Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

KAJIAN PERBANDINGAN PENGARUH PENGGUNAAN

DINDING PRECAST DENGAN DINDING KONVENSIONAL


PADA PROYEK CORDOVA SEMARANG
Muhamad Arif Rohman1,*), M. Agung Wibowo2), Nuroji2)
1)
Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
2)
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Kota Semarang, 50275
*)
Email : arif.tsb@gmail.com, agung_wibowo8314423@yahoo.com,
nuroji.undip@gmail.com

Abstract
Innovation in the world of construction is something that is indispensable, one of the
innovations in the construction sector is precast. The use of precast is expected to be
able to reduce project costs to accelerate the duration of work. But in fact, the
products of innovation in the world of construction have not been fully able to have
a positive impact, both in terms of cost, quality, time, waste, on project development.
Products of innovation are usually not necessarily in accordance with the wishes
and needs of the customer. The purpose of this research is to analyze the
comparison of products in terms of time, cost, quality, waste, and in terms of K3L
between projects using precast walls and projects using the lightweight brick wall
method. This research was conducted by (1) conducting a project simulation if the
project did not use precast, (2) comparing a real project with a simulation project in
terms of cost, quality, time, waste, and K3L. The use of precast in the Cordova
project when compared to a simulation project that uses lightweight bricks results in
(1) in terms of time saving 36,84 % on the simulation results project (2) in terms of
costs can be reduced by Rp. 101.488.543,99 (3) in terms of quality precast material
has The quality is better than the lightweight bricks (4) in terms of waste, in the
simulation result project it creates more waste (5) in terms of K3L, the use of
precast is more environmentally friendly than the simulation results project.

Kata kunci : cost, precast, quality, time, waste

PENDAHULUAN dalam dunia konstruksi adalah produk


Seiring perkembangan zaman, ilmu yang menghasilkan waste paling
pengetahuan pun juga mengalami sedikit karena berdasarkan data yang
perkembangan begitu juga pada dunia disampaikan oleh Lean Construction
konstruksi. Banyak produk hasil Institute Waste pada industri
inovasi yang terus berkembang. Dari konstruksi waste yang dihasilkan
beberapa produk hasil inovasi tersebut, sebesar 57% sedangkan kegiatan yang
tidak semuanya dapat diterima oleh memberikan nilai tambah hanya
konsumen, produk yang sesuai dengan sebesar 10% (Abduh, 2007). Saat ini
keinginan konsumenlah yang nantinya sudah banyak berkembang produk
akan banyak peminatnya. Salah satu hasil inovasi di dunia konstruksi, salah
produk yang diinginkan konsumen satunya adalah penggunaan beton
pracetak atau yang sering disebut Agar suatu produk yang dihasilkan dari
dengan precast. Penggunaanya pun proses produksi maka seorang
bervariasi mulai untuk dinding, pelat produsen harus menjaga mutu
lantai, kolom, balok dan masih banyak produksinya sesuai dengan standar
lainnya. Tetapi pada kenyataannya yang telah diterapkan. Untuk
produk tersebut belum sepenuhnya mengontrol mutu dari suatu produk
sesuai dengan keinginan customer maka perlu dibentuk tim yang
dalam mewujudkan lean costruction bertujuan menjamin mutu yaitu
baik dari segi biaya, mutu, waktu, Quality Control.
waste maupun dari segi K3L.
Lean Construction
Proyek Lean Construction adalah suatu konsep
Proyek adalah gabungan dari sumber- yang dikembangkan oleh perusahaan
sumber daya seperti manusia, material, otomotif yaitu Toyota oleh Taichi
peralatan dan modal/biaya yang Ohno. Menurut (Yudakusumah, 2012)
dihimpun dalam suatu wadah tujuan dari penerapan lean
organisasi sementara untuk mencapai construction ini adalah untuk
sasaran dan tujuan (Husen, 2009). meminimalisir timbulnya pemborosan
Sedangkan menurut (Soeharto, 1999) (waste) dan menitik beratkan pada
adalah suatu kegiatan sementara yang pemaksimalan nilai (value) pada
berlangsung dalam jangka waktu produk hasil konstruksi. Dengan
terbatas dengan alokasi sumber daya penerapan lean contrsuction
tertentu dan dimaksudkan untuk diharapkan suatu proyek tidak
menghasilkan produk atau deliverable mengalami pembengkakan dari segi
yang kriteria mutunya telah digariskan biaya, mutu, dan waktu pelaksanaan
dengan jelas. Sebuah proyek terdiri karena secara langsung hal ini juga
dari urutan rangkaian kegiatan panjang akan mempengaruhi penilaian pemilik
dan dimulai sejak dituangkannya proyek terhadap penyedia jasa.
gagasan, direncanakan, kemudian Menurut (Womack dan Jones, 2003).
dilaksanakan sampai benar-benar Menurut Womack dan Jones Prinsip
memberikan hasil yang sesuai dengan Lean Construction yaitu :
perencanaannya (Wohon, 2015) 1. Pendefinisian value harus sangatlah
spesifik dan dilakukan oleh
Mutu konsumen akhir.
Mutu adalah sifat dan karakteristik 2. Harus didesain sedemikian rupa
produk atau jasa yang membuatnya sehingga terdapat perpindahan nilai
memenuhi kebutuhan pelanggan atau yang terdefinisi dari suatu kegiatan
pemakai /customer (Soeharto, 1995). ke kegiatan lain, mulai dari
Mutu dalam kaitannya dengan proyek kegiatan problem solving di awal,
diartikan sebagai memenuhi syarat kemudian ke kegiatan pengelolaan
untuk penggunaan yang telah informasi, dan kepada kegiatan
ditentukan atau fit for intented use.

