FS Power Plnat Biomass PLTBS 2x2.5MW Anambas Rev.0

INDENPENDENT POWER PURCHASE
PT.VENTURINDO ENGINERING
The Hive Building 5th Floor
Jl.D.I.Pandjaitan Kav.02 Cawang, Jakarta Timur
Telp : +62 21
Disusun Oleh :
PT.VENTURINDO ENGINEERING
Jl.Raya By Pass jomin No.46 Rawasari, Cikampek, West – Java
Telp/Fax.+62 264 8385523
Email : Didik.haryadi@venturindo.id
www.venturindo.id
1
DOCUMENT
PRA - FEASIBILITY STUDY
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PLTBS 2X3.5MW

Lokasi : Kab.Kep Anambas, Kep.Riau, Indonesia
Important : This document is the exclusive intellectual property of PT.VENTURINDO ENGINEERING and is furnished
for the sole purpose of the specific project and re-use of the document for other project is prohibited.and shall not
be reproduced or copied without prior writen consent of PT.VENTURINDO ENGINEERING
P a g e 2 | 66
Daftar Isi
1. Pendahuluan
2. Konsep dasar teknologi
a. Manajemen bahan bakar
b. Sistem bahan bakar
c. Sumber bahan bakar
3. Kriteria design
4. Design proses sistem PLTBS
a. Pendahuluan
b. Metodologi
c. Basic perhitungan
d. Neraca massa energi
5. Analisa sensitifitas design proses
a. Analisa sensitifitas base case
b. Analisa sensitifitas variabel proses lain
c. Analisa design prose
d. Pemanfaatan Cangkang sebagai bahan bakar
6. Design peralatan PLTBS
a. Deskripsi peralatan PLTBS
i. Deskripsi proses PLTBS Secara umum
ii. Specifikasi peralatan umum
1. Boiler dan perlengkapan
2. Steam turbine dan perlengkapan
3. Generator
4. Gear box
5. Condenser
6. Electrical system
7. Bangunan sipil dan Arsitektur
8. Mechanical dan balance of plant
9. Water treatment system
10. Management bahan bakar
11. Piping system
7. Lay out dan preliminery area
8. Desain electrikal dan Telekomunikasi
a. Kondisi exisiting
b. Perkiraan kebutuhan energi
c. Skenario pasokan listrik
9. Rekapitulasi scope of supply peralatan dan instalasi PLTBS 2x3.5MW
10. Jadwal Pelaksanaan dan Instalasi
P a g e 3 | 66
1.Pendahuluan
PT.VENTURINDO ENGINEERING berencana untuk membangun PLTBS (Pembangkit Listrik Tenaga Bio Mass
Sawit) berkapasitas 2x3.5MW, dengan memanfaatkan Limbah dari Biomass dari pabrik kelapa sawit di sekitar
propinsi Riau, Sumatra Utara dan Kalimanatan barat.
Limbah sawit terdiri dari Cangkang (Shell) , Fibre dan Tandan / Janjangan Kosong Sawit (Tankos/Jangkos).dengan
pemanfaatan yang tepat dan berhasil guna Limbah Sawit dapat menjadi bahan bakar untuk Boiler (ketel Uap) yang
menghasilkan steam (uap) yang akan membangkitkan tenaga listrik di Steam TurbineGenerator Set.
Tenaga listrik yang dihasilkan direncanakan untuk ditawarkan ke PLN untuk menunjang rencana Pemerintah dibawah
pimpinan Presiden Jokowi untuk membangun Power Plant 35,000 MW.rencan pembangunan dan investasi ini akan
berlokasi di Kec.Palmatak, Kab.Kep Anambas, Prop.Kep Riau.
Palmatak adalah sebuah kecamatan di Bumi Sari Natar Kabupaten Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau, Indonesia.
Ibu kota kecamatan ini adalah Tebang Ladan, terletak pada 03o 21 " Lintang Utara, 106o 20" Bujur Timur.
Kecamatan Palmatak terletak dalam gugusan Kepulauan Anambas dan merupakan salah satu dari kecamatan yang
termasuk dalam wilayah Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
▪ sebelah Utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan
▪ sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Siantan Tengah
▪ sebelah Timur berbatasan dengan Kepulauan Midai
▪ sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Jemaja
▪ Wilayah Kecamatan Palmatak berada di kawasan Laut Cina Selatan yang merupakan salah satu wilayah
yang ada di kawasan Kabupaten Kepulauan Anambas, dengan luas wilayah 129,94 km2
2.Konsep dasar teknologi

Teknologi Pembangkit Tenaga Listrik Biomassa Sawit (PLTBS) merupakan teknologi berbasis pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU). Pada dasarnya, teknolologi PLTBS ini sama dengan teknologi PLTU lain. Sistem-sistem yang
diperlukan dalam kedua pembangkit listrik tersebut juga sama yaitu sistem boiler, sistem turbin, sistem generator,
sistem penanganan bahan bakar, sistem pengolahan air umpan, sistem daur ulang air kondensat, sistem sirkulasi air
pendingin, sistem distribusi listrik dan sistem pengendalian keseluruhan dalam pembangkit.
Pada umumnya, setiap Pabrik Kelapa Sawit (PKS) memiliki PLTU dalam pabriknya. Namun, PLTU dalam PKS memiliki
perbedaan dengan PLTBS secara filisofi dan teknis. Perbedaan ini terletak pada bahan bakar yang digunakan, pola
kondensasi kukus (steam) keluaran turbin dan pola pengoperasiannya.
P a g e 4 | 66
PLTBS ini direncanakan menggunakan bahan bakar berupa Tankos , Fiber dan cangkang yang dihasilkan dari Pabrik
kelapa sawit di daerah Sumatra Utara, Riau dan Kalimantan Barat. Fiber mempunyai ukurannya sekitar 1 – 2
cm.Sedangkan tankos berbentuk serat halus, memiliki nilai kalor yang rendah dan kandungan air relatif tinggi.
Laju pembakaran tankos relatif lambat . Hal ini disebabkan karena ukuran dan kandungan airnya yang tinggi yaitu
sekitar 50 %-berat. Oleh karena itu, rancangan penanganan bahan bakar tankos boiler PLTBS berbeda dengan boiler
yang ada di dalam PKS. Boiler PLTBS harus dapat mengakomodasi perbedaan karakteristik kedua jenis bahan bakar
yang digunakan dan kandungan air tankos yang relatif tinggi.
Untuk mengurangi kandungan air tankos, dilakukan pengempaan dan pengurangan ukuran tankos menjadi potongan-
potongan halus berukuran 5 – 10 cm. Kemudian potongan-potongan halus tankos tersebut dihamparkan dalam udara
terbuka sehingga tankos mengalami pengeringan secara alamiah. Atau Tanlos dapat dikeringkan lebih lanjut dengan
memanfaatkan gas buang dari Boiler.
Teknologi boiler dan turbin yang digunakan dalam PLTBS adalah teknologi yang memiliki tingkat realibilitas yang telah
terbukti sangat handal pada PLTU yang sejenis. Perbedaannya terletak dalam hal jenis turbin yang digunakan. Sistem
turbin pada PLTU adalah turbin tipe condensing, sedangkan sistem turbin pada PKS adalah turbin back pressure.
Listrik yang dihasilkan oleh PLTBS akan disalurkan ke jaringan PLN. Untuk menjamin keberlangsungan pasokan listrik,
produksi listrik tidak boleh terganggu dan harus kontinu sesuai dengan pola produksi pabrik pemakai.
Keberlangsungan pasokan listrik tersebut sangat bergantung pada ketersediaan bahan bakar biomassa (tankos , Fiber
dan Cangkang).
Pembangunan PLTBS PTBBS 2 X 3.5 MW meliputi pembangkit listrik berkapasitas produksi 2 x 3.5 MW, yaitu 2 unit
PLTBS dengan kapasitas masing-masing 3.5 MW. Konsep teknologi PLTBS tersebut digambarkan pada Gambar 2.1.
Sistem Sistem pembangkit

Sistem Pendingin
Pengolahan Air Listrik 2, 0 MW
Fuel Handling
Sistem Sistem pembangkit

Sistem Pendingin
Pengolahan Air Listrik .2, .0MW
Gambar Konsep Sistem Pembangkit Listrik 2 x 3.5 MW
2.a. Manajemen Bahan bakar
Konsep manajemen penanganan bahan bakar biomassa (fuel handling) dapat dilihat pada Gambar 0.2 Manajemen
bahan bakar terdiri dari penanganan tankos , Fiber dan Cangkang dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang sudah ada
P a g e 5 | 66
kesepakatan dengan PTP III, PTP IIX, PTP IV dan beberpa perusahan swasta lainnya. Bahan bakar dari luar pulai
akan diangkut mnggunakan sarana angkutan laut berupa tongkang dalam kapasitas sekali angkut minimal
5000Ton.Kemudian apabila diperlukan tankos PKS tersebut dikoyak (shredding) dan dikempa (pressing) dengan
menggunakan EFB shredder press untuk mengurangi kandungan air dari 70% menjadi 50%-berat, serta untuk oil
recovery. Selanjutnya, tankos dibawa ke unit pemotongan (cutter) untuk menjadikan dimensi Tankos sesuai dengan
kriteria sebagai bahan bakar boiler.
Pada unit pemotongan, tankos dipotong-potong sampai dengan ukuran 5-10 cm dengan menggunakan EFB cutter.
Dalam proses ini, diharapkan kembali terjadi penurunan kadar air dan oil recovery. Kemudian tankos yang telah
berbentuk serat dengan ukuran pendek tersebut ditransfer dengan menggunaan conveyor menuju fiber
hopper/accumulator. Tankos tersebut siap diumpankan ke boiler I dan boiler II dengan menggunakan conveyor.
Bahan bakar berupa cangkang sawit setelah diturunkan dari tongkang maka akan dikumpulkna di pit stok dengan luas
area kurang lebih 200 x 200 m utnuk menampung stok bahan bakar selama 1bulan.tapi dimungkinkan kan disipakn
stok yang lebih luas lagi untuk mengantiipasi musim gelombang tinggi pada saat pengiriman bahan bakar.
Selain bahan bakar dari Biomass sawit, pembangkit ini didesign menggunakan Biomass dari sekam padi dan atau
kayu atau pellt kayu.yang semuanya bisa diakomodasi oleh Boiler untuk menghasilkan uap.Sistem pengumpanan
boiler I dan boiler II dari dua titik pengumpanan ditampilkan pada Gambar 2.2.
Gambar
P a g e 6 | 66
Gambar Konsep Manajemen Bahan Bakar
2.b. Sistem Bahan Bakar
Kapasitas listrik daya terpasang adalah sebesar 2 x 3,5 MW, keperluan daya untuk pemakaian pembangkit sendiri
adalah sekitarv750 kWe, sehingga daya netto yang bisa dijual atau disalurkan ke pihak lain adalah sebesar 5 Mw nett.
Pembangkit ini direncanakan dapat dioperasikan selama sekitar 300 hari per tahun atau 7.200 jam per tahun. Alokasi
penggunaan listrik diberikan pada Tabel 2.1.
Penggunaan Tahap I Tahap II

2 x 3.5 MW
Kapasitas terpasang 7 MW
Internal (Paracitic Load) 0.75 MW
Kawasan pemukiman dan Industri 5 MW Nett
(termasuk penjualan ke PLN)
Tabel Alokasi Pemasangan Listrik
Tandan Kosong (Tankos)
Tankos sebagai salah satu bahan bakar biomassa dipasok dari Pabrik Kelapa Sawit di PTPN III, PTPN XIII dan
perusahaan swasta.Sebelum dikirimkan ke area PLTBS, tankos diolah terlebih dahulu dengan diperas (pressing) dan
dicacah (shredding) untuk mengurangi kadar air dan untuk oil recovery. Dan pencacahan supaya mudah dibakar di
boiler.
Tankos diperas dan dikoyak untuk mengurangi kadar airnya dan untuk oil recovery. Dengan asumsi kandungan tankos
dalam TBS adalah 22 %, dan kapasitas total kedua PKS sebesar 1000 ton/hari, maka laju tankos yang dihasilkan
sekitar 220 ton/jam. Untuk keperluan ini, diperlukan 2 unit press shredder dengan kapasitas @ 110 ton/jam.
Tankos yang telah diperas dan dikoyak kemudian kembali diperas dan dipotong hingga didapat cacahan serat dengan
panjang maksimum 7 cm. Serat yang pendek akan meningkatkan performansi pembakaran di dalam boiler. Untuk
keperluan ini, diperlukan 4 unit press cutter dengan kapasitas @ 55 ton/jam.
Cangkang
Konsep yang digunakan dalam pasokan bahan bakar biomassa ini adalah cangkang harus dapat menutupi kebutuhan
bahan bakar PLTBS yang tidak dapat disediakan oleh tankos. Termasuk di dalamnya skenario tidak ada pasokan
tankos sama sekali. Karena itu sistem pasokan cangkang yang dirancang harus kontinyu dan dapat diatur laju
pasokannya secara otomatis.
Kebutuhan cangkang untuk bahan bakar PLTBS diperoleh dari external PKS atau diimpor dari PKS lain. dilakukan
dengan menggunakan conveyor, sedangkan pengadaan dari luar, dilakukan dengan menggunakan truk. Seluruh
cangkang yang masuk ditampung dalam bunker, untuk kemudian dipindahkan dengan conveyor ke 4 buah unit silo
dengan volume masing-masing sebesar 150 m3 yang diperkirakan mampu memberikan pasokan bahan bakar selama
3 x 24 jam nonstop tanpa pasokan bahan bakar tambahan dari tankos.
P a g e 7 | 66
Diagram managemen Tankos dan Cangkang disusun seperti pada Gambar.
Tandan Kosong Cangkang
Tandan Kosong
Cangkang
(EFB)
Conveyor (Nut Shell)
Conveyor
Press
Shredder Nut Shell
Hopper
Conveyor Conveyor
Shredded EFB Nut Shell
Hopper Silo
Conveyor Conveyor
BOILER
Gambar Managemen Tankos dan Cangkang
P a g e 8 | 66
Spesifikasi peralatan untuk menangani bahan bakar biomassa terdiri dari :
• EFB shreader System Shread EFB to the size between 1.5–7cm
• EFB Shredder press system Reduce the moisture content in EFB to less than
50 %
• EFB conveyor system as shown in layout
• Palm shell conveyor as shown in lay out
• Pressed and Shredded EFB Hopper To collect and deliver Pressed and Shredded
EFB for Boiler 1 and Boiler 2
• Shell Silos To store the shell for Boiler 1 and Boiler 2, 2 unit,
equiped with a rotary per unit
• Fuel feed System Fuel Screw Feeder / gear motor
Tabel Kriteria Bahan Bakar
No. Bahan Bakar Kriteria

