Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI PELEPAH NIPAH DENGAN PEREKAT

ASAM SITRAT DAN SUKROSA

MAHDI SANTOSO1,2*, RAGIL WIDYORINI3,


TIBERTIUS AGUS PRAYITNO3, & JOKO SULISTYO3
1
Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya
Jl. Yos Sudarso, Palangka Raya 73112
2
Mahasiswa Program Pascasarjana, Program Studi Ilmu Kehutanan, Universitas Gadjah Mada
3
Departemen Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada,
Jl. Agro No. 1, Bulaksumur, Sleman, 55281
*Email: mahdisantoso@gmail.com

ABSTRACT

Utilization of natural binder for non-wood composite is still limited. Sucrose and citric acid are potential
natural binding agents for composite products. Nipa (Nypa fruticans Wurmb.) was non-wood materials which
are potentially to be used as an alternative raw material for particleboards. This study aimed to determine the
quality of the nipa frond particleboard bonded with sucrose/citric acid (100/0, 87.5/12.5 and 75/25).
Particleboards were manufactured in 25 cm × 25 cm × 1 cm dimension, the target of density 0.8 g/cm3. The
variables included resin content of 20%, press time of 10 m, pressing temperature of 180°C and specific
pressure of 3.6 MPa. The physics and mechanics properties of particleboard were tested in accordance to
standard JIS A 5908:2003 and surface roughness was measured by following the method performed by
Hiziroglu (1996). The results showed that the addition of citric acid to sucrose give a positive effect on most of
the properties of the nipa frond particleboards. The particleboard bonded with sucrose/citric acid 87.5/12.5
was able to provide the best results to meet the standards of JIS A 5908: 2003. Characteristics of the
particleboard was a density of 0.89 g/cm, moisture content of 10.21%, thickness swelling of 2.45%, water
absorption of 23.55%, surface roughness of 5.13 ìm, internal bonding of 0.39 MPa, modulus of rupture of 9.80
MPa and modulus of elasticity of 3.19 GPa.

Keywords: particleboard, nipa frond, natural binder, sucrose, citric acid.

INTISARI

Penggunaan perekat alami dan bahan baku non kayu dalam pembuatan papan partikel masih sangat
terbatas. Sukrosa dan asam sitrat adalah dua bahan alami yang potensial sebagai perekat alami pengganti
perekat sintetik berbasis formaldehida. Nipah (Nypa fruticans Wurmb.) merupakan bahan non kayu yang
potensial dijadikan alternatif bahan baku papan partikel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas
papan partikel pelepah nipah yang direkat dengan sukrosa/asam sitrat (100/0, 87,5/12,5 dan 75/25). Papan
partikel yang dibuat berukuran 25 cm × 25 cm × 1 cm, target kerapatan 0,8 g/cm3. Variabel perekatan antara
lain jumlah perekat 20%, waktu kempa 10 menit, suhu kempa 180°C dan tekanan spesifik 3,6 MPa. Sifat fisika
dan mekanika papan partikel diuji berdasarkan standar JIS A 5908:2003, kekasaran permukaan diukur
menggunakan metode yang dilakukan oleh Hiziroglu (1996). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penambahan asam sitrat terhadap sukrosa berpengaruh positif terhadap sebagian besar sifat papan partikel
pelepah nipah. Papan partikel pelepah nipah dengan perekat sukrosa/asam sitrat 87,5/12,5 mampu
memberikan hasil terbaik dengan memenuhi standar JIS A 5908:2003. Karakteristik papan partikel tersebut
adalah kerapatan 0,89 g/cm3, kadar air 10,21%, pengembangan tebal 2,45%, penyerapan air 23,55%,
kekasaran permukaan 5,13 µm, keteguhan rekat internal 0,39 MPa, keteguhan patah 9,80 MPa dan keteguhan
elastisitas 3,19 GPa.

Kata kunci: papan partikel, pelepah nipah, perekat alami, sukrosa, asam sitrat.

