Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Civic Hukum

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jurnalcivichukum
Volume 1, Nomor 1, Mei 2016
P-ISSN 2623-0216 E-ISSN 2623-0224

ANALISIS KONSEP PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA


DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN KARAKTER

Sukri, Trisakti Handayani, Agus Tinus


FKIP Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia
Email: Y_shofy@yahoo.com

ABSTRACT
Education is a tool to educated nation children who can bring them to enlightenment
in totally, education has a purpose to put a nation buildings up that adhere with values of
intelligence, sensitivity, and care to nation and country. This research expected can reconstruct
national education on crisis set off the problem morality Indonesian nation, rebuild education
thought. Ki Hajar Dewantara has purpose of giving answer on morality crisis, that cannot be
able to stem the problem of the morality series contemporary Indonesian nation, so education
comes back to the prominent in human building that has good individuality (character
humans), like the education that has been aspiration by national education sire (Ki Hajar
Dewantara). This research has the purpose of knowing some problems in the research focus
of research object such as: (1) analyze or inspect the concept thought of education by Ki
HajarDewantara. (2) Relevance the idea thought of education by Ki Hajar Dewantara with
education character and this research using qualitative research method, whereas the method
used in this research is Library Research. The aggregation of data did with investigation way to
Ki Hajar Dewantara opuses, especially education and the concept of education idea. Whereas
data analysis that used in this research is discourse analysis will reveal various literature from
research object. The results of this research show that 1). The concept of education thought
by Ki Hajar Dewantara is about humanist education based on independence, external and
internal freedom that if you take the red yarn is education that human being or education that
can form good students characters. First characteristic is a brilliant mind. Second, intelligent
and skill. Third, health of body and spirit. Fourth, pious to the god. 2) The relevance of
education concept thought by Ki Hajar Dewantara with education character that both want
the same education able to make a form of the whole human, it is freedom human and good
personality. This output research expected can give solution or contribution of thought in
reconstruct national education for education purpose in building Indonesian character people
like education that has been a concept by Ki Hajar Dewantara.

Keywords: Analysis; Education Character; Ki Hajar Dewantara


PENDAHULUAN bangsa yang beradab dan berbudaya.
Pendidikan adalah media untuk Pendidikan dilahirkan untuk memperbaiki
mencerdaskan kehidupan bangsa segala kebobrokan yang sudah menggumpal
dan membawa bangsa ini pada era di segala sendi kehidupan ini.
aufklarung (pencerahan). Pendidikan Pendidikan harus mampu mewujudkan
merupakan tonggat untuk mengetaskan manusia yang seutuhnya, karena pendidikan
kemiskinan pengetahuan, menyelesaikan berfungsi sebagai proses penyadaran terhadap
persoalan kebodohan, dan menuntaskan manusia untuk mampu mengenal, mengerti
permasalahan bangsa yang seleman ini dan memahami relitas kehidupan sehari-
terjadi ( Yamin, 2009 : 15 ). Pendidikan hari. Kunci pendidikan, adalah kemanusiaan.
juga bertujuan untuk membangun Pendidikan harus dimulai dari persamaan
sebuah bangunan bangsa yang melekat persepsi pemangku pendidikan tentang
dengan nilai-nilai kecerdasan, kepekaan, mendidik itu sendiri.
dan kepedulian terhadap bangsa dan Menurut Ki Hajar Dewantara dalam
Negara. Pendidikan dihadirkan untuk (Siswono, dkk, 2011: 176). Mengartikan
menyantarkan bangsa ini untuk mejadi pendidikan sebagai usaha menuntun
33
34

