Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

INTERAKSIONAL SIMBOLIK AKTOR GOVERNANCE DALAM

KEBIJAKAN PERTAMBANGAN DI HUTAN LINDUNG GUNUNG


TUMPANG PITU BANYUWANGI
Muhamad Imron
imron.unira@gmail.com
Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Raden Rahmat Malang

Abstract
Although it often is imaginary, in fact, still quite well-being can be packaged attractively in the
extractive industry practices. Welfare as a result of mining operations is actually the result of though
construction on the existing realities. Welfare often positioned or constructed as a symbol that can
facilitate acceptance of a policy. Communication patterns constructed by political elites through
welfare bids can shut other desires that may be veiled. Interaction between actors presented
governance (State-Private Sector-Civil Society-MNC) on mining operations in the Mountain
Protection Forest Mixed Pitu Banyuwangi shows us a form of political communication and
propaganda loaded. Color and pattern mining policy is dominated by the preferences and
communication ansih elite level. Sound Governance approach is expected to provide opportunities for
the emergence of parallel patterns of interaction for all potential possessed by all actors. All actors
must be able to stand on equal footing in the face of all the problems that inevitably arise in every
operation of the mining industry, such as environmental damage to the ecosystem, social and cultural
impact, until the achievement of the welfare of the local community. Welfare should ideally not be
imaginary side of an extractive industry, it should be presented through the strategic role of all actors
existing governance. The approach used in this study is qualitative wrapped with critical paradigm.
This is done to strip to the deepest problems of the cases in the study. While policy analysis is done by
using the approach of Walt and Gilson through the blades of analysis for the study of policy such as
policy analysis model consisting of aspects of the content, context, process, and actor. While Palmer
& Short presents a number of relevant questions in a critical review of a policy. In this study, both
approaches are combined and then reviewed again by the advocacy coalition framework as a form of
triangulation methods of analysis. This study aims to reveal the form of political communication as
well as see the symbolic interaksionalisme actor governance in the mining policy practices.

Keywords: Interaction between actors, mining policy, communication patterns

Abstraksi

Meski seringkali bersifat imaginer, kesejahteraan nyatanya masih cukup dapat dikemas dengan
menarik pada praktik industri ekstraktif. Kesejahteraan sebagai hasil dari operasi pertambangan
sesungguhnya merupakan hasil dari olah konstruksi atas realitas yang ada. Kesejahteraan sering
diposisikan atau bahkan dikonstruksikan sebagai simbol yang dapat mempermudah diterimanya
suatu kebijakan. Pola komunikasi yang dibangun oleh para elit politik melalui tawaran kesejahteraan
dapat menutup rapat keinginan lain yang mungkin terselubung. Interaksi yang tersaji antar aktor
governance (State-Private Sector-Civil Society-MNC) pada operasi pertambangan di Hutan Lindung
Gunung Tumpang Pitu Banyuwangi menunjukkan pada kita suatu bentuk komunikasi yang politis dan
sarat propaganda. Warna dan corak kebijakan pertambangan lebih didominasi oleh preferensi dan
komunikasi level elit ansih. Pendekatan Sound Governance diharapkan dapat memberikan peluang
demi munculnya pola interaksi yang sejajar bagi seluruh potensi yang dimiliki oleh semua aktor.
Seluruh aktor harus mampu berdiri secara sejajar dalam menghadapi segala persoalan yang pasti
muncul pada setiap operasi industri pertambangan, seperti kerusakan ekosistem lingkungan, dampak
sosial budaya, hingga tercapainya kesejahteraan masyarakat lokal. Kesejahteraan idealnya bukanlah
menjadi sisi imaginer dari sebuah industri ekstraktif, ia harus dapat dihadirkan melalui peran
strategis dari seluruh aktor governance yang ada. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

1
Muhamad Imron, Interaksional simbolik aktor governance dalam kebijakan pertambangan di hutan
lindung gunung tumpang pitu banyuwangi

adalah kualitatif yang dibalut dengan paradigma kritis. Hal ini dilakukan untuk mengupas hingga
masalah terdalam dari kasus dalam penelitian. Sedangkan analisis kebijakan dilakukan dengan
menggunakan pendekatan Walt & Gilson melalui pisau analisis untuk studi kebijakan berupa model
analisis kebijakan yang terdiri atas aspek konten, konteks, proses, dan aktor. Sedangkan Palmer &
Short menyajikan sejumlah pertanyaan yang relevan dalam meninjau kritis suatu kebijakan. Dalam
kajian ini, kedua pendekatan tersebut digabungkan dan kemudian ditinjau sekali lagi dengan
kerangka koalisi advokasi sebagai bentuk triangulasi metode analisis. Penelitian ini bertujuan
mengungkap bentuk komunikasi politik serta melihat interaksionalisme simbolik aktor governance
dalam praktik kebijakan pertambangan.