129
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016

PENDAHULUAN Harifi dan Montazer, 2012). Penelitian tentang


penambahan asam sitrat terhadap perekat sukrosa
Pada beberapa tahun terakhir perekat alami
telah mulai dilakukan dalam usaha meningkatkan
(natural binder/bio-based binders/bio-binders/
kualitas papan partikel yang dihasilkan. Hasil
bio-based adhesives/bio-adhesives) berkembang
penelitian Umemura et al. (2014) membuktikan
dengan sangat cepat, baik menyangkut jenis maupun
bahwa penambahan asam sitrat terhadap sukrosa
optimalisasi dari perekat alami yang sudah ada. Salah
(rasio asam sitrat/sukrosa 25/75) dan kadar perekat
satu bahan alami yang cukup potensial untuk
30% mampu meningkatkan sifat rekat papan partikel
dikembangkan sebagai perekat alami ialah sukrosa
limbah kayu lunak. Hasil penelitian Widyorini et al.,
(Umemura et al., 2013, 2014; Lamaming et al., 2013;
(2016b) mendapatkan hasil bahwa penambahan asam
Widyorini et al., 2016b). Sukrosa ialah disakarida
sitrat 50% pada sukrosa (rasio sukrosa/asam sitrat
yang tersusun atas glukosa dan fruktosa yang diikat
50/50), mampu meningkatkan sifat rekat papan
dengan ikatan eter pada atom C1 unit glukosa dan
partikel kayu keras, walaupun hasil tersebut masih
atom C2 pada unit fruktosa. Sifat lainnya ialah
lebih rendah jika dibandingkan dengan perekat asam
memiliki kelarutan yang tinggi dalam air dan gugus
sitrat 100% akan tetapi jauh lebih baik jika
hidroksil (OH) yang melimpah yang memungkin-
dibandingkan dengan sukrosa 100% pada penelitian
kannya untuk membentuk ikatan hidrogen dengan
yang sama.
molekul selulosa dan hemiselulosa pada bahan
lignoselulosa (Bock dan Lemieux, 1982). Bahan yang dipandang sangat potensial dan
belum dimanfaatkan secara maksimal adalah bahan
Kelemahan sukrosa sebagai perekat alami ialah
lignoselulosa yang berasal dari non kayu, salah satu-
memiliki stabilitas dimensi dan kekuatan rekat yang
nya pelepah nipah. Widyorini et al. (2012) menyata-
relatif rendah. Menurut Widyorini et al. (2016b),
kan bahwa pelepah nipah dapat dimanfaatkan
papan partikel kayu jati yang direkat dengan sukrosa
sebagai bahan baku komposit dengan kualitas yang
yang berdiri sendiri dan dikempa pada suhu 180°C
cukup baik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
memiliki kualitas yang rendah yaitu dengan nilai
bahwa papan partikel pelepah nipah telah memenuhi
pengembangan tebal mencapai 62% hampir sama
sebagian besar standar JIS A 5908:2003. Penelitian
dengan pengembangan tebal papan partikel tanpa
lain dari Kruse dan Frühwal (2001) juga menyatakan
perekat (66%). Kelemahan tersebut disebabkan oleh
bahwa papan partikel dari pelepah nipah secara
sifat dasar dari sukrosa sendiri yang merupakan
umum memiliki karakteristik yang memuaskan
bahan dengan nilai kelarutan dan gugus hidroksil
untuk keperluan mebel/furniture. Demikian juga
yang cukup tinggi. Penambahan asam polikarbok-
dengan hasil penelitian Roliadi et al. (2012) dan
silat (misalnya asam sitrat) dapat mengeliminasi
Indrawan et al. (2013) menyatakan pelepah nipah
kelemahan tersebut. Mekanisme yang terjadi ialah
mempunyai potensi yang lebih baik dibanding sabut
terbentuknya ikatan silang antara gugus karboksil
kelapa sebagai bahan baku papan komposit.
(COOH) asam sitrat dengan gugus hidroksil (OH)
Dipandang dari segi potensi ketersediaan bahan
pada sukrosa dan bahan lignoselulosa yang direkat,
baku, maka pelepah nipah merupakan sumber
dimulai dengan dehidrasi dua kelompok karboksil
partikel yang sangat potensial yaitu mencapai 1,62 x
dan kemudian bereaksi dengan gugus hidroksil
1010 kg partikel pelepah nipah kering udara per
membentuk ikatan ester (Umemura et al., 2012;

