POLA TRAUMA KIMIA PADA MATA KOMPLIKASI DAN TATALAKSANANYA DI PMN RS MATA CICENDO BANDUNG - Endi Pramudya Laksana

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

POLA TRAUMA KIMIA PADA MATA ,KOMPLIKASI

DAN TATALAKSANANYA
DI PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO
BANDUNG

Disusun Oleh:

Endi Pramudya Laksana


NPM 131221170510

PENELITIAN OBSERVASIONAL

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT
MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO
BANDUNG
2020
Penelitian Observasional

POLA TRAUMA KIMIA PADA MATA ,KOMPLIKASI


DAN TATALAKSANANYA
DI PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO
BANDUNG

Disusun Oleh:

Endi Pramudya Laksana


NPM 131221170510

Telah Disetujui Oleh


Pembimbing

Dr. Irawati Irfani, dr., SpM(K), MKes


POLA TRAUMA KIMIA PADA MATA ,KOMPLIKASI
DAN TATALAKSANANYA
DI PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO
BANDUNG
Endi Pramudya Laksana, Irawati Irfani
Departemen Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo
__________________________________________________________________
ABSTRACT
Introduction: Chemical injury of the conjungtiva and cornea is a true ocular emergency
and requires immediate intervention. Severe chemical injury can lead to complete
destruction of the ocular surface, corneal opacification, and permanent vision loss. Long-
term management aims to restore the visual function by preserving tear production,
managing limbal stem cell deficiency, and addressing associated complications, such as
lid malposition, symblefaron and glaucoma.
Purpose: To review nature, outcomes and management of chemical eye injuries,
including the characteristic of patients with complication.
Methods: This was a retrospective study from medical record in Cicendo National Eye
Hospital from patient diagnosed with chemical injury of ocular surface from Januari
2015 to Desember 2019. Review including demographic data, type of chemical agent
causing eye injury, time period between the injury and therapy, pH, visual acuity at
presentation, severity of ocular injury, and complication.
Results: A total number of 209 patients (245 eyes) were treated of which 170 were males
and 39 were females. The mean age across categories was 35,25 years. There were 173
patients with one eye involved, most patient came at acute phase (83,3%). The visual
acuity at presentation was normal in 43,4% of eyes. Secondary glaucoma was the most
common complication in this study, and the most common chemical is sodium hydroxide.
Conclusion: Young male patients in the working age group are more prone to have work-
related chemical injuries. Secondary glaucoma, LSCD and simblefaron can occur as
complication of severe chemical injuries. Irrigation must be given as initial treatment.
Keyword: acid, alkali, chemical injuries, complication

PENDAHULUAN terhadap mata, dapat berupa gangguan


Trauma kimia merupakan salah ringan pada permukaan okular hingga
satu kegawatdaruratan pada mata yang memberikan dampak yang lebih berat
membutuhkan penanganan segera. pada struktur mata lebih dalam. Pada
World Health Organization (WHO) kasus trauma kimia ringan,
mengatakan 11,5%-22,1% merupakan manajemen awal adalah untuk
trauma kimia dari seluruh trauma pada menjaga integritas okular, sedangkan
mata, dan 80% dari seluruh kasus perawatan selanjutnya adalah untuk
trauma kimia terjadi di tempat kerja. pemulihan epitel pada permukaan
Jenis trauma kimia, waktu eksposur, okular, meminimalkan ulserasi dan
volume, konsentrasi dan lamanya mengendalikan respon peradangan.1-4
terpapar zat kimia sangat Gejala sisa dari trauma kimia
mempengaruhi derajat keparahan mata dapat berupa komplikasi yang

