Professional Documents
Culture Documents
Penerapan Model Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Higher Order Thinking
Penerapan Model Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Higher Order Thinking
ARTIKEL PENELITIAN
OLEH:
INARSIH MEUTIA
NIM. F1051141043
ARTIKEL PENELITIAN
INARSIH MEUTIA
NIM F1051141043
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan FKIP Untan Ketua Jurusan P.MIPA
Abstract
This research is purposed to find out the effectiveness of the implementation of Inquiry
learning in improving the Higher Order Thinking Skills (HOTS) of the students in
momentum and impulse. Pre-Experimental design with one group pre-test and post-
test was used in this research. The population is all the IPA students at the 10 th grade
of SMAN 1 Sukadana. Using intact group, the sample of this research was X IPA 1
that have 32 studentes. This research instrument used HOTS test that have 5 essay
questions. The average of the students HOTS test result before the implementation of
inquiry learning was 4.09 in enough category, whereas the students HOTS test result
after the implementation of inquiry learning was at 11.4 in the very good category.
Wilcoxon nonparametric test was applied with significance at 5% which shows there
is an enhancement after the implementation of inquiry learning. Inquiry learning
model is effective to improve the students HOTS in the momentum and impulse subject
in effect size score 4.4 in the high category according to Cohen. As the result inquiry
model can be used as the alternative learning model to improve students’ HOTS.
Keyword: Higher Order Thinking Skills (HOTS), inquiry learning, momentum and
impulse
1
(Nugroho, 2018). Brookhart (2010) membagi pertemuan akhir. Tes yang diberikan
HOTS menjadi tiga kategori, yaitu HOTS mencakup ranah kongnitif tingkat C4
sebagai transfer, HOTS sebagai berpikir (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6
kritis, dan HOTS sebagai pemecahan (mencipta).
masalah. Penelitian Hendryanto dan Amaria
Salah satu materi Fisika adalah (2013) pada penelitiannya tentang
momentum dan impuls. Menurut “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Khasyyatillah, Yennita, dan Mitri (2016) Untuk Melatih Kemampuan Berpikir Tingkat
dalam penyelesaian persoalan pada materi Tinggi Siswa Pada Materi Momentum dan
momentum dan impuls tidak cukup dengan Impuls” juga menunjukkan bahwa model
mengandalkan kemampuan mengingat atau inquiry learning dapat membantu peserta
menghafal rumus-rumus dan konsep. didik untuk memahami konsep dan melatih
Pendapat tersebut juga didukung oleh kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal ini
Agustin (2016) dalam penelitiannya, bahwa dibuktikan dengan hasil tes belajar.
terdapat 17 dari 34 peserta didik yang Presentase ketuntasan peserta didik
mengalami kesalahan dalam pemecahan mengalami peningkatan dari 10,7% menjadi
masalah pada konsep momentum; 29 peserta 92,8%.
didik mengalami kesalahan dalam Pembelajaran berbasis inquiry merujuk
pemecahan masalah pada konsep impuls; 26 pada aktivitas-aktivitas para peserta didik
peserta didik yang mengalami kesalahan tentang bagaimana mereka mengembangkan
dalam pemecahan masalah pada hukum pemahaman mengenai ide-ide saintifik serta
kekekalan momentum; 24 peserta didik yang bagaimana para ilmuwan mempelajari dunia
mengalami kesalahan dalam pemecahan alamiah (National Research Council, 1996).
masalah pada konsep tumbukan. Penelitian Apedoe, Walker, dan Reeves (2006)
Rufaida (2012) menunjukkan sebesar 36% mengungkapkan bahwa “using inquiry in the
peserta didik mengalami kesalahan strategi classroom as an instructional method can
dalam penyelesain soal; 84% kesalahan help students achieve understanding of
dalam menerjemahkan simbol-simbol Fisika scientific concepts by having students
dan penafsiran soal; 68% kesalahan konsep; practice and participate in the activities
60% kesalahan hitung; dan 48% kesalahan typical of a working scientist”. Dengan
tanda. demikian, model inquiry learning dapat
Penelitian Rahayu dan Yonata (2013) meningkatkan HOTS karena peserta didik
tentang “Kemampuan Kognitif Siswa Kelas dapat menemukan konsep secara langsung.
