Professional Documents
Culture Documents
5 Qunik Wiqoyah
5 Qunik Wiqoyah
ABSTRACT
There have been significant number of road damages due to soil base instability, and this problem should be
solved immediately because road (highway) is an important transportation infrastructure. One of alternative solution for
this problem is using geotectile as strengthening material. According to direct visual inspection, soil is consisted of red
clay soil which has high plasticity and shrinkage. This research took place at Majenang – Wanareja Road (KM 89 +100
– KM 89 +600). The research method for Wanareja soil was using direct survey at KM 89 +150 and taking soil sample,
and then doing some laboratory experiment at Civil Engineering Laboratory Faculty of Engineering UMS. The
laboratory experiment was done to find and analyse the soil physics and mechanic characteristic including soil
cohessivity, the angle of soil shear, and the CBR value. After finding the soil characteristic, woven geotectile was
designed. The result of soil characteristic test was data required in calculation, i.e., flatten load = 26,148 ton/m;
saturated soil specific gravity for filled-soil = 1,6794 ton/m3 , the angle of inner shear = 29,637o, and soil cohessivity =
1,813 ton/m2; whereas for base soil, saturated soil specific gravity = 1,5061 ton/m3, the angle of inner shear = 25,106o,
and soil cohessivity = 2,044 ton/m2. The final result of this analysis was that the use of woven geotectile WG – 350 with
σ ult = 11,072 ton/m2 is feasible to be used as strengthening material, because it can detain moment with safety factor
(SF = 3,153 > 1,5); can detain shear with safety factor (SF = 2,405 > 1,5); and can detain soil strength compression
with safety factor (SF = 3,097 > 2,0).
* Qunik Wiqoyah, staf pengajar jurusan Teknik Sipil - Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Jl. A. Yani No.1 Tromol Pos 1, Pabelan Kartasura Surakarta 57102. E-mail : qw.ftums.@yahoo.com
** Sri Mulyani Retno Wulan, alumnus teknik sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta.
78 Evaluasi Penanganan Kelongsoran Pada Ruas Jalan ............(Qunik Wiqoyah, Sri Mulyani RW)
Berdasarkan kadar airnya, tanah digolongkan kelompok-kelompok dan subkelompok-subkelompok
menjadi tiga kondisi ; yaitu kondisi cair, plastis atau berdasarkan pemakaiannya (Das, 1995).
semi padat dan padat (solid). Keadaan tersebut dapat Terdapat dua sistem klasifikasi yang sering
digambarkan sebagai berikut : digunakan, yaitu :
1. Batas cair (Liquid limit) 1. Sistem klasifikasi USCS (Unified Soil
Batas cair (LL), didefinisikan sebagai kadar air Classification System)
tanah pada batas antara keadaan cair dan keadaan Pada sistem ini tanah diklasifikasikan ke dalam tanah
plastis. berbutir kasar (kerikil dan pasir) jika kurang dari
2. Batas plastis (Plastic limit) 50% lolos saringan Nomer 200, dan tanah berbutir
Batas plastis (PL), didefinisikan sebagai kadar halus (lanau/lempung) jika lebih dari 50% lolos
air pada kedudukan antara daerah plastis dan semi saringan Nomer 200. Selanjutnya, tanah
plastis, yaitu persentasi kadar air pada saat tanah diklasifikasikan dalam sejumlah kelompok dan
digulung dengan diameter silinder 3,2 mm mulai subkelompok.
retak-retak. 2. Sistem klasifikasi AASHTO (American
Batas plastis dapat dihitung dengan rumus sebagai Association of State Highway and
berikut : Transportation Officials).
Sistem klasifikasi AASHTO berguna untuk
PI = LL – PL (9) menentukan kualitas tanah untuk perencanaan
dengan : PI : indeks plastisitas (plasticity index) timbunan jalan, subbase dan subgrade. Sistem ini
dalam %. terutama ditujukan untuk maksud-maksud dalam
LL : batas cair (liquid limit) dalam %. lingkup tersebut.
