Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Vol 1. No.

2 Desember 2017 158

KAJIAN SOSIOLOGI HUKUM TERHADAP


PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ANAK

Wahyu Rasyid

Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Parepare, Jalan Jenderal Ahmad Yani KM 6 Kota Parepare
Kode Pos 91113, Telpon : 0421-22757/Fax 0421-2554 Sulawesi Selatan Indonesia
Email: wahyu_rasyid03@yahoo.com

Abstract: The aim of this research is to know (1) Efforts to prevent abuse of narcotics by children and to
know (2) Factors influencing the effort of prevention of narcotics abuse by children. (3) Community
participation in prevention of narcotics abuse by children. This research was conducted in Makassar
District Court, Makassar City area. This type of research is empirical research with the approach of legal
sociology. Types of data consisting of primary data and secondary data obtained through interviews and
analyzed and then presented in the form of descriptive. The results showed that (1) Efforts to prevent
abuse of narcotics by children in the city of Makassar has been running, but not yet effective, it is known
from the number of children who abuse drugs continue to increase both in quality and quantity from year
to year other than that harmonization apparatus law and community participation is still not optimal, so the
results are not yet realized. (2) Factors affecting the effectiveness of worldviews and efforts of penal
oriented, public understanding and perception about the dangers of narcotics abuse by children are
minimal, and the level of public confidence in the legal apparatus is still low, the availability of supporting
facilities and infrastructure is limited. (3) The lack of optimal participation of the community is caused by
the working relationship of the law enforcement apparatus with the community has not been running well.

Keywords: Sociology study, narcotics abuse,

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Upaya pencegahan penyalahgunaan narkotika
oleh anak dan untuk mengetahui (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi upaya pencegahan
penyalahgunaan narkotika oleh anak.(3) Peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan penyalahgunaan
narkotika oleh anak. Penelitian ini dilaksanakan di Pengadilan Negeri Makassar, wilayah Kota Makassar.
Tipe penelitian ini adalah penelitian empiris dengan pendekatan sosiologi hukum. Jenis data yang terdiri
atas data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui wawancara dan dianalisis kemudian disajikan
dalam bentuk deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Upaya pencegahan penyalahgunaan
narkotika oleh anak di kota Makassar sudah berjalan, namun belum efektif, hal itu diketahui dari jumlah
anak yang melakukan penyalahgunaan narkotika masih terus meningkat baik secara kualitas maupun
kuantitas dari tahun ke tahun selain itu harmonisasi aparat penegak hukum dan peran serta masyarakat
masih belum optimal, sehingga hasil yang diharakan belum bisa terwujud. (2) Faktor yang mempengaruhi
Vol 1. No. 2 Desember 2017 159

efektivitas cara pandang dan upaya yang berorientasi sarana penal, pemahaman dan pandangan
masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan narkotika oleh anak amasih minim, dan tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap aparat hukum masih rendah, ketersedian fasilitas sarana dan prasarana yang
mendukung masih terbatas. (3) Belum optimalnya peran serta masyarakat disebabkan oleh hubungan kerja
aparat penegak hukum dengan masyarakat belum berjalan baik.

Kata Kunci: Kajian Sosiologi, penyalahgunaan narkotika,

LATAR BELAKANG sangat mengkhawatirkan yakni tindak


pidana penyalahgunaan narkotika.
Secara formal dalam konstitusi Negara
Masyarakat Indonesia dihadapkan pada
Republik Indonesia disebutkan bahwa
keadaan semakin maraknya penggunaan
Indonesia sebagai Negara hukum yang
berbagai macam jenis narkotika secara tidak
sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat 3
sah dan melawan hukum.
UUD NRI Tahun 1945 bahwa Indonesia
adalah Negara hukum. Dikaitkan dengan Hal tersebut diperparah dengan
konsepsi bernegara hukum maka hukum peredaran narkotika yang semakin meluas di
haruslah menjadi instrument atau sarana semua lapisan masyarakat bahkan pada saat
yang efektip untuk mencapai tujuan sekarang ini peredaran narkotika tidak saja
bernegara hukum. Bagaimana menciptakan menjadi kendala di kota-kota besar tetapi
atau mewujudkan hukum sebagai instrument mulai merembes ke pedesaan. Kemajuan
atau sarana yang efektip untuk mencapai teknologi dan perkembangan
tujuan bernegara hukum tentunya tidak penyalahgunaan narkotika yang semakin
terlepas dari kebijakan pembangunan hukum meningkat dan bervariasi motif
yang dilakukan guna melahirkan atau penyalahgunaan dan pelakunya, dapat dilihat
mewujudkan sebuah sistem hukum yang dari cara menanam, memproduksi, menjual,
utuh dan komprehensif.1Sebagai Negara memasok dan mengkonsumsinya serta
hukum, fenomena permasalahan hukum kalangan pelaku penyalahgunaan narkotika
tidak pernah surut dalam kehidupan tersebut.
bermasyarakat. Salah satu fenomena
Tindak pidana penyalahgunaan
permasalahan hukum di Indonesia yang
narkotika telah menjangkit semua lapisan
masyarakat mulai dari kalangan masyarakat
1
Aminuddin Ilmar, Membangun Negara Hukum
Indonesia, (Makassar: Phinatama Media, 2014) hlm. biasa, kalangan Pengawai Negeri Sipil,
5.
Vol 1. No. 2 Desember 2017 160

