Professional Documents
Culture Documents
Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Dan Implementasinya
Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Dan Implementasinya
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jurnalcivichukum
Volume 1, Nomor 1, Mei 2016
P-ISSN 2623-0216 E-ISSN 2623-0224
ABSTRACT
Education is a tool to educated nation children who can bring them to enlightenment
in totally, education has a purpose to put a nation buildings up that adhere with values of
intelligence, sensitivity, and care to nation and country. This research expected can reconstruct
national education on crisis set off the problem morality Indonesian nation, rebuild education
thought. Ki Hajar Dewantara has purpose of giving answer on morality crisis, that cannot be
able to stem the problem of the morality series contemporary Indonesian nation, so education
comes back to the prominent in human building that has good individuality (character
humans), like the education that has been aspiration by national education sire (Ki Hajar
Dewantara). This research has the purpose of knowing some problems in the research focus
of research object such as: (1) analyze or inspect the concept thought of education by Ki
HajarDewantara. (2) Relevance the idea thought of education by Ki Hajar Dewantara with
education character and this research using qualitative research method, whereas the method
used in this research is Library Research. The aggregation of data did with investigation way to
Ki Hajar Dewantara opuses, especially education and the concept of education idea. Whereas
data analysis that used in this research is discourse analysis will reveal various literature from
research object. The results of this research show that 1). The concept of education thought
by Ki Hajar Dewantara is about humanist education based on independence, external and
internal freedom that if you take the red yarn is education that human being or education that
can form good students characters. First characteristic is a brilliant mind. Second, intelligent
and skill. Third, health of body and spirit. Fourth, pious to the god. 2) The relevance of
education concept thought by Ki Hajar Dewantara with education character that both want
the same education able to make a form of the whole human, it is freedom human and good
personality. This output research expected can give solution or contribution of thought in
reconstruct national education for education purpose in building Indonesian character people
like education that has been a concept by Ki Hajar Dewantara.
segenap kekuatan kodrat yang ada pada ini. Anak-anak yang dibiarkan di dalam
anak baik sebagai induvidu maupun lingkungan yang sangat memprihatinkan
sebagai anggota masyarakat agar dapat ini, tentu memerlukan pendidikan yang
mencapai kesempurnaan hidup. penuh dengan harapan. Bukan hanya
Sesungguhnya pendidikan merupakan pendidikan yang memposisikan peserta
usaha bangsa ini membawa manusia didik sebagai objek dari perubahan,
Indonesia keluar dari kebodohan, dengan melainkan pendidikan yang memerankan
membuka tabir aktual-transenden dari mereka sebagai manusia yang memiliki
sifat alami manusia (humanis). Di dalam hak (the pedagogy of hope).
pembukaan UUD 1945 dinyatakan Potret hitam dunia pendidikan
bahwa tujuan kita membentuk negara indonesia tidak cukup di lihat dari manajemen
kesatuan Republik Indonesia ialah untuk pendidikan, kesetaraan pendidikan, dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa juga kualitas pendidikan yang buruk.
yang cerdas adalah bangsa yang dapat Akan tetap, di sisi lain juga menyamati
Survive didalam menghadapi segala problematika perjalan pendidikan yang
permasalahan. Sedangkan Menurut pasal 3 tidak mampu mebentuk manusia indonesia
UU No. 20 Tahun 2003 tujuan pendidikan yang berkarakter. Hal ini, bila menyamati
nasional yaitu untuk berkembangnya perjalanan pendidikan kontemporer,
potensi peserta didik agar menjadi manusia bahwa pendidikan nasional tidak mampu
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan membentuk manusia indonesia yang baik
Yang Meha Esa, berakhlak mulia, sehat, ( berkarakter).
berilmu, cakap, kreatif, mendiri, dan Menurut Nurul Huda dalam ( Naim, 2010
menjadi warga negara yang demokratis : 27 ) menemuka ragam persolan pendidikan
serta bertanggung jawab. yang melengkapi apa yang telah terjadi.
Merujuk pada pengertian dan Beberapa persoalan yang berhasil dipetakan
tujuan dari pada pendidikan di atas. Maka ialah sistem pendidikan, peningkatan SDM
sesunguhnya melihat potret pendidikan seperti yang termaktub dalam tujuan
Indonesia sangat-sangatlah buruk sekali pendidikan yakni menghasilkan manusia
atau tidak relavan dengan amat UUD 1945, yang beriman dan bertakwa, berbudi pekerti
dengan realitas pendidikan yang terjadi luhur, berkepribadian, mandiri, cerdas,
di saat ini. Sebut saja, bila ada banyak tangguh, kreatif, terampil dan beretos kerja
anak miskin, terlantar, dan tidak mampu yang tinggi, dinilai sebagai hal yang terlalu
bersekolah karena pertimbangan finesnsial. ideal dan sulit untuk diwujudkan dalam
Wacana ini, telah menjadi penjajah sistem pendidikan seperti sekarang ini. Hal
kesadaran kritis. Tidak hanya itu, yang ini disebabkan karena sistem pendidikan
lebih parah lagi telah menjadi pemutus kita terbentur dalam kepincangan dan
harapan bagi kelas termarginalkan. Praktik kesenjangan.
