Etnisitas Dan Politik Lokal Provinsi Lampung

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

ETNISITAS DAN POLITIK LOKAL PROVINSI LAMPUNG

(Study Kasus Etnisitas pada Pemilukada Lampung Selatan 2010)

Oleh

Dega Okta Munaleza (D2B009020)

Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Diponegoro

Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Kotak Pos 1269

Website : http://www.fisip.undip.ac.id/ Email : fisip@undip.ac.id

ABSTRACT

In the political arena in the district / city , competition between local and ethnic immigrants looks very
strong . Regional Head Election ( Election ) June 30, 2010 , held simultaneously in five districts / cities in
Lampung has prove it . The combination of Java and Lampung ethnic almost always arise until the
geopolitical characteristics of an area in Lampung could be represented on the winner of Regional Head
Election . In Metro Citie majority ethnic Javanese , for example , Lukman Hakim and Saleh Chandra Java
bloody win the General Election . In Pesawaran district the ethnic composition was balanced between
Lampung and Java , the winner is Aries Password ( Lampung ) and Musiran ( Java ) . The same case is seen
in East Lampung , although with suspect status , Satono , was dominate sound among 60 percents in the
middle of Java bloody . In South Lampung regency with dominant Lampung ethnic composition than
Javanese , so winning the Regents and Vice Regents elected, they are Waki Rycko Menoza SZP - Eki
Setyanto . The purpose of this study is to determine " the role of ethnicity in the general election in South
Lampung regency at 2010”. The research methods are qualitative - descriptive type because descriptive
studies systematically describe a situation , problem , phenomenon , service or program , the provision of
information about a situation , problem , social life , or describe the attitude of the people responding to a
particular issue. The study shows a year before the General Election held in South Lampung regency ,
political dynamics nomination process Regent and Vice Regent South Lampung regency preceded the
existence of rumors in the community about the pair potential between the " sons of ethnic " with " settlers " .
The issue of ethnicity appears seven pairs of candidates Regent and Vice Regent South Lampung , the whole
family tries to accommodate the heterogeneity of ethnic groups in South Lampung . Number 1 ( one ) ; H.
Rycko Menoza , SE , SH , . MBA ( ethnic Lampung ) and H. Eky Setyanto ( Javanese ) won the South
Lampung Election at 2010. Theoretically ethnicity can be a serious issue in the election , but in South
Lampung at 2010, the issue of ethnicity could not be negative or even conflict access , so until the vote count
ends, it can take place smoothly and without significant disruption . The efforts of politicization of ethnicity
in South Lampung Election can be clearly addressed by the community. Potential force of Rycko - Eky is in
the socio antrpologis adequate approach, which is combined synergistically and regardless of bad sounds to
this couple . Integrative and egalitarian approach undertaken by the couple is able to reach people's hearts
as both are popular figure in the people of South , and is known to have positive social attitudes , as well as
representing the interests of ethnic Lampung and Java , as the majority of the population of South Lampung
regency .
Keywords: Ethnic, Regional Head Election, South Lampung regency