1 Tankos Proximate Analysis
- Volatile 38.70
- Fixed Carbon 9.65
- Ash 1.65
- Moisture 50.00
Gross Heating Value, kcal/kg 2021.10
Ultimate Analysis (dry basis)

- C 45.93
- H 6.33
- O 43.46
- N 0.43
- S 0.12
- Ash 3.73
2 Cangkang Proximate Analysis

- Volatile 59.36
- Fixed Carbon 18.78
- Ash 1.86
P a g e 9 | 66
- Moisture 20.00
Gross Heating Value, kcal/kg 4057.50
Ultimate Analysis (dry basis)

- C 52.40
- H 6.50
- O 38.60
- N 0.50
- S 0.10
- Ash 2.6
2.c Sumber Bahan Bakar
Bahan bakar yang dibutuhkan Boiler untuk beban penuh adalah perkiraan 12ton/jam x 24jam x 30hari =
8,640Ton/bulan
No Nama PKS QTY Kesanggupan dalam tiap bulan

1 PTPN 3 – Medan 5,600 Ton
Sumatra Utara
2 PTPN 4 – Medan 1,500 Ton
Sumatra Utara
3 PT.Sabar Ganda 4,500 Ton
Pekanbaru
4 PT.Ciliandry Abadi 3,000 Ton
Pekanbaru
Dari data di atas artinya ketersediaan supply dari sumber sangat mencukupi untuk kelangsungan pembangkit listrik
PLTBS 2 x 3.5MW.
Dan beberapa perusahaan Pabrik Kelapa sawit yang sedang dalam negosiasi dan kesepakatan untuk mensupply
cangkang.
3.Kriteria Design dan standar

Untuk menjamin kehandalan dan keberlangsungan operasi proses, ada beberapa kriteria desain yang harus dipenuhi,
antara lain adalah :
1. Sistem proses harus memiliki manajemen bahan bakar padat dengan secara kontrol otomatis untuk
menangani komposisi, ukuran, dan tingkat kekeringan bahan bakar yang diumpankan secara kontinyu ke
dalam tungku pembakaran tanpa banyak ketergantung pada kerja fisik operator.
2. Sistem pembuangan abu sisa pembakaran dilakukan secara otomatis
P a g e 10 | 66
3. Apabila diperlukan dryer untuk bahan bakar, pemanasan udara pembakaran dengan memanfaatkan panas
dari gas buang (flue gas)
4. Temperatur gas buang minimum 160°C untuk mencegah terjadinya kondensasi SO2 dan maksimum 240°C
untuk memenuhi kriteria efesiensi dan lingkungan.
5. Temperatur operasi tungku pembakaran harus pada tingkat temperatur yang memberikan pembakaran yang
stabil dan kesinambungan.
6. Tekanan steam yang dihasilkan boiler distabilkan oleh laju alir massa pasokan bahan bakar ke boiler
7. Operasi berlangsung secara kontinu dengan cara membuat stok aman bahan bakar yang mencukupi
Dalam membuat design pembangkit PLTBS ini mengacu pada standar dan template assosiasi yang ada di Seluruh
dunia, tergantung dari komponennya, dan standar yang akan digunakan adalah diantaranya sebagai berikut ;
• International Standard Organization (ISO)

• DIN Standards
• American Society of Mechanical Engineers (ASME)
• American Society of Testing and Materials (ASTM)
• American Welding Society (AWS)
• American National Standard Institute (ANSI)
• National Electrical Manufacturer’s Associations (NEMA)
• Heat Exchanger Institute (HEI)
• Japanese Industrial Standards (JIS)
• National Fire Protection Association (NFPA)
• Occupational Safety and Health Administration (OSHA)
• Steel Structures Painting Council (SSPC)
• Tubular Exchanger Manufacturer and Association (TEMA)
• American Petroleum Institute (API) codes
• American Society of Civil Engineers (ASCE)
• American Institute of Steel Construction (AISC)
• American Concrete Institute (ACI)
• Serikat Nasional Indonesia (SNI)
4.Design proses sistem PLTBS

4.a. Pendahuluan
Desain dasar sistem pembangkit listrik berbasis biomassa didasarkan pada pembangkit listrik tenaga kukus (steam)
konvensional. Kukus dihasilkan dalam boiler pada temperatur dan tekanan tertentu. Selanjutnya kukus akan
digunakan untuk menggerakkan turbin dan turbin menggerakkan alternator yang akan menghasilkan listrik.
Perbedaannya adalah bahan bakar yang digunakan berupa biomassa. Kukus yang keluar dari turbin selanjutnya
P a g e 11 | 66
dikondensasi hingga seluruhnya dalam wujud cair. Kemudian kondensat dialirkan kembali ke dalam sistem boiler,
Diagram alir proses pembangkit listrik tenaga kukus ditunjukkan oleh gambar berikut ini.
BFW
Kukus bertekanan
tinggi
Boiler
Pompa Turbin
Kukus bertekanan
rendah
Kondensat
Kondensor
Gambar Siklus Sirkulasi air untuk Boiler dalam PLTU
4.b. Metodelogi
Perancangan secara teknik PLTBS ini meliputi beberapa bidang keahlian. Bidang-bidang itu adalah
1. Bidang Proses, yang menghasilkan perancangan spesifikasi peralatan PLTBS
2. Bidang mekanikal, menghasilkan perancangan peralatan PLTBS secara detail meliputi dimensi peralatan
dan mekanikal peralatan
3. Bidang elektrikal, menghasilkan perancangan sistem elektrikan PLTBS yang meliputi sistem generator
dan distribusi jaringan listrik
4. Bidang sipil, menghasilkan perancangan konstruksi untuk peralatan PLTBS dan bangunan pabrik PLTBS
secara keseluruhan
5. Bidang ekonomi, menghasilkan perkiraan harga dan evaluasi ekonomi PLTBS
Kajian yang diusulkan ini adalah yang bersifat komprehensif. Data-data yang dikumpulkan untuk pendukung kajian
merupakan data lapangan yang dianggap sudah akurat. Untuk itu, metodologi kajian disusun berdasarkan beberapa
tahapan. Alur tahapan-tahapan pekerjaan secara keseluruhan pekerjaan (tiga tahap) digambarkan pada
Gambar Output dari satu tahapan digunakan sebagai input untuk tahapan berikutnya.
Metodologi perencanaan dan perancangan PLTBS 5 MW (2 x 3.5 MW) dibagi menjadi perancangan dan perencanaan
teknik serta perkiraan ekonomi PLTBS secara keseluruhan. Metodologi secara teknik digambarkan pada Gambar 4.2.
P a g e 12 | 66
Pembakaran Primer Pembakaran Sekunder Gas Buang
Biomassa (Flue Gas)
ZONA I ZONA II
Udara Primer Udara Sekunder
Gambar 4.2. Skema Pembakaran Biomassa
Perancangan proses pembangkit listrik dari biomassa sawit diawali dengan pengkajian sistem pembangkit dengan
mempertimbangkan pasokan biomassa yang ada. Selanjutnya dilakukan perhitungan kebutuhan boiler dan penentuan
komposisi bahan bakar. Berdasarkan analisis tersebut, dirumuskan persyaratan sistem boiler yang sesuai untuk
PLTBS.
Hasil perumusan ini selanjutnya akan digunakan untuk menganalisa pasokan dan manajemen bahan bakar biomassa.
Dengan memperhitungkan neraca massa dan energi proses, maka spesfikasi peralatan dan kondisi proses dapat
diperoleh.
Perancangan peralatan sistem distribusi listrik diawali dengan pengumpulan data lapangan untuk memproyeksikan
kebutuhan dan peningkatan konsumsi energi listrik serta menentukan lokasi titik beban secara topografis. Selanjutnya
dilakukan perhitungan dan penyusunan skenario pasokan energi listrik. Kemudian dilakukan analisis topologi sistem
distribusi energi listik untuk mendapatkan sistem yang optimal.
Tahap selanjutnya adalah penentuan jenis dan jumlah peralatan sistem distribusi energi listrik. Kemudian dilakukan
optimasi kinerja sistem distribusi berdasarkan kriteria kulitas dan kehandalan. Dari hasil optimasi tersebut, dilakukan
spesifikasi peralatan sistem distribusi energi listrik.
Mekanikal detail dari komponen PLTBS dibuat dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti pencapaian hasil
yang diinginkan dan faktor keamanan operasional dari komponen tersebut. Beberapa tahapan yang perlu dilalui.
a. Penentuan keluaran yang diinginkan

Pada tahap ini, spesifikasi dari komponen yang akan dirancang ditetapkan berdasarkan keluaran yang
diinginkan dalam proses PLTBS.
b. Penetapan kondisi-kondisi batas dan parameter-parameter pembebanan
Kondisi-kondisi batas yang terjadi pada komponen diidentifikasi, seperti batasan ruang/lay-out, tumpuan dan
sejenisnya. Demikian pula berbagai jenis pembebanan yang dialami komponen dalam operasional.
c. Parameter dan pemilihan bahan material
Pada tahap ini, jenis material komponen ditentukan mengikuti standar international.
d. Pembebanan pada kondisi khusus.
Untuk menjamin keamanan operasional, pembebanan pada kondisi khusus atau ekstrim yang mungkin
terjadi pada komponen perlu dipertimbangkan. Dengan demikian, struktur/komponen diharapkan tidak
mengalami kegagalan.
e. Desain komponen dan konstruksi
P a g e 13 | 66
Pada tahap ini, dilakukan perancangan komponen termasuk juga perancangan konstruksi komponen dengan
mempertimbangkan masukan dari tahapan-tahapan sebelumnya.
Untuk divisi sipil, lingkup kegiatan perencanaan terdiri dari :

a. Pembuatan dan penyampaian Jadwal Kegiatan Perencanaan PLTBS
b. Memeriksa dan meneliti lokasi tempat pembangunan PLTBS (peta lokasi terlampir) agar diperoleh data yang
akurat yang dibutuhkan dalam perencanaan ini, seperti : survey topografi dan daya dukung tanah (sondir),
sumber air dan listrik, curah hujan, dll.
c. Membuat Basic Design dan Detail Engineering Design serta asumsi-asumsi yang akan dipakai maupun
alasannya, yang akan digunakan dalam Perencanaan ini.
d. Membuat Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) yang akan dipakai sebagai Dokumen Pelelangan dalam
Pembangunan PLTBS
e. Semua ketentuan yang dipakai dalam Perencanaan ini harus mengacu kepada peraturan/ketentuan maupun
standar yang berlaku saat ini di Indonesia seperti : Peraturan Beton Bertulang untuk Indonesia (PBI 1971)
dan Peraturan Perencanaan Konstruksi Baja Indonesia (PPKBI 1980), Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL
1972), Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, SNI, SII dan lain-lain.
f. Dalam RKS ini, spesifikasi mesin-mesin yang ditawarkan harus dirinci dengan jelas, agar kapasitas
pembangkit dan mutu daya yang dihasilkan dapat dicapai.
g. Membuat gambar kerja yang akan dipedomani oleh pihak kontraktor dalam mengajukan penawaran dalam
pelelangan pembangunan PLTBS ini. Gambar kerja ini merupakan lampiran dari RKS.
h. Membuat Taksasi Biaya Pembangunan PLTBS lengkap dengan perincian bahan-bahan yang dibutuhkan.
i. Membuat jadwal kegiatan pembangunan Pabrik PLTBS secara rinci dan dilengkapi keterangan titik kritis yang
harus selalu mendapat pengawasan dari konsultan
j. Bekerjasama dengan pihak konsultan dalam tahapan penyempurnaan Basic dan Detail Engineering Design,
atau apabila dibutuhkan penambahan maupun pengurangan pekerjaan.
Pelaksanaan perencanaan Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Biomasa sawit mempunyai beberapa komponen
pekerjaan sebagai berikut:
1. Pekerjaan Tanah
1. Galian dan timbunan tapak instalasi PLTBS dan Perumahan
2. Galian dan timbunanl kolam - kolam IPAL
3. Sewa alat berat, parit drainasi, pondasi, perbaikan/pembersihan lokasi kerja
2. Bangunan Utama PLTBS
1. Pekerjaan Sipil dan metal
2. Lantai PLTBS
3. Pekerjaan Mekanikal
4. Ruang Kontrol
5. Kantor
3. Peralatan Processing Station

1. Peralatan unloading fuel dari jetty
2. Conveyor pembawa cangkang.
3. Hopper bahan bakar
4. Loading Ram
P a g e 14 | 66
5. Cangkang Hopper
6. Cangkang Silo
7. Boiler Station, Conveyor, Feed Water Tank, Blowdown Silencer, Deaerator, Softener Tank
8. Power Station Turbine, Cooling Tower, Condenser
4. Workshop peralatan, mesin Bubut, Mesin Scrap, Mesin Gergaji Potong, Bor Magnet, Mesin Grenda Piso
bubut, Mesin Bor duduk Universal, Mesin Roll Plate.
Dengan berpedoman pada Pokok Acuan Tugas maka tahap pekerjaan ditetapkan secara berurutan sebagai berikut :
1. Tahap Pendahuluan.
Pada Tahap Pendahuluan akan dilakukan pengumpulan data, kaji ulang studi survai penjajagan termasuk
review lay-out dan peninjauan lapangan, kegiatan ini dimaksudkan untuk menentukan pengaturan tata letak
dan dimensi fasilitas proyek berdasarkan kondisi topografi, geologi, hidrologi dan kebutuhan tenaga listrik
serta kemampuan pemasarannya. Berdasarkan atas hasil kegiatan tersebut di atas maka akan ditentukan
pekerjaan survai dan investigasi lapangan.
2. Tahap Survai Investigasi Lapangan

Pada tahap survai investigasi lapangan akan dilaksanakan kegiatan survai topografi, penyelidikan geologi
teknik dan survey, analisa/studi, hidrologi dan aspek lingkungan. Hasil survai dan investigasi tersebut akan
dipakai untuk menentukan lokasi dan dimensi bangunan utama serta pemilihan tipe dan pengaturan tata letak
bangunan utama dan fasilitas lainnya.
3. Tahap evaluasi hasil studi kelayakan