kalangan Pengusaha, kalangan politisi, kemudahan, dipaksa dengan ancaman,


kalangan akademisi sampai pada aparat dipaksa dengan kekerasan, dengan tipu
penegak hukum pun terjangkit tindak pidana muslihat, atau dibujuk.
narkotika. Dewasa ini berdasarkan hasil
Upaya penanggulangan oleh aparat
pengamatan yang ada rata-rata adalah anak
penegak hukum terhadap tindak pidana
muda bahkan telah menyentuh hingga ke
narkotika yang dilakukan oleh anak secara
kalangan anak-anak yang merupakan
kuantitas menunjukkan peningkatan, namun
penerus cita-cita bangsa dan Negara pada
hal tersebut belum bisa menurunkan
masa yang akan datang. Secara yuridis, anak
intensitas tindak pidana penyalahgunaan
yang melakukan penyalahgunaan narkotika
narkotika. Dewasa ini, lembaga penegak
di kategorikan sebagai pelaku, tetapi yang
hukum (Kepolisian, Kejaksaan,
perlu diingat adalah penyalahgunaan
Hakim/Pengadilan) belum menunjukkan
narkotika dikualifikasikan sebagai crime
perannya secara optimal sebagai representasi
without victimyang berarti korban
dari Negara. Harapan masyarakat agar
kejahatannya adalah pelaku itu sendiri sama
lembaga hukum untuk lebih transparan guna
halnya tindak pidana perjudian selain
mencerminkan kewibawaan lembaga hukum
menjadi pelaku tindak pidana yang sekaligus
sehingga kepercayaan masyarakat kepada
juga menjadi korban.
kinerja penegak hukum akan menentukan
Kuantitas tindak pidana narkotika, efektivitas hukum itu sendiri.
semakin hari semakin meningkat baik pelaku
Harus disadari bahwa masalah
pengedar maupun korban penyalahgunaan
penyalahgunaan narkotika yang dilakukan
narkotika hal yang paling memprihatinkan
oleh anak adalah suatu problema yang
adalah yang menjadi pelaku pengedar adalah
sangat kompleks, oleh karena itu diperlukan
anak-anak. Namun yang perlu dicermati
upaya dan dukungan dari semua pihak agar
bahwa anak yang menjadi pelaku
dapat mencapai tujuan yang diharapkan,
penyalahgunaan narkotika dalam hal
karena pelaksanaan undang-undang, sangat
dimaksud (pengedar narkotika) adanya
tergantung pada partisipasi semua pihak baik
faktor eksternal yang menjadi pelaku utama
pemerintah, aparat keamanan, keluarga,
adalah orang dewasa dengan cara anak
lingkungan, sebab hal tersebut tidak dapat
disuruh, diberi atau dijanjikan sesuatu,
hilang dengan sendirinya meskipun telah
diberikan kesempatan, dianjurkan, diberikan
Vol 1. No. 2 Desember 2017 161

dikeluarkan undang-undang yang disertai menangani, memeriksa perkara tindak


dengan sanksi yang keras. Upaya pidana narkotika dimana penjatuhan
pencegahan dan pemberantasan dapat pidananya dibawah minimum. Data
dilakukan dengan penegakan hukum tindak sekunder diperolehdata yang diperoleh
pidana narkotika, faktor yang mempengaruhi melalui studi pustaka berupa buku,
proses penegakan hukum adalah faktor dokumen, peraturan perundang-undangan,
hukumnya sendiri, faktor penegak hukum, majalah, karya ilmiah, surat kabar, internet
faktor sarana atau fasilitas, faktor dan lain-lain yang berhubungan dengan
masyarakat, faktor budaya. 2 objek penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data
METODE PENULISAN
Data yang digunakan dalam penelitian
1. Tipe dan Sifat Penelitian ini adalah data primer dan data sekunder
Tipe penelitian ini adalah penelitian yang diperoleh dengan menggunakan cara,
hukum normatif dan empirik yakni tipe yang yaitu Data Primer yang diperoleh melalui
menitikberatkan pada upaya dan factor wawancara yang dilakukan kepada para
pencegahan masalah narkoba dikaitkan responden mengenai penjatuhan pidana
dengan Undang-undang No. 35 Tahun 2009 dibawah minimum dalam perkara tindak
Tentang Narkotika. Penelitian ini bersifat pidana narkotika. Data Sekunder yang
deskriptif yaitu yang dimaksudkan untuk diperoleh melalui studi dokumen, yaitu
memberi gambaran secara jelas dan objektif mengumpulkan data sekunder yang relevan
mengenai masalah yang akan diteliti. dengan objek penelitian.
2. Jenis Penelitian 4. Analisis Data
Adapun jenis data yang digunakan Data yang telah diperoleh melalui
dalam penelitian ini adalah data primer dan kegiatan penelitian yang dianalisis secara
data sekunder.Data Primer, yaitu data yang kualitatif didukung oleh data kuantitatif,
diperoleh secara langsung dari responden di kemudian disajikan secara deskriptif yaitu
lapangan atau lokasi penelitian. Responden dengan menjelaskan dan menggambarkan
yang dimaksud yakni wawancara dengan sesuai permaslahan yang erat kaitannya
para hakim dan para jaksa yang pernah dengan penelitian ini.