XI IPA 1 SMA Negeri 18 Surabaya pada Berdasarkan uraian yang telah
tingkat Analisis, Evaluasi, dan Kreasi pada dipaparkan, maka penerapan model inquiry
Materi Titrasi Asam Basa dengan Penerapan learning digunakan untuk meningkatkan
Model Pembelajaran Inkuiri” menunjukkan Higher Order Thinking Skills (HOTS) peserta
bahwa HOTS dapat ditingkatkan dengan didik pada materi momentum dan impuls.
menerapkan model inquiry learning melalui
hasil tes belajar yang meliputi tes METODE PENELITIAN
keterampilan proses dan tes produk. Tes Penelitian ini menggunakan bentuk pre-
keterampilan proses diperoleh dari hasil experimental design dengan rancangan one
pengerjaan Lembar Kerja Siswa (LKS) oleh group pretest-posttest design (Sugiyono,
peserta didik yang bertujuan untuk 2016: 111). Adapun rancangan penelitian ini
mencerminkan kegiatan inquiry learning. ditunjukkan pada Tabel 1.
Sedangkan, tes produk dilaksanakan pada
2
Tabel 1. Rancangan One Group Pretest-Posttest Design
Populasi dalam penelitian ini adalah tahap akhir antara lain: (1) menganalisis data;
peserta didik kelas X IPA SMA Negeri 1 (2) mengambil kesimpulan berdasarkan
Sukadana tahun ajaran 2017/2018. Sampel analisis data yang dilakukan; (3) menyusun
yang digunakan dalam penelitian ini diambil laporan akhir.
menggunakan teknik random sampling Kegiatan atau tahapan penelitian yang
secara intact group sehingga terpilih kelas X dilakukan dapat visualkan sebagai berikut.
IPA 1 SMA Negeri 1 Sukadana yang terdiri
dari 32 peserta didik. Teknik pengumpul data Tahap Persiapan (4 kegiatan)
dalam penelitian ini menggunakan teknik
pengukuran berupa hasil pretest dan posttest.
Alat pengumpul data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes HOTS berbentuk
esai yang terdiri dari 5 soal pretest dan 5 soal Tahap Pelaksanaan (3 kegiatan)
postets dengan tingkatan level kognitif C4,
C5, dan C6. Prosedur penelitian ini terdiri
dari tiga tahap sebagai berikut:
Tahap Persiapan
Tahap Akhir (3 kegiatan)
Langkah-langkah yang dilakukan pada
tahap persiapan antara lain: (1) mengurus
surat permohonan riset dan surat tugas; (2) Bagan. Tahapan Penelitian
mengadakan observasi yang bertujuan untuk
menentukan subjek dan waktu perlakuan HASIL PENELITIAN DAN
dilaksanakan; (3) mempersiapkan instrumen PEMBAHASAN
penelitian, berupa kisi-kisi soal tes, soal pre- Hasil Penelitian
test dan post-test, LKS, dan RPP; (4) Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri
melakukan validasi instrumen penelitian. 1 Sukadana pada peserta didik kelas X IPA 1
dengan tujuan untuk meningkatkan Higher
Tahap Pelaksanaan Order Thinking Skills (HOTS) pada materi
Langkah-langkah yang dilakukan pada momentum dan impuls. Penelitian ini
tahap pelaksanaan antara lain: (1) dilaksanakan selama 4 kali pertemuan yang
memberikan test awal (pre-test) dalam terdiri dari pemberian pretest, pembelajaran
bentuk soal uraian; (2) melakukan dengan 2 kali pertemuan, dan pemberian
pembelajaran terhadap sampel penelitian posttest.
dengan menggunakan model inquiry Persentase HOTS peserta didik setelah
learning; (3) memberikan tes akhir (post-test) pembelajaran lebih tinggi dibandingkan
dalam bentuk soal uraian. sebelum diberikan pembelajaran. Secara
keseluruhan, persentase HOTS peserta didik
Tahap Akhir sebelum dan setelah pembelajaran dapat
Langkah-langkah yang dilakukan pada dilihat pada Gambar 1.