Tahap berikutnya adalah Studi Kelayakan. Pada Tahap ini, kegiatan yang dilaksanakan meliputi analisa data
lapangan, kajian ulang alternatif lokasi dan tata letak, studi optimasi, penentuan tipe dan ukuran dasar
bangunan utama berdasarkan tata letak yang telah ditetapkan, estimasi biaya awal serta evaluasi kelayakan
proyek. Disamping itu dilakukan pula analisa enviromental screening (enviromental statement).
4. Tahap Desain Rinci

Tahap selanjutnya adalah Pembuatan Disain Rinci. Dalam tahap ini, kegiatan yang akan dilaksanakan
meliputi penyusunan kriteria disain, disain rinci, penetapan bentuk dan ukuran bangunan utama, fasilitas
pembangkitan (elektro mekanikal) dan metal works serta fasilitas lainnya, penyusunan spesifikasi teknik,
Rencana Anggaran Biaya Konstruksi dan Rencana Pelaksanaan Proyek.
5. Tahap Penyajian Dokumen Lelang & Laporan

Sebagai tahap terakhir adalah Penyiapan Dokumen Lelang dan Pembuatan Laporan. Pada tahap ini akan
disusun Dokumen Lelang dan Laporan Akhir Studi dan Disain Rinci PLTBS
Pada setiap tahapan pekerjaan akan diadakan konsultasi/presentasi kepada manajemen KSO guna mendapatkan
koreksi dan persetujuan sebelum Laporan atau Dokumen tersebut difinalkan.
1. Tahap Pengadaan
P a g e 15 | 66
Sebelum dimulainya pelaksanaan maka segala komponen PLTBS perlu disiapkan pengadaannya melalui
kontraktor atau supplier yang ditentukan.
2. Tahap Pembangunan dan Instalasi
Gambar Metodologi Perancangan dan Pembangunan PLTBS
4.c. Basic Perhitungan

Untuk mendesain peralatan proses dan sistem utilitas yang dibutuhkan dalam sistem pembangkit listrik, dilakukan
perhitungan neraca massa dan energi. Diagram alir proses yang dikaji dalam perhitungan neraca massa dan energi
ditampilkan dalam Lampiran A.1. Sistem pembangkit listrik berbasis biomassa sawit terdiri dari dua buah sistem
P a g e 16 | 66
pembangkit 2 x 3.5 MW dengan spesifikasi peralatan yang identik. Masing-masing sistem terdiri dari boiler, turbin,
kondensor, dan peralatan pendukung lainnya.
Biomassa berupa Tankos, Fiber dan Cangkang diumpankan ke dalam sistem boiler. Di dalam sistem boiler, terjadi
kontak antara biomassa dengan udara yang telah dipanaskan sebelumnya di dalam air preheater. Proses pembakaran
biomassa meliputi:
1. Pengeringan : 110°C
Terjadi penguapan air yang terkandung dalam biomassa
2. Devolatilisasi (pirolisis) : 150 - 350°C

Terjadi dekomposisi biomassa menjadi gas-gas berberat molekul rendah, tar, dan char
3. Pembakaran primer
Terjadi pembakaran parsial char
4. Pembakaran sekunder
Terjadi pembakaran gas-gas hasil dekomposisi (combustible gases)
Udara yang masuk ke dalam sistem boiler dibagi menjadi dua aliran: sebagian diumpankan ke bagian bawah grate
sebagai udara primer (primary air) untuk membakar biomassa padat dan sebagian lainnya diumpankan ke bagian atas
grate sebagai udara sekunder (secondary air) untuk membakar gas-gas hasil dekomposisi biomassa. Dalam studi ini,
daerah tempat terjadinya pembakaran biomassa dengan udara primer disebut sebagai zona I, sedangkan daerah
tempat terjadinya pembakaran biomassa dengan udara sekunder disebut sebagai zona II.
Pembakaran Primer Pembakaran Sekunder Gas Buang

Biomassa (Flue Gas)
ZONA I ZONA II
Udara Primer Udara Sekunder

Gambar 0.6 Skema Pembakaran Biomassa
Pada sistem boiler berbasis biomassa, rasio udara sekunder lebih besar dibandingkan dengan udara primer. Hal ini
berbeda dengan sistem boiler konvensional dimana rasio udara primer lebih besar dibandingkan dengan udara
sekunder. Perbedaan ini disebabkan karena biomassa memiliki kandungan zat terbang (volatile matter) yang lebih
besar (sekitar 70%). Oleh karena itu, jumlah udara yang dibutuhkan untuk membakar zat terbang tersebut juga lebih
besar. Untuk memastikan pembakaran terjadi sempurna, maka jumlah udara yang diumpankan ke dalam sistem boiler
melebihi jumlah udara yang dibutuhkan secara stoikiometri.
Panas pembakaran yang dihasilkan dari zona pembakaran I sebagian dimanfaatkan untuk menguapkan air yang
terkandung dalam biomassa dan untuk dekomposisi biomassa. Sisanya dimanfaatkan untuk menghasilkan kukus di
P a g e 17 | 66
dalam evaporator. Sedangkan panas pembakaran yang dihasilkan dari zona pembakaran II seluruhnya dimanfaatkan
untuk menghasilkan kukus.
Kukus yang dihasilkan dalam evaporator dipanaskan lebih lanjut untuk menghasilkan kukus lewat jenuh (superheated
steam). Kukus lewat jenuh dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin yang menghasilkan energi listrik. Sebagian kecil
kukus tersebut diumpankan ke deaerator. Kukus yang keluar dari sistem turbin kemudian dikondensasi dengan
memanfaatkan perpindahan panas dengan air pendingin (cooling water). Selanjutnya kondensat dialirkan ke deaerator
dan dipanaskan di dalam economizer. Air umpan (BFW) keluaran economizer diumpankan kembali ke dalam sistem
untuk menghasilkan kukus. Untuk mengganti air yang hilang selama sirkulasi, make-up water dialirkan ke dalam
sistem.
Gas buang (flue gas) hasil pembakaran biomassa akan keluar menuju stack. Sebelum gas buang dilepaskan ke
lingkungan, panas yang terkandung dalam gas buang dimanfaatkan untuk memanaskan udara pembakaran dalam
preheater.
Berdasarkan konfigurasi proses yang dikaji dalam desain proses ini, dilakukan perhitungan neraca massa dan energi
sistem Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Sawit PLTBS dengan basis seperti yang tercantum pada Tabel 4. 1.
Kriteria biomassa yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar seperti yang dicantumkan sebelumnya pada bab 2. Basis
perhitungan ini digunakan sebagai base case desain proses.
4.d. Neraca massa energi

Tabel Basis Perhitungan Neraca Massa dan Energi
NO Uraian Spesifikasi Nilai
1. Steam - Steam pressure at superheater outlet 35 barg
- Steam temperature at superheater outlet 370 °C
- Steam rate 22 TPH
- Entalphi TBA - kJ/kg
2. Boiling Feed - BFW pressure at evaporator inlet 43 barg

Water (BFW)
- BFW temperature at evaporator outlet 105 °C
- Entalphi 443.4 kJ/kg
3. Turbine - Steam exhaust pressure 76.2mmHg(a)
- Steam exhaust temperature 4°C
4. Boiler ‘- Efficiency 75%
P a g e 18 | 66
5. Air - Ambient Temperature 25 °C
- Air Temperature at Pre-heater outlet 180 °C
- Excess Air 35%
- Primary air 30%
- Secondary air 70%
6. Biomass - Initial water content of EFB 70%
- Initial water content of Shell 30%
- Water content of EFB at boiler system inlet 50%
- Water content of Shell at boiler system inlet 20%
- EFB flow rate / boiler 4.95 ton/h
- Shell flow rate / boiler 3.09ton/h
7. Heat loss by - Percentage from biomass’ heat combustion 1 %

radiance
5.Analisis sensitifitas design proses
Untuk mengetahui unjuk kerja dan batasan-batasan (baterry limit) desain proses sistem PLTBS yang dikaji, dilakukan
analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas yang dilakukan meliputi:
1. Analisis sensitivitas base case
a. Analisis pengaruh rasio udara berlebih (excess air) terhadap temperatur pembakaran dan
temperatur gas buang keluaran sistem
b. Analisis pengaruh rasio udara primer dan udara sekunder terhadap temperatur pada zona
pembakaran dan temperatur gas buang keluaran sistem
c. Analisis pengaruh temperatur udara pembakaran terhadap temperatur pembakaran dan

temperatur gas buang keluaran sistem
d. Analisis pengaruh panas yang terbuang (heat loss) dari boiler terhadap temperatur pada
zona pembakaran dan temperatur gas buang keluaran sistem
P a g e 19 | 66
2. Analisis sensitivitas variabel-variabel proses lainnya
a. Analisis pengaruh kandungan air umpan biomassa terhadap temperatur pada zona
pembakaran dan effisiensi sistem boiler
b. Analisis pengaruh efisiensi boiler terhadap kebutuhan biomassa Hasil analisis sensitivitas
dideskripsikan secara ringkas di bawah ini.
5.a. Analisa Sensitivitas Base Case

5. a. 1. Pengaruh Rasio Udara Berlebih (Excess Air)
Untuk kondisi proses pada base case yang dikaji, dilakukan variasi rasio udara berlebih (excess air) yang diumpankan
ke dalam sistem boiler. Variasi rasio udara berlebih tersebut adalah 0.1; 0.2, 0.3, 0.4 dan 0.5 dari kebutuhan udara
stoikiometri. Pengaruh rasio udara primer dan udara sekunder terhadap temperatur pembakaran pada zona II (zona
di atas grate) dan temperatur gas buang (flue gas) ditampilkan ditampilkan pada Tabel 5.1.
Berdasarkan Tabel 5.1. dapat diketahui bahwa semakin besar rasio udara berlebih, semakin rendah temperatur
pembakaran yang dihasilkan. Pada semua variasi rasio udara berlebih yang dikaji, temperatur pembakaran yang
dihasilkan lebih dari 1200°C.
Tabel Pengaruh Rasio Udara Berlebih
No. Excess Air T Pembakaran Zona II (0C) T Flue Gas (0C) Efisiensi (%)
1 0.1 1450 225 75

2 0.2 1382 213 75
3 0.3 1321 203 75
4 0.35 1293 198 75
5 0.4 1266 193 75
6 0.5 1216 185 75
Temperatur pembakaran merupakan kriteria penting dalam menentukan stabilitas dan kapabilitas proses pembakaran
di dalam ruang bakar sistem boiler. Semakin rendah temperatur pembakaran, semakin tidak stabil pembakaran yang
terjadi. Dengan demikian, jumlah panas yang dapat digunakan untuk menghasilkankan kukus juga tidak stabil. Hal ini
dapat menggangu keberlangsungan sistem pembangkit listrik secara keseluruhan.
Untuk menjamin stabilitas proses yang berlangsung, temperatur pembakaran minimum adalah sekitar 1200°C.
Dengan demikian, semua variasi rasio udara berlebih yang dikaji memenuhi kriteria tersebut. Di sisi lain, jumlah
biomassa yang tidak terbakar perlu diminimalisasi agar proses berlangsung secara efisien dan ekonomis. Jika jumlah
udara pembakaran kurang memadai untuk membakar biomassa, maka jumlah biomassa yang tidak terbakar semakin
besar. Jika jumlah udara pembakaran terlalu besar, maka energi yang dibutuhkan untuk memanaskan udara berlebih
makin besar sehingga temperatur pembakaran semakin rendah. Akibatnya, temperatur gas buang (flue gas) juga
semakin rendah.
Jika temperatur gas buang mendekati temperatur udara pembakaran keluaran air preheater (180°C), maka
perpindahan panas berlangsung kurang efektif. Untuk menjamin perpindahan panas berlangsung efektif, maka
perbedaan temperatur antara gas buang dan udara pembakaran (temperature approach) minimum 10°C. Berdasarkan
P a g e 20 | 66
kriteria tersebut, udara berlebih sebesar 35% cukup memadai untuk memberikan temperature approach yang
diinginkan. Untuk udara berlebih lebih besar dari 35%, temperature approach yang dihasilkan kurang memadai.
5. a. 2. Pengaruh Rasio Udara Primer / Udara Sekunder terhadap Temperatur Pembakaran

Zona I
Analisis pengaruh rasio udara primer/udara sekunder yang masuk ke dalam ruang bakar sistem boiler terhadap
temperatur pembakaran zona I (zona bagian grate) dilakukan dengan melakukan variasi rasio udara primer sebesar
0.3, 0.4, 0.5 dan 0.6. Temperatur udara pembakaran juga divariasikan masing-masing sebesar 160; 180; 200; 220;
240°C. Hasil analisis pengaruh rasio udara primer dan udara sekunder terhadap temperatur pembakaran zona I
ditampilkan pada Gambar 5. 1.
800
750
T Pembakaran Zona I ( oC)
700
650 T udara = 160oC

