Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Prosiding Seminar Nasional Desain dan Arsitektur (SENADA)

Vol.2, Februari 2019

KAJIAN TOWNSCAPE KORIDOR KAWASAN PECINAN


Kampung Ketandan Yogyakarta
1) 2)
Gyvano Halim , dan Dyah Titisari Widyastuti
1)
Universitas Gadjah Mada
gyvanoh@gmail.com
2)
Universitas Gadjah Mada
dyahtitisariw@gmail.com

ABSTRACT
Indonesia has many diversity including acculturation of culture. One of them is
Chinese culture that has long existed in Indonesia. In Yogyakarta, Chinatown area
entered since the 1860s, where Ketandan village was the center of Chinese
settlements in Yogyakarta. Ketandan, which is located east of the Malioboro area is
one of the Chinese villages in Yogyakarta that has a strong identity and history.
This area has a distinctive historical, tradition/ cultural, social and architectural
value and has potential that can be developed.
Based on observations, the authors see that Ketandan village in Yogyakarta is only
crowded if there are certain events, so that on weekdays it seems quiet especially
in the village corridors. Over time, the character of Chinatown in Ketandan
increasingly faded and the lack of attributes and other Chinese components in
Ketandan. This study aims to examine the composition of the Kampung Ketandan
townscape through serial vision, place and content in Gordon Cullen's theory on
the Ketandan corridor. This study uses qualitative rationalistic methods and
observations based on theories that are used to assess the locus. The findings of
this writing can be a consideration to strengthen the character of the townscape
corridor, according to the character of the Chinatown space in Ketandan.
Keywords: Ketandan, Chinatown, Serial Vision, Townscape

ABSTRAK
Indonesia memiliki banyak keberagaman termasuk akulturasi budaya. Salah
satunya ialah kebudayaan Tionghoa yang telah lama ada di Indonesia. Di
Yogyakarta, kawasan Pecinan masuk sejak 1860-an, dimana kampung Ketandan
sebagai pusat permukiman orang Cina pada zaman Belanda. Ketandan yang
berlokasi di sebelah timur kawasan Malioboro ini merupakan salah satu kawasan
kampung Cina di Yogyakarta yang memiliki identitas dan sejarah yang kuat.
Kawasan ini memiliki nilai sejarah, tradisi/budaya, sosial dan Arsitektur yang khas
serta memiliki potensi yang dapat dikembangkan.
Berdasarkan pengamatan, penulis melihat bahwa kampung Ketandan di
Yogyakarta hanya ramai jika ada event-event tertentu, sehingga pada hari biasa
terkesan sepi terutama pada koridor kampung. Seiring berjalannya waktu, karakter
pecinan di Ketandan semakin pudar serta minimnya atribut dan komponen
tionghoa lain dalam Ketandan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komponen-
komponen townscape Kampung Ketandan melalui serial vision, place dan content
dalam teori Gordon Cullen pada koridor Ketandan. Studi ini menggunakan metode
rasionalistik kualitatif dan observasi dengan berlandaskan teori-teori yang
digunakan untuk menilai lokus dari pengamatan langsung. Temuan dari penulisan
ini dapat menjadi bahan refrensidan pertimbangan untuk memperkuat karakter
townscape koridor, sesuai dengan karakter ruang kawasan pecinan di Ketandan.
Kata Kunci: Ketandan, Pecinan, Serial Vision, Townscape

613
Prosiding Seminar Nasional Desain dan Arsitektur (SENADA)
Vol.2, Februari 2019

PENDAHULUAN
Indonesia kaya akan keberagaman budaya termasuk budaya Tionghoa yang
sudah ada di Indonesia sejak lama. Ketandan merupakan kawasan permukiman
Tionghoa yang sudah ada sejak akhir abad ke 19 awal abad ke 20. Pemerintah
kota Yogyakarta menyatakan Ketandan sebagai kampung Pecinan (Chinatown).
Arsitektur bangunan di kawasan kampung Ketandan ini di dominasi Arsitektur
Cina, dengan bentuk massa bangunan memanjang ke belakang dengan fungsi
area depan rumah untuk aktifitas berdagang sehingga bangunan ini disebut
sebagai rumah toko atau ruko. Seiring perkembangan kawasan di sektor ekonomi
dan sosial yang cukup tinggi, muncul peralihan fungsi dan Arsitektur bangunan
yang tidak mengacu pada nilai-nilai kontekstual pecinan sehingga menghilangkan
karakter kawasan. Seiring berjalannya waktu, Ketandan mengalami perubahan
fisik yang cukup signifikan sehingga kondisinya berbeda dengan kawasan pecinan
di kota lain. Ketandan kini relatif sepi di beberapa titik jalan, Kini, sebagian besar
bangunan di Ketandan merupakan bangunan tempat tinggal yang masih asli
namun sepi penduduk. Komponen public art yang berkaitan dengan unsur pecinan
seperti lampion, patung, ornamen dan artefak tionghoa lain sangat berpotensi
sebagai pembentuk ruang publik namun dari kondisi eksisting Ketandan, hal
tersebut masih minim sehingga dikhawatirkan dapat memudarkan karakter
kawasan pecinan di Ketandan. Pendekatan teori yang digunakan dalam penelitian
ini adalah townscape yang merupakan salah satu cara dari segi visual untuk
mengenali bentuk fisik suatu kawasan. Townscape dapat diidentifikasi melalui
penataan atau desain bangunan serta jalan yang ditangkap sesuai tingkatan
emosional masing-masing pengamat. Melalui buku The Concise Townscape oleh
Gordon Cullen, penulis menggunakan tiga inti townscape yang ditekankan dalam
penentuan karakter visual yaitu serial vision, place dan content.

