Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

GREEN AGRICULTURE DAN GREEN

FOOD SEBAGAI STRATEGI BRANDING DALAM USAHA PERTANIAN


Green Agriculture and Green Food for Farm Branding Strategy
Sumarno

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan


Jl. Merdeka No. 147, Bogor 16111

ABSTRACT

Technology application during the Green Revolution had been successfully worked to overcome the
national food production deficit. However, due to the policy to maintain low food prices, the increase of production
failed to improve the actual farmer’s income. The strategy to differentiate agricultural products with premium
prices is set through a logo or brand seal on the products, means that the products are explicitly embedded with
environment friendly images, safe and sustainable. The suggested logo is “Green Food” indicated that the
products come from “green Agriculture”. The Green Agriculture is a modern agricultural practice using a balanced
and controlled agrochemical according to certain protocol to guarantee an environment friendly production
process and safety consume of the products. Green Agriculture and the Green Food easier to apply compared to
that of Good Agriculture Practices. If Indonesia to adopt Green Agriculture and Green Food, a new regulation
called “Indonesian Green Agriculture and Green Food Protocol” need to be formulated. For operational reason,
the need to adopt Green Agriculture and Green Food should come from the incumbent and influenced
government officials. Green Agriculture and Green Food is a branding strategy to increase the bargaining
position and the competitive level of Indonesian agricultural products at both domestic and international markets.
China has applied Green Agriculture and Green Food since 1990 and in 2008, 6 million of China’s farmers have
adopted the practices along with 816 post-harvest processors with annual Green Food total volume amounted to
42 million ton and US$ 2.32 billion of export value. In Indonesia, Green Food has a high opportunity to get market
segment due to the increase awareness on environment quality in addition to higher prices the farmers could
enjoy compared to the price of conventional products. Through Green Agriculture and Green Food, the
maintenance of environment quality and safety of food consumption will be a collective responsibility of the
farmers, processors, traders, and consumers. Green Agriculture and Green Food is the “eco-farming with
modern techniques and modern management by modern farmers for modern societies and modern world”.

Key words : China, environment friendly, food safety

ABSTRAK

Penerapan teknologi Green Revolution telah berhasil mengatasi kekurangan produksi pangan nasional,
namun karena kebijakan pemerintah untuk menjaga harga pangan murah, maka kenaikan produksi tidak
meningkatkan pendapatan petani secara nyata. Strategi diferensiasi produk pertanian untuk memperoleh harga
premium adalah dengan memberi logo atau brand pada produk, yang secara eksplisit mencitrakan sebagai
produk yang ramah lingkungan, aman konsumsi dan berkelanjutan. Logo yang disarankan adalah Green Food
yang produknya berasal dari Green Agriculture. Green Agriculture merupakan praktek pertanian modern dengan
penggunaan sarana agrokimia secara terkendali oleh ketentuan protokol, sehingga menjamin proses produksi
ramah lingkungan dan produk panennya aman konsumsi. Ketentuan Green Agriculture dan Green Food lebih
mudah dioperasionalkan dibandingkan dengan ketentuan Good Agriculture Practices. Apabila Indonesia akan
mengadopsi Green Agriculture dan Green Food, perlu disusun ketentuan yang dapat disebut Indonesian Green
Agriculture and Green Food Protocol. Keinginan untuk mengadopsi Green Agriculture dan Green Food harus
datang dari pejabat berwenang sehingga operasionalisasinya dapat dilaksanakan. Green Agriculture dan Green
Food merupakan strategi branding untuk meningkatkan posisi tawar dan daya saing produk pertanian Indonesia
di dalam negeri dan di pasar internasional. China telah menerapkan Green Agriculture dan Green Food sejak
tahun 1990 dan pada tahun 2008 diikuti oleh 6 juta petani dan 816 perusahaan pengolah hasil panen, dengan
total produk Green Food setahun mencapai 42 juta ton dan nilai ekspor sebesar 2,32 milyar dolar. Di Indonesia,
Green Food berpeluang mendapatkan segmen pasar cukup besar oleh meningkatnya kesadaran masyarakat
terhadap mutu lingkungan dan petani memperoleh harga yang lebih baik dibandingkan produk pangan

GREEN AGRICULTURE DAN GREEN FOOD SEBAGAI STRATEGI BRANDING DALAM USAHA PERTANIAN Sumarno

81
konvensional. Melalui Green Agriculture dan Green Food, maka pemeliharaan mutu lingkungan dan keamanan
konsumsi pangan menjadi tanggung jawab bersama, oleh petani, pengolah produk, pedagang dan konsumen.
Green Agriculture dan Green Food merupakan “eco-farming with modern techniques and modern management
by modern farmers for modern societies and modern world”.