2 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 26 No. 1 Juni 2021 1 - 10


transformasi dari material mentah menjadi bangunan (SNI 7833, 2012).
hingga produk akhir Dari definisi tersebut dapat diambil
3. Perpindahan nilai tersebut harus kesimpulan bahwa beton precast
dilakukan secara mengalir, tidak adalah beton yang dicor pada lokasi
ada hambatan. lain baik pada site yang sama maupun
4. Untuk menghindari produk yang pada pabrik khusus.
tidak terpakai dan mengurangi
waste, maka produk sebaiknya Sambungan Precast
diproduksi ketika diminta oleh Jenis sambungan antar komponen
pengguna. beton pracetak yang biasa
5. Kegiatan memperbaiki semua dipergunakan dapat dikategorikan
proses dengan terus menerus harus menjadi 2 kelompok yaitu (Wahyudi
dilakukan untuk mencapai dan Hanggoro, 2010) :
kesempurnaan. a. Sambungan kering / dry connection
Sambungan kering adalah
Beton Pracetak / Precast sambungan antar komponen beton
Menurut (Wahyudi dan Hanggoro, pracetak yang menggunakan plat
2010) menyatakan bahwa beton adalah besi sebagai penghubung yang
material konstruksi yang dewasa ini kemudian dilas atau dibaut
lebih banyak digunakan dibandingkan b. Sambungan basah / wet connection
material lainnya seperti kayu dan baja. Sambungan basah adalah
Beberapa alasan penggunaan material sambungan antar beton pracetak
beton lebih banyak digunakan yaitu yang ditandai dengan keluarnya
karena beton lebih tahan lama, kuat besi tulangan dari beton pracetak.
menerima beban tekan, lebih murah Besi tulangan ini dihubungkan
dan alasan lainya adalah material dengan besi tulangan dari beton
pembentuknya mudah ditemukan di pracetak yang akan disambungkan
Indonesia. Seiring berkembangnya dengan cara dicor di tempat.
zaman berkembang pula inovasi pada Pada sebuah percobaan hubungan
bidang konstruksi dalam pengolahan beban dengan lendutan dapat
beton yaitu beton pracetak (precast). disimpulkan bahwa kekauan benda uji
Salah satu produk beton pracetak kolom dengan sambungan lebih besar
adalah fly slab. Fly slab merupakan dibandingkan benda uji kolom
campuran beton dengan tulangan yang monolite tanpa sambungan. Hal ini
dibuat dengan menggunakan sistem didapat dari rasio beban dengan
pracetak sehingga menghasilkan beton lendutan kolom dengan sambungan
yang jauh lebih efektif, efisien dan (Adi et al, 2014).
ekonomis dari beton bertulang
(Purwaningsih, 2014). Beton pracetak Dinding Precast
adalah elemen atau komponen beton Dinding merupakan salah satu struktur
tanpa atau dengan tulangan yang bangunan yang berfungsi untuk
dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit melindungi penghuni dari serangan