2
Soerjono Soekanto, Factor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penegakan Hukum. (Jakarta: Rajawali
Press 2007) hlm. 5.
Vol 1. No. 2 Desember 2017 162

PEMBAHASAN pada masa remaja sedang mengalami


kegoncangan jiwa, jadi tindakan yang
Salah satu penyebab fenomena
bersifat menyimpang yang dilakukan oleh
penyalahgunaan narkotika yang dilakukan
anak-anak adalah suatu bentuk manifestasi
oleh anak adalah terjadi pergeseran nilai-
dari masa kenakalan remaja tersebut.
nilai yang dianut oleh masyarakat,
Perbuatan meyimpang yang mereka lakukan
disebabkan oleh semakin pudarnya social
tanpa ada maksud untuk merugikan orang
order atau sistem pengawasan sosial
lain. Perilaku menyimpang anak-anak tidak
masyarakat, dimulai dari pergeseran nilai
dapat dipandang mutlak samadengan
pada lingkup lingkungan terkecil hingga
perbuatan meyimpang yang dilakukan oleh
lingkungan terbesar, pergeseran nilai-nilai
orang dewasa. Meskipun pada prinsipnya
tersebut dimulai di lingkungan kehidupan
jenis perbuatannya sama, namun tingkat
keluarga, lingkungan sekolah, sampai pada
kematangan fisik dan emosi anak masih
lingkungan social masyarakat.
labil, dan masa depan anak seharusnya dapat
Apabila kita cermati, sesungguhnya menjadi pertimbangan dalam hal
anak merupakan anggota keluarga yang menentukan perlakuan yang tepat terhadap
paling rentan, karena anak kerap menjadi mereka.
korban dari prilaku negative yang diperoleh
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum
dari keluarga maupun lingkungannya.
Pidana (KUHP) suatu perbuatan kejahatan
Keluarga dan lingkungan sekitarnya
disyaratkan pelaku harus menyadari akibat
mempunyai potensi yang besar untuk
dari perbuatannya serta pelaku mampu
berperan secara aktif dalam menlindungi
bertanggungjawab terhadap perbuatan
anak dalam segala hal termaksud yang
tersebut dengan demikian, tindakan yang
menyimpang.Anak kerap dipertontonkan
menyimpang yang dilakukan oleh anak tidak
dengan situasi bersifat negative yang
dapat dikatakan sebagai kejahatan murni.Ini
sepatutnya tidak dilihat oleh anak dan yang
didasari asumsi bahwa mereka yang berada
paling memperhatikan keluarga dan
dalam usia anak tidak dapat melakukan
lingkungan sekitar tidak memperdulikan hal
kejahatan atau doli incapaxdan tidak dapat
demikain, padalah masa depan kita terletak
secara penuh bertanggungjawab atas
pada seberapa maksimal perhatian kita pada
tindakannya Tindakan menyimpang yang
anak-anak kita. Anak-anak yang yang berada
dilakukan oleh anak saat ini sering terjadi di
Vol 1. No. 2 Desember 2017 163

masyarakat salah satunya adalah Penyebab penyalahgunan narkotika


penyalahgunaan narkotika, dalam hal anak disebabkan oleh beberapa hal seperti, karena
sebagai penyalahgunaan narkotika yang di dorong rasa ingi tahu atau iseng-iseng,
perlu diingat bahwa anak bukan hanya menunjukkan rasa solidaritas terhadap teman
sebagai pelaku tapi juga sebagai korban yang juga mengunakan narkotika, untuk
(crime without victim). menghilangkan rasa kegelisahan,
Namun dalam beberapa perkara- menunjukkan jati diri (berani mencoba
perkara anak sebagai penyalahgunaa sesuatu yang berbahaya). Anak yang
narkotika masih saja anak akan dihadapkan menggunakan narkotika secara tidak legal
pada proses hukum, kasus anak tidak dikelompokkan kedalam tiga keinginan
diupayakan diversi secara maksimal yang yaitu:4
berujung pada proses persidangan bahkan
Pertama, Mereka yang ingin
tidak jarang diputus pidana penjara dan tidak
mengalami (the experience seekers) yaitu
diputus untuk menjalani rehabilitasi. Proses
ingin memperoleh pengalaman baru dan
penghukuman yang diberikan kepada anak
sensasi dari akibat pemakaian narkotika;
dengan memasukkan anak ke dalam penjara
ternyata tidak berhasil menjadikan anak jera Kedua, Mereka yang bermaksud

dan menjadi lebih baik. Penjara justru menjauhi atau mengelakkan realita hidup

seringkali membuat anak semakin (the oblivion seekers) yaitu mereka yang

professional dalam melakukan tindak menganggap keadaan terbius sebagai

kejahatan.3Dalam hal ini aparat penegak teempat pelarian terindah dan ternyaman.

hukum dalam mengimplemetasikan Undang- Ketiga, Mereka yang ingin merubah


undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang kepribadiannya (personality change) yaitu
Sistem Peradilan Pidana Anak yang terkait mereka yang beranggapan menggunakan
dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun narkotika dapat merubah kepribadian, seperti
2009 tentang Narkotika tidak dilaksanakan menjadi tidak kaku dalam pergaulan.
secara optimal.
Dalam beberapa kasus
penyalahgunaan narkotika yang dilakukan
3 oleh anak, ada beberapa kategori anak;
Nur Hidayati, “Peradilan Pidana Anak Dengan
Pendekatan Keadilan Restorative dan Kepentingan
4
Terbaik Bagi Anak,” Jurnal Pengembangan Soejono Dirdjosisworo, Pathologi Sosial, (Bandung:
Humaniora, Vol. 13 No. 2, (Agustus 2013) : 146. Alumni, 1982) hlm. 70-71.
Vol 1. No. 2 Desember 2017 164

