Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

ANALISIS YURIDIS PEMBUKTIAN UNSUR-UNSUR TINDAK

KEJAHATAN GENOSIDA TERHADAP SUKU ROHINGYA


DITINJAU DARI PASAL 6 STATUTA ROMA 1998

Oleh : Agrialdo Gamaliel S


Pembimbing I : Dr. Erdianto S.H., M.Hum
Pembimbing II : Widia Edorita S.H., M.H
Program Kekhususan : Hukum Pidana
Email : agrialdogamaliel@gmail.com

ABSTRACT
Article 6 of the Rome Statute of 1998 provides an understanding of genocide, namely
crime with the intention of destroying in whole or in part a group based on nation, race,
ethnicity or religion. The intended destruction can be done with various forms of crime: Killing
members of the group, causing severe injuries or mental damage to group members,
Deliberately threatening the lives of group members that cause physical injuries both in part and
in whole, Perform actions intended to prevent births in groups, Forcibly transferring children
from one group to another. The Myanmar government is alleged to have committed violence
against body and soul, murder, hostage taking, rape for personal honor. But this has not yet
been completed and there is no certainty regarding genocide to Rohingya ethnic groups. Indeed,
to prove it according to the Rome Statute is quite difficult because Myanmar has not ratified the
Rome Statute. Myanmar has also not officially reported whether they conducted an investigation
and or legal effort. Because in Article 51 of the Rome Statute to prove that there must be a party
concerned (Myanmar).
Scientific writing aims to: First, to find out the elements of genocide crime committed by
Myanmar against Rohingya ethnicity. Second, to find out the proof of the elements of the
genocide crime against the Rohingya ethnicity, reviewed in Article 6 of the Rome Statute of
1998.
The writing of this paper uses normative legal research methods by pointing to the
history of law which describes the history of genocide and the causes of genocide crimes
committed by Myanmar, where the writing collected data from literature, related regulations,
related documents and analyzed using qualitative methods to draw conclusions.
From the results of this research, to prove that genocide elements in Myanmar first paid
attention to whether Myanmar had conducted a trial of genocide perpetrators, it turned out that
there was no trial there, so that the International Criminal Court (ICC) conducted an
investigation directly into Myanmar to prove the existence of genocide there.

Keyword : Rohingya, Genocide, Interntional Criminal Court

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI No 2 Juli-Desember 2019Page 1


I. PENDAHULUAN internasional didalamnya3 atau lebih
A. Latar Belakang Masalah tepatnya Universal. Beda dengan Hukum
Pada hakekatnya setiap manusia Nasional yang dimana yuridisnya yaitu
mendambakan suatu kehidupan dalam hukum positif atau berlaku di negaranya
suasana damai, aman, tentram dan tersebut.
sejahtera, bahkan tidak ada satupun Dalam hukum pidana internasional
makhluk di muka bumi ini yang suka akan dikenal dengan namanya tindak pidana
penderitaan dan siksaan.1 internasional yang terdiri dari beberapa
Masyarakat internasional dibuat kejahatan kemanusiaan yang menyentuh
heboh atas adanya pemberitaan perlakuan hati nurani masyarakat dunia, yaitu :
diskriminasi sosial terhadap masyarakat a) Kejahatan Kemanusiaan (Crimes
etnis Rohingya di Myanmar. Sehubungan Against Humanity)
dengan Rohingya, beberapa masalah b) Kejahatan Perang (War Crime)
menonjol. Yang pertama adalah identitas c) Kejahatan Genosida (The Crime
kelompok. Salah satu ciri unik dari of Genocide)
kejahatan genosida adalah pengakuannya d) Kejahatan Agresi (The Crime of
bahwa target bukanlah individu tertentu, Aggression).
melainkan kelompok seperti itu: “korban Dari berbagai macam kejahatan
individu adalah 'alat untuk mencapai kemanusiaan diatas, etnis Rohingya telah
tujuan: satu langkah lebih jauh di mengalami kejahatan genosida yang
sepanjang jalur penghancuran kelompok. dimana merupakan reaksi terhadap adanya
Karena itu korban kejahatan genosida peristiwa Holocaust, pembantaian dengan
adalah kelompok itu sendiri dan bukan tujuan pemusnahan nasional terhadap etnis
individu saja.2 minoritas bukanlah hal baru diabad 20,
Yang dimana kejahatan genosida namun istilah ‘Genocide’ tidak dikenal
merupakan ruang lingkup Hukum Pidana sampai tahun 1944, oleh Raphael Lemkin,
Internasional, yaitu Hukum yang seorang pengacara Polandia. Secara
menentukan hukum pidana nasional yang etimologis, istilah genosida berasal dari
akan diterapkan terhadap kejahatan– Yunani, Geno yang berarti ‘ras’ dan kata
kejahatan yang nyata telah dilakukan Latin cidium yang artinya membunuh.
bilamana terdapat unsur-unsur Dengan demikian, secara harfiah genosida
diartikan sebagai pembunuhan terhadap ras
atau pemusnahan ras.4
Unsur deskripsi tindakan kejahatan
1 genosida terlihat didalam Pasal 6 Statuta
RR. Emilia Yustiningrum, “Masalah Senjata
Nuklir dan Masa Depan Perdamaian Dunia”, Roma 1998 seperti :
Jurnal Penelitian Politik, Vol. 4, No.1, 2007 hlm. a) Membunuh anggota
19.
2
Carola Lingaas, Defining The Protected
kelompok;
Groups Of Genocide Through The Case Law Of
International Courts 2 (2015) (Citing Int’l Law
Comm’n, Draft Code Of Crimes, Art. 17,
3
Commentary 6, Un Doc. A/51/10 (2016), Jurnal Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum
Westlaw, Thomson Reuters, Diakses melalui Pidana Internasional, PT Refika Aditama,
https://www.westlaw.comDocument/, Pada Bandung: 2000, hlm. 20
4
Tanggal 24 Januari 2019 Dan Diterjemahkan Oleh Tolib Effendi, Hukum Pidana Internasional,
Google Translate. Pustaka Yustisia, Yogyakarta: 2014, hlm. 111

