Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 12

Why younger is not always better when it comes to learning EnglishRASMAN

Yogyakarta / Tue, May 5, 2020 / 12:51 pm

English, learn english, study english (Shutterstock/Sinart Creative)

This article is part of a series to commemorate Indonesian National Education Day on May 2.

Many laypeople think children have an innate ability to soak up a new language like a thirsty little
sponge and that neither teenagers nor adults can keep pace with them. They believe this natural
capacity for acquiring multiple languages will decline with age.

This belief encourages some researchers to propose a time limit to learn a new language. They argue
that children are more adept at language acquisition due to the plasticity of their brains, which will have
become immutable at the onset of puberty.

Recent empirical studies, however, have provided evidence against the idea of an upper age limit to
learning a new language.

More researchers now agree that the ability to achieve high or even native-like proficiency cannot be
exclusively attributed to age and is affected by other factors, such as cognitive, social and emotional
aspects.

Old and young have the same learning capacity

The idea that there is a critical period to learn a language is based on the observation that children and
adults have different brain structures.

Children under the age of 9 or 13 are believed to have a brain organisation capable of learning more
than one language without any confusion.

After this period, they will find it difficult, if not impossible, to reach native-like proficiency in a language
because their brains will have become completely lateralized.

The lateralized brain refers to the condition where the language functions have been completely
localised to one side of the brain, usually the left hemisphere. As a result, language learning becomes
more conscious and challenging.

That conclusion has become common knowledge despite its implausibility, as it relies on a direct
relationship between the patterns of brain activation and the level of language proficiency.

Even assuming such close linkage does occur, holding fast to this idea has become much harder as
ample evidence is now at odds with it.
A recent study found much of the brain plasticity that exists in childhood is still preserved in adulthood.
This means older learners are also capable of being highly proficient – younger is not always better.

Late starters can catch up with early starters

When it comes to attaining proficiency, much research has also provided evidence against the notion
that late starters will always lag behind early beginners.

For instance, Carmen Muñoz, an English linguistics and applied linguistics professor at the University of
Barcelona, Spain, and her research team found early starters do not outperform late starters when both
groups receive the same amount of language instruction. They drew this conclusion from data gathered
through their long-term research project about the development of English proficiency in learners aged
8, 11, 14 and over 18 in Barcelona.

In a similar study, an expert in psycholinguistics and language acquisition from Austria, Simone E.
Pfenninger, and his colleague, David Singleton, arrived at the same conclusion.

They analysed data from 200 English learners in different age groups between 2009 and 2015 in
Switzerland. They concluded late beginners can quickly catch up with the level of proficiency attained by
the early starters. This research further indicates that the belief about the benefits of learning English
early does not hold up.

Furthermore, some studies have provided evidence that late second-language learners can reach native-
like levels of proficiency.

Many who started to learn English after the age of 20 were reported to have become native-like
speakers.

All of this evidence challenges the assumption that learning English early can give competitive
advantages.

Factors other than age affect children’s proficiency

Consensus is growing among researchers that children’s second-language development depends on the
interactions between cognitive, social and emotional factors.

These factors include the amount of opportunities to learn English, motivation, aptitude, identity and
willingness to communicate.

Some of these factors can be more prominent than the others, depending on the learners’ individual
differences and socio-cultural contexts.

(Shutterstock.com)
For instance, those who are immersed in English-speaking countries are more likely to be fluent in
English. This is because they have more opportunities to receive direct inputs from target-language
speakers.

Another example relates to young learners’ identities and family backgrounds.

Early starters coming from wealthy families are likely to attain better outcomes than those from a poor
background. The former usually have adequate teaching inputs along with much wider opportunities to
practise their English through daily communication with parents, private tutors and other people with
high levels of English proficiency in their immediate environment.

This extreme variability in early starters’ learning outcomes again indicates that younger is not always
better.