Kata kunci : China, ramah lingkungan, pangan yang aman

PENDAHULUAN tanaman budidaya; (4) Penambangan hara


tanah, sehingga terjadi pemiskinan hara dan
ketidak-seimbangan hara; (5) Pengutamaan
Penerapan teknologi Green Revolution penggunaan pupuk anorganik, menjadikan
atau teknologi revolusi hijau dalam budidaya petani enggan menggunakan pupuk asal
tanaman pangan di Indonesia telah berhasil bahan organik, berakibat kandungan bahan
meningkatkan produksi tiga kali hingga empat organik tanah rendah; dan (6) Dampak sosial-
kali lipat dalam kurun waktu empat puluh tahun ekonomi pada petani, yang mengharuskan
(1970-2010), sehingga kekhawatiran keku- usaha tani selalu memerlukan modal tunai,
rangan pangan yang dikemukakan oleh Erlich sehingga petani terbelenggu hutang.
(1968) tidak terjadi. Kekhawatiran Erlich seper- Disamping hal-hal tersebut, penerapan
tinya mengulang rasa pesimisme Malthus teknologi revolusi hijau berdampak pada hal-
(1798) yang sejak dua abad lalu meramalkan hal berikut : (1) Usaha tani secara individu
bahwa “bumi sebagai tempat hidup manusia petani(individual farming) dirubah menjadi
telah mencapai batas maksimal kemampuan- usaha produksi secara massal (mass
nya dalam menyediakan bahan pangan, production system); (2) Sarana produksi dan
karena penduduk dunia yang bertambah paket teknologi diseragamkan; (3) Karakteristik
sangat cepat”. Ramalan Malthus tersebut spesifik produk pertanian hilang, baik pada
ternyata tidak benar terjadi hingga kini. Erlich skala hamparan, regional, maupun nasional;
(1968) seperti mengulang propesi Malthus, (4) Terjadi pembentukan harga jual produk
mengatakan bahwa “mulai tahun 1970-an, panen secara seragam; (5) Faktor pembeda
ratusan juta manusia akan mati kelaparan, harga yang dominan bukan lagi faktor produk,
karena lahan pertanian telah mencapai batas tetapi lebih oleh faktor lokasi, transportasi,
maksimal dalam kapasitasnya menghasilkan fasilitas penggilingan padi dan jumlah produk;
pangan”. Andaikan tidak ada penerapan (6) Posisi tawar petani padi menjadi lemah; (7)
teknologi revolusi hijau, kemungkinan besar Biaya produksi yang berupa uang tunai cukup
ramalan Erlich dapat terjadi di berbagai negara besar dan memberatkan petani; dan (8) Upaya
di dunia, termasuk Indonesia. Sadar atau tidak peningkatan pendapatan petani lebih
sadar, bangsa Indonesia telah diselamatkan ditekankan pada peningkatan kuantitas hasil
kehidupannya oleh teknologi revolusi hijau. panen, yang berarti mendorong penggunaan
Produksi beras pada tahun 1960-an hanya 8-9 pupuk anorganik sacara maksimal dan atau
juta ton per tahun, meningkat mencapai 33-40 intensitas penanaman yang tinggi, tiga kali
juta ton pada tahun 2000-an (Deptan, 2005). tanam setahun.
Namun capaian produksi pangan yang Sebagai konsekuensinya, sistem
spektakuler akibat penerapan teknologi revo- produksi padi dianggap sebagai produk
lusi hijau tersebut banyak mendapat kritik dan industri besar yang menghasilkan komoditi
menimbulkan kekhawatiran banyak kalangan, curah (bulk commodity) yang diberi harga
terutama berkaitan dengan aspek mutu rendah dan seragam di seluruh wilayah
lingkungan dan keberlanjutan (Pranaji, et al. Indonesia. Petani tidak lagi memiliki ruang
2005; Sumarno, 2007). Efek samping dan untuk mendiferensiasi produk panennya,
dampak negatif penerapan teknologi Revolusi karena semua produk sama. Pada kondisi
Hijau disebutkan antara lain adalah (1) demikian petani diposisikan pada kondisi
Pencemaran lingkungan, bodi air, dan produk posisi tawar yang rendah, dan dirugikan dalam
panen akibat penggunaan pestisida dan pupuk struktur pasar. Terjadinya diferensi harga
yang berlebihan atau kurang rasional; (2) produk justru terjadi pada pasar beras, yang
Pemiskinan keanekaragaman biota lahan nota-bene bukan domain petani, tetapi menjadi
sawah; (3) Penyempitan keragaman genetik

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 28 No. 2, Desember 2010 : 81 - 90