Pertama, Anak yang menjadi korban menyembuhkan pecandu narkotika sangat


penyalahgunaan narkotika adalah mereka sulit karena akibat dari penggunaan
yang karena dibujuk, diperdaya, ditipu, narkotika menimbulkan adiksi (ketagihan)
dipaksa dan/atau diancam untuk yang pada akhirnya pada tahap dependensi
menggunakan narkotika. (ketergantungan) sehingga memerlukan
waktu yang tergolong lama.
Kedua, anak yang menjadi
penyalahguna narkotika adalah mereka yang Bagi anak yang menjadi pengedar hal
menggunakan narkotika secara melawan yang perlu disadari oleh penegak hukum,
hukum, menanam, memelihara, mempunyai anak sebagai pelaku penyalahguna
atau menguasai, memiliki dan menyimpan (pengedar) narkotika adalah korban karena
untuk dimiliki narkotika. anak belum mampu mengoptimalkan
kemampuan berpikirkan untuk membedakan
Ketiga, anak sebagai pecandu
antara baik dan buruk suatu perbuatan yang
narkotika adalah mereka (anak) yang
dilakukan untuk masa depan mereka
menggunakan atau meyalahgunakan
sehingga penanganan kasus anak oleh
narkotika dalam keadaan ketergantungan
penegak hukun mempertimbangkan
pada narkotika.
“kepentingan terbaik” anak. Anak harus
Keempat, anak sebagai pengedar diperlakukan secara khusus, hal ini
narkotika adalah anak yang tanpa hak atau mengingat sifat dan psikis anak dalam
melawan hukum menawarkan untuk dijual, beberapa hal tertentu memerlukan
menjual, membeli, menerima, menjadi “perlakuan khusus” serta perlindungan
perantara dalam jual beli, menukar atau khusus pula terutama pada tindakan yang
menyerahkan narkotika. dapat merugikan perkembangan mental

Anak yang menjadi penyalahguna maupun jasmani.

narkotika memerlukan perhatian yang Aparat penegak hukum (kepolisian,


prioritas baik dari pihak keluarga maupun kejaksaan, hakim) seharusnya lebih
pemerintah. Terutama mereka (anak) yang mengedepankan pendekatan keadilan
sudah masuk kategori pencandu narkotika restoratif. Disinilah aparat penegak hukum
dan pengedar narkotika. Anak yang menjadi dituntut untuk memiliki integritas,
pecandu narkotika memerlukan penanganan profesionalitas dalam menjalankan
khusus karena untuk memulihkan/
Vol 1. No. 2 Desember 2017 165

profesinya seperti memiliki keterampilan kepercayaan terhadap penegak hukum


dalam mengambil tindakan, kemampuan bermuara pada etika moral penegak hukum
berpikir dalam mencari pemecahan masalah, (sikap personal). Semakin tinggi tingkat
wawasan atau cara pandang aparat penegak kepercayaan masyarakat terhadap aparat
hukum dalam memahami keterkaitan antara penegak hukum maka akan semakin tinggi
perkembangan ilmu hukum dan pula motivasi masyarakat untuk berperan
perkembangan masyarakat dan juga adanya serta sehingga tercipta sebuah pengawasan
koordinasi dan harmonisasi yang baik antar sosial.
lembaga penegak hukum agar penegakan
Peran serta masyarakat dalam hal
hukum tidak hanya terfokus pada
pelaporan tentang adanya kepemilikan,
pemberantasan peredaran narkotika secara
penyimpanan, penggunaan narkotika secara
tidak sah dan melawan hukum namun
tidak sah adalah wujud penegakan hukum
pencegahan dini agar penyalahgunaan
yang berfungsi sebagai pengawasan social.
narkotika oleh anak tidak terjadi.
Perlindungan terhadap masyarakat yang
Dalam mengoptimalkan upaya melakukan peran serta merupakan hak
pencegahan dan penanggulangan individual yang harus dilindungi oleh aparat
penyalahgunaan narkotika oleh anak tidak penegak hukum. Namun dalam beberapa
sebatas hanya pada penegak hukum tapi juga kasus pelaporan oleh masyarakat justru
peran serta masyarakat.. Namun kendala menimbulkan rasa kekhawatiran dengan
yang dihadapi adalah rendahnya tingkat prsoses hukum yang berbelit-belit dan
kepercayaan masyarakat dan kewibawaan menyita waktu masyarakat sebagai pelapor
aparat penegak hukum khususnya arapat dan juga berdasarkan pengamatan dengan
kepolisian, pemahaman masyarakat tekait melihat beberapa kasus narkotika,
issu penyalahgunaan narkotika oleh anak, masyarakat merasa aparat penegak hukum
sarana dan prasarana pendukung. kurang tanggap terhadap laporan mereka
padahal, masyarakat selama ini telah
Dalam kaitannya dengan peran serta
berperan dengan memberikan informasi
masyarakat yang tidak melaporkan adanya
terkait masalah penyalahgunaan narkotika,
tindak pidana narkotika tergantung pada
merasa tidak ditanggapi laporannya
tingkat kewibawaan dan kepercayaan
masyarakat menjadi curiga bahwa aparat
masyarakat terhadap penegak hukum. Factor
penegak hukum ikut terlibat atau mengambil
Vol 1. No. 2 Desember 2017 166

