Professional Documents
Culture Documents
Pengetahuan Lokal Tentang Pemanfaatan Ta Ddbb08b4
Pengetahuan Lokal Tentang Pemanfaatan Ta Ddbb08b4
ABSTRACT
This written work aims to describe the benefits of medicinal plants utilized by the Tolaki people in
treating various illnesses. Local medicinal plant knowledge is experience-based and is passed down
from generation to generation. This research takes a qualitative approach, employing the data
gathering methods of interviews, observation, and documentation. The results of the research indicate
that a subset of the Tolaki population, especially that of the Abelisawah township, continue to make
use of concoctions made from medicinal plants in the treatment of both physical and non-physical
ailments. The medicinal plants are naturally abundant in the immediate environment, and some are
planted around people's houses to serve as family medicine plants. The treatment and administration
of the medical plant concoctions are typically performed by a medicine man (mbu' owai), who recites
a mantra according to the type of illness ailing the patient. The medicinal plants used by the people of
Abelisawa are administered to patients ranging from young children to adults. There are a few factors
that cause the people to continue using the medicine men and the traditional medicine for the
treatment of various illnesses, namely their economic state, limited access to medical and social
services, the belief in the medicine men's power to heal, the understanding of medicinal plants as safe
and free from side effects, a lack of knowledge regarding modern medicine, and convenience in terms
of time needed for treatment.
Keywords: Medicinal Plants, illness, mbu uwoai, Tolaki.
ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan manfaat tanaman obat yang digunakan masyarakat
Tolaki dalam mengobati berbagai penyakit. Pengetahuan lokal tentang tanaman obat diperoleh
berdasarkan pengalaman yang diwariskan secara turun temurun. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian masyarakat Tolaki terutama yang tinggal di Desa Abelisawah
masih memanfaatkan tanaman obat sebagai ramuan untuk mengobati penyakit medis dan non medis.
Tanaman obat banyak tumbuh secara liar di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka, dan sebagian
ditanam dihalaman rumah sebagai TOGA (tanaman obat keluarga). Pengobatan dengan ramuan
tanaman obat biasanya dilakukan oleh dukun (PEX¶ RZDL) dan dibacakan mantra sesuai dengan jenis
penyakit yang diderita pasien. Pemanfaatan tanaman obat digunakan masyarakat Abelisawa mulai dari
pasien anak-anak sampai dewasa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat masih
menggunakan dukun dan ramuan obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit, yaitu faktor ekonomi,
terbatasnya tenaga medis, sosial, kepercayaan akan kemampuan dukun menyembuhkan penyakit,
tanaman obat dianggap aman dan kurang efek sampaingnya, rendahnya pengetahuan tentang
pengobatan medis, dan waktu pelayanan yang mudah.
46
Pengetahuan Lokal tentang Pemanfaatan Tanaman « Raodah
makanan dan minuman dan dengan cara budaya. Oleh sebab itu, dipandang perlu
apapun). Orang Tolaki apabila sakit lebih adanya usaha penelitian dan pengkajian
banyak menggunakan PEX¶XZDL dari pada mengenai sistem pengetahuan lokal tentang
pengobatan dokter. Seorang dukun dalam bagaimana pemanfaatan tanaman obat pada
mengobati suatu penyakit menggunakan masyarakat Tolaki, sebagai salah satu
sejumlah tanaman obat, mereka meramu bagian dari sistem pengetahuan lokal
bahan obat-obatan tersebut, lalu diminum tentang pengobatan tradisional dan faktor-
atau digosokkan kebadan untuk faktor apa yang mempengaruhi masyarakat
menyembuhkan berbagai penyakit Tolaki di Desa Abelisawah masih
(Tarimana, 1993). melakukan pengobatan tradisional. Tujuan
Banyak manfaat yang dirasakan oleh penelitian untuk mendeskripsikan sistem
masyarakat dengan adanya tanaman obat, pengetahuan lokal berkaitan dengan jenis-
bahkan tanaman obat dapat menjadi salah jenis tanaman obat dan pemanfaatannya
satu alternatif yang dapat menyebuhkan untuk menyembuhkan berbagai penyakit,
berbagai macam penyakit yang sangat serta untuk mendeskripsikan dan
ekonomis. Meskipun kemajuan dalam menganalisis faktor±faktor yang
bidang teknologi dan ilmu pengetahuan mempengaruhi masyarakat Tolaki memilih
terus berkembang pesat, namun dan menggunakan pengobatan tradisional.
penggunaan tumbuhan obat sebagai obat
tradisional oleh masyarakat terus meningkat METODE
perkembangannya. Hal ini dapat dilihat Penelitian ini adalah penelitian yang
terutama dari banyaknya obat tradisional bersifat deskriptif dengan memfokuskan
dan jamu-jamu yang diproduksi oleh pada pengetahuan lokal tentang
industri-industri. Menurut Surpiono (1997) pemanfaatan tanaman obat pada masyarakat
ada beberapa manfaat tumbuhan obat, Tolaki di Sulawesi Tenggara. Pendekatan
seperti; a) menjaga kesehatan. Fakta penelitian yang digunakan adalah
keampuhan obat tradisional dalam pendekatan kualitatif. Pendekatan ini
menunjang kesehatan telah terbukti secara diharapkan dapat mengungkap
empirik, penggunaannya pun terdiri atas permasalahan yang berhubungan dengan
berbagai lapisan, mulai anak-anak, remaja, penelitian ini. Dalam pendekatan kualitatif,
dan orang lanjut usia; b) memperbaiki cara hidup dan cara pandang atau
status gizi masyarakat. Banyak tanaman ungkapan-ungkapan emosi dari warga
apotik hidup yang dapat dimanfaatkan masyarakat yang diteliti mengenai suatu
untuk perbaikan dan peningkatan gizi gejala yang ada dalam kehidupan mereka
misalnya kacang, sawo, belimbing wuluh, itu justru digunakan sebagai data (Moleong,
sayur-sayuran, buah-buahan sehingga 2001).