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI No 2 Juli-Desember 2019Page 2


b) Menyebabkan luka parahatau sistematis” yang ditujukan kepada
merusak mental anggota kelompok; penduduk sipil dengan kesadaran
c) Dengan sengaja mengancam (kesengajaan) pelaku serangan. Kejahatan
jiwa anggota kelompok yang ini terjadi karena perkembangan persoalan
menyebabkan luka fisik sebagian maupun HAM zaman sekarang dan masa yang akan
keseluruhan; datang mencakup hubungan kekuasaan
d) Melakukan tindakan yang yang bersifat horizontal, antara kelompok
dimaksudkan untuk mencegah kelahiran masyarakat, antara golongan rakyat atau
dalam kelompok; masyarakat, dan bahkan antar satu
e) Memindahkan anak-anak secara kelompok masyarakat di suatu negara
paksa dari suatu kelompok ke kelompok dengan kelompok masyarakat di negara
lain.5 lain.9
Dalam Konvensi Genosida 1948, Kasus genosida yang terjadi pada
kelompok yang dapat menjadi sasaran muslim Rohingya bermula dibulan Juni
genosida adalah kelompok rasial, 2012, yang bersifat mematikan terjadi
kelompok religius, kelompok nasional, dan disebelah barat Negara Bagian Arakan
kelompok etnis.6 Dan genosida itu antara Etnis Budha Arakan dan Muslim
tindakan pemaksaan yang bertujuan untuk Rohingnya (maupun non-muslim
membatasi kelahiran terhadap kelompok Rohingya).
tersebut, dan memindahkan secara paksa Konflik masyarakat arakan dengan
anak-anak dari suatu kelompok ke muslim rohingnya bermula dengan
kelompok lainnya.7 terjadinya peningkatan tindak pelanggaran
konflik etnis dan agama, komunitas dan kekerasan HAM yang dialami muslim
Buddha di daerah yang sama membedakan Rohingya. Ternyata bukan hanya ditekan
diri mereka dari Muslim Bengali dengan oleh militer dan Pemerintah Myanmar,
menyebut diri mereka sebagai Rakhine.8 melakukan tindakan kekerasan terhadap
Pada penelitian ini Myanmar muslim Rohingya meliputi pembunuhan,
melakukan tindak kejahatan genosida pemerkosaan, pemenggalan, pemukulan,
kepada etnis Rohingya, yang mana pembakaran rumah, pengusiran dan tidak
Kejahatan itu merupakan bagian dari adanya bantuan makan yang masuk yang
kejahatan kemanusiaan berarti setiap terjadi di provinsi Rokhine Burma
tindakan yang disebutkan dalam Pasal 7 merupakan aksi yang tidak bisa dibiarkan
Ayat (2) yang merupakan serangan yang oleh dunia Internasional.
dilakukan “secara meluas” atau “secara Keberadaan manusia dalam suatu
negara dengan memiliki jati diri ataupun
5
Statuta Roma 1998 (Diterjemahkan oleh Anis identitas “kewarganegaraan” merupakan
Widyawati) hubungan hukum antara seseorang atau/
6
Arie Siswanto, Yurisdiksi Material
Mahkamah Kejahatan Internasional, Ghalia
individu dengan Negaranya.10 “Individu
Indonesia, Bogor: 2005, hlm. 50
7
Oentoeng Wahjoe, Hukum Pidana
9
Internasional, Gelora Aksara Pratama, Malang: Budiyono dan Rudy, Konstitusi dan HAM
2011, hlm. 56 ,Bandar Lampung: Indepth Publishing, 2014, hlm.
8
Amie Bauer, The Hidden Genocide: 79
10
Humanizing The Struggle Of The Muslim Tamia Dian Ayu Faniati, Tinjauan Hukum
Rohingya Of Myanmar, Children's Legal Rights Internasional Terhadap Etnis yang Tidak Memiliki
Journal, Featured Practice Perspective, 2015 Kewarganegaraan:Studi Kasus Etnis Rohingnya,

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI No 2 Juli-Desember 2019Page 3


yang tergabung dalam suatu kelompok mengakibatkan kerugian atau korban
etnis, memerlukan kewarganegaraan untuk dikalangan etnis Rohingya maupun negara
memberikan mereka perlindungan hukum Myanmar,14 sehingga terjadinya konflik
terhadap keberadaan mereka. Sehingga ras, konflik agama, dan konflik
dapat mempertahankan keberadaan kebangsaan, Namun karakteristik konflik
kelompok etnis mereka dan dapat hak-hak etnik yang khas membuat konflik ini
mereka sebagaimana warganegara menjadi tindak kejahatan genosida. Yang
11
lainnya”. dimana Genosida senantiasa dikaitkan
Kebijakan negara membuat Etnis dengan “pembunuhan terhadap ras”. Dan
Rohingya tidak memiliki status menurut Goldstein genosida adalah
kewarganegaraan hal ini jelas melanggar pembersihan etnis yang merupakan
Konvensi Internasional mengenai HAM tindakan mengusir atau memusnahkan
berdasarkan Deklarasi Universal HAM kelompok religius atau kelompok etnis
pada Pasal 15 mengenai “ hak-hak tertentu.15
kewarganegaraan” dan juga termasuk Pemerintahan Myanmar juga
pelanggaran terhadap Konvensi Hak-hak melanggar perbuatan yang ada didalam
Sipil yang disebut International Covenant konvensi geneva 1949 pada Pasal 3 yaitu16
on Civil and Political Rights (ICCPR) Melakukan kekerasan atas jiwa dan raga,
dengan untuk menempati suatu negara, terutama setiap macam pembunuhan;
atau meninggalkan sebuah negara. Negara Melakukan penyanderaan; Melakukan
seharusnya dirancang untuk melindungi perkosaan atas kehormatan pribadi;
rakyatnya dari kekerasan, namun juga Menghukum dan menjalankan hukuman
membuat negara modern sebagai tempat mati tanpa didahului keputusan yang
perlindungan terhadap kekerasan.12 dijatuhkan oleh suatu pengadilan yang
Perlindungan terhadap manusia tersebut dibentuk secara teratur, yang memberikan
harus dimasyarakatkan secara luas, dalam segenap jaminan peradilan yang diakui
rangka mempromosikan penghormatan sebagai keharusan oleh bangsa-bangsa
dan perlindungan terhadap hak-hak asasi beradab.17
manusia, sebagai ciri yang penting suatu Tetapi kenapa kasus di Myanmar
negara hukum yang demokratis.13 ini sampai sekarang belum tuntas atau
Menurut penulis yang terjadi belum jelas apakah mereka melakukan
kepada etnis Rohingya, yaitu juga genosida kepada etnis Rohingya,
melanggar hukum pengungsi yang dimana sementara unsur-unsur sudah jelas
didalam implementasinya tidak terlepas disampaikan penulis diatas. Memang
dari terjadinya pelanggaran yang dilakukan untuk membuktikannya sesuai berdasarkan
oleh pihak-pihak tertentu yang Statuta Roma tersebut memanglah susah
dikarenakan pihak Myanmar tersebut
Myanmar, Skripsi, Program Sarjana Universitas
Indonesia, Jakarta, 2012, hlm. 32.
11 14
Ibid I Wayan Parthiana, Hukum Pidana
12
Scott Burchil dan Andrew Linklater, Teori- Internasional, C.V. Yrama Widya, Bandung: 2006,
teori Hubungan Internasional (Theories of hlm. 132
15
International relation), Nusa Media, Bandung, Ibid
16
2015, hlm.261 Konvensi Geneva 1949 ( Diterjemahkan
13
Bahder John Nasution, Negara Hukum dan Oleh KGPH. Haryomataram)
17
Hak Asasi Manusia, CV. Mandar Maju, Bandung: KGPH. Haryomataram, Hukum Humaniter,
2012, hlm.14 CV. Rajawali, Jakarta: 1984, hlm. 51