Kajian Perbandingan Pengaruh Penggunaan Dinding Precast Dengan Dinding


Konvensional Pada Proyek Cordova Semarang…... Muhamad Arif Rohman, dkk) 3
hewan buas, angin, panas matahari 3. Pekerjaan tidak dipengaruhi oleh
maupun hujan (Handayani, 2010). cuaca, jika pengerjaannya di dalam
Sedangkan menurut (Sahid dan Safi’I, ruangan (pabrik).
2010), Dinding merupakan salah satu 4. Proses produksinya dapat dibuat
elemen bangunan yang membatasi satu bersamaan atau dalam jumlah
ruang dengan ruang lainnya. Dinding banyak sekaligus.
memiliki fungsi sebagai pembatas 5. Terdapat nilai artistik bentuk,
ruang luar dengan ruang dalam, karena kemudahan dalam
sebagai penahan cahaya, angin, hujan, pembuatan bentuknya.
debu dan lain-lain yang bersumber dari 6. Bentuk dan ukuran yang seragam
alam sebagai pembatas ruang di dalam memudahkan untuk menjamin
bangunan, pemisah ruang dan sebagai proses erection tepat.
fungsi arsitektur tertentu. Jika dilihat 7. Elemen pracetak biasanya
dari pembagian diatas maka dinding kualitasnya lebih tinggi.
precast termasuk kedalam dinding non 8. Terdapat quality control terhadap
struktural karena jika dinding produk.
dirobohkan maka tidak akan terjadi 9. Ketahanan terhadap api lebih tinggi
apa-apa dengan bangunan. Dinding dibanding dengan beton
precast adalah salah satu inovasi yang konvensional, karena dibuat
ada di dunia konstruksi. Pekerjaan dengan bahan bermutu tinggi.
dinding precast dilakukan dengan cara
melakukan pengecoran pada tempat Biaya Proyek
lain (off site fabrication) terkadang Dari pengertian proyek yang telah
komponen-komponen tersebut disusun dijelaskan diatas bahwa proyek adalah
dan disatukan terlebih dahulu (pre kegiatan yang mempunyai durasi
assembly) dan selanjutnya dipasang di waktu dan mempunyai tujuan tertentu.
lokasi (installation) (Utomo, 2017). Untuk mencapai tujuan tertentu
Keuntungan yang didapat ketika tersebut tentu proyek memerlukan
menggunakan beton precast adalah biaya untuk pelaksanaannya. Biaya
sebagai berikut : proyek adalah pengeluaran untuk
1. Waktu pelaksanaan lebih cepat, pelaksanaan proyek, operasional, serta
karena pabrikasi dapat dilakukan pemeliharaan instalasi hasil proyek
terlebih dahulu atau tidak terikat (Soeharto, 1999). Menurut Husen,
dengan pekerjaan yang 2009 biaya proyek dapat
mendahuluinya. dikelompokkan menjadi 2 macam,
2. Efisiensi pekerjaan bekisting yaitu biaya langsung dan biaya tidak
(formwork), karena dapat langsung.
mengurangi jumlah pemakaian
perancah karena perancah dapat Biaya Langsung
digunakan berulang kali tetapi Biaya langsung (direct cost) adalah
dengan batas tertentu. biaya tetap selama proyek berlangsung.
Biaya tersebut terdiri dari

4 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 26 No. 1 Juni 2021 1 - 10


1. Biaya pembebasan lahan lebih cepat, meminimalisir waste, dan
2. Biaya sewa peralatan aman dari segi K3L. Pada penelitian
3. Pembangunan kantor sementara ini akan dilakukan perbandingan dari
(direksi keet) segi biaya, mutu, waktu, waste, dan
4. Pengadaan material proyek K3L antara proyek yang menggunakan
5. Biaya Pembangunan fasilitas precast dengan proyek hasil simulasi
pendukung lainnya. yang menggunakan bata ringan. Dari
perbandingan tersebut didapat selisih
Biaya Tak Langsung dari masing-masing item yang di
Biaya tak langsung (indirect cost) komparasikan sehingga diketahui
adalah biaya yang harus dialokasikan seberapa besar pengaruh penggunaan
untuk hal-hal yang tidak diprediksi precast terhadap biaya, waktu, waste,
sebelumnya termasuk biaya risiko dan dan K3L bila tidak menggunakan
biaya kualitas (Nuriana, 2015). Biaya precast.
tersebut meliputi :
1. Biaya manajemen proyek METODE PENELITIAN
2. Tagihan pajak Penelitian dilakukan pada Proyek
3. Biaya perizinan Pembangunan Cordova yang berada di
4. Asuransi Jalan Jalan Bukit Sari Raya,
5. Administrasi Kecamatan Banyumanik, Kota
Semarang. Proyek ini dipilih kareana
Penelitian ini bertujuan untuk pada proyek ini menggunakan precast
menganalisis apakah produk precast untuk dinding bagian luarnya.
memberikan kontribusi dalam Responden pada penelitian ini adalah
mereduksi biaya, memberikan kualitas dari pihak kontraktor.
yang lebih bagus, pekerjaan selesai