T Udara = 180oC
600
T Udara = 200oC
550 T Udara = 220oC

T Udara = 240oC
500
450
400
0.3 0.4 0.5 0.6
Rasio Udara Prim er
Gambar Pengaruh Rasio Udara Primer/Udara Sekunder terhadap Temperatur Pembakaran Zona I
Untuk rasio udara primer sebesar 0.2 memberikan temperatur pembakaran zona I yang relatif rendah untuk semua
variasi temperatur udara pembakaran yang dilakukan (gambar tidak ditampilkan). Hal ini disebabkan karena jumlah
udara primer yang masuk ke dalam ruang pembakaran tidak cukup untuk membakar char. Akibatnya, panas
pembakaran yang dihasilkan rendah sehingga temperatur pembakaran juga rendah. Dengan demikian, proses
pembakaran biomassa tidak dapat dilangsungkan pada nilai rasio udara primer sebesar 0.2.
Untuk variasi rasio udara primer/udara sekunder lainnya, temperatur pembakaran yang dihasilkan di atas 400°C.
Temperatur pembakaran maksimum dicapai pada rasio udara primer sebesar 0.3. Kemudian, temperatur pembakaran
cenderung menurun dengan bertambahnya rasio udara pembakaran. Hal ini disebabkan karena jumlah udara primer
yang masuk ke dalam ruang pembakaran lebih besar daripada jumlah udara yang dibutuhkan untuk membakar char.
Akibatnya, panas yang dibutuhkan untuk memanaskan kelebihan udara semakin besar sehingga temperatur
pembakaran semakin rendah.
P a g e 21 | 66
5. a. 3. Pengaruh Rasio Udara Primer / Udara Sekunder terhadap Temperatur Pembakaran
Zona II
Pengaruh rasio udara primer/udara sekunder yang masuk ke dalam ruang bakar sistem boiler terhadap temperatur
pembakaran zona II (zona di atas grate) dapat ditunjukkan oleh Gambar 5. 2.
1350
T Pembakaran Zona II ( oC)
T udara = 160oC
T Udara = 180oC
1300
T Udara = 200oC
T Udara = 220oC
T Udara = 240oC
1250
0.3 0.4 0.5 0.6
Rasio Udara Prim er
Gambar Pengaruh Rasio Udara Primer/Udara Sekunder terhadap Temperatur Pembakaran Zona II
Kurva di atas menunjukkan bahwa temperatur pembakaran pada zona II relatif konstan untuk semua variasi. Semakin
tinggi temperatur udara pembakaran, semakin tinggi temperatur pembakaran yang dihasilkan. Temperatur maksimum
udara pembakaran akan dibatasi oleh karakteristik material penukar panas (heat exchanger) yang digunakan.
Umumnya temperatur udara pembakaran yang dipanaskan dalam preheater berkisar 180 - 200°C.
5. a. 4. Pengaruh Rasio Udara Primer / Udara Sekunder terhadap Temperatur Gas

Buang (Flue Gas)
Pengaruh rasio udara primer/udara sekunder yang masuk ke dalam ruang bakar sistem boiler terhadap temperatur
gas buang ditunjukkan oleh Gambar 5. 3.
P a g e 22 | 66
200
T Gas Buang (Flue Gas ) ( oC)

T udara = 160oC
T Udara = 180oC
T Udara = 200oC
T Udara = 220oC
T Udara = 240oC
195
0.3 0.4 0.5 0.6
Rasio Udara Prim er
Gambar Pengaruh Rasio Udara Primer / Udara Sekunder terhadap Temperatur Gas Buang
Gambar di atas menunjukkan bahwa temperatur gas buang cenderung konstan pada berbagai variasi temperatur
udara pembakaran. Dengan demikian, rasio udara primer/udara sekunder tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap temperatur gas buang. Untuk mencegah terjadinya kondensasi SO2 yang dapat menyebabkan korosi,
temperatur minimum gas buang adalah sekitar 160°C. Temperatur maksimum gas buang yang akan dilepas ke
lingkungan sekitar 240°C.
5. a. 5. Pengaruh Panas Hilang terhadap Terhadap Temeperatur Pembakaran
Untuk mengetahui pengaruh panas hilang terhadap, dilakukan variasi panas hilang sebesar 1%, 5%, dan 10% dari
panas pembakaran. Hasil analisis pengaruh panas radiasi yang hilang di sepanjang pembuluh-pembuluh boiler
terhadap temperatur pembakaran ditampilkan pada Gambar 5. 4.
Dari Gambar 5. 5. dapat diketahui bahwa semakin besar panas yang hilang di sepanjang dinding-dinding pembuluh
dalam boiler, semakin rendah temperatur pembakaran yang dihasilkan. Untuk semua variasi temperatur udara
pembakaran yang dilakukan, baik panas hilang sebesar 1% maupun 5%, memberikan temperatur pembakaran yang
tinggi. Namun, faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah temperatur gas buang (flue gas).
Pada kondisi proses dengan panas hilang sebesar 1%, temperature approach yang dihasilkan lebih besar dari 10°C.
Sedangkan pada panas hilang sebesar 5%, temperatur gas buang lebih rendah dari temperatur udara pembakaran
P a g e 23 | 66
sehingga terjadi temperature crosss. Akibatnya, perpindahan panas yang terjadi tidak efektif. Dengan demikian, panas
hilang di sepanjang dinding-dinding pembuluh-pembuluh boiler maksimum sebesar 1%.
1350
T Pembakaran Zona II (oC)
1300
T Udara = 160oC
T Udara = 180oC
T Udara = 200oC
T Udara = 220oC
T Udara = 240oC
1250
1200
1 2 3 4 5
Rasio Q-Loss (%)
Gambar Pengaruh Panas Hilang terhadap Temperatur Pembakaran
P a g e 24 | 66
200
T Gas Buang/Flue Gas (oC)
175
T Udara = 160oC
T Udara = 180oC
T Udara = 200oC
T Udara = 220oC
T Udara = 240oC
150
125
1 2 3 4 5
Rasio Q-Loss (%)
Gambar Pengaruh Panas Hilang terhadap Temperatur Pembakaran
5.b Analisis Sensitivitas Variabel-Variabel Proses Lainnya

5. b. 1. Pengaruh Kandungan Air Biomassa terhadap Temperatur Pembakaran dan Effisiensi Sistem
Boiler
Analisis sensitivitas kandungan air biomassa terhadap temperatur pembakaran dan efisiensi boiler dilakukan dengan
variasi seperti yang tercantum dalam tabel berikut.
Tabel Pengaruh Kandungan Air Biomassa terhadap Temperatur Pembakaran dan Efisiensi Boiler
%-b air %-b air Tankos Cangkang Jumlah T Pembakaran (°C) Efisiensi
Tankos Cangkang (ton/h) (ton/h) (ton/h) (%)
0.7 0.3 8.25 4.42 12.67 1153 64
0.5 0.2 4.95 3.09 8.04 1293 75
0.4 0.2 4.13 2.81 6.93 1308 76
Dari hasil analisis, dapat diketahui bahwa semakin besar kandungan air biomassa, semakin kecil temperatur
pembakaran dan efisiensi boiler. Hal ini disebabkan karena semakin banyak jumlah air yang terkandung dalam
biomassa, semakin banyak energi yang dibutuhkan untuk menguapkan air tersebut. Akibatnya temperatur
P a g e 25 | 66
pembakaran menjadi lebih rendah dan energi yang dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan kukus menjadi lebih
kecil.
Kandungan air biomassa yang besar juga membutuhkan biomassa yang besar untuk mengkompensasi panas hilang
akibat penguapan air pada tingkat efisiensi boiler yang sama. Hal ini akan mempengaruhi keekonomisan proses dan
kestabilan pembakaran.
5. b. 2. Pengaruh Effisiensi Boiler terhadap Kebutuhan Biomassa
Efisiensi boiler merupakan parameter penting dalam menentukan energi yang harus disuplai oleh bahan bakar
biomassa. Dengan demikian, efisiensi boiler menentukan jumlah bahan bakar biomassa yang harus disuplai untuk
menghasilkan kukus penggerak
turbin. Pada Tabel 5. 3. adalah tabel pengaruh efisiensi boiler terhadap kebutuhan biomassa.
Tabel Pengaruh Efisiensi Boiler terhadap Kebutuhan Biomassa
Effisiensi Tankos Cangkang Jumlah Tankos Cangkang (%) T Pembakaran (°C)
(%) (ton/h) (ton/h) (ton/h) (%)
63 4.95 3.97 8.92 56% 44% 1326
72 4.95 3.35 8.30 60% 40% 1298
75 4.95 3.03 7.98 62% 38% 1287
78 4.95 2.75 7.70 64% 36% 1277
83 4.95 2.50 7.45 66% 34% 1172
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa semakin rendah efisiensi, semakin besar jumlah biomassa yang
harus diumpankan ke dalam boiler. Hal ini akan mempengaruhi keenomisan proses secara keseluruhan. Efisiensi
boiler maksimum yang dapat dicapai adalah sebesar 78% jika panas radiasi yang hilang ke lingkungan sebesar 1%.
Jika efisiensi boiler lebih besar dari 78%, maka temperatur pembakaran yang dihasilkan lebih rendah dari 1200°C. Hal
ini berarti bahwa stabilitas proses pembakaran yang terjadi juga rendah. Untuk menjamin stabilitas pembakaran pada
efisiensi boiler yang tinggi, maka panas yang hilang di sepanjang pembuluh dalam sistem boiler harus lebih rendah
dari 1%. Oleh karena itu, boiler harus memiliki kualitas perpindahan panas yang baik di sepanjang pembuluh-pembuluh
dalam boiler.
P a g e 26 | 66
5.c Analisa Design Proses
Berdasarkan analisis sensitivitas di atas, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam desain proses, yaitu:
Tabel Kriteria Desain Proses
No Uraian Spesifikasi
1 Udara pembakaran - Excess Air 35% udara stoikiometri
- Laju 35685 Nm3
(11417 kmol/h)
- Temperatur 180 - 200°C
2 Udara primer/udara sekunder - Rasio 0.3 - 0.4 / 0.7 - 0.6
3 Panas hilang (Heat Loss) - Persentase maks. 1 %
4 Biomassa -%-b air tankos maks. 50%
-%-b air cangkang maks. 20%
5 Boiler - Efisiensi min. 75%
Untuk memastikan biomassa dapat terbakar seluruhnya, udara pembakaran yang diumpankan ke dalam sistem boiler
harus berlebih. Namun, jumlah udara berlebih tersebut tidak boleh terlalu banyak sehingga akan mengurangi efisiensi
panas akibat besarnya jumlah energi yang harus disuplai untuk memanaskan udara berlebih tersebut. Udara
pembakaran dengan excess air 35% dari kebutuhan udara stoikiometri (1050 kmol/h) adalah nilai optimum untuk
mengakomodasi kedua kriteria tersebut.
Temperatur udara pembakaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap temperatur pembakaran. Temperatur
udara yang rendah akan menyebabkan temperatur pembakaran dan stabilitas pembakaran yang rendah. Begitu pula
sebaliknya. Temperatur udara dengan rentang 180-200°C akan menghasilkan temperatur pembakaran lebih dari
1200°C. Dengan temperatur pembakaran tersebut, diharapkan stabilitas pembakaran dapat terjaga.
Faktor lain yang juga mempengaruhi pembakaran biomassa dalam boiler adalah rasio udara primer dan udara
sekunder. Dari hasil analisis sensitivitas, dapat diketahui bahwa rasio udara primer yang memberikan temperatur
pembakaran pada daerah grate yang optimum berada pada rentang 0.3 – 0.4.
Kualitas biomassa yang diumpankan ke dalam sistem boiler juga memberi pengaruh yang signifikan terhadap proses
pembakaran. Jika kandungan air dalam biomassa besar, maka energi yang dibutuhkan untuk menguapkan kandungan
air tersebut semakin besar. Akibatnya efisiensi pembakaran menjadi lebih rendah. Temperatur pembakaran yang
dihasilkan juga lebih rendah sehingga stabilitas pembakaran rendah. Hal ini akan mempengaruhi keberlangsungan
proses secara keseluruhan. Berdasarkan analisis sensitivitas yang dilakukan, maka kandungan air tankos dan
cangkang maksimum masing-masing sebesar 50% dan 20%.
Untuk menjamin terpenuhinya suplai kukus pembangkit listrik, perpindahan panas yang terjadi di dalam boiler harus
berlangsung baik sehingga efisiensi boiler tinggi. Panas yang hilang di sepanjang pembuluh-pembuluh boiler harus
diusahakan sekecil mungkin. Jika efisiensi boiler rendah, maka jumlah biomassa yang harus dibakar untuk
menghasilkan energi semakin besar. Hal ini akan mempengaruhi keekonomisan proses. Efisiensi boiler minimum
adalah sebesar 75% dengan panas hilang di sepanjang dinding-dinding pembuluh boiler maksimum sebesar 1%.
P a g e 27 | 66
5.d Pemanfaatan Cangkang sebagai Bahan Bakar
Jika hanya cangkang yang digunakan sebagai bahan boiler, maka jumlah cangkang yang dibutuhkan sebesar 5.13
ton/h untuk efisiensi boiler sebesar 75%. Spesifikasi parameter-parameter proses ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel Spesifikasi Parameter Proses dengan Bahan Bakar Cangkang
No Uraian Spesifikasi
1 Udara pembakaran - Excess Air 35% udara stoikiometri
- Laju 31865 Nm3
(1265 kmol/h)
- Temperatur 180 - 200°C
2 Boiler - Temperatur pembakaran 1200 °C
3 Gas Buang - Temperatur 285 °C
4 Cangkang - Laju 5.13 ton/h
6.Design Peralatan PLTBS