1
Latar Belakang Masalah menguat pada era reformasi dan otonomi daerah,
Provinsi Lampung sejak awal abad ke-20 mulai dari percaturan pengurus partai,
pada masa pemerintahan kolonial Belanda pernah pertarungan gubernur dan bupati/walikota, hingga
melakukan transmigrasi secara besar-besaran ke urusan aparatur pemerintahan daerah. Dikenal
dengan mendatangkan berbagai macam suku yang sebagai ”miniatur” Indonesia, komposisi
khususnya masyarakat suku Jawa dalam jumlah penduduk di Provinsi Lampung sangatlah
yang banyak atau dalam bentuk kolonisasi. Hal heterogen. Dari 7,6 juta penduduknya saat ini,
tersebut dikarenakan Provinsi Lampung memiliki populasi suku Jawa masih sangat mendominasi,
letak geografis yang sangat strategis bagi pintu yaitu hingga 61 persen, lalu diikuti suku Sunda
masuknya pulau Sumatra. Letaknya yang sekitar 11 persen. Sementara penduduk asli
menjadikan pulau Sumatra sebagai pintu gerbang (Lampung) hanya 25 persen.
dari arah selatan, khusunya melalui darat, Kuatnya dominasi masyarakat Jawa
sekaligus menjadi pintu penyebrangan antar pulau membuat Lampung kerap dijuluki ”Jawa Utara”,
yaitu, pulau Sumatra dengan Jawa. mulai dari nama daerah hingga jalan sangat kental
Dengan derasnya arus perpindahan dengan nuansa Jawa. Begitu pula dengan
penduduk yang terjadi di Provinsi Lampung pemimpin daerahnya. Berpuluh-puluh tahun
karena adanya program pada pemerintahan saat Lampung dikuasai pemimpin berlatar belakang
itu untuk mengurangi kepadatan penduduk di etnis Jawa. Kondisi mulai berubah pada era
pulau Jawa, menjadikan Provinsi Lampung reformasi dan otonomi daerah. Putra-putra daerah
berpenduduk mayoritas suku Jawa. Lampung juga mulai berani tampil seiring semangat membangun
dikenal sebagai miniatur Indonesia, karena daerahnya sendiri. Putra daerah macam Alzier
terdapat jumlah suku/etnisitas yang beraneka Dianis Thabrani, lalu Sjachroedin ZP, tampil
ragam. Karena letak dalam posisinya yang mendominasi percaturan politik di Lampung.
demikian strategis itu serta ditambah dengan Pada masa Sjachroedin ZP menjadi
tingkat mobilitas penduduknya yang demikian gubernur sejak 2004, banyak perubahan besar
tinggi, baik karena faktor posisisnya yang yang dilakukan terkait dikotomi pribumi dan
merupakan “perlintasan” maupun karena latar nonpribumi. Sjachroedin yang dikelilingi orang-
belakang penduduknya yang sebagian besar orang berdarah Jawa di dekatnya, seperti istri dan
adalah “kaum pendatang”, maka keberadaan wakilnya, yaitu Joko Umar Said, melakukan
Provinsi Lampung tidak bisa dipandang sebelah gebrakan besar, antara lain mengubah simbol-
mata. Maka jelas kiranya jika provinsi Lampung simbol pemerintahan yang semula bernuansa Jawa
yang terbentuk sejak 18 Maret 1964 tersebut kini lebih menapak ke Sang Bumi Ruwai Jurai
memiliki peranan yang cukup penting dalam peta (Lampung).
percaturan kehidupan politik secara keseluruhan. Dalam percaturan politik di kabupaten/kota,
Dengan kuatnya arus pendatang di provinsi tarikan antara putra daerah dan etnis pendatang
Lampung mengakibatkan hampir semua kepala terlihat sangat kuat. Pemilu kepala daerah
daerah dipimpin oleh non etnis Lampung. (pilkada) 30 Juni 2010 yang dilangsungkan
Khususnya pada sebelum era reformasi serentak di lima kabupaten/kota di Lampung
kebanyakan dari setiap daerah di Lampung membuktikannya. Kombinasi Jawa-Lampung
dikepalai serta dikuasai mayoritas oleh suku Jawa, hampir selalu muncul. Sampai-sampai,
seperti pada Gubernur Lampung dari tahun ke karakteristik geopolitik suatu daerah di Lampung
