Professional Documents
Culture Documents
33505-Article Text-140012-2-10-20210723
33505-Article Text-140012-2-10-20210723
26 (3): 354362
ISSN 0853-4217 http://journal.ipb.ac.id/index.php/JIPI
EISSN 2443-3462 DOI: 10.18343/jipi.26.3.354
ABSTRAK
Rajungan hijau (Thalamita crenata) merupakan salah satu spesies tangkapan sampingan (bycatch) utama
perikanan rajungan, dan kajian tentang segi hayati dan tingkat eksploitasinya masih terbatas. Penelitian ini bertujuan
mengevaluasi ukuran, nisbah kelamin, perkembangan gonad, musim pemijahan, dan tingkat eksploitasi spesies
tersebut di Teluk Kendari. Sampel diambil setiap bulan pada lima lokasi pendaratan penangkapan rajungan. Tingkat
eksploitasi rajungan hijau dianalisis dengan konversi kurva hasil tangkapan ke panjang dengan FISAT II. Data
ditampilkan berdasarkan jenis kelamin dan periode sampling. Ukuran karapas hewan jantan lebih besar daripada
betina dan betina oviger, dan nisbah kelaminnya tidak seimbang antara jantan dan betina. Perkembangan gonad
hewan jantan, serta ovarium betina, dan betina oviger didominasi yang matang, dan musim pemijahannya
berlangsung sepanjang tahun. Tingkat eksploitasi rajungan hijau di Teluk Kendari telah lebih tangkap (overfishing),
sehingga perlu dikendalikan penangkapannya.
Kata kunci: nisbah kelamin, musim pemijahan, tangkapan sampingan, tingkat eksploitasi, Thalamita crenata
ABSTRACT
Thalamita crenata is one oft he main species of bycatch of blue swimming crab fishery, and studies on its
biological aspects and its rate of exploitation were still limited.This study aims to determine the size, sex ratio, gonad
development and spawning season as well as the exploitation rate of T. crenata in Kendari Bay. T. crenata sampling
was carried out every month at the five landing location for crab fishing. The exploitation rate of T. crenata was
analyzed by using the converted-catch curve to length by FISAT II. Data were displayed based on sex and sampling
period. The carapace size of malesT. crenata was greater than that of ovigerous females and females, and the its sex
ratio was not balanced between males and females. Gonad of male T. crenata were dominantly ready matured, as
well as tehe ovarium of female and ovigerous female, and spewning occurs throughout the year. The exploitation rate
of T. crenata in Kendari Bay has been overfishing, so it is necessary to controlits fishing.
di perairan Sulawesi Tenggara (Hamid et al. 2016b). ovarium betina dilihat dari perubahan warna dan
Hal yang masih perlu diketahui ialah bagaimana ukuran ovarium, serta dibagi dalam empat tahap
kondisi stok rajungan tersebut memengaruhi stok T. (modifikasi Sigana 2002). Perkembangan kematangan
crenata, karena kepiting ini sebagai tangkapan gonad jantan dibagi dalam tiga tahap berdasarkan
sampingan perikanan rajungan. Oleh karena itu, perubahan morfologi, warna, sebaran testis, dan vas
tingkat eksploitasinya perlu diteliti sehingga diperoleh deferen (de Lestang et al. 2003; Hamid et al. 2016a;
data untuk digunakan sebagai dasar dalam Muhd-Farouk et al. 2017).
pengendalian penangkapan T. crenata terpadu dengan
penangkapan rajungan. Tingkat eksploitasinya baru Penentuan Kelas Ukuran dan Perkembangan
diteliti oleh Songrak et al. (2010) tetapi belum dikaji di Gonad
Indonesia. Penelitian ini dimaksudkan untuk Data lebar kaparas ditampilkan berdasarkan jenis
mengevaluasi ukuran, nisbah kelamin, perkembangan kelamin dan periode sampling. Perbedaan lebar
gonad,musim pemijahan, dan tingkat eksploitasi T. karapas jantan dan betina ditentukan dengan uji Mann-
crenata di Teluk Kendari. Whitney pada p = 0,05 (Steel &Torrie 1992). Distribusi
frekuensi kelas ukuran lebar karapas jantan dan betina
ditentukan dengan lebar kelas 5 mm.