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI No 2 Juli-Desember 2019Page 4


belum meratifikasi Statuta Roma, Dan dari b) Diketahui pembuktian unsur-unsur
pemerintahan Myanmar juga belum ada tindak kejahatan genosida terhadap
memberitakan secara resmi apakah mereka etnis Rohingya ditinjau dari pasal 6
melakukan penyelidikan dan atau upaya Statuta Roma 1998.
hukum. Karena didalam Pasal 51 Statuta
Roma untuk membuktikan itu harus 2) Kegunaan Penelitian
adanya pihak yang bersangkutan Kegunaaan penelitian setidaknya
(Myanmar). Dan pemerintahan Myanmar meliputi: kegunaan bagi si
juga menolak Mahkamah Pidana penulis/peneliti; kegunaan bagi
Internasional melakukan penmbuktian dunia akademik (perkembangan
langsung ke Myanmar18, dengan alasan khasanah keilmuan; dan kegunaan bagi
adanya indikasi dari Pemerintahan instansi yang memiliki hubungan
Myanmar menyembunyikan orang yang dengan objek penelitian).
diduga terkait kejahatan genosida untuk
menyelamatkan dari tindak pidana D. Kerangka Teori
tersebut. 1. Teori Tanggung Jawab Negara
Berangkat dari latar belakang Hukum internasional tentang
masalah di atas, maka penulis tertarik tanggung jawab negara adalah hukum
untuk melakukan penelitian dengan judul: internasional yang bersumber pada
hukum kebiasaan internasional.
“Analisis Yuridis Pembuktian Unsur- 19
Tanggungjawab Negara yakni negara
Unsur Tindak Kejahatan Genosida
memiliki hak dan kewajiban dalam
Terhadap Suku Rohingya Ditinjau Dari
Pasal 6 Statuta Roma 1998”. memberikan perlindungan pada warga
B. Rumusan Masalah negaranya yang ada di luar negeri20.
1. Apa sajakah unsur-unsur tindak Secara umum, tanggung jawab negara
kejahatan genosida yang dilakukan timbul apabila negara melakukan hal-
Myanmar terhadap etnis Rohingya ? hal seperti: melanggar suatu perjanjian
internasional, melanggar kedaulatan
2. Bagaimana pembuktian unsur-unsur teritorial negara lain, merusak wilayah
tindak kejahatan genosida terhadap atau hak milik ( property ) negara lain,
etnis Rohingya di tinjau berdasarkan menggunakan kekerasan bersenjata
Pasal 6 Statuta Roma 1998 ? terhadap negara lain, merugikan
perwakilan diplomatik negara lain, atau
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian kesalahan dalam memperlakukan warga
1) Tujuan Penelitian negara asing.21
Adapun tujuan yang hendak penulis
capai dalam penelitian ini adalah sebagai 19
Dedi Supriyadi, Hukum Internasional (dari
berikut: konsepsi sampai aplikasi), CV. Pustaka Setia,
a) Diketahui unsur-unsur tindak Bandung: 2013, hlm. 166
20
Sefriani, Hukum internasional, Rajawali
kejahatan genosida yang di lakukan Pers, Jakarta : 2012, hlm. 283.
21
Myanmar terhadap etnis Rohingya Rudi M. Rizki, “Beberapa Catatan tentang
Pengadilan Pidana Internasional Ad Hoc untuk
18
Yugoslavia dan Rwanda serta Penerapan Prinsip
https://www.cnnindonesia.com/Myanmar- Tanggung Jawab Negara dalam Pelanggaran Berat
tolak-mahkamah-internasional-selidiki-krisis- HAM”, Jurnal Hukum Humaniter, Vol. 1 No.2,
rohingya, diakses, tanggal, 07 September 2018. April 2006, hlm. 278.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI No 2 Juli-Desember 2019Page 5


Berkenaan dengan pelanggaran 2.Kepastian yang didasarkan atas
HAM, tanggung jawab negara pada pertimbangan akal (conviction
26
hakikatnya diwujudkan dalam bentuk rasionnee) .
melakukan penuntutan secara hukum c. Membuktikan dalam
terhadap para pelaku (bringing to hukum acara mempunyai arti yuridis.
justice the perpetrators) dan Pembuktian secara yuridis tidak lain
memberikan kompensansi atau ganti adalah pembuktian “historis” yang
rugi terhadap korban pelanggaran mencoba menetapkan apa yang telah
HAM.22 Prinsip tanggung jawab negara terjadi secara konkreto. Baik
dan prinsip tanggung jawab pidana pembuktian yang yuridis maupun yang
secara individual, sekarang ini ilmiah, maka membuktikan pada
merupakan prinsip-prinsip yang telah hakekatnya berarti mempertimbangkan
diakui ( recognized ) dalam hukum secara logis mengapa peristiwa-
internasional.23 peristiwa tertentu dianggap benar.27
2. Teori Pembuktian
Dilain pendapat, pembuktian atau E. Kerangka Konseptual
membuktikan mengandung beberapa 1) Analisis adalah suatu peristiwa
pengertian:24 untuk mengetahui keadaan yang
a.Membuktikan dalam arti logis, sebenarnya, duduk penyelidikan
28
atau ilmiah. Membuktikan berarti perkaranya;
memberikan kepastian mutlak, karena 2) Yuridis adalah Aspek-aspek
berlaku bagi setiap orang dan tidak menurut hukum, secara hukum;29
memungkinkan adanya pembuktian 3) Pembuktian adalah Suatu proses
lawan;25 perbuatan, cara membuktian, suatu
b.Membuktikan dalam arti usaha menentukan benar atau
Konvensional. Membuktikan berarti salahnya si terdakwa di dalam
memberikan kepastian yang nisbi/relatif sidang pengadilan; 30
sifatnya yang mempunyai tingkatan- 4) Tindak Kejahatan adalah suatu
tingkatan: tindakan atau perbuatan yang diancam
1.Kepastian yang didasarkan atas dengan pidana oleh undang-undang,
perasaan belaka/bersifat instuitif bertentangan dengan hukum dan
(Conviction intime) dilakukan dengan kesalahan oleh