kebutuhan vitamin akan terpenuhi; c) Lokasi penelitian di Desa Abelisawah
menghijaukan lingkungan. Meningkatkan Kecamatan Angglomoare, pemilihan lokasi
penanaman apotik hidup salah satu cara tersebut didasarkan atas pertimbangan
untuk menghijaukan lingkungan tempat bahwa di desa tersebut masih banyak
tinggal; dan d) meningkatkan pendapatan masyarakat yang masih memanfaatkan
masyarakat. Penjualan hasil tanaman akan tanaman obat untuk menyembuhkan
menambah penghasilan keluarga. berbagai penyakit. Data yang dikumpulkan
Menyadari arti pentingnya peranan dalam penelitian berasal dari dua sumber,
pengetahun pemanfaatan tanaman obat yaitu data primer dan sekunder. Data
tradisional dalam rangka pembinaan dan primer, yaitu data yang diperoleh langsung
pengembangan unsur kebudayaan daerah, melalui wawancara dengan informan yang
sebagai bagian dari integral dari upaya terdiri atas: mbu wuoi (dukun) tokoh-tokoh
pembangunan nasional, yang terkait dengan adat, masyarakat yang memanfaatkan
pembinaan karakter bangsa dan ketahanan tanamana obat. Teknik wawancara dengan
48
Pengetahuan Lokal tentang Pemanfaatan Tanaman « Raodah
menggunakan panduan wawancara km, sekitar 1 jam perjalanan, dan dari ibu
(interview guide) dalam hal ini pengetahuan kota provinsi juga relatif dekat sekitar 16
lokal masyarakat Tolaki tentang km dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.
pemanfaatan tanaman obat. Data sekunder, Desa Abelisawah adalah pemekaran
yaitu data tertulis yang diperoleh dari dari Desa Sampara pada tahun 1980 dan
sumber arsip-arsip lokal yang berguna bagi definitif pada tahun1982. Pada tahun 1996
penelitian seperti, Badan Pusat Statistik, Desa Abelisawah, sebagai desa induk
dan sumber kepustakaan, seperti jurnal, dimekarkan dan terbentuklah Desa Galu
artikel, makalah, tesis, disertasi, dan sebagai pemekarannya. Nama Desa
internet. Data ini meliputi: keadaan Abelisawah dalam bahasa Tolaki berarti:
geografis dan luas wilayah, topografi dan ³DLU \DQJ WXUXQ GDUL VDZDK´ 6HFDUD
iklim, kondisi demografi, Desa Abelisawah. adminitratif Desa Abelisawah mempunyai
Teknik Analisis data dalam penelitian batas-batas wilayah sebagai berikut: sebelah
ini digunakan metode analisis deskriftif- utara berbatasan dengan Desa Andobeu
kualitatif, yaitu analisis data dilakukan Jaya, sebelah selatan berbatasan dengan
sejak awal penelitian dan selama proses Kota Kendari, sebelah timur berbatasan
penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, dengan kelurahan Lakomea, dan sebelah
kemudian dikumpulkan untuk diolah secara barat berbatasan dengan Desa Puusawah
sistematis. Dimulai dari wawancara, Jaya.
observasi, mengedit, mengklasifikasi, Desa Abelisawah mempunyai luas ±
mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian 122 km² yang terbagi kedalam tiga dusun,
data serta menyimpulkan data. Teknis yaitu: Dusun I Kapundepongisi (dua pohon
analisis data dalam penelitian ini beringin yang bertemu), Dusun II
menggunakan model analisis interaktif. Tentengapu (titiannya dari pohon beringin),
Pada penelitian ini, verifikasi data dan Dusun III Andobeu (wilayahnya berada
dilakukan secara terus menerus sepanjang diantara dua gunung/bukit). Kondisi
proses penelitian dilakukan. Sejak pertama geografis Desa Abelisawah merupakan
memasuki lapangan dan selama proses dataran rendah, berawa-rawa dan sebagian
pengumpulan data, peneliti berusaha untuk berbukit. Jenis tanahnya berwarna
menganalisis dan mencari makna dari data kemerahan yang relatif subur, cocok untuk
yang dikumpulkan. Pada akhirnya, data ditanami berbagai jenis tanaman termasuk
akan diinterpretasikan dalam kaitannya tanaman obat yang banyak digunakan
dengan materi penelitian. Hasil analisis data masyarakat untuk mengobati berbagai
merupakan jawaban terhadap masalah yang penyakit. Selain tanaman obat ini tumbuh
dikemukakan dalam penelitian ini. subur secara liar dibukit-bukit dan di rawa-
rawa, di sekitar wilayah Desa Abelisawah.
PEMBAHASAN Sebagian lagi dibudidayakan oleh
Profil Desa Abelisawah masyarakat melalui TOGA (Tanaman obat
keluarga), yang ditanam di pekarangan
Lokasi penelitian adalah masyarakat rumah penduduk sebagai tanaman apotek
Tolaki yang bermukim di Desa Abelisawah, hidup.
