Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

EVALUASI PENANGANAN KELONGSORAN PADA RUAS

JALAN MAJENANG-WANAREJA (CILACAP) DAN


PENANGANANNYA DENGAN GEOTEKSTIL

Qunik Wiqoyah* Sri Mulyani Retno Wulan**

ABSTRACT

There have been significant number of road damages due to soil base instability, and this problem should be
solved immediately because road (highway) is an important transportation infrastructure. One of alternative solution for
this problem is using geotectile as strengthening material. According to direct visual inspection, soil is consisted of red
clay soil which has high plasticity and shrinkage. This research took place at Majenang – Wanareja Road (KM 89 +100
– KM 89 +600). The research method for Wanareja soil was using direct survey at KM 89 +150 and taking soil sample,
and then doing some laboratory experiment at Civil Engineering Laboratory Faculty of Engineering UMS. The
laboratory experiment was done to find and analyse the soil physics and mechanic characteristic including soil
cohessivity, the angle of soil shear, and the CBR value. After finding the soil characteristic, woven geotectile was
designed. The result of soil characteristic test was data required in calculation, i.e., flatten load = 26,148 ton/m;
saturated soil specific gravity for filled-soil = 1,6794 ton/m3 , the angle of inner shear = 29,637o, and soil cohessivity =
1,813 ton/m2; whereas for base soil, saturated soil specific gravity = 1,5061 ton/m3, the angle of inner shear = 25,106o,
and soil cohessivity = 2,044 ton/m2. The final result of this analysis was that the use of woven geotectile WG – 350 with
σ ult = 11,072 ton/m2 is feasible to be used as strengthening material, because it can detain moment with safety factor
(SF = 3,153 > 1,5); can detain shear with safety factor (SF = 2,405 > 1,5); and can detain soil strength compression
with safety factor (SF = 3,097 > 2,0).

Key words : kerusakan jalan, geotekstil woven, karakteristik tanah

PENDAHULUAN 1. Pemilihan konstruksi yang paling aman dan


Pembangunan di Indonesia berkembang sangat ekonomis.
pesat, hal ini diikuti dengan meningkatnya sektor 2. Sistem pelaksanaan yang baik, sehingga dapat
ekonomi, oleh karena itu jalan sebagai prasarana mendekati syarat-syarat pokok konstruksi jalan.
transportasi harus diperhatikan. Namun demikian 3. Cara pemeliharaan secara intensif dan terus
untuk mewujudkan transportasi darat yang aman, menerus terutama pada musim hujan.
nyaman, hemat waktu dalam perjalanan dan Umumnya ada beberapa persoalan yang
konstruksi yang awet, haruslah memerlukan menyangkut tanah dasar (subgrade) antara lain :
perencanaan, penataan dan pemeliharaan yang 1. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanent )
handal, mulai dari pengetahuan tanah dasar dari macam tanah tertentu akibat beban
(subgrade) sampai material konstruksi jalan. lalulintas.
Sepanjang jalan Majenang – Wanareja 2. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah
Kabupaten Cilacap yang menghubungkan Propinsi tertentu akibat perubahan kadar air.
Jawa Tengah dan Propinsi Jawa Barat di jalur Selatan 3. Kuat dukung tanah yang tidak merata dan sulit
menghadapi masalah stabilitas dan penurunan, juga ditentukan secara pasti pada daerah dengan
memiliki potensi mengalami kerusakan pada macam tanah yang sangat berbeda sifat dan
permukaan jalan dengan terjadinya kelongsoran pada kedudukannya.
badan jalan dan lereng jalan. Bila tanah dasar (subgrade) tidak memenuhi
Sifat-sifat fisik lapisan tanah dasar harus kekuatan untuk memikul beban kendaraan yang lewat
diketahui dengan baik, karena dengan mengetahui maka jalan tersebut akan mengalami penurunan dan
sifat-sifat tanah dasar akan mengetahui : apabila badan jalan merupakan tanah timbunan maka
akan terjadi kelongsoran.

* Qunik Wiqoyah, staf pengajar jurusan Teknik Sipil - Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Jl. A. Yani No.1 Tromol Pos 1, Pabelan Kartasura Surakarta 57102. E-mail : qw.ftums.@yahoo.com
** Sri Mulyani Retno Wulan, alumnus teknik sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta.

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 6, Nomor 2, Juli 2006 : 77 – 86 77