METODE PENELITIAN Proporsi gonad belum berkembang, belum matang
gonad, dan matang gonad setiap jenis kelamin
Lokasi dan Waktu dianalisis dengan menggunakan data gabungan
Penelitian ini dilaksanakan di Teluk Kendari dari semua rangkaian pengamatan perkembangan gonad.
bulan MaretNovember 2019. Data dikumpulkan di Proporsi tahap perkembangan gonad setiap jenis
lima lokasi pendaratan penangkapan rajungan, yaitu kelamin ditampilkan berdasarkan periode sampling.
Lapulu, Leppe, Purirano, Bungkutoko, dan Lalowaru
(Gambar 1). Penentuan Nisbah Kelamin dan Musim Pemijahan
Nisbah kelamin merupakan nisbah jumlah betina
Prosedur Pengambilan Contoh terhadap jumlah jantan, dan ditentukan dengan
Sampel rajungan hijau pada penelitian ini persamaan (Hamid & Wardiatno 2018b), sebagai
merupakan tangkapan sampingan perikanan rajungan berikut:
dengan menggunakan bubu. Sampel dari setiap lokasi ∑ Betina
dikumpulkan setiap bulan, kemudian dipisahkan Nisbah kelamin = ∑ Jantan
(1)
berdasarkan jenis kelamin dan betina mengerami telur
(betina oviger), serta dihitung jumlahnya. Lebar Nisbah kelamin ditampilkan berdasarkan periode
karapas diukur dengan menggunakan jangka sorong sampling dan nisbah kelamin total. Nisbah kelamin
dengan ketelitian 0,05 mm. total diuji terhadap nisbah kelamin 1:1 dengan uji chi-
Perkembangan gonad dan ovarium diamati, diawali kuadrat (χ2) pada p=0,05 (Steel & Torrie 1992).
dengan membuka karapas kepiting. Perkembangan
Gambar 1 Peta lokasi pengambilan smpel di Teluk Kendari (Hamid et al. 2020).
356 JIPI, Vol. 26 (3): 354362
Data betina oviger ditampilkan dalam bentuk jumlah Tingkat eksploitasi (E) merupakan nisbah mortalitas
individu dan proposi terhadap jumlah total betina pada penangkapan (F) terhadap mortalitas total (Z) (Pauly
setiap periode sampling. Musim pemijahan diduga 1984), sebagai berikut:
berdasarkan keberadaan betina oviger (Hamid et al. F
2015, 2016a; Hamid 2019), dan puncak musim E= (5)
Z
pemijahan diduga dari puncak proporsi keberadaan
betina oviger (Sigana 2002; Hamid et al. 2015; 2016a). Jika nilai E > 0,5, tingkat eksploitasi T. crenata telah
lebih tangkap; E = 0,5, tingkat eksploitasi optimum; dan
Penentuan Tingkat Mortalitas dan Eksploitasi E < 0,5, tingkat eksploitasi masih rendah (Pauly 1984).
Data yang digunakan untuk menentukan tingkat
mortalitas dan eksploitasi T. crenata adalah data
gabungan jantan dan betina, dan dianalisis dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
FISAT II (Gayanilo et al. 2005). Tingkat mortalitas total
(Z) ditentukan dengan konversi kurva hasil tangkapan Ukuran Lebar Karapas
ke panjang (Pauly 1984), dan dihitung dengan Ukuran lebar karapasT. crenata di Teluk Kendari
persamaan berikut: beragam antar periode sampling (Tabel 1), dan hal ini
ln (N/Δt) = a + bt (2) identik dengan yang ditemukan di Gazi Creek,Kenya
(Sigana 2010). Lebar karapas jantan di Teluk Kendari
Keterangan: berkisar 23,22100,08 mm dengan rataan 55,97 + 7,82
N = Jumlah rajungan hijau pada setiap kelas ukuran mm, sementara lebar karapas betina berkisar
(ekor) 23,4395,43 mm dengan rataan 50,77 + 7,56 mm.
Δt = Waktu yang dibutuhkan untuk tumbuh dalam Lebar karapas baik jantan maupun betina di Teluk
kelas ukuran (tahun) Kendari lebih besar daripada di Pantai Cochin, India:
t = Umur relatif (tahun) 1170 mm (Thomas 1984), Teluk Sikao, Thailand:
a = Intersep 35,281,2 mm (Songrak et al. 2010), dan Teluk
b = Koefisien regresi sebagai penduga nilai Z Lasongko: jantan 30,273,2 mm dan betina 25,161,3
mm (Hamid et al. 2019), tetapi lebih kecil daripada
Mortalitas alami (M) ditentukan dengan persamaan yang ditemukan di Setiu, Tranggano-Malaysia: 66,9 ±
empiris Pauly (1984), sebagai berikut: 6,9 mm atau 38,981,9 mm (Muhd-Farouk et al. 2017).