segenap kekuatan kodrat yang ada pada ini. Anak-anak yang dibiarkan di dalam
anak baik sebagai induvidu maupun lingkungan yang sangat memprihatinkan
sebagai anggota masyarakat agar dapat ini, tentu memerlukan pendidikan yang
mencapai kesempurnaan hidup. penuh dengan harapan. Bukan hanya
Sesungguhnya pendidikan merupakan pendidikan yang memposisikan peserta
usaha bangsa ini membawa manusia didik sebagai objek dari perubahan,
Indonesia keluar dari kebodohan, dengan melainkan pendidikan yang memerankan
membuka tabir aktual-transenden dari mereka sebagai manusia yang memiliki
sifat alami manusia (humanis). Di dalam hak (the pedagogy of hope).
pembukaan UUD 1945 dinyatakan Potret hitam dunia pendidikan
bahwa tujuan kita membentuk negara indonesia tidak cukup di lihat dari manajemen
kesatuan Republik Indonesia ialah untuk pendidikan, kesetaraan pendidikan, dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa juga kualitas pendidikan yang buruk.
yang cerdas adalah bangsa yang dapat Akan tetap, di sisi lain juga menyamati
Survive didalam menghadapi segala problematika perjalan pendidikan yang
permasalahan. Sedangkan Menurut pasal 3 tidak mampu mebentuk manusia indonesia
UU No. 20 Tahun 2003 tujuan pendidikan yang berkarakter. Hal ini, bila menyamati
nasional yaitu untuk berkembangnya perjalanan pendidikan kontemporer,
potensi peserta didik agar menjadi manusia bahwa pendidikan nasional tidak mampu
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan membentuk manusia indonesia yang baik
Yang Meha Esa, berakhlak mulia, sehat, ( berkarakter).
berilmu, cakap, kreatif, mendiri, dan Menurut Nurul Huda dalam ( Naim, 2010
menjadi warga negara yang demokratis : 27 ) menemuka ragam persolan pendidikan
serta bertanggung jawab. yang melengkapi apa yang telah terjadi.
Merujuk pada pengertian dan Beberapa persoalan yang berhasil dipetakan
tujuan dari pada pendidikan di atas. Maka ialah sistem pendidikan, peningkatan SDM
sesunguhnya melihat potret pendidikan seperti yang termaktub dalam tujuan
Indonesia sangat-sangatlah buruk sekali pendidikan yakni menghasilkan manusia
atau tidak relavan dengan amat UUD 1945, yang beriman dan bertakwa, berbudi pekerti
dengan realitas pendidikan yang terjadi luhur, berkepribadian, mandiri, cerdas,
di saat ini. Sebut saja, bila ada banyak tangguh, kreatif, terampil dan beretos kerja
anak miskin, terlantar, dan tidak mampu yang tinggi, dinilai sebagai hal yang terlalu
bersekolah karena pertimbangan finesnsial. ideal dan sulit untuk diwujudkan dalam
Wacana ini, telah menjadi penjajah sistem pendidikan seperti sekarang ini. Hal
kesadaran kritis. Tidak hanya itu, yang ini disebabkan karena sistem pendidikan
lebih parah lagi telah menjadi pemutus kita terbentur dalam kepincangan dan
harapan bagi kelas termarginalkan. Praktik kesenjangan.
pendidikan pasar juga dilakukan dengan Permasalah-permasalah yang terjadi
cara menggratiskan biaya sekolah, namun di dunia pendidikan dewasa ini, cukup
tetap saja mengambil pungutan dan kopleks sekali. Dimana dimulai dari
menambah tarif biaya buku atau Lembar permasalahan kurikulum pendidikan,
Kerja Siswa (LKS). Atas dasar fenomena UU Pendidikan, tenaga pendidikan yang
tersebut, malah pemerintah melakukan kurang profesional dalam mendidik siswa,
pembiaran atas segala praktik pendidikan infaktruktur pendidikan yang masih belum
yang berorientasi pasar praktek pendidikan maksiamal, dan paling marak di dunia
juga mahal, kasus pembodohan juga kerap pendidikan dewasa ini ialah permasalah
sekali terjadi di dunia pendidikan saat degradasi moral pendidik maupun peserta

