Pengembangan Modul Pendidikan Seks Untuk Anak Usia Dini (4-6 TAHUN)

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

PENGEMBANGAN MODUL PENDIDIKAN SEKS UNTUK ANAK USIA DINI

(4-6 TAHUN)

Nuning Irhamna, Syaiful Bahri, Fajriani


Jurusan Bimbingan Konseling, Universitas Syiah Kuala
Email: nuning.irhamna@gmail.com

ABSTRACT

Education is a foundation for a nation for the future of the nation to become more developed and develop
better. One of the important education to be taught early to children is sex education. The provision of sex
education serves to prevent the occurrence of violence and sexual harassment which has been rampant
among children and one of the educational media for teachers in implementing sex education learning that is
still common is understood by teachers. The application of sex education in Indonesia is still relatively new,
which causes a lack of teaching materials that can be used. This study aims to develop a learning medium in
the form of a sex education module for AUD that is suitable for use by teaching staff as teaching material. The
approach used in this research is mixed methods. The type of research used is the research method used in
this study is the method of research and development (reserch & development). Subjects in this study were
material experts, media experts, educators. Data collection tools used in the form of validation sheets to
obtain validator assessment or experts. Before the module was applied, product validation was carried out to
3 media experts and 3 material experts who produced conclusions from the material aspects with good or
good categories and from the media aspect produced conclusions with good or good categories. To see the
teaching staff's response to the early childhood sex education module was carried out by using the FGD
method to 10 AUD educators that resulted in the module being very suitable to be applied to early childhood
to recognize their identity.

Keywords: Module, Sex Education, Early Childhood

ABSTRAK

Pendidikan merupakan suatu landasan pijakan bagi suatu bangsa demi keberlangsungan masa depan
bangsa menjadi lebih maju dan berkembang menjadi lebih baik. Salah satu pendidikan yang penting untuk
di ajarkan sejak dini kepada anak adalah pendidikan seks. Pemberian pendidikan seks berfungsi untuk
mencegah terjadinya kekerasan dan pelecehan seksual yang selama ini marak terjadi di kalangan anak-
anak dan salah satu media edukasi bagi guru dalam menerapkan pembelajaran pendidikan seks yang
masih awam dipahami oleh para guru. Penerapan pendidikan seks di Indonesia masih terbilang baru, yang
menyebabkan masih kurangnya bahan ajar yang bisa digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan sebuah media pembelajaran yakni berupa modul pendidikan seks bagi AUD yang layak
digunakan oleh tenaga pendidik sebagai bahan ajar. Pendekatan yang digunakan dalam penilitian ini
adalah mixed methods. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan (reserch & development). Subjek dalam
penelitian ini adalah ahli materi, ahli media, tenaga pendidik. Alat pengumpul data yang digunakan berupa
lembar validasi untuk memperoleh penilaian validator atau para ahli. Sebelum modul diterapkan
dilakukan validasi produk kepada 3 orang ahli media dan 3 orang ahli materi yang menghasilkan
kesimpulan dari aspek materi dengan kategori layak atau baik dan dari aspek media menghasilkan
kesimpulan dengan kategori layak atau baik. Untuk melihat tanggapan tenaga pendidik terhadap modul
pendidikan seks anak usia dini dilakukan dengan menggunakan metode FGD kepada 10 orang tenaga
pendidik AUD yang menghasilkan bahwa modul sangat sesuai untuk diterapkan kepada anak usia dini
untuk mengenali identitas dirinya.

Kata Kunci: Modul, Pendidikan Seks, Anak Usia Dini


Nuning Irhamna, Syaiful Bahri, Fajriani
Pengembangan Modul Pendidikan Seks Untuk Anak ...

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah elemen terpenting dalam sebuah struktur kehidupan bermasyarakat.