130
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016

bulan, dengan asumsi pohon nipah 5,6 miliar pohon yang telah dibuat dicampurkan dengan partikel,
(Subiandono et al., 2011; Lutony, 1993 cit. kemudian dioven selama ± 24 jam sampai diperoleh
Lempang, 2013), dengan berat jenis kering udara kadar air sekitar 2-4%.
pelepah nipah 0,21 (Roliadi, et. al., 2012), panjang Dimensi papan partikel yang dibuat berukuran 25
pelepah rata-rata 3,5 meter (Subiandono et al., 2011), cm × 25 cm × 1 cm dan target kerapatan 0,8 g/cm³.
diameter rata-rata 5 cm dan dalam satu pohon Variabel proses kempa yang dipergunakan ialah suhu
diambil dua pelepah per bulan. kempa 180ºC, waktu kempa 10 menit dan tekanan
Penelitian menggunakan campuran sukrosa dan spesifik kempa 3,6 MPa.
asam sitrat yang optimal sebagai perekat pada papan Papan partikel yang telah berhasil dibuatkan
partikel pelepah nipah (non wood material) belum kemudian dikondisikan pada suhu kamar selama
pernah dilakukan. Untuk itu, tujuan dari penelitian kurang lebih tujuh hari dan kemudian papan partikel
ini ialah mengetahui pengaruh penambahan asam tersebut diuji dengan mengacu pada standar JIS A
sitrat terhadap kualitas papan partikel dari pelepah 5908 (JIS, 2003) meliputi kerapatan, kadar air,
nipah yang direkat dengan menggunakan sukrosa. pengembangan tebal, penyerapan air, keteguhan
rekat internal, keteguhan patah, dan keteguhan
BAHAN DAN METODE elastisitas. Pengujian kekasaran permukaan meng-
gunakan alat surface roughness tester SRG-4000
Pelepah nipah yang dipergunakan berdiameter
(produksi Phase II+Bosworth Instrument) mengacu
antara 5-8 cm dari kelas pelepah tua (berwarna
pada metode yang dipergunakan oleh Hiziroglu
coklat). Berat jenis rata-rata pelepah nipah ialah 0,31.
(1996).
Partikel pelepah nipah yang dipergunakan adalah
partikel dengan kulit. Kerapatan tumpukan (bulk
HASIL DAN PEMBAHASAN
density) partikel rata-rata 0,22 g/cm3 dengan
distribusi partikel sebagai berikut, >10 mesh 18%, Kerapatan dan kadar air
10-40 mesh 69%, 40-60 mesh 6%, 60-100 mesh 4% Papan partikel pelepah nipah dapat dibuat tanpa
dan <100 mesh 3%. Partikel yang dipergunakan mengalami delaminasi dan memiliki warna coklat tua
untuk penelitian berukuran lolos 10 mesh (= 2 mm). (Gambar 1). Warna papan partikel ini mirip dengan
Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini yang dihasilkan dalam penelitian Umemura et al.
adalah sukrosa teknis (produksi PT. Multi Kimia (2013) dan Widyorini et al. (2016b) dengan perekat
Raya (MKR) Chemical, Semarang) dan asam sitrat dan suhu kempa yang sama. Nilai rata-rata kerapatan
anhidrat (kadar 99,5-101,0% produksi PT. Budi dan kadar air berturut-turut berkisar antara 0,87-
Strach & Sweetener Tbk. Indonesia). Sukrosa dan 0,92g/cm3 dan 9,02-11,70%. Nilai rata-rata kerapat-
asam sitrat tersebut kemudian dilarutkan dalam air an dan kadar air papan partikel berperekat sukrosa-
suling dengan kelarutan berturut-turut 50% dan 60% asam sitrat dengan perbandingan 100/0; 87,5/12,5
berbasis berat. Jumlah perekat yang dipergunakan dan 75/25 tersebut tidak berbeda secara signifikan.
ialah 20% berdasarkan berat kering udara partikel. Semua papan partikel yang dibuat telah memenuhi
Perbandingan sukrosa-asam sitrat dalam penelitian standar JIS 5908:2003 untuk parameter kadar air
ini ialah 100/0; 87,5/12,5 dan 75/25. Larutan perekat yang ditetapkan pada kisaran 5-13%.