keutungan materi dalam penyalahgunaan masyarakat maka segala usaha dan kegiatan
narkotika. Pengamatan public berdasarkan penegakan hukum akan mengalami
pengamatan terhadap konsistensi penegakan kegagalan. Disinilah pentingnya mengubah
hukum akan tercipta norma-norma social bentuk pandangan, reaksi, sikap tingkah laku
yang dijunjung tinggi, sehingga norma- masyarakat dalam melihat kejahatan
norma social tersebut sebagai sarana khususnya terhadap penyalahgunaan
pengendalian social. Agar masyarakat mau narkotika yang dilakukan oleh anak karena
5
berpartisipasi aktif, diperlukan syarat : reaksi masyarakat terhadap kejahatan
ternyata menunjukkan hubungan
Pertama, Adanya aparat penegak
“signifikan” antara reaksi masyarakat
hukum yang akomodatif, simpatik, dan
dengan terjadinya kejahatan. Seperti sintesa
mampu mengajak masyarakat berpartisipasi.
yang mengatakan “semakin besar reaksi
Kedua, Instansi pemerintah terkait harus
masyarakat terhadap kejahatan, maka
dapat bekerja sama secara transparan dengan
semakin kecil terjadinya kejahatan”, begitu
LSM atau lembaga social terkait lainnya.
pula sebaliknya, “semakin kecil reaksi
Ketiga, Perilaku aparat penegak masyarakat terhadap kejahatan, maka
hukum yang teruji dan bekerja dengan jujur, semakin tumbuh suburlah kejahatan”.6
professional, serta kebal terhadap sogok dan
Selain memberikan kewenangan yang
suap. keempat, Penerpana hukum secara
besar terhadap penegak hukum, khususnya
tegas, konsekuen, konsisten dan transparan.
BNN, Undang-Undang No. 35 Tahun 2009
Keempat, Adanya petunjuk atau pedoman
juga mewajibkan masyarakat untuk berperan
untuk berpartisipasi bagi masyarakat dari
aktif dalam upaya pencegahan dan
semua instansi terkait agar partisipasi
pemberantasan penyalahgunaan dan
masyarakat terarah dan efektif.
peradaran gelap narkotika. Masyarakat
Peran serta masyarakat sangat dijadikan seperti penyelidik dengan cara
dibutuhkan untuk memberantas mencari, memperoleh, dan memberikan
penyalahgunaan dan peredaran gelap informasi dan mendapatkan pelayanan
narkotika, karena tanpa dukungan dalam hal-hal tersebut. Undang-undang No.
35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 104
5
Badan Narkotika Nasional, Petunjuk Teknik
Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan
6
Narkoba Bagi Lembaga/Instansi, (Jakarta: BNN RI, Teguh Prasetyo. Kriminalisasi Dalam Hukum
2010) hlm. 36. Pidana. (Jakarta. Nusa Media. 2011) hlm. 13-14.
Vol 1. No. 2 Desember 2017 167

menegaskan bahwa masyarakat mempunyai upaya pencegahan dan pemberantasan


kesempatan yang seluas-luasnya untuk Narkotika tercantum dalam Pasal 106 UU
berperan serta membantu pencegahan, No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
pemberantasn penyalhgunaan dan peredaran
“hak masyarakat dalam upaya
gelap narkotika dan Prekursor Narkotika. pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap
Peran serta masyarakat dalam upaya Narkotika dan Prekursor Narkotika
diwujudkan dalam bentuk:
penanggulangan tindak pidana
a. Mencari, memperoleh, dan
penyalahgunaan narkotika oleh anak dapat
memberikan informasi adanya
ditandai dengan adanya hak dan dugaan telah terjadi tindak pidana
Narkotika dan Prekursor
tanggungjawab dalam melaporkan adanya
Narkotika;
tindak pidana penyalahgunaan narkotika b. Memperoleh pelayanan dalam
mencari, memperoleh, dan
disekitar lingkungannya kepada aparat
memberikan informasi tentang
penegak hukum. Dalam Undang-undang adanya dugaan telah terjadi pidana
Narkotika dan Prekursor Narkotika
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
kepada penegak hukum atau BNN
peran serta masyarakat dimuat dalam BAB yang menangani perkara pidana
Narkotika dan Prekursor
XIII Pasal 104 sampai demgan Pasal 108.
Narkotika;
c. Menyampaikan saran dan pendapat
Dalam BAB XIII tentang peran serta
secara bertanggungjawab kepada
masyarakat disebutkan tengan hak dan penegak hukum dan BNN yang
menangani perkara tindak pidana
tanggungjawab masyarakat dalam
Narkotika dan Prekursor
pencegahan dan pemberantasan tindak Narkotika;
d. Memperoleh jawaban atas
pidana narkotika sebagaimana dalam Pasal
pertanyaan tentang laporannya
105 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 yang diberikan kepada penegak
hukum dan BNN;
Tentang Narkotika:
e. Memperoleh perlindungan hukum
pada saat yang bersangkutan
“Masyarakat mempunyai hak dan melaksanakan haknya atau dimintai
tanggungjawab pencegahan dan hadir dalam proses peradilan.
pemberantasan penyalahgunaan Bentuk-bentuk peran serta
dan peredaran gelap narkotika dan masyarakat dalam upaya penanggulan
precursor Narkotika”. Tindak Pidana narkotika anatara lain:

Penjelasan lebih lanjut mengenai Pertama, Pencegahan tindak pidana


bentuk perwujudan hak masyarakat dalam narkotika. kedua, Kewajiban melaporkan
Vol 1. No. 2 Desember 2017 168

tindak pidana narkotika. Ketiga, Jaminan masyarakat untuk melakukan pencegahan


keamanan dan perlindungan hukum. dan pemberantasan narkotika. Peran serta
Keempat, Pengembangan Kelembagaan masyarakat juga tertuang dalam Inpres No.
Masyarakat. Kelima, Pelaksanaan program 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan dan
kuratif dan program Rehabilitatif dan Strategi Nasional Pencegahan Dan
terakhir Mengawasi uapaya penangkapan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
adanya pelanggaran, penahanan tersangka, Peredaran Gelap Narkotika (Jakstranas
jalannya penuntutan, jalannya eksekusi P4GN) Tahun 2011-2015. Dengan adanya
hukuman dan mengawasi pemusnahan Inpres ini diharapakan upaya masyarakat
barang bukti narkotika. dalam penanggulangan tindak pidana
narkotika dapat terlaksana dengan baik dan
Peran serta masyarakat dalam upaya
didukung oleh berbagai pihak. Pada
penanggulangan tindak pidana narkotika
konsepnya semua aturan yang ada sebagai
juga terdapat dalam Peraturan Presiden
pendukung tindakan masyarakat untuk
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010
menjalankan pencegahan dan pemberantasan
Tentang Badan Narkotika Nasional Pasal 49:
penyalahgunaan narkotika.
“dalam rangka memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya Sulitnya pencegahan dan
kepada masyarakat untuk berperan pemberantasan tindak pidana narkotika salah
serta dan membantu pelaksanaan
P4GN, BNN dapat memfasilitasi satunya sangat berkaitan dengan budaya
dan mengkoordinasikan siri(malu) bagi orang-orang Bugis, sebagian
pembentukan wadah peran serta
masyarakat. besar masyarakat Bugis masih merasa jika
Pasal 50 menyebutkan: salah anggota keluarganya yang menjadi
pelaku penyalahguna narkotika apalagi yang
“wadah peran serta masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam menjadi pelaku adalah anak, hal tersebut
Pasal 49 dapat berupa forum, dipandang sebagai aib keluarga yang hanya
koordinasi, pusat pelaporan dan
informasi, serta wadah lainnya boleh diketahui dan penanganannya juga
sesuai kebutuhan. dilakukan oleh internal keluarga saja. Dalam
Peran serta masyarakat yang diwadah hal ini korban, keluarga atau masyarakat
dan difasilitasi oleh BNN dapat menjadi belum siap untuk mengungkap pelakunya
landasan karena masyarakat mempunyai yang merupakan anggota keluarga atau
legitimasi dan memperkuat keikutsertaan sanak keluarga. Hal yang mendasar dari
Vol 1. No. 2 Desember 2017 169

tingginya tingkat penyalahgunaan narkotika Sarana dan prasarana pendukung antara lain
adalah factor tingkat pendidikan dan mencakup, tenaga manusia yang
pemahaman tentang agama disinilah peran berpendidikan dan terampil dalam upaya
keluarga dalam meberikan pendidikan non pencegahan dan pemberantasan narkotika di
formal. Semakin tinggi tingkat pendidikan kalangan anak-anak, organisasi yang baik,
seseorang akan cenderung untuk tidak peralatan yang memadai, keuangan yang
melakukan hal-hal yang membahayakan diri, cukup dan seterusnya. Kalau hal-hal tersebut
keluarga dan lingkungan sekitarnya tidak terpenuhi, maka mustahil penegakan
ditambah lagi pemahaman agama yang hukum akan tercapai tujuannya. Atau
cukup akan membawa seseorang untuk dengan kata lain, tanpa adanya dukungan
menjauhi sesuatu yang sifatnya haram. sarana maka mustahil upaya pencegahan dan
Tindak pidana penyalahgunaan narkotika pemberantasan penyalahgunaan narkotika
oleh anak dalam masyarakat ada yang dikalangan anak dapat dilakukan.
dilaporkan, diproses dan ada juga yang tidak
Perilaku menyimpang yang dilakukan
dilaporkan, bahkan jumlah yang tidak
oleh anak dalam masyarakat perlu di
dilaporkan masih lebih banyak sehingga
tanggulangi. Dalam teori hukum pidana ada
menjadi kejahatan yang bersifat tersembunyi
dua bentuk yaitu upaya represif dan upaya
(hidden crime). Suatu fakor penting dalam
preventif. Upaya represif biasa juga disebut
menganalisis kejahatan adalah tingkat
tindakan penal (criminal justice procedure)
dukungan atau sanksi dari masyarakat
adalah upaya penanggulangan melalui
terhadap kejahatan. Kalau unsur kebudayaan
prosedur hukum yang berlaku. Sedangkan
dari suatu masyarakat itu sendiri yang
tindakan preventif biasa juga disebut
menilai sebagai suatu perbuatan yang legal,
tindakan non penal (criminal justice system).
maka akan menimbulkan akibat secara
langsung bagi para pelaku kejahatan itu akan Secara teoritis, pada dasarnya semua