Gambar 1. Proyek Cordova Edupartment

Kajian Perbandingan Pengaruh Penggunaan Dinding Precast Dengan Dinding


Konvensional Pada Proyek Cordova Semarang…... Muhamad Arif Rohman, dkk) 5
Data yang didapat kemudian media pembanding. Simulasi
dibandingkan dengan proyek hasil dilakukan dengan mengasumsikan
simulasi yang menggunakan dinding proyek yang sama tetapi
dari bata ringan. Analisis perbandingan menggunakan bata ringan sebagai
dari segi waktu, biaya, mutu, waste, dinding.
dan K3L dilakukan melalui tahapan 2. Langkah kedua adalah melakukan
berikut : analisis perbandingan antara
1. Sebelum melakukan perbandingan proyek real dengan proyek hasil
antara kedua proyek, terlebih simulasi ditinjau dari segi waktu,
dahulu melakukan simulasi sebagai biaya, mutu, waste, dan K3L.

Gambar 2. Tahap Penelitian

Tahap selanjutnya dalam penelitian ini Dengan adanya perubahan jenis


adalah melakukan perbandingan hasil material dan metode pekerjaan pada
yang diperoleh antara proyek real suatu kegiatan proyek menyebabkan
dengan proyek yang disimulasikan perubahan pada durasi pekerjaan. Pada
menggunakan bata ringan pada proyek Cordova menggunakan precast
pekerjaan dindingnya. Setelah untuk pekerjaan dinding luar. Pada
dilakukan perbandingan maka akan proyek simulasi metode pekerjaan
diperoleh hasil berapa banyak biaya, diubah menggunakan bata ringan
waktu, waste yang dapat direduksi untuk dinding luar. Dengan adanya
dengan menggunakan jenis material perubahan metode pekerjaan tersebut,
yang berbeda. terjadi perubahan durasi pekerjaan.
Adapun durasi pekerjaan pada proyek
HASIL DAN PEMBAHASAN real yang menggunakan precast lebih
Perbandingan dari Segi Waktu cepat jika dibanding proyek simulasi

6 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 26 No. 1 Juni 2021 1 - 10


yang menggunakan bata ringan. setiap minggunya adalah Rp.
Perubahan durasi tersebut disajikan 5000.000,00 per minggu. Jika proyek
pada Tabel 1 di bawah. lebih cepat 14 minggu maka biaya
tidak langsung yang dapat dihemat
Perbandingan dari Segi Biaya adalah 14 x Rp. 5.000.000,00 = Rp.
a. Biaya Langsung Proyek 70.000.000,00
Dari hasil perbandingan antara proyek c. Biaya Total Proyek
real dengan proyek simulasi, dengan Berdasarkan penjumlahan antara biaya
luasan yang sama tetapi menggunakan langsung dan biaya tidak langsung,
material yang berbeda didapat maka biaya yang dapat direkduksi
perbedaan biaya yang dikeluarkan. dengan penggunaan precast adalah
Adapun perbedaan biaya yang sebesar Rp. 31.488.543,99 + Rp.
dihasilkan adalah seperti pada Tabel 2 70.000.000,00 = Rp. 101.488.543,99.
di bawah. Biaya pekerjaan dinding
yang menggunakan precast adalah Perbandingan dari Segi Waste
sebesar Rp. 356.079.577,54 sedangkan Dalam seuatu proyek, perbedaan
dinding yang menggunakan bata metode pelaksanaan tentu akan
ringan adalah sebesar Rp. menghasilkan jumlah waste yang
387.568.121,53. Selisih yang diperoleh berbeda juga. Berdasarkan wawancara
dari pekerjaan tersebut adalah Rp. dengan pihak kontraktor ada beberapa
31.488.543,99 atau sebesar 8,84 %. waste yang dihasilkan pada Proyek
b. Biaya Tidak Langsung Proyek Cordova. Adapun perbedaan waste
Dengan berkurangnya durasi proyek yang dihasilkan berdasarkan
maka biaya tidak langsung pada pengalaman kontraktor dapat dilihat
proyek pun juga ikut berubah, biaya pada Tabel 3 di bawah.
tidak langsung yang dikeluarkan untuk