82
ranah pengolah dan pedagang. Dengan Sumarno (2007). Untuk tanaman hortikultura
menerapkan ”merk” atau ”branding”, pelaku disediakan ketentuan Good Agriculture Prac-
bisnis pangan tersebut dapat menetapkan tices/INDOGAP (Ditjen Hortikultura, 2004). Di
harga jual produk yang tinggi, sehingga samping itu juga telah dianjurkan tindakan
memperoleh porsi keuntungan yang lebih penyelamatan lingkungan melalui teknik
besar dibandingkan yang diterima oleh petani. Pengendalian Hama Terpadu (Oka dan
Kondisi yang demikian tersebut, petani Bahagiawati, 1991), Pengelolaan Sumber
sebagai penyelamat kecukupan produksi Daya dan Tanaman Terpadu (Makarim dan
pangan bagi kehidupan bangsa, menghadapi Las, 2005). Better Management Practices
suatu paradoks sebagai berikut : (1) Usaha untuk berbagai tanaman perkebunan (Quirk et
tani padi berskala usaha sempit memerlukan al., 2007); Pertanian Input Organik (Amani
modal tunai yang relatif besar; (2) Sistem Organik, 2003; Sutanto, 2002); System of Rice
produksi kurang efisien oleh kecilnya skala Intensification/SRI (Uphoff and Gani, 2003).
usaha, sehingga kenaikan produksi tidak Masyarakat pertanian sejak awal
diikuti peningkatan pendapatan secara layak; tahun 1980-an mulai menyadari pentingnya
(3) Rendahnya harga jual gabah, mengakibat- upaya memelihara kelestarian lingkungan,
kan pendapatan usaha tani sangat kecil; (4) pentingnya memelihara keberlanjutan sistem
Petani pemilik lahan sempit cenderung produksi pangan, tumbuhnya pengetahuan
menjual lahan sawahnya, karena usaha tani terhadap keamanan konsumsi pangan yang
kurang memberikan keuntungan yang layak; harus ”bebas” residu pestisida, kesadaran
(5) Sebagian petani pemilik lahan memilih perlunya keselamatan pekerja pertanian dari
untuk menyakapkan lahannya dan bekerja di paparan residu pestisida, kesadaran peles-
luar pertanian; (6) Berusaha tani padi bukan tarian keragaman genetik tanaman, serta
merupakan profesi yang membanggakan bagi kesadaran perlunya melestarikan keaneka-
petani kecil. Di balik itu semua, pemerintah ragaman hayati. Sejalan dengan kesadaran
menganggap ”taken for granted” bahwa petani terhadap hal-hal tersebut, pada sisi lain usaha
padi akan selalu menanam padi, yang pertanian semakin diposisikan sebagai usaha
diharapkan akan selalu menjamin kecukupan ekonomi komersial bagi setiap keluarga petani.
pangan bangsa Indonesia yang jumlahnya Oleh karena itu sebagian besar pelaku usaha
sangat besar. tani merasa ”kebingungan” dalam mensikapi
Memang sebenarya teknologi revolusi isu lingkungan dan keberlanjutan, karena
hijau lebih sesuai untuk diterapkan pada dalam prakteknya hal tersebut sering berten-
periode anjuran teknologi secara terpusat yang tangan dengan upaya optimasi produksi untuk
dikembangkan oleh Sistem Penelitian Perta- efisiensi usaha tani dan peningkatan penda-
nian Nasional (National Agricultural Research patan (Sumarno dan Suyamto, 2008).
System/NARS) tahun 1970-1980 (Spielman Peniadaan penggunaan pupuk anorganik dan
and Birner, 2008). Periode tahun 2000-an di pestisida berakibat produksi menurun oleh
katagorikan sebagai Agriculture Inovation kurang optimalnya ketersediaan hara tanah
System (AIS), dimana produk usaha tani lebih dan kerusakan oleh hama penyakit. Anjuran
diutamakan memiliki muatan inovasi baru yang penggunaan pupuk organik hingga 8 ton/ha
tercermin pada mutu, fungsi, sifat spesifik yang pada pertanian input organik untuk padi sawah
istimewa, dan produk yang memiliki diferen- sulit untuk dioperasionalkan karena tidak
siasi pasar secara jelas. tersedia di petani dan tidak praktis.
Namum demikian, oleh sebab sempit-
nya lahan sawah nasional untuk usaha GREEN AGRICULTURE DAN GREEN FOOD
pertanian, bangsa Indonesia tidak ada pilihan
banyak untuk tidak menerapkan teknologi
”Revolusi Hijau” dalam usaha penyediaan Produk pertanian yang dihasilkan dari
pangan bagi 237 juta penduduk. Usaha teknologi revolusi hijau dipersepsikan sebagai
remediasi kerusakan lingkungan telah banyak pangan yang kurang aman konsumsi. Oleh
dianjurkan melalui penerapan Agroekotekno- karena jumlah produk yang melimpah dan
logi, antara lain oleh Sumarno dan Suyamto tidak terdapat peluang untuk mendiferensiasi
(1998), Teknologi Revolusi Hijau Lestari oleh produk, maka penentuan harga jual tergantung