Uji Mann-Whitney antara lebar karapas jantan
log (M) = -0,0066-0,279 log (LK∞) +0,6543 log (K) dengan lebar karapas betina dan betina oviger
+0,4637 log (T) (3) menunjukkan perbedaan nyata (p <0,05), berarti
karapas jantan lebih lebar daripada betina dan betina
Keterangan: oviger. Hal ini identik dengan yang dijumpai di Teluk
LK = Lebar karapas infinitif (mm) Lasongko (Hamid et al. 2019) dan Gazi Creek, Kenya
K = Koefisien pertumbuhan (tahun-1) (Sigana 2020), serta di Teluk Sikao, Thailand, yakni
T = Suhu rataan tahunan perairan Teluk Kendari bahwa karapas betina lebih besar daripada jantan
(°C) (Songrak et al. 2010).
Lebar karapas betina oviger berkisar 23,4391,88
Mortalitas penangkapan (F) merupakan pengu- mm dengan rataan 50,41 + 7,88 mm (Tabel 1); berarti
rangan dari mortalitas total (Z) dengan mortalitas alami lebih besar daripada di Pantai Cochin, India: 2155 mm
(Pauly 1984), sebagai berikut: (Thomas 1984), di Gazi Creek, Kenya: 40,5‒50,5 mm
F = Z M (4) (Sigana 2002), di Setiu-Trenggano, Malayasi: 41,8
68,6 mm (Songrak et al. 2010), dan di Teluk Lasongko:
25,161,3 mm (Hamid et al. 2019). Ukuran betina
Tabel 1 Lebar karapas jantan, betina, dan betina oviger T.crenata berdasarkan periode sampling di Teluk Kendari
Lebar karapas (mm)
Periode sampling
Jantan Betina Betina oviger
Maret 42,2076,80 40,6163,21 42,2063,20
April 46,46100,08 37,1495,43 37,1491,88
Mei 40,5973,86 36,9767,96 36,9764,72
Juni 23,2272,48 41,0765,52 41,0762,20
Juli 43,0772,31 23,4369,61 23,4369,61
Agustus 35,0262,84 38,1263,92 40,2262,66
September 40,8768,59 34,7261,24 38,0261,24
Oktober 24,6177,43 23,5162,36 23,5162,29
November 38,9971,56 32,6275,28 43,1960,61
Rataan 55,97 + 7,82 a 50,77 + 7,56 b 50,41 + 7,88 b
Keterangan: Angka pada kolom dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05).
JIPI, Vol. 26 (3): 354362 357
oviger di Teluk Kendari didominasi oleh kelas ukuran ditemukan di Pantai Cochin, India (Thomas 1984), Gazi
45,7355,73 mm (Gambar 2), sedangkan di Pantai Creek, Kenya (Sigana 2002), dan di Teluk Sikao,
Cochin, India, banyak ditemukan pada kelas ukuran Thailand (Songrak et al. 2010). Nisbah kelamin pada
4155 mm (Thomas 1984). Jantan yang matang gonad setiap periode sampling berkisar 0,69:11,53:1. Hasil
di Setiu, Tranggano, Malaysia, banyak ditemukan uji χ2 nisbah kelamin total menunjukkan berbeda nyata
dengan lebar karapas 70,075,0 mm (Muhd-Farouk et (p <0,05) dengan nisbah kelamin 1:1 (Tabel 2). Hasil
al. 2017). penelitian ini serupa dengan yang ditemukan di Gazi
Distribusi frekuensi kelas ukuran lebar karapas Creek, Kenya (Sigana 2002), Teluk Sikao, Thailand
jantan didominasi oleh kelas ukuran dengan nilai (Songrak et al. 2010), dan Teluk Lasongko (Hamid et
tengah 50,7365,73 mm, dan betina didominasi oleh al. 2019), tetapi berlawanan dengan yang ditemukan di
kelas ukuran 45,7355,73 mm (Gambar 2). Hewan Pantai Cochin, India (Thomas 1984). Nisbah kelamin
jantan di Gazi Creek, Kenya, didominasi oleh kelas yang tidak seimbang antara jantan dan betina akan
ukuran 55,580,44 mm, dan betina didominasi kelas memengaruhi keberhasilan pemijahannya (Hamid et
ukuran 40,555,44 mm (Sigana 2002). T. crenata al. 2016a).
