Professional Documents
Culture Documents
Agroindustrial Technology Journal
Agroindustrial Technology Journal
Agroindustrial Technology Journal
DOl http://dx.doi.org/10.21111/atj.v4i1.4093
Analysis Factors Of Liquid Waste Treatment On Liquid Waste Processing Unit Sugar Industrial
(Case Study PG XYZ)
ARTICLE INFO : Diterima 13 April 2020, Diperbaiki 4 Mei 2020, Disetujui 5 Mei 2020
ABSTRACT
The Liquid waste sugar industry can cause pollution in the waters due to contamination,
deoxygenation by pollutants and strong odors caused by biodegradation of waste in the form of hydrogen
sulfide gas. Liquid sugar industry wastes can increase the levels of BOD (Biological Oxygen Demand), COD
(Chemical Oxygen Demand), and TSS (Total Suspended Solid) in the waters so that handling of these wastes
is needed. The purpose of this study is to determine the factors that influence each stage of the waste
treatment process so that wastewater treatment can run effectively and efficiently. The results showed that
the factors that could influence the purification of liquid waste were pH, temperature, discharge of
wastewater, and active sludge content. The pH value of inlet of wastewater that can be tolerated is between
7-9 with a maximum temperature of 40ºC with a debitt of wastewater in the aeration pond a maximum of 120
m3 / hour and a condition of active sludge volume of 30-40%..
Key Words : liquid waste, sugar industry, IPAL
ABSTRAK
Limbah cair industri gula dapat mengakibatkan polusi di perairan karena kontaminasi,
deoksigenisasi oleh polutan dan bau menyengat yang diakibatkan oleh biodegradasi limbah dalam bentuk
gas hidrogen sulfida. Limbah cair pada industri gula mampu meningkatkan kadar BOD (Biological Oxygen
Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), serta TSS (Total Suspended Solid) di perairan sehingga
diperlukan penanganan terhadap limbah tersebut. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui faktor faktor yang
berpengaruh pada masing-masing tahap proses pengolahan limbah cair berjalan secara efektif dan efisien.
Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penjernihan limbah cair yaitu pH,
suhu, debit air limbah, dan kandungan lumpur aktif. Nilai pH inlet air limbah yang dapat ditolerir yaitu
antara 7-9 dengan suhu maksimal 40ºC dengan debitt air limbah pada kolam aerasi maksimal 120 m3/jam
dan kondisi volume lumpur aktif sebesar 30-40%.
Pembibitan Bakteri
Pembibitan bakteri merupakan
langkah awal pada pengolahan limbah cair
dengan sistem biologi yang sering disebut
dengan istilah seeding. Pembibitan bakteri
dilakukan di dalam kolam stabilisasi 1
minimal 2-3 minggu sebelum musim giling
tebu. Bakteri yang digunakan dalam
pengolahan limbah cair PG. XYZ yaitu
jenis INOLA-221. INOLA-221 merupakan
bibit mikroorganisme yang mampu
mereduksi polutan organik secara cepat.
Gambar 1 Diagram Alir Proses
INOLA-221 dapat bertahan pada pH 7-9.
Pengolahan Limbah Cair di
INOLA-221 mengandung beberapa bakteri
PG. XYZ
seperti Bacillus sp., Pseudomonas sp.,
Unit Pengolahan limbah cair PG.
Nitrosomonas sp., Aerobacter sp.,
XYZ memiliki kapasitas pengolahan
Azotosomonas sp., Azotobacter sp., dan
maksimal 120 m3/jam. Luas kolam telah
Saccharomyces sp., yang memiliki peran
disesuaikan dengan waktu tinggal atau
spesifik dalam menurunkan kandungan
waktu tunggu pada setiap proses, sehingga
bahan organik pada limbah cair industri
proses pengolahan limbah cair dapat
gula (Oktavia, 2012).
