Previosly, he was 45 years old and her weight continued to incrase, and finally,
she decided to lose weight.

1. Identify the patient problem?


2. Based on the problem, generate a list of hypothesis.
3. What more information do you need?

STEP 2

Physical examination result

Body weight : 85 kg, Height : 160 cm.

Blood Preassure : 140/90 mmHg, pulse : 85x/mnt, reguler, respiratory : 22x/mnt.

Temperatur : 37ᵒ C.

Weist circumference : 110

1. Are the information change your hypothesis?


2. Explain the significance of physical examination finding.
3. What more information do you need?

STEP 3

Laboratory Examination :

Total Cholesterol : 300 mg/dL ( N : 150-220 mg/dL)

Triglyserida : 250 mg/dL ( N : 150-250 mg/dL)

3
1. Are the information change your hypothesis?
2. Explain the interpretation of laboratory result.

EPILOG

Based on the examination result, the physician diagnosed her obesity and
hypercholesterol, and give her a balance diet program of 1500 kcal per day and suggest her to join
aerobic gymnastic group to incrase her physical activity.

GUIDING QUESTION

1. Explain about energy expenditure and energy requirement.


2. What happen if food intake more than requirement?
3. Explain about bioenergetica.
4. Explain about factor that influence increase body weight and abnormality of laboratory
assessment.
5. Explain factor that affecr increase energy expenditure and increase mobilization of energy
sources.

4
TABEL DISKUSI

SAYA
INFO TUJUAN
PROBLEM HIPOTESIS MEKANISME TIDAK
LAIN PEMBELAJARAN
TAHU
1. Peningkatan 1. Mrs. Betsy *keterangan 1. 1. Cara 1. Mahasiswa dapat
berat badan mengalami dibawah ini Kebutuhan menghi- mengetahui
setelah peningkatan kalori Mrs. tung BMR. bagaimana cara
berat badan 2. Metabo- menghitung
melahirkan. Betsy.
setelah lisme BMR seseorang.
2. Pola hidup melahirkan. 2. Ukuran protein, 2. Mahasiswa dapat
tidak sehat 2. Peningkatan lingkar karbohidrat mengetahui
dan tidak berat badan pinggang dan lemak bagaimana
teratur. menyebab- Mrs. Betsy. ke bentuk metabolisme
3. Tidak kan Mrs. 3. Kadar energy. protein,
peduli Betsy koleterol 3. Hubungan karbohidrat dan
mengalami obesitas lemak ke bentuk
tentang isu- dan
obesitas. dengan energy.
isu obesitas. 3. Obesitas tekanan hipertensi. 3. Mahasiswa dapat
terjadi darah Mrs. 4. Hubungan mengetahi apa
karena Mrs. Betsy. obesitas hubungan
Betsy dengan obesitas dengan
memiliki sesak hipertensi.
pola hidup nafas. 4. Mahasiswa dapat
yang tidak 5. Jenis-jenis mengetahui apa
sehat dan obesitas. hubungan
tidak 6. Jenis-jenis obesitas dengan
teratur. hipertensi. sesak nafas.
4. Pola hidup 5. Mahasiswa dapat
yang tidak mengeahui jenis-
sehat dan jenis obesitas.
tidak teratur 6. Mahasiswa dapat
menyebab- mengetahui
kan Mrs. jenis-jenis
Betsy hipertensi.
terkena
beberapa
penyakit.

5
*mekanisme

Setelah melahirkan

SUKA JARANG
MAKAN OLAHRAGA

TINGGI TINGGI TINGGI


KARBOHIDRAT PROTEIN LEMAK

BERAT BADAN
MENINGKAT

OBESITAS
HYPERKOLESTEROLIMIA
HIPERTENSI

6
BAB 1
KATA SULIT

1. Diet program : Sebuah program yang mengatur asupan makanan dan minuman
yang masuk ke dalam tubuh untuk mencapai atau menjaga berat
badan yang terkontrol.
2. Maiden Weight : Berat gadis (berat Mrs. Betsy)
3. Nasi padang komplit : Nasi putih yang disajikan dengan berbagai macam lauk pauk
khas Padang, Sumatera Barat.
4. Concerned : Khawatir
5. Physical activity : Aktivitas fisik
6. High carbohydrate : Makanan yeng memiliki karbohidrat tinggi
7. Lose weight : Menurunkan berat badan
8. Makan tidak teratur : Kegiatan makan yang tidak terjadwal (sesuka hati) yang dapat
menyebabkan berbagai masalah dalam tubuh.

7
BAB 2
DAFTAR MASALAH

1. Apa yang menyebabkan berat badan meningkat setelah melahirkan?


2. Apakah hormon juga mempengaruhi berat badan saat usia kehamilan?
3. Apa saja kandungan yang terdapat pada makanan yang dimakan hingga menyebabkan
berat badan meningkat secara berlebih?
4. Bagaimana proses metabolisme pada lemak, protein, dan karbohidrat yang ada pada tubuh?
5. Bagaimana perhitungan berat badan ideal yang dimiliki oleh seseorang?
6. Bagaimana perhitungan kalori normal yang dibutuhkan pada perempuan?
7. Bagaimana hubungan antara hipertensi dengan obesitas?
8. Bagaimana hubungan antara diabetes dengan obesitas?
9. Edukasi apa yang diberikan untuk seseorang yang terkena obesitas?

8
BAB 3
BRAINSTORMING

1. Meningkatnya berat badan setelah melahirkan diakibatkan karena jarang berolah raga dan
pola makan yang buruk. Seperti makanan tinggi karbohidrat, suka snacks, cake, cookies,
dan memakan kripik pedas hamper setiap hari.
2. Kandungan yang terdapat dalam makanan yang dimakan adalah lemak, karbohidrat, dan
protein yang sangat tinggi.
3. Perhitungan berat badan yang ideal adalah BMI (Body Mass Indeks), cara menghitung
BMI adalah berat tubuh (KG) dibagi tinggi tubuh (CM) kuadrat. Jika hasilnya antara 18.5 –
24.9 maka normal, jika 24.9 – 29.9 adalah overweight dan diatas 30.0 adalah obesitas
4. Hubungan hipertensi dan obesitas adalah kadar kolesterol dalam darah ( LDL ) meningkat
menyebabkan plague di dinding pembuluh darah. Tersumbatnya pembuluh darah
menyebabkan resistensi dinding pembuluh darah meningkat, denyut jantung meningkat dan
tekanan darah meningkat. Yang akhirnya berakibat hipertensi
5. Hubungan diabetes dan obesitas adalah tubuh tidak memproduksi cukup insulin. Insulin
dibutuhkan tubuh untuk memproses gula. Kondisi ini disebut diabetes tipe 2.
6. Edukasi yang bisa diberikan kepada orang yang obesitas adalah membatasi asupan
makanan di batas normal dan menyempatkan diri untuk meningkatkan aktivitas fisik
seperti misalnya berolah raga

9
BAB 4
PETA MASALAH

Setelah melahirkan

SUKA JARANG
MAKAN OLAHRAGA

TINGGI TINGGI TINGGI


KARBOHIDRAT PROTEIN LEMAK

BERAT BADAN
MENINGKAT

OBESITAS

HIPERTENSI HYPERKOLESTEROLIMIA

10
BAB 5
TUJUAN PEMBELAJARAN
STEP 1

- Mahasiswa dapat mengetahui apa saja yang dapat diakibatkan setelah melahirkan.
- Mahasiswa dapat menghitung berat badan ideal seseorang dengan rumus BMI.
- Mahasiswa dapat mengetahui kandungan kalori pada makanan yang sering
dimakan Mrs. Betsy.
- Mahasiswa dapat mengetahui metabolisme dari protein, lemak dan karbohidrat.
- Mahasiswa dapat mengetahui penyebab dari obesitas.

STEP 2

- Mahasiswa dapat mengetahui berapa batas ideal dari ukuran lingkar pinggang
wanita dan laki laki.
- Mahasiswa dapat mengetahui dampak dari pernafasan yang tidak normal karena
jaringan di bagian pangkal tenggorokan tidak bisa membuka sehingga
menyebabkan kelurnya CO2 dan O2 masuk ke dalam darah.
- Mahasiswa dapat mengetahui penyakit komplikasi yang diakibatkan dari obesitas
seperti hipertensi, sesak nafas, gagal ginjal, dan jantung.

STEP 3

- Mahasiswa dapat mempelajari tentang hubungan dari obesitas dengan hipertensi.


- Mahasiswa dapat mempelajari tentang hubungan dari obesitas dengan diabetes.
- Mahasiswa dapat mengetahui tipe-tipe diabetes.