Kecamatan Anggolomoare, Kabupaten Berdasarkan data monografi Desa
Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara. Desa Abelisawah tahun 2017 tercatat
Abelisawah terletak di pinggiran kota keselurahan penduduk berjumlah 480 jiwa
Kendari, merupakan jalan poros Kendari± dengan rincian 230 jiwa laki-laki dan 250
Kolaka dengan kondisi jalan cukup baik. jiwa perempuan yang terdiri dari 69 kepala
Jarak Desa Abelisawah dari ibu kota keluarga (KK) yang terbagi dalam beberapa
Kecamatan Anggolomoare ± 7 km yang suku bangsa, yaitu suku Tolaki yang
dapat ditempuh sekitar 15 menit, sedangkan merupakan penduduk asli dan beberapa
jarak dari ibu kota Kabupaten Unaaha ± 58 suku pendatang seperti Bugis, Makassar,
49
Pangadereng, Vol. 5 No. 1, Juni 2019
Muna, Buton, Toraja, dan etnis Jawa. mengutamakan ilmu pengetahuan dan
Walaupun mayoritas penduduk Desa pengalaman yang dimilikinya sehingga
Abelisawah adalah suku Tolaki, namun pemilihan dalam pengobatan juga
mereka dapat menerima suku lain dan hidup dilakukan sesuai dengan tingkat
secara damai. pendidikannya. Masyarakat Desa
Berdasarkan kelompok usia balita dan Abelisawah sebagian besar masih memiliki
anak-anak 0-5 tahun dan 0±9 tahun pendidikan rendah sehingga pengetahuan
merupakan kelompok usia terbanyak, pada mereka tentang pengobatan medis masih
tingkatan ini pilihan pengobatan yang minim. Pada tingkatan ini, mereka
dilakukan apabila mereka sakit masih cenderung melakukan pengobatan dengan
banyak yang menggunakan jasa dukun menggunakan jasa dukun. Bagi mereka
utamanya dukun beranak, karena penyakit yang memiliki tingkat pendidikan lebih
yang sering diderita oleh balita dan anak- tinggi misalnya SMA dan Sarjana lebih
anak adalah panas, kejang-kejang, dan memilih pengobatan medis melalui
penyakit cacar. Apabila terjadi hal tersebut Puskesmas karena tingkat pengetahuan
biasanya mereka tidak membawanya ke mereka tentang penyebab penyakit dan
dokter, karena ada anggapan penyakit pengobatannya telah dipahami berdasarkan
tersebut hanya dapat disembuhkan oleh ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Akan
dukun. tetapi, masih ada di antara mereka masih
Pada tingkatan usia 15±25 tahun (usia berobat ke dukun, apabila penyakit yang
remaja), mereka masih tergolong sering dideritanya tidak dapat disembuhkan secara
melakukan pengobatan dengan medis, misalnya penyakit yang disebabkan
menggunakan jasa dukun karena pada usia oleh roh halus dan guna-guna.
tersebut masih dikendalikan oleh orang tua. Penduduk Desa Abelisawah memiliki
Demikian pula pada usia remaja, mereka beragam mata pencaharian, seperti petani,
sangat aktif dan sering mengalami patah pegawai negeri sipil, pensiunan, supir,
tulang. Apabila terjadi hal tersebut, mereka wiraswasta, tukang kayu/batu, buruh, dan
lebih memelih jasa dukun urut. Kalau sebagainya. Masyarakat Abelisawah
mereka menderita penyakit kerasukan roh terbanyak adalah petani, baik petani ladang
jahat, pengobatan dilakukan secara maupun petani sawah. Hasil perkebunan
tradisional oleh PEX¶uwai. berupa coklat, jambu mete, kelapa, sayur-
Untuk tingkatan usia 26±40 tahun (usia sayuran, dan sebagian dari penduduk ada
dewasa) pada umumnya menggunakan jasa yang memiliki lahan sagu. Bagi pegawai
medis yaitu berobat ke puskesmas negeri dan pensiunan selain mereka
Kecamatan Anggalomoare. Akan tetapi, menerima gaji mereka juga mempunyai
sebagian dari mereka masih menggunakan usaha tambahan yaitu bertani, berkebun dan
jasa dukun dengan alasan keuangan dan usaha perdagangan yang dilakukan selepas
jarak puskesmas yang jauh. Pada usia 50± jam kerja. Bagi penduduk yang berprofesi
60 tahun adalah usia manula mereka sebagai tukang, wiraswasta, dan buruh tetap
tergolong yang paling sering menggunakan memiliki usaha perkebunan. Hal ini
jasa dukun karena berdasarkan pengalaman dimungkinkan karena di sekitar wilayah
dan kepercayaan mereka akan kemampuan Desa Abelisawah masih cukup luas untuk
dukun yang dapat menyembuhkan berbagai diolah menjadi lahan pertanian dan
penyakit sehingga mereka lebih dahulu perkebunan.
memilih berobat ke dukun sebelum berobat Kemampuan dalam pemilihan
ke medis. pengobatan sangat dipengaruhi oleh tingkat
Pola pikir dan prilaku masyarakat pendapatan masyarakat. Bagi masyarakat
sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang bermata pencaharian sebagai buruh,
yang dimiliki. Dalam hal pemilihan petani, dan tukang, mereka lebih banyak
pengobatan, masyarakat senantiasa berobat kedukun daripada ke puskesmas,
50
Pengetahuan Lokal tentang Pemanfaatan Tanaman « Raodah
walaupun mereka memiliki kartu dana sehat baik organ-organ tubuh manusia maupun
(KDS). Berbeda halnya bagi mereka yang jiwa manusia. Persepsi masyarakat Tolaki
bermata pencaharian sebagai PNS dan tentang sehat, dengan demikian bukan
pensiunan lebih banyak yang berobat ke hanya terbatas pada kondisi stabil
puskesmas karena mereka memiliki kartu berkenaan dengan aspek jasmani,
askes, tetapi pada saat tertentu mereka ada melainkan juga meliputi aspek rohani.
juga yang berobat ke dukun apabila mereka Dalam konteks pengertian itu, maka
merasa bahwa penyakit yang dideritanya seseorang tidak dapat dikatakan sehat
adalah guna-guna. kecuali apabila orang tersebut demikian
Penduduk Desa Abelisawah semua stabil sehingga ia tidak mengalami bahkan
beragama Islam dari jumlah keseluruhan juga tidak merasakan adanya gangguan
penduduk, Desa Abelisawah terdapat satu apapun baik terhadap organ-organ tubuhnya
bangunan masjid yang digunakan maupun rohani atau kejiwaannya.