Melalui proses pendidikan, manusia dapat menjadi manusia yang sebenarnya dan seutuhnya.
Pendidikan disebut juga sebagai proses pengubahan sikap dan perilaku (Priyatna, 2017)
individu atau kelompok individu dalam usaha mendewasakan manusia atau individu melalui
upaya pengajaran, pelatihan, proses, cara, dan perilaku mendidik (Dale, 1969). Salah satu
pendidikan yang penting untuk diajarkan sejak dini kepada anak adalah pendidikan seks (Mukti
2016; Ratnasari & Alias, 2016; Rifani, 2014). Menurut Kursisti (2016) pendidikan seks
merupakan pelajaran penting yang harus dikenalkan sejak dini pada anak-anak baik itu di
lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga. Pemberian pendidikan seks berfungsi untuk
mencegah terjadinya kekerasan dan pelecehan seksual yang selama ini sering terjadi di kalangan
anak-anak.
Berdasarkan data yang di peroleh Komnas Perlindungan Anak, pada tahun 2016
kekerasan terhadap anak yang terjadi Indonesia meningkat pesat yaitu sebesar 16%
dibandingkan tahun 2015. Ketua Komnas Perlindungan Anak (PA) Arist Merdeka Sirait
mengatakan, “Jumlah pengaduan yang diterima Komnas PA terkait pelanggaran hak anak tahun
2016 lalu yakni 3.739 kasus” (KPAI, 2016). Jumlah ini meningkat dari tahun 2015 yang hanya
2.726 kasus. Komnas PA mencatat tahun 2016 terdapat 625 kasus kekerasan terhadap anak.
Sebanyak 273 kasusnya berupa kekerasan fisik, 43 kasus kekerasan psikis, dan kasus kekerasan
seksual sebanyak 309 kasus. Bahri dan Fajriani (2015) mencatat bahwa sebagian besar kasus
kekerasan di Aceh terjadi pada abak-anak dan wanita di bawah 18 tahun. Ironisnya pula
kekerasan-kekerasan ini terjadi di lingkungan terdekat anak atau lingkungan yang selama ini
kita anggap aman bagi anak. Menurut Komnas PA yaitu Berdasarkan lokasi kejadian, kasus
kekerasan terhadap anak di lingkungan keluarga sebanyak 40%, lingkungan sosial 52%,
lingkungan sekolah, dan tidak disebutkan lokasinya 3%. Sedangkan di Aceh khususnya di Kota
Banda Aceh juga sama halnya, kekerasan seksual pada anak terus meningkat dari tahun ke
tahun. Hal ini diungkapkan berdasarkan Catatan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Banda Aceh menyebutkan, angka korban pelecehan
seksual terhadap anak naik 80 persen dari tahun lalu. Menurut Mutia (wawancara pada tahun
2017) sebagai Konselor pada P2TP2A Kota Banda Aceh menyebutkan pada tahun 2014 jumlah
kasus pelecehan seksual terhadap anak hanya 25 kasus, sedangkan pada tahun 2015 naik
menjadi 50 kasus, dan pada tahun 2016 naik menjadi 81 kasus. Mutia memaparkan “Tahun
2014 ke 2015 itu naik 100 persen, sedangkan tahun 2015 ke 2016 itu naik 80 persen,”
Memberantas atau mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak bukanlah hal yang
mudah karena hal ini dilatarbelakangi oleh penyebab yang kompleks. Hal yang paling mungkin
untuk segera diupayakan adalah usaha-usaha pencegahan (preventif) untuk menekan
meningkatnya kasus kekerasan seksual dan upaya menangani kasus kekerasan seksual yang
sudah terjadi. Apalagi bila korban yang mengalaminya anak-anak, maka upaya pencegahan itu
memang haruslah sedini mungkin yaitu melalui program pencegahan dan deteksi dini.
Keterlibatan semua pihak diharapkan disini, terutama lembaga pendidikan. Pemberian
pengetahuan tentang seksualitas mereka sedini mungkin, akan membentuk kemampuan anak
dalam menjaga diri dari segala ancaman orang dewasa terkait tubuhnya dan menanamkan sikap
“awas diri” pada orang asing. Menurut Surtiretna (2001) pendidikan seks merupakan upaya
pemberian pengetahuan terkait perubahan biologis dan psikologis sebagai akibat dari
pertumbuhan dan perkembangan manusia. Dengan kata lain, pendidikan seks pada dasarnya
merupakan suatu bentuk pengenalan mengenai fungsi seks dan organ reproduksi untuk