Kata Kunci: Interaksi antar aktor, kebijakan pertambangan, pola komunikasi

PENDAHULUAN Dan sektor pertambangan merupakan


salah satu sektor saja yang (jika di kelola
Negara Indonesia terkenal memiliki
dengan baik) niscaya dapat meningkatkan
beragam sumber daya alam, mulai dari
kesejahteraan rakyat. Indonesia merupakan
pertanian, perikanan, perkebunan, hingga
penghasil utama beberapa mineral. Negara
pertambangan. Fakta sejarah telah
Indonesia adalah penghasil timah terbesar
membuktikan tentang bagaimana berhasratnya
kedua di dunia, eksportir batu bara thermal
bangsa Belanda kala itu untuk datang ke
terbesar ketiga di dunia, penghasil tembaga
Indonesia demi memperoleh rempah-rempah
terbesar ketiga dan menduduki urutan kelima
hingga hasil bumi lainnya. Revolusi industri di
dan ketujuh untuk produsen nikel dan emas.
Eropa, menjadi salah satu faktor pendorong
Potensi tembaga terbesar Indonesia terdapat di
bagi bangsa-bangsa Eropa melakukan ekpansi
Papua, potensi lain tersebar di jawa Barat,
ke berbagai belahan dunia, termasuk
Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan.
Indonesia. Salah satu syarat untuk terus
Sedangkan potensi emas nyatanya hampir
bergulirnya revolusi industri saat itu adalah
terdapat di seluruh wilayah Indonesia seperti
tersedianya sumber daya alam yang siap untuk
di Pulau Jawa, Kalimantan, Sumatra,
di produksi dalam jumlah besar, sedang
Sulawesi, Nusa Tenggara, Kepulauan Riau,
sumber daya alam yang dimiliki oleh bangsa-
Maluku dan tentu saja Papua. Adapun potensi
bangsa Eropa tidak sebesar (jika di banding)
nikel terdapat di Sulawesi, Kalimantan Bagian
dengan yang dimiliki oleh bangsa-bangsa di
Tenggara, Maluku dan Papua. Sementara
benua lainnya, termasuk asia. Dan bangsa
timah berada di Pulau Bangka, Pulau Belitung,
Indonesia memang memiliki kekayaan alam
Pulau Singkep, Pulau Karimun. Kekayaan
yang (bagi bangsa barat) begitu menakjubkan
sumber daya alam yang melimpah ruah dari
jumlahnya. Hampir di seluruh penjuru negeri
Sabang hingga Merauke, kekayaan alam yang
ini memiliki ragam kekayaan alam yang
tidak semua negara memilikinya.
sesungguhnya berpotensi besar untuk
(Salamudin:2011).
mensejahterakan rakyat.
Muhamad Imron, Interaksional simbolik aktor governance dalam kebijakan pertambangan di hutan
lindung gunung tumpang pitu banyuwangi

Data yang di miliki oleh Price di tentukan oleh hasil main mata antara kedua
Waterhouse Cooper menyatakan bahwa aktor tersebut. Sistem kontrak karya juga
industri pertambangan di Indonesia telah begitu memungkinkan adanya relasi dominatif
menyumbang sekitar 4-5% dari seluruh dari korporasi terhadap masyarakat.
Produk Domestik Bruto Indonesia.
Dan seiring dinamika pemikiran yang
Bagaimanapun, sektor industri pertambangan
terus berkembang, terutama paska reformasi,
juga turut memiliki peran penting bagi
UU No. 11 Tahun 1967 di anggap telah usang
beberapa provinsi yang kaya akan sumber
dan tidak sesuai lagi dengan pilihan politik
daya mineral dan batu bara, antara lain Papua,
ekonomi yang dijalankan pemerintah.
Bangka Belitung, Nusa Tenggara, dan
Sehingga Undang-Undang tersebut diganti
Kalimantan Timur. Walaupun sejak 2009
dengan Undang-Undang yang baru, yakni
terjadi fluktuasi hasil produksi yang memiliki
Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang
kecenderungan mengalami penurunan, bagi
Pertambangan Mineral dan Batubara (UU No.
komoditas tembaga, emas dan nikel, tetapi
4 Tahun 2009). Oleh banyak kalangan UU ini
penurunan tersebut lebih disebabkan faktor
dianggap telah membuka babak baru wajah
harga pasar atau aspek operasional (Price
pertambangan di negara Indonesia,
Waterhouse Cooper: 2012). Dan oleh karena
diantaranya terdapat ketentuan-ketentuan baru
sektor ini cukup menjanjikan kesejahteraan
yang memang menunjukkan adanya
bagi rakyat, maka peran pemerintah menjadi
pergeseran paradigma dalam pengelolaan
sangat di butuhkan dalam mengatur eksploitasi
sumber daya mineral dan batu bara. Misalnya
sektor pertambangan tersebut.
saja, undang-undang ini berbicara tentang
Terdapat ketimpangan di dalam peran hubungan (interaksi) negara dan pihak
yang diambil pemerintah sejak orde baru yakni pemodal (investasi asing). Sistem kontrak
lebih memilih menjadi fasilitator bagi karya yang dahulu pernah diterapkan lama saat
korporasi-korporasi besar internasional dari rejim orde baru kini telah di ubah dengan
pada membuat tata kelola pertambangan yang sistem Izin Usaha Pertambangan yang
baik. UU No. 11 Tahun 1967 tentang memiliki aturan durasi penggunaan lahan lebih
pertambangan umum yang begitu fenomenal singkat jika di banding undang-undang
telah menjadi karpet merah bagi investasi sebelumnya. Selain itu undang-undang baru ini
asing pada sektor ekstraktif di Indonesia. juga menyajikan suatu sudut pandang divestasi
Mekanisme kontrak karya yang disediakan saham investasi asing sebagai instrumen
oleh undang-undang tersebut menjadikan menegakkan kedaulatan ekonomi.
relasi yang setara sama tinggi antara pihak
Perubahan dari sistem Kontrak Karya
pemerintah dengan pihak korporasi
ke arah Izin Usaha Pertambangan ini
(Government to Business). Sehingga pola
merupakan perubahan kebijakan yang
hubungan dan dinamika pertambangan hanya
dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat

3
Muhamad Imron, Interaksional simbolik aktor governance dalam kebijakan pertambangan di hutan
lindung gunung tumpang pitu banyuwangi