Jurnal Civic Hukum,Volume 1, Nomor 1, Mei 2016, hal 33-41


35

didik dan juga para pemandu negara kebodohan bagi manusia, pendidikan
(pemerintah). Hal ini, jika melihat yang harusnya mampu membentuk dan
dari berbagai media, eleoktronik, cetak melahirkan regenerasi yang baik untuk
maupun lainnya. Bahwa yang menghiasi melanjutkan bangsa dan Negara ini, seakan
lembaran-lembaran maupun siaran dalam tidak mempunyai makna yang baik dalam
media tersebut ialah berita-berita terkait perjalannya, karena jelas-jelas kita bisa
permasalahan degradasi moral pelaku melihat realitas yang terjadi dalam bangsa
pemerintahan, pelajar bahkan seorang Indonesia. Dalam dunia pendidikan, secara
pendidik. Oleh karena itu, salah satu sadar maupun tidak kita seringkali dibodohi
peroblem dalam kehidupan pendidikan dengan praktik pendidikan yang sangat
saat ini sebagai di tegaskan oleh Agus kurang bermutu. Terlebih bahwa pendidikan
Suwignyo ( 2007 : 10), adalah lemahnya saat ini memiliki trend “mutu” yang lebih
disposisi sikap. Disposisi sikap merupakan mementingkan taraf internasional. Dengan
keselarasan antara tindakan dengan kata lain, kualitas yang baik, sebenarnya
pengetahuan yang medasari tindakan. ditentukan oleh internasionalisasi lembaga
Ironisnya, pemerintah yang harus formil pendidikan.
memberikan tauladan, maka pejabat-pejabat Problematika yang terjadi dalam
itu sendiri yang sanggat gencar melakukan dunia pendidikan ini tidak terlepas dari
tindakan inmoral (Tindak pidana korupsi, kebijakan-kebijakan pemerintah sebagai
Penyalahgunaan kekuasaan), begitupun pemandu pendidikan yang tidak melihat
dengan pendidik, pendidik yang harusnya, bagiamana terobosan-terobosan yang
menjadi motivator, mediator, memberikan seharusnya dilakukan, demi menciptakan
tauladan, sebagai orang tua bagi anak- sebuah pendidikan yang mampu membangun
anak, malah menjadi seorang majikan manusia indonesia yang baik, sehingga
yang biadap, dengan melakukan tindak nantinya akan melahirkan pendidikan
kekerasan bagi siswanya, melakukan yang baik, demi menyantarkan manusia
pelecehan terhadap siswi. Inilah merupakan indonesia yang berkarakter. Hal ini, bila
sebuah ironis bagi seorang pendidik yang dicermati dengan cerdik, permasalahn
harusnya menyembangkan pendidikan yang timbul dalam dunia pendidikan kita,
membangun manusia yang baik, ialah pendidikan yang hanya menekan pada
justruh, melanggar etika-etika atau sifat pembentukan tingkat intelektual seorang
keprofesionalnya seorang pendidik sebagai peserta didik semata. Bukan pendidikan
pelaku pembentuk karakter siswa. Hal yang mampu membentuk karakter baik
lain juga yang marak dan sulit dibendung manusia Indonesia. Sebenarnya pendidikan
dalam dunia pendidikan nasional dewasa yang harus berasakan budaya dan kearifan
ini ialah maraknya terjadi degradasi moral lokal orang indonesia. Dan hal pendidikan
yang dilakukan oleh peserta didik itu sendi, itu, sebenarnya telah dikonsepkan oleh
dimana peserta didik melakukan tindakan- Bapak pendidikan indonseia yaitu Ki Hajar
tindakan yang kurang baik. Tindakan Dewantara.
tersebut yaitu tawuran, penggalahgunaan Konsep pendidikan Ki Hajar
Narkoba, minuman keras, dan Free sex Dewantara dinilai mengalami kebekuan
(seks bebas). Dan inilah potret paling saat ini. Justru yang terjadi di Indonesia
sulit dibendung dalam dunia pendidikan adalah pengagungan pada konsep
Indonesia dewasa ini, pendidikan yang pendidikan negara barat yang cenderung
idealnya sebagai media atau alat untuk eksploitatif dan berorientasi pasar. Dunia
membentuk manusia yang baik, pendidikan pendidikan di Indonesia pada akhir-
yang harusnya melepaskan belenggu akhir ini mulai mengalami kegamangan.

Sukri, Trisakti Handayani, Agus Tinus, Analisis Konsep Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Dalam Perspektif Pendidikan Karakter
36

