Saccus-Rahminiwati Et Al, 2010

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2010, hlm. 7-13 Vol. 15 No.

1
ISSN 0853 – 4217

BIOPROSPEKSI EKSTRAK JAHE GAJAH SEBAGAI ANTI-CRD:


KAJIAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI
TERHADAP Mycoplasma galliseptikum DAN E. coli IN VITRO
(BIO-PROSPECTIVE OF FRESH GINGER EXTRACT AS ANTY-
CHORNIC RESPIRATORY DISEASE
STUDY IN VITRO OF ANTIBACTERIAL ACTIVITY AGAINST Mycoplasma
galliseptikum AND E. coli)
Min Rahminiwati1),Aulia Andi Mustika P1), Siti Saadiah1), Andriyanto1),. Soeripto2), Unang P.3)

ABSTRACT
CRD is chronic respiratory disease in chicken caused by infection of Mycoplasma gallisepticum (M
gallisepticum) and E. coli. Bio-prospective of jahe for controlling the disease was investigated through the
study of antibacterial activity against M. gallisepticum of fresh ginger juice extract and fraction of hexan, ethyl
acetate, methanol and water against M. gallisepticum and E. coli. The results showed that the juice of fresh
ginger inhibited the growth of M. gallisepticum with the minimum inhibitory concentration that could inhibit the
growth was 10 %. The fractions that effectively inhibited the growth of M. gallisepticum are hexan fraction and
water fraction with the smallest inhibition zone was found at concentration of at least 8 % and 10 %
respectivelly.TLC examination results of hexan fraction showed a purple spot with Rf value of 0.9 and a dark blue
spot with Rf value of 0.36. Based on Rf values and color reference, the first spot was suggested zingiberen and
the second spot was gingerol. All fractions that were examined, did not show any inhibitory activity against the
growth of E coli. Thus the extract of fresh ginger was only to be used to control the respiratory disease caused
by M. gallisepticum but not coli.

Keyworld : Mycoplasma gallisepticum, E. coli, Zingiberen, Gingerol.

ABSTRAK
CRD adalah penyakit pernapasan pada ayam yang bersifat kronik Penyakit ini timbul karena adanya
infeksi saluran pernapasan oleh Mycoplasma gallisepticum dan E coli. Bioprespektif jahe untuk mengatasi CRD
diteliti melalui kajian aktivitas antibakteri perasan jahe terhadap M. galliseptikum dan fraksi heksan, asetat,
methanol dan air terhadap M. galliseptikum dan E coli. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perasan jahe
segar mampu menghambat pertumbuhan Mycoplasma dengan konsentrasi terkecil yang mampu menghambat
pertumbuhan adalah 10 %. Adapun fraksi yang efektif menghambat pertumbuhan Mycoplasma adalah fraksi
hexan dan fraksi air dengan zona hambatan terkecil terlihat pada konsentrasi minimal masing masing 8 % dan
15 %. Hasil pemeriksaan KLT terhadap fraksi hexan menunjukkan adanya dua spot yang berbeda. Spot pertama
berwarna ungu dengan nilai Rf 0,9 dan spot kedua berwarna biru tua dengan nilai Rf 0,36. Berdasarkan nilai Rf
dan warna referensi, spot pertama diduga sebagai senyawa zingiberen dan spot kedua sebagai gingerol. Semua
Fraksi yang diperiksa tidak menunjukan aktivitas hambatan terhadap pertumbuhan E coli. Dengan demikian
ekstrak jahe berupa perasan hanya efektif untuk menghambat pertumbuhan Mycoplasma tapi tidak untuk E coli.

Keyworld : Mycoplasma gallisepticum, E. coli, zingiberen gingerol, Chornic Respiratory Disease.