(DPR) bersama pemerintah. Keduanya, penyedia regulasi yang lapang dan longgar
memiliki perbedaan yang cukup mendasar. bagi keberlangsungan pertambangan.
Menurut Spelt dan Ten Berge, izin merupakan
Dalam pola komunikasi politik, perlu
sebuah tanda persetujuan dari pemerintah,
melihat pula bentuk interaskionalisme
berdasarkan peraturan perundang-undangan,
simbolik. Hal ini perlu dilakukan sebab
bagi subyek hukum untuk dalam keadaan
memiliki kaitan dengan pengambilan
tertentu menyimpang dari ketentuan larangan
kebijakan dan aspek politik dalam birokrasi.
peraturan perundang-undangan. Dengan
Komunikasi yang dapat dilihat adalah dari
memberi izin, berarti pemerintah
interaksi simbol para aktor governance dalam
memperkenankan orang yang mengajukan
mengambil kebijakan yang memiliki relevansi
permohonan untuk melakukan tindakan-
dengan kepentingan pengambil kebijakan dan
tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang
pemilik modal.
(NM Spelt:1993). Pada dasarnya pola
perizinan semacam ini memberi kedudukan Sesuai dengan konsep yang
yang lebih tinggi (dominan) pada pemerintah dikemukakan Blumer bahwa interaksi
kita, dan memberikan kedudukan yang lebih simbolik melekat pada tindakan politik. Sebab
rendah pada perusahaan-perusahaan yang telah interaksionalisme simbolik memiliki
mengajukan permohonan izin. Tentu berbeda perspektif bisa dimaknai melalui jalinan
dengan pola kontrak karya, yang memberikan komunikasi yang menghasilkan makna dan
posisi sejajar antara pemerintah dengan dilakukan dalam interaksi sosial serta terdapat
korporasi (perusahaan pertambangan). pengelolaan makna dan intepretasi untuk
disampaikan kembali kepada lawan bicara
Namun, apakah praktiknya akan selalu
(Snow, 2000: 367).
demikian (pemerintah lebih dominan), karena
telah banyak bukti pula, pemerintah kita selalu Nampaknya, kedepan, wajah
lemah menghadapi lobi-lobi dari korporasi- pertambangan di negara kita akan masih tidak
korporasi besar pengelola tambang yang ada. jauh berbeda selama pemerintah tidak dapat
Interaksi yang terbangun antara State-Multi menciptakan suasana interaksi antar aktor
National Corporation selalu terlihat mesra dan yang seimbang. Misalnya, dalam kasus PT.
intim, sedangkan civil society lebih pada posisi Freeport Indonesia hingga kini masih simpang
(di) diam (kan) begitu saja. Tekanan yang siur pemberitaan belum terbangunnya smelter.
sering muncul dari MNC/TNC kepada pihak Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 2009
pemerintah atas keberlanjutan aktivitas tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,
eksploitasi sumber daya mineral dan batu bara smelter harus dibangun paling lambat 5 tahun
acapkali tidak dapat ditolak, bahkan setelah UU tersebut disahkan. Dan kenapa
pemerintah justru mengambil posisi sebagai pada Undang-Undang No. 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

4
Muhamad Imron, Interaksional simbolik aktor governance dalam kebijakan pertambangan di hutan
lindung gunung tumpang pitu banyuwangi

khususnya tentang Ketentuan Peralihan, pasal &Gilson, 1994 :354) Sedangkan Palmer &
169 berbunyi “Kontrak karya dan perjanjian Short menyajikan sejumlah pertanyaan yang
karya pengusahaan pertambangan batubara relevan dalam meninjau kritis suatu kebijakan.
yang telah ada sebelum berlakunya undang- ( Palmer & Short, 1998:370) Dalam kajian ini,
undang ini tetap di berlakukan sampai jangka kedua pendekatan tersebut digabungkan dan
waktu berakhirnya kontrak/perjanjian” ini kemudian ditinjau sekali lagi dengan kerangka
menimbulkan kesan bahwa sistem kontrak koalisi advokasi sebagai bentuk triangulasi
karya dan perjanjian masih tetap dapat metode analisis.
terlayani kepentingannya. Lantas dimana
posisi sistem Izin Usaha Pertambangan (IUP)
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang oleh banyak kalangan dianggap memiliki
daya tawar kuat di depan para pelaku asing. Aktor Governance dan Pembuatan
Kebijakan
Kompleksnya masalah yang terjadi
bisa dilihat dari aspek komunikasi politik yang Tiga aktor yang telah di utarakan
terjadi. Sehingga dalam penelitian ini dalam konsep Good Governance (State-
bermaksud mengungkap tentang bentuk Private Sector-Civil Society) nyatanya sudah
komunikasi politik serta melihat tidak cukup relevan dalam memotret persoalan
interaksionalisme simbolik aktor governance kekinian yang kian kompleks. Kini, ada satu
dalam membuat kebijakan di kasus kegiatan lagi aktor yang tidak dapat di remehkan
pertambangan yang terjadi di hutan lindung perannya dalam membangun ataupun
Tumpang Pitu Banyuwangi. meruntuhkan berbagai tatanan yang telah ada.
Multi National Corporation, menjadi aktor
METODE PENELITIAN
baru (yang sesungguhnya telah lama ada)
Kajian interaksional simbolik aktor dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
governance dalam kebijakan pertambangan ini kita. Aktivitas mereka seringkali tidak
disajikan secara deskriptif berdasarkan studi terpotret dengan baik oleh masyarakat atau
yang ada. Pendekatan yang digunakan dalam bahkan pihak negara (state). Ekspansi mereka
penelitian ini adalah kualitatif yang dibalut yang makin hari makin menggurita perlu untuk
dengan paradigma kritis. Hal ini dilakukan di waspadai, tentu karena tak jarang dalam
untuk mengupas hingga masalah terdalam dari urusan lobi-lobi, mereka acapkali membikin
kasus dalam penelitian. Sedangkan analisis negara (state) kelimpungan dan kuwalahan.
kebijakan dilakukan dengan menggunakan Untuk itu, perlu melihat persoalan
pendekatan Walt & Gilson melalui pisau pertambangan di negara kita dengan sebuah
analisis untuk studi kebijakan berupa model kaca mata baru, yang mampu memotret 4 aktor
analisis kebijakan yang terdiri atas aspek ini (State-Private Sector-Civil Society-
konten, konteks, proses, dan aktor. (Walt International Actor) dengan baik. Perlu