1
2

parah seperti ulserasi kornea, komplikasi. Prosedur pemeriksaan


glaukoma sekunder dan defisiensi sel pasien trauma kimia mata saat datang
induk limbal. Komplikasi cenderung ke PMN RSMC dilakukan anamnesis,
terjadi pada jangka panjang, diagnosis pemeriksaan visus, segmen anterior
dan tatalaksana awal dapat serta dilakukan pemeriksaan power of
mempengaruhi prognosis dan hydrogen (pH) untuk menentukan
mencegah komplikasi yang lebih derajat keasaman dari okular. Derajat
berat.5-7 Penelitian mengenai pola beratnya trauma kimia ditentukan
trauma kimia, komplikasi dan menggunakan klasifikasi Roper-Hall.
tatalaksananya di PMN RSMC Klasifikasi Roper-Hall membagi
terakhir dilakukan pada tahun 2011 derajat trauma kimia pada mata
dan belum terdapat data terbaru. menjadi empat derajat yaitu :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Derajat 1 : Kerusakan epitel kornea
mengetahui gambaran, komplikasi dan tanpa disertai iskemik
tatalaksana dari seluruh kejadian limbus
trauma kimia mata yang datang ke Derajat 2 : Kekeruhan kornea, detail
PMN RS Mata Cicendo. Penelitian ini iris masih terlihat, iskemik
diharapkan dapat menjadi data dan limbus kurang dari 1/3.
informasi mengenai kasus trauma Derajat 3 : Kehilangan epitel lengkap,
kimia di Pusat Mata Nasional Rumah kekeruhan stroma, detail
Sakit Mata Cicendo Bandung. iris tidak terlihat, iskemik
limbus 1/3 - 1/2.
MATERIAL DAN METODE Derajat 4 : Opasitas kornea, detail
Studi ini dilakukan secara pupil dan iris tertutup,
retrospektif dari data rekam medis iskemik limbus lebih dari
pasien trauma kimia pada permukaan 1/2.
okular yang datang ke Pusat Mata
Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Seluruh pasien mendapatkan
(PMN RSMC) periode Januari 2015 – tatalaksana irigasi menggunakan
Desember 2019. Kriteria Inklusi pada normal salin, medikamentosa tetes
studi ini adalah sebagai berikut : (1) mata prednisolon asetat, artificial tears,
Pasien dengan diagnosa trauma kimia siklopentolat, dan asam askorbat per
yang datang ke PMN RSMC; (2) oral. Pembedahan dilakukan bila
melakukan kontrol pasca terapi. terjadi komplikasi yang cukup berat
Kriteria eksklusi pada studi ini adalah terhadap pasien. Data dianalisis secara
data rekam medis yang tidak lengkap. deskriptif terhadap seluruh variable
Berdasarkan data dari rekam menggunakan Microsoft Office Excel
medis, data yang diambil meliputi data 2016 kemudian ditampilkan dalam
demografis yaitu jenis kelamin, usia, bentuk tabel.
temuan klinis, visus pertama kali
datang dan visus saat kontrol, derajat HASIL
keparahan trauma kimia, tingkat Selama periode Januari 2015
keasaman (pH), tatalaksana dan hingga Desember 2019, didapatkan
3