tahun dipimpin oleh yang notabene bukan putra bisa direpresentasikan dari kepala daerah yang
daerah. Putra daerah sosio-ideologis, yakni memenangi pilkada. Di Kota Metro yang
kandidat yang dalam kurun waktu lama, hidup, mayoritas penduduknya beretnis Jawa, misalnya,
tumbuh, berkembang, dan berinteraksi dengan pilkada dimenangi Lukman Hakim dan Saleh
masyarakat tempat ia tinggal. Ia telah Chandra yang berdarah Jawa. Di Kabupaten
menginternalisasi identitas dan karakter Pesawaran yang komposisi etnisnya masih
masyarakat, membangun ikatan emosional dengan berimbang antara Lampung dan Jawa,
masyarakat, serta menjadi bagian dari masyarakat pemenangnya adalah Aries Sandi (Lampung) dan
setempat. Musiran (Jawa). Hal sama terlihat di Lampung
Provinsi Lampung memiliki kondisi Timur, meskipun berstatus tersangka, Satono,
geopolitik unik, dikenal sebagai daerah yang berdarah Jawa mendominasi suara di tengah
transmigrasi terbesar di Tanah Air selama masyarakat yang 60 persen beretnis Jawa. Di
berpuluh-puluh tahun. Hal ini mengakibatkan kabupaten Lampung Selatan dengan ibukotanya
kuatnya tarikan politik antara pribumi dan warga Kalianda memiliki komposisi etnisnya lebih
pendatang, khususnya Jawa. Tarikan itu kian dominan kepada etnis Lampung dari pada etnis
2
Jawa, sehingga memenangkan Bupati dan Waki melalui mekanisme pemilihan umum, maka
Bupati terpilih Rycko Menoza S.Z.P.- Eki keterlibatan masyarakat sangat dibutuhkan
Setyanto. sebagai energi demokrasi itu sendiri. Pemilihan
umum dengan makna demokrasinya adalah
Rumusan Masalah tempat berkompetisinya partai politik yang secara
Perumusan masalah yang diajukan adalah umum dapat menjadi tempat pembelajaran bagi
“Bagaimana peran etnisitas pada Pemilukada elit dan komponen bangsa lainnya. Selain itu,
Kabupaten Lampung Selatan 2010?” “pemilihan umum juga terkait dengan peran serta
masyarakat dalam memberikan dukungan suara
Tujuan Penelitian kepada kandidat dan partai politik yang ada”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1. Pemilihan Kepala Daerah
“peranan etnisitas dalam Pemilukada di Pemilihan Kepala Daerah secara
Kabupaten Lampung Selatan 2010 langsung yang diawali setelah
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32
Manfaat Penelitian Tahun 2004 merupakan langkah maju bagi
1. Manfaat Teoritis proses demokratisasi lokal di Indonesia.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat Melalui pelaksanaan otonomi daerah sebagai
memberi sumbangsih bagi perkembangan media untuk menyebarkan sistem demokrasi
ilmu pengetahuan saat ini. Penelitian ini juga yang semakin disempurnakan, termasuk
dapat menjadi refrensi dalam memahami melalui Pemilihan Kepala Daerah secara
teori-teori yang berhubungan dengan peranan langsung diharapkan memacu tumbuhnya
etnisatas dalam politik lokal . kekuatan yang pro demokrasi di daerah.
2. Manfaat praktis : Artinya melalui Pemilihan Kepala Daerah
Hasil penelitian ini dapat memberi yang secara langsung ini, akan lahir aktor-
manfaat pengetahuan kepada pembaca aktor demokrasi di daerah, yang kemudian
khusunya, masyarakat pada umumnya, dan diharapkan mampu melakukan gerakan-
juga diharapkan dapat memberi masukan gerakan baru bagi perubahan.
dalam rangka memcahkan permasalahan yang Pemilihan Kepala Daerah merupakan
sama atau untuk melakukan penenlitian momen politik yang telah diadakan serentak
selanjutnya. semenjak bulan Juni 2005 sebagai ekses dari
pemilihan presiden langsung untuk alasan