masyarakat untuk salat berjamaah dan Istilah medidohai waraka (sehat
aktivitas keagamaan lainnya. Walaupun walfiat) merupakan pengetahuan budaya
mereka penganut agama Islam, tetapi dalam orang Tolaki yang dikenal sebagai konsep
kesehariannya mereka masih melakukan kesehatan yang mengacu pada situasi
ritual yang terkait dengan kepercayaan ataupun keadaan yang mencerminkan
nenek moyangnya. Apabila mereka sakit adanya keseimbangan organ-organ tubuh
selain memohon pertolongan dari Allah swt manusia dan jiwa manusia. Selain istilah
mereka juga melakukan ritual kepada arwah mendidohai tersebut masyarakat Tolaki
leluhurnya. PHQJHQDO SXOD LVWLODK ´iyepoka ku waraka
Masyarakat Tolaki di Desa niLQR PHRKDNL´ berarti baik-baik saja (tidak
Abelisawah sangat menghormati arwah ada gangguan kesehatan). Dalam bahasa
leluhurnya, mereka sering datang ke Tolaki mengacu pada konsep budaya yang
makam-makam untuk membersihkan dan mengandung pengertian tentang keadaan
membawakan sesajen di letakkan, lalu di seseorang yang sudah sembuh dari penyakit
atas kuburan. Perilaku ini mencerminkan yang pernah di deritanya. Pada hakikatnya
perhatian mereka kepada arwah leluhur, mencerminkan adanya keadaan seseorang
mereka mempunyai kepercayaan apabila yang sudah kuat kembali sesudah menderita
tidak memperhatikan kuburan nenek penyakit
moyang, maka arwahnya akan marah. Sakit dianggap sebagai suatu keadaan
Akibat dari kemarahan itu akan badan yang kurang menyenangkan, bahkan
menyebabkan keluarga yang masih hidup dirasakan sebagai siksaan sehingga
menjadi sakit. Agar kuburan keluarga menyebabkan seseorang tidak dapat
mereka tetap terpelihara dan terawat dengan menjalankan aktivitas sehari-hari seperti
baik, kebiasaan masyarakat Tolaki apabila halnya orang yang sehat. Sedangkan konsep
ada anggota keluarganya yang meninggal personalistik menganggap munculnya
dunia dikuburkan di belakang atau di penyakit (illness) disebabkan oleh
samping rumahnya. intervensi suatu agen aktif yang dapat
berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh,
Pengetahuan Lokal tentang Kesehatan
leluhur atau roh jahat), atau makhluk
Pada masyarakat Tolaki belum manusia (tukang sihir, tukang tenung).
ditemukan adanya rumusan definitif Pengertian sakit dalam istilah
maupun konsep baku tentang persepsi masyarakat Tolaki yang digunakan sehari-
masyarakat yang bertalian dengan konsep hari yaitu meohaki. Istilah tersebut mengacu
sehat. Menurut pengetahuan budaya orang pada konsep sakit yang berarti kondisi atau
Tolaki konsep kesehatan mengacu pada keadaan fisik maupun rohani seseorang
pengertian tentang situasi ataupun keadaan yang sedang mengalami
yang mencerminkan adanya keseimbangan ketidakseimbangan. Menurut pengetahuan
51
Pangadereng, Vol. 5 No. 1, Juni 2019
budaya orang Tolaki, terjadinya unsur panas, sementara apabila tubuh dalam
ketidakseimbangan tersebut disebabkan keadaan istirahat, maka yang berperan
oleh dua faktor utama, yaitu faktor dalam adalah unsur dingin. Jika terlalu banyak
dan faktor luar. Faktor dalam menyebabkan beraktivitas dan kurang istirahat akan
timbulnya ketidakseimbangan dalam diri mendatangkan penyakit. Demikian pula
manusia karena kondisi organ-organ tubuh sebaliknya, apabila kita tidak beraktivitas
manusia itu sendiri tidak berfungsi dan kurang bergerak juga akan
sebagaimana mestinya, disamping adanya menimbulkan suatu penyakit
faktor keturunan. Sedangkan faktor luar Seorang pengobat tradisional
terdiri atas beberapa unsur masing-masing PEX¶XZDL juga menerima pandangan
adalah berupa serangan wabah penyakit, kedokteran modern dan mempunyai
perubahan keadaan suhu udara, gangguan pengetahuan yang menarik mengenai
makluk halus, keracunan, kutukan, dan masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit
berbagai unsur lingkungan termasuk buatan adalah sebagai berikut; sakit badaniah
sesama manusia (guna-guna). berarti ada tanda-tanda penyakit di
Menurut konsep masyarakat Tolaki badannya seperti panas tinggi, penglihatan
penyakit atau yang dikenal dengan istilah lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur
ohaki. Orang Tolaki secara tradisional tidak terganggu, dan badan lemah atau sakit,
mengenal bahwa sesuatu penyakit timbul maunya tidur atau istirahat saja. Pada
karena disebabkan sesuatu basil atau virus penyakit batin tidak ada tanda-tanda di
atau lainnya tetapi semata-mata karena badannya, tetapi bisa diketahui dengan
keadaan cuaca, gangguan setan atau karena menanyakan pada yang gaib (wawancara,
disebabkan oleh bikinan orang yang iri hati, Jamaluddin Oktober 2017)
benci melalui apa yang disebut o doti Pandangan masyarakat Tolaki tentang
nilalaeami (ilmu hitam, racun melalui penyakit dikategorikan dari penyakit biasa
makanan dan minuman dan dengan cara yang tidak menular dan tidak berbahaya dan
apapun). penyakit menular dan berbahaya. Adapun
Masyarakat Tolaki di Desa penyakit yang dianggap tidak berbahaya,
Abelisawah mengklasifikasikan penyakit misalnya luka ringan seperti luka bakar atau
menjadi tiga jenis, yaitu penyakit biasa, luka terkena benda tajam, bisul, kutil, gatal.
penyakit karena magis, dan penyakit karena Sedangkan penyakit yang dianggap
makanan. Penyakit biasa adalah penyakit berbahaya dan menular menurut masyarakat
yang umum diderita oleh penduduk seperti Tolaki memerlukan jangka waktu yang
demam, batuk dan flu, sakit badan dan sakit lama dalam pengobatannya, misalnya
kepala yang timbul akibat perubahan cuaca penyakit humongo molua o beli (batuk dan
yang berubah-ubah. Penyakit karena magis muntah darah), morewiwi (malaria), haki
diyakini oleh penduduk timbul akibat WH¶PHDNR R ZDWX (penyakit pinggang dan
pelanggaran tata cara hidup di alam seperti kencing batu), WHZXWD SH¶XQD (muntah
halnya penyakit gila, ayan, atau lumpuh. berak).