PENDAHULUAN
1)
Staff Bagian Farmakologi Anatomi, Fisiologi, dan
Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Jahe termasuk tanaman jenis rimpangan-
Pertanian Bogor rimpangan yang tumbuh di daerah dataran rendah
2)
Balai Besar Penyidikan Penyakit Hewan sampai wilayah pegunungan dengan ketinggian 0
3)
Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan sampai 1.500 meter dari permukaan laut. Selain
Hewan PMSOH sebagai bahan untuk membuat bumbu masak, jahe
8 Vol. 15 No. 1 J.Ilmu Pert. Indonesia

secara empiris juga digunakan sebagai salah satu Sebagai salah satu tanaman yang mempunyai
komponen penyusun berbagai ramuan obat, seperti aktivitas antiinflamasi (Chrubasik et al. 2005) melalui
ramuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, hambatan kerja enzim COX 2 dan aktivitas
mengatasi radang, batuk, luka, dan alergi akibat antimikroba terutama terhadap E coli, Jahe
gigitan serangga. berpotensi sebagai obat untuk menangani CRD.
Pada hewan, jahe dimanfaatkan sebagai obat Meskipun demikian, aktivitas ekstrak jahe segar dan
untuk mengatasi kembung (bloat) (Ma’sum dan fraksi yang diperoleh dari ekstrak jahe segar
Murdiati, 1991), influenza, mastitis (Gultom et al., terhadap M. gallisepticum dan E. coli belum pernah
1991) dan mengobati penyakit yang disebabkan oleh dilaporkan.
infeksi bakteri (Park et al., 2008). Daya antibakteri Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari
rimpang jahe seperti dilaporkan oleh Natta et al. bioprespektif ekstrak jahe segar sebagai obat
2008 cukup luas mencakup bakteri E.coli, alternatif untuk mengatasi CRD. Hal ini dipelajari
Staphylococcus aureus, B.cereus, dan L. melalui serangkaian pengujian daya antibakteri
monocytogenes. perasan jahe dan fraksi kloroform, hexan, etilasetat ,
E. coli adalah bakteri gram negatif yang umum air serta metanol terhadap M. gallisepticum dan
terdapat di saluran pencernaan. Akan tetapi pada terhadap E coli.
kejadian CRD, E. Coli sering ditemukan bersama
dengan M. gallisepticum menyerang saluran
pernapasan ayam. Gejala yang terlihat berupa BAHAN DAN METODE
gangguan pernapasan yang khas yaitu terdengarnya
suara ngorok di malam hari ( Bajwa, 1992). Alat-alat yang digunakan adalah peralatan
Pada ayam, prevalensi kejadian CRD cukup gelas, cawan porselin, neraca analitik, rotary
tinggi yang ditunjukkan dengan tingginya angka evaporator, magnetic stirrer, kondensor, pH meter,
morbiditas dan mortalitas masing masing sekitar 25% shaker, hot plate, inkubator, pipet mikro, peralatan