merasa tidak bersalah. ketentuan perundang-undangan mempunyai


tujuan. Hukum pidana sebagai salah satu
Faktor terpenting selanjutnya adalah
intrumen hukum mempunyai tujuan yaitu
faktor sarana dan prasarana pendukung.
sebagai control perilaku setiap orang, oleh
Tanpa adanya sarana atau fasilitas
karena itu hukum pidana lebih banyak
pendukung, maka tidak mungkin penegakan
bersifat control perilaku setiap orang, selain
hukum akan berlangsung dengan lancar.
Vol 1. No. 2 Desember 2017 170

itu juga bertujuan untuk memberikan peningkatan peran serta masyarakat dalam
ancaman pidana kepada setiap pelaku. upaya pencegahan dan pemberantasan
Demikian pula Undang-Undang Nomor 35 narkotika di kalangan anak menurut kultur
Tahun 2009 tentang Narkotika dan dikaitkan masyarakatnya.
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
Dalam melakukan pencegahan
2012 tentang Sistem Peradilan Anak tujuan
penyalahgunaan narkotika, upaya yang
utamanya adalah memberikan perlindungan
paling strategis adalah melalui sarana non
hukum bagi anak sebagai pelaku/korban
penal sebab menghindari jauh lebih baik dari
penyalahgunaan narkotika. Kebijakan
pada mengobati. Sedangkan sarana penal
kriminalisasi dari UU Narkotika tidak
dipandang masih mempunyai keterbatasan-
terlepas dari tujuan UU itu, terutama tujuan
keterbatasan dalam menanggulangi
(a) untuk mencegah terjadinya
peyalahgunaan narkotika oleh anak. Upaya
penyalahgunaan narkotika dan (b)
ini lebih efektif dilakukan mengingat kondisi
7
memberantas peredaran gelap narkotika.
masyarakat Indonesia masih terikat dengan
Agar upaya perlindungan hukum nilai-nilai socialbudaya. Dilihat dari sisi
terhadap anak sebagai pelaku/korban dapat upaya non penal ini berarti, perlu digali,
terlaksana secara optimal maka dibutuhkan dikembangkan dan dimanfaatkan seluruh
kaidah social lainnya, seperti nilai atau potensi dukungan dan partisipasi masyarakat
norma agama diperkuat untuk melengkapi dalam upaya untuk mengefektifkan dan
kaidah hukum. Penyelesaian kasus mengembangkan “extra legal system”atau
penyalahgunaan narkotika oleh anak dalam “informal and traditional system”yang ada
arti upaya represif tidak hanya melalui di masyarakat.8
model perlindungan hukum melalui
Pencegahan penyalahgunaan
“criminal justice procedure” akan tetapi
narkotika sebagai upaya preventif tidak
dibutuhkan upaya represif lain berupa
dapat dilepaskan dari keterlibatan setiap
“criminal justice system” upaya ini
komponen dalam masyarakat. Secara
dilakukan dengan cara pengembangan
normative UU No. 35 Tahun 2009 tentang
Kelembagaan Masyarakat sebagai upaya
Narkotika telah melibatkan tiga komponen
7
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum pokok untuk menjadi pilar pencegahan
dan Kebijakan Hukum Pidana dalam
Penanggulangan Kejahatan, (Jakarta. Kencana
8
Prenadamedia Group, 2007) hlm. 195. Ibid., hlm. 52.
Vol 1. No. 2 Desember 2017 171

penyalahgunaan narkotika khususnya oleh penyalahgunaan narkotika adalah mereka


anak yaitu aparat penegak hukum, yang mempunyai latar belakang pendidikan
pemerintah, dan masyarakat. Ketiga yang rendah sehingga mereka sangat sulit
komponen ini melibatkan diri dalam untuk mengendalikan perasaan dirinya.
pencegahan dan pemberantasan tindak Tujuan pendidikan non penal tidak hanya
pidana narkotika. Namun dalam prakteknya, dapat membentuk watak dan kepribadian
ketiga komponen tersebut tidak berjalan luhur seseorang akan tetapi dapat pula
secara sinergis dalam mengupayakan tindak meningkatkan derajat keimanan dan
preventif. Upaya pencegahan dan ketaqwaan seseoarang kepada Sang
pemberantasan narkotika dalam masyarakat Pencipta. Strategisnya peranan pendidikan
tidak dapat dilepaskan dari ketiga komponen agama dan berbagai bentuk media
tersebut. Aparat penegak hukum yang penyuluhan keagamaan dalam memperkuat
diberikan kewenangan untuk bertindak kembali keyakinan dan kemampuan manusia
secara preventif dengan cara melakukan untuk mengikuti jalan kebenaran dan
pengawasan terhadap gejala-gejala yang kebaikan. Dengan pendidikan dan
dapat menciptakan tindak pidana khususya penyuluhan agama yang efektif, tidak hanya
penyalahgunaan narkotika. masyarakat diharapkan terbinanya pribadi manusia yang
berperan serta secara aktif memberikan sehat jiwa/rohaninya tetapi juga terbinanya
laporan kepada aparat penegak hukum keluarga yang sehat dan lingkungan social
tentang adanya gejala-gejala dalam yang sehat. Pembinaan dan penggarapan
lingkungannya. Selanjutnya pemerintah kesehatan jiwa masyarakat memang tidak
senantiasa mengontrol, memfasilitasi dan berarti semata-mata kesehatan
memahami secara detail kondisi masyarakat. rohani/mental, tetapi juga kesehatan budaya
dan nilai nilai pandangan hidup
Upaya pertama yang harus dilakukan
kemasyarakatan.
adalah dengan cara memberikan pendidikan
kepada semua keluarga berupa pendidikan Upaya selanjutnya adalah penyuluhan
non-formal. Cara ini dapat dilakukan dengan hukum mengenai bahaya dan ancaman
memberikan pelajaran tambahan tentang pidana bagi penyalahgunaan narkotika yang
pentingnya pemahaman tentang agama, dilarang oleh Undang-Undang No. 35 Tahun
budaya masyarakat disekitarnya, dan hukum. 2009 tentang Narkotika tujuan utamanya
Sebab anak yang melakukan adalah pemberian pemahaman kepada
Vol 1. No. 2 Desember 2017 172