pendidikan pasar juga dilakukan dengan Permasalah-permasalah yang terjadi
cara menggratiskan biaya sekolah, namun di dunia pendidikan dewasa ini, cukup
tetap saja mengambil pungutan dan kopleks sekali. Dimana dimulai dari
menambah tarif biaya buku atau Lembar permasalahan kurikulum pendidikan,
Kerja Siswa (LKS). Atas dasar fenomena UU Pendidikan, tenaga pendidikan yang
tersebut, malah pemerintah melakukan kurang profesional dalam mendidik siswa,
pembiaran atas segala praktik pendidikan infaktruktur pendidikan yang masih belum
yang berorientasi pasar praktek pendidikan maksiamal, dan paling marak di dunia
juga mahal, kasus pembodohan juga kerap pendidikan dewasa ini ialah permasalah
sekali terjadi di dunia pendidikan saat degradasi moral pendidik maupun peserta
didik dan juga para pemandu negara kebodohan bagi manusia, pendidikan
(pemerintah). Hal ini, jika melihat yang harusnya mampu membentuk dan
dari berbagai media, eleoktronik, cetak melahirkan regenerasi yang baik untuk
maupun lainnya. Bahwa yang menghiasi melanjutkan bangsa dan Negara ini, seakan
lembaran-lembaran maupun siaran dalam tidak mempunyai makna yang baik dalam
media tersebut ialah berita-berita terkait perjalannya, karena jelas-jelas kita bisa
permasalahan degradasi moral pelaku melihat realitas yang terjadi dalam bangsa
pemerintahan, pelajar bahkan seorang Indonesia. Dalam dunia pendidikan, secara
pendidik. Oleh karena itu, salah satu sadar maupun tidak kita seringkali dibodohi
peroblem dalam kehidupan pendidikan dengan praktik pendidikan yang sangat
saat ini sebagai di tegaskan oleh Agus kurang bermutu. Terlebih bahwa pendidikan
Suwignyo ( 2007 : 10), adalah lemahnya saat ini memiliki trend “mutu” yang lebih
disposisi sikap. Disposisi sikap merupakan mementingkan taraf internasional. Dengan
keselarasan antara tindakan dengan kata lain, kualitas yang baik, sebenarnya
pengetahuan yang medasari tindakan. ditentukan oleh internasionalisasi lembaga
Ironisnya, pemerintah yang harus formil pendidikan.
memberikan tauladan, maka pejabat-pejabat Problematika yang terjadi dalam
itu sendiri yang sanggat gencar melakukan dunia pendidikan ini tidak terlepas dari
tindakan inmoral (Tindak pidana korupsi, kebijakan-kebijakan pemerintah sebagai
Penyalahgunaan kekuasaan), begitupun pemandu pendidikan yang tidak melihat
dengan pendidik, pendidik yang harusnya, bagiamana terobosan-terobosan yang
menjadi motivator, mediator, memberikan seharusnya dilakukan, demi menciptakan
tauladan, sebagai orang tua bagi anak- sebuah pendidikan yang mampu membangun
anak, malah menjadi seorang majikan manusia indonesia yang baik, sehingga
yang biadap, dengan melakukan tindak nantinya akan melahirkan pendidikan
kekerasan bagi siswanya, melakukan yang baik, demi menyantarkan manusia
pelecehan terhadap siswi. Inilah merupakan indonesia yang berkarakter. Hal ini, bila
sebuah ironis bagi seorang pendidik yang dicermati dengan cerdik, permasalahn
harusnya menyembangkan pendidikan yang timbul dalam dunia pendidikan kita,
membangun manusia yang baik, ialah pendidikan yang hanya menekan pada
justruh, melanggar etika-etika atau sifat pembentukan tingkat intelektual seorang
keprofesionalnya seorang pendidik sebagai peserta didik semata. Bukan pendidikan
pelaku pembentuk karakter siswa. Hal yang mampu membentuk karakter baik
lain juga yang marak dan sulit dibendung manusia Indonesia. Sebenarnya pendidikan
dalam dunia pendidikan nasional dewasa yang harus berasakan budaya dan kearifan
ini ialah maraknya terjadi degradasi moral lokal orang indonesia. Dan hal pendidikan
yang dilakukan oleh peserta didik itu sendi, itu, sebenarnya telah dikonsepkan oleh
dimana peserta didik melakukan tindakan- Bapak pendidikan indonseia yaitu Ki Hajar
tindakan yang kurang baik. Tindakan Dewantara.
tersebut yaitu tawuran, penggalahgunaan Konsep pendidikan Ki Hajar
Narkoba, minuman keras, dan Free sex Dewantara dinilai mengalami kebekuan
(seks bebas). Dan inilah potret paling saat ini. Justru yang terjadi di Indonesia
sulit dibendung dalam dunia pendidikan adalah pengagungan pada konsep
Indonesia dewasa ini, pendidikan yang pendidikan negara barat yang cenderung
idealnya sebagai media atau alat untuk eksploitatif dan berorientasi pasar. Dunia
membentuk manusia yang baik, pendidikan pendidikan di Indonesia pada akhir-
yang harusnya melepaskan belenggu akhir ini mulai mengalami kegamangan.