dan 20%. Meskipun angka mortalitasnya tidak terlalu sentrifus, spray dryer, homogenizer, alat–alat
besar akan tetapi kerugian ekonomi yang volumetri, termometer, oven.
ditimbulkannya cukup signifikan, selain berupa Bahan yang diperlukan meliputi media tumbuh
penurunan kualitas maupun kuantitas telur dan untuk M. gallisepticum yang diformulasikan oleh Frey
karkas yang dihasilkannya, juga berupa biaya et al., (1968), Nutrient Agar, Isolat Mycoplasma
pengobatan dan kematian ayam. Selain itu, OIE gallisepticum, E. coli, plat kromatogram lapis tipis
(2007) memasukan CRD ke dalam daftar notifiable (KLT), bahan kimia untuk pengembang KLT , jahe,
diseases yang artinya jika terjadi kasus CRD di klorofom, hexan, etilasetat, air serta metanol
lapang harus segera dilaporkan ke pemerintah untuk
segera ditanggulangi. Ekstraksi Sampel
Selama ini upaya untuk mengendalikan CRD
umumnya dilakukan dengan memberikan antimikroba Rimpang segar Jahe (Zingiber officinale) dicuci
golongan fluorokuinolon seperti enrofloksasin sampai bersih kemudian diparut. Hasil parutannya
(Bywater, 1991). Sebagai bakterisida, enrofloksasin diperas tanpa penambahan akuades. Sari rimpang
mempunyai spektrum aktivitas antibakteri yang kemudian dipekatkan dengan evaporator dan
cukup luas meliputi bakteri gram positif dan negatif. dikeringkan secara vakum dengan freeze dryer
Enrofloksasin bekerja pada tahap pertumbuhan sampai terbentuk ekstrak setengah kering. Fraksinasi
maupun tahap stationer bakteri dengan cara terhadap ekstrak yang diperoleh dilakukan secara
menghambat kerja DNA gyrase. bertingkat dengan pelarut yang berbeda polaritasnya
Penggunaan enroflokasasin merupakan salah yaitu pelarut hexan, koroform, etilasetat dan
satu upaya untuk mengeliminasi penyebab penyakit metanol. Setelah dikeringkan dengan evaporator,
yaitu M. gallisepticum dan E coli. Sementara itu, sampel disimpan dalam freezer sampai waktu
untuk menangangani gejala penyakit yang muncul digunakan.
bersamaan dengan infeksi saluran pernapasan,
diberikan obat yang bekerja sebagai antiinflamasi, Uji aktivitas antimikroba
bronkodilatator, mukolitik atau dekongestan.
Kombinasi antimiroba dengan kelompok obat Aktivitas antimikroba ekstrak dan fraksi ekstrak
farmakologi tersebut diharapkan dapat mempercepat rimpang jahe terhadap M. gallisepticum diketahui
dan meningkatkan angka kesembuhan. berdasarkan hasil uji sensitivitas bakteri dengan
metode cakram Kirby – Bauer (1966). Secara singkat
Vol. 15 No. 1 J.Ilmu Pert. Indonesia 9

