Analisis Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) Pada Mesin

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

Journal of Industrial and Engineering System (JIES)

e-ISSN: 2722-7979
Vol. 1 No. 1, Hal 53-64

Analisis Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) dengan


Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) pada Mesin
Kneader (Studi Kasus PT. XYZ)

Muhamad Ruslan1, Alloysius Vendhi Prasmoro*2


Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Bhayangkara Jakarta
e-mail: 1 mruslan266@gmail.com , *2alloysius.vendhi@dsn.ubharajaya.ac.id
ABSTRACT
PT. XYZ has implemented Total Productive Maintenance (TPM) to improve the efficiency and
effectiveness of manufacturing companies as a whole. However, the implementation is still not
optimal and seen from not achieving the production target. This study aims to measure the
value of the effectiveness of equipment, find the root causes of problems and provide
suggestions for improvement. The study was conducted on a kneader machine that had the
highest breakdown rate. This research begins by measuring the overall equipment effectiveness
(OEE) achievement value, then identifying the six big losses that occur. The results showed that
the average OEE value on the kneader machine was 81.62%, the effectiveness value was
classified as very low because the standard OEE value for world-class companies was ideally
85%. The biggest factor influencing the low OEE value is the performance rate with a factor of
six big losses in reducing spees losses of 42.66% and idling and minor stoppages of 31.27% of
all time losses. What causes the magnitude of losses consists of human, machine, material,
method, and environmental factors. Human and machine factors are the most dominant factors.
To reduce these losses, companies should provide skills and knowledge training to operators
about the signs of damage to the equipment. In addition, operators are given additional work in
the form of equipment maintenance that is often used in work so that maintenance work can be
more focused. Then the company must pay more attention to the comfort of the operator at work
so that fatigue can be reduced and operator productivity is increased and increase operator
awareness of the tools they use.
Keywords: Overall Equipment Effectiveness (OEE), Six Big Losses, Idling and Minor Stoppages
ABSTRAK
PT. XYZ telah menerapkan Total Productive Maintenance (TPM) guna meningkatkan efisiensi
dan efektivitas perusahaan manufaktur secara menyeluruh. Namun dalam pelaksanaannya masih
belum optimal dan dilihat dari tidak tercapainya target produksi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengukur nilai efektivitas peralatan, mencari akar penyebab masalah dan memberikan usulan
perbaikan. Penelitian dilakukan pada mesin kneader yang selama ini memiliki tingkat
breakdown yang tertinggi. Penelitian ini dimulai dengan mengukur pencapaian nilai overall
equipment effectiveness (OEE), kemudian mengidentifikasi six big losses yang terjadi. Hasil
penelitian menunjukan bahwa rata-rata nilai OEE pada mesin kneader sebesar 81,62%, nilai
efektivitas ini tergolong sangat rendah karena standar nilai OEE untuk perusahaan kelas dunia
idealnya adalah 85%. Faktor terbesar yang mempengaruhi rendahnya nilai OEE adalah
performance rate dengan faktor persentase six big losses pada reduce spees losses 42,66% dan
idling and minor stoppages sebesar 31,27% dari seluruh time losses. Yang menyebabkan
besarnya losses terdiri dari faktor manusia, mesin, material, metode, dan lingkungan. Faktor
manusia dan mesin merupakan faktor yang paling dominan. Untuk mengurangi kerugian
tersebut, perusahaan sebaiknya memberikan pelatihan skill dan pengetahuan kepada operator
tentang tanda-tanda kerusakan alat tersebut. Selain itu operator diberikan tambahan pekerjaan
berupa perawatan peralatan yang sering digunakannya dalam bekerja sehingga pekerjaan bagian

53
Muhamad Ruslan, Alloysius Vendhi Prasmoro
Submitted: 16/04/2020; Revised: 05/05/2020; Accepted: 08/06/2020; Published: 29/06/2020

maintenance bisa lebih berfokus. Kemudian perusahaan harus lebih memperhatikan


kenyamanan operator dalam bekerja sehingga kelelahan bisa dikurangi dan produktivitas
operator lebih meningkat serta meningkatkan kepedulian operator terhadap alat yang
digunakannya.
Kata kunci: Overall Equipment Effectiveness (OEE), Six Big Losses, Idling and Minor
Stoppages.
PENDAHULUAN keandalan dari komponen mesin-mesin
Perkembangan industri dan teknologi produksi. Kerusakan mesin yang terjadi
dalam era globalisasi sekarang ini semakin mengakibatkantertundanyaproses produksi
pesat, ditandai dengan tingkat persaingan karena mesin tidak dapat berfungsi baik.
antara perusahaan yang semakin meningkat
Salah satu mesin yang diĝunakan dalam
dan ketat. Keadaan ini menyebabkan
produksinya yaitu, mesin kneader. Mesin
perusahaan harus mampu bersaing
yang digunakan terus menerus akan
mempertahankan usaha yang dikelolanya.
mempengaruhi performa mesin itu sendiri,
Salah satu hal yang mendukung kelancaran
maka dari itu PT.XYZ membutuhkan sistem
kegiatan operasional dalam suatu perusahaan
pemeliharaan mesin yang baik agar mesin
adalah mesin-mesin produksi harus dalam
tidak mengalami kerusakan yang akhirnya
kondisi siap pakai untuk melaksanakan
akan menggangu proses produksinya. Saat ini
tugasnya. Untuk menjaga agar mesin-mesin
perusahaan sudah menerapkan preventive
produksi mampu beroperasi ataupun
maintenance namun breakdown mesin masih
berfungsi sebagaimana mestinya maka
sering terjadi.
dibutuhkan perawatan mesin yang baik.
Perawatan mesin yang baik sangat penting Tabel 1 Jumlah kerusakan mesin kneader Jan-Jun
untuk mencapai 2018
kinerja yang efektif dan efisien dalam suatu
sistem. Untuk itu diperlukan adanya Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun
penjadwalan pemeliharaan mesin yang baik Kerusak
agar mencapai tujuan perusahaan yaitu dapat an mesin
6 8 7 10 5 4
memproduksi dengan efektif dan efisien, kneader
memenuhi permintaan pasar, memberikan (jam)
kepuasan pada konsumen serta memperoleh
keuntungan yang tinggi. Sumber: Data Perusahaan (2018)