11
BAB 6
TINJAUAN PUSTAKA

1. OBESITAS

1.1 Definisi Obesitas


Obesitas berasal dari bahasa latin yang berarti makan berlebihan. Obesitas merupakan
istilah yang digunakan dalam menunjukkan adanya kelebihan berat badan (Rahmawati, 2009).
Istilah obesitas sendiri menurut kamus kedokteran Dorland (2010), adalah peningkatan berat
badan melampaui batas kebutuhan fisik dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang
berlebihan. Sedangkan menurut World Health Organization (WHO), Obesitas didefinisikan
sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan (WHO,
2015).
National Institutes of Health (NIH) menjelaskan bahwa obesitas terjadi akibat asupan
energy lebih tinggi daripada energi yang dikeluarkan. Asupan energi tinggi disebabkan oleh
konsumsi makanan sumber energi dan lemak tinggi, sedangkan pengeluaran energi yang
rendah disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan sedentary life style (NIH, 2012)
Konsumsi makanan berlebih tersebut kemudian akan disimpan oleh tubuh dalam bentuk
timbunan lemak yang akan tersebar di bagian-bagian tertentu seperti pinggang, perut, lengan
bagian atas, dan bagian tubuh lainnya yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan (Putri,
2012).
Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat akumulasi jaringan
lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila besar dan
jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang bertambah berat badannya,
maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlahnya bertambah banyak.
Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme
energy yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. Faktor genetik diketahui
sangat berpengaruh bagi perkembangan penyakit ini. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan
sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan
adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan. Keadaan obesitas ini, terutama obesitas sentral,
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular karena keterkaitannya dengan sindrom metabolic
atau sindrom resistensi insulin yang terdiri dari resistensi insulin/hiperinsulinemia,
hiperuresemia, gangguan fibrinolisis, hiperfibrinogenemia dan hipertensi (Sudoyo, 2009).
Obesitas timbul sebagai akibat masukan energi yang melebihi pengeluaran energi. Bila
energi dalam jumlah besar (dalam bentuk makanan) yang masuk ke dalam tubuh melebihi
jumlah yang dikeluarkan, maka berat badan akan bertambah dan sebagian besar kelebihan

12
energi tersebut akan di simpan sebagai lemak. Oleh karena itu, kelebihan adipositas (obesitas)
disebabkan masukan energi yang melebihi pengeluaran energi. Untuk setiap kelebihan energy
sebanyak 9,3 kalori yang masuk ke tubuh, kira-kira 1 gram lemak akan disimpan. Lemak
disimpan terutama di aposit pada jaringan subkutan dan rongga intraperitoneal, walaupun hati
dan jaringan tubuh lainnya seringkali menimbun cukup lemak pada orang obesitas.
Perkembangan obesitas pada orang dewasa juga terjadi akibat penambahan jumlah adiposit dan
peningkatan ukurannya. Seseorang dengan obesitas yang ekstrem dapat memiliki adiposity
sebanyak empat kali normal, dan setiap adiposit memiliki lipid dua kali lebih banyak dari orang
yang kurus (Guyton, 2007)

1.2 Etiologi Obesitas


Penyebab obesitas sangatlah kompleks. Meskipun gen berperan penting dalam
menentukan asupan makanan dan metabolisme energi, gaya hidup dan faktor
lingkungan dapat berperan dominan pada banyak orang dengan obesitas. Diduga
bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik
dan faktor lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional
(Guyton, 2007).
a. Genetik
Obesitas jelas menurun dalam keluarga. Namun peran genetic yang pasti untuk
menimbulkan obesitas masih sulit ditentukan, karena anggota keluarga umumnya
memiliki kebiasaan makan dan pola aktivitas fisik yang sama. Akan tetapi, bukti terkini
menunjukkan bahwa 20-25% kasus obesitas dapat disebabkan faktor genetik. Gen dapat
berperan dalam obesitas dengan menyebabkan kelainan satu atau lebih jaras yang
mengatur pusat makan dan pengeluaran energy serta penyimpanan lemak. Penyebab
monogenik (gen tunggal) dari obesitas adalah mutasi MCR 4, yaitu penyebab monogenik
tersering untuk obesitas yang ditemukan sejauh ini, defisiensi leptin kongenital, yang
diakibatkan mutasi gen, yang sangat jarang dijumpai dan mutasi reseptor leptin, yang juga
jarang ditemui. Semua bentuk penyebab monogenik tersebut hanya terjadi pada sejumlah
kecil persentase dari seluruh kasus obesitas. Banyak variasi gen sepertinya berinterakasi
dengan faktor lingkungan untuk mempengaruhi jumlah dan distribusi lemak
(Guyton,2007)
b. Aktivitas fisik
Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas. Hal ini
didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot
dan mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat
menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada
orang obesitas, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran
energy melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan (Guyton, 2007).
13
Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh.
Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor:
1) tingkat aktivitas dan olahraga secara umum;
2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi minimal tubuh.
Dari kedua factor tersebut metabolisme basal memiliki tanggung jawab duapertiga
dari pengeluaran energi orang normal. Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi
sepertiga pengeluaran energi seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang
memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada
saat berolahraga kalori terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori
yang hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang
yang duduk bekerja seharian akan mengalami penurunn metabolism basal tubuhnya.
Kekurangan aktifitas gerak akan menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat
kegiatan olahraga menjadi sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya
olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh
orang tersebut. Jadi olahraga sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja
karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur
berfungsinya metabolisme normal (Guyton, 2007).
c. Perilaku makan
Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku
makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah karena
lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi obesitas di negara
maju. Sebab lain yang menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis, dimana
perilaku makan agaknya dijadikan sebagai sarana penyaluran stress. Perilaku makan yang
tidak baik pada masa kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki
kontribusi dalam obesitas, hal ini didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel lemak
yang baru terutama meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan makin besar
kecepatan penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel lemak. Oleh karena itu,
obesitas pada kanak-kanak cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti
(Guyton, 2007).
d. Neurogenik
Telah dibuktikan bahwa lesi di nukleus ventromedial hipotalamus dapat
menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan menjadi obesitas.
Orang dengan tumor hipofisis yang menginvasi hipotalamus seringkali mengalami
obesitas yang progresif. Hal ini memperlihatkan bahwa, obesitas pada manusia
juga dapat timbul akibat kerusakan pada hipotalamus. Dua bagian hipotalamus
yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus lateral (HL) yang

14
menggerakkan nafsu makan (awal atau pusat makan) dan hipotalamus
ventromedial (HVM) yang bertugas menintangi nafsu makan (pemberhentian atau
pusat kenyang). Dan hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur maka
individu menolak untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila dipaksa
diberi makan dan minum (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada
bagian HVM, maka seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan. Dibuktikan
bahwa lesi pada hipotalamus bagian ventromedial dapat menyebabkan seekor
binatang makan secara berlebihan dan obesitas, serta terjadi perubahan yang nyata
pada neurotransmiter di hipotalamus berupa peningkatan oreksigenik seperti NPY
dan penurunan pembentukan zat anoreksigenik seperti leptin dan α-MSH pada
hewan obesitas yang dibatasi makannya (Guyton, 2007).
e. Hormonal
Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptide usus. Leptin
adalah sitokin yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan oleh adiposit yang bekerja
melalui aktivasi reseptor hipotalamus. Injeksi leptin akan mengakibatkan penurunan
jumlah makanan yang dikonsumsi. Insulin adalah anabolic hormon, insulin diketahui
berhubungan langsung dalam penyimpanan dan penggunaan energi pada sel adiposa.
Kortisol adalah glukokortikoid yang bekerja dalam mobilisasi asam lemak yang tersimpan
pada trigliserida, hepatic glukoneogenesis, dan proteolisis (Wilborn et al, 2005).
f. Dampak penyakit lain
Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari penyakit
lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah hypogonadism, Cushing
syndrome, hypothyroidism, insulinoma, craniophryngioma dan gangguan lain pada
hipotalamus. Beberapa anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi
baik oleh endokrin dan komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka sedikit saja
kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat badan (Flier et al, 2005).
e. Obat-obatan
Saat ini sudah terdapat beberapa obat yang dapat merangsang pusat lapar
didalam tubuh. Dengan demikian orang yang mengkonsumsi obat-obatan tersebut, nafsu
makannya akan meningkat, apalagi jika dikonsumsi dalam waktu yang relative lama,
seperti dalam keadaan penyembuhan suatu penyakit, maka hal ini akan memicu terjadinya
kegemukan (Purwati, 2001).

1.3 Pengukuran obesitas


Indeks massa tubuh (IMT) adalah ukuran yang menyatakan komposisi tubuh, perimbangan
antara berat badan dengan tinggi badan. IMT digunakan untuk mengukur kegemukan, sebagai
dampak dari perubahan pola hidup, kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji yang tinggi
15
lemak dan protein, serta rendah karbohidrat. IMT tidak dapat membedakan otot dengan lemak,
selain itu pula tidak memberikan distribusi lemak di dalam tubuh yang merupakan factor
penentu utama risiko gangguan metabolisme yang dikaitkan dengan kelebihan berat badan.
Pola penyebaran lemak tubuh tersebut dapat ditentukan oleh rasio lingkar pinggang dan
pinggul atau mengukur lingkar pinggang. Pinggang diukur pada titik yang tersempit,
sedangkan pinggul diukur pada titik yang terlebar, lalu ukuran pinggang dibagi dengan ukuran
pinggul (Arora et al, 2007). Rumus IMT sebagai berikut :

IMT = Berat Badan (Kg) / [Tinggi Badan (m)]2

IMT dapat digunakan untuk menunjukan status gizi pada orang dewasa yang dapat
dilihat dalam dalam tabel 1 dan tabel 2.

Tabel 1. Status gizi berdasarkan IMT menurut WHO

BMI Status Gizi

<18,5 Kurus

18,5-24,9 Normal

25,0-29.9 Pre-Obesitas

30,0-34,9 Obesitas kelas I

35,0-39,9 Obesitas kelas II

>40,0 Obesitas kelas III

Sumber : (WHO, 2015).


Tabel 2. Status gizi berdasarkan IMT menurut Kementerian Kesehatan RI

Status Gizi Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan <17,0


tingkat berat
Kekurangan berat badan 17,0-18,4
tingkat ringan
Normal 18,5-25,5
16
Gemuk Kelebihan berat badan >25,0-27,0
tingkat ringan
Kelebihan berat badan >27,0-29,9
tingkat berat
Obesitas Kelebihan berat badan >30
tingkat sangat berat
Sumber : (Kementerian Kesehatan RI, 2012).