Pasalnya, pendidikan nasional masih sentral pendidikan. Namun, nilai tambah


mencari-cari model pendidikan kebangsaan yang membuat kajian ini menjadi sangat
yang membangun karakter bangsa. Padahal menarik adalah, kiprah Ki Hajar di dunia
karakter ini sudah kita miliki. aktivisme pendidikan nasional yang selalu
Gagasan pemikiran pendidikan Ki mencoba melakukan perubahan (social
Hajar harus dimunculkan kembali, karena change) di tengah masyarakat secara
yang diharapkan mampu memberi jawaban langsung. Ki Hajar merupakan seorang
yang selama ini, cukup meresahkan jurnalis, pemikir, aktivis politik, tokoh
martabat kemanusiaan. Berbagai problem pendidikan dan kebudayaan. Sehingga
di atas adalah kegagalan pemerintah akhirnya dengan kiprahnya itu, Ki Hajar
dalam menyelenggarakan pendidikan yang Dewantara jadikanlah sebagai bapak
berkualitas. Sejarahwan dari Universitas pendidikan dan juga pahlawan pendidikan
Gadjah Mada, Sutaryo pun tak menampik nasional. Dengan kata lain, ia merupakan
bila pendidikan di Indonesia lebih tokoh kunci, yang begitu berani melakukan
berorientasi pada barat. Ia mengatakan transformasi sosial dan merespon segala
bahwa konsep pendidikan Ki Hadjar permasalahan kontemporer yang ada saat
Dewantara perlu dimunculkan untuk ini. Salah satu konsep pendidikan Ki Hajar
mencapai pendidikan ideal sesuai karakter Dewantara diaplikasikan lewat rumusan
bangsa. Pancasila. Mengamalkan Pancasila dengan
Ki Hajar Dewantara merupakan baik dan benar bisa membentuk manusia
pemikir dan juga tokoh pendidikan di berbudaya yang cocok dengan bangsa
indonesia yang selalu menyuarakan konsep Indonesia.
pendidikan kritis terhadap pendidikan. Ia Pemikiran Ki Hajar Dewantara kembali
adalah salah satu toko pendidikan nasional, dipertimbangkan untuk diaplikasikan dalam
sekaligus bapak pendidikan indonesia dunia pendidikan saat ini. Slogan Tut Wuri
dan pejuang kemerdekaan, yang secara Handayani sudah selayaknya dimaknai
intens mengkritik praktik pendidikan secara mendalam oleh para stake holder
dan memberikan kontribusi pemikiran pendidikan terutama guru sebagai ujung
pendidikan nasional yang selama ini ada tombaknya, sehingga tercipta pendidikan
di Indonesia. Ki Hajar, selalu mencoba yang mampu memerdekakan manusia seperti
menawarkan solusi ilmiah dan rasional apa yang dicita-citakan Ki Hajar Dewantara.
guna perbaikan pendidikan yang mengarah Konsep pemikiran pendidikan oleh
pada pendidikan yang memanusiakan Ki Hajar Dewantara dijelaskan dalam 2
manusia. teori yaitu Pendidikan dan Kebudayaan
Ki Hajar Dewantara bukanlah satu- dan Taman Siswa. Dari kedua konsep itu
satunya tokoh pendidikan kritis nasional diharapkan bisa memberikan pencerahan
yang ada. Namun, banyak pula para bagi para pendidik secara khusus serta semua
pedagogi kritis, di antaranya adalah Tan kalangan masyarakat secara umum untuk
Malaka, KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim melakukan perubahan terhadap pendidikan.
Asyari, Mansour Fakir, Yb. Mangunwijaya, Pendidikan karakter merupakan upaya
Toto Raharjo, Roem Topatimasam, terencana untuk menjadikan peserta didik
Soedjatmoko, H.A.R. Tilaar dan juga tokoh mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-
pendidikan Kritis terkemuka dari Brazil, nilai sehingga peserta didik menjadi insani
yaitu Paulo Freire. Menganalisis pemikiran kamil. Dimana tujuan pendidikan karakter
Ki Hajar Dewantara dalam kajian ini, meningkatkan mutu penyelenggaraan
bukan semata-mata untuk memposisikan dan hasil pendidikan di sekolah melalui
bahwa Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pembentukan karakter peserta didik secara