131
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016

Gambar 1. Papan partikel pelepah nipah dengan perekat sukrosa/asam sitrat


87,5/12,5 kadar perekat 20%

60
14
50
12
Pengembangan Tebal (%)

Pengembangan Tebal Penyerapan Air

Penyerapan Air (%)


10 40

8
30
6
20
4
10
2

0 0
100/0 87,5/12,5 75/25
Rasio sukrosa/asam sitrat (%)
Gambar 2. Histogram stabilitas dimensi papan partikel pelepah nipah. Garis vertikal
pada bar merupakan standar deviasi.

Stabilitas dimensi rendah di bawah 30%. Gambar 2 memperlihatkan


Stabilitas dimensi ialah kemampuan suatu papan bahwa penambahan asam sitrat terhadap sukrosa
partikel untuk mempertahankan dimensinya terhadap mampu memperbaiki stabilitas dimensi papan
proses perendaman di dalam air (water resistance) partikel dengan penurunan pengembangan tebal tiga
dan/atau perubahan kondisi udara sekitar ketika kali lipat dibanding papan partikel dengan perekat
papan tersebut digunakan. Hasil penelitian sukrosa saja. Pengembangan tebal terkecil dihasilkan
menunjukkan bahwa nilai rata-rata pengembangan oleh papan partikel yang direkat dengan sukrosa/
tebal berkisar antara 1,83-6,14% dan penyerapan air asam sitrat 75/25. Asam sitrat dan kombinasinya
sebesar 23,55-28,36%. Semua papan partikel dengan sukrosa telah diketahui sebelumnya mem-
pelepah nipah yang dibuat telah memenuhi standar punyai kemampuan yang baik dalam membentuk
JIS 5908:2003 untuk kategori pengembangan tebal papan dengan stabilitas dimensi yang baik
(maksimum 12%) dan penyerapan air yang relatif (Umemura et al., 2013, 2014; Widyorini et al.,