Akibatnya, permukaan jalan tersebut mengalami
perubahan bergelombang besar, hingga rusak sama
sekali.
Tekstur tanah adalah keadaan permukaan tanah
yang bersangkutan. Tekstur tanah dipengaruhi oleh
ukuran tiap-tiap butir yang ada di dalam tanah. Tanah
dibagi dalam beberapa kelompok : kerikil (gravel),
pasir (sand), lanau (silt), dan lempung (clay).
Umumnya tanah asli merupakan campuran dari butir-
Gambar 1 Diagram Fase Tanah
butir yang mempunyai ukuran yang berbeda – beda
(Sumber Hardiyatmo, 2002)
(Das,1995).
Istilah pasir, lempung, lanau, atau lumpur
3. Berat volume butiran (Vs)
digunakan untuk menggambarkan ukuran partikel
Berat volume butiran adalah perbandingan
pada batas yang telah ditentukan, akan tetapi istilah
antara berat butiran padat dengan perkalian berat
yang sama juga digunakan untuk menggambarkan
spesifik butiran padat dan berat volume air.
sifat-sifat yang khusus. Sebagai contoh, lempung
Berat volume butiran dapat dihitung dengan
adalah jenis tanah yang bersifat kohesif dan plastis,
rumus sebagai berikut :
sedang pasir digambarkan sebagai tanah yang tidak
kohesif dan tidak plastis. Ws
Vs = (3)
Kebanyakan jenis tanah terdiri dari banyak G s .γ w
campuran lebih dari satu macam ukuran partikelnya. dengan : Vs : volume butiran (cm3).
Tanah lempung belum tentu terdiri dari partikel Ws : berat butiran padat (gram).
lempung saja, akan tetapi dapat bercampur dengan Gs : grantas khusus.
butir-butiran lanau maupun pasir dan mungkin juga γw : berat volume air (gram/cm3).
terdapat campuran bahan organik (Hardiyatmo, 4. Berat volume tanah
1992). Berat volume tanah atau dapat juga disebut
kerapatan tanah (bulk density) didefinisikan sebagai
Sifat Fisis Tanah perbandingan antara berat tanah seluruhnya dengan
1. Kadar air (Water content) isi tanah seluruhnya.
Kadar air (w) adalah perbandingan antara berat Berat volume tanah dapat dihitung dengan
air dan berat butiran padat dari volume tanah yang rumus sebagai berikut :
diselidiki.
W
Kadar air dapat dihitung dengan rumus sebagai γ= (4)
berikut : V
Ww dengan : γ : berat volume tanah (gram/cm³).
w= (1) W : berat tanah (gram).
Ws V : volume tanah (cm³).
dengan : w : kadar air (%). Kerapatan kering (dry density) merupakan
W w : berat air (gram). keadaan khusus dari kerapatan menyeluruh (bulk
density) dengan menganggap air dihilangkan dari
W s : berat butiran padat (gram).
tanah.
2. Specific grafity Kerapatan kering dapat dihitung dengan rumus
Specific grafity suatu bahan diidentifikasikan sebagai berikut :
sebagai berbandingan antara berat isi butir tanah Ws
(γs) dengan berat isi air (γw). γd = (5)
V
Berat jenis dapat dihitung dengan rumus dengan : γd : kerapatan kering (gram/cm³).
sebagai berikut : Ws : berat butiran padat (gram).
γs V : volume tanah (cm³).
Gs= (2)
γw
5. Atterberg Limits
Suatu contoh tanah berbutir halus
dengan : G s : specific grafity.
(lempung/lanau) yang berkadar air tinggi, apabila
γs : berat volume butiran padat tanah ini dibiarkan kering lagi (kadar airnya
(gram/cm³). mengecil), maka akan mengalami beberapa keadaan
γ w : berat volume air (gram/cm³). tertentu dari keadaan cair sampai keadaan padat.