26
H.P Panggabean, Hukum Pembuktian Teori
22
Andrey Sujatmoko, Hukum HAM dan Praktik Yurisprudensi Indonesia, PT. Alumni,
Hukum Humaniter, PT. Raja Grafindo Persada, Bandung: 2012, hlm. 82
27
Jakarta: 2015, hlm. 213 Op.cit, Sudikno Mertokusumo, hlm. 140
23 28
Ibid Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
24
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Putaka, Jakarta: 2001, hlm. 43
29
Perdata Indonesia, Liberty Yogyakarta, Ibid, hal. 1278
30
Yogyakarta, Edisi 7, 2006, hlm. 134 Ebta Setiawan, “arti atau makna
25
Rusli Muhammad, Hukum Acara Pidana pembuktian”dalam http:// KBBI.web.id/arti atau
Kontemporer, Citra Aditya Bakti, Bandung: 2007, makna pembuktian, diakses, tanggal,10 Maret
hlm. 186. 2017.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI No 2 Juli-Desember 2019Page 6


seseorang yang mampu bertanggung Penelitian terhadap sejarah hukum
jawab.31 yaitu penelitian yang dilakukan
5) Genosida adalah Bentuk kejahatan terhadap kaedah-kaedah hukum yang
yang mempunyai tujuan untuk merupakan patokan-patokan
pemusnahan etnis ( ethnical cleansing ) berprilaku atau bersikap pantas atau
dengan melakukan penyerangan kaum tidak pantas dengan manfaatkan
lain.32 metode deskriptif kualitatif.
6) Etnis Rohingya adalah Satu Jika dilihat dari sifatnya maka
keturunan ras dari Arakan India dengan penelitian ini tergolong pada deskriptif
pengaruh warna kulit dan tradisi dari kualitatif maksudnya penelitian ini
Arab dan Mughals. Mayoritas dari menggambarkan kenyataan yang
mereka adalah muslim, tetapi ada juga diteliti oleh peneliti tentang “Analisis
yang beragama Hindu.33 Yuridis Pembuktian Unsur-Unsur
7) Pasal 6 Statuta Roma adalah Tindak Kejahatan Genosida Terhadap
Memuat tentang rumusan perbuatan Suku Rohingya Ditinjau Dari Pasal 6
yang dikategorikan sebagai genosida.34 Statuta Roma 1998”.
F. Metode Penelitian 2. Sumber Data
1. Jenis Penelitian Dalam penelitian hukum normatif,
Dalam penelitian hukum normatif sumber data yang digunakan dalam
ini, penulis melakukan dengan cara penelitian ini adalah data sekunder
meneliti bahan-bahan perpustakaan yang dibedakan menjadi tiga (3)
hukum yang berhubungan dengan bagian, yaitu;
permasalahan atau penelitian terhadap a. Bahan Hukum Primer
peraturan-peraturan yang sudah baku Merupakan data yang diperoleh
atau dibukukan. Jenis penulisan penulis dari hasil menelusuri
penelitian normatif ini yaitu sejarah perpustakaan dengan cara
hukum yang harus menjelaskan membaca peraturan perundang-
perkembangan dari bidang-bidang undangan, yang bersifat
36
hukum yang diteliti, agar penulis mengikat.
dapat mengungkapkan fakta hukum 1) Deklarasi Universal HAM
pada masa lampau, dalam Tahun 1948;
hubungannya dengan fakta hukum 2) Konvensi tentang Pencegahan
pada masa kini.35 dan Penghukuman Kejahatan
Genosida (Convention on the
Prevention and Punishment of
31
Erdianto, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Alaf the Crime of Genocide) Tahun
Riau, Pekanbaru: 2010, hlm 53. 1948;
32
Anis Widyawati, Hukum Pidana
Internasional, Sinar Grafika, Jakarta Timur, 2014,
3) Konvensi PBB;
hlm. 58 4) Statuta Roma 1998
33
Poltak Partogi Nainggolan, Aktor Non-
Negara: Kajian Implikasi Kejahatan Transnasional
di Asia Tenggara, Yayasan Pustaka Obor b. Bahan Hukum Sekunder
Indonesia, Jakarta: 2017, hlm. 6
34 36
Arie Siswanto, Loc.cit Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar
35
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo
Hukum, UI-Press, Jakarta: 2014, hlm. 263. Persada, Jakarta; 2004, hlm.31

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI No 2 Juli-Desember 2019Page 7