berjalan secara efektif dan efisien. Limbah
Proses awal pembiakan bakteri
cair yang diolah pada Unit Pengolahan
dilakukan dengan mengisi kolam
Limbah Cair (UPLC) berasal dari air
stabilisasi 1 dengan air bersih sampai
proses seperti air injeksi kondensor, air
volume 60 m3 dan mengaktifkan sistem
pencucian evaporator dan pencucian alat
aerasi pada kolam tersebut. Sebagai nutrisi
pemasak nira yang disalurkan melewati
ditambahkan gula sebanyak 100 kg dan
saluran tertutup dan masuk ke dalam bak
urea sebanyak 18 kg. Berikutnya dilakukan
tampung inlet. Air limbah akan melewati
pembibitan bakteri jenis INOLA-221
beberapa proses seperti tahap screening
sebanyak 15 kg dengan kondisi fisik air
(penyaringan), equalisasi, aerasi,
pada awal pembibitan yaitu pH 5 dan di
sedimentasi (jika diperlukan) dan clarifier
aerasi selama 48 jam. Setelah itu,
(pengendapan) untuk selanjutnya dialirkan
dilakukan pengisian kolam stabilisasi 2
melalui pintu outlet menuju sungai.
dengan volume 35 m3 dan bibit bakteri
Agroindustrial Technology Journal 04 (01) (2020) 1-15 5
DOl http://dx.doi.org/10.21111/atj.v4i1.4093
9 37
Suhu (ºC)
8,5 36
pH 35
8
34
7,5 33
19-Sep
21-Sep
23-Sep
25-Sep
27-Sep
29-Sep
01-Okt
03-Okt
05-Okt
07-Okt
09-Okt
11-Okt
13-Okt
15-Okt
17-Okt
7
01-Okt
03-Okt
05-Okt
07-Okt
09-Okt
11-Okt
13-Okt
15-Okt
17-Okt
21-Sep
19-Sep
23-Sep
25-Sep
27-Sep
29-Sep
Waktu Pengujian (hari)
Waktu Pengujian (hari)
8 32
Suhu (ºC)
7,8 31
pH 7,6
7,4 30
7,2 29
01-Okt
03-Okt
05-Okt
07-Okt
09-Okt
11-Okt
13-Okt
15-Okt
17-Okt
23-Sep
19-Sep
21-Sep
25-Sep
27-Sep
29-Sep
7
27-Sep
19-Sep
21-Sep
23-Sep
25-Sep
29-Sep
01-Okt
03-Okt
05-Okt
07-Okt
09-Okt
11-Okt
13-Okt
15-Okt
17-Okt
Waktu Pengujian (hari) Waktu Pengujian (hari)
Gambar 5 Hasil Pengujian nilai pH pada Gambar 6 Pengujian suhu pada kolam
kolam Aerasi Aerasi
Penurunan nilai derajat keasaman Berdasarkan hasil di atas, nilai suhu
(pH) pada pengolahan air limbah industri pada proses aerasi mengalami penurunan
gula dipengaruhi oleh beberapa faktor berkisar antara 30 sampai 31ºC dari nilai
yang meliputi aktivitas mikroorganisme, awal sebesar 36ºC. Hasil penurunan suhu
meningkatnya kadar oksigen terlarut (DO) pada proses ini berbanding terbalik dengan
dan lingkungan. Kondisi pH netral pada penelitian yang menyatakan bahwa suhu
proses pengolahan dengan menggunakan air limbah akan meningkat seiring
metode biologi (menggunakan bakteri) berlangsungnya proses aerasi. Peningkatan
dipengaruhi oleh penambahan nutrisi suhu ini terjadi karena kadar oksigen
berupa urea yang mengandung kandungan terlarut yang semakin tinggi (Batara et al.,
N (Nitrogen). Dalam proses intermediate 2017). Perbedaan nilai suhu pada
kandungan N akan menghasilkan NH3 penelitian disebabkan oleh pengaruh udara
yang terikat oleh molekul air (H2O) dan angin disekitar proses pengolahan
sehingga menjadi NH4OH. Senyawa limbah.