245 mata dari 209 pasien yang penyebab terbanyak 4,3%, dan bahan
memenuhi kriteria inklusi pada studi kimia tidak spesifik sebanyak 12%
ini. Secara umum karakteristik klinis dengan getah pohon menjadi penyebab
pasien dapat dilihat pada tabel 1 terbanyak 5,2%.
dengan distribusi 81,3% adalah laki-
laki dan 18,7% adalah perempuan. Tabel 2. Penyebab Trauma Kimia
Pembagian usia pada studi ini Jenis Jumlah Persen-
(n=209 tase (%)
berdasarkan Departemen Kesehatan pasien)
Republik Indonesia tahun 2009, Alkali/Basa 142 67,7
memiliki rentang usia 0 – 78 tahun Natrium Hidroksida 51 24,4
dengan rerata usia SD± 35,25 tahun. Super Glue 38 18,2
Pembersih Lantai 12 5,7
Sebanyak 82,8% menderita trauma Tetes Herbal 7 3,3
kimia pada satu mata dan 17,2% pada Detergen 6 2,9
kedua mata. Lokasi paling sering Sperma 4 1,9
Cat Tembok 4 1,9
untuk kejadian trauma kimia adalah di Shampo 3 1,4
tempat kerja dengan jumlah kejadian Air Alkali 3 1,4
103 pasien (48,3%). Air Sirih 2 0,9
Lithium 2 0,9
Sabun Cair 2 0,9
Tabel 1. Data Demografis Pasien Kalsium Karbonat 1 0,5
Karakteristik Jumlah Persent- Kaporit 1 0,5
(n=209 ase (%) Chlorexidin 1 0,5
pasien) Rohto 1 0,5
Usia (tahun) Kalsium Hidroksida 1 0,5
Balita (0-5) 13 6,2 Kalsium Oksida 1 0,5
Anak (5-11) 16 7,7 Pemutih Pakaian 1 0,5
Remaja (12-25) 43 20,6 Air Cucian Beras 1 0,5
Dewasa (26-45) 81 38,7 Asam 42 20,3
Masa Tua (>45) 56 26,8 Air Aki 9 4,3
Jenis Kelamin Bisa Ular 7 3,3
Laki-laki 170 81,3 Albothyl 6 2,9
Wanita 39 18,7 Alkohol 5 2,4
Lateralitas Thinner Tinta 5 2,4
Unilateral 173 82,8 Sipermetrin 3 1,4
Bilateral 36 17,2 Asam Sulfat 1 0,5
Lokasi Cairan HCL 1 0,5
Rumah 101 48,3 Asam Hidroflorik 1 0,5
Tempat Kerja 103 49,3 Hidrokarbon 1 0,5
Lain-lain 5 2,4 Minyak Kayu Putih 1 0,5
Air Belerang 1 0,5
Tabel 2 menunjukkan data Tetes Telinga 1 0,5
Tidak Spesifik 25 12
bahan penyebab trauma kimia dengan Getah Pohon 11 5,2
bahan kimia alkali sebanyak 67,7% Semen 10 4,8
dengan Natrium Hidroksida sebagai Empedu Ayam 1 0,5
penyebab terbanyak 24,4%. Bahan Parfum 1 0,5
Pencampur Semen 1 0,5
kimia asam memiliki persentase Empedu Ikan 1 0,5
20,3% dengan air aki menjadi
4

Tabel 3. Derajat Keparahan Trauma Kimia Berdasarkan Roper-Hall


Derajat Roper-Hall Trauma kimia Jumlah (n=245 mata) Persentase (%)
RH Grade I Asam 42 17,1
Basa 109 44,5
Tidak spesifik 20 8,3
RH Grade II Asam 12 4,9
Basa 31 12,6
Tidak spesifik 9 3,7
RH Grade III Asam 1 0,4
Basa 14 5,7
Tidak spesifik 0 0
RH Grade IV Asam 0 0
Basa 5 2,0
Tidak spesifik 2 0.8
RH: roper-hall
juga memaparkan tentang waktu
Derajat keparahan trauma paparan bahan kimia, pasien paling
kimia dinilai saat pemeriksaan banyak datang dengan waktu paparan
segmen anterior segera setelah pasien kurang dari 1 hari sebanyak 204
dilakukan penanganan irigasi pada mata (83,3%).
mata. Tabel 3 menunjukkan bahwa
persentase pasien dengan derajat Tabel 4. Derajat Keasaman dan Lama
trauma kimia paling parah Paparan Bahan Kimia
Kriteria Jumlah Persent-
diakibatkan oleh bahan alkali
(n=245 ase (%)
sebanyak 2%. mata)
Derajat keasaman pasien pH
yang terkena bahan kimia diperiksa Kurang dari 7 31 12,6
Sama dengan 7 96 39,2
menggunakan kertas Power of Lebih dari 7 118 48,2
Hydrogen (pH) sebelum dilakukan Lama Paparan
tindakan irigasi untuk menentukan < 1 hari 204 83,3
1-7 hari 35 14,3
jumlah cairan dan lama waktu yang
> 7 hari 6 2,4
akan diberikan untuk irigasi hingga
pH akan mencapai nilai normal. Pemeriksaan tajam penglihatan pada
Waktu paparan dan banyaknya pasien trauma kimia dilakukan
paparan berpengaruh terhadap setelah tindakan irigasi selesai dan
derajat keasaman pasien, semakin dipastikan derajat keasaman
lama dan banyak paparan bahan mencapai nilai normal. Keberhasilan
kimia akan membuat derajat terapi yang diberikan terhadap pasien
keasaman semakin berat. Tabel 4 trauma kimia pada mata dapat dilihat
menunjukkan derajat keasaman dari tajam penglihatan dan
paling banyak adalah lebih dari 7 pemeriksaan segmen anterior pada
sebanyak 118 mata (48,2%). Tabel 4 saat pasien kontrol. Segmen anterior
5