PT. XYZ adalah perusahaan yang


bergerak di bidang produksi lead pencil.
Dengan permasalahan tersebut maka perlu
Perusahaan yang terletak di kota Bekasi Jawa
Barat ini menempati lahan seluas 10.000m^2 dilakukan perbaikan proses maintenance.
dengan luas bangunan 7.381m^2 hingga Untuk itu penulis tertarik untuk menganalisis
4.000.000 gross/tahun. Produk yang mengenai Total Preventive Maintenace yang
dihasilkan berupa lead pensil. Untuk hasilkan dapat disajikan dalam penelitian
menghasilkan produk tersebut perusahaan yang berjudul “Analisis Penerapan Total
menggunakan beberapa mesin yaitu mesin Productive Maintenance (TPM) dengan
mixer, mesin extruder, mesin dryer, mesin
Metode Overall Equipment Effectiveness
centrifuge, mesin equalizing, mesin
kneader,dan beberapa mesin pendukung (OEE) pada Mesin Kneader (Studi Kasus
lainnya. Kerusakan mesin tidak bisa PT. XYZ)”
dihindarkan apabila waktu pemakaian mesin
tersebut melebihi kapasitas dan sistem
perawatannya tidak baik. Mesin dan peralatan
mendapatkan penanganan setelah mengalami
kerusakan (corrective maintenance) tanpa
memperhatikan faktor
54

Journal of Industrial and Engineering System 1 (1): Juni 2020


Muhamad Ruslan, Alloysius Vendhi Prasmoro
Submitted: 16/04/2020; Revised: 05/05/2020; Accepted: 08/06/2020; Published: 29/06/2020
Analisis Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE)
pada Mesin Kneader (Studi Kasus PT.XYZ)

Journal of Industrial and Engineering System 1 (1): Juni 2020


Muhamad Ruslan, Alloysius Vendhi Prasmoro
Submitted: 16/04/2020; Revised: 05/05/2020; Accepted: 08/06/2020; Published: 29/06/2020

METODE PENELITIAN terpasang pada instalasi suatu alat dan juga


dapat melakukan pengecekan vibrasi dan
2.1Pengertian Pemeliharaan alignment untuk menambah data dan tindakan
Menurut Heizer dan Render (2010) dan perbaikan selanjutnya.
pemeliharaan (maintenance) adalah
mencakup semua aktivitas yang berkaitan 2.3Six Big Losses
dengan menjaga semua peralatan sistem agar Menurut Nakajima (1988), terdapat 6
tetap dapat bekerja. Sedangkan, Assauri kerugian besar (six big losses) yang
(2008) berpendapat bahwa pemeliharaan
adalah seluruh kegiatan yang mencakup menyebabkan rendahnya nilai Overall
upaya menjaga sistem peralatan, agar dapat Equipment Effectiveness (OEE) dan juga
bekerja sesuai harapan. rendahnya kinerja peralatan. 6 kerugian ini
terbagi menjadi 3 bagian yaitu terdiri dari:
2.2Jenis Pemeliharaan
Menurut Assauri (2008) dalam sistem
pemeliharaan terdapat tiga jenis 1).Downtime Losses
pemeliharaan, yaitu:
Downtime losses adalah waktu yang
1). Preventif Maintenance seharusnya digunakan untuk kegiatan
Yaitu kegiatan pemeliharaan dan produksi, tapi terbuang karena mesin yang
perawatan yang dilakukan untuk mencegah mengalami gangguan dan mengakibatkan
timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak tidak dapat menjalani kegiatan produksi
terduga dan menemukan kondisi atau keadaan sebagaimana mestinya.Downtime losses
yang dapat menyebabkan fasilitas produksi terdiri dari dua faktor, yaitu :
mengalami kerusakan pada waktu digunakan
dalam proses produksi. Dalam praktiknya a). Equipment Failure Losses (Breakdown)
pemeliharaan preventif yang dilakukan oleh
suatu perusahaan dapat dibedakan sebagai Kegagalan mesin melakukan proses atau
berikut: kerusakan yang terjadi secara tiba-tiba,
merupakan kerugian yang terlihat jelas,
a) Pemeliharaan rutin, yaitu aktivitas
karena kendala tersebut, mesin yang
pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan
secara rutin (setiap hari). Misalnya beroperasi tidak menghasilkan output.
pembersihan peralatan, pelumasan oli, dan Berikut adalah rumus menghitung equipment
lain-lain. failure losses:
b) Pemeliharaan periodik, yaitu aktivitas
pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑝𝑚𝑒𝑛𝑡 𝐹𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 =
secara periodik atau jangka waktu tertentu, 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑟𝑒𝑎𝑘𝑑𝑜𝑤𝑛 𝑇𝑖𝑚𝑒
𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒 × 100% (1)
misalnya setiap 100 jam kerja sekali, dan
seterusnya.
b). Set Up & Adjustment Losses
2). Corrective atau Breakdown
Maintenance Kerusakan pada mesin atau pemeliharaan
Yaitu kegiatan pemeliharaan dan pada mesin, membuat mesin harus
perawatan yang dilakukan setelah terjadinya diberhentikan terlebih dahulu sebelum
suatu kerusakan atau kelainan pada fasilitas difungsikan kembali akan dilakukan
atau peralatan sehingga tidak dapat berfungsi penyesuaian terhadap fungsi mesin tersebut
dengan baik. yang dinamakan dengan waktu set up &
3). Predictive Maintenance adjustment losses. Dalam perhitungan,
Yaitu kegiatan perawatan yang bersifat digunakan data set up mesin yang mengalami
prediksi, dalam hal ini merupakan evaluasi kerusakan dan pemeliharaan secara
berkala (preventive maintenance).Pendekatan menyeluruh.
ini dievaluasi dan indikator-indikator yang