78 Evaluasi Penanganan Kelongsoran Pada Ruas Jalan ............(Qunik Wiqoyah, Sri Mulyani RW)
Berdasarkan kadar airnya, tanah digolongkan kelompok-kelompok dan subkelompok-subkelompok
menjadi tiga kondisi ; yaitu kondisi cair, plastis atau berdasarkan pemakaiannya (Das, 1995).
semi padat dan padat (solid). Keadaan tersebut dapat Terdapat dua sistem klasifikasi yang sering
digambarkan sebagai berikut : digunakan, yaitu :
1. Batas cair (Liquid limit) 1. Sistem klasifikasi USCS (Unified Soil
Batas cair (LL), didefinisikan sebagai kadar air Classification System)
tanah pada batas antara keadaan cair dan keadaan Pada sistem ini tanah diklasifikasikan ke dalam tanah
plastis. berbutir kasar (kerikil dan pasir) jika kurang dari
2. Batas plastis (Plastic limit) 50% lolos saringan Nomer 200, dan tanah berbutir
Batas plastis (PL), didefinisikan sebagai kadar halus (lanau/lempung) jika lebih dari 50% lolos
air pada kedudukan antara daerah plastis dan semi saringan Nomer 200. Selanjutnya, tanah
plastis, yaitu persentasi kadar air pada saat tanah diklasifikasikan dalam sejumlah kelompok dan
digulung dengan diameter silinder 3,2 mm mulai subkelompok.
retak-retak. 2. Sistem klasifikasi AASHTO (American
Batas plastis dapat dihitung dengan rumus sebagai Association of State Highway and
berikut : Transportation Officials).
Sistem klasifikasi AASHTO berguna untuk
PI = LL – PL (9) menentukan kualitas tanah untuk perencanaan
dengan : PI : indeks plastisitas (plasticity index) timbunan jalan, subbase dan subgrade. Sistem ini
dalam %. terutama ditujukan untuk maksud-maksud dalam
LL : batas cair (liquid limit) dalam %. lingkup tersebut.
PL : batas plastis (plastic limit) dalam Sistem klasifikasi AASHTO membagi tanah ke
%. dalam 8 kelompok, A-1 sampai A-8 termasuk sub-
3. Batas susut (Shrinkage limits) sub kelompok. Tanah-tanah dalam tiap kelompoknya
Batas susut (SL), didefinisikan sebagai kadar dievaluasi terhadap indeks kelompoknya yang
air pada kedudukan antara daerah semi padat dan dihitung dengan rumus-rumus empiris. Pengujian
padat, yaitu persentase kadar air dimana yang digunakan adalah analisis saringan dan batas-
pengurangan kadar air selanjutnya tidak batas Atterberg.
mengakibatkan perubahan volume tanah. Indeks kelompok (group index) (GI) digunakan
Batas susut dinyatakan sebagai berikut : untuk mengevaluasi lebih lanjut tanah-tanah dalam
⎡ (m1 − m 2 ) ⎤ ⎡ (V1 − V2 )γ w ⎤ kelompoknya. Indeks kelompok dihitung dengan
SL= ⎢ ⎥−⎢ ⎥ x 100% (10) persamaan :
⎣ m2 ⎦ ⎣ m2 ⎦
dengan : m1 : berat tanah basah dalam cawan (gram). GI = (F-35)[0,2 + 0,005 (LL-40)] + 0,01 (F-15)(PI-
m2 : berat tanah kering oven (gram) . 10)
V1 : volume tanah basah dalam cawan
(cm3). ..............................................(6)
V2 : volume tanah kering oven (cm3) . dengan :
γw: berat jenis air (gram / cm3). GI = indeks kelompok (group index).
F = persen butiran lolos saringan No.200 (0,075
Klasifikasi Tanah mm)(%).
Penentuan sifat-sifat tanah banyak dijumpai LL = batas cair (%).
dalam masalah teknis yang berhubungan dengan PI = indeks plastisitas (%).
tanah. Hasil dari penyelidikan sifat-sifat ini kemudian
dapat digunakan untuk mengevaluasi masalah- Pemadatan Tanah (Soil Compaction)
masalah tertentu, tetapi perancangan yang harus Pemadatan dengan beban dinamis, proses
berhati-hati dalam penerapan karena penyelesaian bertambahnya berat volume kering tanah sebagai
masalah, seperti: penurunan bangunan, kecepatan akibat pemadatan partikel yang diikuti oleh
aliran air, dan stabilitas tanah yang miring, pengurangan volume air tetap tidak berubah. Jika
didasarkan pada klasifikasi tanah yang sering tanah di lapangan membutuhkan perbaikan guna
menimbulkan masalah yang berarti (Hardiyatmo, mendukung bangunan di atasnya, maka tanah akan
2002). digunakan sebagai bahan timbunan, maka pemadatan
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem sering dilakukan (Hardiyatmo, 2002).
pengaturan beberapa jenis tanah yang berbeda-beda Tujuan dari pemadatan antara lain adalah :
tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam 1. Memperkuat kuat geser tanah.

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 6, Nomor 2, Juli 2006 : 77 – 86 79


2. Mengurangi sifat mudah mampat c : kohesi tanah (kg/cm2).
(kompresibilitas). φ : sudut geser dalam (o).
3. Mengurangi permeabilitas. Nilai c dan φ didapatkan diantaranya dengan
4. Mengurangi perubahan volume sebagai akibat pengujian geser langsung (Direct Shear Test) di
perubahan kadar air. Laboratorium Mekanika Tanah.
Maksud tersebut dapat tercapai dengan CBR (California Bearing Ratio)
pemilihan tanah bahan timbunan, cara pemadatan, Pemeriksaan CBR dimaksudkan untuk
pemilihan mesin pemadat, dan jumlah lintasan yang menentukan nilai kuat dukung tanah dan batuan jika
sesuai. Tingkat kepadatan diukur dari nilai berat dipadatkan di laboratorium pada kadar air optimum
volume keringnya ( γ d). terhadap berbagai macam derajat kepadatan dengan
Tanah lempung yang dipadatkan dengan cara metode standard Proctor. Pemadatan biasanya untuk
yang benar akan dapat memberikan kuat geser tinggi. mengevaluasi tanah subgrade, material subbase, dan
Stabilitas terhadap sifat kembang-susut tergantung base yang mengandung hanya sedikit material yang
dari jenis kandungan mineralnya.(Hardiyatmo, 2002). tertahan pada saringan ¾”.
Kekuatan tanah dasar tentu banyak tergantung
Kekuatan Geser Tanah kepada kadar airnya. Makin tinggi kadar air semakin
Salah satu cara untuk mengetahui kuat geser kecil nilai CBR. Hal ini tidak berarti tanah dasar
tanah di lakukan percobaan geser langsung (Direct dipadatkan dengan kadar air rendah agar
Shear Test) yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan nilai CBR tinggi, karena kadar air tidak
mengetahui gaya geser dengan tegangan geser akan tahan konstan pada nilai rendah (Wesley, 1997).
langsung, sudut geser dalam dan kohesi tanah. CBR merupakan suatu perbandingna antara
Data-data hasil pembacan arloji pengukuran beban percobaan (test load) dengan beban standar
horisontal, dapat digunakan untuk mengetahui gaya (standard load) dan dinyatakan dalam persentase.
geser dan tegangan geser sebagai berikut : Lebih jelas lagi dapat dinyatakan dengan
persaman :
P PT
τ= (11) C.B.R = x100% (14)
A PS
dengan : τ = tegangan geser (kg/cm 2 ) dengan : P T = beban percobaan (test load).
P = gaya geser yaitu pembacaan arloji P S = beban standar (standard load).
geser x faktor kalibrasi cincin penguji
(kg). Harga CBR adalah nilai yang menyatakan
kualitas tanah dasar dibandingkan dengan beban
A = luas penampang contoh tanah (cm 2 ).
standar berupa batu pecah yang mempunyai nilai
Nilai kalibrasi dari cincin penguji adalah 0,636
CBR sebesar 100% dalam memikul beban lalulintas.
kg/cm 2 sedangkan luas sampel setelah disesuaikan
luas dari cincin didapat sebesar 32,17cm 2 . Geosintetik
Tegangan normal diperoleh dari pemberian Geosintetik sendiri secara umum dibedakan
beben normal dengan persamaan sebagai berikut : berdasarkan sifat bahan yaitu bahan lulus air
(permeable) dikenal sebagai geotekstil dan bahan
N bersifat kedap air (impermeable) dikenal sebagai
σ= (12) geomembran.
A
Sifat bahan yang lulus air ini digunakan untuk
dengan : σ = tegangan normal (kg/cm 2 ) membedakan / untuk membantu di dalam
N = beban normal (kg) mengelompokkan peran serta fungsi bahan tersebut.
A = luas penampang contoh tanah (cm 2 ) Bentuk bahan berupa lembaran yang merupakan
Kekuatan geser tanah (τ) tanpa anyaman, nir – anyaman / rajutan dari kumpulan
memperhitungkan tekanan air pori tanah dinyatakan benang sintetis.
dalam tekanan tanah total. Bahan dasar geosintetik merupakan hasil
(Coulumb 1773 dalam Bowles, 1989) mendefinisikan polimerisasi dari industri-industri kimia / minyak
hubungan fungsi antara tegangan normal (σ) dengan bumi (Suryolelono, 1988) dengan sifat-sifat yang
tegangan geser (τ) sebagai berikut : tahan terhadap senyawa-senyawa kimia, pelapukan,
τ = c + σ tan φ (13) keausan, sinar ultra violet dan mikro organisme.
Polimer utama yang digunakan untuk pembuatan
dengan : τ : kekuatan geser tanah (kg/cm2). geosintetik adalah Polyester (PS), Polyamide (PM),
σ : tegangan normal tanah (kg/cm2). Polypropylene (PP) dan Polyethylene (PE).