Tabel 5. Visus Sebelum dan Setelah Terapi


Kriteria Asam Alkali Tidak Jumlah Perse-
Spesifik (n=245 ntase
mata) (%)
Visus sebelum terapi
≥6/9 29 68 9 106 43,4
6/18-6/9 14 42 11 67 27,3
6/60-6/18 7 20 3 30 12,2
3/60-6/60 2 8 4 14 5,7
1/60-3/60 0 0 1 1 0,4
LP-1/60 1 11 1 13 5,3
NLP 0 0 0 0 0
Fix follow the object 2 8 2 12 4,9
Sulit dinilai 0 0 2 2 0,8
Visus setelah terapi
≥6/9 39 96 13 148 60,4
6/18-6/9 12 34 12 58 23,7
6/60-6/18 2 6 2 10 4,1
3/60-6/60 0 2 1 3 1,2
1/60-3/60 0 0 1 1 0,4
LP-1/60 0 11 0 11 4,5
NLP 0 0 0 0 0
Fix follow the object 2 8 2 12 4,9
Sulit dinilai 0 0 2 2 0,8
LP : light perception; NLP: no light perception

dilakukan pemeriksaan untuk melihat Tatalaksana AMT dapat dilakukan


perbaikan dari komplikasi setelah untuk mempercepat terjadinya
dilakukan terapi. Tabel 5 reepitelisasi dengan cara menekan
menunjukkan visus dasar pasien saat reaksi inflamasi dan reaksi sikatrisasi.
pertama kali datang dan saat kontrol Tabel 6 memperlihatkan karakteristik
terakhir pasien. Visus dasar pasien dari pasien trauma kimia yang terjadi
saat pertama kali datang paling berat komplikasi. Sebagian besar kasus
adalah LP-1/60 sebanyak 13 mata trauma kimia berat terjadi akibat
(5,3%) dan visus normal memiliki bahan kimia alkali natrium
jumlah paling banyak yaitu 106 mata hidroksida dan saat datang ke PMN
(43,4%). Visus dasar pasien saat RS Mata Cicendo dengan limbal
kontrol paling berat adalah LP-1/60 iskemik lebih dari 50%. Pada studi
sebanyak 11 mata (4,5%). ini 9 pasien dilakukan tindakan AMT
Komplikasi pada pasien trauma dengan 4 pasien memiliki derajat
kimia perlu dilihat baik pada saat keparahan trauma kimia RH grade
pertama kali datang maupun saat IV. Terdapat 2 pasien dengan tajam
kontrol untuk pertimbangan penglihatan sulit dinilai akibat
tatalaksana selanjutnya pada pasien. kesulitan untuk membuka mata dan
Glaukoma sekunder, LSCD, kurang kooperatif untuk dilakukan
simblefaron, ulkus kornea dan pemeriksaan tajam penglihatan.
entropion merupakan salah satu
komplikasi yang dapat terjadi.
6

Tabel 6. Karakteristik Pasien Trauma Kimia Berat dengan Komplikasi


Komplikasi Usia Jenis Trauma RH Visus Tatalaksana Visus
Kelamin Kimia Awal Akhir
34 L Basa/ III CFFC Medikamentosa, CFFC
Natrium AMT
Hidroksida
LSCD
25 L Basa/ III 0,08 Medikamentosa 0,2
Pembersih
Lantai
36 P Basa/ IV CFFC Medikamentosa, 1/300
Pembersih AMT
Lantai
31 L Basa/ III 0,16 Medikamentosa, 1/60
LSCD,
Natrium Debridement,
Kekeruhan
Hidroksida AMT
Kornea,
47 L Basa/ III 0,125 Medikamentosa, CFFC
Glaukoma
Natrium AMT
Sekunder
Hidroksida
38 L Basa/ III 0,125 Medikamentosa 0,125
Natrium
Hidroksida
56 L Basa/ IV 0,08 Medikamentosa, 1/300
Natrium AMT,
Hidroksida Simblefarektomi
26 L Basa/ IV CFFC Medikamentosa, 1/300
LSCD,
Kalsium AMT,
Kekeruhan
Oksida Simblefarektomi
Kornea,
2 L tidak IV Sulit Medikamentosa, Sulit
Glaukoma
spesifik/ dinilai Simblefarektomi dinilai
Sekunder,
Pencampur
Simblefaron
Semen
46 L Basa/ IV Sulit Medikamentosa, Sulit
Chlorexidin dinilai AMT, dinilai
Simblefarektomi
LSCD, 54 L Basa/Tetes III 0,16 Medikamentosa 0,5
Edema Herbal
Kornea
LSCD, 69 L Basa/Air III 1/300 Medikamentosa, LP
Kornea Alkali AMT
Perforasi
LSCD, 34 L Basa/ III 0,2 Medikamentosa, 0,32
Kekeruhan Pembersih Epilasi,
Kornea, Lantai Simblefarektomi
Simblefaron,
Entropion
20 L Basa/Tetes III 0,125 Medikamentosa, 0,5
LSCD,
Herbal Debridement,
Entropion
AMT
LSCD 32 L Asam/ III 0,4 Medikamentosa, 0,63
Konjungtival Albothyl Serum Autologus
isasi
L: laki-laki; P: perempuan; RH: roper-hall; CFFC: close to face fingers counting; AMT: amnion membran
transplantation; LP: light perception
7