55
Muhamad Ruslan, Alloysius Vendhi Prasmoro
Submitted: 16/04/2020; Revised: 05/05/2020; Accepted: 08/06/2020; Published: 29/06/2020

Berikut adalah rumus menghitung set up and 𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑥 𝑅𝑒𝑤𝑜𝑟𝑘
adjustment losses : 𝑅𝑒𝑤𝑜𝑟𝑘 = 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑥100% (5)

𝑆𝑒𝑡 𝑈𝑝 𝑎𝑛𝑑 𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 =


b) Yield / Scrap Losses
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑡 𝑢𝑝 𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑇𝑖𝑚𝑒 Adalah kerugian yang timbul selama proses
𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒 × 100% (2)
produksi belum mencapai keadaan produksi
2). Speed Losses yang belum stabil pada saat proses produksi
mulai dilakukan sampai tercapainya keadaan
Speed Losses terjadi pada saat kecepatan
proses yang stabil, sehingga produk yang
mesin mesin tidak beroperasi sesuai dengan
dihasilkan dari awal proses sampai keadaan
kecepatan maksimum yang sesuai dengan proses stabil dicapai tidak memenuhi
kecepatan mesin yang dirancang. Speed spesifikasi kualitas yang diharapkan. Berikut
Losses terdiri dari dua faktor, yaitu : adalah rumus yield/ scrap losses:
a) Idling and Minor Stoppages Losses 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑜𝑟 𝑆𝑐𝑟𝑎𝑝 𝐿𝑜𝑠𝑠 =
Idling and minor stoppages losses terjadi 𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑥 𝑆𝑐𝑟𝑎𝑝
jika mesin berhenti secara berulang-ulang 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑥100% (6)
atau bisa juga mesin beroperasi tanpa
menghasilkan produk. Jika hal ini sering 2.4Total Productive Maintenance (TPM)
terjadi, maka dapat mengurangi efektivitas Menurut Nakajima (1988), Total Productive
mesin. Berikut adalah rumus menghitung Maintenance (TPM) adalah konsep program
𝐼𝑑𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑛𝑑 𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 𝑆𝑡𝑜𝑝𝑝𝑎𝑔𝑒𝑠 :
tentang pemeliharaan yang melibatkan
𝐼𝑑𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑛𝑑 𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 𝑆𝑡𝑜𝑝𝑝𝑎𝑔𝑒𝑠 =
seluruh pekerja melalui aktivitas kelompok
𝑁𝑜𝑛𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑡𝑖𝑚𝑒
𝐿𝑜𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑥100% (3) kecil.
TPM pertama kali digagas di Jepang
b) Reduced Speed Losses
pada tahun 1971. Penggagas TPM pertama
Adalah selisih antara kecepatan waktu
yang aktual dengan kecepatan waktu yang kali adalah Japanese Institute of Plant
ideal. Berikut adalah rumus reduse speed Maintenance (JIPM)
losses : TPM memiliki tiga komponen, yaitu:
𝑅𝑒𝑑𝑢𝑐𝑒 𝑠𝑝𝑒𝑒𝑑 𝑙𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 = 1) Pendekatan Total (Total Approach)
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛−𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 Filosofi dari TPM sesuai dengan
𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑥100% (4)
semua aspek yang terkait dengan fasilitas
yang dipergunakan dalam area operasi dan
orang yang mengoperasikan, menset up dan
merawat fasilitas yang merupakan objek yang
3). Defect Losses menjadi fokus perhatian.
2) Aksi yang Produktif (Productive Action)
Adalah keadaan mesin yang tidak Pendekatan yang bersifat proaktif pada
menghasilkan produk yang sesuai dengan setiap kondisi dari operasi fasilitas bertujuan
kualitas yang telah ditetapkan dan scrap sisa untuk meningkatkan produktifitas secara
hasil produksi berjalan. Defect Losses terdiri terus-menerus dan performansi bisnis yang
dari dua faktor, yaitu : optimal secara keseluruhan.
a) Rework Losses 3).Perawatan (maintenance)
Adalah produk yang tidak memenuhi
standard kualitas yang telah ditentukan Metodologi yang sangat praktis untuk
walaupun masih dapat diperbaiki atau melakukan manajemen perawatan yang baik
dikerjakan ulang. dan peningkatan keefektivitasan dari fasilitas
Berikut adalah rumus rework losses :
56
Analisis Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE)
pada Mesin Kneader (Studi Kasus PT.XYZ)
Journal of Industrial and Engineering System 1 (1): Juni 2020
Muhamad Ruslan, Alloysius Vendhi Prasmoro
Submitted: 16/04/2020; Revised: 05/05/2020; Accepted: 08/06/2020; Published: 29/06/2020