PL : batas plastis (plastic limit) dalam Sistem klasifikasi AASHTO membagi tanah ke
%. dalam 8 kelompok, A-1 sampai A-8 termasuk sub-
3. Batas susut (Shrinkage limits) sub kelompok. Tanah-tanah dalam tiap kelompoknya
Batas susut (SL), didefinisikan sebagai kadar dievaluasi terhadap indeks kelompoknya yang
air pada kedudukan antara daerah semi padat dan dihitung dengan rumus-rumus empiris. Pengujian
padat, yaitu persentase kadar air dimana yang digunakan adalah analisis saringan dan batas-
pengurangan kadar air selanjutnya tidak batas Atterberg.
mengakibatkan perubahan volume tanah. Indeks kelompok (group index) (GI) digunakan
Batas susut dinyatakan sebagai berikut : untuk mengevaluasi lebih lanjut tanah-tanah dalam
⎡ (m1 − m 2 ) ⎤ ⎡ (V1 − V2 )γ w ⎤ kelompoknya. Indeks kelompok dihitung dengan
SL= ⎢ ⎥−⎢ ⎥ x 100% (10) persamaan :
⎣ m2 ⎦ ⎣ m2 ⎦
dengan : m1 : berat tanah basah dalam cawan (gram). GI = (F-35)[0,2 + 0,005 (LL-40)] + 0,01 (F-15)(PI-
m2 : berat tanah kering oven (gram) . 10)
V1 : volume tanah basah dalam cawan
(cm3). ..............................................(6)
V2 : volume tanah kering oven (cm3) . dengan :
γw: berat jenis air (gram / cm3). GI = indeks kelompok (group index).
F = persen butiran lolos saringan No.200 (0,075
Klasifikasi Tanah mm)(%).
Penentuan sifat-sifat tanah banyak dijumpai LL = batas cair (%).
dalam masalah teknis yang berhubungan dengan PI = indeks plastisitas (%).
tanah. Hasil dari penyelidikan sifat-sifat ini kemudian
dapat digunakan untuk mengevaluasi masalah- Pemadatan Tanah (Soil Compaction)
masalah tertentu, tetapi perancangan yang harus Pemadatan dengan beban dinamis, proses
berhati-hati dalam penerapan karena penyelesaian bertambahnya berat volume kering tanah sebagai
masalah, seperti: penurunan bangunan, kecepatan akibat pemadatan partikel yang diikuti oleh
aliran air, dan stabilitas tanah yang miring, pengurangan volume air tetap tidak berubah. Jika
didasarkan pada klasifikasi tanah yang sering tanah di lapangan membutuhkan perbaikan guna
menimbulkan masalah yang berarti (Hardiyatmo, mendukung bangunan di atasnya, maka tanah akan
2002). digunakan sebagai bahan timbunan, maka pemadatan
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem sering dilakukan (Hardiyatmo, 2002).
pengaturan beberapa jenis tanah yang berbeda-beda Tujuan dari pemadatan antara lain adalah :
tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam 1. Memperkuat kuat geser tanah.
80 Evaluasi Penanganan Kelongsoran Pada Ruas Jalan ............(Qunik Wiqoyah, Sri Mulyani RW)
Geosintetik yang ada terdiri dari berbagai jenis dengan pekerjaan-pekerjaan tanah. Awalnya
dan diklasifikasikan dalam beberapa bentuk, pemanfaatan geotekstil, banyak bahan dengan serat
berdasarkan International Geosynthetic Society (IGS) asli dimanfaatkan, seperti jute digunakan dalam
adalah sebagai berikut : pekerjaan-pekerjaan percepatan konsolidasi, untuk
Geotextile : bahan lulus air dari anyaman mengganti pasir sebagai bahan drainase (vertical
atau nir – anyaman benang sand drain) yang banyak dilakukan di India, atau
(serat-serat) sintetik yang dilakukan di Belanda dengan menggunakan kertas
digunakan dalam pekerjaan- filter (Suryolelono, 2000).