80 Evaluasi Penanganan Kelongsoran Pada Ruas Jalan ............(Qunik Wiqoyah, Sri Mulyani RW)
Geosintetik yang ada terdiri dari berbagai jenis dengan pekerjaan-pekerjaan tanah. Awalnya
dan diklasifikasikan dalam beberapa bentuk, pemanfaatan geotekstil, banyak bahan dengan serat
berdasarkan International Geosynthetic Society (IGS) asli dimanfaatkan, seperti jute digunakan dalam
adalah sebagai berikut : pekerjaan-pekerjaan percepatan konsolidasi, untuk
Geotextile : bahan lulus air dari anyaman mengganti pasir sebagai bahan drainase (vertical
atau nir – anyaman benang sand drain) yang banyak dilakukan di India, atau
(serat-serat) sintetik yang dilakukan di Belanda dengan menggunakan kertas
digunakan dalam pekerjaan- filter (Suryolelono, 2000).
pekerjaan tanah. Perkuatan tanah lunak pada awalnya
Geosynthetic : geotekstil, geomembran dan menggunakan papan-papan kayu atau anyaman
semua produk yang bambu yang ditempatkan di atas tanah lunak (jaman
berhubungan, dihasilkan olah Romawi kuno dan di Kalimantan). Hanya saja,
industri-industri geotekstil dan bahan-bahan ini merupakan bahan organis, sehingga
geomembran. mudah lapuk dan umur konstruksi tidak dapat
Geoweb : sebenarnya merupakan geogrid dipertanggungjawabkan, kecuali untuk bahan kayu /
yang disusun memebentuk sel- bambu, bila berada dalam air terus menerus akan
sel (istilah Amerika) bersifat permanen. Geotekstil dari bahan serat-serat
Geogrid : produk yang berhubungan sintetis, sekarang ini mengalami perkembangan yang
dengan geotekstil yang lubang- pesat sesuai dengan pekerjaan-pekerjaan yang
lubang berbentuk segi empat memerlukannya.(Suryolelono, 2000).
(geotextile grid) atau lubang- Tipe geotekstil dapat dikelompokkan
lubang berbentuk bujur sangkar berdasarkan cara pembuatannya di pabrik-pabrik
(geotextile net). yang menghasilkan bahan tersebut. Awalnya
Geospacer : merupakan bahan sintetis yang dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu
ditempatkan di antara dua anyaman dan nir-anyam. Sesuai dengan
bahan sintetis lain yang bersifat perkembangan di dalam pembuatan bahan tersebut,
kedap air atau lulus air dan berbagai bentuk geotekstil dan modifikasinya yang
digunakan pada konstruksi dihasilkan oleh industri geotekstil seperti bentuk grid,
drain. mat, rajutan dan lain-lain (Suryolelono, 2000).
Geofabric : semua produk geosintetik tipe
lembaran atau tipe net.
Geoproduct : berarti geosintetik, semua Penanganan Kelongsoran dengan Stabilitas
produk geotekstil yang berasal Lereng.
dari serta-serat asli, geospacer Widiyanto (1993) menyimpulkan bahwa
dan batang-batang angker. penanggulangan kelongsoran subgrade jalan raya
Geocompseite : kombinasi dua atau lebih dari dengan stabilitas lereng memberikan angka
geoproduct. keamanan yang kecil, memberikan indikasi bahwa
Geosintetik digunakan secara luas dibidang badan jalan dalam keadaan labil, oleh karena itu perlu
teknik sipil, geoteknik, lingkungan, pertanian, dilakukan peningkatan stabilitas lereng. Hal ini dapat
sehingga bentuk maupun tipe geosintetik mengalami dilakukan dengan memperbaiki sifat fisis tanah
perkembangan sesuai kebutuhan. Umumnya maupun dengan membangun dinding penahan yang
pemakaian bahan geosintetik terutama untuk disertai dengan sistem drainase di bawah permukaan
penanggulangan masalah-masalah erosi, sebagai jalan yang baik.
pemisah dua material yang berbeda gradasinya,
sebagai bahan filter, perkuatan tanah dasar pondasi
pada pekerjaan timbunan, perkuatan pada dinding Penanggulangan Longsoran dengan Geosintetik
penahan tanah dan sebagai bahan kedap Hasil penelitian Mekarsari (2000)
air.(Suryolelono, 2000). menyimpulkan bahwa penaggulangan longsoran
dengan bahan geosintetik pada ruas jalan sebagai
perkuatan timbunan jalan, yaitu:
Geotekstil 1. Penggunaan geotekstil sebagai separator
Geotekstil adalah kelompok bahan geosintetik a. Ekonomis yaitu dapat menghemat material
yang mudah meloloskan air. Geotekstil sebenarnya urugan.
merupakan bahan, baik yang berasal dari serat-serat b. Mempunyai kekuatan terhadap tarik yang
asli (jute, kertas filter, papan kayu, bambu) maupun sangat tinggi sehingga mampu menahan
serat-serat sintetis (fiber) yang banyak berhubungan