dan integrasi dari semua operator produksi 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 −
hingga level manajemen. 𝑃𝑙𝑎𝑛𝑛𝑒𝑑 𝑑𝑜𝑤𝑛𝑡𝑖𝑚𝑒 (9)
2.5Overall Equipment Effectiveness (OEE) Planned downtime adalah jumlah waktu
Menurut Ansori dan Mustajib (2013), Overall downtime mesin untuk pemeliharaan
Equipment Effectiveness (OEE) adalah (scheduled maintenance) atau kegiatan
metode yang digunakan sebagai alat ukur manajemen lainnya.
(metrik) dalam penerapan program TPM Formula penghitungannya adalah:
untuk menjaga peralatan tetap ideal dengan
𝐷𝑜𝑤𝑛𝑡𝑖𝑚𝑒 = 𝐵𝑟𝑒𝑎𝑘𝑑𝑜𝑤𝑛 + 𝑆𝑒𝑡 𝑢𝑝
menghapus 6 six big losses peralatan. Selain
(10)
itu, untuk mengukur suatu sistem kerja secara
produktif dengan kemampuan 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑇𝑖𝑚𝑒 = 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒 − 𝐷𝑜𝑤𝑛𝑡𝑖𝑚𝑒
mengidentifikasikan secara jelas akar suatu 2.Performance Efficiency
permasalahan dan faktor penyebabnya
sehingga membuat usaha perbaikan menjadi Performance efficiency adalah rasio kuantitas
terfokus merupakan faktor pertama metode produk yang dihasilkan dikaitkan dengan
ini diaplikasikan secara menyeluruh oleh waktu siklus idealnya terhadap waktu yang
banyak perusahaan didunia. tersedia untuk melakukan proses produksi
(operation time).
Rumus yang digunakan dalam mencari nilai
OEE adalah sebagai berikut: 𝑃𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒 𝐸𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 =
𝑝𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠𝑒 𝑑 𝐴𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡 ×𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑡𝑖𝑚𝑒
𝑂𝐸𝐸 (%) = 𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦(%) × 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑇𝑖𝑚𝑒 100 (11)
𝑃𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒 𝐸𝑓𝑓𝑒𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦(%) × Ideal cycle adalah siklus waktu proses yang
𝑄𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑒(%) (7) diharapkan dapat dicapai dalam keadaan
optimal atau tidak menghalangi hambatan.
Nakajima (1988), menyatakan pada
Ideal cycle time pada mesin kneader
pengukuran OOE terdapat 3 nilai utama,
merupakan waktu proses yang dapat dicapai
yaiitu :
mesin dalam proses produksi dalam keadaan
1. Availability Ratio optimal atau mesin tidak mengalami
Rumusan yang digunakan dalam mengukur hambatan dalam memproduksi. Waktu
availability adalah : optimal mesin kneader dalam sehari
menghasilkan produk 150 kg/hari .
𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒−𝑑𝑜𝑤𝑛𝑡𝑖𝑚𝑒
𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 = × Rumus yang digunakan𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔
sebagai berikut:
𝑡𝑖𝑚𝑒
𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 = (12)
100% (8) 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖

Availability adalah rasio waktu operasional 3. Quality Rate


mesin yang tersedia terhadap loading time- Quality rate adalah ratio produk yang baik
nya. Untuk menghitung availability mesin (good product) yang sesuai dengan
dibutuhkan nilai dari : spesifikasi kualitas produk yang telah
a. Loading time ditentukan terhadap jumlah produk yang
b. Downtime diproses. Dalam perhitungan ratio Rate of
c. Operation time Quality product ini, proses amount adalah
Total Product Process sedangkan Defect
Loading time adalah waktu yang tersedia
Amount adalah Total Reject.
(availability) per hari atau per bulan dikurang
dengan waktu downtime mesin direncanakan Rumusan yang digunakan adalah sebagai
(planned downtime). berikut :

57
Muhamad Ruslan, Alloysius Vendhi Prasmoro
Submitted: 16/04/2020; Revised: 05/05/2020; Accepted: 08/06/2020; Published: 29/06/2020