Second-language learners from different age groups seem to have the same prospects of becoming
highly proficient speakers as long as they are placed in a supportive environment.

Generalisations about age factors in language learning are, therefore, baseless. Outcomes are
dependent on the complex relationships among various variables.

---

Rasman, Lecturer at the Department of English Education, Yogyakarta State University, Indonesia.,
Universitas Negeri Yogyakarta

This article is republished from The Conversation under a Creative Commons license. Read the original
article.

Disclaimer: The opinions expressed in this article are those of the author and do not reflect the official
stance of The Jakarta Post.
Mengapa lebih muda tidak selalu lebih baik dalam hal belajar bahasa Inggris

RASMAN

Yogyakarta / Sel, 5 Mei 2020 / 12.51

Bahasa Inggris, belajar bahasa Inggris, belajar bahasa Inggris (Shutterstock / Sinart Creative)

Artikel ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Pendidikan Nasional Indonesia pada 2 Mei.

Banyak orang awam berpikir bahwa anak-anak memiliki kemampuan bawaan untuk menyerap bahasa
baru seperti spons kecil yang haus dan baik remaja maupun orang dewasa tidak dapat mengimbangi
mereka. Mereka yakin kemampuan alami untuk menguasai berbagai bahasa ini akan menurun seiring
bertambahnya usia.

Keyakinan ini mendorong beberapa peneliti untuk mengusulkan batasan waktu untuk mempelajari
bahasa baru. Mereka berpendapat bahwa anak-anak lebih mahir dalam penguasaan bahasa karena otak
mereka yang plastis, yang akan menjadi tidak berubah pada awal pubertas.

Studi empiris baru-baru ini, bagaimanapun, telah memberikan bukti yang menentang gagasan batas usia
atas untuk belajar bahasa baru.

Lebih banyak peneliti sekarang setuju bahwa kemampuan untuk mencapai kecakapan yang tinggi atau
bahkan seperti penutur asli tidak dapat secara eksklusif dikaitkan dengan usia dan dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain, seperti aspek kognitif, sosial dan emosional.

Tua dan muda memiliki kapasitas belajar yang sama

Gagasan bahwa ada masa kritis untuk belajar bahasa didasarkan pada pengamatan bahwa anak-anak
dan orang dewasa memiliki struktur otak yang berbeda.

Anak-anak di bawah usia 9 atau 13 tahun diyakini memiliki organisasi otak yang mampu mempelajari
lebih dari satu bahasa tanpa kebingungan.

Setelah periode ini, mereka akan merasa sulit, jika bukan tidak mungkin, untuk mencapai kemahiran
seperti penutur asli dalam suatu bahasa karena otak mereka akan menjadi sepenuhnya lateral.

Otak lateral mengacu pada kondisi di mana fungsi bahasa telah sepenuhnya terlokalisasi pada satu sisi
otak, biasanya belahan kiri. Hasilnya, pembelajaran bahasa menjadi lebih sadar dan menantang.

Kesimpulan itu telah menjadi rahasia umum meskipun tidak masuk akal, karena hal itu bergantung pada
hubungan langsung antara pola aktivasi otak dan tingkat kemahiran bahasa.
Bahkan dengan asumsi keterkaitan erat seperti itu memang terjadi, berpegang teguh pada gagasan ini
menjadi jauh lebih sulit karena banyak bukti yang sekarang bertentangan dengannya.

Sebuah penelitian terbaru menemukan banyak plastisitas otak yang ada di masa kanak-kanak masih
terawetkan hingga dewasa. Ini berarti pelajar yang lebih tua juga mampu menjadi sangat mahir - lebih
muda tidak selalu lebih baik.

Pemula yang terlambat dapat mengejar ketinggalan dengan pemula awal

Dalam hal pencapaian kemahiran, banyak penelitian juga memberikan bukti yang menentang anggapan
bahwa pemula yang terlambat akan selalu tertinggal dari pemula.