Jurnal Civic Hukum,Volume 1, Nomor 1, Mei 2016, hal 33-41


37

utuh, terpadu dan seimbang, sesuai dengan memberikan sumbangan pemikiran


standar kompotensi lulusan. terhadap dunia pendidikan, khususnya
Adapun nilai-nilai yang perlu pendidikan Karakter.
dihayati dan diamalkan oleh guru saat
mengajarkan mata pelajaran di sekolah METODE
adalah: religius, jujur, toleran, disiplin, kerja Metode penelitian ini adalah kajian
keras, cerdas, kreatif, mandiri, demokratis, pustaka (library research). Kajian pustaka
rasa inggin tahu, rasa kebangsaan, merupakan teknik penelitian dengan cara
cintah tanah air, menghargai prestasi, melakukan penelusuran-penelusuran tentang
bersahabat/ komunikatif, cinta damai, konsep-konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara.
senang membaca, peduli social, peduli Dalam mempermudah mendapatkan hasil
lingkungan, dan tanggung jawab. Dalam dari pada kajian pustaka terhadap penelitian
hal ini, Ki Hajar Dewantara memberikan ini, yakni peneliti menggunakan teknik
sumbangsi pemikiran tentang pendiddikan membaca dan menganalisis segala tulisan
nasional, dimana pendidkan yang menekan Ki Hajar Dewantara yang ada tentang
pada kebudayaan sendiri yaitu kebudayaan pendidikan, politik, maupun kebudayaan.
Indonesia. Penelitian yang digunakan dalam
Gagasan yang menarik dikaji dari kajian pustaka ini merupakan penelitian
Ki Hajar adalah konsep pancadarma kualitatif, di mana data yang hendak diteliti,
Perguruan Tamansiswa yang disusun adalah data-data yang memiliki kualitas
pada 1947. Konsep ini, Ki Hajar seolah makna-makna tertentu. Atas penggalian
ingin mengungkapkan bahwa usaha-usaha terhadap makna-makna tersebut, diharapkan
mencerdaskan kehidupan bangsa harus akan menemukan makna-makna terhadap
memiliki landasan yang kuat. Asas-asas realitas, peristiwa, aktivitas sosial, persepsi
pancadarma ini merupakan intisari dari dan pemikiran yang diajukan sebagai obyek
karakter pendidikan Indonesia. Jadi, dilihat analisis atau diskursus utama penelitian
dari pengertian pendidikan karakter dan (Sukmadinata, 2007: 60).
pemikirian Ki Hajar tentang pendidikan. Pendekatan dalam penelitian ini
Maka konsepsi pemikiriran Ki Hajar menggunakan pendekatan kualitatif karena
Dewantara terhadap pendidikan karakter data yang dihasilkan berupa data deskriptif
yaitu mempunyai relefansi membentuk dalam bentuk pernyataan-pernyataan atau
manusia indonesia seutuhnya sesuai kata-kata tertulis yang berasal dari sumber
dengan kebudayaan nasional. data yang diamati atau diteliti agar lebih
Pendidikan karakter yang dimaksud mudah dalam memahami (Natsir, 1998:
dalam skripsi ini adalah pendidikan yang 62). Sedangkan jenis penelitiannya penulis
mengantarkan peserta didik memmpunyai menggunakan jenis penelitian studi pustaka
pribadi yang luhur, tanggung jawab (library research) yaitu penelitian yang
mempunyai nasionalisme dan mempunyai berdasarkan pada kajian tulisan-tulisan
jiwa kritis yang sejatinya dimiliki oleh atau pustaka yang sesuai dan relevan dengan
siswa. Oleh karena itu perlu mengkaji penelitian tersebut. Penelitian ini dilakukan
kembali konsep pemikiran Ki Hajar lewat beragam informasi kepustakaan (buku,
Dewantara dalam pendidikan. Khususnya ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah dan
yang di kaji dalam penelitian ini ialah dokumen) (Zed, 2004 : 89 ). Studi pustaka
konsep Pemikiran Ki Hajar Dewantara digunakan dalam penelitian ini karena
setelah pulang diasingkan dari Negara efektif dan efisien untuk menganalisis
belandan dengan membangun Sekolah tentang konsep pemikiran Ki Hajar
Taman Siswa, dengan harapan dapat Dewantara.

Sukri, Trisakti Handayani, Agus Tinus, Analisis Konsep Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Dalam Perspektif Pendidikan Karakter
38