NH4OH yang dihasilkan dapat menetralisir Clarifier (Pengendapan)
pengaruh asam. Pengujian suhu air limbah Pada tahap ini air limbah akan
pada kolam aerasi juga terjadi penurunan. mengalir melalui pipa vertikal yang
Hasil pengujian suhu dapat dilihat pada terdapat pada tangki clarifier. Tujuan dari
Gambar 6. proses ini yaitu untuk memisahkan
sejumlah partikel-partikel halus
(suspended solid) yang terdapat pada air
limbah. Pemisahan partikel-partikel halus
dilakukan menggunakan prinsip gravitasi,
karena dalam pengolahan menggunakan
sistem biologi, mikroorganisme akan
tumbuh secara koloni membentuk flok atau
Agroindustrial Technology Journal 04 (01) (2020) 1-15 9
DOl http://dx.doi.org/10.21111/atj.v4i1.4093
Suhu (ºC)
mengendap (Ratnani, 2012). Air limbah 30
29
yang telah jernih akan mengalir melalui
28
bagian samping tangki clarifier dan
19-Sep
21-Sep
23-Sep
25-Sep
27-Sep
29-Sep
01-Okt
03-Okt
05-Okt
07-Okt
09-Okt
11-Okt
13-Okt
15-Okt
17-Okt
dialirkan ke outlet UPLC dengan sistem Waktu Pengujian (hari)
overflow menuju sungai. Dalam
meningkatkan efektifitas pengolahan Gambar 8 Pengujian suhu pada pintu
pada tangki clarifier telah mencapai 50%, Berdasarkan hasil pengujian suhu
maka akan dipompa menuju bak pada pintu outlet menunjukkan penurunan
sedimentasi. Pengujian pH dan suhu juga nilai suhu yaitu berkisar antara 29 sampai
dilakukan pada pintu outlet setiap 2 jam 30ºC. Hasil tersebut menunjukkan nilai
sekali. Hasil pengujian nilai pH dapat yang konstan dalam setiap pengujian.
8
pengaruh udara dan angin disekitar proses
7,8
7,6
pengolahan limbah.
pH
7,4
7,2
Pengujian nilai COD dilakukan
7
pada pintu outlet dengan hasil akhir nilai
13-Okt
27-Sep
01-Okt
03-Okt
05-Okt
07-Okt
09-Okt
11-Okt
15-Okt
17-Okt
19-Sep
21-Sep
23-Sep
25-Sep
29-Sep
75
Gambar 7. Pengujian pH pada pintu outlet 50
25
0
01-Okt
03-Okt
05-Okt
07-Okt
09-Okt
11-Okt
13-Okt
15-Okt
17-Okt
29-Sep
19-Sep
21-Sep
23-Sep
25-Sep
27-Sep
Penurunan juga terjadi pada parameter Hasil pengukuran nilai COD pada
suhu yang dapat dilihat pada Gambar 8. bak outlet diperoleh nilai COD mengalami
penurunan yang jauh lebih kecil yaitu
berkisar antara 32 sampai 80 mg/L.