132
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016

2016b). Asam sitrat telah diketahui berperan besar Keteguhan rekat internal

terhadap berkurangnya gugus hidroksil pada papan Nilai rata-rata keteguhan rekat internal papan
partikel dengan mekanisme pembentukan ikatan partikel pelepah nipah dapat dilihat pada Gambar 4.
ester sehingga mampu membentuk papan partikel Hasil analisis menyatakan bahwa penambahan asam
yang bersifat hidrofobik dengan stabilitas dimensi sitrat berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan
dan ketahanan terhadap air yang baik (Umemura et keteguhan rekat internal papan partikel pelepah
al., 2012, 2013, 2014; Widyorini et al., 2016a, nipah. Peningkatan nilai keteguhan rekat internal
2016b). papan partikel yang direkat dengan sukrosa dengan
penambahan asam sitrat mencapai dua kali lipat
Kekasaran permukaan
daripada tanpa penambahan asam sitrat. Hasil ini
Kekasaran permukaan dinyatakan dengan serupa dengan hasil penelitian Umemura et al. (2013,
parameter nilai Ra (Roughness average). Nilai 2014) pada papan partikel kayu lunak dan Widyorini
rata-rata kekasaran permukaan papan partikel et al. (2016b) pada papan partikel kayu keras.
pelepah nipah antara 5,13-7,23 µm. Gambar 3
Nilai perbandingan optimal sukrosa/asam sitrat
menjelaskan bahwa penambahan asam sitrat mampu
pada papan partikel pelepah nipah ialah pada rasio
memperhalus permukaan papan partikel pelepah
87,5/12,5. Rasio ini berbeda dengan nilai optimal
nipah secara signifikan. Nilai kekasaran permukaan
yang didapatkan oleh Umemura et al. (2013, 2014)
terbaik dihasilkan oleh papan partikel yang direkat
pada rasio 75/25 dan Widyorini et al. (2016b) pada
dengan sukrosa/asam sitrat 87,5/12,5 dengan nilai
rasio 50/50. Perbedaan hasil penelitian ini diduga
5,13 µm. Menurut Widyorini et al. (2016a),
disebabkan oleh faktor perbedaan jenis bahan baku
penambahan asam sitrat akan menghasilkan kontak
yaitu kandungan komponen kimia terutama zat
yang lebih baik antara partikel dan memiliki sifat
ekstraktif dan ukuran partikel yang dipergunakan.
rekat yang lebih baik, yang akan menghasilkan
Papan partikel dengan perekat sukrosa/asam sitrat
permukaan papan partikel yang lebih halus. Nilai ini
87,5/12,5 mempunyai nilai keteguhan rekat internal
telah memenuhi standar kekasaran permukaan papan
yang paling tinggi. Nilai ini lebih baik jika
partikel yang berkisar pada nilai 3,67-5,46 µm
dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan
(Hiziroglu dan Suzuki, 2007).
oleh Widyorini et al. (2012) pada papan partikel

9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
100/0 87,5/12,5 75/25
Rasio sukrosa/asam sitrat (%)
Gambar 3. Histogram kekasaran permukaan papan partikel pelepah nipah.
Garis vertikal pada bar merupakan standar deviasi.

133
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016

0,60
0,50

Keteguhan Rekat Internal


0,40
0,30

(MPa)
0,20
0,10
0,00
100/0 87,5/12,5 75/25
Rasio sukrosa/asam sitrat (%)
Gambar 4. Histogram keteguhan rekat internal papan partikel pelepah nipah.
Garis vertikal pada bar merupakan standar deviasi.

pelepah nipah tanpa kulit dengan menggunakan keteguhan rekat internal papan partikel batang kelapa
perekat asam sitrat 10%. Perbedaan ini disebabkan sawit dengan geometri dan ukuran kasar 49% lebih
oleh tiga faktor yaitu jenis perekat, jumlah perekat baik dibandingkan dengan partikel yang berukuran
dan komposisi bahan baku. Penambahan asam sitrat lebih halus.
pada sukrosa dalam penelitian terbukti efektif
Keteguhan lengkung statik
meningkatkan sifat rekat papan partikel pelepah
Nilai keteguhan lengkung statik meliputi
nipah dan meningkatkan kadar perekat maksimum
keteguhan patah dan keteguhan elastisitas. Nilai
(mencapai 20%) yang dapat diaplikasikan pada
rata-rata keteguhan patah dan keteguhan elastisitas
pelepah nipah. Sebagaimana disebutkan dalam hasil
papan partikel pelepah nipah disajikan pada Gambar
penelitian Widyorini et al. (2012), kadar perekat
5. Perbedaan jenis perekat yang dipergunakan tidak
asam sitrat maksimum yang bisa ditambahkan ke
berpengaruh terhadap keteguhan patah tetapi berpe-
pelepah nipah hanya sekitar 10% dan jika lebih dari
ngaruh nyata terhadap keteguhan elastisitas papan
itu maka papan partikel yang dibuat mengalami
partikel pelepah nipah. Nilai keteguhan patah dan
delaminasi. Faktor adanya kulit pada pelepah nipah
keteguhan elastisitas dalam penelitian ini telah
dalam penelitian ini juga berpengaruh positif
memenuhi standar JIS 5908:2003.
terhadap keteguhan rekat internal papan partikel
pelepah nipah. Jika dihubungkan dengan kandungan Nilai keteguhan lengkung statis papan partikel

zat ekstraktif, maka perbedaan perlakuan dengan dan pelepah nipah hasil penelitian ini lebih baik jika

tanpa kulit ini diduga berpengaruh besar, sehingga dibandingkan dengan hasil penelitian Widyorini et

pada akhirnya akan memberikan hasil yang berbeda al. (2012) pada pelepah nipah tanpa kulit.