jantan di Setiu, Tranggano, Malaysia, didominasi oleh Proporsi T. crenata jantan pada setiap periode
kelas ukuran 60,069,0 mm (Muhd-Farouk et al. 2017). sampling yang ditemukan di Teluk Kendari berkisar
Distribusi frekunesi kelas ukuran lebar karapas jantan, 39,5257,83%, dan betina 42,1760,48% (Tabel 2).
betina, dan betina oviger di Teluk Kendari bersifat Proporsi total jantan lebih rendah daripada proporsi
unimodal, yaitu hanya satu puncak (Gambar 2). Ini total betina (Tabel 2), sedangkan di Pulau Panjang
berarti bahwa kepiting ini kawin secara kontinu (Sigana (Susanto & Irnawati 2014) dan Teluk Lasongko (Hamid
2002), dan identik dengan yang diamati di Gazi Creek, et al. 2019) proporsi jantan lebih tinggi daripada
Kenya (Sigana 2002). proporsi betina. Nisbah kelamin total di Teluk Kendari
lebih rendah daripada yang ditemukan di Gazi Creek,
Nisbah Kelamin Kenya: 1:1.31 (Sigana 2002) dan Teluk Sikao,
Nisbah kelamin dan proporsi setiap jenis kelamin T. Thailand: 1:1,06 (Songrak et al. 2010), dan lebih besar
crenata yang ditemukan di Teluk Kendari beragam daripada di Teluk Lasongko: 1:0,4 (Hamid etal. 2019).
antar periode sampling (Tabel 2), sesuai dengan yang Kelompok dekapoda yang telah matang gonad pada
240
Jantan Betina BO
200
Jumlah (individu)
160
120
80
40
musim pemijahan umumnya bermigrasi ke perairan Betina Oviger dan Musim Pemijahan
yang lebih dalam, dan hal ini akan memengaruhi Jumlah dan proporsi betina oviger yang ditemukan
nisbah kelamin (de Lestang et al. 2003; Haywood & selama penelitian lebih besar daripada jumlah dan
Kenyon 2009; Kunsook et al.2014; Hamid et al. 2016a; proporsi betina non-oviger (Tabel 4). Keberadaan
Hamid 2019). betina oviger di Teluk Kendari dapat ditemukan pada
setiap periode sampling dengan jumlah 1960 individu,
Perkembangan Gonad terbanyak ditemukan pada periode Juli dan Oktober
Perkembangan kematangan gonad jantan di Teluk dan terendah pada periode Agustus. Betina oviger juga
Kendari didominasi oleh yang matang gonad (74,92%), ditemukan sepanjang tahun di Creek Gazi, Kenya
sebagaimana yang ditemukan di Setiu, Trenggano, (Sigana 2002) dan di Teluk Kung Krabaen, Thailand
Malaysia, yaitu proporsi jantan yang matang gonad (Kunsook et al. 2010), sedangkan di Teluk Lasongko
lebih besar daripada yang belum matang gonad tidak ditemukan sepanjang tahun (Hamid et al. 2019).
(Muhd-Farouk et al. 2017). Perkembangan kema- Puncak kelimpahan betina oviger di Creek Gazi, Kenya
tangan ovarium betina dan betina oviger juga didomi- ditemukan pada Januari dan September (Sigana
nasi oleh ovarium yang matang, masing-masing 2002), dan di Teluk Kung Krabaen, Thailand ditemukan
dengan proporsi 55,25% dan 54,60% (Tabel 3). pada Februari‒Maret dan September‒Oktober
Proporsi perkembangan gonad dan ovarium jantan, (Kunsook et al. 2010).