1.4 Tipe-tipe obesitas


Berdasarkan kondisi selnya, kegemukan dapat digolongkan Dalam beberapa tipe
(Purwati, 2001) yaitu :
1) Tipe Hiperplastik, adalah kegemukan yang terjadi karena jumlah sel yang lebih
banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-selnya sesuai dengan
ukuran sel normal terjadi pada masa anak-anak.Upaya menurunkan berat badan ke
kondisi normal pada masa anak-anak akan lebih sulit.
2) Tipe Hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang lebih besar
dibandingkan ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa dan
upaya untuk menurunkan berat akan lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe
hiperplastik.
3) Tipe Hiperplastik dan Hipertropik kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah dan
ukuran sel melebihi normal. Kegemukan tipe ini dimulai pada masa anak - anak
dan terus berlangsung sampai setelah dewasa. Upaya untuk menurunkan berat
badan pada tipe ini merupakan yang paling sulit, karena dapat beresiko terjadinya
komplikasi penyakit, seperti penyakit degeneratif.

17
Berdasarkan penyebaran lemak didalam tubuh, ada dua tipe obesitas yaitu:
a) Tipe buah apel (Adroid), pada tipe ini ditandai dengan pertumbuhanlemak yang
berlebih dibagian tubuh sebelah atas yaitu sekitar dada, pundak, leher, dan
muka. Tipe ini pada umumnya dialami pria dan wanita yang sudah menopause.
Lemak yang menumpuk adalah lemak jenuh.
b) Tipe buah pear (Genoid), tipe ini mempunyai timbunan lemak pada bagian
bawah, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Tipe ini banyak diderita
oleh perempuan. Jenis timbunan lemaknya adalah lemak tidak jenuh.

1.5 Dampak Klinis Obesitas


Konsekuensi obesitas terhadap kesehatan sangat bervariasi mulai dari kematian
premature sampai kualitas hidup yang rendah. Umumnya obesitas dikaitkan dengan “
Non Communicable Diseases” seperti CVD, kanker, dan berbagai gangguan
psikososial. Untuk memberi gambaran yang jelas dikelompokkan sebagai berikut
(Soegih, 2009) :

Tabel 2.3. Resiko Relative (RR) terjadinya Masalah Kesehatan yang Berhubungan
dengan Obesitas
Resiko relatif Resiko relatif Resiko relatif
meningkat tajam meningkat sedang meningkat ringan
RR ≥ 3 RR 2-3 RR >1-<2

- Diabetes mellitus - PJK - Kanker

- Resistensi insulin - Osteoartritis - Abnormal hormone


reproduksi

- Hipertensi - Hiperurisemia - Sindrom polikistik


ovarium

- Dislipidemia - Gout - Defek pada bayi dari ibu


yang obesitas

- Sleep apnoe - Gangguan fertilitas


18
- Kandung empedu - Low back pain

a) Hipertensi
Orang dengan obesitas akan mempunyai resiko yang tinggi terhadap Penyakit
hipertensi. Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa pada usia 20 – 39 tahun orang
obesitas mempunyai resiko dua kali lebih besar terserang hipertensi dibandingkan dengan
orang yang mempunyai berat Badan normal (Wirakusumah, 1994). badan seseorang.
Penelitian lain juga menunjukkan kegemukan yang terjadi pada usia 20 – 40 tahun ternyata
berpengaruh lebih besar terjadinya penyakit jantung dibandingkan kegemukan yang terjadi
pada usia yang lebih tua (Purwati, 2010).

b) Jantung koroner
Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi akibat penyempitan
pembuluh darah koroner. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dari 500 penderita
kegemukan, sekitar 88 % mendapat resiko terserang penyakit jantung koroner.
Meningkatnya factor resiko penyakit jantung koroner sejalan dengan terjadinya
penambahan berat.
c) Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi tersebut tidak
selalu timbul jika seseorang tidak kelebihan berat badan. Lebih dari 90 % penderita
diabetes mellitus tipe serangan dewasa adalah penderita kegemukan. Pada umumnya
penderita diabetes mempunyai kadar lemak yang abnormal dalam darah. Maka, dianjurkan
bagi penderita diabetes yang ingin menurunkan berat badan sebaiknya dilakukan dengan
mengurangi konsumsi bahan makanan sumber lemak dan lebih banyak mengkonsumsi
makanan tinggi serat (Purwati, 2001)
d) Gout
Penderita obesitas mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit radang sendi yang
lebih serius jika dibandingkan dengan orang yang berat badannya ideal. Penderita obesitas
yang juga menderita gout harus menurunkan berat badannya secara perlahan-lahan
(Purwati, 2001)
e) Batu Empedu
Penderita obesitas mempunyai resiko terserang batu empedu lebih tinggi karena
ketika tubuh mengubah kelebihan lemak makanan menjadi lemak tubuh, cairan empedu
lebih banyak diproduksi didalam hati dan disimpan dalam kantong empedu. Penyakit batu
empedu lebih sering terjadi pada penderita obesitas tipe buah apel. Penurunan berat badan
tidak akan mengobati penyakit batu empedu, tetapi hanya membantu dalam

19
pencegahannya. Sedangkan untuk mengobati batu empedu harus menggunakan sinar
ultrasonic maupun melalui pembedahan (Andrianto, 1990).
f) Kanker
Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa laki-laki dengan obesitas akan
beresiko terkena kanker usus besar, rectum, dan kelenjar prostate. Sedangkan pada wanita
akan beresiko terkena kanker rahim dan kanker payudara. Untuk mengurangi resiko
tersebut konsumsi lemak total harus dikurangi. Pengurangan lemak dalam makanan
sebanyak 20 – 25 % perkilo kalori merupakan pencegahan terhadap resiko penyakit kanker
payudara (Purwati, 2001).

1.6 Dampak Sosial dan Emosional


a. Percaya Diri Rendah
Anak-anak maupun remaja sering kali mengganggu atau mencela teman mereka yang
kelebihan berat badan dan seringkali mengakibatkan teman mereka tersebut kehilangan
rasa percaya diri dan meningkatkan risiko terjadinya depresi (Misnadiarly, 2007).
b. Problem Pada Pola Tingkah Laku dan Pola Belajar
Seseorang yang kelebihan berat badan cenderung lebih sering merasa cemas dan memiliki
kemampuan bersosialisasi lebih rendah daripada seseorang dengan berat badan normal. Hal
ini akan menyebabkan orang tersebut menarik diri dari pergaulan sosial (Misnadiarly,
2007). Obesitas pada anak maupun remaja dapat menurunkan tingkat kecerdasan, karena
aktivitas dan kreativitas menjadi menurun dan cenderung malas (Adriani dan Wirjatmadi,
2012).
c. Depresi
Isolasi sosial dan rendahnya rasa percaya diri menimbulkan rasa perasaan tidak berdaya
pada sebagian remaja yang kelebihan berat badan. Bila remaja kehilangan harapan bahwa
hidup mereka akan menjadi lebih baik, pada akhirnya mereka akan mengalami depresi.
Seorang remaja yang mengalami depresi akan kehilangan rasa tertarik pada aktivitas
normal, lebih banyak tidur dari biasanya atau sering kali menangis (Misnadiarly, 2007).

1.7 Pencegahan Obesitas


Belum diketahui penyebab obesitas secara pasti tetapi dalam penelitian diyakini bahwa
faktor genetik, faktor asupan energi dan aktivitas fisik memegang peranan penting dalam
proses terjadinya obesitas.

20
Pencegahan obesitas Mencegah overweight menjadi obesitas seharusnya lebih mudah dan
lebih efektif daripada mengatasi seseorang yang sudah terlanjur obesitas. Sesorang yang berat
badannya hanya sedikit berlebih , terkadang tidak mempunyai motivasi dalam menurunkan
beran badannya. 13 Berikut ini pencegahan terjadinya obesitas yaitu :
1) Mengubah pilihan makanan menjadi lebih sehat dan seimbang.
2) Menurunkan asupan energi total sehingga sebanding dengan keluaran energi.
3) Mengatur konsumsi cemilan atau makanan yang lebih sehat.
4) Melakukan lebih banyak aktivtas fisik, dan mengurangi sedentary time. Berolahraga
setidaknya 30 menit setiap hari, atau paling tidak dua kali dalam seminggu.
5) Memeriksa Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk mengetahui berat tubuh remaja normal atau
obesitas serta kesadaran dini mengenai perlunya melakukan sesuatu untuk menurunkan
berat badannya.

1.8 Aktivitas Fisik


Aktivitas fisik merupakan serangkaian gerakan anggota tubuh akibat kontraksi dan
relaksasi oleh otot skelet yang memerlukan energi. Penurunan aktivitas fisik merupakan faktor
risiko independen untuk penyakit kronis. Aktivitas fisik ialah gerakan fisik yang dilakukan
oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Jadi kesimpulan dari aktivitas fisik adalah gerakan
yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya yang memerlukan energi. Jenis
Aktivitas Fisik Menurut The Advisory Comittee, aktivitas fisik dibagi menjadi 4 kategori
yaitu :
1) Inactive Tidak ada aktifitas lain selain aktivitas dasar. Pada tingkat aktivitas ini dapat
menjadikan seseorang tidak sehat. Yang dimaksud aktivitas dasar yaitu aktivitas kecil
seperti sehari hari seperti berdiri dan berjalan pelan.
2) Aktivitas ringan Ada aktivitas selain aktivitas dasar tetapi intensitas aktivitas dibawah 150
menit per minggunya.
3) Aktivitas sedang Melakukan aktivitas lain selain aktivitas dasar. Aktivitas tersebut antara
dilakukan 150-300 menit per minggunya. Jika aktivitas sedang ini dilakukan secara
extensive sehingga mendekati aktivitas berat orang tersebut akan mendapat manfaat
kesehatan.
4) Aktivitas berat Aktivitas fisik yang dilakukan lebih dari 300 menit per minggunya.
Aktivitas ini tidak menimbulkan masalah kesehatan asalkan tidak melebihi batas dari
subjek pelaku aktivitas.