Penyakit selanjutnya menurut masyarakat Penyakit yang disebabkan oleh
disebabkan karena makanan yang tidak makhluk halus maka dukun melakukan
sehat. pengobatan dengan cara yang disebut
Demikian pula pengetahuan tentang mowea (memisahkan atau melepaskan),
terjangkitnya penyakit disebabkan oleh maksudnya memisahkan atau mengeluarkan
ketidakseimbangan kondisi tubuh dimana penyakit yang ada dalam tubuh penderita
dalam tubuh seseorang terdapat dua unsur dan dikembalikan kepada makhluk halus
yang saling mempengaruhi, unsur tersebut penyebab dari suatu penyakit. Pengobatan
adalah unsur panas dan unsur dingin. melalui mowea tersebut dilakukan dengan
Apabila seseorang melakukan aktivitas menggunakan kalo dalam versinya yang
maka yang berperan dalam tubuhnya adalah lain disebut o eno (kalung emas) yang
52
Pengetahuan Lokal tentang Pemanfaatan Tanaman « Raodah
dilengkapi dengan kain sarung, wadah untuk mengobati pasien pada umumnya
anyaman sebagai pengalas sarung, dan hulo bersumber dari bacaan Al-4XU¶DQ GDQ
taru (lampu lilin). Melalui perantara kalo bercampur dengan bahasa Tolaki. Salah
itu dukun memanggil mantera-mantera. satu mantra yang biasa digunakan untuk
Kalo dengan mantera-mantera yang mengobati berbagai penyakit berbunyi:
dipersembahkan kepada makhluk halus ³Bismillahirrahmanirrahim kuonggo
yang bersangkutan dapat berdamai dengan ZRZDLL« VHEXW QDPD SDVLHQ \DQJ GLREDWL
si sakit karena pada dasarnya penyakit yang ari-arino ronga taariarino ombulataalah
ditimbulkan oleh makhluk halus adalah tumoorike. Mantra ini bermakna
akibat dari penyakit atau keluarganya yang kesembuhan suatu penyakit hanya Tuhan
menganggu ketentramannya. Atau karena yang menentukan, jadi manusia hanya
hubungan antara manusia dengan dunia berusaha dan bermohon kepada Yang Maha
gaib tidak harmonis adanya. Ada Kuasa (wawancara, 7 Oktober 2017)
pengobatan dukun yang berhasil dan ada Selain itu ada mantra ketahanan Tubuh
pula yang tidak berhasil. (tanggawuku) bunyinya: Bismillahirrah-
manirrahim Nabihaluru nabihelere
Mantra dalam Pengobatan Tradisional
Patonggopa owuta Patonggopa wotolu
Suku Tolaki
,ZRL GXPDJDL¶DNX 1JJR PHRNDQJJRQD
Mantra adalah sesuatu yang lahir dari Pehere-KHUH¶DQJJX 2PEX WD¶DOD 3HSRL-
masyarakat sebagai perwujudan dari SRLQGL¶DQJJX 1DEL 0XKDPPDG. Mantra ini
keyakinan atau kepercayaan. Dalam merupakan mantra yang digunakan untuk
masyarakat tradisional, mantra atau dalam membuat tulang kuat agar tidak mudah
bahasa Tolaki disebut R¶GRDQR bersatu dan lelah. Mantra ini dilafazkan dalam rangka
menyatu dalam kehidupan sehari-hari, untuk meminta kesehatan badan dalam
seorang PEX¶XZDL (dukun) yang ingin beraktivitas sehari-hari. Seperti pada
menghilangkan dan menyembuhkan suatu umumnya, mantra ini pun dimulai dengan
penyakit. Masyarakat sangat meyakini basmalah (Fitri, 2011).
bahwa pembacaan mantra merupakan Setiap PEX¶XZDL memiliki mantra yang
wujud dari sebuah usaha untuk mencapai digunakan untuk mengobati pasiennya,
keselamatan dan kesuksesan. Kepercayaan sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman
tentang adanya suatu kekuatan gaib yang yang dimiliki. Pada umumnya mantra selalu
mendorong mereka untuk merealisasikan diawali pembacaan basmalah, ini berarti
kekuatan tersebut ke dalam wujud nyata bahwa masyarakat suku Tolaki sangat
untuk memenuhi kebutuhan. Pada meyakini eksistensi Tuhan sebagai Sang
umumnya, pembacaan mantra selalu Pencipta. Oleh karena itu, Tuhan pulalah
mangandung dua unsur pokok. Kedua unsur yang menentukan sehat dan sakitnya
itu adalah ritual dan magis. Ritual manusia. Manusia boleh berusaha, boleh
merupakan tindakan atau usaha yang berdoa tetapi hasil akhirnya tetap berada
GLODNXNDQ ROHK PDQXVLD XQWXN ³PHPLQWD´ pada kehendak Tuhan. Tampaknya juga
NHSDGD ³6DQJ 3HQJXDVD´ VHGDQJNDQ PDJLV dikukuhkan oleh paham Islam dengan
OHELK EHUVLIDW ³PHPHULQWDK´ melihat teks mantra di atas. Kata Allah
Dalam ilmu pengobatan tradisional 7DDOD ³$OODK VZW´ GDQ 0XKDPPDG ³1DEL
masyarakat Tolaki, dukun atau PEX¶XZDL 0XKDPPDG VDZ´ PHQMDGL SHWXQMXN
dapat menyembuhkan penyakit karena terhadap paham Islam yang diyakini dalam
kemampuan mantra yang dibacakan sebagai lingkup masyarakat itu. Mantra di atas
suatu kekuatan sakral dan sakti yang menjadi salah satu bentuk ekspresi untuk
diperoleh melalui proses belajar dan memohon pertolongan dan rahmat dari
pewarisan dari para pendahulunya. Tuhan dan Rasulnya.
Menurut dukun Jamaluddin (55 tahun),
bahwa mantra-mantra yang dipergunakan
53
Pangadereng, Vol. 5 No. 1, Juni 2019
54
Pengetahuan Lokal tentang Pemanfaatan Tanaman « Raodah
Sumber:
doktersehat.com
Sumber:
herba Indonesia.com
8. Lasuna momeo mengobati penyakit bawang merah di parut lalu
(Tolaki) bawang dimoreo (demam) di tempelkan pada dahi,
merah (Indonesia) sebagai kompres dilakukan berulang-ulang
Allium ascalonicum penurun panas. Kalau sampai turun panasnya.
L.(Latin) bawang putih untuk Bawang putih dibakar lalu Sumber
Bawang putih menurunkan tekanan dimakan faktualnews.com
Lasuna wila darah tinggi.