Menurut M. Nazir (1988: 111), dalam ringkas sebagai berikut: pertama, 18 Nilai-
bukunya yang berjudul ‘Metode Penelitian” nilai yang perlu diinternalisasikan kepada
mengemukakan bahwa yang dimaksud peserta didik dalam pengembangan karakter
denga Studi kepustakaan adalah teknik adalah: religius, jujur, toleran, disiplin, kerja
pengumpulan data dengan mengadakan keras, cerdas, kreatif, mandiri, demokratis,
studi penelaahan terhadap buku-buku, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
literatur-literatur, catatan-catatan, dan cinta tanah air, menghargai prestasi,
laporan-laporan yang ada hubungannya bersahabat/ komunikatif, cinta damai,
dengan masalah yang dipecahkan. senang membaca, peduli sosial, peduli
Riset pustaka sekaligus memanfaatkan lingkungan, dan tanggung jawab. Kedua,
sumber perpustakaan untuk memperoleh Penyelenggaraan pendidikan jangan terjebak
data penelitiannya. Tegasnya riset pustaka pada pencapaian target sempit, yang hanya
membatasi kegiatannya hanya pada bahan- melakukan transfer of knowledge (transfer
bahan bacaan meliputi buku-buku, teks pengetahuan) melainkan perlu dengan sengaja
jurnal, majalah-majalah ilmiah dan hasil (by design) mengupayakan terjadinya
penelitian yang berhubungan dengan objek transformasi nilai untuk pembentukan
kajian tersebut koleksi perpustakaan saja karakter anak bangsa. Ketiga, Pembentukan
tanpa memerlukan lapangan (Zed, 2004: karakter peserta didik perlu melibatkan tri
1-2 ). pusat pendidikan (keluarga, sekolah, dan
Secara tegas pula Mestika Zed masyarakat) secara sinergis dan integral.
berargumen, bahwa riset pustaka tidak Keempat, Pengembangan karakter peserta
hannya sekedar urusan membaca dan didikperlu memperhatikan perkembangan
mencatat literatur atau buku-buku budayabangsa sebagai sebuah kontinuitas
sebagaimana yang sering dipahami banyak menuju ke arah kesatuan kebudayaan
orang selama ini. apa yang disebut dengan dunia (konvergensi), dan tetap memiliki
riset pustaka atau teks ini ialah serangkaian sifat kepribadian di dalam lingkungan
kegiatan yang berkenaan dengan metode kemanusiaan sedunia (konsentris). Kelima,
pengumpulan data pustaka, membaca dan Asas dan dasar pendidikan yang digagas Ki
mencatat serta mengolah bahan penelitian. Hadjar Dewantara merupakan landasan
Jadi tema pembahasan kita saat ini bukan dasar yang kokoh untuk membangun
bermaksud untuk mengajarkan bagaimana karakter bangsa, bersendi pada budaya
seorang menjadi ahli perpustakaan, bangsa dengan tidak mengabaikan budaya
melainkan untuk memperkenalkan penelitian asing. Keenam, Sistem pendidikan yang
kepustakaan (literatur) secara garis besar (Zed, dikemukakan Ki Hajar Dewantara (ing
2008: 3 ). ngarsa sung tuladha, ing madya mangun
karsa, dan tut wuru handayani) adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN wasiat luhur yang patut diterapkan dalam
Pembahasan tentang konsep pemikiran mengembangkan karakter peserta didik.
pendidikan KI Hajar Dewantara dan Ketujuh, Corak dan cara pendidikan
relevansinya terhadap pendidikan karakter menurut pandangan Ki Hajar Dewantara
ialah telah di ringkas sebagaimana di bawah patut kita jadikan sebagai acuan dalam
ini. Berdasarkan uraian di atas tentang pengembangan pendidikan karakter.
pandangan dan konsep pendidikan menurut Pendidikan karakter harus bercorak
Ki Hajar Dewantara. Menurut penulis nasional dengan menerapkan cara-cara;
inilah kaitan ataupun relevansinya dengan pemberian contoh, pembiasaan, wulang-
pendidikan karakter yang seharusnya wuruk, laku, dan pengalaman lahir-batin.
dibangun dapat dideskripsikan atau di

Jurnal Civic Hukum,Volume 1, Nomor 1, Mei 2016, hal 33-41


39

SIMPULAN berkembang atas dasar kodratnya sendiri.


Setelah mengkaji konsep pemikiran Dan teknik mendidik dan mendorong
pendidikan Ki Hajar Dewantara dalam yang lahir dari Tamansiswa atas pemikiran
Taman siswa tentang pendidikan yang Ki Hajar Dewantara yaitu terdapat pada
meliputi pendidikan humanistik yang Trilogi, Ing Ngarsa Sung Tuladha,
membentuk karakter maka dapat Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri
disimpulkan dalam beberapa bagian berikut Handayani, yang artinya guru disebut
ini: Konsep pemikiran pendidikan Ki Hajar sebagai fasilitator, mediator dan motivator
Dewantara dapat di telusuri pada saat yang akan mengantarkan peserta didik
tahun mendirikan Tamansiswa. Ki Hajar mengembangkan pendidikanya, hingga
Dewantara dkk, menyatakan berdirinya dapat membangun jiwan siswa berkarakter
National Onderwij Institut Taman siswa kuat.
atau Perguruan Taman siswa di Yogyakarta Pendidikan di Indonesia ini telah
Pada 3 Juli 1912. Kemudian Ki Hajar mengalami kemorosotan nilai moral
Dewantara mengerakan perkembangan penghargaan terhadap peserta didik,
Taman siswa setelah sepulang dari negara pembentukan karakter, pendidikan
Belanda pada tahun 1919. Lahirnya memanusiakan manusia (Humanis),
tamansiswa didorong oleh keadaan dimana belenggu ketidakadilan pendidikan,
bangsa yang masih mengalami kekurangan pendidikan yang monoton, pendidikan yang
dan pengajaran dalam pendidikan. Menurut menjauhkan peserta didik dari kebudayaan,
rakyat perlu disiapkan untuk memiliki pendidikan yang hanya menekan pada
jiwa yang sehat. Dari kesadaran itulah, tingkat intelektulitas dan pendidikan yang
maka lahirlah Taman siswa sebagai bentuk tanpa memberikan ruang kebebasan untuk
gerakan pendidikan untuk melawan sistem berpikir kritis bagi peserta didik. Oleh
pendidikan kolonial yang saat itu tidak karena itu, pemikiran Ki Hajar Dewantara
sesuai dengan semangat bangsa Indonesia. perlu di rekonstruksi. Hal itu, disebabkan
Pergerakan itu, dilakukan untuk mencapai pemikiran pendidikan Ki Hajar sangat
cita-cita membangun manusia Indonesia mempunyai relevansi terhadap pendidikan
yang berkarakter. Untuk mencapai cita- Karakter. Karena, Pendidikan karakter juga
cita itu. Maka, Ki Hajar mengembangkan dikatakan sebagai satu pranata sosial yang
konsep pengajaran melalui Metode Among. tidak hanya melihat bahwa pendidikan
Metode Among merupakan salah satu itu sebagai upaya mencerdaskan semata,
teknik pengajaran dalam pendidikan yang melainkan sejalan dengan pemikiran
menunutun tujuan membentuk jiwa anak- pendidikan Ki Hajar Dewantara dalam
anak sebagai bangsa yang berkarakter, Taman siswa yang sama-sama menginginkan
membimbing manusia agar bisa hidup pendidikan membangun manusia berkarakter,
dengan kecakapan dan kepandaian sendiri, mempunyai tingkat intelektual yang baik,
menciptakan manusia yang berguna bagi dan mempunyai moralitas yang tinggi
diri sendiri dan masyarakat. Ki Hajar dan akhirnya membawa peserta didik ke
Dewantara juga menyajarkan pentinya insani yang baik, sesuai dengan hakikat
sistem Tri Pusat pendidikan yang satu kemanusiaan.
sama lain saling berkaitan yaitu pendidikan Melihat problematika yang dihadapi
dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. dunia pendidikan saat ini, maka penulis
Ketiga hal ini sangat berpengaruh dalam berharap tulisan tentang pendidikan ini
membentuk watak dan kepribadian anak. bisa memberikan sumbangsi yang berarti
Dalam mendidik anak harus diberi bagi pendidikan, khususnya pendidikan
tuntunan dan dorongan agar tumbuh dan karakter.