1.9 Pengaruh Aktivitas Fisik dengan Obesitas


Apabila melakukan aktivitas fisik, hormon dan hasil metabolisme akan meningkat di darah
dan jaringan tubuh serta aktivitas otot menghasilkan panas dan peningkatan suhu inti yang juga
dikenal sebagai hiperthermia akibat olahraga (exercise induced hyperthermia, EIH).
21
Menurut Radomski (1998), banyak faktor yang mempengaruhi regulasi pelepasan hormon
sewaktu berolahraga, seperti intensitas dan durasi olahraga, fitness fisik subjek, kekurangan
oksigen dan ketersediaannya sewaktu olahraga, serta perubahan asidosis dan hasil metabolisme
yang bersirkulasi. Namun, satu faktor yang sering kurang diperhatikan adalah EIH.
Peningkatan metabolisme membakar lemak di tubuh dan membebaskan panas.
Hemmingsson (2006), dalam penelitiannya melaporkan adanya hubungan antara aktivitas
fisik dan IMT bervariasi bergantung kepada status obesitas responden. Aktivitas fisik memberi
efek yang baik terhadap IMT kelompok responden yang obese berbanding kelompok
responden yang bukan obes. Dimana tingkat aktivitas yang berat lebih memberi efek terhadap
IMT responden yang obese dibanding tingkat aktivitas yang rendah dengan obesitas.
Sedangkan menurut Petersen, L (2004), melaporkan bahwa thermogenesis dari aktivitas fisik
yang ringan dan sedang memberi rintangan dalam peningkatan berat badan. Apabila seseorang
itu memang sudah tergolong sebagai underweight, aktivitas fisik yang terlalu banyak akan
mengurangi penyimpanan energi pada badannya dan menyebabbkan underweight.
Satu studi yang dilakukan pada tikus yang obese akibat diet, menunjukkan bahwa olahraga
memberi efek pada jaras sentral yang meregulasi homeostasis energi. Pada tikus yang obese
akibat diet ini, aktivitas berlari roda mengurangi penumpukan lemak di adiposit secara selektif
tanpa meningkatkan kebutuhan energi. Efek ini mungkin diakibatkan sinyal yang dihasilkan
oleh aktivitas olahraga seperti interleukin-6, asam lemak dan panas yang memberi efek umpan
balik ke otak untuk regulasi sistem neuropeptida sentral yang berperan dalam regulasi
homeostasis energi (Patterson & Levin, 2007).
Penggunaan energi setiap hari pada setiap individu bervariasi berdasarkan aktivitas yang
dilakukannya. Misalnya, seorang yang duduk menggunakan energi basal yang sangat rendah,
dapat meningkatkan kebutuhan kalori harian sebanyak 500 kalori dengan berenang selama satu
jam. Apabila pengambilan energi harian melebihi permintaan jumlah energi, kelebihan energi
itu akan disimpan sebagai trigliserida di jaringan adiposa. Apabila penggunaan kalori melebihi
kalori yang disediakan melalui diet, cadangan energi akan di ubah dan ini akan menyebabkan
penurunan berat badan. Hal ini berpengaruh dalam arti penghitungan kalori dalam program
pengaturan berat badan melalui olahraga. Pada seorang yang underweight, penggunaan kalori
yang meningkat akibat aktivitas fisik yang terlalu tinggi akan mula membakar otot-ototnya
sebagai pengganti lemak dan akan memperparah lagi keadaannya (Martini, 2006).

1.10 Faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik


Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik bagi remaja yang overweight atau
obesitas yaitu :
1) Sosial demografi Aktivitas fisik remaja sampai dewasa pada usia 25-30 tahun
mengalami peningkatan, kemudian setelah melewati usia tersebut terjadi penurunan
kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1% per tahun. Penurunan
22
ini dapat dikurangi jika olahraga dilakukan secara teratur dan kontinyu. Remaja lelaki
cenderung mempunyai aktivitas fisik yang jauh lebih besar daripada perempuan.
Namun pada saat anak-anak dan sebelum pubertas aktivitas fisik pada perempuan tidak
jauh berbeda dengan laki-laki. Penelitian menyebutkan bahwa ras juga mempengaruhi
kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam keseharian.
2) Pendidikan Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas
fisik. Pengetahuan tentang kebiasaan yang harus di tinggalkan seperti merokok, kurang
olahraga dan pengetahuan tentang manfaat hidup sehat dinilai mempunyai peran dalam
keaktifan melakukan aktivitas fisik.
3) Pendapatan Pendapatan keluarga mempengaruhi sarana yang ada didalam lingkungan
keluarga tersebut. Sarana yang memadai seperti mobil, motor, mesin cuci, dan lain-lain
menjadikan aktivitas fisik seseorang lebih ringan.
4) Kesehatan Kesehatan berpengaruh dalam kelangsungan melakukan aktivitas. Orang
dengan kelainan pernafasan, jantung, ataupun penyakit kronis dapat menghambat
seseorang dalam melakukan aktivitas fisik. Obesitas juga menjadikan kesulitan dalam
melakukan aktivitas fisik.

1.11 Manfaat aktivitas fisik


Seseorang membutuhkan aktivitas fisik karena terdapat keuntungan bagi mereka dalam
waktu jangka panjang. Keuntungan bagi mereka terutama dalam tahun-tahun atau masa-
masa pertumbuhan sehingga pertumbuhan mereka dapat menjadi optimal. Beberapa
keuntungan untuk jika aktif secara fisik antara lain :
1) Mengoptimalkan fungsi kardiorespirasi dan kesehatan otot.
2) Meningkatkan kesehatan tulang.
3) Menjaga komposisi tubuh.
4) Menurunkan risiko penyakit metabolik dan kardiovaskuler.
5) Menurunkan risiko kanker kolon dan payudara.
6) Menurunkan risiko mati mendadak.
7) Mengurangi simptom dari depresi.

2. METABOLISME KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK

2.1 Definisi metabolisme


Metabolisme adalah suatu proses komplek perubahan makanan menjadi energi dan panas
melalui proses fisika dan kimia, berupa proses pembentukan dan penguraian zat didalam tubuh
organisme untuk kelangsungan hidupnya. Metabolisme merupakan rangkaian reaksi kimia
yang diawali oleh substrat awal dan diakhiri dengan produk akhir, yang terjadi dalam sel.
23
reaksi tersebut meliputi reaksi penyusunan energi (anabolisme) dan reaksi penggunaan energi
(katabolisme). Dalam reaksi biokimia terjadi perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk yang
lain, misalnya energi kimia dalam bentuk senyawa Adenosin Trifosfat (ATP) diubah menjadi
energi gerak untuk melakukan suatu aktivitas seperti bekerja, berlari, jalan, dan lain-lain
(Kistinnah, 2009).

2.2 Karbohidrat
Secara umum definisi karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung atom
Karbon, Hidrogen dan Oksigen, dan pada umumnya unsur Hidrogen clan oksigen dalam
komposisi menghasilkan H2O. Di dalam tubuh karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam
amino dan sebagian dari gliserol lemak. Akan tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari
bahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari, terutama sumber bahan makan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan (Hutahalung, 2004).
Sumber karbohidrat nabati dalam glikogen bentuk glikogen, hanya dijumpai pada otot dan
hati dan karbohidrat dalam bentuk laktosa hanya dijumpai di dalam susu. Pada tumbuh-
tumbuhan, karbohidrat di bentuk dari basil reaksi CO2 dan H2O melalui proses foto sintese di
dalam sel-sel tumbuh-tumbuhan yang mengandung hijau daun (klorofil). Matahari merupakan
sumber dari seluruh kehidupan, tanpa matahari tanda-tanda dari kehidupan tidak akan dijumpai
(Hutagalung, 2004).
Karbohidrat atau Hidrat Arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanya sebagai
penghasil enersi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori. Walaupun lemak
menghasilkan enersi lebih besar, namun karbohidrat lebih banyak di konsumsi sehari-hari
sebagai bahan makanan pokok, terutama pada negara sedang berkembang. Di negara sedang
berkembang karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80% dari total kalori, bahkan pada daerah-
daerah miskin bisa mencapai 90%. Sedangkan pada negara maju karbohidrat dikonsumsi hanya
sekitar 40-60%. Hal ini disebabkan sumber bahan makanan yang mengandung karbohidrat
lebih murah harganya dibandingkan sumber bahan makanan kaya lemak maupun protein.
Karbohidrat banyak ditemukan pada serealia (beras, gandum, jagung, kentang dan sebagainya),
serta pada biji-bijian yang tersebar luas di alam (Hutagalung, 2004).
2.2.1 Metabolisme karbohidrat
Semua jenis karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida, proses
penyerapan ini terjadi di usus halus. Glukosa dan galaktosa memasuki aliran darah
dengan jalan transfer aktif, sedangkan fruktosa dengan jalan difusi. Para ahli
sepakat bahwa karbohidrat hanya dapat diserap dalam bentuk disakarida. Hal ini
dibuktikan dengan dijumpainya maltosa, sukrosa dan laktosa dalam urine apabila
mengkonsumsi gula dalam jumlah banyak. Akhimya berbagai jenis karbohidrat
diubah menjadi glukosa sebelum diikut sertakan dalam proses metabolisme. Proses
metabolisme karbohidrat yaitu sebagai berikut:
24
1. Glikolisis
Glikolisis adalah rangkaian reaksi kimia penguraian glukosa (yang
memiliki 6 atom C) menjadi asam piruvat (senyawa yang memiliki 3 atom C),
NADH, dan ATP. NADH (Nikotinamida Adenina Dinukleotida Hidrogen)
adalah koenzim yang mengikat elektron (H), sehingga disebut sumber elektron
berenergi tinggi. ATP (adenosin trifosfat) merupakan senyawa berenergi
tinggi. Setiap pelepasan gugus fosfatnya menghasilkan energi. Pada proses
glikolisis, setiap 1 molekul glukosa diubah menjadi 2 molekul asam piruvat, 2
NADH, dan 2 ATP (Rochimah, 2009).
Glikolisis memiliki sifat-sifat, antara lain: glikolisis dapat berlangsung
secara aerob maupun anaerob, glikolisis melibatkan enzim ATP dan ADP,
serta peranan ATP dan ADP pada glikolisis adalah memindahkan
(mentransfer) fosfat dari molekul yang satu ke molekul yang lain. Pada sel
eukariotik, glikolisis terjadi di sitoplasma (sitosol). Glikolisis terjadi melalui
10 tahapan yang terdiri dari 5 tahapan penggunaan energi dan 5 tahapan
pelepasan energi. Berikut ini reaksi glikolisis secara lengkap: Dari skema
tahapan glikolisis menunjukkan bahwa energi yang dibutuhkan pada tahap
penggunaan energi adalah 2 ATP. Sementara itu, energy yang dihasilkan pada
tahap pelepasan energi adalah 4 ATP dan 2 NADH. Dengan demikian, selisih
energi atau hasil akhir glikolisis adalah 2 ATP + 2 NADH (Rochimah, 2009).
Proses pembentukan ATP inilah yang disebut fosforilasi. Pada tahapan
glikolisis tersebut, enzim mentransfer gugus fosfat dari substrat (molekul
organic dalam glikolisis) ke ADP sehingga prosesnya disebut fosforilasi
tingkat substrat (Rochimah, 2009).