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 6, Nomor 2, Juli 2006 : 77 – 86 81


pergerakkan tanah dasar yang mengembang Tabel 6. Perencanaan Beban yang Bekerja (DPU
dan menyusut. Bina Marga, Tata Cara Perencanaan
c. Dapat mencegah bercampurnya agregat Geomertik Jalan Antar Kota, 1997)
pilihan dan lapisan tanah dasar sehingga Klasifikasi Muatan Sumbu
kekuatan struktur jalan lebih terjamin. Fungsi Kelas Terberat MST
2. Penggunaan geotekstil sebagai perkuatan / (Ton)
tulangan Arteri I > 10
Dapat dimanfaatkan sebagai perkuatan lereng II 10
pada jalan sementara dan permanen. III A 8
3. Penggunaan geomembran pada bahu jalan Kolektor III A 8
a. Mencegah perubahan kadar air pada tanah III B
dasar karena geomembran mempunyai sifat
kedap air, tahan pelapukan terhadap zat 7.Analisis stabilitas untuk perkuatan tanah.
kimia tanah dan organisme pembusukan 7.a. Analisis stabilitas internal
dalam tanah, sehingga mempunyai tahanan 1). Dihitung tebal lapis perkuatan tanah, dengan
kekuatan terhadap tarik, sobek, coblos yang rumus :
cukup tinggi. Ta
b. Dapat mencegah kelongsoran karena Sv = (15)
mempunyai tahanan tarik yang tinggi dan σ h . SF
kedap air.
4.Dasar teori kelongsoran dengan : Sv : tebal lapis perkuatan tanah (m).
Kemungkinan terjadinya kelongsoran setiap T a : kuat tarik yang diijinkan dari bahan
macam lereng selalu ada, pada kedalaman yang lebih perkuatan (kN/m).
besar permukaan galian tidak dapat menahan pada σh : tekanan horisontal tanah pada kedalaman yang
bagian dasarnya. ditinjau (kN/m2).
5. Penggunaan geotekstil sebagai pengganti bahan SF: angka aman yang digunakan 1,3 – 1,5.
filter alami 2). Dihitung panjang geotekstil di belakang bidang
Geotekstil woven yang dipasang di atas tanah longsor dengan persamaan sebagai berikut :
dasar lunak jenuh air pada konstruksi jalan dan
pekerjaan tanah harus menampilkan fungsi yang tepat
1 S v .σ h . SF
Le = (16)
pada kasus yang dihadapi, perkuatan dan filtrasi. β .2 (c + σ v . tg ϕ )
6. Penggunaan beban merata yang bekerja di jalan
dengan : L e : panjang geotekstil di belakang bidang
Penentuan beban yang bekerja di jalan
berdasarkan klasifikasi lebar jalan dan beban jalan longsor (m).
sendiri. Berdasarkan lebar jalan dapat ditentukan S v : tebal lapisan perkuatan tanah (m).
beban muatan sumbu yang maksimum dalam Tabel σh : tekanan tanah horisontal.
5. dan Tabel 6. berikut ini.
SF : angka aman yang digunakan 1,3-1,5.
c : kohesi tanah (kN/m2).
Tabel 5. Lebar Jalan ( DPU Bina Marga, σv : tekanan vertikal (kN/m2).
Perencanaan Geometrik Jalan luar Kota, ϕ : sudut gesek internal tanah (…·).
1990) β : (0,67 – 0,75).
Kelas Kelas Kelas Kelas 3) Dihitung panjang geotekstil di depan bidang
1 Kelas 3 4 5 longsor, dengan rumus :
& 2 & & & ⎛π ϕ ⎞
Kelas Kelas Kelas Kelas L R = (H – Z) tg ⎜ − ⎟ (17)
1 3 4 5 ⎝4 2⎠
Lebar 4,50 dengan : L R : panjang geotekstil di depan longsor
Jalan 3,50 3,25 3,00 2,75 (1- (m).
(m) jalur) H : kedalaman lapisan geotekstil (m).
ϕ : sudut gesek internal tanah (…·).
Z : kedalaman perlapisan geotekstil (m).
4) Dihitung panjang total geotekstil bidang longsor,
dengan rumus :