prosedur pengujian adalah sebagai berikut. Cawan membran yang elastis. Bentuk koloni pada media
petri yang telah disterilkan dengan autoclave diisi agar terlihat seperti telor mata sapi dengan ukuran
dengan medium M. gallisepticum sebanyak 20 ml. 0,1 sampai 1 cm, bentuknya bulat, permukaan halus
Cawan dibiarkan pada suhu kamar sampai medianya dan ditengahnya terdapat bagian yang menonjol
dingin dan membeku. M. gallisepticum (konsentrasi yang disebut bleb (Soeripto, 2009) .
107) sebanyak 1 ml diinokulasikan pada permukaan Bleb bersama dengan adhesin bakteri
media kemudian dua buah cakram kertas saring yang berikatan dengan reseptor epithelium saluran
sudah mengandung ekstrak (sesuai kelompok pernapasan yang disebut sialoglycoprotein untuk
perlakuan, masing-masing) sebanyak 25 µL kemudian berpenetrasi dan merusak mukosa
diletakkan diatas permukaan media tersebut. Media epithelium sambil memperbanyak diri.M gallisepticum
selanjutnya diinkubasi pada suhu 37oC dalam dengan perantaraan silia epithel dan bleb bergerak
inkubator kedap udara. Pengamatan terhadap menuju ke kantong hawa abdominal (Soeripto 2009)
pertumbuhan M. gallisepticum dalam media menetap dan menimbulkan kerusakan jaringan
dilakukan pada jam ke-24 setelah inkubasi untuk disekitarnya. Gejala peradangan muncul karena
memonitor adanya kontaminan dan pada jam ke-72 adanya respons induk semang terhadap bakteri
paska inkubasi.untuk mengamati dan mengukur zona tersebut.
hambat terhadap pertumbuhan M. gallisepticum .
Untuk mengetahui golongan senyawa yang
bekerja sebagai antibakteri. Ekstrak yang diperoleh
kemudian difraksinasi dengan kloroform, hexan,
etilasetat, dan metanol. Aktivitas antibakteri fraksi
fraksi yang diperoleh selain diuji terhadap M.
gallisepticum , aktivitas nya juga diuji terhadap E
coli. Setelah itu, komponen senyawa yang
terkandung dalam eksrak dan fraksi diperiksa dengan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan fase
diam silica gel GF254, dan fase gerak n heksan : dietil
eter (8 : 2 ). Uji antibakteri terhadap E. coli dilakukan Gambar 2. Zona bening pada media pertumbuhan
dengan metoda cakram Kirby – Bauer pada media M. galliseptikum
nutrient agar yang mengandung natrium kloride,
glukosa, casein, papaic digest of soy bean, kalium
Adanya bleb pada media pertumbuhan M.
dihidrogen fosfat dan agar.
gallisepticum mudah dikenali karena bentuknya yang
khas (Gambar 2). Aktivitas antibakteri ditandai
Medium
Diamkan dengan adanya zona bening antara bagian tepi
Cawan Mycoplasma cakram yang mengandung sampel uji dengan M.
hingga
petri gallisepticum membeku gallisepticum bagian dalam. Adanya zona bening
sebanyak 20 ml
menunjukkan bahwa ekstrak yang diuji mampu
Diinokulasikan menghambat perumbuhan M. gallisepticum.
kultur bakteri Kemampuan menghambat pertumbuhan M.
Mycoplasma gallisepticum oleh enrofloksasin dan ekstrak jahe.
Diletakkan Diamkan
gallisepticum
kertas cakram hingga
dengan ditunjukkan pada tabel 1. Enrofloksasin konsentrasi 5
pada 2 sisi mengering
konsentrasi 106 µg membentuk zona bening sebesar 26 mm
disekitar cakram sedangkan zona bening yang
terbentuk pada cakram ekstrak jahe bervariasi
Gambar 1. Alur pengujian anti - Mycoplasma tergantung konsentrasi ekstrak. Semakin besar
gallisepticum ekstrak jahe konsentrasi, semakin besar zona bening yang
terbentuk. Daya hambat terendah terdapat pada
esktrak jahe 10% dengan zona bening yang
HASIL DAN PEMBAHASAN terbentuk sekitar 13,5 mm dan daya hambat terbesar
terdapat pada ekstrak jahe 50% dengan zona bening
M. gallisepticum adalah bakteri prokariotik sekitar 27,75 mm. Berdasarkan zona bening yang
yang bisa diwarnai dengan pewarnaan gram negatif terbentuk, daya antibakteri ekstrak jahe pada
dan bersifat anaerob. Meskipun tidak memiliki konsentrasi 50% setara dengan daya antibakteri
dinding, bakteri ini dikelilingi oleh 3 lapis plasma enroflokasasin 5 g (table 1).
10 Vol. 15 No. 1 J.Ilmu Pert. Indonesia