DISKUSI ini disebutkan karena laki-laki


Trauma kimia pada mata dengan usia produktif lebih banyak
merupakan salah satu bekerja dibandingkan dengan
kegawatdaruratan yang memerlukan perempuan, sehingga angka kejadian
tindakan segera. Trauma kimia pada trauma kimia pada usia produktif
mata disebabkan oleh kontak dengan dan laki-laki lebih banyak.6-11
bahan-bahan kimia umumnya berupa Sebanyak 82,8% pasien
bahan-bahan industri, bahan mengalami trauma kimia unilateral,
bangunan, dan bahan rumah tangga. dan 17,2% bilateral. Penelitian oleh
Hasil penelitian mengenai trauma Ghosh juga mengatakan sebanyak
kimia pada mata di berbagai negara 87,8% adalah unilateral dan 12,3%
bervariasi berdasarkan literatur.8-11 bilateral. Pada penelitian ini
Penelitian retrospektif ini dikatakan sebagian besar kejadian
menggambarkan jumlah kasus trauma kimia di tempat kerja 49,3%.
trauma kimia pada mata di PMN RS Penelitian oleh Melanie juga
Mata Cicendo Bandung periode mengatakan bahwa 70% kejadian
Januari 2015 – Desember 2019. trauma kimia terjadi di tempat kerja.
Sebagian besar kasus trauma kimia Hal ini dapat terjadi karena alat
pada mata adalah laki-laki (81,3%). pelindung mata di tempat kerja
Data tersebut sesuai dengan masih jarang dipakai walaupun sudah
penelitian yang dilakukan oleh disediakan oleh tempat kerja
Ghosh tahun 2019 di rumah sakit pasien.6,11
Royal Victoria 59 dari 98 pasien Bahan kimia penyebab paling
trauma kimia berjenis kelamin laki- banyak untuk kasus trauma kimia
laki. Hal serupa juga terdapat pada pada penelitian ini adalah bahan
penelitian yang dilakukan oleh kimia alkali 67,7% dengan Natrium
Ashish di rumah sakit Berhampur hidroksida menjadi penyebab
Odisha, 83,3% pasien trauma kimia terbanyak 24,4%. Penelitian oleh
pada mata yang datang merupakan Ashish juga dikatakan penyebab
laki-laki. Rentang usia paling banyak trauma kimia paling banyak adalah
terkena trauma kimia mata pada bahan kimia alkali. Hal serupa juga
penelitian ini adalah usia dewasa dikatakan pada penelitian Melanie,
(26-45 tahun), dengan rerata 35,25 bahwa 2/3 kasus trauma kimia
tahun. Penelitian ini sesuai dengan disebabkan oleh bahan kimia basa.
penelitian yang dilakukan oleh Hal ini disebabkan oleh banyaknya
Melanie di rumah sakit mata western kasus trauma kimia yang terjadi di
tahun 2018, dikatakan usia kerja lingkungan industri yang
produktif (20-40 tahun) paling menggunakan bahan-bahan kimia
banyak terkena trauma kimia pada basa untuk pembuatan
mata. Penelitian serupa juga produknya. 1,8,11