GREEN AGRICULTURE DAN GREEN FOOD SEBAGAI STRATEGI BRANDING DALAM USAHA PERTANIAN Sumarno

83
sepenuhnya pada imbangan antara pena- mutu produk tinggi, mutu lingkungan ter-
waran dan permintaan produk di pasar. pelihara, dan pendapatan ekonomi usaha tani
Produsen bahan pangan, oleh tersedianya optimal”. Konsep dasar Green Agriculture
komponen teknologi modern berupa : benih, adalah “Eco farming with modern techniques
pupuk, obat-obatan, selalu berupaya memak- and modern management by modern farmers
simalkan produksi untuk mengejar perolehan for modern societies and modern world
pendapatan. Dengan kapasitas permintaan consumers” (Wang, 2009).
pasar yang konstan, maka diferensi produk
Green Agriculture menghasilkan
untuk meningkatkan harga jual menjadi sulit
Green Food setelah proses penanganan pas-
dilakukan. Tidak tersedia alasan bagi kon-
ca panen dan pengolahannya menyesuaikan
sumen untuk membayar produk dengan harga
dengan ketentuan protokol Green Food. Ber-
yang lebih mahal, karena penampakan mutu
dasarkan difinisi tersebut, maka persyaratan
produk yang bagus telah menjadi persyaratan
dari sistem produksi Green Agriculture dan
semua produk pertanian yang dipasarkan.
Green Food adalah (1) Tersedianya ketentuan
Produk dari pertanian input organic protokol sistem produksi dan sistem pengo-
(produk organik) coba dipasarkan secara lahan, (2) Proses produksi dan penanganan
khusus dengan harga yang lebih tinggi, tetapi serta pengolahan produk sesuai ketentuan
terdapat berbagai kelemahan dari pemasaran protokol, (3) Sistem pembinaan, penyeliaan
produk organik tersebut, karena hal-hal dan sertifikasi oleh otorita yang berwenang.
berikut: (1) Jumlah ketersediaan produk Produk panen segar dan produk olahan yang
sangat sedikit sehingga tidak mampu mengisi “lulus” memenuhi persyaratan protokol Green
kapasitas pasar, (2) Harga yang ditawarkan Agriculture dan Green Food, diberikan label
sangat tinggi, karena biaya produksinya lebih dan logo sebagai Green Food.
mahal dan produktivitasnya rendah, (3) Kesa-
daran masyarakat konsumen untuk memilih Gerakan Green Agriculture merupakan
produk organik masih rendah dengan alasan respon positif pelaku produsen terhadap kritik
isu lingkungan dan keberlanjutan serta
harga yang lebih mahal, dan (4) Sebagian
keamanan konsumsi, tanpa harus menafikan
besar konsumen menghendaki/memilih mem-
(negating) teknologi maju. Green Agriculture
beli produk yang harganya murah dengan
alasan terbatasnya kemampuan ekonomi. sejalan dengan gerakan “Go Green Living
Sistem pertanian organik walaupun telah Style” yang mulai memasyarakat pada dua
dipopulerkan sejak 1980-an, tetapi perkem- dekade terakhir abad XX, seperti Green
bangannya sangat lambat, karena tidak mudah Technology, Green Industry, Green Building,
Green Tourism, Green Offices, dan se-
dioperasionalkan.
jenisnya.
Green Agriculture dan Green Food
adalah strategi usaha tani komersial untuk Green Agriculture dan Green Food,
mendiferensiasi produk pertanian bahan pa- bertujuan ganda bagi pelaku usaha tani, yakni:
ngan yang ditujukan untuk memperoleh harga a. Merespon positif terhadap kesadaran
yang lebih tinggi, namun tetap memungkinkan terhadap isu lingkungan dan keamanan
untuk menerapkan teknologi modern, dari segi konsumsi produk pertanian.
penggunaan benih varietas unggul / hibrida, b. Mendidik petani untuk menggunakan
pupuk, dan pestisida. Green Agriculture dan sarana produksi modern secara rasional
Green Food dikonsep dan diterapkan di China dan aman dengan tetap memperoleh
sejak tahun 1990, dan pada tahun 2008, telah manfaat dari teknologi modern.
dioperasionalkan pada 75 juta Mu oleh 6 juta
KK petani dan oleh 816 perusahaan pengolah c. Menyadarkan petani untuk patuh kepada
produk pertanian (Wang, 2009). ketentuan protokol yang juga merupakan
Panduan Operasional Standar (POS) atau
Green Agriculture dapat didifinisikan Standard Operational and Procedures
sebagai “usaha pertanian maju dengan (SOP) yang merupakan persyaratan
penerapan teknologi secara terkendali sesuai pertanian modern.
dengan ketentuan protokol yang telah ditetap-
kan, sehingga diperoleh produktivitas optimal, d. Melakukan diferensiasi produk hasil
pertanian dalam pemasarannya, sehingga

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 28 No. 2, Desember 2010 : 81 - 90