Penurunan nilai COD dipengaruhi oleh
peningkatan jumlah oksigen terlarut
Agroindustrial Technology Journal 04 (01) (2020) 1-15 10
DOl http://dx.doi.org/10.21111/atj.v4i1.4093
COD (mg/L)
adanya aktifitas mikroorganisme dalam 8
60
pH
7,5
mendegradasi senyawa organik (Fitri et al., 40
7
6,5 20
n.d.). Nilai COD outlet hasil pengujian air
6 0
01-Okt
03-Okt
05-Okt
07-Okt
09-Okt
11-Okt
13-Okt
15-Okt
17-Okt
21-Sep
19-Sep
23-Sep
25-Sep
27-Sep
29-Sep
limbah telah memenuhi syarat untuk
dibuang ke badan air sesuai dengan SK Waktu Pengujian (hari)
bervariasi, pH memiliki nilai yang relatif Hasil pengukuran suhu selama satu
konstan dalam setiap pengujian. Sehingga bulan pada masing-masing tahapan proses
dari hasil tersebut menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa pada kolam equalisasi
terdapat faktor lain yang dapat nilai suhu air limbah berkisar antara 34
mempengaruhi efektifitas penurunan nilai sampai 36ºC. Nilai suhu yang tinggi pada
COD diantaranya meliputi debit air dan kolam equalisasi dipengaruhi oleh
volume lumpur aktif serta kinerja dari penggunaan mesin pabrik terutama mesin
IPAL (Hasanudin & Suroso, 2013). pencucian dan intensitas sinar matahari
Pengaruh Suhu terhadap Penjernihan yang masuk ke badan air (Marlina et al.,
Limbah Cair 2017). Pada proses aerasi nilai suhu air
Pengujian temperatur dilakukan limbah mengalami penurunan menjadi 30
pada masing-masing tahapan proses yaitu sampai 31ºC. Dengan nilai suhu yang
pada proses equalisasi, bak inlet dan aerasi mengalami penurunan dan memiliki nilai
serta bak outlet yang bertujuan untuk yang relatif sama pada setiap pengujian,
mengetahui pengaruh pada masing-masing berbeda dengan hasil COD yang
tahapan proses dan memastikan bahwa air dihasilkan. Hasil COD akhir pada proses
limbah dapat diproses ke tahap berikutnya. pengolahan limbah memiliki nilai yang
Hasil pengujian suhu pada tanggal 19 sangat bervariasi.
September sampai 18 Oktober 2019 (30 Adanya penurunan suhu pada
hari) yang dibandingkan dengan nilai COD proses aerasi juga berbanding terbalik
akhir pada bak outlet dapat dilihat pada dengan penelitian (Batara et al., 2017)
Gambar 11. yang menyatakan bahwa hasil pengujian
37 90 suhu terhadap masing-masing variasi debit
80
35
70 dan waktu aerasi menunjukkan adanya
COD (mg/L)
Suhu (ºC)
33 60
50
31
40 kenaikan suhu pada air limbah. Pada
29 30
27
20
10
variasi debit 4 liter/menit pada pengujian
25 0
ke-1 dengan waktu 0 menit menunjukkan
04-Okt
01-Okt
02-Okt
03-Okt
05-Okt
06-Okt
07-Okt
08-Okt
09-Okt
10-Okt
11-Okt
12-Okt
13-Okt
14-Okt
15-Okt
16-Okt
17-Okt
18-Okt
28-Sep
19-Sep
20-Sep
21-Sep
22-Sep
23-Sep
24-Sep
25-Sep
26-Sep
27-Sep
29-Sep
30-Sep
menjadi 28,4ºC dan pada pengujian ke-5 Pengujian kadar COD pada bak
dengan waktu 60 menit nilai suhu outlet UPLC dilakukan untuk memastikan
mengalami kenaikan menjadi 28,6ºC. bahwa limbah yang dibuang ke lingkungan
Kenaikan suhu semakin meningkat seiring telah sesuai dengan baku mutu yang telah
dengan kenaikan kadar oksigen, karena ditetapkan yaitu sesuai dengan keputusan
suhu dalam air dipengaruhi oleh tingkat Gub Jatim No. 52 Tahun 2014 tentang
difusi, tegangan permukaan dan kekentalan baku mutu air limbah bagi industri gula
air. Kemampuan difusi oksigen akan dengan kapasitas antara 2500 sampai
meningkat dengan kenaikan suhu. dengan 10.000 ton/hari. Hasil penurunan
Sedangkan tegangan permukaan dan nilai COD yang telah melalui beberapa
kekentalan menurun seiring dengan tahapan proses dapat dilihat pada Gambar
kenaikan suhu. Perbedaan nilai suhu pada 12.