dilakukan oleh Alireza pada tahun Kerusakan yang ditimbulkan


2017, bahwa usia 20-40 paling sering saat terjadi trauma kimia dipengaruhi
terkena trauma kimia pada mata. Hal oleh beberapa hal yaitu toksisitas
8

dari bahan kimia, lama paparan kerusakan dengan mendenaturasi dan


waktu bahan kimia, dan luas mengendapkan protein dalam
permukaan mata yang terpapar bahan jaringan yang terkena paparan,
kimia. Penelitian ini sebagian besar proses koagulasi protein ini akan
pasien trauma kimia datang dengan menghambat penetrasi bahan kimia
waktu kurang dari 1 hari sebanyak lebih dalam untuk menyebabkan
83,3%. Ghosh juga mengatakan kerusakan lebih berat.1,3,10
80,6% pasien trauma kimia mata Trauma kimia pada mata dapat
datang pada hari yang sama dengan menyebabkn penurunan tajam
waktu terkena trauma kimia, hal ini penglihatan karena terjadinya defek
disebabkan tingkat kewaspadaan epitel ataupun reaksi inflamasi, pada
pasien mengenai kegawatdaruratan kasus trauma kimia berat dapat
mata akibat trauma kimia sangat menyebabkan terjadinya LSCD.
tinggi sehingga segera datang pada Tajam penglihatan pasien pada saat
hari yang sama saat terjadi trauma datang pada penelitian ini paling
kimia agar tidak terjadi banyak adalah ≥6/9 sebanyak 106
perburukan. 2,6
pasien (43,4%). Berbeda dengan
Toksisitas suatu bahan kimia penelitian oleh Ashish, tajam
dapat berpengaruh terhadap derajat penglihatan pasien saat datang paling
keparahan trauma kimia pada mata, banyak adalah 6/18-6/9 sebanyak
pada penelitian ini terdapat pasien 39,58%. Hal ini dapat diakibatkan
dengan derajat keparahan RH grade karena pengetahuan pasien ataupun
IV pada pasien trauma kimia alkali masyarakat mengenai penanganan
sebanyak 5 pasien. Medi et al juga awal untuk dilakukan irigasi saat
mengatakan bahwa pasien dengan terjadi trauma kimia mata sudah baik,
trauma kimia alkali memiliki potensi sehingga paparan zat kimia pada
menyebabkan kebutaan mata tidak terlalu lama dan
dibandingkan dengan bahan kimia banyak.8,12,13
asam, hal ini disebabkan karena pada Komplikasi terbanyak pada
bahan kimia alkali bersifat lipofilik penelitian ini adalah glaukoma
sehingga dapat menembus jaringan sekunder (8%) dan LSCD (7,1%).
mata lebih dalam. Bahan kimia alkali Medi et al mengatakan glaukoma
dengan pH diatas 11 akan sekunder dapat terjadi pada pasien
mensaponifikasi asam lemak pada trauma kimia mata akibat terjadinya
membran sel, menembus stroma kerusakan fibrotik pada trabecular
kornea dan menghancurkan substansi meshwork sehingga sel-sel inflamasi
proteoglikan, jaringan yang rusak akan terperangkap dan menyebabkan
akan mengeluarkan enzim proteolitik terhambatnya aliran akuous humor
yang dapat menyebabkan kerusakan ke Schlemm canal. LSCD akibat
lebih parah hingga struktur trauma kimia dapat terjadi akibat
intraokular seperti anyaman terjadinya kontak antara sel punca
trabekular, badan siliar dan lensa. dengan kimia iritan ataupun korosif
Bahan kimia asam menyebabkan sehingga menyebabkan gangguan
9