Tabel 1. Zona hambat ekstrak rimpang jahe, Daya antibakteri fraksi fraksi terhadap
terhadap M. galliseptikum (mm) M.gallisepticum disampaikan pada Tabel 3. Daya
antibakteri ditunjukkan dengan terbentuknya zona
Konsentrasi (%)
Tanaman bening disekitar bakteri uji. Berdasarkan zona bening
50 10 8 6 4 2 0.4
yang terbentuk maka fraksi yang mempunyai efek
Jahe 27,75 13,5 0 0 0 0 0
hambatan terhadap pertumbuhan M. gallisepticum
Kontrol obat adalah fraksi hexan dan air. Zona bening dari fraksi
26 hexan pada konsentrasi 10% adalah 15,5 mm lebih
(Enrofloksacin 5 µg)
kontrol negatip 0 besar dibandingkan dengan zona bening yang
dihasilkan oleh fraksi air (13,5mm ). Berdasarkan
Aktivitas antibakteri ekstrak jahe tergantung data yang terdapat pada Table 3, fraksi hexan
pada kandungan kimianya. Menurut Chrubasik et al., mempunyai konsentrasi hambat minimal antara 6
(2005) kandungan kimia yang terdapat dalam jahe sampai 8%, sedangkan fraksi air sekitar 8 sampai
adalah seskuiterpen, zingiberen, zingeron, oleoresin, 10%.
kamfena, limonen, borneol, sineol, sitral, zingiberal
dan felandren. Di samping itu, jahe juga Tabel 3. Zona hambat ekstrak rimpang jahe hasil
mengandung pati, damar, asam-asam organik seperti fraksinasi terhadap M. gallisepticum
asam malat dan asam oksalat, vitamin A, B, dan C, Konsentrasi (%)
serta senyawa-senyawa flavonoid dan polifenol. Tanaman Fraksi
10 8 6 4 2
Konsistensi keberadaan senyawa kimia pada Heksan 15.5J 8M 0 N 0 N 0N
suatu sediaan asal herbal dipengaruhi oleh banyak CHCl3 0N 0N 0N 0N 0N
faktor diantaranya adalah tempat tumbuh, waktu Jahe Etil asetat 0N 0N 0N 0N 0N
panen, cara ekstraksi dan pelarut yang digunakan. Metanol 0N 0N 0N 0N 0N
Secara umum sifat kepolaran pelarut yang Air 13,5K 0N 0N 0N 0N
digunakan pada waktu melakukan ekstraksi akan Kontrol positip
26F
menentukan senyawa kimia yang terdapat dalam (Enrofloksacin 5 µg)
ekstrak yang dihasilkan. Fraksinasi adalah salah satu Kontrol negatip 0N
cara untuk menarik senyawa yang terkandung dalam *Huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan
tanaman berdasarkan sifat polaritasnya. Untuk tidak berbeda nyata pada taraf (P>0,05).
mengetahui senyawa yang bekerja sebagai anti- M.
gallisepticum berdasarkan sifat polaritasnya , maka Yanotama dan Nursal melaporkan bahwa
dilakukan fraksinasi terhadap ekstrak jahe yang ekstrak etanol jahe yang diperoleh dengan cara
diperoleh menggunakan pelarut polar, semi polar soxhletasi dapat membunuh E. coli (Yanotama et al.,
dan non polar. Pemeriksaan kromatogram dilakukan 2009, Nursal, 2006). Kandungan kimia yang bekerja
terhadap fraksi teraktif menggunakan KLT. terhadap E. coli diduga merupakan senyawa
Rendemen yang diperoleh dari hasil fraksinasi kelompok fenol. Untuk mengetahui apakah
ekstrak jahe dengan pellarut yang berbeda kandungan kimia ekstrak jahe yang dapat
kepolarannya sangat bervariasi. Rendemen tertinggi membunuh E. coli sama dengan kandungan kimia
terdapat pada fraksi metanol yaitu 25.04 % dan ekstrak yang membunuh M. gallisepticum maka
terendah terdapat pada fraksi kloroform yaitu 2.5 %. fraksi yang sama diuji aktivitasnya terhadap E. coli.
Sedangkan rendemen pada fraksi lainnya yaitu Hasil yang diperoleh menunjukkan baik fraksi
hexan adalah 17.37 % dan fraksi etil asetat adalah hexan, klorofom, etil asetat, metanol maupun air
13.8 % (Tabel 2). pada konsentrasi yang sama dengan konsentrasi
yang membunuh M. gallisepticum yaitu 10% tidak
Tabel 2. Hasil fraksinasi ekstrak rimpang jahe menunjukkan aktivitas antibakterinya (Tabel 4).
Rimpang jahe
Hasil pemeriksaan KLT terhadap fraksi teraktif
Ekstrak/Fraksi Berat Rendemen
sebagai anti- M. gallisepticum yaitu fraksi hexan
(g) (%) diperoleh dua spot yaitu spot berwarna ungu pada Rf
Fraksi n- hexan 12,6 17,37 0,9 dan spot berwarna biru tua pada Rf 0,36.
Fraksi chloroform 1,8 2,5 Berdasarkan nilai Rf dan warna referensi, spot
Fraksi Etil asetat 9,66 13,8 pertama diduga sebagai senyawa zingiberen dan spot
Fraksi methanol 17,53 25,04 kedua sebagai gingerol. Kedua senyawa tersebut
bersifat non polar, sehingga larut dalam pelarut n-
heksan yang bersifat non polar. Hal ini sesuai dengan
Vol. 15 No. 1 J.Ilmu Pert. Indonesia 11