84
memungkinkan untuk diberlakukan tingkat Komponen teknologi Green Agriculture
harga jual yang lebih tinggi. disusun sesuai dengan ketentuan protokol
e. Produk Green food merupakan strategi Green Agriculture yang dinilai paling tepat
pencitraan kualitas (branding strategy) untuk masing-masing komoditas dan kemam-
dalam pemasaran yang akan diapresiasi puan petani. Karena protokol Green
oleh konsumen dalam negeri maupun Agriculture harus bersifat operasional, maka
internasional. komponen teknologi perlu disusun secara
realistis dan rasional yang memungkinkan
f. Logo Green Food merupakan strategi dapat diadopsi oleh petani.
pendongkrak mutu (cosmetic technology)
guna meningkatkan nilai tambah produk Prinsip pilihan komponen teknologi
dan pendapatan yang dapat dinikmati oleh Green Agriculture adalah sebagai berikut: (a)
petani pelaku produksi. Menerapkan daur ulang bahan organik limbah
panen, usaha tani nir limbah (zero waste
g. Memberikan kepuasan dan rasa aman agriculture), dan pembuatan kompos; (b)
bagi konsumen atas produk pangan yang Mengutamakan penggunaan sarana produksi
mereka beli, sehingga mereka bersedia organik; (c) Penggunaan sarana agrokimia
membeli dengan harga ekstra dalam secara tepat dan rasional dengan residu dan
tingkat harga yang tetap wajar. cemaran minimal; (d) Penggunaan air
h. Mendidik kesadaran petani produsen dan pengairan secara hemat dan efisien; (e)
konsumen serta para pelaku rantai pema- Memelihara kelestarian sumber air pengairan;
saran produk pertanian, bahwa kelestarian (f) Memelihara dan berusaha meningkatkan
lingkungan, keberlanjutan sistem produksi, kesuburan tanah dari segi kimiawi, biologis
dan keamanan konsumsi pangan adalah dan fisik; (g) Menggunakan energi secara
menjadi tanggung jawab bersama, antara hemat, efisien, mengutamakan energi terbaru-
petani, pelaku pengolahan-pemasaran dan kan; (h) Memelihara keanekaragaman hayati
konsumen. dan keragaman genetis dalam usaha per-
Dengan diperolehnya manfaat ganda tanian; (i) Memanfaatkan mikrobia simbiosis,
dari tujuan tersebut, sudah selayaknya bahwa (j) Pengendalian hama penyakit secara
Green Agriculture dijadikan strategi sistem terpadu (PHT); (k) Menerapkan pengelolaan
produksi dalam usaha tani modern di hara terpadu spesifik lingkungan; (l) Pening-
Indonesia, seperti halnya yang telah berkem- katan kesadaran keselamatan kerja para
bang di China. pelaku usaha tani, termasuk pencegahan
paparan pestisida dan bahan agrokimia
lainnya; (m) Respek terhadap kaidah alam dan
KOMPONEN TEKNOLOGI GREEN kearifan alam atau ”mother nature wisdom”; (n)
AGRICULTURE Penatakelolaan sumber daya alam, sarana
produksi dan tanaman secara tepat dan
optimal; (o) Sadar akan tujuan untuk mem-
Teknologi Green Agriculture dibangun peroleh hasil panen optimal yang bermutu
oleh komponen teknologi yang secara har- tinggi; (p) Sadar terhadap pemeliharaan mutu
monis dan sinergis bersifat ramah lingkungan, lingkungan dan keberlanjutan serta keamanan
tanpa/minimal residu pada produk panen dan konsumsi hasil panen; (q) Sadar terhadap
menghasilkan produk yang optimal dari segi tujuan kepuasan konsumen, untuk dapat
kuantitas dan kualitasnya. Green Agriculture menjual produk panen dengan harga premium;
berbeda dengan pertanian input organic, (r) Menggunakan air pengairan sesuai dengan
karena penggunaan sarana anorganik dari persyaratan mutu air baku; (s) Rotasi tanaman
hasil industri diperbolehkan pada Green menyesuaikan dengan musim; dan (t) Mela-
Agriculture, asalkan tidak meninggalkan residu kukan semua pekerjaan usaha tani secara
melebihi batas maksimal yang diperkenankan/ tulus hati dan jujur serta bertanggung jawab,
batas maksimal residu//BMR atau Maximum disertai rasa respek dan cinta terhadap sum-
Residue Limit (MRL). Penggunaan sarana ber daya alam dan tanaman yang diusahakan,
berasal dari bahan organik atau produk serta bersyukur kepada Tuhan Yang Maha
biologis, merupakan bagian integral dari Green Kuasa.
Agriculture.

GREEN AGRICULTURE DAN GREEN FOOD SEBAGAI STRATEGI BRANDING DALAM USAHA PERTANIAN Sumarno

85
Tabel 1. Perbedaan Green Agriculture dengan Good Agriculture Practices (GAP)

Pembeda Green Agriculture GAP


Aturan ketentuan Garis besar, sedikit Sangat rinci, banyak
Penyusun ketentuan Pemerintah, petani Pedagang, pemasok
Proses penerapan Pembimbingan, supervisi Kepatuhan, sertifikasi
Administrasi produksi Tidak perlu pencatatan Seluruh proses tercatat
Tujuan produksi Kepercayaan konsumen Menghindari tuntutan hukum oleh
konsumen
Pemegang kendali Petani, pembina Supplier, certificatory
Status petani Sebagai subyek Sebagai obyek
Pelaksanaan operasional Relatif mudah Sulit/sukar
Status produk Aman konsumsi Jaminan hukum, aman konsumsi
Biaya Murah Mahal
Diferensiasi produk Berlogo Green Food Bersertifikat GAP