82 Evaluasi Penanganan Kelongsoran Pada Ruas Jalan ............(Qunik Wiqoyah, Sri Mulyani RW)
L = LR + Le (18) Diagram analisis stabilitas untuk perkuatan
dengan : L : panjang total geotekstil bidang longsor tanah dengan geotekstil dapat dilihat pada Gambar 2
(m). sebagai berikut :
L R : panjang geotekstil di depan bidang
longsor (m). L0
L e : panjang geotekstil di belakang bidang LR
longsor (m).

5) Dihitung panjang overlap bahan perkuatan, Daerah longsor aktif


dengan rumus :
Z
1 1 S .σ .SF
L0 = . . v h (19) Bidang longsor
4 β c + σ v .tg ϕ
H
Le
dengan : L0 panjang overlap bahan perkuatan (m).
Sv : tebal lapisan perkuatan (m).
σh : tekanan horisontal (kN/m³). 450+ϕ/2
σ : tekanan vertikal (kN/m³).
SF : angka aman yang digunakan 1,3-1,5.
c : kohesi tanah (kN/m²). Gambar 2. Analisis stabilitas untuk perkuatan
ϕ : sudut gesek internal tanah (…º). dengan geotekstil (Sumber
β : (0,67 – 0,75) Suryolelono, 2000)

3.b. Analisis stabilitas eksternal dengan : L0 : panjang overlap (m).


1) Dihitung stabilitas terhadap momen dengan LR : panjang geotekstil di depan bidang
rumus: longsor (m).
ΣMP Le : panjang geotekstil di belakang bidang
SF = (20) longsor (m).
ΣMA H : kedalaman lapisan geotekstil yang
dengan : SF : angka aman (1,3-1,5). digunakan (m).
ΣM P : jumlah momen pasif (kN/ m). Z : tebal perlapis geotekstil yang digunakan
ΣM A : jumlah momen aktif (kN /m). (m).
ϕ : sudut gesek internal tanah (…·).
2) Dihitung stabilitas terhadap geser dengan rumus :
F
SF = (21)
Σ EA METODE PENELITIAN
dengan : F : gaya yang melawan (kN). Penelitian ini dimulai dengan pengambilan
SF : angka aman (1,3 – 1,5). tanah di Wanareja, Cilacap (KM 89+150 dari
ΣE A : jumlah gaya geser (kN). Cilacap). Selanjutnya dilakukan pengeringan dan
penyaringan tanah lolos No. 4 dan setelah itu
3) Dihitung stabilitas terhadap kuat dukung tanah dilakukan uji sifat fisis tanah meliputi: kadar air,
dengan rumus : Atterberg limit,standard Proctor. Hasil uji standard
σ ult = c . N c + q . N q + 0,5 . γ . B . N γ (22) Proctor dengan kadar optimum digunakan untuk
dengan : σ ult : kuat dukung tanah (kN/m2). pembuatan sampel pengujian California Bearing
Ratio (CBR) dan direct Shear. Selanjutnya dilakukan
c : kohesi tanah di bawah pondasi analisis sifat fisis dan mekanis tanah, yang
(kN/m2). selanjutnya digunakan untuk merencanakan
q : beban (kN/m2). perkuatan tanah dengan geotekstil, dan diampilah
γ : berat isi tanah (kN/m2). suatu kesimpulan.
B : lebar pondasi (m).
N c , N q , N γ : koefisien-koefisien kuat HASIL DAN PEMBAHASAN
dukung yang merupakan fungsi dari Sifat Fisis tanah
sudut geser dalam dari tanah.( Nilai- Hasil uji sifat fisis tanah meliputi : sgravity,
nilai faktor kuat dukungTerzaghi) kadar air (%), dan berat volume tanah dan batas
konsistensi dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel
7.

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 6, Nomor 2, Juli 2006 : 77 – 86 83