8
Nuning Irhamna, Syaiful Bahri, Fajriani
Pengembangan Modul Pendidikan Seks Untuk Anak ...

menjamin kesehatan dan fungsi seks yang normal. Tentunya dengan menanamkan moral, etika
serta komitmen agar tidak terjadi penyalahgunaan organ reproduksi tersebut. Hal senada juga
disampaikan oleh Nawita (Lili, Novita & Fajriah, 2016) yang mengatakan bahwa pendidikan
seks tidak lain adalah penyampaian informasi mengenai pengenalan (nama dan fungsi)
anggota tubuh, pemahaman perbedaan jenis kelamin, penjabaran perilaku (hubungan dan
keintiman) seksual, serta pengetahuan tentang nilai moral dan norma yang ada di masyarakat
berkaitan dengan gender.
Hal inilah yang disebut sebagai pendidikan seks usia dini. Menurut Kursistin (2016:14)
kurangnya bahan pembelajaran pada anak terjadi di sekolah-sekolah AUD baik lembaga formal
maupun non-formal. Sekolah kesulitan memenuhi kebutuhan informasi atau referensi materi
pendidikan seks untuk anak usia dini. Dengan kata lain buku-buku masih sangat terbatas dan hal
ini menjadi salah satu penyebab tenaga pendidik kesulitan dalam memberikan pengetahuan
yang sesuai dengan kebutuhan dan usia peserta didik. Penyebab lain tenaga pendidik merasa
sulit memperoleh mengenai genai cara-cara menyampaikan dalam hal penggunaan bahasa yang
tepat dan kurang terampil dalam mengkomunikasikan materi pendidikan seks.
Pengetahuan yang diperoleh oleh tenaga pendidik selama ini hanya sebatas pendidikan
seks yang pada umumnya diterapkan pada anak- anak seperti toilet trainning dan media untuk
memberikan pengajaran pendidikan seks biasanya hanya tersedia alat peraga saja; seperti
patung. Tenaga pendidik tidak memiliki buku pedoman khusus untuk memberikan pengajaran
pendidikan seks usia dini. Maka dari itu peneliti mengembangkan modul pendidikan seks untuk
anak usia dini, dengan tujuan yaitu agar tersedianya media cetak yang layak digunakan oleh
tenaga pendidik untuk memenuhi informasi peserta didik serta mengembangkan dan mendesain
media cetak yang baik agar media cetak tersebut layak digunakan oleh tenaga pendidik.
Moh. Rasyid (2013) mengemukakan tujuan pendidikan seks untuk anak usia dini antara
lain yaitu: (1) Memberikan pemahaman yang benar mengenai materi pendidikan seks
diantaranya memahami organ reproduksi, kesehatan seksual, penyimpangan seks. Tujuan
pemberian pemahaman yang benar kepada anak berkaitan dengan organ reproduksinya yakni
untuk menghindarkan anak dari salahnya memaknai organ seksualnya sendiri sehingga
menimbulkan perilaku penyimpangan seksual pada anak; (2) Menepis pandangan miring
masyarakat umum mengenai pendidikan seks yang dianggap tabu, tidak islami, tidak senonoh,
tidak etis dan sebagainya; (3) Memberikan pemahaman materi pendidikan seks yang pada
dasarnya, didasari oleh ajaran Islam. Dalam penerapannya pendidikan seks bukan semata-mata
hanya didasari oleh materi pengajaran seksual saja namun juga harus didasari oleh ajaran islam
juga. Dan dalam penyampainnya tenaga peserta didik harus membarengi dengan menanamkan
nilai-nilai agama dan moral; (4) Pemberian materi pendidikan seks anak usia dini yang
disesuaikan dengan usia anak dan tahap perkembangan dirinya; (5) Dengan pemberian
pendidikan seks sejak dini mampu mencegah terjerumusnya anak dari penyimpangan seks; (6)
Dengan pemberian pendidikan seks sejak dini diharapkan anak dapat menjadi generasi yang
sehat. Generasi yang sehat disini dimaksudkan dengan generasi yang terhindar dari kasus
kekerasan seksual dan penyimpangan seksual
Modul Pendidikan seks untuk anak usia dini ini memuat mengenai materi-materi
pembelajaran pendidikan seks untuk anak usia dini untuk membantu anak mengenal identitas
dirinya dan menghindarkan serta membantu anak melindungi dirinya dari kekerasan dan
pelecehan seksual. Menurut Vembriarto (Nasution, 2003) Jenis modul pendidikan seks untuk
anak dini ini merupakan modul yang dilihat dari penggunaannya yakni modul untuk peserta
didik. Sedangkan Pengembangan bahan ajar modul pendidikan seks anak usia dini ini, disusun
dengan cara text transformation. peneliti menulis kembali/ulang dengan gaya bahasa yang