5
Muhamad Imron, Interaksional simbolik aktor governance dalam kebijakan pertambangan di hutan
lindung gunung tumpang pitu banyuwangi

konsepsi baru yang mampu menjawab 2015. Perusahaan yang berdiri pada 5
kegamangan negara dalam merumuskan September 2012 ini bergerak di sektor
undang-undang agar hasilnya tidak selalu pertambangan emas, perak, tembaga, dan
untuk melayani pihak asing semata. Sound mineral lainnya. Areal pertambangan yang
Governance dengan analisis 4 aktornya di dimiliki yakni di Desa Sumberagung,
harapkan mampu menjelaskan dan mencari Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten
solusi atas persoalan yang kian rumit ini. Banyuwangi, Jawa Timur. Tepatnya perseroan
Menunjukkan mana yang telah keliru dalam ini memiliki konsesi pertambangan di Tujuh
kebijakan pertambangan di negara kita, Bukit atau Tumpang Pitu Banyuwangi.
sekaligus memberikan tawaran reformasi
Kini, melalui Peraturan Bupati
kebijakan publik.
Banyuwangi Nomor 26 Tahun 2012 Tentang
Di Banyuwangi, eksplorasi Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
pertambangan mineral menghampiri sebuah Mineral Bukan Logam Dan/Atau Batuan Di
hutan lindung yang berada di ujung selatan Kabupaten Banyuwangi, operasi
kabupaten tersebut. Secara tiba-tiba, Hutan pertambangan di Hutan Lindung Gunung
Lindung Gunung Tumpang Pitu (HLGTP) Tumpang Pitu Banyuwangi telah mulai
tersebut beralih status menjadi hutan produksi. dilakukan. Peraturan Bupati ini memberi
Merasa tidak dilibatkan, masyarakat peluang bagi perusahaan-perusahaan
menyatakan menolak. Derasnya aksi pertambangan untuk melancarkan operasi
penolakan terhadap alih fungsi kawasan hutan pertambangannya dengan begitu massif.
lindung, nampaknya tidak mengubah pendirian Sayangnya, komunikasi dan keterlibatan aktor
dan hasrat pemerintah untuk terus mengobral governance terlihat cukup kurang dalam
kekayaan sumber daya alamnya. Buktinya, peraturan yang ada tersebut. Ke depan, bisa
Kabupaten Banyuwangi justru menjadi target jadi hal tersebut akan muncul sebagai
kebijakan pertambangan. Adalah PT Bumi persoalan atas tidak diberikannya peran yang
Suksesindo (PT BSI) yang kini telah baik bagi masyarakat yang sesungguhnya
memperoleh izin usaha pertambangan hingga merupakan aktor utama governance.
bulan Januari tahun 2030. Lewat surat
Proyek Tujuh Bukit (Tumpang Pitu)
keputusan Menteri Kehutanan bernomor SK
tersebut berada dilahan seluas 4.998 hektare.
826/Menhut-II/2013 tertanggal 19 November
Merdeka Copper Gold menguasai kawasan ini
2013 Hutan Lindung Gunung Tumpang Pitu
melalui dua anak usahanya, yakni PT Bumi
(HLGTP) telah resmi berubah status menjadi
Suksesindo dan PT Damai Suksesindo.
hutan produksi. PT BSI yang merupakan anak
Adapun perincian pemegang saham sebagai
perusahaan dari Merdeka Copper Gold,
berikut: PT Trimitra Karya Jaya (14,59%), PT
perusahaan ini telah mencatatkan saham
Mitra Daya Mustika (14,59%), Maya Miranda
perdana di PT Bursa Efek Indonesia pada Juni
Ambarsari (8,05%), Garibaldi Thohir (6,04%),

6
Muhamad Imron, Interaksional simbolik aktor governance dalam kebijakan pertambangan di hutan
lindung gunung tumpang pitu banyuwangi