25
26
I. Dekarboksilasi oksidatif
Tahapan dekarboksilasi oksidatif, yaitu tahapan pembentukan CO2 melalui reaksi
oksidasi reduksi (redoks) dengan O2 sebagai penerima elektronnya. Dekarboksilasi
oksidatif ini terjadi di dalam mitokondria sebelum masuk ke tahapan siklus Krebs. Oleh
karena itu, tahapan ini disebut sebagai tahapan sambungan (junction) antara glikolisis
dengan siklus Krebs. Pada tahapan ini, asam piruvat (3 atom C) hasil glikolisis dari sitosol
diubah menjadi asetil koenzim A (2 atom C) di dalam mitokondria. Pada tahap 1, molekul
piruvat (3 atom C) melepaskan elektron (oksidasi) membentuk CO2 (piruvat dipecah
menjadi CO2 dan molekul berkarbon 2). Pada tahap 2, NAD+ direduksi (menerima
elektron) menjadi NADH + H+. Pada tahap 3, molekul berkarbon 2 dioksidasi dan
mengikat Ko-A (koenzim A) sehingga terbentuk asetil Ko-A. Hasil akhir tahapan ini
adalah asetil koenzim A, CO2, dan 2NADH (Rochimah, 2009). Berikut gambar di bawah
ini reaksi dekarboksilasi oksidatif dan reaksinya.

27
II. Siklus Krebs
Siklus Krebs terjadi di matriks mitokondria dan disebut juga siklus asam
trikarboksilat. Hal ini disebabkan siklus Krebs tersebut menghasilkan senyawa yang
mempunyai gugus karboksil, seperti asam sitrat dan asam isositrat. Asetil koenzim A hasi
dekarboksilasi oksidatif memasuki matriks mitokondria untuk bergabung dengan asam
oksaloasetat dalam siklus Krebs, membentuk asam sitrat. Demikian seterusnya, asam
sitrat membentuk bermacam-macam zat dan akhirnya membentuk asam oksaloasetat lagi
(Rochimah, 2009).

Berikut ini tahapan-tahapan dari 1 kali siklus Krebs:


1. Asetil Ko-A (2 atom C) menambahkan atom C pada oksaloasetat (4 atom C) sehingga
dihasilkan asam sitrat (6 atom C).
2. Sitrat menjadi isositrat (6 atom C) dengan melepas H2O dan menerima H2O kembali.
3. Isositrat melepaskan CO2 sehingga terbentuk - ketoglutarat (5 atom C).
4. - ketoglutarat melepaskan CO2. NAD+ sebagai akseptor atau penerima elektron) untuk
membentuk NADH dan menghasilkan suksinil Ko-A (4 atom C).
5. Terjadi fosforilasi tingkat substrat pada pembentukan GTP (guanosin trifosfat) dan
terbentuk suksinat (4 atom C).
6. Pembentukan fumarat (4 atom C) melalui pelepasan FADH2.
7. Fumarat terhidrolisis (mengikat 1 molekul H2O) sehingga membentuk malat (4 atom C).
8. Pembentukan oksaloasetat (4 atom C) melalui pelepasan NADH. satu siklus Krebs tersebut
hanya untuk satu molekul piruvat saja.

28
Sementara itu, hasil glikolisis menghasilkan 2 molekul piruvat (untuk 1 molekul
glukosa). Oleh karena itu, hasil akhir total dari siklus Krebs tersebut adalah 2 kalinya. Dengan
demikian, diperoleh hasil sebanyak 6 NADH, 2FADH2 dan 2ATP (ingat: jumlah ini untuk
katabolisme setiap 1 molekul glukosa).

III. Transfer electron


Sebelum masuk rantai tanspor elektron yang berada dalam mitokondria, 8 pasang atom
H yang dibebaskan selama berlangsungnya siklus Krebs akan ditangkap oleh NAD dan
FAD menjadi NADH dan FADH. Pada saat masuk ke rantai transpor elektron, molekul
tersebut mengalami rangkaian reaksi oksidasi-reduksi (Redoks) yang terjadi secara
berantai dengan melibatkan beberapa zat perantara untuk menghasilkan ATP dan H2O.
Beberapa zat perantara dalam reaksi redoks, antara lain flavoprotein, koenzim A dan Q
serta sitokrom yaitu sitokrom a, a3, b, c, dan c1. Semua zat perantara itu berfungsi sebagai
pembawa hidrogen/pembawa elektron (electron carriers) untuk 1 molekul NADH2 yang
masuk ke rantai transpor elektron dapat dihasilkan 3 molekul ATP sedangkan dari 1
molekul FADH2 dapat dihasilkan 2 molekul ATP (Kistinnah, 2009).
Molekul pertama yang menerima elektron berupa . avoprotein, dinamakan avin
mononukleotida (FMN). Selanjutnya, elektron dipindahkan berturut-turut melewati
molekul protein besi-sulfur (Fe-S), ubiquinon (Q atau CoQ), dan sitokrom (Cyst).
Elektron melewati sitokrom b, Fe-S, sitokrom c1, sitokrom c, sitokrom a, sitokrom a3, dan
oksigen sebagai penerima elektron terakhir. Akhirnya terbentuklah molekul H2O (air).
Pada sistem transportasi elektron, NADH dan FADH2 masingmasing menghasilkan rata-
rata 3 ATP dan 2 ATP. Sebanyak 2 NADH hasil glikolisis dan 2 NADH hasil
dekarboksilasi oksidatif masing-masing menghasilkan 6 ATP. Sementara itu, 6 NADH
dan 2 FADH2 hasil siklus Krebs masing-masing menghasilkan 18 ATP dan 4 ATP. Jadi,
sistem transportasi elektron menghasilkan 34 ATP (Rochimah, 2009).

29
Setiap molekul glukosa akan menghasilkan 36 ATP dalam respirasi. Hasil ini
berbeda dengan respirasi pada organism prokariotik. Telah diketahui bahwa oksidasi
NADH atau NADPH2 dan FADH2 terjadi dalam membrane mitokondria, namun ada
NADH yang dibentuk di sitoplasma (dalam proses glikolisis). Pada organism eukariotik,
untuk memasukkan setiap 1 NADH dari sitoplasma ke dalam mitokondria diperlukan 1
ATP. Dengan demikian, 2 NADH dari glikolisis menghasilkan hasil bersih 4 ATP setelah
dikurangi 2 ATP. Sementara itu, pada organisme prokariotik, karena tidak memiliki sistem
membran dalam maka tidak diperlukan ATP lagi untuk memasukkan NADH ke dalam
mitokondria sehingga 2 NADH menghasilkan 6 ATP. Akibatnya total hasil bersih ATP
yang dihasilkan respirasi aerob pada organisme prokariotik, yaitu 38 ATP (Sembiring,
2009).

IV. Glikogenesis
Kelebihan glukosa dalam
tubuh akan disimpan dalam hati dan
otot (glikogen) ini disebut
glikogenesis. Glukosa yang berlebih
ini akan mengalami fosforilasi
menjadi glukosa-6-phospat. Di otot
reakssi ini dikatalis oleh enzim

30
heksokinase sedangkan di hati dikatalis oleh glukokinase. Glukosa-6-phospat diubah
menjadi glukosa-1-phospat dengan katalis fosfoglukomutase menjadi glukosa-1,6-
biphospat. Selanjutnya glukosa-1-phospat bereaksi ddengan uridin triphospat (UTP) untuk
membentuk uridin biphospat glukosa (UDPGlc) dengan katalis UDPGlc pirofosforilase.
Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikantan
glikosidik dengan atom C4 pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga
membebaskan UDP. Reaksi ini dikatalis oleh enzim glikogen sintase. Molekul glikogen
yang sudah ada sebelumnya harus ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen primer
selanjutnya dapat terbentuk pada primer protein yang dikenal sebagai glokogenin.
Setelah rantai glikogen primer diperpanjang dengan penambahan glukosa tersebut hingga
mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim pembentuk cabang memindahkan
bagian dari rantai 1 ke 4 (panjang minimal 6 residu glukosa0 pada rantai yang
berdekatan untuk membentuk rangkaian 1 ke 6 sehingga membuat titik cabang pad
molekul tersebut. Cabang-cabang ini akan tumbuh dengan penambahan cabang
selanjutnya. Setelah jumlah residu terminal yang non reduktif bertambaah, jumlah total
tapak reaktif dalam molekul akan meningkat sehinggaa akan mempercepat glikogenesis
maupun glikogenolisis (Mulasari dan Tri, 2013).