9
Nuning Irhamna, Syaiful Bahri, Fajriani
Pengembangan Modul Pendidikan Seks Untuk Anak ...

sesuai untuk menjadi bahan ajar (diperbarui). Peneliti memanfaatkan buku-buku teks dan
informasi yang sudah ada, kemudian peneliti mengemas kembali sehingga berbentuk bahan ajar
yang memenuhi karakteristik bahan ajar yang baik, dan dapat dipergunakan oleh guru dan siswa
dalam proses instruksional (Sungkono, 2003). Adapun karakteristik yang menjadi pemilihan
untuk mengembangakan modul pendidikan seks anak usia dini ini yakni karakteristik modul
user friendly (Widodo dan Jasmani, 2008; Suparman, 2012). Mengapa demikian? Pada dasarnya
peneliti mengembangakan modul yang dapat besahabat dengan penggunannya. Dari segi
kepraktisan modul, isi modul yang dapat dengan mudah dipahami dan nilai keindahan modul
yang dapat menarik minat bukan saja penggunnanya melainkan orang lain yang membaca
modul.
Berdasarkan pemaparan uraian di atas dan fenomena yang telah dipaparkan di awal,
peneliti berpendapat bahwa masalah pelecehan dan kekerasan seks terhadap anak penting
untuk diteliti lebih lanjut karena masalah ini dapat mengganggu keadaan psikologis anak.
Namun penelitian ini merupakan salah satu langkah preventif untuk menekan kasus
kekerasan seksual dan pelecehan seksual pada anak dengan cara memberikan informasi
kepada anak mengenai identitas dirinya serta cara melindungi atau menghindarkan dirinya
dari kekerasan seksual.

METODE

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian mixed methods. Mixed
methods merupakan gabungan dari metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam sebuah
penelitian sehingga memperoleh data yang lebih valid, komprhehensif, reliabel dan objektif
(Sugiyono, 2012). Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
pengembangan (R&D) atau research and development yang merupakan suatu proses penelitian
dengan langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan
produk yang telah ada yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk yang dihasilkan dapat
berupa perangkat keras (hardware) dan dapat pula berupa perangkat lunak (software) (Sujadi,
2003). Penelitian ini akan dilaksanakan di lembaga formal (PAUD atau TK) yang berlokasi di
Kota Banda Aceh. Adapun penelitian ini akan dilakukan di empat lembaga pendidikan formal
yang berbeda yakni Taman Kanak-Kanak (TK) Kartika di Lapangan Blangpadang, TK Putri
Harapan di Lhong Cut, TK Khalifah-2 di Lampineng dan TK KIDDOS di Simpang Lima Banda
Aceh. Peneliti memilih lembaga pendidikan ini dikarenakan sekolah tersebut menjadi wakil dari
lingkungan yang berada di kota dan desa untuk melihat tanggapan tenaga pendidik terhadap
modul yang dikembangkan.
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen lembar penilaian
(kuesioner) untuk uji ahli materi, uji ahli media, sedangkan data kualitatif diperoleh dengan
metode FGD (Focus Group Disscusion) untuk memperoleh tanggapan tenaga pendidik terhadap
media modul pendidikan seks anak usia dini. Prosedur pelaksanaan dalam penelitian
pengembangan ini menggunakan prosedur penelitian R&D (Research and Development).
Penelitian pengembangan ini mengacu pada desain pengembangan dari Dick and Carry
(Sugiyono, 2009) yang terdiri dari empat langkah pokok. Berdasarkan acuan empat langkah
pokok tersebut, Sugiyono mengembangkan menjadi tujuh langkah. Sehingga dari empat langkah
dikembangakan menjadi tujuh langkah untuk menghasilkan produk dan menguji keefektifan
produk tersebut. Langkah-langkah penelitian pengembangan ini yakni analisis kebutuhan,
desain produk, pravalidasi, evaluasi, uji coba pemakaian, validasi dan produk akhir. Subjek
dalam penelitian yang peneliti ambil yakni terdiri dari 3 (tiga) orang pakar ahli materi dan 3