betina, dan betina oviger pada setiap periode sampling T. crenata betina oviger di Teluk Kendari ditemukan
beragam (Gambar 3). Perkembangan gonad jantan pada setiap periode sampling dengan proporsi 33,33‒
pada setiap periode sampling didominasi oleh tahap III 71,23% dari total jumlah betina yang tertangkap;
dengan proporsi berkisar 6195%, dan tahap II tertinggi ditemukan pada Juni dan terendah pada
berkisar 327%, sementara TKG I tidak ditemukan Agustus (Tabel 4 dan Gambar 4). Berdasarkan dari
pada bulan Mei (Gambar 3). Perkembangan keberadaan betina oviger tersebut, dapat diduga
kematangan ovarium betina pada setiap periode bahwa musim pemijahan di Teluk Kendari terjadi
sampling umumnya didominasi oleh tahap III dan IV sepanjang tahun dengan dua puncak musim
(matang), kecuali pada periode Maret, Juli, dan pemijahan, yaitu bulan Juni dan Oktober. Musim
September didominasi tahap I dan II (belum matang). pemijahan juga terjadi sepanjang tahun di Gazi Creek,
Namun, proporsi tahap III lebih tinggi dari tahap IV, Kenya, dan puncak musim pemijahannya pada bulan
masing-masing dengan proporsi berkisar 2143% dan September dan Januari (Sigana 2002), serta juga di
1153% (Gambar 3). Proporsi perkembangan Teluk Teluk Kung Krabaen, Thailand, dengan puncak
kematangan ovarium betina tahap II lebih rendah dari musim pemijahannya pada Maret dan Oktober
tahap I. (Kunsook et al. 2010). Sebaliknya, musim pemijahan T.
Perkembangan kematangan ovarium betina oviger crenata, T. sima, dan T. spinimana di Teluk Lasongko
pada setiap periode sampling umumnya didominasi tidak terjadi sepanjang tahun, dan puncak musim
oleh tahap III dan IV (matang), kecuali pada periode pemijahan T. crenata hanya terjadi pada bulan
Mei dan Juni didominasi oleh tahap I dan II (belum November (Hamid et al. 2019). Musim peminjahanT.
matang (Gambar 3). Perkembangan kematangan danae juga tidak terjadi sepanjang tahun, tetapi puncak
ovarium rajungan betina oviger di Teluk Lasongko juga musim pemijahannya dua kali dalam setahun, yaitu Mei
didominasi oleh yang matang ovarium (Hamid et al. dan Desember (Yau 1992).
2015). Adanya perkembangan ovarium pada betina
oviger menandakan bahwa kepiting ini mengeluarkan Tingkat Mortalitas dan Eksploitasi
telurnya lebih dari satu kali dalam satu musim Tingkat mortalitas total rajungan hijau di Teluk
pemijahan atau memijah secara parsial, dan hal ini Kendari yang dianalisis dengan kurva hasil tangkapan
juga ditemukan pada rajungan (Hamid et al. 2016a). yang dikonversi ke lebar karapas adalah 4,13,tahun-1.
Proporsi perkembangan kematangan ovarium Tingkat mortalitas alami jauh lebih rendah
betina dan betina oviger tertinggi ditemukan pada dibandingkan dengan mortalitas penangkapan, yaitu
tahap III, serupa dengan yang ditemukan di Creek masing-masing sebesar 0,70 dan 3,44 tahun-1.
Gazi, Kenya (Sigana 2002). Perkawinan T. crenata di Temuan ini identik dengan di Teluk Sikao, Thailand
Teluk Kendari terjadi secara kontinu karena jantan dan (Songrak et al. 2010), dan juga sebagaimana
betina yang matang gonad dan betina oviger ditemukan pada rajungan di Teluk Lasongko (Hamid et
ditemukan di setiap periode sampling, sama dengan al. 2016b). Tingkat eksploitasi di Teluk Kendari
hasil penelitian di Creek Gazi, Kenya (Sigana 2002).
Tabel 3 Perkembangan gonad T. crenata berdasarkan jenis kelamin di Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara
Jenis kelamin Belum berkembang (%) Belum matang (%) Matang (%) Total (ind.)
Jantan 4,24 30,85 74,92 590
Betina 10,51 34,24 55,25 295
Betina Oviger 6,03 39,37 54,60 348
JIPI, Vol. 26 (3): 354362 359
100
80
Proporsi (%)
60 III
40 II
I
20
(a) 0
Maret April Mei Juni Juli Agust Septe Okto Nove
T. crenata jantan
100
80
Proporsi (%)
60 IV
III
40
II
20 I
0
(b)
Maret April Mei Juni Juli Agust Septe Okto Nove
T. crenata betina
100
80
Proporsi (%)
60 IV
40 III
II
20
I
0
(c) Maret April Mei Juni Juli Agust Septe Okto Nove
Periode sampling (bulan)
menunjukkan telah terjadi lebih tangkap (overfishing), tangkap, yaitu dengan nilai parameter eksploitasi 0,75
dengan nilai parameter eksploitasi 0,83 tahun-1 (Tabel tahun-1 (Hamid et al. 2016b).