pekerjaan tanah. Perkuatan tanah lunak pada awalnya
Geosynthetic : geotekstil, geomembran dan menggunakan papan-papan kayu atau anyaman
semua produk yang bambu yang ditempatkan di atas tanah lunak (jaman
berhubungan, dihasilkan olah Romawi kuno dan di Kalimantan). Hanya saja,
industri-industri geotekstil dan bahan-bahan ini merupakan bahan organis, sehingga
geomembran. mudah lapuk dan umur konstruksi tidak dapat
Geoweb : sebenarnya merupakan geogrid dipertanggungjawabkan, kecuali untuk bahan kayu /
yang disusun memebentuk sel- bambu, bila berada dalam air terus menerus akan
sel (istilah Amerika) bersifat permanen. Geotekstil dari bahan serat-serat
Geogrid : produk yang berhubungan sintetis, sekarang ini mengalami perkembangan yang
dengan geotekstil yang lubang- pesat sesuai dengan pekerjaan-pekerjaan yang
lubang berbentuk segi empat memerlukannya.(Suryolelono, 2000).
(geotextile grid) atau lubang- Tipe geotekstil dapat dikelompokkan
lubang berbentuk bujur sangkar berdasarkan cara pembuatannya di pabrik-pabrik
(geotextile net). yang menghasilkan bahan tersebut. Awalnya
Geospacer : merupakan bahan sintetis yang dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu
ditempatkan di antara dua anyaman dan nir-anyam. Sesuai dengan
bahan sintetis lain yang bersifat perkembangan di dalam pembuatan bahan tersebut,
kedap air atau lulus air dan berbagai bentuk geotekstil dan modifikasinya yang
digunakan pada konstruksi dihasilkan oleh industri geotekstil seperti bentuk grid,
drain. mat, rajutan dan lain-lain (Suryolelono, 2000).
Geofabric : semua produk geosintetik tipe
lembaran atau tipe net.
Geoproduct : berarti geosintetik, semua Penanganan Kelongsoran dengan Stabilitas
produk geotekstil yang berasal Lereng.
dari serta-serat asli, geospacer Widiyanto (1993) menyimpulkan bahwa
dan batang-batang angker. penanggulangan kelongsoran subgrade jalan raya
Geocompseite : kombinasi dua atau lebih dari dengan stabilitas lereng memberikan angka
geoproduct. keamanan yang kecil, memberikan indikasi bahwa
Geosintetik digunakan secara luas dibidang badan jalan dalam keadaan labil, oleh karena itu perlu
teknik sipil, geoteknik, lingkungan, pertanian, dilakukan peningkatan stabilitas lereng. Hal ini dapat
sehingga bentuk maupun tipe geosintetik mengalami dilakukan dengan memperbaiki sifat fisis tanah
perkembangan sesuai kebutuhan. Umumnya maupun dengan membangun dinding penahan yang
pemakaian bahan geosintetik terutama untuk disertai dengan sistem drainase di bawah permukaan
penanggulangan masalah-masalah erosi, sebagai jalan yang baik.
pemisah dua material yang berbeda gradasinya,
sebagai bahan filter, perkuatan tanah dasar pondasi
pada pekerjaan timbunan, perkuatan pada dinding Penanggulangan Longsoran dengan Geosintetik
penahan tanah dan sebagai bahan kedap Hasil penelitian Mekarsari (2000)
air.(Suryolelono, 2000). menyimpulkan bahwa penaggulangan longsoran
dengan bahan geosintetik pada ruas jalan sebagai
perkuatan timbunan jalan, yaitu:
Geotekstil 1. Penggunaan geotekstil sebagai separator
Geotekstil adalah kelompok bahan geosintetik a. Ekonomis yaitu dapat menghemat material
yang mudah meloloskan air. Geotekstil sebenarnya urugan.
merupakan bahan, baik yang berasal dari serat-serat b. Mempunyai kekuatan terhadap tarik yang
asli (jute, kertas filter, papan kayu, bambu) maupun sangat tinggi sehingga mampu menahan
serat-serat sintetis (fiber) yang banyak berhubungan
82 Evaluasi Penanganan Kelongsoran Pada Ruas Jalan ............(Qunik Wiqoyah, Sri Mulyani RW)
L = LR + Le (18) Diagram analisis stabilitas untuk perkuatan
dengan : L : panjang total geotekstil bidang longsor tanah dengan geotekstil dapat dilihat pada Gambar 2
(m). sebagai berikut :
L R : panjang geotekstil di depan bidang
longsor (m). L0
L e : panjang geotekstil di belakang bidang LR
longsor (m).