10
Nuning Irhamna, Syaiful Bahri, Fajriani
Pengembangan Modul Pendidikan Seks Untuk Anak ...

(tiga) orang pakar ahli media, alasan peneliti mengambil 6 (enam) orang ahli dikarenkan modul
yang dihasilkan nanti akan berstandar nasional dan sesuai dengan kearifan lokal dari kota Banda
Aceh. Kemudian subjek penelitian dari tenaga pendidik AUD terdiri dari 10 (sepuluh) orang yang
berbeda sekolah untuk mewakili semua kalangan. Untuk menguji kelayakan sebuah modul,
modul akan diuji oleh dua ahli atau pakar yakni ahli media dan ahli materi. Kelayakan modul
pendidikan seks sebagai salah satu media pembelajaran pendidikan diperoleh dari penilaian
pakar menggunakan instrumen kelayakan modul. Menurut Ali (1993) Data validitas modul
pendidikan seks dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut:

Persentase yang diperoleh selanjutnya dikategorikan sesuai kriteria sebagai berikut:


Tabel. 1 Kriteria penilaian Validasi modul pendidikan seks oleh Pakar
Persentase Kriteria
81% - 100% Sangat Baik
61% - 80% Baik
41% - 60% Tidak Baik
21% - 40% Sangat Tidak Baik

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan ini berkaitan dengan data pelaksanaan penelitian
pengembangan (R&D) tentang kebutuhan spesifik yang diperlukan dalam mengembangkan
sebuah modul pembelajaran yang memuat perancangan dan pengoprasian media pembelajaran
berupa modul pendidikan seks untuk anak usia dini berbasis hardware.

Kelayakan Modul Pendidikan Seks untuk Anak Usia Dini


Sebelum media pembelajaran digunakan secara masal sangat penting untuk memvalidasi
modul pendidikan seks untuk anak usia dini. Untuk melihat kelayakan modul dari dua aspek
yakni aspek materi dan aspek media. Validasi dilakukan oleh ahli yang disebut validator untuk
mengevaluasi dan menilai kualitas dari modul baik dari segi materi maupun media yang telah
dirancang. Validasi modul pendidikan seks anak usia dini 4-6 tahun, yang dilakukan oleh ahli
materi dan ahli media. Yang terdiri dari dari 3 (dua) orang pakar ahli materi dalam bidang anak
usia dini dan 3 (dua) orang pakar ahli media. Pada tahap ini, ahli materi melakukan penilaian
terhadap aspek sistematika modul dan aspek materi modul. Sedangkan ahli media melakukan
penilaian pada aspek sistematika media modul, aspek penyajian kualitas penggunaan ilustrasi,
serta aspek efisiensi dan manfaat keseluruhan modul. Penilaian modul oleh ahli materi dan ahli
media dilakukan dengan mengisi lembar pengamatan / lembar penilaian terhadap modul.
Validasi yang melibatkan para ahli dilakukan untuk menghasilkan evaluasi dan saran dalam
pengembangan produk.

Tabel. 2 Hasil Rata-Rata Penilaian dari Seluruh Ahli Materi


No Ahli Materi Nilai Kategori
1. Ahli Materi I 76,13 Baik
2. Ahli Materi II 78,40 Baik
3. Ahli Materi III 80,68 Sangat Baik
Rata-rata 78,40 Baik

11
Nuning Irhamna, Syaiful Bahri, Fajriani
Pengembangan Modul Pendidikan Seks Untuk Anak ...

Hasil penilaian modul yang dilakukan oleh ahli materi dari penilaian ketiga ahli atau
judgers ahli materi secara keseluruhan terhadap modul pendidikan seks anak usia dini dalam
aspek kelayakan isi, dapat dilihat pada tabel 2. Kesimpulan dari penilaian ketiga ahli bahwa
modul sudah baik dan layak untuk uji coba lapangan dengan revisi. Dikarenakan dari
keseluruhan aspek materi modul memperoleh nilai 78,40 termasuk pada kategori baik. Karena
masuk pada rentang nilai 61-80. Terlepas dari penilaian yang dikategorikan sangat baik tersebut
modul tetap meperoleh revisi dan masukkan dari para ahli materi untuk menyempurnakan
modul agar lebih baik lagi. Dari penilaian ketiga ahli materi tentunya terdapat penilain yang
memuaskan dan ada pula yang kurang memuaskan tentunya, secara keseluruhan dari ketiga ahli
materi memperoleh tujuh penilaian yang kurang memuaskan. Adapun tujuh peniilai yang kurang
memuaskan tersebut diperoleh dari penilaian ahli materi I. Sedangkan dua ahli materi lain
memberikan penilaian yang memuaskan.
Berikut merupakan hasil penilaian modul yang dilakukan oleh ahli media dari penilaian
ketiga ahli atau judgers ahli materi secara keseluruhan terhadap modul pendidikan seks anak
usia dini dalam aspek kelayakan isi, dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel. 3 Hasil Rata-Rata Penilaian dari Seluruh Ahli Media