V. Glikogenolisis
Proses perubahan glikogen menjadi glukosa. atau kebalikan dari glikogenesis.

VI. Glikoneogenesis
Proses pembentukan glukosa dari senyawa prekursor karbohidrat pada jaringan hewan
(hati), tumbuhan (biji) dan mikroorganisme Pada hewan prekursor penting dalam
glukoneogenesis :piruvat, gliserol dan asam Amino Reaksi glukoneogenesis berlangsung
di semua organisme dengan pola yang sama, perbedaan terjadi pada beberapa senyawa
metabolit dan sistem pengaturannya. Perbedaan utama glikolisis dan glukoneogenesis:
Glikolisis : glukosa menjadi piruvat

31
Glukoneogenesis : piruvat menjadi glukosa
Pengaturan glikolisis dan glukoneogenesis adalah secara berlawanan. Asetil KoA
akan menghambat secara allosterik pembentukan piruvat menjadi asetil Ko A, tetapi
meningkatkan piruvat menjadi oksaloasetat.

Kelebihan glukosa pada organisme akan diubah menjadi glikogen (pada hewan),
amilum, sukrosa dan polisakarida yang lain (pada tumbuhan) Glukosa akan diubah menjadi
glukosa nukleotida yakni glukosa-UDP (uridin difosfat) yang dikatalisis oleh glikogen
sintetase untuk pembentukan ikatan a1 menjadi 4, untuk pembentukan ikatan 1 menjadi 6
oleh glikosil (1 menjadi 6) transferase atau amilo (1 menjadi 4) menjadi (1 menjadi 6)
transglikosilase Glukosa-UDP juga merupakan substrat bagi sintesis sukrosa sedangkan
glukosa-ADP merupakan substrat bagi sintesis amilum (Najmiatul, 2011).

2.2.2 Fungsi karbohidrat


Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik
bahan makanan, seperti rasa, warna dan tekstur (Hutagalung, 2004).
Fungsi karbohidrat di dalam tubuh adalah:
a. Fungsi utamanya sebagai sumber enersi (1 gram karbohidrat menghasilkan 4
kalori) bagi kebutuhan sel-sel jaringan tubuh. Sebagian dari karbohidrat diubah
langsung menjadi enersi untuk aktifitas tubuh, clan sebagian lagi disimpan dalam
bentuk glikogen di hati dan di otot. Ada beberapa jaringan tubuh seperti sistem
syaraf dan eritrosit, hanya dapat menggunakan enersi yang berasal dari karbohidrat
saja.

32
b. Melindungi protein agar tidak dibakar sebagai penghasil enersi. Kebutuhan tubuh
akan enersi merupakan prioritas pertama; bila karbohidrat yang di konsumsi tidak
mencukupi untuk kebutuhan enersi tubuh dan jika tidak cukup terdapat lemak di
dalam makanan atau cadangan lemak yang disimpan di dalam tubuh, maka protein
akan menggantikan fungsi karbohidrat sebagai penghasil enersi. Dengan demikian
protein akan meninggalkan fungsi utamanya sebagai zat pembangun. Apabila
keadaan ini berlangsung terus menerus, maka keadaan kekurangan enersi dan
protein (KEP) tidak dapat dihindari lagi.
c. Membantu metabolisme lemak dan protein dengan demikian dapat mencegah
terjadinya ketosis dan pemecahan protein yang berlebihan.
d. Di dalam hepar berfungsi untuk detoksifikasi zat-zat toksik tertentu.
e. Beberapa jenis karbohidrat mempunyai fungsi khusus di dalam tubuh. Laktosa
rnisalnya berfungsi membantu penyerapan kalsium. Ribosa merupakan merupakan
komponen yang penting dalam asam nukleat.
f. Selain itu beberapa golongan karbohidrat yang tidak dapat dicerna, mengandung
serat (dietary fiber) berguna untuk pencernaan, memperlancar defekasi.

2.3 Lemak
Lemak merupakan sumber nutrisi yang disimpan dari tubuh dan berasal dari makanan
yang dikonsumsi. Zat gizi ini menyumbangkan 60 % dari total energi yang dibutuhkan
pada saat beristirahat dan juga dibutuhkan dalam jumlah lebih besar saatz berolahraga.
Ketika mengonsumsi makanan yang mengandung lemak, maka akan terjadi penyimpanan
dalam tubuh. Selain itu jika terdapat kelebihan konsumsi protein dan karbohidrat, maka
kedua zat ini akan dikonversi menjadi lemak. Namun, reaksi ini tidak terjadi sebaliknya,
lemak tidak dapat diubah kembali menjadi protein dan karbohidrat. Lemak, disebut juga
lipid, adalah suatu zat yang kaya akan energi, berfungsi sebagai sumber energi yang utama
untuk proses metabolisme tubuh. Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua
sumber yaitu dari makanan dan hasil produksi organ hati, yang bisa disimpan di dalam sel-
sel lemak sebagai cadangan energy (Tika, 2011).
2.3.1 Metabolisme lemak
Metabolisme Lemak Ada 3 fase:
 â oksidasi: proses merubah asam lemak menjadi asetil Co-A
 Siklus Kreb: proses merubah asetil Co-A menjadi H
 Fosforilasi Oksidatif: proses mereaksikan H + O menjadi H2O + ATP
Metabolisme Lemak:
1. Di mulut, lemak mulai mengalami tahapan pencernaan, terjadi penyesuaian suhu tertentu
pada saat lemak dikunyah di mulut.

33
2. Pada lambung, lemak mengalami proses pencernaan dengan bantuan asam dan enzim
menjadi bentuk yang lebih sederhana.
3. Selanjutnya lemak akan memasuki hati, empedu, dan masuk ke dalam usus kecil.
4. Dari kantung empedu lemak akan bergabung dengan bile yang merupakan senyawa yang
penting untuk proses pencernaan pada usus kecil. Selanjutnya hasil pemecahan tersebut
akan diubah oleh enzim lipase pankreas menjadi asam lemak dan gliserol
5. Kelebihan lemak kemudian disimpan dalam tubuh, dan sebagai akan bergabung dengan
senyawa lain seperti fiber yang akan di keluarkan melewat usus besar.

2.3.2 JALUR PENGANGKUTAN LEMAK DALAM DARAH


Lemak dalam darah diangkut dengan dua cara, yaitu melalui jalur eksogen dan
jalur endogen.
 Jalur eksogen: Trigliserida & kolesterol yang berasal dari makanan dalam
usus dikemas dalam bentuk partikel besar lipoprotein, yang disebut
Kilomikron. Kilomikron ini akan membawanya ke dalam aliran darah.
Kemudian trigliserid dalam kilomikron tadi mengalami penguraian oleh enzim
lipoprotein lipase, sehingga terbentuk asam lemak bebas dan kilomikron
remnan. Asam lemak bebas akan menembus jaringan lemak atau sel otot untuk
diubah menjadi trigliserida kembali sebagai cadangan energi. Sedangkan
kilomikron remnant akan dimetabolisme dalam hati sehingga menghasilkan
kolesterol bebas. Sebagian kolesterol yang mencapai organ hati diubah
menjadi asam empedu, yang akan dikeluarkan ke dalam usus, berfungsi seperti
detergen & membantu proses penyerapan lemak dari makanan. Sebagian lagi
dari kolesterol dikeluarkan melalui saluran empedu tanpa dimetabolisme
menjadi asam empedu kemudian organ hati akan mendistribusikan kolesterol
ke jaringan tubuh lainnya melalui jalur endogen. Pada akhirnya, kilomikron
yang tersisa (yang lemaknya telah diambil), dibuang dari aliran darah oleh hati.
Kolesterol juga dapat diproduksi oleh hati dengan bantuan enzim yang disebut
HMG Koenzim-A Reduktase, kemudian dikirimkan ke dalam aliran darah.
 Jalur endogen: Pembentukan trigliserida dalam hati akan meningkat apabila
makanan sehari-hari mengandung karbohidrat yang berlebihan. Hati mengubah
karbohidrat menjadi asam lemak, kemudian membentuk trigliserida,
trigliserida ini dibawa melalui aliran darah dalam bentuk Very Low Density
Lipoprotein (VLDL). VLDL kemudian akan dimetabolisme oleh enzim
lipoprotein lipase menjadi IDL (Intermediate Density Lipoprotein). Kemudian
IDL melalui serangkaian proses akan berubah menjadi LDL (Low Density
Lipoprotein) yang kaya akan kolesterol. Kira-kira ¾ dari kolesterol total dalam
plasma normal manusia mengandung partikel LDL. LDL ini bertugas
34
menghantarkan kolesterol ke dalam tubuh. Kolesterol yang tidak diperlukan
akan dilepaskan ke dalam darah, dimana pertama-tama akan berikatan dengan
HDL (High Density Lipoprotein). HDL bertugas membuang kelebihan
kolesterol dari dalam tubuh. Itulah sebab munculnya istilah LDL-Kolesterol
disebut lemak ¯jahat. dan HDLKolesterol disebut lemak baik. Sehingga rasio
keduanya harus seimbang. Kilomikron membawa lemak dari usus (berasal dari
makanan) dan mengirim trigliserid ke sel-sel tubuh. VLDL membawa lemak
dari hati dan mengirim trigliserid ke sel-sel tubuh. LDL yang berasal dari
pemecahan IDL (sebelumnya berbentuk VLDL) merupakan pengirim
kolesterol yang utama ke sel-sel tubuh. HDL membawa kelebihan kolesterol
dari dalam sel untuk dibuang (Tika, 2011).