Misalnya, Carmen Muñoz, seorang profesor linguistik dan linguistik terapan Inggris di University of
Barcelona, Spanyol, dan tim risetnya menemukan bahwa pemula awal tidak mengungguli pemula yang
terlambat ketika kedua kelompok menerima jumlah pengajaran bahasa yang sama. Mereka menarik
kesimpulan ini dari data yang dikumpulkan melalui proyek penelitian jangka panjang mereka tentang
pengembangan kecakapan bahasa Inggris pada pelajar berusia 8, 11, 14, dan lebih dari 18 tahun di
Barcelona.

Dalam studi serupa, pakar psikolinguistik dan penguasaan bahasa dari Austria, Simone E. Pfenninger,
dan koleganya, David Singleton, sampai pada kesimpulan yang sama.

Mereka menganalisis data dari 200 pelajar bahasa Inggris dalam kelompok usia berbeda antara 2009
dan 2015 di Swiss. Mereka menyimpulkan bahwa pemula yang terlambat dapat dengan cepat mengejar
tingkat kemahiran yang dicapai oleh pemula. Penelitian ini lebih jauh menunjukkan bahwa kepercayaan
tentang manfaat belajar bahasa Inggris sejak dini tidak kuat.

Selain itu, beberapa penelitian telah memberikan bukti bahwa pembelajar bahasa kedua yang terlambat
dapat mencapai tingkat kemahiran seperti penutur asli.

Banyak yang mulai belajar bahasa Inggris setelah usia 20 tahun dilaporkan telah menjadi penutur asli.

Semua bukti ini menantang asumsi bahwa belajar bahasa Inggris sejak dini dapat memberikan
keunggulan kompetitif.

Faktor selain usia mempengaruhi kemampuan anak

Konsensus tumbuh di antara para peneliti bahwa perkembangan bahasa kedua anak-anak bergantung
pada interaksi antara faktor kognitif, sosial dan emosional.

Faktor-faktor ini meliputi jumlah kesempatan untuk belajar bahasa Inggris, motivasi, bakat, identitas,
dan kemauan untuk berkomunikasi.

Beberapa dari faktor-faktor ini dapat lebih menonjol daripada yang lain, tergantung pada perbedaan
individu dan konteks sosio-budaya peserta didik.
(Shutterstock.com)

Misalnya, mereka yang tinggal di negara-negara berbahasa Inggris cenderung fasih berbahasa Inggris. Ini
karena mereka memiliki lebih banyak kesempatan untuk menerima masukan langsung dari penutur
bahasa target.

Contoh lain berkaitan dengan identitas pelajar muda dan latar belakang keluarga.

Pemula awal yang berasal dari keluarga kaya cenderung mencapai hasil yang lebih baik daripada mereka
yang berlatar belakang miskin. Yang pertama biasanya memiliki masukan pengajaran yang memadai
bersama dengan peluang yang lebih luas untuk mempraktikkan bahasa Inggris mereka melalui
komunikasi sehari-hari dengan orang tua, guru privat, dan orang lain dengan kemampuan bahasa Inggris
tingkat tinggi di lingkungan terdekat mereka.

Variabilitas ekstrim dalam hasil belajar pemula sekali lagi menunjukkan bahwa lebih muda tidak selalu
lebih baik.

Pelajar bahasa kedua dari kelompok usia yang berbeda tampaknya memiliki prospek yang sama untuk
menjadi penutur yang sangat mahir selama mereka ditempatkan di lingkungan yang mendukung.

Oleh karena itu, generalisasi tentang faktor usia dalam pembelajaran bahasa tidak berdasar. Hasil
bergantung pada hubungan kompleks di antara berbagai variabel.

---

Rasman, Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia.,
Universitas Negeri Yogyakarta

Artikel ini diterbitkan ulang dari The Conversation di bawah lisensi Creative Commons. Baca artikel
aslinya.