No Ahli Materi Nilai Kategori
1. Ahli Media I 62,5 Baik
2. Ahli Media II 73,86 Baik
3. Ahli Media III 71,59 Baik
Rata-rata 69,32 Baik

Kesimpulan dari penilain ketiga ahli bahwa modul sudah baik dan layak untuk uji coba
lapangan dengan revisi. Dikarenakan dari keseluruhan aspek media modul memperoleh nilai
69,32 termasuk pada kategori baik. Karena masuk pada rentang nilai 61-80. Terlepas dari
penilaian yang dikategorikan sangat baik tersebut modul tetap meperoleh revisi dan masukkan
dari para ahli media untuk menyempurnakan modul agar lebih baik lagi. Dari penilaian ketiga
ahli media tentunya terdapat penilain yang memuaskan dan ada pula yang kurang memuaskan
tentunya, secara keseluruhan dari ketiga ahli media memperoleh liam belas penilaian yang
kurang memuaskan. Adapun kelima belas penilaian yang kurang memuaskan tersebut diperoleh
dari yakni sebelas penilaian dari ahli media I, dua penilaian dari ahli media II, dan tiga penilaian
dari ahli materi III.

Penilaian Tanggapan Tenaga Pendidik terhadap Modul Pendidikan Seks untuk Anak Usia
Dini
Berdasarkan hasil FGD dengan tenaga pendidik, maka diperoleh data berbentuk data
kualitatif. Adapun masukkan yang diberikan oleh tenga pendidik adalah sebagai berikut:
Responden 1 berpendapat bahwa modul sudang sangat baik, namun alangkah lebih baik di
dalam modul diperbanyak informasi dan pendapat para ahli agar tenaga pendidik lebih percaya
untuk menggunakan modul pendidikan seks ini. Kemudian responden satu menyarankan bahwa
alangkah lebih baik materi modul mengarah pada pembelajaran praktik langsung karena waktu
konsentrasi anak terbatas.
Responden 2 berpendapat bahwa seharusnya peneliti mempertimbangkan penggunaan
modul untuk anak-anak yang non muslim juga. Kemudian hendaknya peneliti membagaikan
metode tentang cara merespon dan menanggapi berbagai reaksi anak ketika tenaga pendidik