Allium Sativum
9. Padamalala (Tolaki) untuk mengobati Akar dan batang sereh utuh,
Sereh (Indonesia) haki wukua sakit dicuci dan direbus dengan 1
Cymbopogon pinggang dan sakit gigi gelas air selama 15 menit
citratus (Latin) mohaki ngisi. diminum 2 kali sehari untuk
sakit gigi air rebusan sereh
gunakan untuk kumur- Sumber: budidaya
kumur. kita.com
55
Pangadereng, Vol. 5 No. 1, Juni 2019
Sumber: Jamu
obat.com
11. 2¶SDNX (Tolaki) untuk mengobati pucuk daun R¶SDNX yang
pakis (Indonesia) penyakit okamba masih menggulung
nephrolephis (bisul) dilumatkan dan ditempel di
bisserata (Latin) pinggir bisul, tetapi jangan
sampai menutupi mata bisul,
diamkan selama beberapa
menit. Sumber:
pixabai.com
12 Tawa Sabandara mengobati penyakit segenggam daun tawa
(Tolaki) daun kudis (onggori). sabandara lalu cuci bersih
ketepeng cina obat pencahar, dan dihaluskan, dioleskan
(Indonesia) cassia parako (sembelit) pada kudis dilakukan
alata L (Latin) berulang-ulang hingga kudis
mengering. Untuk penderita
Sumber:
sembelit air rebusan daun
bukumedis.com
ketepeng diminum pada
malam hari sebelum tidur
Salumba watu digunakan akar salumba watu dicuci
(Tolaki) Sadagori menyembuhkan mohaki bersih lalu ditumbuk halus
atau sidaguri ngisi (sakit gigi). dan ditempelkan pada bagian
(Indonesia) sida lubang gigi yang sakit
rbombifolia
Sumber:Indontwork.
L.(latin).
co.id
13. Kateba (Tolaki), mengobati penyakit cabut satu batang kateba
tapak liman moreowiwi (malaria) beserta akarnya lalu cuci
(Indonesia) dan deman (moreo) bersih kemudian rebus
elephantopus scaber dengan 3 gelas air dan tersisa
(latin) 1 gelas, diminum pagi dan
Sumber: Herbalis
sore sampai demannya
Nusantara.com
sembuh.
14 Dama-dama (tolaki) mengobati lidah bayi, getah daun jarak dan oleskan
Jarak pagar apabila lidahnya pada bagian lidah bayi yang
(Indonesia) Jatropha berwana putih, maka berwarna putih
curcas L (Latin) biasanya bayi malas
menyusu ke ibunya.
Sumber:
id.wikipedia.org
15 Rare/Tulasi dahu Obat luka diantaranya segenggam tawa tulasi cuci
(Tolaki) tahi ayam, obat luka iris (moaka bersih kemudian diremas-
tembelekan(Indonesi inea) dan luka bakar remas ditempelkan pada
a), lantana camara (mohaka mohai) luka.
(latin).
Sumber: ms.
wikepedia.org
56
Pengetahuan Lokal tentang Pemanfaatan Tanaman « Raodah
Sumber:detikriau.org
21 Kumis kucing untuk melancarkan daun kumis kucing beserta
(Tolaki, Indonesia) kencing dan mengobati batangnya kemudian rebus
Orthosiphon sakit pinggang mohakia dengan 3 gelas air dan sisa 1
stamineus Benth gelas, diminum 3 kali sehari
(Latin) sampai rasa sakitnya hilang
Sumber:bio.gspot.com
57
Pangadereng, Vol. 5 No. 1, Juni 2019
58
Pengetahuan Lokal tentang Pemanfaatan Tanaman « Raodah
medis sehingga mengakibatkan masyarakat diperoleh dari orang lain diterima sebagai
enggan berobat ke puskesmas. Menurut fakta sehingga dengan pengaruh tersebut
penuturan warga, kalau berobat ke rumah individu mempunyai dua sumber informasi
sakit harus menunggu berjam-jam hanya mengenai kenyataan, pengalaman sensorik
untuk mengambil kartu dan mengantre pribadi dan laporan serta perilaku orang-
sebelum pemeriksaan dokter. Berbeda orang yang berada disekitarnya.
halnya kalau kita ke dukun, begitu datang Maraknya informasi penggunaan
langsung dilakukan pengobatan. Demikian tanaman obat (herbal) pada saat ini, baik
halnya proses pengobatan yang terlalu lewat koran, televisi maupun penyampaian
lama dari pengobatan medis orang yang telah menggunakan jenis
menyebabkan si penderita bosan tanaman obat tersebut dan telah merasakan
menerima peran sebagai pasien, dan ingin khasiatnya, kemudian diinformasikan pula
segera mengakhirinya, oleh karena itu, dia kepada orang lain. Demikian pula ada
berusaha mencari pengobatan alternatif beberapa jenis tanaman obat yang tumbuh
yang mempercepat proses di sekitar Desa Abelisawah, tetapi
penyembuhannya ataupun hanya masyarakat belum diketahui manfaatnya,
memperingan rasa sakitnya. Setelah misalnya tanaman mengkudu, daun dewa,
berobat ke medis beberapa lama, tapi sambiloto dan beberapa jenis tanaman yang
telah dipolulerkan orang Jawa. Berdasarkan
penyakitnya tak kunjung sembuh, maka
informasi, jenis-jenis tanaman tersebut kini
pengobatan selanjutnya dilakukan dengan
digunakan pula masyarakat di Abelisawah
pengobatan tradisional.
untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Faktor sarana kesehatan seperti
Demikian halnya informasi tentang tempat-
puskemas tidak terdapat di Desa
tempat pengobatan tradisional yang ampuh,
Abelisawah, hanya terdapat di ibukota
biasanya disampaikan melalui orang yang
Kecamatan Anggomero yang berjarak
telah berhasil melakukan pengobatan di
sekitar 7 km. Dokter puskesmas hanya
tempat tersebut.