prinsip ”like dissolves like” yang berarti suatu zat Yanotama (2009), berdasarkan hasil uji autobiografi
akan larut pada pelarut dengan kepolaran yang dari ekstrak etanol jahe kering dengan soxhkletasi.
hampir sama (Harborne 2006). Hal yang sama juga dilkaporkan oleh Nursal (2006).
terhadap ekstrak jahe yang diperoleh dengan cara
Tabel 4. Hasil pengamatan ekstrak dan jahe terhadap soxhletasi menggunakan pelarut etanol 96%. Ekstrak
E. coli yang diperoleh menunjukkan kemampuannya dalam
menghambat pertumbuhan E. coli mulai dari
Konsentrasi (%)
Tanaman Fraksi konsentrasi 6%.
10 8 6 4 2
Heksan 0G 0G 0G 0G 0G
Meskipun data data hasil penelitian lain
CHCl3 0G 0G 0G 0G 0G
menunjukkan adanya daya antibakteri ekstrak jahe
Jahe Etil asetat 0G 0G 0G 0G 0G terhadap E coli, akan tetapi hasil yang diperoleh dari
Metanol 0G 0G 0G 0G 0G penelitian ini tidak mendukung. hasil penelitian yang
Air 0G 0G 0G 0G 0G diperoleh kedua penelti tersebut. Sampai konsentrasi
Kontrol positip tertinggi (10%) tidak ada satupun fraksi yang
18B
(Enrofloksacin 5 µg) memperlihatkan efek antibakterinya terhadap E. coli.
Kontrol negatip 0 Padahal menurut Nursal efek antibakteri terhadap
E.coli sudah mulai terlihat pada konsentrasi 6 %.
* Huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan
tidak berbeda nyata pada taraf (P>0,05).
Baik Nursal maupun Yanotama meneliti efek
antibakteri jahe dilakukan terhadap jahe yang
dikeringkan dan diserbukkan serta cara ekstrasi
Tabel 5. Hasil KLT rimpang jahe dilakukan dengan soxhletasi menggunakan etanol.
Penampakan bercak Sedangkan pada penelitian ini ekstrak yang
Ekstrak rimpang
Rf Sinar UV 254
digunakan adalah perasan jahe segar. Menurut Jolad
jahe Sinar UV 366 nm et al., (2004) kandungan kimia jahe segar dan jahe
nm
Fraksi n – heksan 0,9 Coklat biru kering berbeda. Pada jahe segar terdapat 63
0,76 Coklat komponen kimia yang telah teridentifikasi sedangkan
0,65 Coklat biru muda pada jahe kering dengan menggunakan teknik yang
0,36 Coklat sama, ada 115 komponen kimia. Dengan demikian,
pengeringan dengan pemanasan seperi dilaporkan
oleh Jolad et al., (2004) akan mengubah zingerol
Gingerols dan zingiberen dalam rimpang jahe menjadi shogaol .
termasuk dalam golongan minyak atsiri. Minyak atsiri Komponen fenolik gingerol dan shogaol
dapat mengganggu proses pembentukan membran sebagai komponen rasa pedas dari jahe diduga
atau dinding sel bakteri, sehingga dinding sel tidak mempunyai peran cukup penting dalam sifat
terbentuk atau terbentuk tidak sempurna. Minyak antibakterialnya. Meskipun demikian terdapat
atsiri yang aktif sebagai anti bakteri pada umumnya perbedaan aktivitas antibakteri diantara gingerol itu
mengandung gugus fungsi hidroksil (-OH) dan sendiri. Park ( 2008) melaporkan bahwa gingerol
karbonil (Juliantina et al., 2008). dalam bentuk gingerol teralkilasi yaitu [10]-gingerol
Gingerol merupakan senyawa turunan fenol dan[12]-gingerol dapat menghambat perumbuhan
yang berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses bakteri pathogen didalam mulut tapi bentuk lainnya
adsorbsi dengan melibatkan ikatan hidrogen.. Fenol yaitu 5-acetoxy-[6]-gingerol, 3,5-diacetoxy-[6]-
pada kadar rendah berinteraksi dengan protein gingerdiol dan galanolactone tidak menunjukkan
membentuk kompleks protein fenol. Ikatan antara aktivitas antibakterinya terhadap bakteri yang sama
protein dan fenol adalah ikatan yang lemah dan Chen et al., (1985) juga melaporkan bahwa
segera mengalami peruraian. Fenol yang bebas, akan rimpang jahe yang digodok dalam air mendidih akan
berpenetrasi kedalam sel, menyebabkan presipitasi kehilangan efek antibaterinya terhadap E. coli,
dan denaturasi protein. Pada kadar tinggi fenol Salmonella typhimurium, Vibrio parahaemolyticus,
menyebabkan koagulasi protein sehingga membrane Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris,
sel mengalami lisis (Juliantina et al. 2008). Daya Staphylococcus aureus, Mycobacterium phlei,
antibakteri gingerol terhadap M. Gallisepticum Streptococcus faecalis, dan Bacillus cereus kecuali
diduga terjadi memalui mekanisme lisisnya membran Micrococcus luteus (Chen et al. 1985). Proses
sel M. Gallisepticum. pengeringan dengan pemanasan, serta pelarut yang
Dugaan daya antibakteri komponen fenolik dari digunakan akan menurunkan daya antibakteri dari
ekstrak jahe terhadap E. coli juga disampaikan oleh
12 Vol. 15 No. 1 J.Ilmu Pert. Indonesia