homeostatis antara migrasi epitel LSCD, glaukoma sekunder dan


perifer ke sentral dengan dekuamasi simblefaron dapat terjadi sebagai
epitel kornea dan akan menyebabkan komplikasi dari kasus trauma kimia
vaskularisasi, hilangnya kejernihan alkali terutama yang mengandung
permukaan kornea, gangguan amonia. Tindakan irigasi harus
pembentukan dan defek persisten diberikan secepatnya dari waktu
epitel kornea. Peneliatian yang terpapar bahan kimia sebagai
dilakukan oleh Ghosh mengatakan penanganan awal.
LSCD dapat segera terjadi akibat
bahan kimia alkali yang mengandung DAFTAR PUSTAKA
ammonia. Pada penelitian ini 1. Alan H. Epidemiology of Ocular
didapatkan bahan kimia yang Chemical Burn Injuries. Dalam: N.
mengandung ammonia adalah Scharge, F Burgher, editor.
natrium hidroksida dan 8 dari 15 Chemical Ocular Burns: new
kasus penyebab terjadinya LSCD understanding and treatments.
adalah natrium hidroksida. Tindakan 2011. hlm. 11-4.
AMT yang dilakukan pada pasien di 2. Wagoner MD, Kenyon KR.
studi ini dikarenakan dalam lima hari Chemical injuries, clinical course
setelah onset trauma kimia tingkat II- and management. Dalam : Kuhn F,
III dapat mempercepat penyembuhan Pieramici DJ. Ocular Trauma:
epitel, menurunkan opaksifitas principles and practice. Section 4.
kornea dan LSCD dibandingkan Thieme. New York. 2010: 302-59
dengan AMT yang dilakukan setelah 3. Bowling B. Trauma, Chemical
hari ke lima paska trauma.6,10,12-14 Injuries. Kanski’s Clinical
Limitasi dari studi ini adalah Ophthalmology. United State of
durasi follow up yang pendek. America: Elsevier; 2016: 881-6.
Penelitian lebih lanjut dibutuhkan 4. Ehlers JP, Shah CP. Trauma.
untuk menganalisis komplikasi dan Dalam: Friedberg MA, Rapuano
keberhasilan terapi dalam jangka CJ, Editor. The Will’s Eye
panjang, kemungkinan dibutuhkan Manual, office and emergency
tindakan tambahan untuk hasil yang room diagnosis and treatment of
lebih baik dan dibutuhkan grading eye disease. Edisi ke-7.
menggunakan klasifikasi Dua untuk Philadelphia: Lippincott William
dapat menilai prognosis pasien and Wilkins. 2016. hlm. 12-7.
terutama pasien dengan RH grade III 5. Pfister RR. Chemical Injury of the
dan IV. eye. Dalam : Brightbill FS,
McDonell PJ, McGhee C, Farjo
KESIMPULAN AA, editor. Corneal surgery
Hasil penelitian ini theory, technique and tissue. Edisi
menunjukkan bahwa trauma kimia ke 4. China. Mosby. 2009. hlm.
pada pasien laki-laki usia produktif 605-15
lebih sering terjadi kasus trauma 6. Ghosh S, Borja SC, Kotagiri A.
kimia pada mata di tempat kerja. Acute Chemical Eye Injury and
10

Limbal Stem Cell Deficiency-A


Prospective Study in the United
Kingdom.2019. hlm. 8-12.
7. Alireza BR, Medi E, Zeeshan H.
Current and Upcoming Therapies
for Ocular Surface Chemical
Injuries. 2018. hlm. 1-5
8. Ahish B. Incidence and
Management of Chemical Injuries
of Eye in A Tertiary Care Center
in Southern Belt of Odisha India.
2018. hlm. 1-12
9. Schrage N. Rinsing Therapy of
Eye Burns. Dalam: N. Scharge, F
Burgher, editor. Chemical Ocular
Burns: new understanding and
treatments. 2011. hlm. 77-91
10. Medi E. The Ocular Surface
Chemical Burns. 2017. hlm 1-5;
22-30.
11. Melanie C, Mukhthar B.
Chemical Injuries of the Ocular
Surface.2018:1-2.
12. Charles L, Barry L. Limbal Stem
Cell Deficiency. Dalam: Agarwal
A, John T, editor. Mastering
Corneal Surgery: Recent
Advances and Current Techniques.
Thorofare: Slack Incorporated;
2015. hlm. 159-65.
13. Le Q, Xu J, Deng SX. The
diagnosis of limbal stem cell
deficiency. Ocul Surf.
2018;16:58-69.
14. Agarwal A, Jacob S, Agarwal A.
Amniotic membrane
transplantation. Dalam: Agarwal
A, John T, editor. Mastering
Corneal Surgery: Recent
Advances and Current Techniques.
Thorofare: Slack Incorporated;
2015. hlm. 181-93.

You might also like