TINJAUAN PUSTAKA
Koridor
Menurut KBBI, koridor adalah lorong yang menghubungkan gedung yang satu
dengan gedung yang lain. Dalam perencanaan kota, koridor merupakan
penghubung dua tempat atau lebih pada suatu kawasan. Menurut Moughtin (1992:
41), suatu koridor biasanya pada sisi kiri dan kanannya telah ditumbuhi bangunan-
bangunan yang berderet memanjang di sepanjang ruas jalan tersebut.
Keberadaan bangunan-bangunan tersebut secara langsung maupun tidak
langsung akan menampilkan kualitas fisik ruang pada lingkungan tersebut.
Sedangkan menurut Zahnd (2012: 110), bahwa koridor dibentuk oleh dua deretan
massa (bangunan atau pohon) yang membentuk sebuah ruang untuk
menghubungkan dua kawasan atau wilayah kota. Dengan kata lain, koridor
merupakan ruang berupa jalan atau lorong memanjang yang terbentuk oleh
deretan bangunan, pohon, atau perabot jalan untuk menghubungkan dua kawasan
dan menampilkan kualitas fisik ruang tersebut.
Teori Townscape – Gordon Cullen; The Concise Townscape (1961)
Townscape adalah seni yang terdapat secara visual dalam penataan bangunan-
bangunan, jalan, serta ruang yang menghiasi lingkungan perkotaan. Definisi lain
dari townscape adalah salah satu cara yang dapat digunakan dari segi fisik visual
untuk mengenali bentuk fisik suatu kota. Selain itu, townscape juga dapat
diidentifikasi melalui bentuk penataan atau desain dari bangunan-bangunan dan
jalan yang ditangkap berdasar berbagai tingkatan emosional masing-masing
pengamat. Hal- hal yang ditekankan Cullen pada bukunya adalah: serial vision,
place, dan content. Masing-masing dari inti townscape memiliki rincian yang lebih
detail. Dalam buku The Concise Townscape, Gordon mengemukakan bahwa
townscape merupakan seni mengolah fisik suatu kota.

614
Prosiding Seminar Nasional Desain dan Arsitektur (SENADA)
Vol.2, Februari 2019

a. Serial Vision
Serial vision adalah gambaran-gambaran visual yang ditangkap oleh pengamat
yang terjadi saat berjalan dari satu tempat ke tempat lain pada suatu kawasan.
b. Place
Place adalah perasaan yang dimiliki pengamat secara emosional pada saat
berada di suatu tempat tertentu. Place dipengaruhi oleh batas-batas yang ada
pada suatu tempat tersebut.
c. Content
Content adalah isi dari suatu kawasan yang mempengaruhi perasaan seseorang
terhadap keadaan lingkungan kota tersebut. Content tergantung oleh dua faktor
yaitu pada tingkat kesesuaian dan tingkat kreativitas.

Berikut adalah penjabaran komponen-komponen dari inti towsncape menurut


Gordon:

Tabel 1. Komponen-Komponen Pembentuk Karakter Visual

Sumber: Cullen, Gordon. 1961. The Concise Townscape. The Architectural press. London

Berdasarkan tabel di atas, penjabaran dari inti towsncape memiliki banyak


komponen, namun dalam penelitian ini hanya akan diambil beberapa komponen
sebagai variabel amatan dengan alasan dan tolak ukur, sebagai berikut:

615
Prosiding Seminar Nasional Desain dan Arsitektur (SENADA)
Vol.2, Februari 2019

Tabel 2. Pemilihan Komponen Penelitian Pembentuk Karakter Townscape

Sumber: Penulis, 2019

METODE PENELITIAN
Dalam proses penelitian, penulis menggunakan pendekatan penelitian rasionalistik
kualitatif antara lain melakukan perekaman image visual ruang terbuka eksisting
pada kawasan kota untuk menangkap gambaran sekuen visual dan mengetahui
karakter fisik ruang publik di Ketandan. Pendekatan yang digunakan yakni
“townscape”, menggunakan teknik mapping untuk identifikasi tiap komponen
townscape.