Tabel 6. Nilai specific gravity, kadar air dan berat perendaman sampel yang telah dipadatkan, tujuannya
volume tanah jenuh untuk mengetahui persentase pengembangan tanah
Kedalaman Specific Kadar air Berat yang terjadi.
(m) gravity (%) volume Setelah mengalami perendaman kurang lebih
tanah jenuh empat hari, guna mengetahui persentase
(gr/cm 3 ) pengembangan, sampel tanah dipenetrasi untuk
-1,00 2,5124 15,697 1,6794 mengetahui nilai CBRnya. Hasil penetrasi dalam
-2,00 2,4637 17,541 1,6642 penelitian menunjukkan bahwa pada kedalaman -
-3,00 2,4074 23,075 1,5961 0,50m masuk dalam kriteria umum batas CBR yaitu
>5,0% sedangkan kedalaman -0,75m dan kedalaman
-1,00m
Tabel 7. Nilai batas konsistensi tanah Wanareja. tidak masuk dalam kriteria umum batas nilai
CBR. Nilai pengembangan dan CBR dapat dilihat
Percobaan Kedalaman Kedalaman Kedalama
pada Tabel 9.
-1,00 m -2,00 m n -3,00 m
(%) (%) (%)
Tabel 9. Nilai CBR dan pengembangan
LL 63,000 73,000 79,500
Kedalaman Nilai CBR (%) Pengembangan
PL 52,900 62,530 59,800
(m) (%)
SL 29,870 29,875 25,000
-0,50 5,222 129,115
IP 10,100 10,470 19,700
-0,75 3,644 60,979
-1,00 2,550 322,643
Klasifikasi tanah. Hasil uji tanah asli baik hasil uji sifat fisis
Berdasarkan nilai batas konsistensi dan % maupun mekanis, dapat disimpulkan bahwa tanah
lolos saringan No 200, maka menurut klasifikasi dasar tidak baik apabila digunakan sebagai landasan
USCS (Unified Soil Classification System) maka jalan raya . Oleh karena itu diperlukan perbaikan
jenis tanah adalah MH atau OH, sedangkan pada tanah tersebut. Perbaikan yang dilakukan yaitu
menurut AASHTO (American Association of State dengan mengunakan geotekstil.
Highway and Transportation Officials). Tanah
tersebut termasuk dalam kelompok A-7-6 tanah
berlempung dengan penilaian tanah dasar sedang Penanganan Kelongsoran dengan Geotekstil
sampai buruk. Woven.
Salah satu penanganan kelongsoran pada jalan
raya adalah dengan menggunakan geotekstil sebagai
bahan perkuatan. Penanganan kelongsoran dengan
Geser Langsung (Direct Shear Test) geotekstil merupakan upaya menstabilkan tanah dasar
Pengujian geser dilakukan terhadap benda tersebut.
uji pada kadar air optimum dan kadar air untuk γ Kedalaman tanah yang diperkuat dengan
dry maksimum. Nilai kohesi dan sudut gesek geotekstil adalah 2,0 m. Jenis geotekstil yang
dalam tanah dapat dilihat pada Tabel 8. digunakan woven tipe WG 350. Nilai kohesi dan
sudut gesek dalam tanah yang digunakan dalam
Tabel 8. Nilai sudut gesek dan kohesi tanah perencanaan adalah data hasil uji laboratorium,
Wanareja (KM 89+150) sedangkan besarnmya nilai beban merata total (q)
hasil perhitungan adalah sebesar 26,148 ton/m.
Kedalaman Kohesi tanah Sudut gesek
Setelah ditinjauan terhadap stabilitas gaya –gaya
(m) (c) (kg/cm 2 ) (θ) (°)
internal didapatkan panjang geotekstil yang
-1,00 0,171 30,529
digunakan, seperti terlihat pada Tabel 10.
-2,00 0,191 29,017
-3,00 0,204 25,106 Selain ditinjau terhadap gaya internal juga
CBR (California Bearing Ratio) ditinjauan terhadap stabilitas gaya – gaya
Uji CBR yang dilakukan adalah CBR soaked eksternal yang terdiri dari stabilitas terhadap
dengan kadar air optimum pada kedalaman -1,00m, momen, gaya geser dan kuat dukung tanah dasar.
karena secara visual tanah sama dengan kedalaman -
0,5m; -0,75m; dan -1,00m.Tahap awal pada
percobaan soaked California Bearing Ratio adalah

84 Evaluasi Penanganan Kelongsoran Pada Ruas Jalan ............(Qunik Wiqoyah, Sri Mulyani RW)
Tabel 10. Analisis panjang geotekstil yang dibutuhkan
Lapis Kedalaman Jarak antar Panjang geotekstil Lmin Panjang geotekstil Ltotal Dipakai
No (Z) lapis (S v ) di depan bidang (m) di belakang bidang (m) L (m)
(m) (m) longsor (L R )(m) longsor L e (m)
9 0,2 0,2 1,047 1 0,963 2,010 5
8 0,4 0,2 0,931 1 0,890 1,821 5
7 0,6 0,2 0,814 1 0,829 1,643 5
6 0,8 0,2 0,698 1 0,777 1,475 5
5 1,0 0,2 0,582 1 0,732 1,314 5
4 1,2 0,2 0,465 1 0,693 1,158 5
3 1,4 0,2 0,349 1 0,659 1,008 5
2 1,6 0,2 0,233 1 0,629 0,862 5
1 1,8 0,2 0,116 1 0,602 0,718 5
0 2,0 0,2 0,000 1 0,577 0,577 5