𝑄𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑒 = data waktu downtime, planned downtime,


𝑝𝑟𝑜𝑐𝑐𝑒𝑠 𝑎𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡 −𝑑𝑒𝑓𝑒𝑐𝑡 𝑎𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡
× 100% (13) waktu set up, dan waktu produksi, dan data
𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑 𝑎𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡
lain yang mendukung dalam pemecahan
2.6Pengumpulan Data masalah.
Dalam mendapatkan data guna 3.1Data waktu downtime (breakdown)
penyusunan penelitia ini, maka metode Kerusakan (breakdown) atau berhubungan
pengumpulan data dilakukan dengan : dengan kegagalan.Jenis kegagalan meliputi
fungsi stoping sporadic kegagalan dan fungsi
a. Observasi mengurangi kegagalan dimana fungsi
Merupakan metode dengan mengadakan peralatan turun di bawah tingkat normal. Data
pengamatan langsung pada objek yang waktu breakdown dapat dilihat pada Tabel 2.
diteliti. Yaitu melakukan pengamatan
langsung mengenai sistem perawatan mesin
Tabel 2. Data Waktu Kerusakan (breakdown)
di PT. XYZ. Mesin Kneader
b. Studi Pustaka Total Waktu Kerusakan
Merupakan metode perncarian data dari Bulan
buku-buku, literatur maupun arisp dari data- (jam)
data perusahaan di PT. XYZ. Januari 6

Februari 8
c. Wawancara (Interview)
Maret 7
Merupakan metode percakapan langsung
dengan sejumlah individu yang akan April 10
diwawancarai. Dalam hal ini penulis
Mei 5
melakukan wawancara dengan operator
produksi, operator teknisi maintenance, Juni 4
supervisor, foreman di PT. XYZ. Sumber: Data Perusahaan (2018)

d. Merangkum data-data tentang hal


yang berkaitan dengan penelitian. 3.2 Planned Downtime
Merupakan waktu pemberhentian mesin
yang telah ditetapkan, untuk waktu
pemeliharaan (schedule maintenance) agar
Dalam penelitian ini adapun pengolahan
mesin tidak rusak saat proses produksi
data yang dilakukan yaitu dengan metode berlangsung, pemeliharaan dilakukan secara
Overall Equipment Effectiveness, meliputi : rutin dan terjadwal yang dibuat oleh
departeman maintenance. Data waktu
1. Perhitungan Availability pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 3.
2. Perhitungan Performance Efficiency
Tabel 3. Data Waktu Pemeliharaan Mesin Kneader
3. Perhitungan Quality Rate
4. Perhitungan Overall Equipment
Effectiveness

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data yang digunakan adalah data
pada periode Januari 2018 - Juni 2018 yaitu
58

Journal of Industrial and Engineering System 1 (1): Juni 2020


Muhamad Ruslan, Alloysius Vendhi Prasmoro
Submitted: 16/04/2020; Revised: 05/05/2020; Accepted: 08/06/2020; Published: 29/06/2020
Bulan Total waktu
pemeliharaan

(jam)

Januari 12

Analisis Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE)
pada Mesin Kneader (Studi Kasus PT.XYZ)

Journal of Industrial and Engineering System 1 (1): Juni 2020


Muhamad Ruslan, Alloysius Vendhi Prasmoro
Submitted: 16/04/2020; Revised: 05/05/2020; Accepted: 08/06/2020; Published: 29/06/2020

ki Februari 10 e) Total reject yaitu jumlah total yang ditola


karena cacat pada produk atau tidak sesua
Maret 9 dengan spesifikasi kualitas produk.
April 9 f) Total scrap yaitu jumlah total produk yang
rusak atau sisa hasil proses.
Mei 15 e
Tabel 5 Data Produksi Mesin Kneader Period
Juni 8 Januari-Juni 2018
Sumb er: Data Perusahaan (2018) Total
Total Total Total
Total Total actua
availabl produk good
Bln reje scra l
e time proses produk
k p (jam)
(jam) (kg) (kg)
3.3 Data waktu set up (kg) (kg)

Waktu set up yaitu segala kegiatan 189 3.030 2.890 140 0 152
perlu ya Janng
dilakukan terhadap mesin sampai mesin
terseb 168 3.042 3.000 42 0 150
Data ut produktif menghasilkan produk
baFiekb.
T waktu set up dapat dilihat pada Tabel
M4.ar
189 3.099 3.036 63 0 147
abel 4. Data Waktu Setup Mesin Kneader
Apr 175 3.075 3.043 32 0 149
Total waktu set up Mei 189 3.022 2.995 27 0 147
Bulan
Januari
Sumber: Data (jam)
4,1
Perusahaan (2018) Jun 182 3.015 3.002 13 0 147