Pencernaan Lemak secara sederhana


 Makanan akan melewati kerongkongan menuju lambung, tempat penyerapan lemak
berlangsung. Di sini, 10-20% lemak dari makanan dipecah.
 Lemak tersebut akan memasuki usus kecil, di mana tetes-tetes lemak besar diuraikan lebih
lanjut oleh kontraksi usus (peristaltik) dan emulsifier (asam empedu dan lesitin) menjadi
tetesan lemak yang lebih kecil.
 Sebagian besar lemak pada makanan berbentuk trigliserida
 Trigliserida terdiri dari rangka struktur gliserol dengan tiga asam lemak yang menempel
dan menjadi bentuk molekuler seperti huruf besar E.
 Enzim lipase gastrointestinal memecah trigliserida yang terdapat di tetesan lemak kecil
menjadi asam lemak bebas dan monogliserida, yang cukup kecil untuk memasuki sel-sel
mukosa dinding usus.
 Untuk itu, molekulmolekul ini harus dapat larut dalam air.
 Asam empedu membungkus asam lemak bebas, monogliserida, vitamin yang larut dalam
lemak, lesitin dan kolesterol untuk membentuk tetesan mikroskopik larut air yang disebut
misel.
 Misel kemudian menuju dinding sel dinding usus, di mana asam lemak bebas dan
monogliserida melewati membran dan memasuki sel.
 Misel sendiri tidak melewati membran. Setelah memasuki sel mukosa, asam lemak dan
monogliserida bergabung lagi menjadi trigliserida.
 Proses pencernaan selesai dan lemak dapat diedarkan melalui sistem limfatik menuju
sistem peredaran darah lalu ke seluruh tubuh untuk digunakan sebagai energi atau disimpan
di sel lemak yang disebut dengan adiposity (Tika, 2011).
Lemak yang terdapat dalam diet sebagian besar merupakan lemak netral (trigliserida)
yang tersusun atas molekul gliserol, dan 3 molekul asam lemak. Pelarutan (solubilisasi)
hasil lipolisis di dalam garam empedu. Digesti lemak sudah mulai terjadi di mulut dan
35
lambung oleh enzim lipase ludah Lipase ludah dihasilkan oleh kelenjar Ebner di
pemurkaan dorsal lidah. Lipase ludah berfungsi untuk hidrolisa asam lemak, proses
emulsifikasi dan membantu kerja lipase pankreas dan lipase lambung. Lipase lambung
berfungsi untuk hidrolisa asam lemak dan gliserol. Namun demikian proses digesti lemak
dalam mulut dan lambung sangat kecil jumlahnya. Tetapi bila pankreas mengalami
gangguan fungsi, aktifitas lipase ludah dan lambung akan meningkat. Digesti lemak
sebagian besar terjadi di usus halus yaitu di duodenum oleh enzim lipase pankreas.Enzim
ini melakukan hidrolisa semua trigliserida hanya dalam waktu beberapa menit. Sel epitel
usus halus juga menghasilkan lipase enterik dalam jumlah kecil. Aktifitas enzim lipase
pankreas mencapai puncaknya pada pH 8.0. pH yang lebih rendah dari 3.0 akan merusak
enzim ini (Tika, 2011).

2.3.3 Penyimpanan Lemak dalam Tubuh


Lemak yang disimpan dalam tubuh dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
a. lemak subkutan. Lemak subkutan terdapat tepat dibawah jaringan kulit.
b. Lemak visceral terdapat di dekat organ tubuh bagian dalam. Lemak
visceral ini berfungsi untuk melindungi organ-organ tubuh bagian dalam.
Kedua jenis lemak tersebut dapat dikurangi dengan cara yang berbeda.
Lemak visceral dapat dikontrol dengan menjaga pola makan lemak yang tidak
berlebihan, sementara lemak yang terdapat langsung dibawah kulit dapat dikurangi
dengan berolahraga. Kelebihan lemak ini biasanya akan menumpuk pada bagian
tertentu pada tubuh seperti perut, pinggul, dan paha, namun yang paling jelas
terlihat pada bagian perut. Faktor lain yang juga mempengaruhi penumpukan
lemak tersebut adalah stress. Stress dapat mempengaruhi selera makan dan dapat
menyebabkan penumpukan lemak semakin meningkat, secara mudah
mekanismenya dapat dijelaskan sebagai berikut: Stress merupakan stimulus yang
dikirimkan ke otak dan kemudian otak akan mengirimkan sinyal ke tubuh untuk
meningkatkan nafsu makan. Hasilnya, kecenderungan untuk mengonsumsi
makanan akan mengalami peningkatan (Tika, 2011).

2.3.4 Emulsifikasi Lemak


Tahap pertama dari digesti lemak ialah memecahkan globulus lemak
kedalam ukuran yang lebih kecil sehingga enzim-enzim lipolitik yang larut dalam
air dapat bekerja pada permukaan globulus. Proses ini disebut sebagai proses
emulsifikasi lemak, yang berlangsung di bawah pengaruh empedu yang dihasilkan
oleh hati. Empedu tidak mengandung enzim pencernaan tetapi mengandung garam
empedu dan lesitin-fosfolipid yang sangat penting untuk emulsifikasi lemak. Bila
garam empedu di dalam usus meningkat, lemak dan garam empedu secara spontan
36
membentuk micelles yang merupakan globulus dengan ukuran 3- 6nm yang terdiri
dari molekul garam empedu dan molekul lemak yang terutama asam lemak,
monogliserida, dan kholesterol. Pembentukan micelles akan melarutkan lemak
yang selanjutnya memungkinkan lemak
tersebut di absorbsi melalui sel epitel usus
halus. Setelah melewati epitel usus halus ,
monogliserida dan asam lemak akan diproses
oleh retikulum endoplasmik halus ,yang
kemudiannya akan dirubah menjadi molekul
trigliserida yang baru dan ditransportasi ke
dalam limpe chylomicrons dan mengalir
melalui duktus thoracikus limpatikus dan
selanjutnya ke sirkulasi darah.
 Bile + agitation
Fat —————————–> emulsified fat
 Pancreatic lipase
Emulsified fat————————> fatty acids + 2-monoglycerides
Enzim lipase yang berperan pada emulsifikasi ini, akan memecah
trigliserida menjadi asam lemak bebas dan monogliserida. Untuk dapat menembus
dinding usus, monogliserida dan asam lemak bebas ini harus berikatan terlebih
dahulu dengan garam empedu untuk membentuk micelle. Bagian dalam usus kecil
diselimuti dengan apa yang disebut villi yang berfungsi memperluas permukaan,
guna mempercepat penyerapan hasil-hasil pencernaan. Saat lemak diabsorpsi, akan
melewati small lymph vessels , yang disebut lacteal, untuk kemundian
didisstribusikan ke dalam sistem limpa dan masuk ke dalam sistim sirkulasi (Tika,
2011).

2.3.5 Fungsi lemak


Lemak merupakan nutrisi yang berfungsi sebagai:
 Sumber cadangan energi yang disimpan dalam tubuh
 Media untuk transportasi beberapa vitamin yg larut dalam lemak (vitamin A, D,E, dan
K)
 Membantu menekan lasa rapar dengan mekanisme memperlambat pengosongan pada
lambung sehingga rasa kenyang dapat bertahan lebih lama.
 Merupakan zat gizi yang menambah citarasa pada makanan
 pembentukan sel,
 sumber asam lemak esensial,

37
 menghemat protein,
 sebagai pelumas, dan
 memelihara suhu tubuh (Tika, 2011).

2.4 Protein
Protein bersama karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi bagi tubuh. Protein
tersusun dari molekul-molekul yang disebut asam amino. Di dalam tubuh mamalia asam amino
terbagi menjadi dua bagian yaitu asam amino esensial dan non esensial. Asam amino esensial
ialah asam amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh. Asam amino esensial dapat disintesis
oleh tubuh namun tetap diperlukan asupan dari makanan untuk menjaga keseimbangan asam
amino tersebut di dalam tubuh (Burnama, 2011).
Metabolisme protein meliputi:
1. Degradasi protein (makanan dan protein intraseluler)
menjadi asam amino
2. Oksidasi asam amino
3. Biosintesis asam amino
4. Biosintesis protein
Gambar 1. Jalur metabolisme asam amino dalam siklus asam sitrat

Setiap asam amino didegradasi menjadi piruvat atau zat siklus asam sitrat lainnya
dan dapat menjadi prekrusor sintesis glukosa di hepar yang disebut glikogenik atau
glukoneogenik. Untuk beberapa asam amino seperti tirosin dan fenilalanin, hanya sebagian
dari rantai karbonnya yang digunakan untuk mensintesis glukosa karena sisa rantai karbon
di ubah menjadi asetil koa yang tidak dapat digunakan untuk sintesis glukosa (Burnama,
2011).
Metabolisme protein menurut Suparyanto (2010) dalam Mulasari dan Tri (2013) yaitu:
a. Penggunaan Protein Untuk Energi
38
1. Jika jumlah protein terus meningkat → protein sel dipecah jadi asam amino untuk
dijadikan energi atau disimpan dalam bentuk lemak.
2. Pemecahan protein jadi asam amino terjadi di hati dengan proses deaminasi atau
transaminasi.
3. Deaminasi merupakan proses pembuangan gugus amino dari asam amino sedangkan
transaminasi adalah proses perubahan asam amino menjadi asam keto.
b. Pemecahan protein
 Transaminasi yaitu mengubah alanin dan alfa ketoglutarat menjadi piruvat dan
glutamate.
 Diaminasi yaitu mengubah asam amino dan NAD+ menjadi asam keto dan NH3. NH3
merupakan racun bagi tubuh, tetapi tidak dapat dibuang oleh ginjal. Maka harus diubah
dulu menjadi urea (di hati) agar dapat dibuang oleh ginjal.
c. Ekskresi NH3
NH3 tidak dapat diekskresi
oleh ginjal dan harus diubah dulu
menjadi urea oleh hati. Jika hati ada
kelainan (sakit) maka proses
pengubahan NH3 akan terganggu dan
akan terjadi penumpukan NH3 di
dalam darah yang menyebabkan
terjadinya uremia. NH3 bersifat
meracuni otak yang dapat
menyebabkan koma. Jika hati telah
rusak maka disebut koma hepatikum.
d. Pemecahan protein
Deaminasi maupun transaminasi merupakan proses perubahan protein menjadi
zat yang dapat masuk ke dalam siklus Krebs. Zat-zat yang dapat masuk adalah alfa
ketoglutarat, suksinil Ko-A, fumarat, oksaloasetat, dan sitrat.