Tabel 1. Perubahan Durasi Pekerjaan


No Uraian Pekerjaan Durasi
1 Proyek Real (Precast) 24 Minggu
2 Proyek Simulasi (Bata Ringan) 38 Minggu

Tabel 2. Perbandingan Biaya


Aktivitas Proyek Real (Precast) Proyek Simulasi (Bata
Ringan)
Pekerjaan Dinding Rp. 356.079.577,54 387.568.121,53
Luar

Kajian Perbandingan Pengaruh Penggunaan Dinding Precast Dengan Dinding


Konvensional Pada Proyek Cordova Semarang…... Muhamad Arif Rohman, dkk) 7
Tabel 3. Jenis Waste yang Dihasilkan
Jenis Waste
Proyek Real (Precast) Proyek Hasil Simulasi (Bata Ringan)
Memerlukan tempat penyimpanan Sisa material pemotongan bata ringan
Memerlukan alat khusus Memerlukan banyak tenaga kerja
Sisa material packing bata ringan
Sisa adukan perekat bata ringan
Sisa adukan plasteran
Sisa material bekisting kolom
Sisa material yang beterbangan

Jumlah waste yang dihasilkan proyek dihasilkan satu dengan yang lain
yang menggunakan bata ringan lebih seragam. Sedangkan pada proyek hasil
banyak jika dibandingkan dengan simulasi menggunakan bata ringan
proyek yang menggunakan material yang mempunyai tebal dinding 10 cm.
precast, hal ini dikarenakan precast Pemasangan bata ringan dilakukan
yang dikirim ke site berupa material dengan tenaga manusia dimana skill
jadi yang dimensinya sudah antara tukang satu dengan yang lain
disesuaikan dengan kebutuhan yang biasanya berbeda sehingga mutu
ada sehingga mampu mengurangi dinding yang dihasilkan juga berbeda.
waste yang ditimbulkan. Pada umunya tukang yang memasang
dinding bata tidak memerlukan khusus
Perbandingan dari Segi Mutu layaknya pemasangan precast. Hal
Material dinding yang digunakan pada tersebut bisa mengakibatkan adanya
Proyek Cordova Semarang adalah cacat yang berakibat pada ketidak
precast dengan mutu beton K 350 yang seragaman mutu dinding.
di pabrikasi di lokasi lain bukan pada
site. Sedangkan pada proyek simulasi Perbandingan dari Segi K3L
digunakan bata ringan dengan dimensi Perlakuan proyek satu dengan proyek
60x20x10 cm yang direkatkan yang lain tentu tidak bisa dipukul rata,
menggunakan powerbond. Pada hal tersebut juga berlaku untuk
Proyek Cordova Semarang dinding pelaksanaan K3L. Pada Tabel 4
didesain dengan menggunakan precast disajikan perbandingan dari segi K3L
dengan beton mutu tinggi dengan antara proyek Real dengan proyek
ketebalan 8 cm. Kelebihan dari hasil simulasi. Dari Tabel 4 di atas,
penggunaan precast jika dilihat dari dapat dilihat jika pekerjaan dinding
segi mutu yaitu keseragaman mutu dari yang menggunakan precast lebih aman
precast karena dipabrikasi pada satu dan lebih ramah lingkungan karena
tempat yang sama dan dengan minim waste, aman bagi pekerja serta
perlakuan yang sama pula dan diawasi ikut serta menjaga kelestarian hutan
oleh tenaga ahli yang berpengalaman dengan mengurangi penggunaan
di bidangnya, sehingga mutu yang material kayu.

8 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 26 No. 1 Juni 2021 1 - 10


Tabel 4. Perbandingan K3L antara Proyek Real dan Simulasi
No Indikator Pembanding Precast Bata Ringan
1 Kecelakaan pekerja √ √
2 Jumlah waste yang dihasilkan √
3 Tertimpa Material √
4 Pekerja terjatuh dari ketinggian √ √
5 Menghasilkan polusi yang lebih bayak √
6 Banyak material kayu yang tidak habis √
pakai

SIMPULAN Pameran HAKI 2007.