Februari 5,3

Maret 4,2 1. Perhitungan Availability


April 4 Berdasarkan data yang ada maka
Mei 6 availability pada bulan Januari 2018 dapat
dihitung menggunakan persamaan (8).
Juni 3,5
𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 =
Sumber: Data Perusahaan (2018) 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒−𝑑𝑜𝑤𝑛𝑡𝑖𝑚𝑒
𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑥100%
𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑡𝑖𝑚𝑒
3.4. Data produksi − 𝑝𝑙𝑎𝑛𝑛𝑒𝑑 𝑑𝑜𝑤𝑛𝑡𝑖𝑚𝑒
Data produksi mesin kneader di PT.XYZ
𝐷𝑜𝑤𝑛𝑡𝑖𝑚 = 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒 + 𝑠𝑒𝑡 𝑢𝑝
dalam periode Januari 2018 - Juni 2018 yaitu:
a) Total available time adalah total waktu 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑡𝑖𝑚𝑒 = 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒 −
mesin yang tersedia untuk melakukan 𝑑𝑜𝑤𝑛𝑡𝑖𝑚𝑒
proses produksi dalam satuan jam. Loading time = 189 - 12 = 177 jam
b) Total product processes adalah jumlah
total produk yang diproses oleh mesin Downtime = 6 + 4,1 = 10,1 jam
dalam satuan jam. Operation time = 177 - 10.1 = 166,9 jam
c) Total good product adalah jumlah total 𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦
produk yang baik dengan spesifikasi 166,9
kualitas produk yang telah ditetapkan. = 𝑥100% = 94,29%
177
d) Total actual adalah total waktu operasi
actual pada mesin. Dengan perhitungan yang sama untuk
menghitung availability, perhitungan dari

59
Muhamad Ruslan, Alloysius Vendhi Prasmoro
Submitted: 16/04/2020; Revised: 05/05/2020; Accepted: 08/06/2020; Published: 29/06/2020

Februari – Juni 2018 dapat dilihat pada Tabel 6. Bln Total Cycl Operatin Performance
Produk e g Time Efficiency
Tabel 6 Availability mesin kneader Periode Proses Time
(jam) (jam) (%)
Januari 2018 – Juni 2018 (kg)

Total Total
loadin Operation Availability Jan 3.030 0,0466 166,9 84,6
Total
g time Down time
Bulan Feb 3.042 0,0466 144,7 97,96
t ime
(jam) (jam) (jam) (%)
Mar 3.099 0,0466 168,8 85,55

Apr 3.075 0,0466 152 94,27

Mei 3.022 0,0466 163 86,39


Januari 177 10,1 166,9 94,29
Jun 3.015 0,0466 166,5 84,38
Februari 158 13,3 144,7 91,58
Sumber: Pengolahan Data (2019)
Maret 180 11,2 168,8 93,77

April 166 14 152 91,56


3. Perhitungan Quality Rate
Mei 174 11 163 93,67
Berdasarkan data yang ada maka
Juni 174 7,5 166,5 95,68
quality rate pada bulan Januari 2018 dapat
Sumber: Pengolahan Data (2019) dihitung menggunakan persamaan (13).
𝑄𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑒
𝑝𝑟𝑜𝑐𝑐𝑒𝑠 𝑎𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡 − 𝑑𝑒𝑓𝑒𝑐𝑡 𝑎𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡
2. Perhitungan Performance Efficiency =
𝑝𝑟𝑜𝑐𝑐𝑒𝑠 𝑎𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡
Berdasarkan data yang ada maka 3030 − 140
performance efficiency pada bulan Januari 𝑄𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑒 = 𝑥100%
3030
2018 dapat dihitung menggunakan persamaan
(11). = 95,37%

𝑃𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒 𝐸𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 Dengan menggunakan perhitungan yang sama


𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑎𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑥 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑡𝑖𝑚𝑒 untuk menghitung Quality Rate dari periode
= 𝑥100% Februari 2018 – Juni 2018 dapat dilihat pada
𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑡𝑖𝑚𝑒
Tabel 8.
7 𝑗𝑎𝑚
𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑡𝑖𝑚𝑒 = = 0,0466 𝑗𝑎𝑚 Tabel 8 Perhitungan Quality Rate Periode Januari
150 2018 – Juni 2018
𝑃𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒 𝐸𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 Bulan Total Total Qualit
3030𝑥0,0466 Produk Rejec y Rate
= Proses t (kg) (%)
166,9 𝑥100%
(kg)
= 84,60%
Dengan menggunakan perhitungan yang sama
di atas untuk menghitung performance Januari 3.030 140 95,37
efficiency periode Februari 2018 – Juni 2018 Februari 3.042 42 98,61
dapat dilihat pada Tabel 7.
Maret 3.099 63 97,96
Tabel 7 Performance Efficiency mesin kneader
periode Januari 2018 – Juni 2018
60
Analisis Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE)
pada Mesin Kneader (Studi Kasus PT.XYZ)

Journal of Industrial and Engineering System 1 (1): Juni 2020


Muhamad Ruslan, Alloysius Vendhi Prasmoro
Submitted: 16/04/2020; Revised: 05/05/2020; Accepted: 08/06/2020; Published: 29/06/2020