Sukri, Trisakti Handayani, Agus Tinus, Analisis Konsep Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Dalam Perspektif Pendidikan Karakter
36
Sukri, Trisakti Handayani, Agus Tinus, Analisis Konsep Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Dalam Perspektif Pendidikan Karakter
38
Menurut M. Nazir (1988: 111), dalam ringkas sebagai berikut: pertama, 18 Nilai-
bukunya yang berjudul ‘Metode Penelitian” nilai yang perlu diinternalisasikan kepada
mengemukakan bahwa yang dimaksud peserta didik dalam pengembangan karakter
denga Studi kepustakaan adalah teknik adalah: religius, jujur, toleran, disiplin, kerja
pengumpulan data dengan mengadakan keras, cerdas, kreatif, mandiri, demokratis,
studi penelaahan terhadap buku-buku, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
literatur-literatur, catatan-catatan, dan cinta tanah air, menghargai prestasi,
laporan-laporan yang ada hubungannya bersahabat/ komunikatif, cinta damai,
dengan masalah yang dipecahkan. senang membaca, peduli sosial, peduli
Riset pustaka sekaligus memanfaatkan lingkungan, dan tanggung jawab. Kedua,
sumber perpustakaan untuk memperoleh Penyelenggaraan pendidikan jangan terjebak
data penelitiannya. Tegasnya riset pustaka pada pencapaian target sempit, yang hanya
membatasi kegiatannya hanya pada bahan- melakukan transfer of knowledge (transfer
bahan bacaan meliputi buku-buku, teks pengetahuan) melainkan perlu dengan sengaja
jurnal, majalah-majalah ilmiah dan hasil (by design) mengupayakan terjadinya
penelitian yang berhubungan dengan objek transformasi nilai untuk pembentukan
kajian tersebut koleksi perpustakaan saja karakter anak bangsa. Ketiga, Pembentukan
tanpa memerlukan lapangan (Zed, 2004: karakter peserta didik perlu melibatkan tri
1-2 ). pusat pendidikan (keluarga, sekolah, dan
Secara tegas pula Mestika Zed masyarakat) secara sinergis dan integral.
berargumen, bahwa riset pustaka tidak Keempat, Pengembangan karakter peserta
hannya sekedar urusan membaca dan didikperlu memperhatikan perkembangan
mencatat literatur atau buku-buku budayabangsa sebagai sebuah kontinuitas
sebagaimana yang sering dipahami banyak menuju ke arah kesatuan kebudayaan
orang selama ini. apa yang disebut dengan dunia (konvergensi), dan tetap memiliki
riset pustaka atau teks ini ialah serangkaian sifat kepribadian di dalam lingkungan
kegiatan yang berkenaan dengan metode kemanusiaan sedunia (konsentris). Kelima,
pengumpulan data pustaka, membaca dan Asas dan dasar pendidikan yang digagas Ki
mencatat serta mengolah bahan penelitian. Hadjar Dewantara merupakan landasan
Jadi tema pembahasan kita saat ini bukan dasar yang kokoh untuk membangun
bermaksud untuk mengajarkan bagaimana karakter bangsa, bersendi pada budaya
seorang menjadi ahli perpustakaan, bangsa dengan tidak mengabaikan budaya
melainkan untuk memperkenalkan penelitian asing. Keenam, Sistem pendidikan yang
kepustakaan (literatur) secara garis besar (Zed, dikemukakan Ki Hajar Dewantara (ing
2008: 3 ). ngarsa sung tuladha, ing madya mangun
karsa, dan tut wuru handayani) adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN wasiat luhur yang patut diterapkan dalam
Pembahasan tentang konsep pemikiran mengembangkan karakter peserta didik.
pendidikan KI Hajar Dewantara dan Ketujuh, Corak dan cara pendidikan
relevansinya terhadap pendidikan karakter menurut pandangan Ki Hajar Dewantara
ialah telah di ringkas sebagaimana di bawah patut kita jadikan sebagai acuan dalam
ini. Berdasarkan uraian di atas tentang pengembangan pendidikan karakter.
pandangan dan konsep pendidikan menurut Pendidikan karakter harus bercorak
Ki Hajar Dewantara. Menurut penulis nasional dengan menerapkan cara-cara;
inilah kaitan ataupun relevansinya dengan pemberian contoh, pembiasaan, wulang-
pendidikan karakter yang seharusnya wuruk, laku, dan pengalaman lahir-batin.
dibangun dapat dideskripsikan atau di
Sukri, Trisakti Handayani, Agus Tinus, Analisis Konsep Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Dalam Perspektif Pendidikan Karakter
40
Sukri, Trisakti Handayani, Agus Tinus, Analisis Konsep Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Dalam Perspektif Pendidikan Karakter