3
100%
80% 76%
60%
40%
27.30%
20%
0%
Sebelum sesudah
1. Higher Order Thinking Skills (HOTS) HOTS peserta didik sebelum dan sesudah
Peserta Didik Sebelum dan Setelah diterapkan model inquiry learning pada
Diterapkan Model Inquiry Learning materi momentum dan impuls dapat dilihat
Hasil HOTS peserta didik diperoleh dari pada Tabel 2.
skor pretest dan posttest. Rekapitulasi hasil
Persentase HOTS peserta didik sebelum dilanjutkan dengan uji statistik parametrik
pembelajaran dengan menggunakan model yaitu uji t dan jika data tidak berdistribusi
inquiry learning menunjukkan sebesar normal maka dilanjutkan dengan uji statistik
31.25% peserta didik berada pada level nonparametrik yaitu uji Wilcoxon.
kurang dalam menyelesaikan soal HOTS. Penelitian ini menggunakan uji Shapiro-
Sedangkan 68.75% berada pada level cukup. Wilk untuk normalitas data. Berdasarkan
Sesudah diterapkan model inquiry hasil uji normalitas tersebut, diperoleh nilai
learning, 59.375% peserta didik berada pada signifikansi pretest 0.015 dan posttest 0.024.
level baik dalam menyelesaikan soal HOTS. Data dapat dikatakan berdistribusi normal
Sedangkan 40.625% berada pada level sangat jika nilai signifikansi > 0.05, sehingga data
baik. pretest dan posttest tersebut tidak
berdistribusi normal.
2. Peningkatan HOTS Peserta Didik Selanjutnya, dilakukan uji statistik non-
Setelah Diterapkan Model Inquiry parametrik yaitu uji Wilcoxon karena data
Learning tidak berdistribusi normal. Berdasarkan uji
Untuk mengetahui peningkatan HOTS tersebut, diperoleh nilai asymp. Sig. (2-tailed)
peserta didik setelah diterapkan model atau signifikansi asimtot untuk uji dua sisi
inquiry learning diperlukan uji prasyarat adalah 0.000, berada dibawah 0.05 (0.00 <
statistik yaitu uji normalitas untuk 0.05). Maka, terdapat peningkatan secara
mengetahui data berdistribusi normal atau signifikan pada HOTS peserta didik setelah
tidak. Jika data berdistribusi normal maka
4
dilakukan pembelajaran dengan menerapkan model inquiry learning dapat dihitung
model inquiry learning. dengan menggunakan rumus gain-score
Untuk mengetahui besar peningkatan menurut Hake dapat dilihat pada Tabel 4.
HOTS peserta didik dengan menerapkan
3. Effect Size Penggunaan Model Inquiry penggunaan model inquiry learning untuk
Learning untuk Meningkatkan HOTS meningkatkan HOTS peserta didik,
Peserta Didik digunakan rumus effect size Cohen dapat
Untuk mengetahui tingkat efektivitas dilihat pada Tabel 5.
5
kategori sangat baik. Temuan ini sesuai diberikan. Tahap ini dapat membantu peserta
dengan penelitian yang dilakukan oleh didik untuk mengembangkan pengetahuan
Rahayu dan Yonata (2013) bahwa penerapan barunya.
model pembelajaran inquiry dapat Tahap keempat yaitu verification.
meningkatkan HOTS peserta didik. Menurut Menurut Nugroho (2018: 71) tahap
Gulo (dalam al-Tabany, 2014: 83) proses verification merupakan proses mengevaluasi
pembelajaran inquiry tidak hanya dan menguji ide atau solusi baru terhadap
mengembangkan kemampuan intelektual realitas, sehingga peserta didik mengalami
tetapi juga seluruh potensi yang ada, seperti proses mengecek dan mengkritisi. Pada tahap
kemampuan merumuskan masalah, ini peserta didik diminta untuk menguji
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, hipotesis yang telah dibuat, sehingga dapat
menganalisis data, dan membuat kesimpulan meningkatkan kemampuan kognitif pada
Peningkatan HOTS peserta didik level C5 yaitu mengevaluasi.