Proses Penelitian
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam penelitian:

Gambar 1. Tahapan Penelitian


Sumber: Penulis, 2019

Dalam proses penelitian, yang dilakukan terlebih dahulu adalah tahap persiapan
melalui observasi, studi literatur dan wawancara. Tahap ini untuk mendapatkan
gambar awal lokasi penelitian dengan melakukan perekaman image visual
eksisting dengan menangkap gambaran sekuen visual. Pada tahap ini juga
dilakukan dengan studi literatur sebagai panduan mengumpulkan data. Penelitian

616
Prosiding Seminar Nasional Desain dan Arsitektur (SENADA)
Vol.2, Februari 2019

dilakukan berdasarkan teori kemudian dibuat segmentasi untuk area amatan dan
penentuan unit amatan untuk mendapat variabel dan indikator.
Tabel 3. Unit Amatan, Variabel dan Indikator Penelitian

Sumber: Penulis, 2019

Penetuan segmentasi berdasarkan koridor utama Ketandan yang dibagi


menjadi empat zona untuk mendapatkan dan menganalisa data. Observasi
dilakukan pada empat zona tersebut dengan beberapa unit amatan. Berdasarkan
telaah pustaka, penentuan variabel dalam penelitian ini adalah berupa komponen-
komponen pembentuk inti townscape dalam buku The Concise Townscape oleh
Gordon Cullen (1961). Berikut merupakan unit amatan, variabel dan indikator
penelitian:
Tabel 4. Unit Amatan, Variabel dan Indikator Penelitian

Sumber: Penulis, 2019

617
Prosiding Seminar Nasional Desain dan Arsitektur (SENADA)
Vol.2, Februari 2019

Berdasarkan tabel di atas, variabel yang digunakan adalah tiap komponen dalam
inti townscape dengan unit amatannya kemudian tiap indikator berkaitan dengan
hal-hal yang berlandaskan kawasan pecinan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kajian tiap komponen dari inti townscape dan unit amatannya pada tiap zona
koridor melalui teknik mapping dibagi menjadi 2 yakni place dan content.
Gabungan dari kajian tiap penggal jalan Ketandan disebut serial vision berikut
pemaparan kajian Townscape Ketandan:

Gambar 2. Kajian Komponen Place-Townscape di Ketandan


Sumber: Penulis, 2019

618
Prosiding Seminar Nasional Desain dan Arsitektur (SENADA)
Vol.2, Februari 2019

Gambar 3. Kajian Komponen Content-Townscape di Ketandan


Sumber: Penulis, 2019

Berdasarkan dua kajian peta di atas, komponen place lebih banyak


memperlihatkan bentuk visual townscape Ketandan dengan variabel focal point
dan accent . Sedangkan komponen content kurang banyak menyajikan komponen
townscape di Ketandan, hanya aspek detail yang mendominasi. Segmen yang
paling banyak mengandung komponen townscape yakni zona D yang turut
berperan dalam pembentukan karakter townscape Ketandan.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan di atas, diketahui bahwa komponen place dalam lebih
berperan dalam kajian townscape untuk melihat bentuk fisik Ketandan. Hal
tersebut diketahui dari peran accent dan focal point yang mendominasi koridor
kawasan. Penggal zona D memiliki komponen townscape yang lebih banyak dan
berperan dalam pembentukan karakter townscape Ketandan.
REFERENSI
Anthony Tugnutt and Robertson, Mark. 1987, ‘Making Townscape, A Contextual’.
Carmona, Matthew. 2012, ‘Capital Spaces 2012. A Design Guide For London’s
Public Spaces’.
Cullen, Gordon. 1961, ‘Townscape’. London
Cullen, Gordon. 1961, ‘The Concise Townscape’. London: Architectural Press
Kautsary, Jamila. 2008, ‘Makna Ruang Dalam Permukiman Pecinan Semarang’,
Disertasi. Program Doktor, Universitas Diponegoro, Semarang.
Pratiwo. 2010, ‘Arsitektur Tradisional Tionghoa Dan Perkembangan Kota’, Ombak,
Yogyakarta
Shirvani, Hamid. 1985, ‘Urban Design Process’ New York: Van Nostrand Reinhold.
Trancik, Roger. 1986, ‘Finding Lost Space’, New York: Van Nostrand Reinhold.
Zahnd, Markus. 1999, ‘Perancangan Kota Secara Terpadu’, Yogyakarta: Kanisius.

619

You might also like