Setelah dilakukan pengolahan dan Adi, RY., Nurhuda, I., 2014,
analisis data, maka diperoleh beberapa Perilaku dan Kekuatan
kesimpulan bahwa dari segi waktu, Sambungan Kolom pada
dengan menggunakan precast dapat Sistem Beton Pracetak.
memberikan penghematan sebesar Jurusan Teknik Sipil Fakultas
36,84% dibanding penggunaan bata Teknik Universitas
ringan. Dari segi biaya, dengan Diponegoro, Semarang
menggunakan precast dapat mengemat Handayani, S., 2010, Kualitas Batu
biaya sebesar Rp. 101.488.543,99 Bata Merah Dengan
dibanding penggunaan bata ringan. Penambahan Serbuk Gergaji,
Sedangkan dari segi mutu, material Jurusan Teknik Sipil Fakultas
yang digunakan untuk precast lebih Teknik Universitas Negeri
kuat karena terbuat dari beton K350 Semarang, Semarang
yang lebih kuat dari bata ringan. Dari Husen, A., 2009, Manajemen Proyek
segi waste, pada proyek yang Edisi Revisi Diterbitkan oleh
menggunakan precast menghasilkan Penerbit CV ANDI
waste yang lebih sedikit dibanding Yogyakarta.
penggunaan bata ringan karena Nurdiana, A., 2015, Analisis Biaya
dimensi dikirim ke lokasi sudah sesuai Tidak Langsung Pada Proyek
dengan kebutuhan di lapangan. Serta Pembangunan Best Western
dari segi K3L, penggunaan precast Star Hotel & Star Apartement
lebih aman bagi lingkungan dan Semarang. Jurusan Teknik
pekerja dibanding penggunaan bata Sipil Fakultas Teknik
ringan. Universitas Diponegoro,
Semarang.
DAFTAR PUSTAKA Purwaningsih, I., 2014,
Abduh, M., 2007, Inovasi Teknologi Perbandingan Biaya dan
dan Sistem Beton Pracetak di Waktu Pada Pelaksanaan
Indonesa: Sebuah Analisa Pekerjaan Konstruksi dengan
Rantai Nilai, Seminar dan Beton Konvensional dan Fly

Kajian Perbandingan Pengaruh Penggunaan Dinding Precast Dengan Dinding


Konvensional Pada Proyek Cordova Semarang…... Muhamad Arif Rohman, dkk) 9
Slab. Jurusan Teknik Sipil Teknologi Sepuluh
Fakultas Teknik Universitas Nopember, Surabaya.
Diponegoro, Semarang. Wahyudi, H., dan Hanggoro, HD.,
Sahid, MN., dan Safi’I, 2010, 2010, Laporan Tugas Akhir:
Analisa Perbandingan Perencanaan Struktur
Produktivitas Kerja Pada Gedung BPS Provinsi Jawa
Pekerjaan Dinding Bata Tengah Menggunakan
Konvensional Dengan Beton Pracetak. Jurusan
Material Limbah Serat Alami Teknik Sipil Fakultas Teknik
Terhadap Sifat Fisika Bata Universitas Diponegoro,
Merah Skripsi FMIPA Semarang.
Universitas Negeri Padang, Wohon, Fransisko Yeremia, 2015,
Sumatera Barat. Analisa Pengaruh Percepatan
Soeharto, I., 1995, Manajemen Durasi Pada Biaya Proyek
Proyek (Dari Konseptual Menggunakan Program
Sampai Operasional), Jakarta Microsoft Project 2013 (Studi
: Erlangga. Kasus : Pembangunan Gereja
Soeharto, I., 1999, Manajemen GMIM Syaloom
Proyek (Dari Konseptual Karombasan). Jurusan Teknik
Sampai Operasional), Jakarta: Sipil Fakultas Teknik
Erlangga. Universitas Sam Ratulangi,
Tata Cara Perencanaan Beton Manado
Pracetak dan Beton Prategang Womack, J.P. and Jones, D.T., 2003,
untuk Bangunan Gedung Lean Thinking: Banish waste
(SNI 7833, 2012). and create wealth in in your
Utomo, PP., 2017, Analisis corporation, revised and
Perbandingan Biaya dan updated, Free Press.
Waktu Pelaksanaan Pekerjaan Yudakusumah, T., 2012, Aplikasi
Dinding Eksterior Lean Construction untuk
Menggunakan Dinding Beton Meningkatkan Efisiensi
Pracetak dan Dinding Panel Waktu Pada Proses Produksi
Beton Ringan pada Proyek di Industri Precast. Tesis
Apartemen Gunawangsa Program Pascasarjana.
Merr Surabaya. Jurusan Universitas Indonesia,
Teknik Sipil Fakultas Teknik Depok.
Sipil dan Perencanaan Institut

10 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 26 No. 1 Juni 2021 1 - 10

You might also like