5). Penelitian ini memperlihatkan bahwa penangkapan
Tingkat mortalitas total dan penangkapan T. rajungan sebagai spesies target telah menekan stok T.
crenata yang ditemukan di Teluk Kendari lebih rendah crenata sebagai spesies tangkapan sampingan. Jika
daripada di Teluk Sikao, Thailand, yaitu masing- tidak segera diupayakan pengendalian penang-
masing 7,72 dan 5,02 tahun-1 (Songrak et al. 2010). kapannya yang terpadu dengan penangkapan
Tingkat eksploitasi di Teluk Sikao, Thailand, juga rajungan, kondisi ini akan semakin mendegrasi
mengindikasikan lebih tangkap, tetapi nilainya lebih stoknya di Teluk Kendari (Hamid et al. 2016b; Suman
rendah daripada yang ditemukan pada penelitian ini, et al. 2016). Pengendalian penangkapan T. crenata
yaitu 0,65 tahun-1 (Songrak et al. 2010). Tingkat dan rajungan di Teluk Kendari yang segera diupayakan
eksploitasi rajungan sebagai target perikanan rajungan adalah membatasi penggunaan jumlah bubu rajungan.
di Teluk Lasongko juga telah mengisyaratkan lebih Upaya pengendalian selanjutnya adalah segera
menerapkan pengeloloaan perikanan rajungan
360 JIPI, Vol. 26 (3): 354362
Tabel 4 Jumlah dan proporsi betina oviger, betina non-oviger.T. crenata pada setiap periode sampling di Teluk Kendari
Jumlah Betina (ind.) Proporsi (%)
Periode sampling
Betina non-oviger Betina oviger Betina non-oviger Betina oviger
Maret 17 22 43,59 56,41
April 36 47 43,37 56,63
Mei 31 30 50,82 49,18
Juni 21 52 28,77 71,23
Juli 31 60 34,07 65,93
Agustus 38 19 66,67 33,33
September 35 33 51,47 48,53
Oktober 41 60 40,59 59,41
November 44 26 62,86 37,14
Jumlah (ind.) 294 349 45,72 54,28
80
Proporsi betina oviger (%)
70
60
50
40
30
20
10
0
Maret April Mei Juni Juli Agust
Agustus Septe
September Okto
Oktober Nove
November
Periode sampling (bulan)
Gambar 4 Proporsi keberadaan T. crenata betina oviger berdasarkan periode sampling di Teluk Kendari.
water on the west coast of Australia. Fishery Haywood MDE, Kenyon RA. 2009. Habitat Shifts By
Bulletin. 101: 745757. Decapods and Example of Connectivity
AcrossTropical Coastal Ecosystems. In : Ecological
Gayanilo FC Jr, Sparre P, Pauly D. 2005. FAO- Connectivity AmongTropical Coastal Ecosystems.
ICLARM Stok AssessmentTolls (FISAT II). Revised Nagelkerken, I (editor). London (UK): Springer.
Version. [User's Guide]. Rome (IT): FAO https://doi.org/10.1007/978-90-481-2406-0_7
Computerized Information Series (Fisheries), No 8,
Revised version. [IMACS] Indonesia Marine and Climate Support. 2015.
Protokol Koleksi Data Perikanan Rajungan
Hamid A. 2019. Habitat dan aspek biologi rajungan (Portunus pelagicus) Indoensia. Jakarta (ID):
angin, Podophthalmus vigil (Fabricus 1798) di Teluk USAID-Indonesia.
Lasongko, Sulawesi Tenggara. Jurnal Ilmu
Pertanian Indonesia. 24(1): 111. https:// Kunsook C, Surawut S, Pakdee W,
doi.org/10.18343/jipi.24.1.1 Dumrongrojwatthana P. 2010. Distribution and
abundance of spiny rock crabThalamita crenata
Hamid A, Wardiatno Y. 2018a. Diversity of decapod Latreille, 1826 at Kung Krabaen Bay, Chanthaburi
crustacean in Lasongko Bay, Southeast Sulawesi, Province, Thailand. Chanthaburi (Th): Department
Indonesia. Biodiversity Journal. 9(3): 303311. of Biology, Faculty of Scienceand Technology,
https://doi.org/10.31396/Biodiv.Jour.2018.9.3.303.3 Rambhai Barni Rajabhat University.