Sumber: Pengolahan
April Data (2019)
3.075 32 98,95

Mei 3.022 27 99,16

Juni 3.015 13 99,56 Dari hasil perhitungan nilai rata-rata Overall


Equipment Effectiveness (OEE) diperoleh
Sumber: Pengolahan Data (2019)
81,62 %, sedangkan standar dunia yaitu 85%.
Oleh karena itu perlu adanya improvement
sesegera mungkin.
4. Perhitungan Nilai Overall Equipment
Effectiveness (OEE) 5. Time Losses Dari Six Big Losses
Dari data six big losses didapatkan hasil
Setelah nilai Availability,
time losses dapat disebabkan karena kerugian
Performance Efficiency, Quality Rate kegagalan peralatan, kerugian setup dan
diperoleh maka dilakukan perhitungan nilai penyesuaian, kerugian idling dan penghentian
overall equipment efficiency (OEE) untuk minor, mengurangi kehilangan kecepatan,
mengetahui besarnya efektifitas penggunaan mengolah kembali, skrap dapat dilihat hasil
mesin. Perhitungan OEE merupakan perhitungan ke enam sumber time losses pada
perkalian nilai-nilai Availability, tabel berikut :
Performance Efficiency, Quality rate yang Tabel 10. Six Big Losses
sudah didapat. Total
Time Kumulatif
Six Big Losses Persentase
Losses (%)
Berdasarkan data yang ada maka (jam)
OEE pada bulan Januari 2018 dapat dihitung Reduce Speed
109,84 42,66 42,66%
menggunakan persamaan (7). Losses

Idling and Minor


𝑂𝐸𝐸 = (0,942 𝑥 0,846 𝑥 0,953)𝑥 80,5 31,26 73,92%
Stoppages Losses
100%
Equipment Failure
40 15,56 89,48%
Losses
= 75,94%
Set Up and
Dengan menggunakan perhitungan yang 27,1 10,52 100,00%
Adjusment Losses
sama, maka nilai OEE periode Februari 2018
Rework Losses 0 0 100,00%
– Juni 2018 dapat dilihat pada Tabel 9
Yield/ Scrap
Tabel 9 Perhitungan Overall Equipment 0 0 100,00%
Losses
Effectiveness (OEE) Perfor-
pada periode Januari – Juni
Availa 2018 Quality
mance
Sumber: Pengolahan Data (2019)
bility Rate
Efficiency
Bln OEE (%)
(%) (%) (%)
Dari tabel di atas, Six big losses yang paling tinggi adalah Reduce speed losses
109,84 jam, Idling and minor stoppages losses
80,5 jam, Equipment failure losses 40 jam, Set
Jan 94,29 84,6 95,37 75,94 up and adjustment losses 27,1 jam, Rework
Feb 91,58 97,96 98,61 88,32 Losses 0 jam, Yield / Scrap Losses 0 jam.
Secara kumulatif dari tabel di atas dapat
Mar 93,77 85,55 97,96 78,43 diketahui persentase time losses yang paling
Apr 91,56 94,27 98,95 85,24 besar adalah reduced speed losses 42,66%
dan idling and minor stoppages losses
Mei 93,67 86,39 99,1 80.04 73,92%.
Jun 95,68 84,38 99,56 80,18 Reduce speed losses disebabkan karena mesin
berjalan lebih lambat dari waktu idealnya.
Rata-rata 81,62 Sedangkan idling and minor stoppages
losses

61
Muhamad Ruslan, Alloysius Vendhi Prasmoro
Submitted: 16/04/2020; Revised: 05/05/2020; Accepted: 08/06/2020; Published: 29/06/2020

disebabkan karena mesin berhenti secara


berulang-ulang
6. Diagram Sebab Akibat
Penentuan sebab akibat dicari
menggunakan fishbone diagram atau diagram
sebab akibat sehingga diagram fishbone ini
dapat ditentukan langkah-langkah preventive
maintenance yang tepat sesuai dengan
masalah yang dihadapi oleh perusahaan.
Hasil analisa terhadap faktor yang
memberikan kontribusi terbesar penyebab
rendahnya efektivitas mesin kneader pada
diagram sebab akibat didapat dari hasil
penulis membentuk sebuah tim untuk
memberikan saran dan masukan untuk
perbaikan. Hasil analisa dengan diagram
fisbone dapat ditunjukkan pada gambar 1 dan
gambar 2
Sumber: Pengolahan Data (2019)

Gambar 2 Diagram Fishbone Idling and minor


stoppages losses

3.5 Usulan Perbaikan

Setelah mengetahui penyebab dan faktor


yang menghambat proses produksi maka
peneliti ingin memberikan usulan perbaikan /
saran untuk perusahaan agar melakukan
improvement sehingga dapat meningkatkan
efektivitas mesin kneader dan melancarkan
proses produksi.
Hasil usulannya sebagai berikut :
1) Perusahaan harus lebih ketat lagi terhadap
perekrutan pekerja, setelah itu
Sumber: Pengolahan Data (2019) memberikan training dan pelatihan tentang
pengoprasian mesin dan cara
Gambar 1 Diagram fishbone Reduce Speed Losses
perawatannya agar lebih siap saat bekerja
di lapangan. Memberikan pengetahuan
tentang checkseet dan SOP sebagain dasar
untuk mengoprasikan mesin dengan benar
sehingga operator tau apabila ada yang
tidak normal pada mesin tersebut.
2) Perusahaan harus memberikan layout di
sekitar area mesin agar tidak ada bahan
baku/material lain di area mesin selain
bahan baku yang akan di proses.
Perusahaan harus memberikan arahan
62
Analisis Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE)
pada Mesin Kneader (Studi Kasus PT.XYZ)