Pemda Kab Banyuwangi (5,68%), PT gilirannya aktor yang dilemahkan seringkali


Srivijaya Kapital (4,03%), Andreas Reza menjadi korban dari suatu kebijakan
Nazaruddin (2,01%), Sakti Wahyu Trenggono pertambangan yang elitis.
(1,79%), Pemegang MCB Willis (8,11%),
Interaksionalisme Simbolik dan
Pemegang MCB Emperor (11,45%),
Komunikasi Politik
Pemegang Opsi Emperor (1,99%), masyarakat
(21,68%). (Web.merdeka copper gold). Interaksionalisme simbolik didasarkan
Berdasarkan peta kepemilikan saham tersebut atas ide tentang individu dan interaksinya
diatas, maka setidaknya terdapat dua dengan masyarakat. Esensi interaksionalisme
perusahaan asing (MCB Willis dan MCB simbolik adalah suatu aktivitas yang
Emperor) yang memiliki saham cukup merupakan ciri manusia yaitu komunikasi atau
signifikan. Sementara pemda Kabupaten dengan kata lain pertukaran simbol yang sarat
Banyuwangi yang semula membidik akan makna. Dalam perspektif ini
kepemilikan saham hingga 10% ternyata menyarankan bahwa perilaku manusia dapat
hanya tercapai 5,68% saja. Peta kepemilikan dilihat sebagai proses yang memungkinkan
saham ini semakin meniscayakan bahwa pola manusia membentuk dan mengatur perilaku
relasi antara negara-perusahaan nasional-multi mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi
national corporation-masyarakat akan lawan bicara yang menjadi mitra dalam
berlangsung cukup ketat, dimana tidak hanya interaksi. Definisi yang diberikan kepada
pihak swasta dalam negeri saja yang akan orang lain, situasi, obyek dan bahkan diri
mencoba memberi warna pada kebijakan mereka sendirilah yang menentukan perilaku
pertambangan di Banyuwangi, tetapi juga akan manusia. Dalam konteks ini, maka
ada suara dari kepentingan pihak MNC atau dikonstruksikan dalam proses interaksi
perusahaan asing. tersebut bukanlah suatu medium netral yang
memungkinkan kekuatan-kekuatan sosial
Pola komunikasi tersirat
memainkan perannya, melainkan justru
interaksionalisme simbolik yang terbangun
merupakan substansi sebenarnya dari
antar aktor di atas begitu menarik untuk
organisasi sosial dan kekuatan sosial.
diteliti. Ini menjadi penting mengingat
(Mulyana, 2002 : 68-70)
interaksi antar aktor (State-Market-Civil
Society dan international actor) seringkali Menurut Putnam dan Pacanowsky
berlangsung dengan tidak seimbang. Terdapat (1983), mereka meletakkan kerangka
aktor yang sengaja dilemahkan peranannya interaksionalisme simbolik dimana dapat
dalam memberikan warna pada sebuah diaplikasikan dalam komunikasi organisasi
kebijakan pertambangan, pada saat yang sama dan politik. Hal ini disebabkan organisasi dan
terdapat aktor-aktor yang dominan dalam politik merupakan sistem makna yang
mewarnai kebijakan pertambangan. Pada kompleks. Dasar dari interaksi adalah sistem

7
Muhamad Imron, Interaksional simbolik aktor governance dalam kebijakan pertambangan di hutan
lindung gunung tumpang pitu banyuwangi

makna yang dibuat oleh komunikator dan bahwa proses penggunaan media aktor politik
komunikan. Di dalam sebuah kelompok dalam menciptakan peristiwa politik, dan
interaksi bisa terjadi dengan memahami situasi wacana politik menjadi tren utama dalam
melalui pertukaran simbol. Simbol bisa sistem politik tahun 1990-an. Ini adalah
dilakukan dalam interaksi negosiasi bahkan fenomena yang menunjukkan kekuatan media
feedback dari sebuah komunikasi. Perilaku dalam hal kecepatan ekspansi dan
komunikasi yang menghasilkan komersialisasi sistem media dalam
interaksionalisme simbolis berdasarkan atas modernisasi politik. Sehingga aktor politik
persepsi, penggunaan bahasa dan simbol, serta bisa menciptakan interaksi simbolik yang
penyebaran makna yang sudah dibentuk terselubung menggunakan bantuan media.
sebelumnya. (Trevino, 1987 :555-556) Seluruh tujuan politik bisa dicapai melalui
konstruksi realitas dan masyarakat nyaris bisa
Kaitan interaksionalisme simbolik
memahami bahkan tidak ada penolakan atas
dengan komunikasi politik ada pada proses
propaganda aktor politik.
komunikasi yang bertumpu pada komunikator
dan media yang digunakan. Dalam Nyatanya, aktor-aktor elit seperti
perkembangannya, komunikasi politik di perumus kebijakan (elit politik) dan pemodal
negara dunia ketiga memiliki trend yang sering selalu saja membungkus kebijakan
diistilahkan dengan chain of exogenous pertambangannya dengan iming-iming
change. Tren tersebut meliputi: modernisasi, kesejahteraan yang akan diterima oleh
individualisasi, sekularisasi, pertumbuhan masyarakat. Kesejahteraan sesungguhnya
ekonomi, kecenderungan pemahaman tentang adalah hasil dari olah konstruksi atas realitas
gaya hidup (Aestheticization), rasionalisasi, yang ada. Kesejahteraan menjadi simbol yang
serta kondisi media. Banyak permasalahan mengantarkan/memudahkan agar masyarakat
pemerintah dipengaruhi oleh hal tersebut. dapat dengan cepat menerima suatu kebijakan.
Sehingga kontrol komunikasi politik tidak Konstruksi kesejahteraan (yang diciptakan)
hanya terletak pada masyarakat namun aktor sebagai efek positif atas digelarnya praktik
politik atau pelaku komunikasi politik saat ini industrialisasi di bidang ekstraktif menjadi alat
dapat dilihat secara jelas dari pantauan media penangkal atas aksi penolakan yang mungkin
massa. Bahkan sebaliknya, konstruksi realitas akan dilakukan oleh masyarakat. Para elit
dalam komunikasi politik memungkinkan sesungguhnya telah mengerti bahwa industri
terjadi melalui jalinan komunikasi yang ekstraktif seringkali mendapat penolakan dari
berlangsung antara komunikator politik warga sekitar area pertambangan, dan mereka
dengan media massa. (Blummer & Kavanag akan banyak belajar dari situ. Melakukan pola
,1999: 210-211) komunikasi yang baik dengan masyarakat
mungkin menjadi satu-satunya pilihan (selain
Senada dengan hal tersebut,
dengan para perumus kebijakan). Pola
Mazzoleni & Schulz (2010) menjelaskan