6.a. Deskripsi Peralatan PLTBS
Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Sawit (PLTBS) PTBBS yang akan dibangun, didesain dengan dua sistem
pembangkit (2 x 3.5 MW). Hal ini dimaksudkan agar pembangkit listrik tetap dapat terus beroperasi meskipun suplai
bahan bahan bakar berkurang. Sistem pembangkit dibuat paralel, sehingga jika salah satu pembangikit tidak
beroperasi maka pembangkit yang lain masih tetap dapat memberikan suplai listrik tanpa kendala yang berarti.
Gambaran desain PLTBS sesuai dengan diagram alir proses PLTBS 2 x 3.5 MW terdapat pada lampiran A.
• Sistem pembangkit terdiri dari dua boiler, dua turbin, dan dua generator. Masing-masing boiler
dilengkapi dengan satu unit make up water tank, satu unit deaerator, dua unit boiler feed water pump,
satu unit steam drum, satu unit mud drum, satu economizer yang dilengkapi dengan sistem sonic
sub blower, dua unit air preheater (primary dan secondary air preheater). Konfigurasi sistem udara
pembakar adalah sebagai berikut: primary air preheater terletak di bagian bawah sistem boiler,
sedangkan secondary air preheater berada di atas sistem pembakaran boiler. Aksesoris masing-
masing boiler terdiri dari dua unit ID fan, satu unit gas cyclone & collector, satu unit chimney, dan
sistem intermiten blowdown. Boiler juga dilengkapi dengan sistem penanganan bahan bakar padat
(campuran 84.75 % Tankos , 13.93 % Fiber dan 1.32 % Cangkang biomassa kelapa sawit). Sistem
penanganan bahan bakar biomassa untuk masing-masing boiler terdiri dari tiga unit biomass feeding
dack, tiga unit sistem pendorong biomassa dengan vibra grate.
Masing-masing turbin didesain untuk membangkitkan listrik 3.5 MW. Tipe turbin kukus (steam turbine) adalah tipe
multistage dan condensing. Turbin dilengkapi dengan gearbox untuk mereduksi kecepatan sampai pada level yang
diinginkan.
Listrik yang dihasilkan masing-masing generator merupakan listrik 3 fasa dengan power factor 0,8 ; voltase 380 V;
frekuensi 50Hz; dan kecepatan 1500 rpm. Rated output masing-masing generator adalah 3,500 kW/ 3,721 kVA dengan
P a g e 28 | 66
auxilary consumption 0.35 MW. Masing-masing generator dilengkapi dengan satu unit generator transformer dan satu
unit generator switch board.
Sistem instrumentasi dan kontrol PLTBS ini terdiri dari turbine control panel, turbin gaguge panel, remote temperature
monitor, dan vibration monitor system.
Sistem pengolahan bahan bakar biomassa sawit (campuran tankos , Fiber dan cangkang) terdiri dari dua unit EFB
hopper, satu unit emergency EFB hopper, dan dua unit shell bunker. Masing-masing EFB hopper dilengkapi dengan
satu unit shredder dan dua unit screw press cutter. Pengumpanan bahan bakar dari tempat penyimpanan ke peralatan
yang lain dilakukan secara kontinyu dengan menggunakan screw conveyor dan belt conveyor.
Sistem pendingin terdiri dari 2 unit surface condenser dan 6 unit cooling tower. Surface condenser bekerja secara
paralel untuk mendinginkan kukus dari masing-masing turbin. Masing-masing surface condenser terdiri dari satu unit
surface steam condenser, steam ejector system, first stage jet air ejector, satu unit flash tank, satu unit inter condenser,
satu unit after condenser, dan dua unit condenser pump. Air pendingin dari masing-masing unit surface condenser
ditangani oleh tiga unit cooling tower.
Sistem pengolahan air untuk kebutuhan PLTBS merupakan satu unit demin plant dengan kapasitas 50 m3/jam. Sistem
pengolahan air ini terdiri dari dua unit carbon active filter, dua unit cation ion exchange, dan dua unit anion ion exchange
yang dipasang secara paralel untuk menyediakan make-up water masing-masing boiler. Kebutuhan masing-masing
make-up water boiler disediakan oleh satu unit make-up water tank yang dilengkapi oleh dua unit booster pump. Air
baku menuju demin plant dipompa dengan dua unit booster pump yang di pasang secara paralel.
6. a.ii. 1. Boiler
Design code : ASME Code Sect. 1

Type : water tube boiler, 4 passes - TAKUMA
MCR Output : 22 ton/hr
Overload capability : 110% for period of 30 minutes.
Working Pressure : 36 BarG
Working Temperature : 380 DegC
Maximum Working Pressure : 48 BarG
Hydrostatic Test Pressure : 60 BarG
Steam Outlet Temperature : 390ºC (superheated)
Feed Water Temp. : 105ºC (recommended with deaerator)
Air Temp. at Boiler Inlet : 30ºC
Boiler Efficiency based on LHV : 85% with economiser & air preaheater
Excess air ratio, design : 40%
Boiler Water Volume Normal : 28.708 m³.
Flooded : 39.329 m³.
Shipping Weight (approx) : 108,000 kg
*) FUEL :
Main : Palm Shell / EFB / Fiber
P a g e 29 | 66
Fuel Consumption (Approx) : To be details
Coal Calorific Value : 3900 kCal/kg (Shell)
Moisture : 15% (Shell), 30% EFB, 30% Fiber
Ash : 5-8 %
Fuel Size : 5-30mm<40% and max. 50mm diameter
Untuk data data boiler akan dilengkapi selanjutnya
Boiler 22Tph - TAKUMA
Kriteria Boiler Feed Water (BFW)

Persyaratan kualitas air umpan boiler diberikan seperti berikut :
1. Air umpan boiler
pH value 8.0 - 9.5
Hardness (CaCO3) 0
Fats Mendekati nol
Copper 0,005 ppm atau kurang
Dissolved Oxygen (02) 0,1 ppm atau kurang
Iron (Fe) 0,03 ppm atau kurang
Hydrazine 0,17 ppm atau lebih
2. Air dalam boiler

pH value 9 – 10,5
M. Alkalinity (CaCO3) 0 ppm
P. Alkalinity (CaCO3) 0 ppm
P a g e 30 | 66
Total solid 0 ppm
Conductivity uS/cm² 750 atau kurang
Chlorine (Cl-) 80 ppm atau kurang
Phosphoric acid ion 5 – 15 ppm
Sulphurous acid ion 5 – 10 ppm
SiO2 0,02 ppm atau kurang
Spesifikasi detail dan alat pendukung Boiler

Setiap unit boiler dilengkapi dengan peralatan pendukung sebagai berikut :
a. Combustion chamber :
Heat load of grate Harus diberikan oleh vendor boiler
Effective grate area :Harus diberikan oleh vendor boiler
Chamber heat load Furnace volume Harus diberikan oleh vendor boiler
Grate motor Please state
b. Fuel equpment : : (see Concept of Biomass Fuel Management)
c. Drum and intenals :
Must meet with the design pressure requirement
Material
and Boiler Standard Code, ASME, BS, DIN, JIS
Upper Drum inside diameter Minimum 1200 mm
Volume Minimum 8,3 m3
Thickness Minimum 88 mm
Lower drum inside diameter Minimum 780 mm
Volume Minimum 3.6 m3
Thickness Minimum 48 mm
d Superheater
- Inlet header - OD: minimum 220 mm
- Outlet header - OD: minimum 220 mm
- Material inlet header - SA 106 Gr. B or Equivalent
- Material inlet header - SA 335 Gr P2 or Equivalent
- Superheater tube - OD: minimum 31.5 mm
- Superheater thickness - Minimum 5 mm
- Tube material - SA 213 T2 or BS 3059 Part II 360 or
equivalent
- Heating surface - Minimum 150 m2
P a g e 31 | 66
Combustion air velocity 18 m/s and Flue gas
e Design Aspect of air or hot gas velocity
velocity 14 m/s
f Total Power Consumption for Boiler Panel Maksimum 300 kW
g Fire Grate Type Preferable Water Cooled Vibro Grate
h Boiler Wall Type Preferable Membrane Wall
i Economizer and Material Installed with Sonic Soot Blower,
The flue gas released to the gas stack has the
temperature less than 240 oC
j Combustion Air Preaheter
(Spesikasi diberikan pada Tabel 5.2dan Tabel
5.3)
The preheated combustion air is distributed as a
k Combustion air system and supply primary air and a secondary air. The combustion
air is supplied through forced fans
l Dust Collector Multi cyclone, collecting efficiency 89% (min)
m Soot Blower Sonic soot blower
n FD fan (motor) Quantity :
Type : Turbo type
Must be met with the requirement to force the
combustion air to the combustion air preheater
Outlet pressure
and through the ducting line to the combustion
chamber
Capacity 11 000 Nm3/h, 30 % total combustion air r
Motor power : Maximum 40 kW
Speed : Maximum 1500 rpm
Protection class : Outdoor Arrangement
o Sec. Air fan (motor) :
Quantity : 1 set/unit
Type : Turbo type
Must be met with the requirement to force the
combustion air to the combustion air preheater
Outlet pressure
and through the ducting line to the combustion
chamber
Capacity 23 310 Nm3/h, 63 % of total combustion air
Motor power : Maximum 50 kW
Speed : Maximum 1500 rpm
Protection class : Outdoor Arrangement
P a g e 32 | 66
p Fuel Spreader fan (motor) :
Quantity : 1 set/unit
Type : Turbo type
Must be met with the requirement to blow the shell
Outlet pressure and shreaded EFB to the boiler combustion grate
through feeders
Capacity 2590 Nm3/h, 7 % of total combustion air
Motor power Maksimum 15 kW
Speed Maksimum 3000 rpm
Protection class : Intdoor Arrangement
q Chimney :
Minimum 25 m, divided by sections, equipped with
Elevation
paltform & ladder
Quantity :1 set/unit
Outlet diameter Minimum 1.2
Material : Mild steel
Both Bottom and fly ash removal systems are wet
r Bottom and fly ash disposal system : or dry system, operated automatically and sent to
a hopper to be fed to the truck for disposal
Gas duct, valve, insulation, painting
p
material
Spesifikasi Air Preheater Air Preheater I

Type Cross-Flow in High-Finned Tube
Type of tube arrays Staggered, Triangular pitch; Angle = 60°
Type of fins L-type aluminum fins
External diameter of the tube at fin root 38 mm
Inside diameter 35.4 mm
Outer diameter of fin 0.0684 m
Height of fin 0.0152 m
Width of fin 0.001 m
Space between fins 0.0034 m
Length of tube 1.8 m
Rectangular area 1.2 m (with Corbels)
Number of tubes in a row 20
Number of rows 19
P a g e 33 | 66
Total number of tubes 380
Pitch of tubes in plane perpendicular to flow 0.076 m
Pitch of tubes in direction of flow 0.066 m
Overall heat transfer coefficient 64.65 W/m2K
Flow rate of the hot steam (flue gas) 13.55 kg/s
Flow rate of the cold stream (air) 8.41 kg/s
Inlet Temperature of hot stream (flue gas) 312°C
Inlet Temperature of cold stream (air) 25°C
Mean Temperature (LMTD) 194.5°C
Hot stream pressure drop 0.019 bar
Cold stream pressure drop 0.01 bar
Spesifikasi Air Preheater II

Type Cross-Flow in High-Finned Tube
Type of tube arrays Staggered, Triangular pitch; Angle = 60°
Type of fins L-type aluminum fins
External diameter of the tube at fin root 38 mm
Inside diameter 35.4 mm

Outer diameter of fin 0.0684 m
Height of fin 0.0152 m

Width of fin 0.001 m
Space between fins 0.0034 m
Length of tube 1.8 m

Rectangular area 1.2 m (with Corbels)
Number of tubes in a row 20
Number of rows 19
Total number of tubes 380
Pitch of tubes in plane perpendicular to flow 0.076 m

Pitch of tubes in direction of flow 0.066 m
Overall heat transfer coefficient 64.65 W/m2K
Flow rate of the hot steam (flue gas) 13.55 kg/s
P a g e 34 | 66
Flow rate of the cold stream (air) 8.41 kg/s
Inlet Temperature of hot stream (flue gas) 248°C
Inlet Temperature of cold stream (air) 143°C

Mean Temperature (LMTD) 194.5°C
Hot stream pressure drop 0.019 bar

Cold stream pressure drop 0.01 bar
Spesifikasi Economizer
Flow rate 10 TPH
Inlet Temperature 44°C
Outlet Temperature 105°C
Pressure 35 bar
Heat duty later
Spesifikasi Evaporator
Flow rate 10 TPH
Inlet Temperature 105°C
Outlet Temperature Saturated Steam Temp.
Pressure 35 bar
Heat duty later
Spesifikasi Superheater
Flow rate 10 TPH
Inlet Temperature Saturated Steam Temp.
Outlet Temperature 390°C
Pressure 35 bar
Heat duty later
P a g e 35 | 66
6. a.ii. 2. Steam Turbine
Brand : ELLIOTT - EBARA

Manufacture : ELLIOTT – EBARA GROUP
Country of Origin : USA / JAPAN
Turbine Frame : MYRUG
Type : Multi stage steam turbine Horizontal,
Impulse Condensing Steam Turbine
Inlet size/Flange Rating : 6”/600 Lb RF
Inlet Location : Right hand inlet, looking from the governor
Exhaust Size/Flange Rating : 30”-36”/150L bFF
Exhaust location : Up exhaust, looking from governor nd
6.a.ii.2.1 PERFORMANCE DATA

Steam Inlet Pressure : 35 barg
Steam Inlet Temperature : 370 ºC
Steam Exhaust pressure : 70 mmHgA
Steam Exhaust Temperature : 44.4 ºC
Steam Turbine Speed : 5500 RPM
Steam rate mechanical : 4.7 Kg/Kwh
Steam flow : 15,071 Kg/Hr
Generator speed : 1500 rpm
Turbine power at shaft : 3,721 kWm
Power output at Generator : 3,500 kWe
Steam Turbine 3,5MW – ELLIOT EBARA
P a g e 36 | 66
6.a.ii.2.2 STANDART BENEFITS OF YR TURBINES
Self lubricating stainless steel governor linkage pins
Separate emergency-overspeed trip valve
Babbitted liner-type bearing
Carbon rings shaft sealing glands
Spray coated shaft under carbon rings
Vertical jack screws
Centerline supported casing
Horizontally split casing for ease of maintenance
Dynamically balanced self locating rotor
Built-in stainless steel steam strainer
Replaceable governor valve seat
Spark proof overspeed trip system
Sentinel warning valve
Inlet connection studs and nuts
Standard design and materials suitable for normal outdoor installation and /or clod start – up
Adjustment of overspeed trip does not require major assembly
Comercial mechanical shop test
Inlet connection studs and nuts
Cast Steel Casing Material (ASTM A-217 WC6)
6.a.ii.2.3 STEAM TURBINE FEATURES

Multi Stage steam turbine
Woodward UG40 governor
Tilt Pad thrust bearing
Sealing steam piping, flanged connection (3-5 psig sealing steam)
Vacuum breaker
Condensate removal pump – shipped loose
Dynalco SPD-100 tachometer mounted on turbine
Bearing housing Grounding Brush
Pressure lube connection NPT at bearing housing
Turbine feet shim packs and dowel pins
Vibration probe terminated at local heads (2 radial per bearing, 1 axial)
Radial bearing RTD’s terminated at local heads, 1 per bearing
Sentinel Warning trip and alarm
6. a.ii. 3 Gear Box
GEAR REDUCER
SPECIFICATION
Driving machine : Steam Turbine
Driven : Generator
P a g e 37 | 66
Brand : TRIVENI / FORMOSA
Type : Horizontal parallel shafts, single reduction
Frame Model : TA450-SFC
Power : 3589 KW
Input speed : 5500 rpm
Output speed : 1500 rpm
AGMA Service Factor : 1.3 UP (AGMA 2101-C95)
Gear Data : 37/123xMn5,double helical gearing
Material SCM420H, quality : DIN5(AGMA 12)
Pitch line Velocity : 42.3 m/sec
Accessories : Shaft drive oil pump : 120 +/- 10% lpm @ 1500 rpm
Bearing : HSS : Hydro dynamic Journal bearing, D150 x L150
LSS : Hydrodynamic Journal bearing, D190 x L135, integrated with
dual land thrust faces.
Gear Oil requirement : ISO VG 46, = 100+/-10% lpm
Efficiency : 98.5%
6.a.ii.3.1 COMBINED FORCE FEED LUBRICATION SYSTEM FOR TURBINE AND GEAR REDUCER.
Consist of:
Shaft driven main oil pump
Single oil filter
Single oil cooler
Auxiliary electrical motor drive oil pump of 380 V, 3 phase, 50 Hz with a low oil pressure automatic start up
switch.
Low oil pressure switch, alarm & trip
High oil temperature switch, alarm & trip
Separate oil reservoir for 3 minutes retention time Oil pressure gauge
Oil temperature gauge,Oil level sight, Safety relief valve,Pressure oil control valve, Orifice
Carbon steel oil: piping to connect gear & Turbine to reservoir.
6.a.ii.3.2 COUPLINGS
1 (One) Unit High Speed Flexible Gear Coupling with Coupling Guard
1 (One) Unit Medium Speed Gear Coupling with Coupling Guard
6.a.ii.3.3 BASEPLATE
Fabricated steel baseplate for turbine and gear, Lifting lugs