Penafian: Pendapat yang dikemukakan dalam artikel ini adalah milik penulis dan tidak mencerminkan
sikap resmi The Jakarta Post.

Survey

Tittle : Why younger is not always better when it comes to learning English.

Author : Rasman
Publisher : The Jakarta Post

Date/time of Publication : Tuesday, May 5, 2020 / 12:51 pm

Place of the Publisher : Yogyakarta

Content : This article explain that age cannot be used as a measure that a younger person is better at
mastering and absorbing multiple languages.

Recommendation : This article is very interesting to read because by reading this article the reader will
better understand that age is not a factor in learning other languages. A person who is younger does not
mean he or she is better versed in various languages.

Question

1. Mengapa kebanyakan orang berpendapat bahwa anak anak atau orang yang usianya lebih muda lebih
mahir menguasai bahasa baru?

2. Apa bukti yang menunjukkan bahwa seseorang yang lebih muda tidak selalu lebih baik dalam
menguasai bahasa baru?

3. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang agar mahir/menguasai bahasa lain?

4. Mengapa latar belakang keluarga menjadi salah satu hal yang mendukung seseorang untuk lebih
menguasai bahasa?

5. Mengapa usia seseorang tidak mempengaruhi seseorang dalam mempelajari bahasa baru?

Indonesia

Inggris

1. Mengapa kebanyakan orang berpikir bahwa anak-anak atau orang yang lebih muda lebih mahir dalam
menguasai bahasa baru?

2. Apa bukti bahwa orang yang lebih muda tidak selalu lebih baik dalam menguasai bahasa baru?

3. Apa saja faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi mahir / menguasai bahasa lain?

4. Mengapa latar belakang keluarga merupakan salah satu hal yang mendukung seseorang untuk lebih
menguasai bahasa?
5. Mengapa usia seseorang tidak mempengaruhi seseorang dalam mempelajari bahasa baru?

1. Why do most people think that children or younger people are more adept at mastering a new
language?

2. What evidence is there that younger people are not always better at mastering a new language?

3. What are the factors that influence a person to become proficient / master another language?

4. Why is family background one of the things that supports someone to better master the language?

5. Why does a person's age not influence a person in learning a new language?

Read

1. Karena saat ini kebanyakan orang masih berfikiran bahwa seseorang yang lebih muda lebih mampu
dalam menyerap bahasa baru secara cepat.

2. Saat ini telah berkembang berbagai penelitian baru bahwa seseorang yang lebih muda tidak selalu
lebih baik, salah satunya dalam sebuah penelitian mengatakan bahwa didalam otak anak anak terdapat
banyak plastisitas yang terawetkan hingga seseorang tumbuh dewasa. Oleh karena itu, seorang pelajar
yang lebih tua masih dapat menerima bahasa baru bahkan dapat lebih mahir dari seseorang yang lebih
muda darinya.

3. Selain faktor usia, faktor faktor lainnya seperti aspek kognitif, sosial dan emosional juga sangat
berpengaruh terhadap kemampuan seseorang untuk mencapai kemahiran bahasa yang tinggi. Namun
ada beberapa faktor lain yang lebih menonjol yaitu faktor perbedaan individu dan konteks sosio budaya
peserta didik.

4. Karena anak-anak dari orang tua yang kaya biasanya lebih memiliki kesempatan dan memiliki peluang
yang lebih besar untuk berlatih bahasa inggris, bisa dari komunikasi antara anak dan orangtua,
komunikasi antara anak dengan tutor belajar maupun dengan orang lain yang membuat anak anak dari
keluarga kaya lebih memiliki tingkat kemahiran bahasa inggris yang lebih tinggi.

5. Karena setelah ditarik kesimpulan melalui berbagai penelitian baru telah menunjukkan bahwa baik
muda maupun tua tampaknya sama sama memiliki peluang yang sama dalam menguasai bahasa baru
selama mereka ditempatkan pada lingkungan yang mendukung.
1. Because nowadays most people still think that someone who is younger is better able to absorb new
languages quickly.