8
Muhamad Imron, Interaksional simbolik aktor governance dalam kebijakan pertambangan di hutan
lindung gunung tumpang pitu banyuwangi

komunikasi yang baik melalui tawaran pemerintahan, serta distribusi anggaran


kesejahteraan dapatlah menutupi secara rapat pemerintah dan pihak bisnis (private) kepada
keinginan lain yang terselubung. Dalam masyarakat miskin merupakan sekelumit
praktik konstruksi atas realitas diatas, tidak contoh gagasan Goood Governance yang
jarang elit lokal di Banyuwangi sengaja terlihat menarik.
menggunakan bantuan media massa. Pada era
Pada negara berkembang, konsep
moderen seperti sekarang, media masih
good governance ini seolah-olah telah menjadi
memiliki peran strategis sebagai alat
kesepakatan bersama untuk menggunakannya
propaganda realitas. Media dapat menyajikan
demi tata pemerintahan yang lebih baik. Pola
beberapa gambaran elok dari praktik industri
hubungan yang ditawarkan antar tiga aktor pun
pertambangan. Menjalin kerjasama yang baik
juga sangat menarik, dengan penempatan
dengan media merupakan keniscayaan bagi
posisi yang sama antara state-market-civil
kelompok elit.
society. Pola hubungan semacam ini di anggap
Tawaran Sound Governance akan membawa dampak positif bagi
kesejahteraan masyarakat, karena sektor
Konsep Sound Governance di
swasta di anggap bakal dapat menjalin
Indonesia terbilang masih relatif baru, bahkan
hubungan atau komunikasi yang baik dengan
belum banyak di kenal apalagi diterapkan.
negara, bahkan dengan masyarakat. Namun,
Meski belumlah dapat disebut matang, konsep
kritik terhadap konsep yang dianggap telah
ini nyatanya sarat dengan kritik yang
matang ini rupanya tetap tidak bisa dibendung.
merombak gagasan lama yakni Good
Adalah Ali Farazmand yang mengutarakan
Governance. Konsep ini muncul saat dunia,
bahwa konsep good governance telah lalai
terutama negara-negara berkembang, tengah
memasukkan arus globalisasi yang kini
menikmati resep Good Governance yang di
berjalan begitu massif dalam kerangka
racik oleh UNDP (United Nation Development
analisisnya. Sekali lagi, dalam good
Program). Saat pertama hadir, Good
governance seolah-olah berjalannya kehidupan
Governance menjelma layaknya obat mujarab
berbangsa dan bernegara ini hanya
yang pasti akan cocok bila diterapkan dalam
menyangkut interaksi antara negara, sektor
tata pemerintahan, terutama bagi negara
swasta dan rakyat saja. Padahal, ada aktor lain
berkembang yang tengah menemui jalan terjal
yang perlu sekali untuk diperhitungkan, yakni
dalam berbagai sektor, ekonomi, kemiskinan,
dunia internasional. Oleh ia, aktor
bisnis perusahaan, kelautan dan pengelolaan
internasional ini bisa WTO, IMF, United
sumber daya alam termasuk pertambangan.
Nation, bahkan hingga Multi National
Bagaimana tidak, konsep ini menawarkan
Corporation/MNC. Realitas global yang
banyak ramuan jitu dalam mengelola negara,
tengah berlangsung saat ini sungguh tidak
semisal tentang perlunya di bangun budaya
dapat dipungkiri, mereka memainkan peran
transparansi pada lembaga-lembaga

9
Muhamad Imron, Interaksional simbolik aktor governance dalam kebijakan pertambangan di hutan
lindung gunung tumpang pitu banyuwangi

dengan sangat rapi baik dengan dampak positif Ali Farazmand menawarkan konsep
atau pun dampak negatif yang mereka bawa ke baru, bernama Sound Governance. Gagasan ini
negara-negara berkembang. IMF misalnya, muncul karena di ilhami oleh seorang Presiden
rajin sekali menawarkan pinjaman ke negara- Tanzania, Julius K. Nyerere, yang dalam
negara berpotensi krisis. Atau bahkan MNC konferensi PBB tahun 1998 melontarkan kritik
yang telah menggurita ke banyak sekali pedasnya, bahwa good governance adalah
negara-negara di dunia ini. Dan PT Freeport konsep imperialis dan kolonialis. Good
Mc Mooran adalah contoh nyata begitu governance, kata dia, dapat mengerdilkan
perkasanya kekuatan mereka dalam struktur negara berkembang, dan pada saat
memainkan orkestra kehidupan ini. Sejak yang sama kekuatan bisnis internasional
tahun 1967 perusahaan ini telah resmi semakin membesar dan tak terbendung. Kritik
menancapkan bendera perusahannya di bumi ini tentu tidak bisa dianggap sebagai suara
Indonesia. Melalui kedekatannya dengan rejim angin yang mudah berlalu begitu saja,
saat itu, mereka telah di duga memesan melainkan harus disikapi dengan bijak, bahwa
berbagai regulasi agar posisi mereka tetap nyatanya konsep good governance yang oleh
dapat kokoh berdiri di tanah Papua. Undang- banyak orang dianggap bakal implementatif
undang Penanaman Modal Asing adalah dan tepat untuk diterapkan ke birokrasi-
contoh kongkrit tentang bagaimana mereka birokrasi di negara mereka belumlah tentu.
dapat bertahan hingga sekarang dengan izin Permainan aktor internasional menjadi tidak
kontrak karyanya. terdeteksi dengan baik oleh karena bangunan
kesadaran kita hanya tertuju pada tiga aktor
Jika kita amati dengan cermat, relasi
yang ada. Mengguritanya bisnis Multi
yang dibangun antara negara, pihak swasta dan
National Corporation (MNC) pada negara-
rakyat ternyata tak cukup dapat mendongkrak
negara berkembang semakin menjadi dan sulit
kekuatan ekonomi rakyat. Buktinya, beberapa
terbendung, negara semakin bisa di ajak
kali Indonesia masih saja terdampak krisis
kompromi oleh pihak MNC dengan iming-
ekonomi yang secara langsung berimbas pada
iming bagi hasil keuntungan atas kehadiran
rakyat. Dari sini, sesungguhnya ada yang
mereka di negara tersebut. Hingga “main
keliru dari kita, karena krisis ekonomi
mata” antara state dan MNC pun tak dapat
nyatanya menyangkut konstalasi global yang
terhindarkan. Melalui lobi-lobi kuat dari pihak
meniscayakan hubungan antar negara dalam
MNC acapkali dapat mempengaruhi negara
dunia. Ada hal yang kurang dapat kita
untuk menjadi pelayannya, atau fasilitator
antisipasi, yakni pengaruh aktor internasional.
mereka agar membuat regulasi-regulasi yang
Sound Governance dan Pola Baru Interaksi dapat mendukung keberadaan dan aktivitas
antar Aktor produksi mereka pada negara-negara tersebut.
Pada saatnya, kebijakan publik yang dibuat,
tak ubahnya demi melayani kerakusan MNC.