pada keteguhan rekat internal papan partikel pelepah Kemungkinan adanya perbedaan komposisi kimia

nipah. Demikian juga dengan ukuran dominan pada bahan baku (tanpa kulit dan dengan kulit)

partikel penyusun papan partikel, dimana pada terutama kandungan ekstraktif diduga berperan

penelitian Widyorini et al. (2012), partikel dominan dalam menghasilkan nilai yang berbeda ini, demikian

berukuran 10-40 mesh persentasinya sekitar 46%, juga dengan perbedaan ukuran dan geometri partikel

sedangkan dalam penelitian ini partikel dominan diduga kuat berpengaruh terhadap perbedaan hasil

berukuran 10-40 mesh persentasinya mencapai 69%. penelitian ini. Hashim et al. (2010) menyatakan

Hashim et al. (2010) menyatakan bahwa nilai bahwa nilai keteguhan patah papan partikel batang

134
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016

20 10
Keteguhan Patah Keteguhan Elastisitas
18 9
16 8

Keteguhan Elastisitas (GPa)


Keteguhan Patah (MPa)
14 7
12 6
10 5
8 4
6 3
4 2
2 1
0 0
100/0 87,5/12,5 75/25
Rasio sukrosa/asam sitrat (%)
Gambar 5. Histogram keteguhan lengkung statis papan partikel pelepah nipah.
Garis vertikal pada bar merupakan standar deviasi.

kelapa sawit dengan geometri dan ukuran yang lebih DAFTAR PUSTAKA

kasar 84% lebih baik dibandingkan dengan partikel Bock K & Lemieux RU. 1982. The conformational
yang berukuran lebih halus. Faktor lain yang juga properties of sucrosein aqueous solution:
Intramolecular hydrogen-bonding. Carbohydrate
berpengaruh besar ialah komposisi perekat dan Research 100(1),63-74.
jumlah perekat yang diaplikasikan pada papan Harifi T & Montazer M. 2012. Past, present and
partikel. future prospects of cotton cross-linking: New
insight into nanoparticles. Carbohydrate
Polymers 88, 1125-1140.
KESIMPULAN Hashim R, Saari N, Sulaiman O, Sugimoto T,
Hiziroglu S, Sato M, & Tanaka R. 2010. Effect of
Penambahan asam sitrat pada sukrosa terbukti particle geometri on the properties of binderless
particleboard manufactured from oil palm trunk.
memberikan pengaruh positif terhadap sifat rekat
Materials and Design 31, 4251-4257.
papan partikel pelepah nipah. Papan partikel paling Hiziroglu S, Suzuki S. 2007. Evaluation of surface
optimal dalam penelitian ini ialah papan partikel roughness of commercially manufactured
particleboard and medium density fiberboard in
yang direkat dengan sukrosa/asam sitrat 87,5/12,5
Japan. Journal of Material Processing
ditandai dengan terpenuhinya semua parameter pada Technology 184, 436-440.
standar JIS A 5908:2003. Karakteristik papan Hiziroglu S. 1996. Surface roughness analysis of
partikel dengan perekat sukrosa/asam sitrat 87,5/12,5 wood composites: a stylus method. Forest
Product Journal 46, 67-72.
dalam penelitian ini ialah kerapatan 0,89 g/cm3, Indrawan DA, Roliadi H, Tampubolon RM & Pari,
kadar air 10,21%, pengembangan tebal 2,45%, G. 2013. Penyempurnaan sifat papan serat
penyerapan air 23,55%, kekasaran permukaan 5,13 kerapatan sedang dari pelepah nipah dan
campurannya dengan sabut kelapa. Jurnal
µm, keteguhan rekat internal 0,39 MPa, keteguhan Penelitian Hasil Hutan 31(2), 120-140.
patah 9,80 MPa dan keteguhan elastisitas 3,19 GPa. Japanese Industrial Standard. 2003. JIS A
5908-2003 particleboards.Japanese Standard
Association, Tokyo.