penegakan demokrasi lokal di daerah.
Kerangka Teori Pelaksana dari pemilihan kepala daerah
Di negara-negara yang demokratis, langsung ini menurut Undang-Undang Nomor
pemilihan umum merupakan alat untuk 32 Tahun 2004 diberikan kewenangan kepada
memberikan kesempatan kepada rakyat untuk ikut Komisi Pemilihan Umum Daerah, tidak saja
serta mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah merencanakan, melaksanakan dan
dan sistem politik yang berlaku. Dengan hal itu mengendalikan penyelenggaraan pemilihan
pula, pemilihan umum tetaplah merupakan bentuk kepala daerah tetapi juga diberi kewenangan
partisipasi politik rakyat. Suatu proses dan menyusun semua tata cara yang berkaitan
kegiatan memilih itu disederhanakan dengan tahap persiapan dan pelaksanaan
penyebutannya menjadi pemilihan. Dalam hal dengan berpedoman kepada Peraturan
pemilihan itu semua rakyat harus ikut, tanpa Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005, akan tetapi
dibeda-bedakan, maka dipakailah sebutan pemberian wewenang kepada Komisi
pemilihan umum, disingkat dengan pemilu Pemilihan Umum Daerah sama sekali tidak
(Donald Parulian 1997:4). Dengan demikian sedikit pun dikaitkan dengan Komisi
pemilu berarti rakyat melakukan kegiatan memilih Pemilihan Umum Pusat yang menjadi induk
orang atau sekelompok orang menjadi pemimpin Komisi Pemilihan Umum Daerah tersebut
rakyat atau pemimpin negara. seperti yang terdapat di dalam Undang-
Hal tersebut juga dikatakan Doni Hendrik Undang Nomor 12 Tahun 2003
(2003:52) bahwasanya “Pemilihan umum adalah (http://www.kpu.go.id/wacana/).
mekanisme pergantian kepemimpinan nasional 2. Model perilaku memilih
yang secara demokratis melibatkan seluruh Menurut Jack Plano voting behavior
masyarakat di suatu negara”. Begitu bermaknanya atau perilaku memilih adalah: “Salah satu
pemilihan umum bagi semua orang, maka bentuk perilaku politik yang terbuka.”
pemilihan umum yang menjadi indikator Sedangkan menurut Haryanto, Voting adalah:
demokratisnya pemerintahan yang dibentuk “Kegiatan warga negara yang mempunyai hak
2
untuk memilih dan di daftar sebagai seorang orientasi terhadap isu yang berkembang
pemilih, memberikan suaranya untuk memilih dan orientasi terhadap kandidiat. Inti dari
atau menentukan wakil-wakilnya”. Pemberian mazhab ini adalah identifikasi seseorang
suara kepada salah satu kontestan merupakan terhadap partai tertentu yang kemudian
suatu kepercayaan untuk membawa aspirasi akan mempengaruhi sikap orang tersebut
pribadi, baik jangka pendek maupun jangka terhadap para calon dan isu-isu politik
panjang. Kepercayaan yang diberikan, juga yang berkembang. Kekuatan dan arah
karena adanya kesesuaian nilai yang dimiliki identifikasi kepartaian adalah kunci dalam
arah tempat memberikan suara. Nilai yang di menjelaskan sikap dan perilaku pemilih.
maksud di sini adalah preferensi yang dimiliki c. Pendekatan Ekonomi
organisasi terhadap tujuan tertentu atau cara Pendekatan ini lahir sebagai bentuk
tertentu melaksanakan sesuatu. Jadi ketidakpuasan terhadap pendekatan
kepercayaan pemberi suara akan ada, jika sosiologis dan psikologis. Pemikiran baru
seseorang telah memahami makna nilai yang ini mempergunakan pendekatan ekonomi
dimiliki dalam rangka mencapai tujuan. yang sering pula disebut sebagai
Perilaku memilih atau voting behavior secara pendekatan rasional. Tokoh dalam
umum teori tentang perilaku memilih pendekatan ini antara lain Downs dengan
dikategorikan kedalam dua kubu yaitu karyanya “An Economic Theory of