jahe melalui perubahan senyawa kimia yang terdapat Zingiber officinale and Garcinia kola on
didalamnya (Chrubasik et al., 2005). Respiratory Track Pathogens. East African
Perbedaan cara ekstraksi menjadi salah satu Medical Journal . 79 (11) : 588-592.
penyebab ekstrak jahe pada penelitian ini tidak
Bajwa N, S.M., Javed, M.T., 1992. Pathogenesis of
efektif untuk membunuh E. coli. E. coli adalah bakteri
Escherisia colli in Previously Mycoplasma
yang mempunyai dinding sel sedangkan M.
gallisepticum Infected Layer Chick. Journal of
Gallisepticum tidak mempunyai dinding sel (Olson,
Islamic Academy Sciences.
1993, Soeripto, 2009). Bila target kerja dari ekstrak
tersebut adalah membrane sel maka untuk merusak Bauer, A.M., Kirby, W.V.M., Serris JC. and Turck, M.,
membrane sel bakteri, bioaktif harus menembus 1966. Antibiotic susseptibility testing by
dinding sel dan melisiskan membrane (Olson, 1993). standardized single disc methods. American
Fraksi yang diperoleh dari penelitian ini hanya Journal of Clinical Patology, 45:493-496.
bekerja pada M.gallisepticum , padahal peneliti lain
Bywater R, J., 1991. Macrolide and Lincosamide
melaporkan adanya aktivitas antibakteri terhadap E
Antibiotics. Part III. The Control of Infectious
coli. Adapun hasil pemeriksaan KLT pada penelitian
Diseases ; Chemotheraphy in : Veterinary
ini menunjukkan ekstrak yang diperoleh mengandung
Applied Pharmacology and Therapeutics. Fifth
gingerol dan zingiberen, sesuai dengan hasil
edition. By G. C. Brander, D. M. Pugh, R. J.
penelitian kedua peneliti tadi. Perbedaan hasil
Bywater and W. L. Jenkins. ELBS with Bailliere
penelitian terkait dengan perbedaan aktivitas
Tindall. Educational Low-priced Book Scheme.
antibakteri terhadap E coli, menunjukkan adanya
Funded by the British Goverment.
kemungkinan bahwa komponen yang tertarik. pada
penelitian ini adalah komponen yang tidak Chen, H.C., Chang, M.D., Chang, T.J., 1985.
mempunyai kemampuan untuk menembus dinding [Antibacterial properties of some spice plants
sel E coli. before and after heat treatment]. Zhonghua
E. coli adalah bakteri yang sering ditemukan Min Guo Wei Sheng Wu Ji Mian Yi Xue Za Zhi,
pada infeksi pernapasan ayam oleh M. gallisepticum 18: 190-195.
yang bersifat kronis. Oleh karena ekstrak jahe segar
Chrubasik S, Pittler MH, Roufogalis BD., 2005.
tidak efektif sebagai antibakteri terhadap E. coli ,
Zingiberis rhizoma: a comprehensive review on
maka ekstrak jahe segar nampaknya hanya
the ginger effect and efficacy profiles.
bermanfaat untuk mengendalikan infeksi pernapasan
Phytomedicine., 12(9):684-701.
oleh M.gallisepticum yang bersifat akut ketika belum
terjadi infeksi campuran dengan E.coli. Gultom,D., Prawirodigdo,S,. Dirdjopratono, W.,
Muryanto dan Subiharta. The Use of Traditional
Medicine For Small Ruminants In Central Java.
KESIMPULAN Proceedings of a Workshop held at the Central
Research Institute for Animal Science. Bogor.
Perasan jahe mempunyai aktivitas antibakteri
terhadap M. gallisepticum dengan konsentrasi Harborn, J.B., 2006. Phytochemical method.Chapman
terkecil adalah 10%. Fraksi aktif sebagai antibakteri and Hall Ltd 11 New Fetter Lane. London.
terhadap M. gallisepticum adalah fraksi heksan Frey, M.C., Hanson, RP. and Anderson DP. 1968. A
dengan konsentrasi hambat minimal 8 % persen dan Medium for isolation of Avian Mycoplasma.
fraksi air dengan konsentrasi 10 %. Senyawa kimia Am.J.Vet Res., 29:2164-=2171.
yang bekerja sebagai antibakteri terhadap M
gallisepticum terdapat pada Rf 0.9 Dan Rf.0.36 Juliantina, F., Citra DA, Nirwani B, Nurmasitoh T dan
Perasan jahe segar tidak mempunyai efek antibakteri Bowo ET. Manfaat Sirih Merah (Piper
terhadap E coli. Dengan demikian perasan jahe crocatum) Sebagai Agen Anti Bacterial
kemungkinan hanya berpotensi sebagai anti- Terhadap Bakteri Gram Positip dan Gram
M.gallisepticum penyebab penyakit pernapasan akut. Negatip. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Indonesia. 2008. Jakarta.
Jolad, S.D., Lantz R.C., Solyom A.M., Chen G.J.,
DAFTAR PUSTAKA Bates R.B., and Timmermann B.N., (2004).
Fresh organically grown ginger (Zingiber
Akoachere, N. R. N, Chenwi, Ndip L. M, Njock T. E officinale): Composition and effects on LPS-
dan Anong D. N., 2002. Antibacterial Effect of
Vol. 15 No. 1 J.Ilmu Pert. Indonesia 13