Yaitu bahan hukum yang maupun data dari internet berupa
memberikan penjelasan bahan artikel yang berkaitan dengan
hukum primer, yaitu dapat berupa penulisan ini yang menggunakan
rancangan Undang-Undang, hasil- berbagai sumber.
hasil penelitian, pendapat pakar
hukum, hasil karya ilmiah dari 4. Analisis Data
kalangan dan sebagainya.37 Penelitian normatif ini data
Adapun yang menjadi bahan dianalisis secara kualitatif. Kualitatif
hukum sekunder yang peneliti adalah data tidak dianalisis dengan
gunakan dalam penelitian ini, menguraikan data yang diperoleh
yaitu: dengan kalimat serta penajaman pada
1) Doktrin hukum ataupun logika sehingga data dapat dimengerti
pendapat-pendapat yang relevan oleh semua pihak. Dengan demikian
dengan penelitian ini serta data gejala-gejala yang timbul dalam
tertulis yang berhubungan erat masyrakat akan dihubungkan dengan
dengan penelitian data yang diperoleh yaitu dengan
2) Berbagai jurnal, skripsi, membandingkan teori, pendapat para
dokumen dan data-data dari ahli, serta perundang-undangan yang
internet yang berhubungan erat berlaku, dan akhirnya ditarik
dengan penelitian. kesimpulan secara deduktif, yaitu
kesimpulan yang diambil dari hal-hal
c. Bahan Hukum Tersier yang umum ke khusus.
Yaitu bahan hukum yang
memberikan petunjuk dan TINJAUAN PUSTAKA
penjelasan terhadap badan hukum A. Tinjauan Umum Tentang Genosida
primer dan sekunder, seperti : 1. Istilah dan Defenisi Genosida
Kamus Hukum dan Internet. Pengertian genosida secara yuridis
Dalam penelitian ini, peneliti yaitu sebagai suatu tindakan dengan
menggunakan Kamus Besar maksud menghancurkan atau
Bahasa Indonesia dan Kamus memusnahkan seluruh atau sebagian
Hukum. kelompok bangsa, ras, etnis atau agama.
Definisi tersebut merupakan penjelasan
3. Teknik Pengumpulan Data yang tertuang didalam Convention on
Metode penulisan dalam karya the Prevention and Punishment of the
ilmiah ini adalah penelitian yuridis Crime of Genocide (Konvensi tentang
normatif atau doktrinal. Dalam pencegahan dan penghukuman terhadap
pengumpulam data untuk penelitian kejahatan Genosida) pada tahun 1948.38
yuridis normatif ini digunakan metode
kajian kepustakaan. Pengumpulan data 2. Sejarah Genosida
dilakukan dengan melakukan studi Salah satu proses dheumanisasi
pustaka baik menggunakan buku menjelang genosida dapat dilihat dari
propaganda Nazi Jerman yang dimuat
37
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum,
38
PT. Rineka Cipta, Jakarta; 1996, hlm. 23 Ibid

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI No 2 Juli-Desember 2019Page 8


dalam tabloid propaganda Der Sturmer, perumusan dan pendefinisian tentang
yang menyebut kaum Yahudi sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.
“parasit”, “belalang”, dan “unser Tanggal 17 Juli 1998 Statuta Roma
Ungluck” (Kesalahan Kita). Aroma melahirkan Mahkamah Pidana
dheumanisasi yang kenal juga ada Internasional permanen yang disahkan
dalam berbagai kasus genosida, melalui pemungutan suara yang
termasuk dalam peristiwa genosida dihaidiri oleh 148 negara. Hail
Rwanda yang melibatkan dua suku pemungutan suara terdiri dari 120
Hutu melakukan dehumanisasi terhadap negara yang mendukung, 7 negara yang
suku Tutsi selaku korban genosida menentang, dan 21 negara absein.
dengan menyebut mereka sebagai Mahkamah Pidanan Internasional
“cocroaches”. berada dibawah naungan PBB dengan
Dalam sejarah modern, tercatat ada tempat kedudukan di Deen Haag,
beberapa peristiwa genosida, termasuk Belanda. Adapun bahasa remi yang
salah satu peristiwa yang bisa dikatakan idgunakan oleh Mahkamah Pidana
sebagai ikon genosida, yakni peristiwa Internasional sama dengan bahasa resmi
holocaust yang menimpa komunitas PBB, yaitu bahasa Arab, bahasa Cina,
Yahudi di Eropa menjelang dan selama bahasa Inggris, bahasa Peranci, bahasa
Perang Dunia II. Rusia, dan bahasa Spanyol. Badan-
badan mahkamah pidana internasional
3. Sejarah Masuknya Kejahatan meliputi kepresidenan, devisi banding,
Genosida Sebagai Salah Satu devisi pengadilan, devisi praperadilan,
Yurisdiksi ICC. kantor jaksa penuntut umum,
Dalam sejarahnya, penghukuman kepaniteraan.
atas kejahatan genosida terjadi pasca
perang dunia kedua. Pengadilan 4. Faktor Penyebab Terjadinya
Nurenberg dan Pengadilan Tokyo pada Genosida.
1948 menjadi awal atas proses Salah satu faktor yang dianggap
penghukuman bagi para pelaku gross sangat menentukan terjadinya genosida
violation of human rights. Selanjutnya adalah konflik etnik. Dalam hal potensi
pada 1993 digelar Pengadilan Pidana genosida, konflik etnik sebenarnya
Internasional Ad hoc untuk mengadili berdampingan pula dengan konflik lain
pelaku berbagai pelanggaran serius yang juga berpeluang memunculkan
terhadap hukum humaniter genosida, yaitu konflik ras, konflik
internasional di negara bekas agama, dan konflik kebangsaan. Namun
Yugoslavia. Pada 1994 juga dibentuk karakteristik konflik konflik etnik yang
Pengadilan Pidana Internasional ad hoc khas membuat konflik ini memiliki
untuk mengadili kejahatan Genosida, peluang yang lebih besar untuk
Pelanggaran Konvensi Jenewa dan berlanjut menjadi genosida.
Kejahatan Terhadap Kemanusiaan yang Pada dasarnya kejahatan genosida
terjadi di Rwanda pada 1994. yang terjadi dibelahan dunia terjadi
Berdasarkan statuta dalam dua karena mempunyai tujuan dalam
pengadilan diatas, muncul juga menghancurkan dan memusnahkan
suatu kaum yang dibenci oleh

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI No 2 Juli-Desember 2019Page 9