12
Nuning Irhamna, Syaiful Bahri, Fajriani
Pengembangan Modul Pendidikan Seks Untuk Anak ...

mengajarkan pendidikan seks agar tidak terjadi kecanggungan. Misal: ketika anak mendengar
istilah vagina, dan mereka akan menggelikan dirinya.
Responden 3 berpendapat bahwa pada pembelajaran I mengenai aku dan kamu pada
pembahasan bagian organ intim dirasa terlalu mendetail untuk anak usia 4-6 tahun. Kemudian
pemilihan warna pada modul seharusnya lebih cerah agar nyaman dibaca. Dan seperti
responden 1, responden 3 juga setuju untuk memperbanyak pendapat ahli di dalam modul.
Responden 4 berpendapat bahwa modul sangat sesuai untuk peserta didik yang dimulai
dari usia 5-6 tahun, sebab kurang sesuai apabila dimulai dari usia 4 tahun. Hal ini dikarenakan
fokus anak usia 4 tahun sangat singkat. Akan tetapi secara keseluruhan modul sudah sangat baik
dan dapat membantu tenaga pendidik dalam pengajaran pendidikan sks untuk anak usia dini/
Responden 5 berpendapat bahwa modul yang dikembangkan ini sudah sangat baik, karena dari
segi penjelasan atau penggunaan kata dan kalimat yang disajikan memudahkan tenaga pendidik
untuk memahami isi materi dalam modul. Responden 5 juga memahami apabila ada beberapa
kesalahan pengetikan yang terdapat di dalam modul dan juga beberapa desain warna yang tidak
sesuai akibat kesalahan pencetakan. Responden 5 juga memaklumi apabila modul masih kurang
sempurna dan maksimal dalam pengerjaannya serta memiliki kelemahan yang diantaranya telah
disebutkan oleh responden lain. Dikarenakan responden 5 mengetahui bahwa mengembangkan
modul ini merupakan pengelaman perdana bagi peneliti.
Responden 6 berpendapat bahwa apabila memasukkan atau menampilkan sabda
Rasullah SAW ke dalam modul, hendaknya cantumkan secara jelas dengan menyebutkan siapa
perawinya dan menampilkan hadist secara keseluruhan. Selanjutnya, responden 6 mengoreksi
bahwa modul hendaknya diberikan halaman beserta daftar isinya. Setelah peneliti menunjukkan
halaman pada setiap lembar modul dan daftar isi yang telah sesuai dengan halaman, barulah
responden 6 menyetujui bahwa modul sudah sangat membantu.
Responden 7 berpendapat bahwa modul sudah sangat sesuai untuk pembelajaran
pendidikan seks untuk anak usia dini, namun alangkah lebih baiknya apabila di dalam modul
menyajikan nyanyian yang sesuai untuk setiap pembelajaran yang nantinya akan disampaikan
oleh tenaga pendidik, untuk membantu tenaga pendidik menarik minat peserta didik dan juga
sebagai salah satu metode untuk menyampaikan pembelajaran pendidikan seks untuk menarik
minat peserta didik.
Responden 8 berpendapat bahwa modul seharusnya memperbanyak penjelasan
kegiatan praktek yang bisa diaplikasikan oleh tenaga pendidik daripada terlalu banyak
penjelasan teori atau penjelasan yang terlalu detail. Kemudian, untuk desain dari modul sendiri
sudah baik, namun menurut responden 8 desain belum cukup menarik. Seharusnya desain yang
disajikan haruslah desain yang unik mengingat modul untuk anak usia dini.
Responden 9 berpendapat bahwa modul ini tidak sesuai untuk anak usia dini karena
terlalu menampilkan banyak tulisan bukan gambar, namun modul ini sudah sangat membantu
untuk memperkenalkan pendidikan seks untuk anak usia dini. Selanjutnya terlalu banyak
kalimat yang duiulang – ulang di dalam modul. Dan responden 9 menyetujui pendapat dari
responden 8 bahwa desain modul kurang menarik.
Responden 10 berpendapat bahwa mdul sudah sangat memadai namun perlu
dikembangkan lagi penyajian materi dalam modul. Selanjutnya warna desain cover modul lebih
ditingkatkan kecerahannya. Sehingga dapat menarik minat siapa pun yang ingin membacanya.
Berdasarkan hasil analisis data dari kesepuluh responden mengenai tanggapan tenaga
pendidik terhadap modul bahwa secara keseluruhan modul sudah sangat sesuai untuk
pembelajaran pendidikan seks untuk anak usia dini, namun tentunya ada beberapa masukkan
dan perbedaan persepsi dari tenaga pendidik untuk modul pendidikan seks anak usia dini ini.

13
Nuning Irhamna, Syaiful Bahri, Fajriani
Pengembangan Modul Pendidikan Seks Untuk Anak ...

Karena pada dasarnya tenaga pendidik yang paling sering berinteraksi dengan anak, jadi mereka
yang lebih mengetahui kondisi dilapangan seperti apa. Oleh karena itu masukkan yang diberikan
oleh tenaga pendidik menyesuaikan dengan kondisi yang ada dilapangan. Karna pada dasarnya
membahas teori dengan praktik lapangan langsung sangat berbeda kondisinya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, proses validasi yang dilakukan oleh tiga ahli materi dan
tiga ahli media, yang mana data yang diperoleh dari ahli materi menilai kelayakan dari sisi
sistematika dan isi materi, sementara data yang diperoleh dari ahli media adalah mengenai
kelayakan sistematika, kualitas sajian ilustrasi serta efesiensi dan kebermanfaatan modul. Secara
keseluruhan dari ketiga ahli materi memperoleh hasil kelayakan sangat baik dan layak untuk uji
coba lapangan dengan revisi. Dikarenakan dari keseluruhan aspek materi modul memperoleh
nilai 89,09 termasuk pada kategori sangat baik. Karena masuk pada rentang nilai 81-100.
Sedangkan secara keseluruhan dari ketiga ahli media memperoleh hasil kelayakan baik dan
layak untuk uji coba lapangan dengan revisi. Dikarenakan dari keseluruhan aspek media modul
memperoleh nilai 78,76 termasuk pada kategori baik. Karena masuk pada rentang nilai 61-80.
Berdasarkan hasil analisis data dari kesepuluh responden mengenai tanggapan tenaga pendidik
terhadap modul bahwa secara keseluruhan modul sudah sangat sesuai untuk pembelajaran
pendidikan seks untuk anak usia dini.

Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti memiliki saran
untuk beberapa pihak yang bersangkutan. Bagi Tenaga Pendidik AUD, Dalam proses
pengembangan modul pendidikan seks anak usia dini belumlah sempurna namun tenaga
pendidik sudah dapat menggunakan modul untuk diajarkan kepada peserta didik untuk
pelaksanaan pendidikan seks anak usia dini akan tetapi modul belum dapat dilihat
keefektifannya kepada peserta didik. Bagi Peneliti Selanjutnya, Dalam penelitian ini, tahap
pengembangan modul hanya dibatasi sampai pada tahap validasi saja sehingga belum
memperoleh produk akhir. Yang mana produk akhir yang diinginkan diperoleh setelah tenaga
pendidik menggunakan modul pembelajran pendidikan seks ini kepada peserta didik untuk
melihat efektifitas dari prnggunaan modul ini terhadap peserta didik. Oleh karena itu,
diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan sampai pada tahap akhir
pengembangan modul pendidikan seks anak usia dini ini dengan metode R&D (Reaserch and
Development).

DAFTAR PUSTAKA

Aceh Bisnis. (2017). Pelecehan Seksual Anak terus Meningkat, Aceh Utara Tertinggi.
https://www.acehbisnis.co/2017/11/13/pelecehan-seksual-terhadap-anak-terus-
meningkat-aceh-utara-tertinggi/ (Online) diakses pada tanggal 5 Januari 2018
Ali, M. (1993). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa
Bahri, S. & Fajriani. (2015). Suatu kajian awal terhadap tingkat pelecehan seksual di aceh. Jurnal
Pencerahan, 9(1).
Dale, E. (1969). Belajar untuk Hidup: Pendidikan Hari Ini dan Hari Esok, Jakarta: Bhatara Karya
Aksara.

14
Nuning Irhamna, Syaiful Bahri, Fajriani
Pengembangan Modul Pendidikan Seks Untuk Anak ...

Hendrian, D. (2016). KPAI: Pelecehan Seksual pada Anak Meningkat 100%.


http://www.kpai.go.id/berita/kpai-pelecehan-seksual-pada-anak-meningkat-100/ (Online) diakses
pada tanggal 10 November 2017
Kasmini, L. Rita Novita & Nurul Fajriah. (2016). Desain Pembelajaran Pendidikan Seks Bernuansa
Islami Untuk Anak Usia Dini. Banda Aceh: Bandar Publishing
Kursisti, P. (2016). Studi Deskriptif Mengenai Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini Dari
Perspektif Pendidik Paud. Jurnal Insihgt, 12 (2) : 1-20
Mukti, A. (2016). Pendidikan Seks Untuk Anak Usia Dini Perspektif Islam. Jurnal Harkat: Media
Komunikasi Gender, 12(2).
Nasution. (2003). Metode Research. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Priyatna, M. (2017). Pendidikan karakter berbasis kearifan lokal. Edukasi Islami: Jurnal
Pendidikan Islam, 5(10).
Rasyid, M. (2013) Pendidikan Seks, Mengubah Seks Abnormal Menuju Seks yang Lebih Bermoral.
Semarang: Dwitama Asrimedia
Ratnasari, R. F., & Alias, M. (2016). Pentingnya Pendidikan Seks Untuk Anak Usia Dini. Tarbawi
Khatulistiwa, 2(2).
Rifani, T. (2014). Konsep pendidikan seks dalam perspektif fikih(Doctoral dissertation, UIN
Walisongo).
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kulaitatif dan R&D).
Bandung: Alfabehta
Sujadi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineka cipta
Sungkono. (2003). Pengembangan Dan Pemanfaatan Bahan Ajar Modul Dalam Proses
Pembelajaran. Makalah Yogyakarta: FIP UNY
Suparman, M. A. (2012). Panduan Para Pengajar dan Inovator Pendidikan: Desain Instruksional
Modern. Jakarta: Erlangga
Surtiretna, N. (2001). Bimbingan Seks Bagi Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Widodo, CS, & Jasmani. (2008). Panduan menyusun bahan ajar berbasis kompetensi. Jakarta:
Alex Media Komputindo.

15

You might also like