1. Stabilitas terhadap momen = 2,044 x 25,357 + 0 + 0,5 x 1,5961 x 5 x


Hasil perhitungan momen terhadap gaya 9,912
aktif dan pasif adalah ∑ M P = 41,985 t.m = 91,381 ton/m 2
σ terjadi = H .γ + q
dan ∑ M A = 13,316 t.m, sehingga didapatkan nilai SF
terhadap momen sebagai berikut : = 2 x 1,6794 + 26,148
= 29,507 ton/m 2
∑M p 41,985 σ ult 91,381
SF= = = 3,153 > 1,5 OK SF = = = 3,097 > 2,0 OK
∑MA 13,316 σ terjadi 29,507

dengan :
KESIMPULAN
∑ M P = momen akibat gaya pasif total (ton.m)
∑ M A = momen akibat gaya aktif total (ton.m) 1. Hasil uji penelitian tanah dasar menunjukkan
bahwa tanah Wanareja berjenis lempung
2. Tinjauan stabilitas terhadap geser. sehingga tidak baik untuk pembangunan jalan
Hasil perhitungan didapatkan gaya geser : raya, dimana dapat terjadi kelongsoran.
∑ E A = 13,693 ton, sedangkan gaya yang melawan : Penanganan kelongsoran dengan geotekstil
merupakan upaya menstabilkan tanah dasar
F = F 1 + F 2 = 12,663 +320,268 = 32,931 ton, maka tersebut.
didapatkan nilai SF terhadap gaya geser sebagai 2. Besarnya momen akibat gaya pasif ( ∑ M P ) =
berikut : 41,985 ton.m > momen akibat gaya aktif
F 32,931
SF = = = 2,405 > 1,5 OK ( ∑ M A ) = 13,316 ton.m, dengan SF = 3,153 >
∑ E A 13,693 1,5
F 1 : gaya akibat lebar perkuatan = 5m. 3. Nilai gaya geser (F) = 32,931 ton > gaya yang
F 2 : gaya akibat tanah selebar = 5,6m (lebar jalan melawan ( ∑ E A ) = 13,693 ton, dengan SF =
dalam penelitian). 2,405 > 1,5.
4. Besarnya kuat dukung tanah ( σ ult ) = 91,381
ton/m 2 > σ terjadi = 29,507 ton/m 2 , dengan SF =
3. Stabilitas terhadap kuat dukung tanah.
Konstruksi langsung menumpang di atas 3,097 > 2,0.
permukaa tanah D = 0, sehingga didapatkan nilai 5. Berdasarkan perhitungan terhadap stabilitas
kuat dukung ultimit sebagai berikut : momen, stabilitas geser dan stabilitas kuat
dukung tanah sebagaimana yang tercantum di
σ ult = c . N c + q . N q + 0 ,5 .γ . B . N γ atas maka Geotekstil woven tipe WG 350 layak
digunakan sebagai perkuatan pada ruas jalan
Majenang – Wanareja Cilacap.

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 6, Nomor 2, Juli 2006 : 77 – 86 85


DAFTAR PUSTAKA Hardiyatmo, H. C. 1996, Teknik Pondasi 1, P.T.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Anonim, 1987, Pedoman Perencanaan Pembebanan
Jembatan Jalan Raya, Departemen Pekerjaan Hardiyatmo, H. C, 2002, Mekanika Tanah I, Edisi-3,
Umum. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anonim, 2000, Geosynthetic’s Specialist Design – Mekarsari.S.E, 2000, Evaluasi Penanggulangan


Supply – Install, PT. Geoworks Indonesia. Longsoran pada Ruas Jalan Wirosari – Cepu
(STA 02+362 – STA 03+350)
Ananto.L. dan Pramudiyato.P.H, 2003, Identifikasi
Tanah Cepu (Penelitian Tanah di Kec. R.F. Craig dan Susilo, Budi, 1989, Mekanika Tanah ,
Randublatung pada Km. 25+600 Cepu dan Edisi keempat, Erlangga, Jakarta.
Duplang pada Km. 33+200).
Sasatrodarsono, Suyono, dan Nakazawa
Zulianti.R.W, 2003, Analisa Tingginya Tingkat Kazuto,1984, Mekanika Tanah dan Teknik
Kecelakaan Pada Ruas Jalan Surakarta- Pondasi , PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Purwodadi Ditinjau Dari Aspek Geometrik
Jalan. Smith, M.J. dan Madyayant, Elly, 1984, Mekanika
Tanah, Sari Pedoman Godwin, Penerbit
Bowles, E. Joseph,1983, Analisa dan Desain Erlangga, Jakarta.
Pondasi, Jilid I , Penerbit Erlangga, Jakarta.
Suryolelono, K. Basah, 2000, Geosintetik Geoteknik,
Bowles, E. Joseph , 1992, Engineering Properties of Penerbit Nafiri, Yogyakarta.
Soil and Their Measurement Fourth Edition,
International Edition. Widiyanto.A,1993,Evaluasi Kelongsoran Subgrade
Jalan Raya Ruas Jalur Purwodadi-
Bowles, E. Joseph,1986, Sifat-Sifat Fisis dan Semarang KM SMG 47±650 – KM SMG
Geoteknis Tanah, Penerbit Erlangga, Jakarta. 48±700.

Das Braja M. dan Mochar N.E,1989, Prinsip-Prinsip Wesley, L.D.,1997, Mekanika Tanah, Badan Penerbit
Rekayasa Geoteknik , Penerbit Erlangga, Pekerjaan Ilmu, Jakarta.
Jakarta. .
Widodo. S, 1998, Analisa Struktur Jembatan,
Hardiyatmo, H. C, 1992, Mekanika Tanah I, P.T. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

86 Evaluasi Penanganan Kelongsoran Pada Ruas Jalan ............(Qunik Wiqoyah, Sri Mulyani RW)

You might also like