11
Kunsook C, Gajaseni N, Paphavasit N. 2014. A stock
Hamid A, Wardiatno Y. 2018b. Biological aspects of assessment of the blue swimming crab Portunus
Charybdis anisodon (De Haan, 1850) in Lasongko pelagicus (Linnaeus, 1758) for sustainable
Bay, Central Buton, Southeast Sulawesi, Indonesia. management in Kung Krabaen Bay, Gulf of
Biodiversitas. 19(5): 7551762. https://doi.org/ Thailand. Tropicalof Life Science Research. 25(1):
10.13057/biodiv/d190523 4159.
Hamid A, Wardiatno Y, Lumbanbatu DTF, Riani E. Muhd-Farouk H, Amin-Safwan A, Arif MS,Ikhwanuddin
2015. Fekunditas dan tingkat kematangan gonad M. 2017. Biological information and size at maturity
rajungan (Portunus pelagicus) betina mengerami of male crenate swimming crab, Thalamita crenata
telur di Teluk Lasongko, Sulawesi Tenggara. Bawal. from Setiu Wetlands, Terengganu coastal waters.
7(1): 4350. https://doi.org/10.15578/bawal.7.1. Journal of Sustainability Science and Management.
2015.43-50 12(2): 119127.
Hamid A, Lumbanbatu DTF, Riani E, Wardiatno Y. Oyama SN. 1968.Neuroendocrine effect on ovarian
2016a. Reproductive biology of blue swimming crab development in the crabThalamita crenata Latreille
(Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) in Lasongko invitro. [Thesis]. Hawaii (US): University of Hawaii.
Bay, Southeast Sulawesi-Indonesia. AACL Bioflux.
9(5): 10531066. https://doi.org/10.33997/ Pauly D. 1984. Fish Population Dynamics in Tropical
j.afs.2016.29.4.004 Waters: A Manual for Use Programmable
Calculators. Manila (PH): ICLARM.
Hamid A, Wardiatno Y, Lumbanbatu DTF, Riani E.
2016b. Stock status and fisheries exploitation of Sigana DO. 2002. Breeding cycle of Thalamita crenata
blue swimming crab Portunus pelagicus (Linnaeus (Latreille, 1829) at Gazi Creek (Maftaha Bay),
1758) in Lasongko Bay, Central Buton, Indonesia. Kenya. Western Indian Ocean Journal Marine
Asian Fisheries Sciences. 29(4): 206219. Science. 1(2): 145153.
https://doi.org/10.33997/j.afs.2016.29.4.004 Songrak A, Koedprang W, Wangpittaya A. 2010.
Hamid A, Wardiatno Y. 2018. Diversity of decapod Fishery biology of spiny rock crab (Thalamita
crustacean in Lasongko Bay, Southeast Sulawesi, crenata Latreille, 1829) in Sikao Bay, Trang
Indonesia. Biodiversity Journal. 9(3): 303311. Province, Thailand. Journal of Fisheries Research.
https://doi.org/10.31396/Biodiv.Jour.2018.9.3.303.3 5(1): 1323.
11 Steel RGD,Torire JH. 1992. Prinsip dan Prosedur
Hamid A, Wardiatno Y, Irawati N. 2019. Biological Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik. Sumantri
aspects of genus Thalamita Latreille, 1829 B., penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
(Decapoda: Portunidae) in Lasongko Bay, Utama. Terjemahan dari: Principles and procedure
Southeast Sulawesi, Indonesia. AACL Bioflux. of statistic: Biometric approach.
12(4): 13351348. Suman A, Irianto HE, Satria F, Khairul AK. 2016.
Hamid A, Kamri S, Irawati N, Wardiatno Y. 2020. Potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan
Community structure of crustacean bycatch of blue di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
swimming crab fisheries (Portunus pelagicus) in Indonesia (WPP NRI) tahun 2015 serta opsi
Kendari Bay, Southeast Sulawesi, Indonesia. AACL pengelolaannya.Jurnal Kebijakan Perikanan
Bioflux. 13(2): 694704.
362 JIPI, Vol. 26 (3): 354362