39
e. Siklus krebs
Siklus ini merupakan
proses perubahan asetil Co-A
menjadi H dan CO2. Proses
ini terjadi di mitokondria.
Pengambilan asetil Co-A di
sitoplasma dilakukan oleh
oksaloasetat. Proses
pengambilan ini terus
berlangsung sampai asetil Co-
A di sitoplasma habis. Oksalo
asetat berasal dari asam
piruvat. Jika asupan nutrisi
kekurangan karbohidrat maka
juga akan kekurangan asam
piruvat dan oksaloasetat.
f. Rantai respirasi
Hydrogen hasil utama dari siklus krebs ditangkap oleh carrier NAD menjadi
NADH. Hydrogen dari NADH ditransfer ke flavoprotein, quinon, sitokrom b, sitokrom c,
sitokrom a3, terus direaksikan dengan O2 membentuk H2O dan energy.
g. Fosforilasi oksidatif
Dalam proses rantai respirasi dihasilkan energy yang tinggi, energy tersebut ditangkap
oleh ADP untuk menambah satu gugus fosfat menjadi ATP.
40
h. Keratin dan kreatinin
Keratin disintesa di hati dari metionin, glisin, dan arginin. Dalam otot rangka
difosforilasi fosforilkreatin (simpanan energy). Fosforilkreatin dapat mejadi kreatinin dan
gerak urine.

41
BAB 7
PETA KONSEP

Konsumsi makanan tinggi


karbohidrat, lemak dan
protein

Program diet
1500 kkal/hari
Senam aerobic

Peningkatan berat badan

OBESITAS

Hipertensi, sesak nafas, dan


hypercholesterolemia

42
BAB 8
BHP DAN PHOP

BIOETIK

Pada bioethic humanity program, dokter harus menyampaikan informasi kepada pasien
tentang bahaya dari obesitas. Dimulai dari penyakit yang dapat diderita akibat obesitas sampai
faktor-faktor yang menyebabkan pasien mengalami obesitas. Seseorang yang mengalami obesitas
dapat terserang berbagai penyakit dengan mudah. Penyakit yang menyerang orang obesitas yaitu
Diabetes Millitus (DM) Tipe II, gagal ginjal, penyakit jantung, masalah pernapasan
(hypoventilation), penyakit cardiovascular, serta dapat terserang kanker. Sedangkan factor-faktor
yang mengakibtkan seseorang mengalami obesitas adalah genetic, usia, kurangnya aktivitas fisik,
kebanyakan makan atau bahkan memiliki pola makan yang tidak terartur dan tidak sehat.

PUBLIC HEALTH
Sehat menurut UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyatakan jika arti sehat
adalah keadaan sehat baik fisik, mental, spiritual, dan sosial, memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan menurut teori Blum 1981, sehat itu dapat
dipengaruhi 4 faktor yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku masyarakat, faktor pelayanan
kesehatan, dan faktor keturunan.
Berdasarkan teori tersebut, jika dikaitkan dengan kasus wanita obesitas, maka wanita itu
terlihat sehat, akan tetapi dalamnya sakit. Beberapa penyakit yang dialami wanita tersebut yaitu
kelebihan berat badan, hipertensi, dan hypercholesterolemia. Seseorang dapat dikatakan sehat juga
harus sesuai dengan standart BMI. Ditinjau menurut teori Blum, pada faktor lingkungan sangat
mendukung wanita tersebut sampai obesitas. Kondisi setelah melahirkan yang memerlukan banyak
asupan sebagai ASI yang tidak dikontrol, dan ditambah dengan senang mengkonsumsi makanan
yang tinggi karbohidart, lemak dan protein mempercepat penambahan berat badan. Faktor perilaku
masyarakat, masih mempercayai jika wanita hamil sedang mengidam maka harus dituruti karena
jika tidak maka anaknya akan suka ngiler. Oleh karena itu wanita hamil akan menuruti apa saja
yang dia inginkan. Pada faktor pelayanan kesehatan wanita tersebut sudah mengunjungi spesialis
nutrisi (ahli gizi) untuk konsultasi masalah program diet. Obesitas jiga bisa jadi karena memiliki
keturunan yang semuanya obesitas, padahal dengan cara mengontrol dan menyeimbangkan antara
intake dan output dapat mengendalikan berat badan.
Gaya hidup adalah suatu gaya hidup yang memperhatikan faktor-faktor tertentu yang
mempengaruhi kesehatan antara lain makanan dan olahraga. Selain itu, gaya hidup seseorang jika
mempengaruhi tingkat kesehatan (Aden, 2010)
Hal-hal yang mempengaruhi gaya hidup sehat
1. Berolahraga secara rutin
43
2. Konsumsi makanan sehat
3. Istirahat cukup
Sangat bertolak belakang antara faktor yang mempengaruhi gaya hidup sehat dengan gaya
hidup wanita pada kasus yang diangkat. Pada kasus, wanita tersebut jarang berolahraga setelah
melahirkan meskipun ia adalah mantan seorang atlet. Senang mengkonsumsi makanan tinggi
karbohidrat, lemak dan protein, contohnya nasi padang komplit, keripik pedas, pastry, cakes,
cookies, dan candies. Mengkonsumsi makanan tersebut secara terus menerus tanpa diimbangi ngan
berolahraga, maka intake akan lebih besar dari pada output. Demikian dapan menyebabkan lemak
tertimbun dan menjadi obesitas.
Cara melakukan gaya hidup sehat, (Proverawati dan Eni, 2012)
1. Udara bersih, parupun sehat
2. Banyak minum air putih
3. Konsumsi menu bergizi dan seimbang
4. Seimbang antara melakukan aktivita, olahraga dan istirahat
5. Tidur dan istirahat cukup
6. Kontrol kerja otak
7. Menggunakan suplemen bergizi
Faktor yang mempengaruhi gaya hidup sehat
1. Gaya perilaku
2. Perubahan gaya hidup

44
BAB 9
DAFTAR PUSTAKA

Dorland WA, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. p. 702, 1003.

Adnyana, Ketut. 2005. Obesitas Sebagai Masalah Kesehatan. Bandung : Departemen Farmasi
FMIPA ITB pp. 30-35

Arief, Mochammad. 2004. Pengantar Metodelogi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. Klaten
Selatan : CSGF pp 71-76

Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineke Cipta
Battegay,

Edouard J. LIP, Gregory L.H. Bakris, George S. 2005. Hypertension : Principles And Practice :
Definition And Classification Hypertension . United States of America : Taylor & Francis Group
pp. 17

Behrmann, Kliegman, Arvin. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak : Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta : EGC pp. 1549-1550 CDC, 2010.

Guyton, Arthur C & Hall Ph.D, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran : Hipertensi Primer.
Jakarta :EGC pp.239

Hoffman, Julien. 2007. Buku Ajar Pediatri Rudolph Vol. 3 : Hipertensi Arterial Sistemik. Jakarta :
EGC pp. 1697-1698

Kamso S, Rumawas JS, Lukito W, et al. 2007. Determinants of blood pressure among Indonesian
elderly individuals who are of normal and over-weight: a cross sectional study in an urban
population. www.PubMed.com . Download tanggal 12 Oktober 2019 Vol.25 No.11 :2317-24

Kaplan, Bernard s. 2005. Pedoman Klinis Pediatri : Hipertensi. Jakarta : EGC pp. 416-420

Burnama, Fitra Jaya. 2011. Metabolisme Protein dan Asam Nukleat. Universitas Syiah
Kuala: Banda Aceh

45
Hutagalung, Halomoan. 2004. Karbohidrat. Universitas Sumatera Utara: Sumatera Utara

Kistinnah, Idun dan Endang Sri Lestari. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya.
Pusat Perbukuan Pendidikan Nasional: Jakarta

Mulasari, Surahma Asti dan Tri Wahyuni Sukesi. 2013. Biokimia. Penerbit Pustaka
Kesehatan: Yogyakarta

Najmiatul. 2011. Metabolisme Karbohidrat. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta

Rochmah, Siti Nur. 2009. Biologi. Pusat Perbukuan Pendidikan Nasional: Jakarta

Sembiring, Langkah. 2009. Biologi. Pusat Perbukuan Pendidikan Nasional: Jakarta

Tika. 2011. Makalah Metabolisme Lemak. Universitas Andalas: Padang

Zhernia. 2013. Metabolisme Protein. http://zhernia.files.wordpress.com/metabolisme-


protein/. Diunduh pada tanggal 6 November 2014 di Yogyakarta.

Aden, R.. 2010. Menjalani Pola & Gaya Hidup Sehat. Yogyakarta: Hanggar Kreator
Blum, Hendrik L.. 1981. Planning for Health: Generics for The Eighties. New York: Human
Sciences Press
Pemerintah Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Lembaran Negara RI Tahun 2009 No. 144. Jakarta: Sekretariat Negara
Proverawati, Atikah dan Eni Rahmawati. 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Yogyakarta:
Nuha Medika

46

You might also like