Sukri, Trisakti Handayani, Agus Tinus, Analisis Konsep Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Dalam Perspektif Pendidikan Karakter
40

Pemikiran pendidikan Ki Hajar Fudyartanta, Ki. 2010. Membangun


Dewantara harus di rekonstruksi demi Kepribadian dan Watak Bangsa
menjawab problematika pendidikan dalam Indonesia, Yang Harmonis dan
membentuk manusia Indonesia yang lebih Intgral. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
baik, dan ini perlu diperhatikan dan di Gunawan, Ki. 1989. Aktualisasi konsep
renungi bagi pemerintah maupun praktis pendidikan Ki Hadjar Dewantara
pendidikan saat ini. Pendidikan dalam dalam sistem pendidikan nasional
proses pembelajaran memang harus sesuai Indonesia di Gerbang XXI, dalam Ki
dengan corak kultur dimana pendidikan hadjar Dewantara dalam pandangan
tersebut ada, namun tidak bisa dilepaskan para cantrik dan mantriknya.
dari peranan semua pihak pelaku Yogyakarta: MLPTS..
perubahan pendidikan untuk menggagas KBBI. 2002. Kamus Besar Bahasa
kembali konsep pendidikan pemikiran Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ki Hajar Dewantara dalam membangun Lickona, Thomas. 2013. Educating
karakter peserta didik yang memang belum For Charakter, Mendidik Untuk
secara maksimal di terapkan di dunia Membentuk Karakter, Bagaiman
pendidikan. Para pengampu pendidikan Sekolah Dapat mengajarkan Sikap
harus melihat realita yang terjadi di dunia Hormat dan Tanggung Jawab.
pendidikan saat ini, dan semoga tulisan ini Jakarta : Bumi Aksara.
bisa dijadikan rujukan guna memperdalam Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan
dan memperbaikan teori pada presentasi Karakter Menjawab Tantangan
gagasan tentang pendidikan nasional. Krisis Multidimensional. Jakarta:
Bumi Aksara.
DAFTAR PUSTAKA Moleong, Lexi J. 2007. Metodologi
Azzet Muhaimin Akhmad. 2011. Urgensi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Pendidikan Karakter Di Indonesia. Remaja Rosda Karya.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Mu’arif, Syamsul. 2005. Pendidikan
Arikunto Suharsimi. 2003. Manajemen Pluralisme di Indonesia. Yogyakarta:
Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Logung Pustaka.
Asmani Ma’mur Jamal. 2012. Buku Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta,
Panduan Internalisasi Pendidikan Ghalia Indonesia
Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Natsir, M. 1998. Metode Penelitian.
Diva Press. Jakarta: Balai Pustaka.
Agus Suwigno. 2007. Dasar-dasar Pidarta M ( 1999 ) “ Studi Tentang Landasan
Intelektualitas, Yang Terlupakan Kependidikan, Jurnal, Filasafat,
dalam Hubungan Universitas dan Teori dan Praktek Kependidikan’’,
Dunia Kerja. Yogyakarta : LkiS, Jakarta.
Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif. Puskur.(2009 )” Pengembangan dan
Jakarta: Prenanda Media Group. Pendidikan Budaya & Karakter
Bahrudi dan Moch. Hakim. 2009. Bangsa: Malang: Pedoman Sekolah.
Pendidikan Humanistik konsep, Rahman Arif( 2008 )“Memahami
teori, dan aplikasi praktris dalam Pendidikan dan Ilmu Pendidikan’,
dunia pendidikan. Jogyakarta : Ar- Yogyakarta: Laksbak Mediatama.
Ruzzmedia Raharjo Suparto, ( 2009 ) “ Ki Hajar
Dewantara, Ki Hajar. 1997. Majelis Luhur Dewantara Biografi Singkat’’ 1989-
Persatuan Taman Siswa. Yogyakarta: 1959 Yogyakarta: Grasai House Of
Wasita. book.