kelompok lain yang mempunyai internasional terhadap kemajuan HAM
kekuasaan atau kewenangan untuk adalah bukti sebuah bentuk akomodasi
melakukan penyerangan tersebut. politik yang cerdas. Sekalipun dianggap
Dengan tetap berlandasan pada dokumen moral.
ketentuan yang mengatur mengenai 3.Hak-hak yang diatur dalam
genosida di antaranya karena berlatar Deklarasi Universal Hak Asasi
belakang perbedaan bangsa, etnis, suku, Manusia.
atau agama. Dalam Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia telah dinyatakan
B. Tinjauan Umum Hak Asasi Manusia semuanya mempunyai hak yang sama
1. Istilah dan Defenisi Hak Asasi dihadapan hukum dan disebutkan tanpa
Manusia alasannya diskriminasi dan
Pengertian hak asasi manusia mendapatkan hak perlindungan hukum
sering dipahami sebagai hak kodrati yang sama terhadap hasutan apapun
yang dibawa oleh manusia sejak untuk diskriminasi misalnya.41
manusia lahir kedunia.39 HAM adalah 4.Hak Asasi Dalam Hukum
hak tiap orang tanpa memandang siapa Internasional
dia, dan tidak boleh dikaitkan dengan Isi hukum internasional yang
siapa yang berhak dan yang memberi sebenarnya adalah isi yang
hak. Pengertian HAM diatas merupakan bersumberkan kepada pasal 38 ayat 1
pengertian murni yang terlepas dari Statuta Mahkamah Internasional :
konteks masyarakat tertentu, sehingga 1. Pengadilan, yang berfungsi
dapat dikatakan bahwa pengertian untuk memutuskan sesuai dengan
tersebut merupakan pengertian yang sengketa hukum internasional seperti
masih umum dan universal. Menurut yang diserahkan kepadanya, berlaku:
Marthen Kriale, mengemukakan bahwa a. Konvensi internasional, baik
HAM adalah hak yang bersumber dari umum maupun khusus, aturan
ALLAH. menetapkan secara tegas diakui oleh
2.Sejarah Hak Asasi Manusia negara-negara peserta;
Istilah HAM untuk pertama kali b.Kebiasaaninternasional, sebagai
digunakan secara resmi dalam piagam bukti dari praktek umum diterima
Perserikatan Bangsa-Bangsa (Charter of sebagai hukum;
The United Nations) yang diterima di c. Prinsip-prinsip umum hukum
san fransisco pada tanggal 25 juni yang diakui oleh negara-negara
194540 dan diratifikasi oleh mayoritas beradab;
penandatangan Piagam tersebut pada d. Tunduk pada ketentuan Pasal
bulan Oktober 1945. Lahirnya respon 59, keputusan hukum dan ajaran-
dan apresiasi politik masyarakat ajaran putusan yang paling
berkualifikasi tinggi dari berbagai
39
Bahder Johan Nasution, Negara Hukum dan
Hak Asasi Manusia, CV. Mandar Maju, Bandung:
41
2012, hlm. 129 Davit ramadhan, “Pidana Mati di Tinjau Dari
40
Denny H Kusumapraja, Hukum Beracara di Sudut Pandang Hak Asasi Manusia”, Jurnal
Pengadilan dan Hak Asasi Manusia, Puri Pustaka, Hukum, Fakultas Ilmu Hukum Universitas Riau,
Bandung: 2010, hlm. 21 Vol. 1 No. 1, 1 Agustus 2010, hlm. 97

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI No 2 Juli-Desember 2019Page 10


bangsa, sebagai anak perusahaan Dan menurut laporan Human Rights
berarti untuk penentuan aturan hukum. Watch dari tahun 2000, ini adalah dasar
2. Ketentuan ini tidak mengurangi yang digunakan pemerintah Myanmar
kekuatan Mahkamah untuk untuk menolak kewarganegaraan
43
memutuskan kasus ex aequo et bono, Rohingya di negara itu.
apabila para pihak setuju hal tersebut.
Dalam rangka lebih memantapkan
hukum internasional dalam arti dapat III. HASIL PENELITIAN DAN
diterima oleh anggota masyarakat PEMBAHASAN
internasional, kiranya negara-negara A. Unsur-unsur Tindak Kejahatan
berkembang mengembangkan ide, Genosida yang Dilakukan
pemikiran dalam rangka pengisian Myanmar Terhadap Etnis
materi hukum internasional yang Rohingya.
dimiliki.42
Dalam Pasal 6 Statuta Roma
5. Jenis-jenis Kejahatan HAM
Dalam hukum internasional Mahkamah Pidana Internasional,
dikenal kejahatan-kejahatan serius Genosida adalah perbuatan dengan
terhadap HAM, seperti : tujuan menghancurkan, seluruhnya
1) Genosida atau untuk sebagian suatu kelompok
2) Kejahtan Terhadap nasional, etnis, ras atau keagamaan,
Kemanusiaan seperti dengan cara : membunuh
3) Kejahatan Perang anggota kelompok, menimbulkan luka
4) Agresi fisik atau mental yang serius terhadap
para anggota kelompok, menimbulkan
kondisi kehidupan kelompok tersebut
3. Tinjauan Umum Tentang Etnis
menyebabkan kehancuran fisik secara
Rohingya
Rohingya adalah kelompok etnis keseluruhan atau sebagian, mencegah
Muslim yang tinggal di negara yang kelahiran kelompok tersebut, dan
mayoritas beragama Buddha di Myanmar memindahkan secara paksa anak-anak
(atau Burma). Ada sekitar 1,1 juta dari kelompok itu ke kelompok lain.
Rohingya tinggal di Negara Bagian Jika dilihat dalam penjelasan
Rakhine di pantai barat negara itu. Mereka pasal diatas maka berikut ini
telah tinggal di Arakan (sekarang Rakhine merupakan peristiwa-peristiwa dimana
State) sejak awal abad ke-12. Banyak umat telah terjadi kejahatan terhadap Etnis
Buddha di Myanmar menganggap Rohingya. Sebelumnya pada tanggal
Rohingya sebagai orang Bengali, atau 28 Maret 1945, Pemerintah Myanmar
orang-orang dari Bangladesh. melakukan :
Diskriminatif 1982 Hukum
Kewarganegaraan secara resmi mencegah
43
mereka memperoleh kewarganegaraan. Michael Plachta, “Justice For Rohingya: Icc
Prosecutor Requests Ruling On Jurisdiction To
Open Investigation”, Eleanor Albert, February
42
H.A. Masyhur Effendi, Dimensi dan 2018, Jurnal Westlaw, Thomson Reuters, diakses
Dinamika Hak Asasi Manusia Dalam Hukum https://www.westlaw.comDocument/, Pada
Nasional Dan Internasional, Ghalia Indonesia, Tanggal 5 Mei 2019 Dan Diterjemahkan Oleh
Bogor: 1994, hlm. 109. Google Translate.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI No 2 Juli-Desember 2019Page 11