135
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016

Kruse K & Frühwald A. 2001. Properties of nipa and Widyorini R, Pradana PA, Muhammad ZAR, &
coconut fibers and production and properties of Prayitno TA. 2016b. Bonding ability of a new
particle and mdf-boards made from nipa and adhesive composed of citric acid-sucrose for
coconut. Bundesforschungsanstalt für Forst- und particleboard. BioResources 11(2), 4526-4535.
Holzwirtschaft Nr 04, Hamburg.
Lamaming J, Sulaiman O, Sugimoto T, Hashim R,
Said N, & Sato M. 2013. Influence of chemical
components of oil palm on properties of
binderless particleboard. BioResources 8(3),
3358-3371.
Lempang M. 2013. Produksi nata fruticans dari nira
nipah (Nypa fruticans Wurmb.). Jurnal
Penelitian Hasil Hutan 31(2), 110-119.
Roliadi H, Indrawan DA, Pari G & Tampubolon RM.
2012. Potensi teknis pemanfaatan pelepah nipah
dan campurannya dengan sabut kelapa untuk
pembuatan papan serat berkerapatan sedang.
Jurnal Penelitian Hasil Hutan 30(3), 183-198.
Subiandono E, Heriyanto NM, & Karlina E. 2011.
Kajian potensi (Nypa fruticans Thumb.) sebagai
pangan dan energi dari rutan mangrove. Buletin
Plasma Nutfah 17(1), 54-60.
Tamunaidu P & Saka S. 2011. Chemical
characterization of various parts of nipa palm
(Nypa fruticans). Industrial Crops and Products
34, 1423-1428.
Umemura K, Ueda T, Munawar SS, & Kawai S.
2012. Application of citric acid as natural
adhessive for wood. Journal of Applied Polymer
Science 123, 1991-1996.
Umemura K, Sugihara O, & Kawai S. 2013.
Investigation of a new natural adhesive composed
of citric acid and sucrose for particleboard.
Journal of Wood Science 59, 203-208.
Umemura K, Sugihara O, & Kawai S. 2014.
Investigation of a new natural adhesived
composed of citric acid and sucrose for
particleboard II: Effect of board density and
pressing temperature. Journal of Wood Science
61,40-44.
Widyorini R, Prayitno TA, Yudha AP, Setiawan BA
& Wicaksono BH. 2012. Pengaruh konsentrasi
asam sitrat dan suhu pengempaan terhadap
kualitas papan partikel dari pelepah nipah. Jurnal
Ilmu Kehutanan 6(1), 61-70.
Widyorini R, Umemura K, Isnan R, Putra DR,
Awaludin A, & Prayitno TA. 2016a. Manufacture
and properties of citric acid-bonded particleboard
made from bamboo materials. European Journal
of Wood and Wood Products 74, 57-65.