penelitian ini dapat disebabkan oleh 2500
Penurunan Nilai COD (mg/L)
01-Okt
03-Okt
05-Okt
07-Okt
09-Okt
11-Okt
13-Okt
15-Okt
17-Okt
19-Sep
21-Sep
23-Sep
25-Sep
27-Sep
29-Sep
Nilai COD menunjukkan jumlah
Waktu Pengujian (hari)
total oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan organik secara kimia Gambar 12 Penurunan nilai COD
menjadi CO2 dan H2O. Nilai COD Hasil penurunan nilai COD sangat
mencerminkan kandungan bahan organik fluktuatif pada setiap pengujian.
air limbah termasuk bahan organik yang Penurunan paling tinggi terjadi pada
tidak dapat diuraikan secara biologi. Bila pengujian hari ke-12 dengan nilai COD
nilai COD rendah maka pencemaran akhir pada bak outlet sebesar 64 mg/L dari
tersebut rendah. Pengujian nilai COD nilai awal sebesar 2000 mg/L. Penurunan
hanya dilakukan pada bak inlet dan outlet nilai COD menunjukkan banyaknya
UPLC. Pengujian pada bak inlet bertujuan konsentrasi bahan organik yang mampu
untuk memastikan bahwa sebelum masuk didegradasi oleh bakteri. Menurut
kolam aerasi kadar COD maksimal yaitu penelitian (Danil et al., 2017) yang
4000 mg/L. Jika melebihi batas yang telah menyatakan bahwa pada kontrol suhu
ditetapkan maka akan dilakukan penurunan sebesar 55ºC dan nilai pH 5,5 didapatkan
kadar COD dengan menambahkan air hasil COD sebesar 1.602,7600 mg/L. Hasil
bersih pada kolam equalisasi.
Agroindustrial Technology Journal 04 (01) (2020) 1-15 13
DOl http://dx.doi.org/10.21111/atj.v4i1.4093
tersebut menunjukkan kondisi kontrol suhu masing tahapan proses. Warna air limbah
dan pH memiliki efektifitas penurunan disebabkan adanya kandungan bahan
COD yang lebih tinggi dibandingkan tanpa organik yang terkandung didalamnya. Bila
menggunakan kontrol. Kondisi kontrol warna berubah menjadi hitam maka hal itu
suhu dan pH dapat menurunkan kadar menunjukkan telah terjadi pencemaran.
polutan dan dapat mengendapkan senyawa Adapun hasil pengujian warna dapat
yang teroksidasi dalam COD. dilihat pada Tabel 1.
Dalam meningkatkan efektifitas Tabel 1 Perubahan warna air limbah pada
pengolahan limbah cair, PG. XYZ telah setiap tahapan proses
mengontrol kondisi suhu dan pH air Proses Warna
Screening Coklat kehitaman
limbah sebelum masuk ke kolam aerasi
Equalisasi Coklat kehitaman
yaitu <40ºC dan pH antara 7-9. Hal ini Aerasi 1 Coklat
Aerasi 2 Coklat
berhubungan dengan proses aerasi yang
Aerasi 3 Coklat
menggunakan jenis bakteri INOLA-221. Aerasi 4 Coklat
Clarifier Agak Jernih
Bakteri ini merupakan kumpulan bakteri
Bak Outlet Jernih
gram negatif, berbentuk batang, dan jenis
Sumber : Analisis Lapangan (2019)
heterotrof yang mengonsumsi bahan
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa
organik sebagai sumber karbon. Bakteri
pada proses screening, air limbah yang
INOLA-221 hidup spesifik pada suhu 29-
masuk berwarna coklat kehitaman karena
32ºC dan pH netral (Oktavia, 2012).
pada tahap ini merupakan tahapan primer
Faktor lain yang dapat
untuk memisahkan material padat seperti
mempengaruhi efesiensi penurunan nilai
daun, ranting pohon, kayu dan plastik
COD yaitu debit air dan kandungan bahan
sehingga air limbah masih mengandung
organik yang terkandung dalam air limbah.