berdasarkan perhitungan gain score sebesar Tahap kelima yaitu application. Pada
0.67 dengan kategori cukup. Penelitian yang tahap ini peserta didik diminta untuk
dilakukan oleh Hugret dan Kortam (2014) membuat kesimpulan dari permasalahan yang
yang menyatakan bahwa HOTS tidak bisa telah diberikan. Selain itu, peserta didik juga
dikembangkan oleh peserta didik dan guru diharapkan dapat mengaplikasikan
hanya dengan pembelajaran konvensional, pengetahuan yang telah dimiliki dalam
tetapi HOTS perlu diajarkan secara eksplisit kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, tahap
melalui rancangan pembelajaran yang baik ini dapat meningkatkan kemampuan kognitif
salah satunya adalah dengan menerapkan peserta didik pada level C5 dan C6 yaitu
pembelajaran inquiry. Hal ini dikarenakan mengevaluasi dan mencipta.
penerapan pembelajaran inquiry dapat Berdasarkan hasil penelitian ini
meningkatkan kemampuan HOTS peserta menunjukkan model inquiry learning efektif
didik. untuk meningkatkan HOTS peserta didik
Model inquiry learning memiliki lima dengan tingkat efektivitas tergolong tinggi
tahapan, yaitu observation, manipulation, sebesar 4.4. Belum ada penelitian
generalization, verification, dan application. sebelumnya yang menyelidiki efektivitas
Tahap pertama yaitu observation. Tahap ini penerapan model inquiry learning untuk
dapat meningkatkan pemahaman dalam meningkatkan HOTS peserta didik. Tetapi,
mengidentifikasi masalah karena peserta ada penelitian serupa (Wicaksono dan
didik diberikan suatu masalah kemudian Maryadi, 2016) yang menyimpulkan bahwa
mereka diminta untuk mengindentifikasi penerapan model inquiry learning lebih
masalah tersebut. Sehingga peserta didik efektif diterapakan dalam pembelajaran
dapat mentransfer pengetahuan yang dimiliki dibandingkan model pembelajaran
dalam memahami masalah di kehidupan konvensional.
nyata.
Tahap kedua yaitu manipulation. Tahap SIMPULAN DAN SARAN
ini dapat meningkatkan kemampuan kognitif Simpulan
peserta didik pada level C4, yaitu Berdasarkan hasil penelitian, dapat
menganalisis. Hal ini dikarenakan peserta disimpulkan secara umum bahwa model
didik diminta untuk menganalisis dan inquiry learning efektif untuk meningkatkan
mengumpulkan data yang mendukung dalam Higher Order Thinking Skills (HOTS) peserta
memecahkan masalah yang telah diberikan. didik pada materi momentum dan impuls.
Tahap ini juga mengasah kemampuan peserta Secara khusus, dalam penelitian ini dapat
didik untuk menemukan pengetahuan baru. disimpulkan sebagai berikut: (1) rata-rata
Tahap ketiga yaitu generalization. Pada skor pre-test HOTS peserta didik diperoleh
tahap ini peserta didik diminta untuk sebesar 4.09, sedangkan rata-rata skor post-
membuat hipotesis dari masalah yang telah test sebesar 11.4; (2) terdapat peningkatan
6
yang signifikan pada penggunaan model Learning into Undergraduate
inquiry learning untuk meningkatkan HOTS Geology. Journal of Geosciece
peserta didik pada materi momentum dan Education. Vol. 54, No. 3, pp. 414-421.
impuls. Hal ini ditunjukkan pada hasil uji Brookhart, S. M. 2010. How to Assess
statistik non-parametrik Wilcoxon, dengan Higher-Order Thinking Skills in Your
taraf signifikansi 𝛼 = 5%. Didapatkan hasil Classroom. Alexandria: ASCD.
signifikansi asimtot untuk uji dua sisi adalah Hake, R.R. 1999. Analyzing Change/Gain
0, berada dibawah 0.05 (0.00 < 0.05). Scores. (https://journal.unnes.ac.id,
Berdasarkan perhitungan diperoleh gain- diakses pada 17 Maret 2018).
score sebesar 0.67 dengan kategori cukup; Hendryanto, J. & Amaria. 2013. Penerapan
(3) model inquiry learning efektif untuk Model Pembelajaran Inkuiri untuk
meningkatkan HOTS peserta didik pada Melatih Kemampuan Berpikir
materi momentum dan impuls dengan nilai Tingkat Tinggi Siswa pada Materi
effect size 4.4 dengan kategori tinggi menurut Pokok Laju Reaksi. Unesa Journal of
Cohen. Chemical Education. Vol. 2, No. 2, Hal.