Horizontal positioning screws for turbine and gear
Soleplate for Alternator
P a g e 38 | 66
6. a.ii. 4 Generator
GENERATOR
Type : Horizontal, Synchronous brushless generator
Manufacture /Brand : AVK/TOYODENKI/LEROY SOMER
Speed : 1500 rpm
Rules : VDE 0530/IEC34/ISO8528-3
R.I.S. deg : acc. To VDE 0875 N
Ambient air temperature : 40 deg.C
Excitation : Brushless
Location : Indoor
Enclosure : Open drip proof
Duty : Continuous
Voltage : 6.3 KV
Frequency : 50 Hz
Phase :3
Power factor : 0.8
Insulation Class :F
Temperature rise acc. To class :F
Generated kW/kVA : 3589 kW/3750 kVA
Generator Electrical data and characteristics:

Rated voltage operation range : Between 95 ... 105 % of rated voltage.
Voltage adjustment range : +/-5 % of rated voltage for continuous operation
Steady state voltage performance : +/- 0,5 ... 1 %
Dynamic voltage variation : less than 25% at sudden load change of 80% of
rated load, 0,8 p.f.
Voltage recovery time : less than 1 sec.
Parallel operation : Alternator suitable for parallel operation with
other alternators. Damper cage is built-in.
Sustained 3-phase S.S.C. : Min. 3 x rated current for 10 Secs.

Overload : 10 % for 1 h, within 12 hours.
Or Acc. to IEC 34/VDE 0530, i.e. 50 % for 30 sec.
Generator Design details:
Design : Double Bearing
Prime mover : Steam Turbine
Direction of rotation :
(seen to DE) Assumed CW – to be confirmed at time of order
Over speed capability : 1,2 x rated speed f. 2 min.
Dynamic balancing : Balancing will be done prior to assembly
Terminal box location : At right side. Cable entry from buttom.
P a g e 39 | 66
Cable outlet (seen to DE) One outlet. Orientation to be confirmed at time of order. Via undrilled
cable gland plates. Gland plates made of
non-magnetic material - Included
Outlet terminals/pcs. : 4 connections ( 3 phase, 4 wire)
Bearings : 2, antifriction, regreaseble
Enclosure : IP 23, acc. To IEC 34 Part 5 (machine)
IP 54, acc. to IEC 34 Part 5 (terminal box)
Cooling type : IC01
Generator Electronic voltage regulator:

Basic module : Basler DECS100 – Digital Voltage regulator
Generator Special equipment, accessories:

Included : Droop CT Anti-condensation Heater
Rotor Earthing Brush
Over temperature protection : 6 x PT100 RTD’s in stator windings (2/ph)
2 x PT100 RTD’s per bearings
Generator Factory testing
Final check : General check and test of assembled parts,
wiring, labels, connection diagram, rating,
heater, temperature elements etc.
Factory testing : Standart works test are included and documented for each
machine
Generator Standart test are :

Measurement of cold resistance
Residual Voltage measuring
Voltage balance
Rotating field control
Load characteristic at p.f = 0.1
Evaluation of efficiency (Single losses method)
No load saturation curve
Short circuit curve
Potentiometer range of alternator set point adjuster R1
Adjustment of voltage regulator
Under speed protection adjustment
Parallel operation adjustment
Shortime overload with p.f = 0.1 or at SC
Winding test
High voltage test
Over speed Test at 120% rated speed
Measurement of insulation resistance
Adjustment of additional modules for voltage regulator
P a g e 40 | 66
Generator final Check
General check and test of assembly part, wiring , labels, connection diagram,rating, heater,
temperature elements, etc.
Generator Documentation
Standard order documentation 3 – fold in Germany or English language, including operation
manual, dimension drawing, electrical diagram, spare part list, factory test report and test
certificate if applicable,
Generator Quality assurance
Offer, order handling, manufacturing and testing are done according to ISO 9001, approval of DNV for ISO 9001 is
available
6.a.ii.4.1 CONTROL & INSTRUMENTATION

Free standing pedestal type gage-board with 3 steam pressure gauge, (Steam inlet, first stage, and exhaust steam)
and tachometer indicator noted below Electronic tachometer with digital indicator
Drain line sight flow indicators and dial type thermometer for each radial bearing
Vibration probe and proximitor for steam turbine and gear reducer
One turbine shaft axial displacement probe
Bearing white metal RTD’s for steam turbine and gear reducer and generator
6.a.ii.4.2 PAINTING
Painting will be done in the factory in accordance with our standard painting procedures, unless otherwise specified,
equipment will be painted standard colour.
6. a.ii. 5 Condenser
CONDENSER AND EXTRACTION PUMP

SPECIFICATION CONDENSER
Design Code : HEI
Steam flow Condenser : 15.400 kg/hr
Operating Pressure : 70 mmHgA
Surface Area : 543.3 M2
Cooling Water flow : 980 M3/HR at 33 Deg. C and 2 Kg/Cm2G
Cooling Water outlet Temp. : 41.7 deg. C
Total Steam To Ejector system : 178 Kg/hr at 10 ata and 250 deg.C
P a g e 41 | 66
Condenser 3,5MW – NEW FIELD
Single stage steam ejector system

Design Code : HEI and ASME
Capacity : 10.22 Kg/hr of Air + 22.5 Kg/hr WV
Design Suction Pressure : 50 mmHga
Motive Steam requirement : 178 kg/hr at 10 ata & 250 C
Cooling condensate flow : 16 M3/hr (inter/After condensing)
Inlet Temperature : 46.5 deg.C
Steam Ejector Design Data

Suction Pressure : 50 TORR
Suction Temperature : 46.1 deg.C
Suction Load – Water Vapour : 22.5 kg/Hr
Suction Load – Air : 10.22 kg/hr (per unit)
Motive steam pressure : 10 ATA
Motive steam temperature : 250 deg. C
Condensate Water temperature (Rated) : 46.5 Deg. C
Rated flow : 15.4 TPH
Condenser operating pressure : 70 mmHgA
Cleanliness factor : 85 %
1st tage steam jet air (1 Operating + 1 Stand By)

Discharge Pressure : 240 TORR
Motive steam Pressure : 10ATA
Motive steam Consumption per ejector : 86 Kg/hr
P a g e 42 | 66
Vapour Inlet Connection size : 50 NB
Quantity : 2 Nos
Inter condenser
Type : Shell & Tube Type/TEMA-C
CW Inlet temperature (Rated : 46.5 deg. C
CW Outlet Temperature : 49.5 deg. C
CW qty (Rated) : 15.4 TPH
Surface area : 10 M2
Tube length : 2.09 M
Quantity of Tube : 80 pcs
No of Pass :4
Velocity : 1 m/s
Qty : 1 No
2nd stage jet ejector (1 Operating + 1 Stand By)

Motive Steam Pressure : 10 ATA
Motive Steam Consumption : 92 kg/hr (per unit)
Quantity : 2 Nos
After Condenser
Type : Shell & Tube Type/TEMA-C
CW Inlet temperature (Rated) : 49.5 deg. C
CW Outlet Temperature (Rated Flow) : 52.5 deg. C
CW qty : 15.4 TPH
Surface area : 3 M2
Tube length : 0.64 M
Quantity of Tube : 80 pcs
No of Pass :4
Velocity : 1 m/s
Qty : 1 No
Hogger ejector
Suction Capacity (as per HEI) : 50 SCFM
Evacuation Time : 30 Min
Final Suction Pressure : 330 TORR
Motive Steam pressure : 10 ATA
Motive Steam Consumption : 130 kg/hr (per unit)
Noise Level : 85 db at 1 Mtr distance
P a g e 43 | 66
Scope of supply
2. Nos. Ejector Condensor
4. Nos. Ejector (single stage ejector system)
1 No. Start up ejector
1. Silencer
1. No. Steam Condenser
1. Lot Inter Connecting piping
1. No. Flash tank
1. No. level switch(LSH)
1. No. Level switch (LSL)
1. Level gauge
1. Level Transmitter
1. Level Pressure switch
2. Nos. to P Conveyor (I/P)
7. Nos. Pressure Switch
5. Nos. Temperature gauge
2. Nos. Control valve
2. Nos. strainer
7. Nos. Needle valves (Screwed)
18. Nos. Gate Vlave
2. Nos. Non return Valves
4. Nos. Globe Valve
12. Nos. Globe Valve (Socked Weld)
1. No. Steam trap
2. No. Needle Valve
4. Nos. Gate lave (Socked weld)
PID controller for controlling condensate flow
Repture disc of size 150mm One no.
SS Expansion bellow
CONDENSATE EXTRACTION PUMP

Flow rate : 20 M3/hr
Head : 80 Mts
Temperature : 60 deg.C
NPSH (Required) : 2.5 mts
Process min. condensate
Stable Flow : 10 M3/hr
Efficiency : 45.5 %
Motor Kw required : 16/2 pole
Pump Speed : 2900 Rpm
Qty : 2 units
P a g e 44 | 66
6. a.ii. 6 Electrical System
ELECTRICAL SYSTEM
The electrical system considered for the Plant is :
NO DESCRIPTION UNIT DETAILS

A. GENERATOR
1. Rated output KW 2x3500
2. Generator voltage 1 6,3 Volt +/- 5%
3. Rated frequenzy 1 50 Hz + / - 3%
4. Rated speed Rpm 1500
5. No. of phases - 3 phase, 4 wire
6. Excitation - Brushless
7. Duty - Continuous
8. Cooling method - SPDP
9. Insulation - Class H (both rotor and stator)
10. Temperature rise - Class H limits (both rotor and
stator)
11. Enclosure - IP-23 (Stator & Exciter)
B. TRANSFORMER, SWITCHGEAR & CABLE
1. Step up transformer KV 6,3 to 20
2. LV panel KV 6,3
3. Medium voltage KV 20
4. Power cable - 1100V grade aluminum
conductor.
PVC insulated with extruder
PVC inner sheat and round wire
armour.
Min size 2,5 sq.mm ie cu
5. Control cable 480 V grade multi core standred

1,5/2,5 mm2 cooper conductor
PVC insulated.
P a g e 45 | 66
6. Cable tray - Fabricated with GI with paint
within bateery limit
C. EARTHING SYSTEM
1. Earthing system - MS for underground
GI forovergorund, including
earth mat for PP area.
D. LIGHTING PROTECTION
1. Lighting protection - Radius protedted 30m
Ground max
E. PLC
1. Control system - Integration PLC at boiler and
steam turbine area.
Monitoring and control
Kebutuhan listrik untuk internal PLTBS untuk beroperasi 2 x 3.5 MW adalah 600 – 800 kW.
No. Sistem Daya per Unit, kW Jumlah Unit Total, kW

Beroperasi
1 FD Fan Boiler 16 2 32
2 Sec. FD Fan Boiler 20 2 40
3 Spreader Fan 6 2 12
4 ID Fan Boiler 30 2 60
5 BFW Pump 30 2 60
6 Feed Water Booster Pump 16
7 Conveyor motors 40
8 Rotary Feeder 1.6 4 6.4
9 Dosing Pump 4
10 Condensate pump 8 2 16
11 Circulatiing Cooling Water pump 36 2 72
12 Cooling tower fan 7.6 6 45.6
13 Dust Handling system 6
14 Panels 1.6
15 Office and Lightning 3.2
16 Shredder and Press 30.6 6 184
17 Lain-lain 1.2
Total 600
P a g e 46 | 66
6. a.ii. 7 Bangunan sipil dan arsutektur
BUILDING POWER HOUSE

Captive Power Plant building Works includes :
• Boiler building
• Steam turbine building
• Fuel handling
CIVIL AND ARCHITECTURE
• Plant lay out

• Civil Work For Boiler and accosiate
• Civil Work For Seam turbine room
• Civil Work For Water System including cooling tower basin and cells
• Civil Work For Material Handling System
• Civil Work For Other BOP
• Civil Work For Electrical System& Switchyard
• Civil work for Chimney
• Road and Drainage
• Pipe and Cable Racks foundation
• Gate for Proposed Power Plant
6. a.ii. 8 Mechanical dan Balance of plant
MECHANICAL AND BALANCE OF PLANT
NO DESCRIPTION UNIT 2 x3,5 MW

A. AIR COMPRESSOR PLANT
1. Nos of air compressor Nos 2 (1W+1S)
2. Type of compressor Lubricated Air Cooled
Screw type
3. Discharge Pressure of Compressor Bar (g) 6–8
4. Air Dryer Nos 2x100% (1W+1S)
5. Type of Instrument Air Dryer - Silica Gel filled Twin
Tower, Heat less
6. Working Pressure of Air Dryer Bar (g) 6–8
7. Nos. of Instrument Air Receiver Nos 1
P a g e 47 | 66
8. Working Pressure of Air Receiver Bar (g) 6–8
9. Air instrument usage - Valve boiler island
Valve turbine island
B. AIR CONDITION SYSTEM
1. Air condition usage - Control room
Panel room
Mcc room
Office building
2. Air condition type - Window /split non duct
C. VENTILATION SYSTEM
1. Ventilation usage - Control room
Panel room
TG room
Switch gear
2. Ventilation type - Wall mounted
6. a.ii. 9 Water treatment system
WATER TREATMENT SYSTEM
NO DESCRIPTION UNIT 2x3,5 MW