“pembunuhan,atau pembersihan, mempunyai hak juga sebagai warga
pengusiran dan perampasan harta negara dan melanggar Hak Asasi etnis
kekayaan minoritas Rohingya. Rohingya dan menimbulkan nurani
Peristiwa tersebut disebut sebagai masyarakat internasional lainnya
Rohingya‟s Massacre. Sebab tergerak atas kasus ini.
peristiwa tersebut telah menewaskan
hampir 100.000 orang di Arakan.
Berikutnya, Kalagong Massacre, Juli B. Pembuktian Unsur-unsur Tindak
1945, sektar 600 orang tewas. Kejahatan Genosida Terhadap
Kebijakan pengusiran atau etnis Rohingya di Tinjau
44
pemusnahan Rohingya”. Berdasarkan Pasal 6 Statuta
Myanmar juga melakukan Roma 1998.
tindakan salah secara internasional Dalam kasus Etnis Rohingya
yang dilakukan tidak semata-mata ini, pemerintah Myanmar telah
menimbulkan hubungan hukum antara terbukti melakukan hal-hal yang
dua negara (bilateral), yaitu negara disebutkan dalam Pasal 6 Statuta
yang merugikan dan dirugikan. Yang Roma. Dimana pemerintah
dapat menimbulkan tanggung jawab Myanmar telah melakukan
beberapa negara, bahkan tindakan yang dapat menyebabkan
menimbulkan tanggung jawab punahnya sebagian atau
terhadap masyarakat internasional keseluruhan anggota Etnis
secara keseluruhan yang mengacu Rohingya, seperti membunuh
pada putusan yang dibuat ICJ pada anggota-anggota Etnis Rohingya,
Barcelona Case yang menyatakan merusak jasmani atau mental
yang dapat menimbulkan tanggung anggota-anggota Etnis Rohingya,
jawab negara terhadap masyarakat dengan sengaja mengakibatkan
internasional secara keseluruhan, penderitaan pada kondisi
antara lain; menyangkut perbuatan kehidupan etnis Rohingya yang
HAM. diperkirakan menimbulkan
Sehingga berdasarkan teori kerusakan jasmani seluruhnya atau
tanggung jawab negara Myanmar sebagian.
harus bertanggung jawab negara Menurut Pasal 17 Statuta
karena perbuatan yang dilakukan Roma, yurisdiksi Mahkamah
sangatlah jelas menyangkut kejahatan Pidana Internasional dapat berlaku
genosida dalam Pasal 6 Statuta Roma apabila terjadi kurangnya
yang memusnahkan etnis Rohingya penyelidikan dan penuntututan
secara kejam dan keji, dan tidak nasional yang sungguh-sungguh,
menganggap bahwa etnis Rohingya maupun adanya keengganan dan
merupakan warga internasional yang ketidakmampuan negara tempat
44 pelaku atau perbuatan pelanggaran
Jawahir Thontowi, “Perlakuan Pemerintah
Myanmar terhadap Minoritas Muslim Rohingya HAM dilakukan, untuk memproses
Perspektif Sejarah dan Hukum Internasional”, pelanggaran tersebut. Berdasarkan
Pandecta. Volume 8. No 1, Januari 2013 , hlm. 45

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI No 2 Juli-Desember 2019Page 12


pasal ini, pemerintah Myanmar dari itu ketidakmampuan Myanmar
terbukti seperti tidak melakukan untuk menyelesaikan kasus ini ICC
upaya hukum dan enggan untuk melakukan pembuktian secara
menyelesaikan kekerasan terhadap langsung terhadap Myanmar
etnis Rohingya. Dalam kasus ini apakah benar terjadi genosida, dan
Statuta Roma mengizinkan Dewan ternyata ditemukan seorang saksi
Keamanan PBB merujuk atau juga menggambarkan empat gadis
meneruskan sebuah keadaan Rohingya yang diculik, diikat
pelanggaran HAM yang tampak dengan tali, diperkosa selama tiga
kepada Mahkamah Pidana hari, dan dibiarkan dalam keadaan
Internasional. setengah mati. Berbagai kelompok
hak asasi manusia dan aktivis
Sehingga Mahkamah memperkirakan ribuan orang tewas
Kejahatan Internasional (ICC) akibat serangkaian kekerasan yang
memutuskan pada hari Kamis (6/9) pertama kali pecah setelah
bahwa mereka memiliki yurisdiksi kelompok bersenjata Rohingya
untuk menyelidiki dugaan menyerang sejumlah pos keamanan
pemusnahan massal paksa Muslim di Rakhine pada 2017 lalu.
Rohingya dari Myanmar ke negara
tetangga Bangladesh sebagai IV. PENUTUP
kemungkinan kejahatan terhadap A. Kesimpulan
kemanusiaan. Keputusan itu datang 1. Unsur genosida yang dilakukan
setelah kepala jaksa Fatou Myanmar kepada etnis Rohingya
Bensouda, dalam sebuah langkah yaitu sesuai dengan Pasal 6 Statuta
yang belum pernah terjadi Roma : Membunuh, Menimbulkan
sebelumnya, meminta pendapat luka fisik yang serius, Sengaja
hakim apakah dia dapat Menimbulkan kondisi kehidupan
menyelidiki deportasi sebagai atas etnis Rohingya yang
kejahatan terhadap kemanusiaan.45 menyebabkan kehancuran fisik
secara keseluruhan, Memaksakan
Untuk melakukan pembuktian tindakan yang mencegah keturunan
harus ada usulan setiap negara atau kelahiran dalam kelompok,
pihak yang dimana artinya dan Memindahkan warga etnis
Myanmar harus melakukan usulan Rohingya, dan tidak menganggap
bahwa terjadinya kejahatan bahwa etnis Rohingya sebagai
genosida di negaranya. Tetapi warga negara.
Myanmar malah tidak ada 2. Untuk membuktikan suatu unsur-
mengusulkan bahwa terjadinya unsur genosida di Myanmar
kejahatan genosida yang terlebih dahulu memperhatikan
menimbulkan melindungi para dahulu apakah Myanmar sudah
pelaku kejahjatan genosida. Maka melakukan persidangan pelaku
genosida,ternyata tidak ada
45
https://www.voaindonesia.com/a/icc-berhak- dilakukan persidangan disana,
tuntut-myanmar-soal-dugaan-pembersihan-etnis- sehinggga Peradilan Mahkamah
muslim-rohingya/4560966.html

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI No 2 Juli-Desember 2019Page 13