Jurnal Civic Hukum,Volume 1, Nomor 1, Mei 2016, hal 33-41


41

Reksohadiprodjo Ki Muchammad Prof. Dr. Sugiyono (2011), “Metode


Said( 1989 ),“Masalah-masalah Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Pendidikan Nasional”. Jakarta: CV. dan R dan D”.Bandung : Alfabeta.
Haji Masagung. Tilaar H.a.r, ( 2002 ), “ Pendidkan
Rifa’il Muhammad, ( 2011 ), “ Sejarah Kebudayaan dan Masyarakat Madani
Pendidikan Nasional Dari Masa Indonesia’’, sebagai reformasi
Klasik Hingga Moderen “ Jogjakarta, pendidikan Nasional, Bandung:
Am Ar- Ruzz Media. Rosda.
Supratman, ( 2004 ),“Mencerdaskan Tauchid Muchammad dan Suratman
Kehidupan Bangsa’’, Yogyakarta: Ki ( 1988). “Taman Siswa dan
Laksbak Mediatama. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Satori Djam’an dan Komariah Aan (2009), Yogyakarta: MLPTS.
“ Metode Penelitian Kualitatif”, UnjL km Kreati Tim ( 2011 ), “ Restorasi
Bandung : Alfabeta. Pendidikan Indonesia, Menuju
Soeratman Darsita, ( 1985 ) “Depertemen masyarakat terdidik berbasis
Pendidikan dan Kebudayaan” budaya’’, Yogyakarta: Ar-Ruzz
Jakarta: Insist Press. Media.
Siswoyo Dwi Dkk, ( 2011 ), “ Undang-undang republik Indonesia Nomor
IlmuPendidikan”, Yogyakarta:Uny 20 Tahun 2003 “Tentang Sistem
Press . Pendidikan Nasional”, Bandung :
Surjomihardjo Abdurrchaman, ( 1986 ), “ focus media.
Ki Hajar Dewantara dan Tamansiswa Yoce Darma Ali, ( 2009 ) “Analisis Wacana
Dalam Sejarah Indonesia Moderen”, Kritis”, Bandung: Yrama Widya.
Yogyakarta: SinarHarapan. Yamin Moh, ( 2009 ) “ Menggugat
Suyadi (2013) “ Strategi Pemberlajaran Pendidikan Indonesia ’’ Belajar Dari
Pendidikan Karakter’’, Bandung: Paulo Freire dan Ki Hajar Dewantara,
Rosda. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Sukmadinata Syaodih Nana ( 2007 )., “ Zed Mestika (2008 ), “ Metode Penelitian
Metode PenelitianPendidikan ’’, Kepustakaan”, Jakarta : Yayasan
Bandung: RosdaKarya. obor Indonesia.
Sukardjo M dan Ukim Komarudin (2010) Zubaidi, 2011. “Desain Pendidikan
“ Landasan Pendidikan Konsep dan Karakter”, Jakarta: Prenada Media
Aplikasinya” Yogyakarta : Rajawali. Group.
Sukardi, ( 2009), “Metodologi Penelitian
Pendidikan”, Jakarta : PT Bumi
askara:

Sukri, Trisakti Handayani, Agus Tinus, Analisis Konsep Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Dalam Perspektif Pendidikan Karakter

You might also like