10
Muhamad Imron, Interaksional simbolik aktor governance dalam kebijakan pertambangan di hutan
lindung gunung tumpang pitu banyuwangi

Dan Sound Governance memiliki Emperor dan MCB Willis yang meskipun
perhatian pada persoalan-persoalan ini. Bagi secara kepemilikan saham masih di bawah
ia, sebaik apapun pemerintahan lokal, bila perusahaan nasional lainnya, mereka berdua
struktur yang terbangun pada tingkat global masih cukup memiliki kekuatan untuk turut
tetap tidak adil, maka untuk mencapai memainkan kebijakan pertambangan di
kesejahteraan masyarakat adalah sulit. Sound Banyuwangi. Secara kesejarahan, Perusahaan
governance yang di usung oleh Ali Farazmand Willis ini sejak tahun 2006 sebenarnya telah
ini mempunyai formulasi dasar, yakni 4 aktor melakukan eksplorasi emas di hutan tersebut
dan 5 komponan. Empat aktor inilah yang namun karena terdapat konflik internal dalam
akan digadang-gadang dapat membangun pola lingkaran perusahaan-perusahaan rekanannya
hubungan yang penuh dengan keterbukaan maka mengakibatkan dia harus melepas
antara negara, masyarakat, dan kekuatan sahamnya yang semula 74% menjadi hanya
internasional. Adapun yang termasuk dalam 8,11% saja. Selain itu UU No. 14 tahun 2009
kekuatan internasional ini adalah organisasi- juga tidak memperbolehkan kepemilikan
organisasi internasional, perjanjian saham perusahaan asing melebih 51%. Hasil
internasional hingga perusahaan-perusahaan negosiasi selanjutnya adalah perusahaan asing
(corporations) besar kelas dunia. Lima ini harus menurunkan kepemilikan sahamnya
komponen adalah mencakup reformasi namun masih tetap dapat menanamkan
struktur, proses, nilai, kebijakan dan sahamnya meski tidak sebanyak dulu.
manajemen. Perlu diketahui, kata “Sound” ini
Sementara itu, Pemerintah Daerah
memiliki arti ideal (Farazmand: 2004). Berarti,
Banyuwangi yang awalnya memaksa agar
pemerintahan yang ideal, suatu pemerintahan
memperoleh saham sebesar 10%, nyatanya
yang mampu menggagas sebuah konstruksi
ketika IPO di gelar di bursa saham hanya
ideal bagi hubungan (interaksi) antara empat
mampu mendapatkan 5,68% saja. Kepemilikan
aktor diatas.
saham yang hanya sedikit dan di bawah
Sound Governance Memotret Realitas kepemilikan perusahan-perusahaan asing
Industri Ekstraktif semacam ini juga rentan, paling tidak
bergaining position dalam menentukan arah
Untuk mendeskripsikan realitas
kebijakan akan dapat terpengaruhi oleh aktor-
kebijakan pertambangan di Hutan Lindung
aktor lainnya.
Gunung Tumpang Pitu Banyuwangi,
nampaknya pendekatan Sound Governance ini Dan pendekatan Sound Governance
akan dapat memotret dengan lebih memberikan peluang untuk mensejajarkan
komprehensif, karena aktor-aktor yang sedang seluruh potensi yang dimiliki oleh aktor-aktor
berinteraksi di lapangan juga menyebutkan yang ada. Negara, masyarakat, sektor swasta,
adanya aktor/perusahaan internasional hingga perusahaan asing harus mampu dan
(international corporation). Adalah MCB mau untuk duduk bersama melihat persoalan-

11
Muhamad Imron, Interaksional simbolik aktor governance dalam kebijakan pertambangan di hutan
lindung gunung tumpang pitu banyuwangi