berkunjung ke desa Abelisawah hanya
sekali sebulan. Keterbatasan tenaga medis 4. Faktor Kepercayaan akan kemapuan
yang tersedia sehingga masyarakat lebih dukun dalam penyembuhan berbagai
memilih berobat ke dukun dari pada ke penyakit
puskesmas. Menurut penuturan warga Kemampuan dukun (R¶VDQdo atau
apabila ada anggota keluarga yang sakit dan PEX¶XZDL) dalam mengantisipasi perkem-
harus cepat penanganannya, maka mereka bangan yang ada seputar masalah
lebih memilih membawa ke dukun untuk kesehatan, dipahami pasiennya berbeda
mendapat pertolongan pertama. Dukun dengan tenaga medis seperti dokter. Dalam
selalu bersedia dan siap melayani pasien mengobati penyakit, tenaga medis (dokter)
kapan saja dibutuhkan, sedang kalau ke hanya bersumber dan berpedoman pada
puskesmas terbatas jam praktiknya, dan pengetahuan ilmu kedokteran. Berbeda
terkadang dokter tidak ada. dengan dukun yang mengobati pasien tidak
3. Faktor sosial hanya sekadar memberi obat berupa
ramuan, tetapi mampu mengatasi kekuatan
Setiap individu sejak lahir
gaib yang merasuki tubuh pasiennya. Ada
berada di dalam suatu kelompok, terutama
penyakit yang tidak dapat disembuhkan
lingkungan keluarga. Suatu kelompok
secara medis, misalnya penyakit guna-guna
dalam lingkungan ini akan membuka
atau penyakit kerasukan. Apabila mereka
kemungkinan untuk dipengaruhi dan
terkena penyakit tersebut pemilihan
mempengaruhi anggota-anggota kelompok
pengobatan dilakukan adalah mendatangi
lain (Notoatmodjo, 2007). Faktor sosial
dukun dan berusaha memenuhi anjuran dan
disebabkan pula pengaruh informasional
yaitu pengaruh agar informasi yang
59
Pangadereng, Vol. 5 No. 1, Juni 2019
60
Pengetahuan Lokal tentang Pemanfaatan Tanaman « Raodah
Pengetahuan merupakan hasil dari sakit panas (deman) pada malam hari, ia
³WDKX´ GDQ LQL WHUMDGL VHWHODK RUDQJ memanggil dukun untuk mengobati
melakukan penginderaan terhadap suatu anaknya dan dukun berusaha mendatangi
objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan pasiennya dan segera memberi pengobatan
manusia diperoleh melalui mata, telinga dengan memberi ramuan dan meminumkan
atau kognitif yang merupakan hal yang air yang dibacakan mantra dan tak lama
sangat penting untuk terbentuknya tindakan kemudian panas badan anak saya turun.
seseorang (Notoatmodjo, 2003). Faktor Berdasarkan keterangan ini, dapat
pengetahuan tentang sistem pengobatan dikatakan bahwa waktu pelayanan pengobat
tradisional, diwarisi secara turun temurun tradisional lebih baik dibanding waktu
dari nenek moyangnya, juga berdasarkan pelayanan medis yang terbatas.
pengalaman dan petunjuk dari orang lain
yang paham dalam hal pengobatan PENUTUP
tradisional. Tidak semua masyarakat tolaki
di lokasi penelitian memiliki tingkat Pengetahuan budaya orang Tolaki
pengetahuan yang sama dalam mengenai konsep kesehatan mengacu pada
memanfaatkan tumbuhan obat. Hal tersebut pengertian tentang situasi ataupun keadaan
sangat terkait dengan ilmu pengetahuan yang mencerminkan adanya keseimbangan
seseorang. Oleh karena itu, sebelum mereka organ-organ tubuh manusia maupun jiwa
menggunakan tanaman obat, terlebih manusia. Konsep sakit (meohaki) menurut
dahulu menanyakan kepada dukun atau masyarakat Tolaki, berarti kondisi atau
kepada orang yang paham akan khasiat keadaan fisik maupun rohani seseorang
tanaman obat tersebut. yang sedang mengalami
ketidakseimbangan. Menurut pengetahuan
7. Faktor waktu pelayanan budaya orang Tolaki, terjadinya
Terbatasnya waktu pelayanan di ketidakseimbangan tersebut disebabkan
puskesmas yang melayani pasien hanya dari oleh dua faktor utama, yaitu faktor dalam
jam 8.00 pagi sampai 11.00 siang, dan faktor luar. Adapun konsep masyarakat
merupakan salah satu faktor masyarakat Tolaki tentang penyakit (ohaki) bahwa
mencari pengobatan alternatif. Ketika ada orang Tolaki secara tradisional tidak
warga yang memerlukan pelayanan mengenal bahwa sesuatu penyakit timbul
pengobatan diluar jam tersebut akan beralih karena disebabkan sesuatu basil atau virus
untuk mendatangi dukun. Menurut atau lainnya tetapi semata-mata karena
pendapat masyarakat di Abelisawah, kalau keadaan cuaca, gangguan setan atau karena
kami berobat ke dukun bisa dilakukan disebabkan oleh bikinan orang yang irihati,
kapan saja baik pagi, siang, maupun malam. benci melalui apa yang disebut o doti
Mereka melayani dengan baik. Pelayanan nilalaeami (ilmu hitam, racun melalui
jasa dukun boleh dikatakan 24 jam makanan dan minuman dan dengan cara
sehingga apabila ada anggota keluarga yang apapun).