Prinsip yang mendasari Green Agricul- dengan penerapan GAP, namun terdapat
ture tersebut, dijabarkan menjadi protokol perbedaan operasional yang sangat men-
Green Agriculture yang bersifat operasional. dasar. Green Agriculture tidak mempersya-
Apabila Indonesia akan mengadopsi Green ratkan “dapat ditelusurinya asal-usul produk
Agriculture, maka perlu menyusun Protokol panen yang dibeli konsumen” dan “tidak
Pertanian Hijau Indonesia/PPHI atau mempersyaratkan pencatatan semua sarana
Indonesian Green Agriculture Protocol (IGAP). produksi dan proses produksi” seperti halnya
PPHI perlu dibuat untuk kelompok tanaman pada GAP (Tabel 1). Hal demikian menjadikan
sejenis. Penyusunan Protokol Pertanian Hijau Green Agriculture lebih memungkinkan untuk
Indonesia perlu mendapat dukungan dari diadopsi oleh petani di negara-negara sedang
pejabat yang berwenang, sehingga dapat berkembang, seperti Indonesia.
dibentuk tim dan perencanaan operasio- Green Agriculture timbul dari kesa-
nalisasi selanjutnya. Tanpa ada dukungan, daran petani untuk dapat mendiferensiasi
tidak akan memungkinkan diberlakukannya produksi pertaniannya agar dapat menjual
ketentuan “manajemen teknologi produksi” dengan harga premium. Protokol Green
seperti Protokol Pertanian Hijau Indonesia. Di Agriculture disusun oleh pejabat/petugas pe-
China sejak tahun 1992 dibentuk Pusat merintah bersama petani pelaku usaha. GAP
Pengembangan Green Agriculture and Green diinisiasi oleh pedagang pemasok (supplier)
Food, di bawah Kementerian Pertanian. dengan tujuan menghindarkan kemungkinan
Seperti halnya di China, Green adanya tuntutan hukum dari konsumen, bila
Agriculture adalah strategi untuk menaikkan konsumen kurang puas terhadap produk yang
daya saing produk pertanian di pasar inter- mereka beli.
nasional. Dengan pelaksanaan operasional Penerapan Green Agriculture diharap-
yang tidak sesulit GAP, Green Agriculture kan atas dasar kesadaran petani untuk
dapat memberikan jaminan aman konsumsi menjadi petani maju yang bertanggung jawab,
produknya kepada konsumen. sedang pada GAP atas dasar keharusan,
patuh (compliance) terhadap ketentuan GAP.
Pada Green Agriculture, para pelaku agribisnis
Perbedaan Green Agriculture dengan (petani, pedagang, pengolah, pengecer)
Good Agriculture Practices (GAP) beserta konsumen diajak secara bersama-
Walaupun penerapan Green Agri- sama menanggung biaya pemeliharaan mutu
culture memiliki tujuan yang hampir sama lingkungan, keberlanjutan produksi dan

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 28 No. 2, Desember 2010 : 81 - 90

86
keamanan konsumsi produk pangan melalui 1992 : Dibentuk Pusat Pengembangan Green
pembelian Green Food yang harganya sedikit Food/Green Agriculture oleh Kemen-
lebih mahal. Karena pada dasarnya peme- terian Pertanian.
liharaan lingkungan menjadi tanggung jawab
2008 : Produk Green Food berjumlah 90 juta
seluruh anggota masyarakat.
ton.
Pada tahun 2009 Green Agriculture
Perangkat Lunak Green Agriculture dan Green Food menjadi pilihan sistem
Untuk menerapkan Green Agriculture, pemasaran produk pertanian (market posi-
diperlukan adanya perangkat lunak sebagai tioning for agricultural produces) yang terus
berikut: (a) Ketentuan Protokol Indonesian berkembang dan telah mengungguli sistem
Green Agriculture dan Protokol Indonesian pertanian organik, baik untuk pasar dalam
Green Food; (b) Pelatihan petugas fungsional negeri maupun pasar internasional.
pembina lapang; (c) Sosialisasi, pelatihan, Perkembangan Green Agriculture dan
demo, verifikasi; (d) Penyuluhan dan pelatihan Green Food di China sangat pesat, dalam
petani; (e) Pilot model Green Agriculture- waktu 18 tahun banyaknya Farm yang
Green Food; (f) Pembinaan, supervisi, mengadopsi tumbuh dari 29 unit pada 1990,
inspeksi; (g) Adopsi oleh kelompok tani; (h) menjadi 5.651 unit farm pada 2008 (Tabel 2).
Supervisi dan inspeksi untuk persetujuan Demikian juga jumlah produk Green Food
pemberian logo; (i) Pemasaran produk dengan yang dipasarkan, meningkat drastis dari 6,3
logo Green Food; dan (j) Sosialisasi dan juta ton pada tahun 1997, mencapai 90 juta
kampanye Green Food ke masyarakat. ton pada tahun 2008, atau meningkat 1329
Sudah barang tentu, yang paling persen selama sebelas tahun (Tabel 3).
utama adalah keinginan Pemerintah untuk Produk pertanian yang berlogo Green Food
mengadopsi sistem pertanian ”Green meliputi hampir seluruh jenis pangan,
Agriculture”, atau yang dapat diterjemahkan termasuk sereal, ubi, buah, sayuran, bahan
sebagai ”Sistem Usaha Pertanian Hijau” minuman (teh, kopi, coklat), herba dan rempah
(SUPH) untuk memproduksi dan menghasilkan (condiment), anggur, madu, minyak nabati,
”Bahan Pangan Hijau” (BPH). Untuk meng- ginseng, daging, ayam, telur dan ikan.
adopsi SUPH dan BPH diperlukan kebijakan
tingkat Pusat, yang dilanjutkan dengan
program operasional untuk mengimplemen- Tabel 2. Perkembangan Green Food di China
tasikannya.
Jumlah jenis
Banyaknya Unit
produk
Tahun Farm
GREEN AGRICULTURE DI CHINA bersertifikasi logo
disertifikasi
GF
1990 29 127
Sebagai ilustrasi perkembangan pene-
rapan Green Agriculture di China, di bawah ini 1992 65 275
disarikan makalah dari International 1994 88 370
Symposium on Asia – Pacific Sustainable
1996 289 712
Agriculture, Green Agriculture and green Food,
Yantai-China, 25-28 Oktober 2009; oleh : 1998 415 1.018
Wang Yunhao (2009); Tang Anlai (2009); dan 2000 819 1.831
Theirs (2009).
2002 1.239 3.048
1990 : Green Agriculture diperkenalkan oleh
2004 3.142 6.496
Kementerian Pertanian.
2006 5.676 12.868
1991 : Green Agriculture/Green Food di-
setujui untuk dikembangkan oleh 2008 5.651 17.512
Pemerintah. Sumber : Wang Yunhao (2009).