padatan terlarut maupun bahan organik
Selain itu, penurunan efisiensi nilai COD
lain yang cukup tinggi. Pada proses
juga dipengaruhi oleh waktu tinggal air
equalisasi air limbah masih berwarna
limbah pada setiap proses, semakin pendek
coklat kehitaman karena proses ini hanya
waktu tinggal maka efisiensi penyisihan
digunakan untuk menstabilkan air limbah
COD semakin turun (Said 2002).
sebelum masuk ke kolam aerasi.
Pengaruh Warna terhadap Penjernihan
Pada kolam aerasi 1, 2, 3, dan 4 air
Limbah Cair
limbah berubah warna menjadi coklat.
Pada penelitian ini, warna air limbah
Warna coklat pada air limbah disebabkan
diamati secara langsung di lapangan.
karena adanya lumpur aktif (activated
Perbedaan warna terjadi pada masing-
Agroindustrial Technology Journal 04 (01) (2020) 1-15 14
DOl http://dx.doi.org/10.21111/atj.v4i1.4093
Danil, R., Kirom, M. R., & Qurtobi, A. Teknologi Lingkungan, 9(2), 122–
(2017). Analisis Pengaruh Suhu Dan 133.
Ph Terhadap Penurunan Kadar Ningtyas, R. (2015). Pengolahan Air
Chemical Oxygen Demand Dalam Limbah dengan Proses Lumpur Aktif.
Sistem Temperature Phased Jurusan Teknik Kimia, Institut
Anaerobic Digestion Dengan Substrat Teknologi Bandung, Indonesia.
Limbah Makanan. EProceedings of Oktavia, L. (2012). Pengolahan Limbah
Engineering, 4(2). Cair Pabrik Gula Menggunakan
Fitri, H. M., Hadiwidodo, M., & Kholiq, Kolam Aerasi Dengan Penambahan
M. A. (n.d.). Penurunan Kadar Cod, Inola-121. Jurnal Purifikasi, 13(1), 9–
Bod, Dan Tss Pada Limbah Cair 16.
Industri MSG (Monosodium Ratnani, R. D. (2012). Kecepatan
Glutamat) Dengan Biofilter Anaerob Penyerapan Zat Organik Pada Limbah
Media Bio-ball. Diponegoro Cair Industri Tahu Dengan Lumpur
University. Aktif. Jurnal Ilmiah Momentum, 7(2).
Hasanudin, U., & Suroso, E. (2013). Said, N. I., & Utomo, K. (2007).
Kajian Efektifitas Penggunaan Pengolahan Air Limbah Domestik
Tanaman Eceng Gondok (Eichornia Dengan Proses Lumpur Aktif Yang
crassipes) Dalam Menurunkan Beban Diisi Dengan Media Bioball. Jurnal
Pencemar Air Limbah Industri Gula Air Indonesia, 3(2).
Tebu. Jurnal Teknologi & Industri Said, N. I. 2002. Teknologi Pengolahan
Hasil Pertanian, 18(2), 157–167. Limbah Cair Industri. Pusat
Isyuniarto, I., & Andrianto, A. (2009). Pengkajian dan Penerapan
Pengaruh Waktu Ozonisasi Terhadap Teknologi Lingkungan. ISBN :
Penurunan Kadar Bod, Cod, Tss Dan 979- 8465-38-5.
Fosfat Pada Limbah Cair Rumah
Sakit. GANENDRA Majalah IPTEK
Nuklir, 12(1).
Marlina, N., Hudori, H., & Hafidh, R.
(2017). Pengaruh Kekasaran Saluran
dan Suhu Air Sungai pada Parameter
Kualitas Air COD, TSS di Sungai
Winongo Menggunakan Software
QUAL2Kw. Jurnal Sains &