sakit secara tiba-tiba, maka kami meminta Jenis-jenis tanaman obat yang
pertolongan dukun terlebih dahulu. Apabila dimanfaatkan masyarakat Tolaki pada
dukun tidak mampu mengobati baru kami umumnya, tumbuh di sekitar lingkungan
bawah ke rumah sakit yang ada di kota mereka. Tanaman obat ini ada yang
Kendari. dibudidayakan melalui TOGA (tanaman
Interaksi antara penderita dan obat keluarga) pada pekarangan rumah, di
pengobat (dukun) berlangsung kapan saja, kebun-kebun penduduk, dan ada pula yang
walaupun pada malam hari, dukun akan tumbuh liar di lahan-lahan perbukitan di
mendatangi pasiennya yang membutuhkan sekitar Desa Abelisawah. Tanaman obat ini
pertolongan. Seperti yang diungkapkan sejak dahulu telah digunakan masyarakat
salah satu informan bahwa ketika anaknya untuk mengobati berbagai penyakit, bagian
61
Pangadereng, Vol. 5 No. 1, Juni 2019
yang dimanfaatkan seperti daun, batang, faktor kejenuhan akan pelayanan medis
dan buah. Pengetahuan tentang dan sarana pengobatan yang tersedia, hal ini
pemanfaatan tanaman obat di peroleh terkait dengan berbelit-belitnya birokrasi
melalui pengetahuan dan pengalaman orang pelayanan medis dan sarana puskesmas
yang ahli dibidang pengobatan tradisional yang hanya terdapat di ibukota kecamatan;
dan telah dibuktikan khasiatnya untuk f) Faktor waktu pelayanan yang terbatas,
mengobati berbagai penyakit. sehingga masyarakat beralih kepengobatan
Ramuan tradisional dari berbagai jenis tradisional; dan g) faktor pendidikan dan
tanaman obat, diperoleh dari nenek moyang pengetahuan, dalam hal ini pemilihan
mereka dan diwariskan secara turun pengobatan dipengaruhi oleh tingkat
temurun. Cara mengolah ramuan tanaman pendidikan masyarakatnya, apakah modern
obat dilakukan dengan merebus, atau tradisional. Demikian pula tingkat
mengoleskan, atau menempelkan pada pengetahuan yang didapatkan berdasarkan
badan pasien. Ramuan yang direbus pengalaman dan pembuktian secara nyata.
diminumkan kepada pasien dan ada juga Konsep dasar pengobatan tradisional
untuk dimandikan, sedangkan untuk olesan sifatnya manusiawi, oleh sebab itu, sistem
dan menempelkan dilakukan dengan pengobatan tersebut perlu dikembangkan
terlebih dahulu menumbuk tanaman obat karena telah berakar dan membudaya di
tersebut. Ramuan tanaman obat bisanya kalangan masyarakat. Animo masyarakat
diramu sendiri oleh si penderita atau diramu tentang pengobatan tradisional tampak pada
oleh dukun disertai pembacaan mantra. masyarakat yang bermukim di pedesaan
Khasiat tanaman obat yang digunakan yang masih banyak menganut faham-faham
masyarakat selama ini telah dibuktikan tradisional yang berorientasi pada
dengan kesembuhan berbagai penyakit. pemakaian obat-obat tradisional. Perlu
Setelah diidentifikasi, di antaranya penyebaran informasi tentang jenis-jenis
ada 21 jenis tanaman yang digunakan tanaman obat yang diketahui masyarakat
masyarakat Tolaki di desa Abelisawah dan bermanfaat sebagai ramuan obat untuk
untuk mengobati berbagai penyakit. Selain berbagai penyakit. Pemanfaatan tanaman
digunakan sebagai obat, ada beberapa jenis obat merupakan salah satu pelayanan
tanaman digunakan pula sebagai bumbu kesehatan yang dapat menunjang program
dapur, misalnya sereh, kunyit, jahe, kencur pemerintah dalam bidang kesehatan. Pada
dan jeruk nipis. Di samping itu, ada perinsipnya masyarakat di pedesaan
tanaman obat yang mempunyai manfaat mencari pengobatan yang pelayanannya
ganda misalnya tanaman pepaya dan mudah dan dan biayanya murah, oleh
kelapa, karena seluruh bagian tanaman ini karena itu, mereka memilih pengobatan
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. tradisional.
Faktor-faktor mempengaruhi Komponen obat tradisional yang
masyarakat memilih pengobatan tradisional digunakan masyarakat hampir seluruhnya
misalnya; a) faktor ekonomi terkait dengan berasal dari tanaman sehingga dalam
kemampuan pendapatan masyarakat dalam meneliti manfaat dari obat tradisional dapat
membiayai pengobatan; b) Faktor sosial, dilakukan studi komprehensif dalam bentuk
bahwa informasi pengobatan tradisional simposium, seminar, diskusi, penelitian,
diperoleh dari intraksi sesama warga dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar
masyarakat; c) kepercayaan akan pemanfaatan obat-obat tradisional tidak
kemampuan pengobat tradisional untuk menyimpang dari ketentuan dan peraturan
mengobati berbagai penyakit, hal ini terkait kesehatan. Dengan demikian konsep ini
dengan nilai-nilai budaya dan religious; d) diharapkan menjadi pedoman dasar dalam
faktor keamanan dari penggunaan tanaman pengkajian lebih lanjut.
obat yang cenderung tidak memiliki efek
samping dibanding obat-obat kimia; e)
62
Pengetahuan Lokal tentang Pemanfaatan Tanaman « Raodah
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Aswar.1992. Antropologi
Kesehatan Indonesia. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Florentina, et.al.2006. Pemanfaatan
Tumbuhan Sebagai Bahan Obat oleh
Masyarakat Lokal Suku Muna di
Kacamatan Warakumba Kabupaten
Muna Sulawesi Tenggara. Jurnal
Biodeservitas Vol.7 No.4 Oktober
2006. Bogor.
Fitri Yunita Maranai, 2011. Menganalis
Mantra Suku Tolaki Tanggawuku
(Ketahanan Tubuh) Interpretasi
Semiotik Riffaterre, Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Haluoleo Kendari.
Green, Lawrence, 1980.Health Education
Planning a Diagnostik. The John
Hopkins University, May field
Publishing Company. California.
Hafid, Yunus dkk, 1992/1993. Pengobatan
Tradisional di Daerah Sulawesi
Selatan. Depdikbud. Proyek P2NB
Sulawesi Selatan.
Kertasapoetra, 1992. Teknologi
Penanganan Pasca Panen.Jakarta:
Rieneka Cipta.
Moeloeng, L. J. 2001. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan
dan Ilmu Prilaku. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Siswanto, 1997. Sayuran dataran Tinggi.
Jakarta . penebar Swadaya.
Supriono, 1997. Kedelai dan Cara
Bercocok Tanam. Bogor Pusat
Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.
Tariman, Abdul Rauf, 1993. Kebudayaan
Tolaki. Seri Etnografi Indonesia No.3.
Jakarta. Balai Pustaka.
Thomas.A. N. S, 1989. Tanaman Obat
Tradisional. Peneribit Kanisius
Yogyakarta 55281
63