GREEN AGRICULTURE DAN GREEN FOOD SEBAGAI STRATEGI BRANDING DALAM USAHA PERTANIAN Sumarno

87
Area Produksi Ekspor
Protokol GA Produk GF dan Pemasaran
Penerapan PGA
(PGA) Prosesing Produk GF
oleh Petani
Pasar
Domestik

Supervisi Proses Produksi dan


Inspeksi Mutu Pangan sesuai Kualitas
Lingkungan mengacu PGA oleh
dan Kesehatan Pangan GF
Petugas Fungsional

Diagram 1. Proses Produksi Green Food

Tabel 3. Perkembangan Produk Green Food di


Nilai ekonomi Green Food di China
China
tercermin dari banyaknya petani adoptor, yaitu
Total Produk Green Food sebanyak 6 juta pelaku usaha tani dan 816
Tahun (juta ton) berbagai perusahaan pengolah produk panen, dengan
komoditas nilai ekspor pada tahun 2008 mencapai USD
2,32 milyard. Proses produksi pada Green
1997 6,30
Agriculture dan Green Food relatif sederhana.
1998 8,40 Petani yang menyatakan ikut pada program
1999 11,06
Green Agriculture dilatih untuk memahami
penerapan Protokol Green Agriculture (PGA).
2000 15,00 Sistem produksi Green Agriculture di lapangan
2002 25,00 dibina dan disupervisi oleh petugas fungsional
Green Agriculture, untuk dinyatakan layak-
2004 46,00 tidaknya produk yang dihasilkan memperoleh
2006 72,00 logo Green Food. Pencatatan tidak perlu
dilakukan pada PGA, suatu keharusan pada
2007 83,00
GAP.
008 90,00
Produk Green Agriculture yang diolah,
Sumber : Wang Yunhao (2009).
dilakukan inspeksi mutu produk mengacu
kepada Protokol Green Food (PGF), untuk
Pemerintah China, melalui kantor menyatakan layak-tidaknya produk memper-
China Green Food Development Center di oleh logo Green Food olahan (Diagram 1 dan
tingkat Pusat dan Provinsi, aktif membina Diagram 2).
petani untuk mengadopsi sistem Green Pada sistem Green Agriculture dan
Agriculture dan Green Food, dan memberikan Green Food sertifikasi mendasarkan pada
edukasi kepada konsumen keunggulan produk kesadaran, kepatuhan atas protokol, dan
Green Food. Survei pasar yang dilakukan kejujuran pelaku. Pemeriksaan dilakukan
pada tahun 2008 menunjukkan bahwa terhadap contoh produk panen dari aspek
masyarakat di kota besar 83 persen mengenal kandungan residu pestisida atau kontaminasi
atau memahami makna produk Green Food; zat berbahaya serta aspek sanitasi. Produk
dalam berbelanja di super market 71 persen yang dinyatakan tidak memenuhi syarat, tidak
pembeli mengenal logo Green Food dan dari diberikan logo Green Food. Petani
calon pembeli sebanyak 55 persen memilih mendapatkan sanksi apabila secara sengaja
produk Green Food (Wang Yunhao, 2009). memberikan/melakukan tindakan tidak sesuai
aturan PGA dan PGF.

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 28 No. 2, Desember 2010 : 81 - 90

88
Petani Pemohon

Komisi Inspeksi
Kantor Distrik GF Telaah Usulan
Lapang

Pemberian
Sertifikat GF C G F D C Penelaahan Laporan

Komite Review Pengawas

Keterangan : CGFDC = China Green Food Development Center

Diagram 2. Proses Sertifikasi Green Food

Sistem Green Agriculture dan Green bersifat ramah lingkungan, berkelanjutan dan
Food memang merupakan sistem yang produknya aman konsumsi, yang sekaligus
dibangun atas dasar: dapat dipercaya (trust), dapat berfungsi mendeferensiasi produk
kejujuran (honesty), kesadaran (awarenesis) panen menggunakan brand khusus, sehingga
dan keinginan menyediakan produk aman produk dapat dijual dengan harga premium.
konsumsi (food safety); diproduksi secara Pemasaran produk green food diharapkan
ramah lingkungan (ecologically friendly) untuk dapat meningkatkan daya saing produk
dijual dengan harga premium. Sampai pertanian di pasar internasional maupun pasar
seberapa jauh sistem ini dapat diterapkan di domestik, dan menghindarkan penolakan
Indonesia, tergantung pada kesadaran dan produk oleh importer di luar negeri.
kematangan daya nalar petani, sistem Indonesia perlu mengadopsi sistem
pembinaan dan pengawasan, serta apresiasi “Indonesian Green Agriculture”, dengan
konsumen terhadap produk yang dihasilkan. menyusun protokol “Pertanian Hijau
Green Agriculture dan Green Food harus Indonesia”, untuk selanjutnya diadopsikan
dipersepsikan sebagai kesadaran bersama pada petani. Pada tahap awal Pertanian Hijau
antara petani produsen sebagai penghasil Indonesia disarankan diterapkan pada
produk, pengolah produk dan pedagang, serta tanaman bahan pangan utama, termasuk
konsumen, dalam rangka menyediakan produk serealia, kacang, ubi, buah dan sayuran.
pangan aman konsumsi yang diproduksi
secara ramah lingkungan. Biaya untuk
mencapai hal tersebut harus ditanggung oleh DAFTAR PUSTAKA
konsumen secara adil dan wajar. Dapat
disebutkan bahwa motto Green Agriculture
Amani Organik, 2003. Pemasaran Produk Pertanian
adalah “Eco farming using modern techniques Organik. Konsolidasi Business Plan 2004-
and modern management by modern farmers 2008. SBU Agricultural Survices, PT.
for modern societies and modern world”. Sucofindo.
Deptan, 2005. Seratus Tahun Departemen
KESIMPULAN Pertanian Republik Indonesia. Kemen-
terian/Departemen Pertanian, Jakarta.
Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura, 2004.
Green Agriculture merupakan strategi Panduan Budidaya Buah yang Benar.
sistem produksi pertanian modern yang