induced PGE2 production. Phytochemistry, Cllaboration with the Secretariat of the Pacific
65:1937-1954. Community. Sanseido BLDG
Ma’sum, K dan Murdiantini., 1991. Traditional Park, M., Jungdon Bae,†, Dae-Sil Lee.2008.
Veterinary Medicine For Ruminants In East Antibacterial activity of [10]- gingerol and [12]-
Java. Proceedings of a Workshop held at the gingerol isolated from ginger rhizome against
Central Research Institute for Animal Science. periodontal bacteria. Phytotherapy Research,
Bogor. 22 (11) :1446–1449.
Murphy, M.C. 1999. Plant Product as Antimicrobial ROMINDO. 2007. Pengamatan Penyakit Bakterial
Agents. Clinical Microbiology Reviews. USA. Pada Unggas di Indonesia Dalam Kurun Waktu
Tahun 2004 – 2006. P. T. Romindo
Natta, L., Orapin K, Krittika N, and Pantip B., 2008.
Primavetcom, Jakarta. Indonesia.
Essential Oil From Five Zingiberaceae for Anti
Food-Borne Bacteria, International Food Soeripto. 2009. Chronic Respiratory Diseases Pada
Research Journal 15(3):337-346. Ayam. WARTAZOA. Bogor
Nursal, W, S. dan Juwita WS., 2006. Bioaktif Ekstrak Wagner, H., 1977. New Natural Product and Plants
jahe (Zingiber officinale Roxb.) Dalam Drugs with Pharmacological, Biological or
menghambat pertumbuhan Koloni bakteri Therapeutical Activity. Philladelphia.
Escherichia coli dan Bacillus subtillis. J
Yanotama, H.D., 2009. Analisis Komponen Antibakteri
Biogenesis, 2 (2): 64-66.
Ekstrak Ethanol rimpang Jahe (Zingiber
OIE . 2007. Quarterly Epidemiology Report. October officinale Rosc.) terhadap Bakteri
– desember 2007 (Asian and pacific region). Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dan
Published by the OIE the Regional Biaoautografinya. Skripsi thesis, Univerversitas
Representation for Asia and the Pacific in Muhammadiyah Surakarta.

You might also like