84 Evaluasi Penanganan Kelongsoran Pada Ruas Jalan ............(Qunik Wiqoyah, Sri Mulyani RW)
Tabel 10. Analisis panjang geotekstil yang dibutuhkan
Lapis Kedalaman Jarak antar Panjang geotekstil Lmin Panjang geotekstil Ltotal Dipakai
No (Z) lapis (S v ) di depan bidang (m) di belakang bidang (m) L (m)
(m) (m) longsor (L R )(m) longsor L e (m)
9 0,2 0,2 1,047 1 0,963 2,010 5
8 0,4 0,2 0,931 1 0,890 1,821 5
7 0,6 0,2 0,814 1 0,829 1,643 5
6 0,8 0,2 0,698 1 0,777 1,475 5
5 1,0 0,2 0,582 1 0,732 1,314 5
4 1,2 0,2 0,465 1 0,693 1,158 5
3 1,4 0,2 0,349 1 0,659 1,008 5
2 1,6 0,2 0,233 1 0,629 0,862 5
1 1,8 0,2 0,116 1 0,602 0,718 5
0 2,0 0,2 0,000 1 0,577 0,577 5
dengan :
KESIMPULAN
∑ M P = momen akibat gaya pasif total (ton.m)
∑ M A = momen akibat gaya aktif total (ton.m) 1. Hasil uji penelitian tanah dasar menunjukkan
bahwa tanah Wanareja berjenis lempung
2. Tinjauan stabilitas terhadap geser. sehingga tidak baik untuk pembangunan jalan
Hasil perhitungan didapatkan gaya geser : raya, dimana dapat terjadi kelongsoran.
∑ E A = 13,693 ton, sedangkan gaya yang melawan : Penanganan kelongsoran dengan geotekstil
merupakan upaya menstabilkan tanah dasar
F = F 1 + F 2 = 12,663 +320,268 = 32,931 ton, maka tersebut.
didapatkan nilai SF terhadap gaya geser sebagai 2. Besarnya momen akibat gaya pasif ( ∑ M P ) =
berikut : 41,985 ton.m > momen akibat gaya aktif
F 32,931
SF = = = 2,405 > 1,5 OK ( ∑ M A ) = 13,316 ton.m, dengan SF = 3,153 >
∑ E A 13,693 1,5
F 1 : gaya akibat lebar perkuatan = 5m. 3. Nilai gaya geser (F) = 32,931 ton > gaya yang
F 2 : gaya akibat tanah selebar = 5,6m (lebar jalan melawan ( ∑ E A ) = 13,693 ton, dengan SF =
dalam penelitian). 2,405 > 1,5.
4. Besarnya kuat dukung tanah ( σ ult ) = 91,381
ton/m 2 > σ terjadi = 29,507 ton/m 2 , dengan SF =
3. Stabilitas terhadap kuat dukung tanah.
Konstruksi langsung menumpang di atas 3,097 > 2,0.
permukaa tanah D = 0, sehingga didapatkan nilai 5. Berdasarkan perhitungan terhadap stabilitas
kuat dukung ultimit sebagai berikut : momen, stabilitas geser dan stabilitas kuat
dukung tanah sebagaimana yang tercantum di
σ ult = c . N c + q . N q + 0 ,5 .γ . B . N γ atas maka Geotekstil woven tipe WG 350 layak
digunakan sebagai perkuatan pada ruas jalan
Majenang – Wanareja Cilacap.
Das Braja M. dan Mochar N.E,1989, Prinsip-Prinsip Wesley, L.D.,1997, Mekanika Tanah, Badan Penerbit
Rekayasa Geoteknik , Penerbit Erlangga, Pekerjaan Ilmu, Jakarta.
Jakarta. .
Widodo. S, 1998, Analisa Struktur Jembatan,
Hardiyatmo, H. C, 1992, Mekanika Tanah I, P.T. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
86 Evaluasi Penanganan Kelongsoran Pada Ruas Jalan ............(Qunik Wiqoyah, Sri Mulyani RW)