masyarakat pada umunmnya dan anak pada berpengaruh terhadap kepercayaan dan
khususnya untuk dapat membedakan mana perilaku social masyarakat.
perilaku yang melanggar hukum dan mana
KESIMPULAN
yang tidak.Selanjutnya penyuluhan tentang
Berdasarkan pada uraian dalam hasil
nilai-nilai atau norma-norma social sehingga
penelitian dan pembahasan di atas maka
masyarakat mengetahui perbuatan mana saja
dapat dirumuskan suatu kesimpulan bahwa
yang termasuk perbuatan yang berbahaya
upaya penanggulangan penyalahgunaan
bagi keamanan masyarakat terutama bagi
narkotika oleh anak sudah berjalan, namun
anak. Pentingnya ilmu pengetahuan bagi
belum efektif, hal tersebut diketahui dari
anak sebagai pelaku dan/atau korban
jumlah anak yang melakukan
penyalahgunaan narkotika atau calon
penyalahgunaan narkotika masih terus
penyalahguna narkotika mengingat dalam
meningkat baik secara kualitas maupun
persfektif kriminologi bahaya laten bagi
kuantitas dari tahun ke tahun. Selain itu,
setiap orang adalah kurangnya pengetahuan
harmonisasi aparat penegak hukum dan
tentang kejahatan.
peran serta masyarakat masih belum
Menjalin komunikasi social yang baik optimal, sehingga hasil yang diharakan
antara aparat penegak hukum dan belum bisa terwujud, bahkan ada anak yang
masyarakat akan meningkatkan hubungan bukan saja sebagai korban tapi juga sebagai
kerja untuk kepentingan pencegahan dan pecandu dan pengedar narkotika. Dan
pemberantasan narkotika. hal terpenting Faktor-faktor yang mempengaruhi
adalah masyarakat harus mengubah efektivitas upaya penanggulangan narkotika
pemahaman mereka terhadap issu bahaya oleh anak adalah faktor cara pandang aparat
penyalahgunaan narkotika oleh anak dan penegak hukum dalam upaya
mengubah cara pandang mereka terhadap penanggulangan penyalahguna narkotika
kinerja aparat penegak hukum. Dalam oleh anak masih berorientasi pada upaya
menjalangkan fungsi dan wewenangnya penal. Pemahaman dan pandangan (budaya)
aparat penegak hukum harus dapat masyarakat tentang bahaya laten
merealisasikan nilai dasar hukum (keadilan, penyalahgunaan narkotika oleh anak masih
kemanfaatan dan kepastian hukum) semakin minim dan masyarakat masih beranggapan
optimal kinerja aparat penegak akan bahwa upaya penanggulangan narkotika
adalah kewajiban aparat penegak hukum hal
Vol 1. No. 2 Desember 2017 173

ini dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan Dirdjosisworo, Soejono. Pathologi Sosial.


Bandung: Alumni, 1982.
masyarakat terhadap aparat penegak hukum
Prasetyo, Teguh Kriminalisasi Dalam
masih rendah. Belum optilmalnya peran Hukum Pidana. Jakarta: Nusa Media,
2011.
serta masyarakat disebabkan oleh hubungan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
kerja antara aparat penegak hukum dengan Tentang Narkotika.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
masyarakat belum berjalan baik.
Tentang Sistem Peradilan Pidana
Ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana Anak.
Peraturan Presiden Republik Indonesia
yang mendukung upaya penanggulangan
Nomor 23 Tahun 2010 Tentang
penyalahgunaan narkotika oleh anak masih Badan Narkotika Nasional.
Inpres No. 12 Tahun 2011 tentang
terbatas seperti dukungan anggaran.
Pelaksanaan dan Strategi Nasional
Pencegahan Dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran
DAFTAR PUSTAKA
Gelap Narkotika (Jakstranas P4GN)
Tahun 2011-2015.
Ilmar, Aminuddin. Membangun Negara
Hukum Indonesia. Makassar,
Phinatama Media, 2014.
Badan Narkotika Nasional. Petunjuk Teknik
Advokasi Bidang Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba Bagi
Lembaga/Instansi. Jakarta: BNN RI,
2010.
Nawawi Arief, Barda. Masalah Penegakan
Hukum dan Kebijakan Hukum
Pidana dalam Penanggulangan
Kejahatan. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2007.
_________ Bunga Rampai Kebijakan
Hukum Pidana: Perkembangan
Penyusunan Konsep KUHP Baru.
Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2008.
Hidayati, Nur. “Peradilan Pidana Anak
Dengan Pendekatan Keadilan
Restorative dan Kepentingan Terbaik
Bagi Anak”, Jurnal Pengembangan
Humaniora, Vol. 13 No. 2, (Agustus
2013) : 146.
Soekanto, Soerjono. Factor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penegakan Hukum.
Jakarta: Rajawali Press, 2007.

You might also like