Journal of Industrial and Engineering System 1 (1): Juni 2020


Muhamad Ruslan, Alloysius Vendhi Prasmoro
Submitted: 16/04/2020; Revised: 05/05/2020; Accepted: 08/06/2020; Published: 29/06/2020

untuk kebersihan area kerja sebelum dan lebih berfokus pada masalah yang lebih
sesudah bekerja, agar tercipta kondisi diutamakan.
nyaman dan aman saat bekerja. Pembuatan
layout untuk barang yang menunggu Saran
antrian untuk diproses agar tidak Dari hasil penelitian ini dapat
menumpuk di area mesin agar tempat diberikan saran yaitu sebagai berikut:
kerja menjadi lega dan bisa bergerak
Perusahaan memerlukan pelatihan-
dengan leluasa.
pelatihan untuk menambah wawasan para
3) Menentukan standar perawatan yang baik operator tentang tata cara pemeliharaan mesin
sesuai dengan manual book yang terlebih yang baik, agar kerusakan pada mesin akibat
dahulu ditentukan oleh bagian kesalahan operator atau manusia dapat
dimaksimalkan. Bagian pemeliharaan selaku
maintenance atau teknisi. Memaksimalkan
penanggung jawab kerusakan dan perbaikan
sistemasi yang sudah berjalan mesin, hendaknya harus terus mengawasi
jalannya aktivitas pemeliharaan yang
KESIMPULAN DAN SARAN dilaksanakan oleh operator mesin, sehingga
Kesimpulan tidak terjadi kesalahan prosedur pemeliharaan
yang dapat menyebabkan kerusakan yang
Berdasarkan hasil analisa dan hasil cukup besar. Perusahaan harus menerapkan
perhitungan dengan menggunakan metode autonomous maintenance adalah salah satu
OEE (Overall Equipment Effectiveness) dan prinsip dalam lean yang fokus pada
Six Big Losses pada mesin kneader, dapat improvement mesin, untuk mecegah
diambil beberapa kesimpulan yaitu : terjadinya mesin berhenti dan mencegah
1. Rata-rata hasil perhitungan Overall kerusakan mesin yang lebih lama.
Equipment Effectiveness mesin kneader saat
ini yaitu sebesar 81,62%. Nilai ini masih DAFTAR PUSTAKA
dibawah standar dunia yaitu 85%. Assauri, Sofyan.2008. Manajemen dan
Berdasarkan nilai tersebut dikaji apa saja
Operasi. Edisi Revisi LPFEUI.
yang menjadi penyebab menurunnya
efektivitas mesin kneader. Jakarta
Ali, Muhammad.2013. Penelitian Pendidikan
2. Faktor terbesar total time losses yang dan Strategi. Angkasa.
menyebabkan menurunnya efektivitas mesin
Anshori, N. dan Mustajib, M. I. 2013. Sistem
kneader melalui pengukuran six big losses
adalah reduce speed losses dan idling and Perawatan terpadu (Integrated
minor stoppages losses. Reduce speed losses Maintenance System), Yogyakarta :
merupakan losses terbesar dari keseluruhan Graha Ilmu.
losses yang terjadi yaitu 42,66% dan idling Corder, Anthony, dan Kusnul Hadi. 1988.
and minor stoppages losses ditempat kedua Manajemen Pemeliharaan Teknik.
dengan nilai 31,27%, dan berikutnya Jakarta: Erlangga.
Equipment Failure Losses dengan nilai Heizer, Jay, dan Barry Render. 2001.
15,54%.
Operation Manajement. 6𝑡ℎ edition.
3. Untuk meningkatkan efektivitas
New Jersey: Prentice Hall Inc.
mesin kneader, operator sebaiknya diberikan
pengetahuan skill tentang tanda-tanda Mulyadi, 2001. Sistem Akutansi Edisi Tiga.
kerusakan yang mungkin akan terjadi Jakarta: Salemba Empat.
khususnya pada mesin kneader. Sehingga Mukhril. 2014. Penerapan Pada Industri
apabila muncul tanda-tanda tersebut operator Total Productive Maintenance Dan
bisa langsung melaporkan kepada bagian Total Quality Management. Tanggerang:
maintenance untuk ditindak lanjuti. Selain itu Mega Karya.
operator juga diberikan tugas tambahan untuk Nakajima, Seiichi. 1988. Introduction to
melakukan perawatan terhadap peralatan
yang bisa digunakan dalam proses produksi Total Productive Maintenance (TPM).
sehingga pekerjaan bagian maintenance bisa Cambridge: Productivity Press Inc.

63
Muhamad Ruslan, Alloysius Vendhi Prasmoro
Submitted: 16/04/2020; Revised: 05/05/2020; Accepted: 08/06/2020; Published: 29/06/2020

Suzuki, Tokutaro. 1992. TPM in Process


Industries. Japan: Japan Institute of
Plant Maintenance

64
Analisis Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE)
pada Mesin Kneader (Studi Kasus PT.XYZ)
Journal of Industrial and Engineering System 1 (1): Juni 2020

You might also like