A. RAW WATER
1. Source of water - Deep well or river
2. Raw water analysis - As mentioned design
3. Raw water battery limit - At inlet raw water
4. Raw water reservoir storage M3 Max 1000 open pond
5. Water fresh serervoir tank M3 60 at closed tank
B. FIRE WATER SYSTEM
1. Water reservoir storage M3 Not applicable
2. Portable fire extinguiser Yes Provided
C. COOLING WATER SYSTEM
1. Manufacture LIANG CHI-INDONESIA
2. Type of Cooling Tower LBC 100
P a g e 48 | 66
3. Margin in Cooling Water Flow over requirement % 5
4. Design wind load Kg/cm2 200
5. Cooling Tower Temperature Range °C 43 - 33
6. Design Wet bulb Temperature °C 27
7. Cooling Tower Approach °C 5
8. Cooling Tower Capacity M3/hr 980 - 1100
9. Cooling Tower Cells – Working Nos 2
10. Construction of Cooling tower - FRP
11. Construction of Cooling tower Basin - Concrete
12. Type of Cooling Tower Fill Film Type - Film type
13. Nos. of Main cooling water Pumps Nos 4 (2W+2S)
14. Location of CW and ACW Pumps- Outdoor near Cooling tower
basin
15. Number of Auxiliary cooling water pumps Nos 2 (1W+1S)
16. Source of Water for Cooling tower makeup - Raw water
17. Cooling Tower Make-up Pump Nos 2x100%
18. Location of CT Makeup Pumps Common pump shed
for Raw and firewater
near Raw water tank
19. Pump Circulation Brand RITZ/PUMPEN/KSB

20. Capacity M3/h 980 - 1100
21. NPsHr Meter 3,4
22. Speed Rpm 1000
23. Power absorb Kw 123,7
D. WATER TREATMENT PLANT

1. Nos of water treatment scheme Line 1
2. Mode operation of water treatment - Semi automatic
3. Water treatment scheme Anion Cation
4. Capacity of stream demin plant Tph 40
5. Condensate return % 80 – 90
6. Make up boiler Tph 8
7. Cooling water capacity Tph 2400
P a g e 49 | 66
8. Evaporation cooling water Tph 24
9. Blow down Tph 4
10. Make up cooling tower Tph 20
11. Make up boiler & coling water Tph 24
12. Design water treatment Tph 45
13. Nos of water treatment tank Nos 1
14. Capacity water treatment tank M3 60
15. Location of demin plant - In door
E. SERVICE AND PORTABLE WATER
1. Source of portable water - From water tank
2. Capacity of service water M3 1x3
3. Capacity of portable water M3 1x2
4. MOC of tank water - HDPE
5. Location of tank - Near demin water
6. a.ii. 10 Management bahan bakar
Fuel supplay system (reference) :

6. A.ii.10 Sistem Conveyor
1. Conveyor Tankos
2. Unit Shredder Press dan Shredder Tankos
3. Conveyor Shredded Tankos ke Boiler I dan Boiler 2
4. Conveyor pengisian Shell ke Shell Silo
5. Conveyor pendistribusian shell dari Shell Silo ke Boiler 1 dan Boiler 2
6. A.ii.11 Conveyor dan peralatan pendukung (reference)

Line Tankos.
1. Dari shredder ke Press
Type : Deep Scrapper.
Kapasitas : 6,226 kg/hr
Panjang : 29.5 mtr (estimasi)
Posisi : 1,5 mtr – 8.1 mtr, sudut kemiringan 42° (estimasi)
Motor : Estimasi motor 3 kW, Over load sistem dan tombol emergency.
P a g e 50 | 66
Option : Cover tutup, Hopper, emergency dan Chute.
Jumlah : 1 unit.
2. Dari Mesin Press ke Acumulator

Type : Double Jacket Steam Heated Screw Conveyor.
Panjang : 12 mtr (estimasi)
Posisi : 2.15 mtr, datar (estimasi)
Motor : Estimasi motor 1.27 kW, Over load sistem dan tombol emergency.
Option : Temperatur 115°, Tekanan steam 3 bar, Cover tutup, Hopper dan Chute.
Jumlah : 1 unit.
3. Dari Mesin Press ke Emergency Hopper

Type : Deep Scrapper Conveyor.
Option : Cover tutup, Hopper dan Chute.
Jumlah : 1 unit.
4. Dari Accumulator Hopper ke Boiler 1

Kapasitas : 6,226 kg/hr.
Posisi : 0.9 mtr – 8.6 mtr, sudut kemiringan 28° (estimasi)
Jumlah : 1 unit.
5. Dari Accumulator Hopper ke Boiler 2

Kapasitas : 6,226 kg/hr .
Jumlah : 1 unit.
Line Cangkang.
6. Dari Unloading Truck ke Silo 1

Type : Screw Conveyor.
Kapasitas : later
P a g e 51 | 66
Motor : Estimasi motor (later) kW, Over load sistem dan tombol emergency.
Jumlah : 1 unit.
7. Dari Unloading Truck ke Silo 2

Kapasitas : later
Posisi : -1.5 mtr – 1.6 mtr, sudut kemiringan 20° (estimasi)
Jumlah : 1 unit.
8. Dari Unloading Silo ke Boiler 1

Kapasitas : later
Jumlah : 2 unit.
9. Dari Unloading Silo ke Boiler 2

Kapasitas : later
Jumlah : 2 unit.
Line Fly Ash
10. Dari Boiler ke Loading Truck 1

Kapasitas : later
Jumlah : 1 unit.
P a g e 52 | 66
Kapasitas : later
Motor : Estimasi motor (later) kW, Over load sistem dan tombol
emergency.
Jumlah : 1 unit emergency.
Jumlah : 1 unit.
Line Emergency antara Silo

Kapasitas : later
Posisi : 0.7 mtr – 4 mtr, kemiringan 12° (estimasi)
Jumlah : 2 unit.
6. a.ii.11 Piping system
Pipeline (Sistem Perpipaan) : Reference

Untuk mengalirkan fluida dalam proses seperti air baku, air umpan boiler (Boiling Feed Water – BFW) dan kukus
(steam), diperlukan sejumlah interkoneksi perpipaan. Optimasi dimensi pipa-pipa yang digunakan perlu dilakukan
untuk mengoptimalkan keekonomian proses. Uraian dimensi perpipaan yang digunakan dalam proses disajikan pada
Table 6. 8.
Tabel Spesifikasi Sistem Perpipaan (Estimasi)
No Dimensi Keterangan Jumlah
1 30" Pipe, welded bevelled end,std weight carbon steel ASTM AA53/API-5L-B STD 4
Pipe, Seamless bevelled end,STD Weight CS PE XS A106-B / A520, B36.10M S- 28
2 6"
80
Pipe, Seamless bevelled end,STD Weight CS PE XS A106-B / A520, B36.10M S- 22
3 1"
80
4 6" Tee, Straight BW Seamless XS CS A234 - WPB B16.9 S-80 10
5 6" Elbow 90 L/R, Seamless BW XS CS A234 - WPB B16.9 S-80 24
P a g e 53 | 66
6 6" Flange WN 300# RF CS A105 B16.5 14

7 1" Flange SW 300# RF XS CS A105 B16.5 22
8 6" Blind Flange 600# RF CS A105M B16.5 4
9 1" Blind Flange 600# RF CS A105M B16.5 18
10 6" x 1" Sockolet 3000, Carbon steel STD A105 SP97 25
11 6" Globe valve, 6" x 600# RF CS Body A216M-WCB, OS&Y BB 4
12 1" Gate valve, 1" x 300# RF CS Body A216M-WCB, OS&Y BB 8
13 1" Gate valve, 1" x 300# Threaded CS Body. 5
14 6" Check valve, 6" x 300# RF CS Body A216-WCB 2
15 16" Steam separator 16"Diameter x 1200mmL 2
16 2" Pressure reducer valve 32Barg to 11Barg saturated 1
17 6" Expansion Joint, SS316 for Steam 32 Barg X/Y Movement. 2
18 1" Steam Trap 1", CS 300# RF A105M, Thermostatic 8
7/8" x 5 300
19 Stud bolt and nut Flange 8"
1/2"
5/8" x 3 415
1/4"
Pipe, seamless bevelled end,std weight carbon steel ASTM A106/A53/API-5L-B 27

1 14"
GRB S-40
2 12"
GRB S-40
3 4"
GRB S-40
4 1"
GRB S-40
5 3/4"
GRB S-40
6 14" Tee, seamless BW STD Carbon steel A234 WPB B16.9 12
9 14" Elbow 90 L/R, STD Weight Carbon steel ASTM A234 Grade WPB, seamless 17
12 14" Flange WN 150# RF B36.10M STD weight bore, Carbon steel ASTM A105 24
P a g e 54 | 66
18 3/4" Flange WN 150# RF B36.10M STD weight bore, Carbon steel ASTM A105 8
19 14" Flange Blind 150# RF B36.10M STD weight bore, Carbon steel ASTM A105 4
22 3/4" Flange Blind 150# RF B36.10M STD weight bore, Carbon steel ASTM A105 4
23 12" Butterfly valve 150# FF Carbon steel Body wafer type, Bolt connection 6
24 1" Diapragm valve, rubber seal type 8
25 3/4" Diapragm valve, rubber seal type 4
26 14" Cek Valve 150# RF, Carbon steel Body, Swing type 4
27 14" x 1" Sockolet, Carbon steel STD 6
28 14" x 3/4" Sockolet, Carbon steel STD 6
29 14" x 8" Concentric reducer BW STD weight, CS ASTM A234 Grade WPB, Seamless 2
30 14" x 10" Ecentric reducer BW STD weight, CS ASTM A234 Grade WPB, Seamless 2
Y strainer, class 150# RF CS ASTM A216 Grade WCB, Bolted cover taped for 2
31 14"
blow off connection SS ype 316 screen 0,051 perforation ( OPTIONAL )
32 14" Expansion below, X/Y moving Type SS304 Ruber type 1
33 0~5 Pressure gauge, STD range 0~5 Barg 4
34 0~110 Temperature gauge, STD range 0~100 Deg Celcius 2
35 Plat ezer 2400x1200x12mm 3
7/8" x 5 150
1/2"
37 7/8" x 5" Stud bolt and nut Flange 10" 60
38 3/4" x 4" Stud bolt and nut Flange 8" 72
1/2" x 3 75
1/2"
Pengendalian Proses dan Instrumentasi

Setiap proses selalu disertai gangguan-gangguan yang dapat mengubah kondisi operasi, komposisi, dan sifat-sifat
fisik aliran proses. Untuk memastikan proses berlangsung seperti yang dikehendaki, maka efek dari gangguan-
gangguan tersebut harus diminimalisasi. Oleh karena itu, diperlukan instrumentasi dan pengendalian proses. Gambar
P&I D PLTBS secaralengkap terdapat pada lampiran A.3.
Dalam sistem PLTBS, ada beberapa variabel proses yang perlu dikendalikan. Variabel-variabel tersebut antara lain
temperatur, tekanan dan laju alir. Selain pengendali proses, beberapa alat indikator juga ditempatkan di beberapa titik
P a g e 55 | 66
dalam proses. Uraian sistem instrumentasi dan pengendalian proses serta valve untuk masing-masing sistem
pembangkit ditampilkan dalam Tabel 6. 9.
Tabel Pengendalian Proses dan Instrumentasi
No Kode Keterangan No Kode Keterangan
1 TI 01 Outlet turbine fuel pump 24 PI 01 Outlet turbine fuel pump
2 TI 02 Outlet superheater to turbine 25 PI 02 Inlet oil to turbine
3 TI 03 Outlet oil from chiller 26 PI 03 Outlet superheater ke turbin
4 TI 04 Outlet CW from condenser 27 PI 04 Inlet oil to turbine
5 TI 05 Inlet CW to condenser 28 PI 05 Outlet CW from condenser
6 TI 06 Steam from ejector 29 PI 06 Inlet CW to condenser
7 TI 07 Condenser 30 PI 07 Steam from ejector
8 TI 08 Inlet steam to after condenser 31 PI 08 Condenser
9 TI 09 Condensate storage 32 PI 09 Outlet from condensate pump
10 TI 10 Feed water tank 33 PI 10 Condensate storage
11 TI 11 Make up water tank 34 PI 11 Feed water tank
12 TI 12 Superhater header 35 PI 12 Outlet boiler feed water pump
13 TI 13 Boiler bank 36 PI 13 Inlet steam drum
14 TI 14 Outlet header of economizer 37 PI 14 Intlet superheater
15 TI 15 Inlet dust collector 38 PI 15 Outlet header of economizer
16 TI 16 Outlet dust collector 39 PI 16 Superheater header
17 TIC Make up water tank 40 PI 17 Cooling water pump
18 LAH Steam drum 41 PI 18 Cooling water pump
19 LAL Steam drum 42 PIC I FD fan air combustion
20 LI Make up water tank 43 PIC II LD fan of chimney
21 LI Feed water tank 44 PIC III BFW to boiler
22 LICA Make up water tank 45 PIC IV Inlet steam to deaerator
23 LICA Feed water tank
Tabel Karakteristik Control Valve (Reference)