Pidana Internasional (ICC) Budiyono dan Rudy, 2009. Konstitusi dan
melakukan penyelidikan secara HAM ,Bandar Lampung: Indepth
langsung ke Myanmar untuk Publishing.
membuktikan adanya genosida Burchil, Scoot dan Andrew Linklater, 251.
disana dan ternyata benar sekali Teori-teori Hubungan Internasional
bahwa adanya kejahatan genosida (Theories of International relation),
dilakukan karena apa yang di Nusa Media, Bandung.
rasakan etnis Rohingya sangat Effendi, Tolib, 2014. Hukum Pidana
sesuai pada Pasal 6 Statuta Roma Internasional, Pustaka Yustisia,
1998. Yogyakarta.
Effendi, Masyhur, H.A, 1994. Dimensi
B. SARAN dan Dinamika Hak Asasi Manusia
1. Menurut penulis sebaiknya negara Dalam Hukum Nasional Dan
Myanmar wajib menghargai sesama Internasional, Ghalia Indonesia,
manusia yang memiliki Hak Asasi Bogor: 1994
untuk memeluk agama, untuk Erdianto, 2010. Pokok-Pokok Hukum
bertempat tinggal, dan untuk Pidana, Alaf Riau, Pekanbaru.
melaksanakan kewajiban dan hak Haryomataram, KGPH, 1984. Hukum
sebagai warga dunia. Tanpa Humaniter, CV. Rajawali, Jakarta:
melakukan embel-embel kekerasan 1984.
yang dapat merugikan dunia. Kusumapraja, Denny H, 2010. Hukum
2. Seharusnya Negara Myanmar harus Beracara di Pengadilan dan Hak
mengakui atas perbuatannya kepada Asasi Manusia, Puri Pustaka,
etnis Rohingya yang telah menjadi Bandung.
korban kejahatannya, yang dapat Parthiana, I Wayan, 2006, Hukum Pidana
merugikan nyawa sesama warga Internasional, C.V. Yrama Widya,
dunia. Sehingga dapat Bandung.
mempertanggung jawabkan Panggabean, H.P, 2012. Hukum
perbuatannya sesuai dengan aturan Pembuktian Teori Praktik
yang berlaku . Yurisprudensi Indonesia, PT. Alumni,
Daftar Pustaka Bandung.
A. Buku Mertokusumo, Sudikno, 2006. Hukum
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004. Acara Perdata Indonesia, Liberty
Pengantar Metode Penelitian Hukum, Yogyakarta, Yogyakarta
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Muhammad, Rusli, 2007. Hukum Acara
Ashshofa, Burhan, 1996. Metode Pidana Kontemporer, Citra Aditya
Penelitian Hukum, PT. Rineka Cipta, Bakti, Bandung.
Jakarta; 1996. Nainggolan, Poltak Partogi, 2012. Aktor
Atmasasmita, Romli 2000. Pengantar Non-Negara: Kajian Implikasi
Hukum Pidana Internasional, PT Kejahatan Transnasional di Asia
Refika Aditama, Bandung. Tenggara, Yayasan Pustaka Obor
Nasution, Bahder Johan, 2012. Negara Indonesia, Jakarta.
Hukum dan Hak Asasi Manusia, CV.
Mandar Maju, Bandung.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI No 2 Juli-Desember 2019Page 14


Nasution, Bahder Johan, 2012. Negara https://www.westlaw.comDocument/,
Hukum dan Hak Asasi Manusia, CV. Pada Tanggal 24 Januari 2019 Dan
Mandar Maju, Bandung. Diterjemahkan Oleh Google Translate.
Sefriani, 2012. Hukum internasional, Davit ramadhan, “Pidana Mati di Tinjau
Rajawali Pers, Jakarta. Dari Sudut Pandang Hak Asasi
Siswanto, Arie 2005. Yurisdiksi Material Manusia”, Jurnal Hukum, Fakultas
Mahkamah Kejahatan Internasional, Ilmu Hukum Universitas Riau, Vol. 1
Ghalia Indonesia, Bogor. No. 1, 1 Agustus 2010.
Soedirjo, Jaksa dan Hakim dalam Proses Jawahir Thontowi, “Perlakuan Pemerintah
Pidana, Jakarta, CV akademika Myanmar terhadap Minoritas Muslim
Pressindo: 1985, hlm. 47 Rohingya Perspektif Sejarah dan
Soekanto, Soerjono, 2014. Pengantar Hukum Internasional”, Pandecta.
Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta. Volume 8. No 1, Januari 2013 , hlm.
Sujatmoko, Andrey, 2005. Tanggung 45
Jawab Negara Atas Pelanggaran Michael Plachta, “Justice For Rohingya:
Berat HAM: Indonesia, Timor Leste Icc Prosecutor Requests Ruling On
dan lainnya, Grasindo: Jakarta. Jurisdiction To Open Investigation”,
Subekti, R, 2008. Hukum Pembuktian Eleanor Albert, February 2018, Jurnal
Cetakan Ke-17, Pradnya Paramita, Westlaw, Thomson Reuters, diakses
Jakarta. https://www.westlaw.comDocument/,
Supriyadi, Dedi, 2013. Hukum Pada Tanggal 5 Mei 2019 Dan
Internasional (dari konsepsi sampai Diterjemahkan Oleh Google Translate.
aplikasi), CV. Pustaka Setia, Poltak Partogi Nainggolan, Aktor Non-
Bandung. Negara: Kajian Implikasi Kejahatan
Wahjoe, Oentoeng 2001. Hukum Pidana Transnasional di Asia Tenggara,
Internasional, Gelora Aksara Pratama, Yayasan Pustaka Obor Indonesia,
Malang. Jakarta: 2017
Widyawati, Anis, 2014. Hukum Jawahir Thontowi, “Perlakuan Pemerintah
Pidana Internasional, Sinar Grafika, Myanmar terhadap Minoritas Muslim
Jakarta Timur. Rohingya Perspektif Sejarah dan
B. Jurnal Hukum Internasional”, Pandecta.
Amie Bauer, The Hidden Genocide: Volume 8. No 1, Januari 2013
Humanizing The Struggle Of The RR. Emilia Yustiningrum, “Masalah
Muslim Rohingya Of Myanmar, Senjata Nuklir dan Masa Depan
Children's Legal Rights Journal, Perdamaian Dunia”, Jurnal Penelitian
Featured Practice Perspective, 2015 Politik, Vol. 4, No.1, 2007.
Carola Lingaas, Defining The Protected Rudi M. Rizki, “Beberapa Catatan tentang
Groups Of Genocide Through The Pengadilan Pidana Internasional Ad
Case Law Of International Courts 2 Hoc untuk Yugoslavia dan Rwanda
(2015) (Citing Int’l Law Comm’n, serta Penerapan Prinsip Tanggung
Draft Code Of Crimes, Art. 17, Jawab Negara dalam Pelanggaran
Commentary 6, Un Doc. A/51/10 Berat HAM”, Jurnal Hukum
(2016), Jurnal Westlaw, Thomson Humaniter, Vol. 1 No.2, April 2006.
Reuters, Diakses melalui

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI No 2 Juli-Desember 2019Page 15

You might also like