151-158.
Saran Hugerat, M. & Kortam, N. 2014. Improving
Model inquiry learning efektif untuk Higher Order Thinking Skills among
meningkatkan Higher Order Thinking Skills freshmen by Teaching Science
(HOTS) peserta didik pada materi through Inquiry. Eurasia Journal of
momentum dan impuls, sehingga model ini Mathematics, Science & Technology
dapat dijadikan sebagai salah satu model Education. Vol. 10, No. 5, pp. 447-454.
alternatif pembelajaran bagi guru untuk Kemendikbud. 2013. Kompetensi Dasar.
meningkatkan HOTS peserta didik pada (staff.uny.ac.id, diakses pada 2 Febuari
materi momentum dan impuls. Selain itu 2018).
peneliti selanjutnya diharapkan dapat Khasyyatillah, I., Yennita, & Irianti, M..
mengatasi kelemahan pada penelitian ini, 2016. Pengembangan Lembar Kerja
diantaranya: (1) menggunakan proporsi soal Siswa Higher Order Thinking Skills
yang seimbang tiap level HOTS; (2) (HOTS) pada Materi Momentum,
rekapitulasi HOTS disusun berdasarkan level Impuls dan Tumbukan Sma Kelas
kognitif (C4, C5, dan C6). XI/Semester 1. (https://jom.unri.ac.id,
diakses pada 1 Febuari 2018).
DAFTAR REFERENSI Lewy, Zulkardi, & Aisyah, Nyimas. 2009.
Agustin, D.K. 2016. Kesalahan Siswa SMA Pengembangan Soal untuk Mengukur
dalam Memecahkan Masalah Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Momentum Impuls. Prosiding Seminar Pokok Bahasan Barisan dan Deret
Nasional Pendidikan IPA Volume 1 Bilangan di Kelas IX Akselerasi SMP
Tahun 2016. 8 Oktober 2016, Malang, Xaverius Maria Palembang. Jurnal
Indonesia. Hal. 174-183. Pendidikan Matematika. Vol. 3, Hal. 15-
al-Tabany, T.I.B. 2014. Mendesain Model 28.
Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan National Research Council. 1996. National
Kontekstual. Jakarta: Prenadamedia Science Education Standards.
Group. Washington DC: National Academy
Anderson & Krathwol. 2001. A Taxonomy Press, 253 p.
for Learning, Teaching, and Assesing; Nugroho, R. Arifin. 2018. Kemapuan
A revision of Bloom’s Taxonomy of Berpikir Tingkat Tinggi: Konsep,
Education Objectives. New York: Pembelajaran, Penilaian, dan Soal-
Addison Wesley Lonman Inc. soal. Jakarta: PT Gramedia.
Apedoe, X. S., Walker S. E., & Reeves, T. C.
2006. Integrating Inquiry-based
7
OECD. 2016. PISA 2015 Results (Volume pada Materi Momentum dan Impuls.
1): Excellene and Equity in Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas
Education. Paris: OECD Publishing. Maret.
Rahayu, Triyas; dan Yonata, Bertha. 2013. Sugiyono. 2016. Metode Penelitian
Kemampuan Kognitif Siswa Kelas XI Pendidikan. Bandung: ALFABETA.
IPA 1 SMA Negeri 18 Surabaya pada Wicaksono, Bayu & Maryadi, Totok Heru
tingkat Analisis, Evaluasi, dan Kreasi Tri. 2016. Efektivitas Model
pada Materi Titrasi Asam Basa Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil
dengan Penerapan Model
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Pembelajaran Inkuiri. UNESA Journal
of Chemical Education. Vol. 2, No. 2, Mengoperasikan Peralatan
Hal. 12-16. Pneumatik di SMK N Tembarak.
Rufaida, Sufi Ani. 2012. Profil Kesalahan (http://journal.student.uny.ac.id, diakses
Siswa SMA dalam Pengerjaan Soal pada 6 Agustus 2018).