136
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016

INDEKS PENULIS

Ahmad Maryudi, 57 Sumardi, 5


Alexander Markus Moßbrucker, 5 Susilo Budi Husodo, 46
Anto Rimbawanto, 33 Suzan Abdelrahman Hamad, 77
Ariance Juli Ross Nauw, 46 Tibertius Agus Prayitno, 129
Arsyi Rahman Mohammad, 108 Tomy Listyanto 65, 119
Cakra Birawa, 19 Vendy Eko Prasetyo, 108
Dwi Tyaningsih Adriyanti, 33 Wahyu Wardhana, 86
Emma Soraya, 86 Widyanto Dwi Nugroho, 98
Fadlul Rahman, 119 Yusuf Setia Darmawan, 65
Fanny Hidayati, 65, 98
Ganis Lukmandaru 65, 74, 108
Hassan Elnour Adam, 77
Hyana Swargarini, 119
Isti Tamira Fajrin, 98
Joko Sulistyo 65, 129
Mahdi Santoso, 129
Mecky Sagrim, 46
Mohammad Na’iem, 33, 98
Mohammed Hamed Mohammed, 77
Muhammad Ali Imron, 5
Peter-Hinrich Pratje, 5
Pito Wargono, 108
Raden Mas Sukarna, 19
Ragil Widyorini, 129
Rini Pujiarti, 65
Ronggo Sadono, 86
Rosyid Ridho, 98
Satyawan Pudyatmoko, 5
Sepus M. Fatem, 46
Soekotjo, 33
Sri Nugroho Marsoem, 98

137
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016

INDEKS SUBYEK

Acacia senegal, 77-79, 81, 82 Jati, 65


Analisis viabilitas populasi (PVA), 5 Kabupaten Maybrat, 46, 48, 55
Artocarpus champeden, 46-48, 56 Katingan Kuala, 19, 21-23, 25-32
Asam sitrat, 129, 131-136 Kayu, 65
Asian elephant, 5, 8, 9, 11, 16, 17, 18 Kelembagaan, 57, 59, 60, 61, 63
Authority, 57 Kewenangan, 57, 59, 60, 62
Bureaucracies, 57, 63 Konservasi gajah, 5
Chemical properties, 108 Konservasi pesisir, 19, 21-24, 27, 29-31
Citric acid,129, 136 KPH, 57, 59-63
Clustering, 33 Landscape ecology, 19, 23, 32
Coastal conservation, 19, 32 Mahogany, 119
Community forest, 108 Mahoni, 119, 121, 123, 124, 126
Conventional teak, 98 Masyarakat kampung sabun, 46, 48, 49, 51-55
Dipterocarpus, 33, 34, 36-39, 42-44 Maybrat regency, 46, 48, 53, 55
Drying schedule, 119 Mechanical properties, 98
Ecotourism zonation, 19, 21 Merapi volcano, 86
Ekologi bentang lahan, 19, 21-23, 28-31 Natural binder, 129
Elephant conservation, 5, 8, 15, 16, 18 Nipa frond, 129
Elephas maximus sumatranus, 5, 6, 17, 18 NTFPs, 46
Food processing, 46 Papan partikel, 129, 131-136
Forest management units (FMUs), 57, 64 Particleboard, 129, 135
Gajah Asia, 5 Pelepah nipah, 129, 131-136
Geographic information system, 86, 96 Pengelompokan, 33, 37, 39, 42
Gunungapi Merapi, 86, 88, 91, 92, 94-96 Penginderaan jauh, 77
Gunungkidul, 108, 110-112, 114-118 Pengolahan buah, 46, 49, 55
HHBK, 46, 55 Perekat alami, 129
Hutan rakyat, 108, 110, 115, 117, 118 Physical properties, 98, 107
Incising, 119-128 Population viability analysis (PVA), 5, 6
Inferior, 65 Recentralization, 57
Jati konvensional, 98, 100-105, 107 Remote sensing, 77, 84-86
Jati unggul, 98, 100-107 Resentralisasi, 57, 59, 60

138
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016

Resiliensi spasial, 86, 88, 89, 91


Sabun villagers, 46
Sand dune, 77, 79
Sifat fisika, 98, 100, 103, 105, 106
Sifat kimia, 108, 110
Sifat mekanika, 98, 100, 103-105
Sistem informasi geografis, 86
Skedul pengeringan, 119, 121-125
Spatial resilience, 86, 96, 97
Sucrose, 129, 135, 136
Sudan, 77, 79, 80, 84, 85
Sukrosa, 129, 131-135
Superior teak, 98
Teak, 65-72
Tectona grandis, 108, 109, 117, 118
Vortex, 5, 8, 17
Wood, 65, 67, 69, 71, 72
Zonasi ekowisata, 19, 21, 22, 28-32

139

You might also like