persoalan yang selalu muncul pada setiap kebijakan pertambangan di Hutan Lindung
aktivitas pertambangan, seperti kerusakan Gunung Tumpang Pitu Banyuwangi
lingkungan, dampak sosial budaya, menunjukkan bentuk komunikasi yang politis
kesejahteraan masyarakat lokal. Setidaknya dan sarat propaganda. Komunikasi level elit
Lima komponen sound governance mencakup sesungguhnya lebih memberikan warna pada
reformasi struktur, proses, nilai, kebijakan dan implementasi kebijakan tersebut. Komunikasi
manajemen haruslah dapat tercapai dengan level elit ini di dominasi oleh aktor politik,
baik. perusahaan pemegang ijin, dan pihak
perusahaan asing (MNC). Mereka secara indah
Situasi akan berbeda jika hanya akan
mengemas kebijakan pertambangan dengan
menggunakan pendekatan good governance,
wajah yang ramah dan pro kepada kepentingan
bagaimanapun, pendekatan ini hanya
masyarakat. Kesejahteraan menjadi iming-
menyajikan 3 aktor saja (tanpa international
iming positif dari relasi yang mereka jalin
corporations). Yang kemudian dapat terpotret
dengan masyarakat. Kesejahteraan menjadi
hanyalah interaksi antar negara, masyarakat,
hasil konstruksi atas realitas yang ada.
dan sektor swasta atau perusahaan nasional
Kesejahteraan menjadi simbol yang di desain
saja. Peran korporasi internasional tidak dapat
menarik agar masyarakat dapat dengan mudah
terdeskripsikan dengan baik, karena alat bantu
menerima hadirnya operasi pertambangan.
yang memang tidak cukup memadai untuk
Konstruksi kesejahteraan diharapkan dapat
mengamatinya. Pada kasus-kasus
meredam berbagai aksi penolakan yang bisa
pertambangan di kawasan lainnya, semacam di
saja muncul dari pihak masyarakat.
Papua dengan PT Freeport Indonesia,
perusahaan ini terbukti telah melakukan Pendekatan Sound Governance
persekongkolan dengan pemerintah pusat dan memberikan peluang untuk pola interaksi yang
daerah untuk terus melanggengkan aktivitas sejajar bagi seluruh potensi yang dimiliki oleh
industrinya meski kesalahan-kesalahan masih semua aktor. State (elit politik), Private Sector
berulangkali tetap dilakukan, misalnya smelter (pelaku usaha/perusahaan nasional), Civil
yang belum terbangun, tailing yang masih Society (masyarakat) dan Multi National
mengalir ke sungai-sungai setempat, Corporation (aktor/perusahaan internasional)
pembagian prosentase yang relatif belum adil harus mampu dan bersedia untuk berposisi
hingga persoalan-persoalan sosial budaya yang sejajar melihat persoalan-persoalan yang
masih berlangsung hingga saat ini. sering muncul pada setiap operasi
pertambangan, seperti kerusakan lingkungan,
PENUTUP
dampak sosial budaya, hingga kesejahteraan
Simpulan Dan Saran masyarakat lokal. Kesejahteraan idealnya
bukanlah menjadi sisi imaginer dari sebuah
Interaksi antar aktor governance
praktek pertambangan, ia harus dapat
(State-Private Sector-Civil Society-MNC) pada

12
Muhamad Imron, Interaksional simbolik aktor governance dalam kebijakan pertambangan di hutan
lindung gunung tumpang pitu banyuwangi

diwujudkan melalui peran dari seluruh Salamudin. 2009. Penjajahan Dari Lubang
Tambang (Temali Modal Asing,
stakeholder atau aktor governance yang ada.
Utang dan Pengerukan Kekayaan
Seluruh aktor governance perlu sadar diri Tambang di Indonesia.. Malang:
Jaringan Advokasi Tambang dan In-
bahwa pembangunan haruslah selalu
Trans Publishing.
memperhatikan sisi kelestarian lingkungan. Snow, David A. 2001. Extanding and
Broadening Blumer’s
Pemerintah Daerah Banyuwangi haruslah
Conseptualization Of Symbolic
memiliki keberpihakan yang jelas dan barang Interactionism. Symbolic Interaction,
Volume 24, Number 3, University of
tentu tidaklah etis bila mereka hanya
California Press.
mengakomodir kepentingan rakusnya sektor Trevino, Linda Klebe., Lengel, Robert H., &
Daft, Ricchard L. 1987. Media
industrialisasi di bidang ekstraktif.
Symbolism, Media Richness, And
Media Choise in Organizations. A
Symbolic Interactionist Perspective.
REFERENSI Communication Research Vol. 14
No. 5, October 1987. Sage
Blumler, Jay G., Kavanagh, Dennis. 1999. The Publication, Inc.
Third Age of Political Walt G, Gilson L. Reforming the health sector
Communication: Influences and in developing countries: The central
Features. Political Communication. role of policy analysis. J. Health
Diakses di Policy Plann. 1994; 9 (4): Palmer
http://dx.doi.org/10.1080/105846099 GR, Short SD. Health Care and
198596 pada 12 Juli 2016. Public Policy, an Australian
Demmers, Jolle., at al (ed), 2004, Good Analysis, 2nd ed.
Governance in the era of Global Melbourne:MacMillan Education
neoliberalism. London and New Australia, 1998.
York: Routledge Taylor & Francis
Group.
Farazmand A., 2004, Sound Governance in the
age of globalization. “Sound
Governance: policy and
administrative innovations: Wetsport
praeger
Mazzoleni, Gianpietro., Schulz,
Winfried.2010. “Mediatization” of
Politics: A Challenge for
Democracy? Political
Communication. Diakses di
http://dx.doi.org/10.1080/105846099
198613 pada 12 Juli 2016
Mulyana, Dedi. 2002. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung : Rosdakarya
N.M.Spelt dan J.J.J.M. ten Berge, 1993,
Pengantar Hukum Perijinan,
disunting oleh Philipus Hadjon.
Surabaya.
Pierre, Jhon (ed), 2000, Debating Governance.
New York, USA: Oxford University
Press Inc.
Price Waterhouse Cooper, 2012, Mining in
Indonesia: investment and taxation
guide.. www.pwc.com/id

13
Muhamad Imron, Interaksional simbolik aktor governance dalam kebijakan pertambangan di hutan lindung
gunung tumpang pitu banyuwangi

14

You might also like