GREEN AGRICULTURE DAN GREEN FOOD SEBAGAI STRATEGI BRANDING DALAM USAHA PERTANIAN Sumarno

89
Good Agriculture Practices, Indo GAP. Sumarno dan Suyamto, 2008. Budidaya Padi
Departemen Pertanian, Jakarta. Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan.
Ehrlich, P., 1968. The Population Bomb. Ballantian p:360-387. dalam : Suyamto, I. N. Widiarta,
Book, New York. Satoto (eds) : Padi, Inovasi Teknologi dan
Ketahanan Pangan. Badan Litbang
Makarim, A. K., dan I. Las, 2009. Terobosan Pertanian, Jakarta.
Peningkatan Produktivitas Padi Sawah
Irigasi melalui Pengembangan Penge- Sumarno, 2006. Sistem Produksi Padi Berke-
lolaan Tanaman dan Sumber Daya lanjutan, Buletin IPTEK Tanaman Pangan,
Terpadu (PTT). dalam : B. Suprihatno, et Vol. 1 (1) : 1-18. Puslitbangtan, Bogor.
al. (eds). Inovasi Teknologi Padi, Buku 1, Sumarno, 2007. Teknologi Revolusi Hijau Lestari
Puslitbangtan Bogor. p:115-127. untuk Ketahanan Pangan Nasional di
Malthus, T., 1798. Essay on the Principle of Masa Depan. Buletin IPTEK Tanaman
Population. In : A. J. Flew (eds), 1982. An Pangan, Vol 2 (2) : 131-153. Puslitbangtan,
Essay on the Principle of Population. Bogor.
Penguin Books, London. Sutanto, R., 2002. Pertanian Organik. Penerbit
Oka, I. N., dan Bahagiawati, 1991. Pengendalian Kanisius, Yogyakarta. 218p.
Hama Terpadu. dalam : E. Sunarjo, et al. Tang Anlai, 2009. Developing Green Food Industry
(eds). Padi.III. Puslitbangtan Bogor. P.653- by Science to Achieve Sustainable
680. Agriculture. International Symposium on
Pranaji, T., Saptana, dan W. K. Sejati, 2005. Asia-Pacific Sustainable Agriculture and
Pengelolaan Serangga dan Pertanian Modern Farming, Green Agriculture,
Organik Berkelanjutan di Pedesaan. Forum Yantai, China, 23-26 Oct. 2009.
Penelitian Agroekonomi, Vol. 23 (1) : 38- Theirs, P., 2009. The Potential for Chinese Farmers
47. Puslitbang Sosek Pertanian, Bogor. Cooperatives Movement to Promote Food
Quirk, R., H. Morrar, R. Perkins and W. Buruquist, Safety and Export of Green Food. Inter.
2007. Better Sugarcane Initiative / Better Symposium On Asia Pacific Sustainable
Management Practices. Impacts and Agriculture and Modern Farming, Green
Benefits on Global Sugarcane Industries, Agriculture, Yantai, China, 23-26 Oct.
Sugarcane Technol. Vol. 26, 2007. 2009.

Spielman, D.J. and R. Birner, 2008. How Inovative Uphoff, N. and A. Gani, 2003. Opportunities for Rice
is Your Agriculture. Agriculture and Rural Self Sufficiency with the System of Rice
Development, Discussion Paper No 41. Intensification (SRI). p.419-441. dalam : F.
The IBRD-The World Bank. Washington Kasryno, et al. (eds). Ekonomi Padi dan
D.C. Beras Indonesia. Badan Litbang Pertanian,
Jakarta.
Sumarno dan Suyamto, 1998. Agroekoteknologi
sebagai Dasar Pembangunan Sistem Wang, Yunhao, 2009. Role of the Green Food in
Usaha Pertanian Berkelanjutan. Prosiding Promoting Modern Farming in China.
Simposium Ketersediaan Sumber daya International Symposium on Asia-Pacific
Pangan dan Pembangunan Pertanian Sustainable Agriculture and Modern
Berkelanjutan. Badan Litbang Pertanian, Farming, Green Agriculture, Yantai, China,
Jakarta. 23-26 Oct 2009.

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 28 No. 2, Desember 2010 : 81 - 90

90

You might also like