2. Currently, various new studies have developed that a younger person is not always better, one of
them in a study said that in the brain of children there is a lot of plasticity that is preserved until
someone grows up. Therefore, an older student can still accept a new language and can even be more
proficient than someone who is younger.

3. Apart from age, other factors such as cognitive, social and emotional aspects also greatly influence a
person's ability to achieve high language proficiency. However, there are several other factors that are
more prominent, namely factors of individual differences and the socio-cultural context of students.

4. Because children of wealthy parents usually have more opportunities and have greater opportunities
to practice English, it can be from communication between children and parents, communication
between children and learning tutors and with other people who make children from the family the
more rich have a higher level of English proficiency.

5. Because after drawing conclusions through various new studies it has shown that both young and old
seem to have the same chance of mastering a new language as long as they are placed in a supportive
environment.

Recite

- Saat ini masih banyak orang orang yang berfikiran bahwa anak anak lebih mampu menyerap bahasa
baru dan lebih dapat menguasai bahasa baru daripada orang dewasa.

- Beberapa orang melakukan penelitian baru-baru ini dan mengungkapkan bahwa faktor usia bukanlah
hal yang membuat seseorang memiliki tingkat kemahiran bahasa baru.

- Dalam sebuah penelitian lain juga mengatakan bahwa didalam otak anak anak terdapat banyak
plastisitas yang terawetkan hingga seseorang tumbuh dewasa. Oleh karena itu, seorang pelajar yang
lebih tua masih dapat menerima bahasa baru bahkan dapat lebih mahir dari seseorang yang lebih muda
darinya.

- Selain faktor usia, faktor faktor lainnya seperti aspek kognitif, sosial dan emosional juga sangat
berpengaruh terhadap kemampuan seseorang untuk mencapai kemahiran bahasa yang tinggi.

- Ada juga beberapa faktor lain yang lebih menonjol yaitu faktor perbedaan individu dan konteks sosio
budaya peserta didik. Faktor-faktor tersebut juga berkaitan dengan identitas seseorang dan latar
belakang keluarga.

- Dari beberapa penelitian baru, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa perbedaan usia antara lebih
muda atau lebih tua tampaknya sama sama memiliki peluang yang sama dalam menguasai bahasa baru
selama mereka ditempatkan pada lingkungan yang mendukung
.

Indonesia

Inggris

Membaca

- Saat ini masih banyak orang yang menganggap bahwa anak-anak lebih mampu menyerap bahasa baru
dan lebih mampu menguasai bahasa baru dibandingkan orang dewasa.

- Beberapa orang melakukan penelitian baru-baru ini dan menemukan bahwa usia bukanlah faktor yang
membuat seseorang mahir dalam bahasa baru.

- Dalam penelitian lain juga dikatakan bahwa pada otak anak banyak terdapat plastisitas yang diawetkan
hingga seseorang beranjak dewasa. Oleh karena itu, seorang siswa yang lebih tua masih dapat
menerima bahasa baru bahkan lebih mahir daripada seseorang yang lebih muda darinya.

- Selain usia, faktor lain seperti aspek kognitif, sosial dan emosional juga sangat mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk mencapai kemampuan berbahasa tinggi.

- Ada juga beberapa faktor lain yang lebih menonjol yaitu faktor perbedaan individu dan konteks sosial
budaya peserta didik. Faktor-faktor tersebut juga terkait dengan identitas seseorang dan latar belakang
keluarga.

- Dari beberapa studi baru, dapat disimpulkan bahwa perbedaan usia antara yang lebih muda atau yang
lebih tua tampaknya memiliki peluang yang sama untuk menguasai bahasa baru selama ditempatkan di
lingkungan yang mendukung.

Read

- Today there are still many people who think that children are better able to absorb new languages and
are better able to master new languages than adults.

- Several people conducted research recently and found that age is not a factor in making a person
proficient in a new language.