No Jenis Diameter Jumlah Keterangan
(inch)
1 Globe valve 40 6 Outlet water walls to blow down chamber
2 Globe valve 25 2 Inlet steam drum
3 Globe valve 40 2 Stream drum to blow down chamber
4 Globe valve 25 2 Steam drum
5 Globe valve 50 1 Water drum to blow down chamber
6 Intermittent blow down 50 1 Water drum to blow down chamber
7 Globe valve 25 1 to Feed water storage tank
8 Globe valve 50 1 Discharge to edge of boiler house
P a g e 56 | 66
Lay out PLTBS disusun diatas lahan yang ditentukan dari konsultan. Layout ini disusun atas dasar :
1. Jarak terdekat pipa suplai air baku boiler dari WTP (Water Treatment Plant) ke Demin Plant
2. Jarak terdekat conveyor tankos dan cangkang ke lokasi pengumpanan bahan bakar untuk boiler
3. Kemudahan akses import cangkang dari luar
Layout ini sekaligus juga menggambarkan ruang lingkup suplai bagi calon pelaksana vendor dan kontraktor.
Ruang lingkup suplai tersebut adalah :
1. Pipa air sebagai air baku dari lokasi WTP ke Power Plant
2. Sistem pencacahan tankos di PKS yang meliputi :
a. pencacahan tankos dengan mesin EFB shreder
b. pengempaan tankos yang sudah terpotong dengan mesin EFB press
c. transportasi tankos yang sudah dipotong dan dikempa ke area penghamparan tankos
dengan conveyor
3. Sistem transportasi conveyor untuk cangkang dari lokasi sampai ke area penghamparan cangkang
4. Sistem managemen tankos dan cangkang
5. Pabrik pengolahan air umpan boiler (Demin Plant)
6. Sistem boiler yang terdiri dua unit
7. Sistem turbin dan generator yang terdiri dari dua unit
8. Sistem recover condensate dari turbin
9. Sistem air pendingin di unit cooling tower
10. Sistem distribusi listrik untuk internal dan eksternal
11. Sistem generator untuk start up
12. Gedung, struktur bangunan, dan fondasi di bagian sistem boiler, sistem demin plant, sistem turbin,
sistem generator, sistem recovery condensate, sistem air pendingin.
13. Struktur sipil dan gedung bangunan untuk area penghamparan tankos dan cangkang
14. Struktur sipil sistem conveyor
15. Struktur sipil ruang kendali dan gedung kantor
Gambar layout PLTBS secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran C. Beberapa Layout 2D dan 3D PLTBS
ditampilkan pada bahagia sebagaimana terlihat pada Gamar 7.1 - 7.4.
P a g e 57 | 66
Gambar Layout PLTBS pada gambar dua dimensi
P a g e 58 | 66
Gambar PLTBS dalam perspektif isometri tiga dimensi
Sistem pembangkit listrik untuk PLTBS ini terdiri dari dua unit boiler dengan kapasitas 22 ton/h, dua unit turbin kukus
(steam turbine) dan generator berkapasitas 3.5 MW, dua unit sistem pendingin & sirkulasi air pendingin, dan satu unit
demin plant. Konsep teknologi untuk masing-masing unit pembangkit disajikan pada Gambar 0.3.
Gambar Tampak pembangkit listri PLTBS 2 x 3.5 MW
P a g e 59 | 66
8.Desain Electrikal dan Telekomunikasi
8. a. Kondisi Exsiting
Saat ini PKS eksisting menghasilkan daya listrik (later) kW. Daya listrik ini diproduksi oleh sebuah generator (Later)
kVA dengan faktor daya 0,9. Dalam operasinya, sebuah generator lainnya dengan spesifikasi yang sama dan (later)
buah genset berkapasitas (later) kVA berada dalam kondisi stand-by. Pada siang hari, PKS eksisting memasok daya
listrik untuk kebutuhan listrik internalnya sekitar (later) kW. Pasokan listrik mencapai puncaknya sekitar (later) kW pada
malam hari pada saat pasokan listrik untuk perumahan naik secara signifikan. Perumahan pegawai yang terletak (later)
km dari PKS eksisting dihuni sekitar (later) kepala keluarga.
Jaringan tegangan menengah 20 kV dari PLN terdekat terletak sekitar (later) km dari PKS eksisting. Jaringan ini
dibangun untuk memasok kebutuhan listrik perumahan. Untuk itu, sebuah transformer 20kV/380V berkapasitas (later)
kVA dipasang untuk memasok penyulang 380V ke kawasan perumahan.
8. b. Perkiraan Kebutuhan Energi

PLTBS direncanakan dengan memanfaatkan sampah biomassa sawit untuk memasok listrik bagi PLN. Untuk itu,
kuantitas dan kualitas pasokan biomassa sawit sebagai bahan bakar dan pengaturan proses pembakarannya akan
sangat menentukan kualitas dari daya listrik yang dihasilkan oleh PLTBS.
PLTBS yang bahan bakarnya akan dipasok cankang dari luar ini diharapkan bisa menghasilkan daya listrik sekitar
7MW. Pemanfaatan daya listrik ini terbagi atas dua kategori, yakni ;
1. Internal PLTBS sebesar 0.6 MW

2. Eksternal untuk pemukiman dan industri 5 MW
Pasokan listrik untuk internal PLTBS akan digunakan untuk menjalankan proses pembangkitan listrik, mulai
dari penyediaan asupan bahan baku hingga pasokan kukus untuk menggerakkan turbin/generator. Peralatan
PLTBS yang membutuhkan pasokan listrik diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Boiler feed water pump 8. Shell cracker

2. Water booster pump 9. EFB Press
3. Cooling water pump 10. Shredder
4. Condensate pump 11. Induced fan
5. Dosing pump 12. Air forced fan
6. Conveyor motor
7. Electrical compressor
Kebutuhan listrik untuk peralatan internal PLTBS dipasok melalui empat panel, yakni
1. Panel 1 – Line Tankos, memasok listrik untuk motor-motor listrik yang mendukung fungsi conveyor pembawa
tankos, EFB Shredder dan Press, Emergency Hopper.
2. Panel 2 – Line Cangkas, memasok listrik untuk motor-motor listrik yang mendukung fungsi conveyor pembawa
cangkang dan boiler.
3. Panel 3 – Pompa, memasok listrik untuk pompa-pompa listrik dan fan cooling tower
P a g e 60 | 66
4. Panel 4 – Instalasi, memasok listrik untuk instalasi listrik, seperti penerangan lampu, pemadam kebakaran, crane
dan sebagainya.
Rincian peralatan listrik yang dipasok untuk setiap panel sebagai berikut:
Panel 1: Line Tankos
1. Conveyor stok
2. Motor Rotary Divider
3. Motor Press Shredder dan Shredder
4. Conv. EFB Shredder – EFB Press
5. Motor EFB Press
6. Vibrating screen
7. Conv. EFB Press – EFB Hopper
8. Conv.Emergency EFB Hopper
9. Motor Rotary Feeder Hopper
Panel 2: Line Cangkang

1. Motor Conv.Unloading Truk - Silo
2. Motor Rotary Feeder Boiler
3. Motor Conv. Silo - Boiler
4. Motor Rotary feeder Silo
5. induced fan Di Boiler
6. Primary Forced Fan
7. Secondary Forced Fan
8. Conv. Ash Handling Boiler
Panel 3: Pompa
1. Condensate pumps
2. Cooling Water Pumps
3. Air Cooling fans In Cooling Tower
4. Fresh water Booster Pump
5. Boiler Feed water pump
6. Make-up water Tank pump
7. Deaerator Pump
8. Demin Plant Booster Pump
9. Fress Water Booster Pump
Panel 4: Instalasi
1. Power House
2. Crane
3. Lighting
P a g e 61 | 66
4. Office
5. Control room
6. Parking Area
7. Yard
8. Road
9. pemadam kebakaran PKS
10. Pemadam kebakaran Shell damping Ramp
11. pemadam kebakaran office
12. pemadam kebakaran Control room
13. pemadam kebakaran Power house
Panel 1
Line Tankos
Panel 2
Line Cangkang
Panel 4
Instalasi
Panel 3
Pompa
Gambar Skema Pasokan Panel
P a g e 62 | 66
Sekenario Pasokan Listrik
Rencana Pembangunan PLTBS berlokasi didekat Pantai. Untuk memaksimalkan nilai keekonomian sistem, pasokan
listrik dari PLTBS akan dikombinasikan dengan pasokan listrik dari jaringan PLN terdekat.
Listrik yang dibangkitkan oleh PLTBS memiliki tingkat keekonomian yang tinggi jika dibandingkan dengan harga jual
listrik PLN yang relatif tinggi di Kepulauan Anambas. Harga produksi listrik dari PLTBS lebih banyak ditentukan oleh
harga penyediaan bahan bakar yang terdiri atas harga sampah buah sawit dan biaya pengangkutan, jika sampah buah
sawit diambil dari perkebunan lain. Disparitas harga produksi listrik ini membuat prospek bisnis PLTBS cukup
menjanjikan sehingga kemungkinan untuk pembangunan PLTBS baru cukup terbuka. Karenanya, sebidang tanah
untuk perluasan PLTBS disediakan di kawasan dekat PLTBS tersebut.
Skenario Pendistribusian Listrik

Pendistribusian listrik dilakukan dengan menyambung ke jaringan tegangan menengah 20 kV milik PLN untuk
selanjurtkan disalurkan PLN ke pelanggan pelanggan PLN baik Perusahaan maupun retails
P a g e 63 | 66
9.Rekapitulasi Scope Of Supply Peralatan dan Instalasi PLTBS 2 X
3,5 MW
Perkiraan harga untuk peralatan utama dan peralatan pendukung serta instalasi disajikan pada Tabel 9.1.
Sedangkan untuk perincian masing-masing unit secara lengkap dapat dilihat pada lampiran F. Kurs Rupiah
terhadap US$ pada saat ini adalah US$ 1 = Rp 14,500.-.
PRICE 2x 3,5MW (in US $) GROSS
NO DESCRIPTION QTY PRICE
1. Boiler 20 Tph TAKUMA BOILERS 2 Lot 3,000,000

with all auxilliaries and ancillaries
Mentioned in this proposal and supply list
2. Steam Turbine 3,5MW ELLIOT EBARA Gross 2 Lot 2,400,000

with all auxilliaries and ancillaries
Included :
• Steam Turbine Generator Set
• Condensing system , included Ejector
• CEP pump
• All equipment mentioned in this proposal and supply
list
3. Cooling Water System 2 Lot 180,000

Included :
• Cooling Tower
• Cooling (Circulating) Water Pumps
4. Mechanical Works and Parts 2 Lot 458,000

Included :
• Material Piping , Valve and Fitting
• Installation and interconnecting
• Pumps, tanks
• Hoist and over head crane
list
5. Electrical and instrument System 2 Lot 683,000

• Generator switchgear
• LV Panel
P a g e 64 | 66
• MV Panel
• Earthing system
• Lighting protection
• Grounding
• Cable
• Control and monitoring system
• Incoming Genset 2 x 500 kVA
• All equipment mentioned in this proposal
6. Building power house 1 Lot 700,000

• Boiler building
• Steam turbine building
• Fuel storage
• All works and supply mentioned in this proposal and
supply list
7. Civil and architecture works 1 Lot 579,000

• Foundation, pit and water basin
• Office and administration building
• Laborate
• And other facility building
• All works and supply mentioned in this proposal and
supply list
8. Fuel handling system 1 Lot 365,000

• EFB and Fiber Line
• Shell line
9. Water treatment 1 Lot 475,000

• Water intake
• Clarifier and tank
• Reverse osmosis system
• Mix bed
• Deareator
• Feed water tank
list
10. Project management 1 Lot 22,000

• Project construction management
• Test and commisioning
• Engineering cost
P a g e 65 | 66
TOTAL US $ 8,862,000
Says : Eight million eight hundred sixtytwo thousand dollar US
PERFORMANCE OUTPUT
Performance keluaran daya listrik adalah sesuai penjelasan di atas, yaitu ;
• Daya listrik terpasang 2 x 3,5MW

• Daya pemakaian sendiri 0,7MW
• Daya listrik keluaran Nett 2 x 2.5MW
10.Jadwal pelaksanaan dan Instalasi PLTBS 2 X 3,5 MW

• 14 Bulan Engineering, pembelian, pelaksanaan kontruksi dan komissioning
Cikampek, September 11th 2019

Yours Faithfully,
Didik Haryadi
Director
P a g e 66 | 66

FS Power Plnat Biomass PLTBS 2x2.5MW Anambas Rev.0

Uploaded by

Copyright:

Available Formats

You might also like

FS Power Plnat Biomass PLTBS 2x2.5MW Anambas Rev.0

Uploaded by

Document Information

Original Description:

Copyright

Available Formats

Share this document

Share or Embed Document

Sharing Options

Did you find this document useful?

Is this content inappropriate?

Copyright:

Available Formats

FS Power Plnat Biomass PLTBS 2x2.5MW Anambas Rev.0

Uploaded by

Copyright:

Available Formats

INDENPENDENT POWER PURCHASE

PRA - FEASIBILITY STUDY

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PLTBS 2X3.5MW

▪ sebelah Utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan

▪ sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Siantan Tengah

▪ sebelah Timur berbatasan dengan Kepulauan Midai

▪ sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Jemaja

2.Konsep dasar teknologi

Sistem Sistem pembangkit

Sistem Sistem pembangkit

Gambar Konsep Sistem Pembangkit Listrik 2 x 3.5 MW

2.a. Manajemen Bahan bakar

2.b. Sistem Bahan Bakar

Penggunaan Tahap I Tahap II

Tandan Kosong (Tankos)

Tandan Kosong Cangkang

Conveyor (Nut Shell)

Shredder Nut Shell

Shredded EFB Nut Shell

Gambar Managemen Tankos dan Cangkang

• EFB shreader System Shread EFB to the size between 1.5–7cm

• EFB conveyor system as shown in layout

• Palm shell conveyor as shown in lay out

• Fuel feed System Fuel Screw Feeder / gear motor

Tabel Kriteria Bahan Bakar

No. Bahan Bakar Kriteria

Ultimate Analysis (dry basis)

2 Cangkang Proximate Analysis

Ultimate Analysis (dry basis)

2.c Sumber Bahan Bakar

No Nama PKS QTY Kesanggupan dalam tiap bulan

3.Kriteria Design dan standar

• International Standard Organization (ISO)

4.Design proses sistem PLTBS

Gambar Siklus Sirkulasi air untuk Boiler dalam PLTU

Udara Primer Udara Sekunder

Gambar 4.2. Skema Pembakaran Biomassa

a. Penentuan keluaran yang diinginkan

Untuk divisi sipil, lingkup kegiatan perencanaan terdiri dari :

3. Peralatan Processing Station

2. Tahap Survai Investigasi Lapangan

3. Tahap evaluasi hasil studi kelayakan

4. Tahap Desain Rinci

5. Tahap Penyajian Dokumen Lelang & Laporan

2. Tahap Pembangunan dan Instalasi

Gambar Metodologi Perancangan dan Pembangunan PLTBS

4.c. Basic Perhitungan

2. Devolatilisasi (pirolisis) : 150 - 350°C

Pembakaran Primer Pembakaran Sekunder Gas Buang

Udara Primer Udara Sekunder

4.d. Neraca massa energi

NO Uraian Spesifikasi Nilai

1. Steam - Steam pressure at superheater outlet 35 barg

- Steam temperature at superheater outlet 370 °C

- Steam rate 22 TPH

- Entalphi TBA - kJ/kg

2. Boiling Feed - BFW pressure at evaporator inlet 43 barg

- Entalphi 443.4 kJ/kg