- In other studies it was also said that in children's brains there is a lot of plasticity that is preserved until
a person grows up. Therefore, an older student can still accept a new language even more proficiently
than someone younger than him.

- Apart from age, other factors such as cognitive, social and emotional aspects also greatly affect a
person's ability to achieve high language skills.
- There are also several other factors that are more prominent, namely factors of individual differences
and the socio-cultural context of students. These factors are also related to a person's identity and
family background.

- From several new studies, it can be concluded that the age difference between younger and older
people seems to have the same chance of mastering a new language while placed in a supportive
environment.

Review

Banyak orang yang meyakini bahwa mengajarkan bahasa baru pada anak sejak kecil lebih
menguntungkan, karena anak-anak lebih mudah menyerap bahasa baru tanpa upaya keras. Meskipun
hal ini ada benarnya, namun beberapa orang baru baru ini melakukan penelitian dan mengungkapkan
bahwa tidak selalu yang lebih muda lebih mampu menguasai bahasa baru. Hal ini dikarenakan masih
banyaknya faktor yang mempengaruhi tingkat kemahiran seseorang dalam menerima bahasa baru, tidak
hanya dilihat dari faktor usia saja. Beberapa faktor antara lain yaitu aspek kognitif, sosial dan emosional,
faktor perbedaan individu dan konteks sosio budaya peserta didik juga berpengaruh. Oleh karena itu
baik muda atau tua sama sama mendapat kesempatan untuk belajar bahasa baru, dan tidak ada kata
terlambat untuk belajar hal baru.

Review

Many people believe that teaching a new language to children from a young age is more profitable,
because it is easier for children to absorb a new language without much effort. While this may be true,
some people have recently done research and have revealed that it is not always the younger people
who are better able to master a new language. This is because there are still many factors that affect a
person's proficiency level in accepting a new language, not only in terms of age. Several factors,
including cognitive, social and emotional aspects, factors of individual differences and the socio-cultural
context of students also have an effect. Therefore, both young and old get the same opportunity to
learn a new language, and it's never too late to learn new things.

Mind map

Berapa usia seorang anak yang diyakini dapat menerima lebih dari satu bahasa baru tanpa kebingungan?

Dari sebuah penelitian mengungkapkan bahwa usia seorang anak yaitu antara 9-13 tahun diyakini
sebagai koordinasi otak yang mampu mempelajari lebih dari satu bahasa baru tanpa kebingungan.
Apa saja penelitian yang mengungkapkan bahwa usia bukanlah salah satu faktor seseorang untuk mahir
mempelajari bahasa baru?

Pertama di Barcelona, diadakan sebuah penelitian kepada 2 kelompok siswa yang berbeda beda usianya,
dan dari data penelitian menunjukkan bahwa siswa yang terlambat mempelajari bahasa baru ternyata
lebih unggul dari siswa yang lebih awal mempelajari bahasa inggris. Kedua, sama halnya dengan di
Barcelona, di Swiss juga diadakan penelitian yang hampir sama yaitu kepada 200 siswa dengan berbeda
beda usia, dan hasilnya menunjukkan bahwa usia yang lebih tua dapat mengejar tingkat kemahiran dari
siswa pemula yang dari awal mempelajari bahasa baru.

Mind map

How old is a child who is believed to be able to accept more than one new language without confusion?

From a study revealed that the age of a child between 9-13 years is believed to be the coordination of
the brain that is able to learn more than one new language without confusion.

What studies have shown that age is not a factor in someone becoming proficient at learning a new
language?

First in Barcelona, a study was conducted with 2 groups of students with different ages, and the
research data showed that students who were late in learning a new language were superior to students
who were learning English earlier. Second, similarly to Barcelona, in Switzerland, a similar study was
conducted with 200 students of different ages, and the results showed that older people can catch up
with the level of proficiency of beginners who are learning a new language from the start.

You might also like