;Mazhab Colombia dan Mazhab Democracy” (1957) dan Riker &
Michigan (Fadillah Putra, 2003:201). Ordeshook, yang dituangkan dalam tulisan
Pada penelitian mengenai voting berjudul “A Theory of the Calculus
behavior dalam pemilu pada dasarnya Voting”, (1962). Menekankan kepada
mempergunakan beberapa mazhab yang telah penilaian rasional pemilih dengan
berkembang selama ini yakni: mengadaptasi teori tentang ekonomi
a. Pendekatan sosiologis politik untuk menjelaskan perilaku
Mazhab sosiologis pada awalnya pemilih dengan memperhitungkan apa
berasal dari Eropa yang kemudian dampak yang bisa dirasakan langsung oleh
berkembang di Amerika Serikat, yang pemilih di masa datang kalau ia memilih
pertama kali dikembangkan oleh Biro partai tersebut.
Penerapan Ilmu Sosial Universitas 3. Karakteristik pemilih
Colombia (Colombia`s University Bureau Ikatan primordialisme keagamaan dan
of Applied Social Science), sehingga lebih etnis, menjadi salah satu alasan penting dari
dikenal dengan kelompok Colombia. masyarakat dalam menyikapi terhadap
Kelompok ini melakukan penelitian elektabilitas calon legislatife. Jika seorang
mengenai The People’s Choice pada tahun kandidat memiliki latar belakang ikatan
1948 dan Voting pada tahun 1952. Di primordialisme yang sama dengan ikatan
dalam 2 karya tersebut terungkap perilaku primordialisme masyarakat, maka hal tersebut
memilih seseorang dipengaruhi oleh menjadi alternatif pilihan masyarakat. Ikatan
faktor-faktor lingkungan seperti sosial emosional tersebut menjadi pertimbangan
ekonomi, afiliasi etnis, tradisi keluarga, penting bagi masyarakat untuk menentukan
keanggotaan terhadap organisasi, usia, pilihannya. Ikatan emosional masyarakat tidak
jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal, hanya didasarkan atas sistim kekerabatan
dan lain-lain. semata, akan tetapi agama menjadi pengikat
b. Pendekatan Psikologis ikatan emosional, asal daerah atau tempat
Mazhab ini pertama kali tinggal, ras/suku, budaya, dan status sosial
dipergunakan oleh Pusat Penelitian dan ekonomi, sosial budaya juga menjadi unsur
Survey Universitas Michigan (University penting dalam ikatan emosinal komunitas
of Michigan`s Survey Research Centre) masyarakat tertentu. Hal tersebut terlihat pada
sehingga kelompok ini dikenal dengan basis komunitas masyarakat di daerah
sebutan kelompok Michigan. Hasil pemilihan, daerah/wilayah atau kantong-
penelitian kelompok ini yang dikenal luas kantong basis massa yang ditandai dengan
adalah The Voter`s Decide (1954) dan The adanya simbol-simbol partai yang
American Voter (1960). memberikan gambaran dan sekaligus sebagai
Pendekatan mazhab psikologis ini pertanda bahwa di wilayah tersebut
menekankan kepada 3 aspek variabel merupakan kantong basis massa partai
psikologis sebagai telaah utamanya yakni, tertentu.
ikatan emosional pada suatu partai politik,
3
Komunitas masyarakat, yang heterogen Etnisitas mempunyai tiga dimensi yang
cenderung lebih bersifat rasional, pragmatis, berbeda yaitu horizontal, vertikal, dan intensitas
tidak mudah untuk dipengaruhi, terkadang atau kedalamannya. Dalam dimensi horizontal,
memiliki sikap ambivalen, berorientasi ke etnisitas bisa menjadi strategi untuk memperoleh
materi. Sikap dan pandangan untuk memilih keuntungan politik dan ekonomi. Dan sebagai
atau tidak memilih dalam proses politik lebih pembatas sosial yang membedakan kita dengan
besar, sehingga tingkat kesadaran dan mereka. Kemudian sebagai kreativitas kultural.
partisipasi politiknya ditentukan oleh sikap Dalam dimensi horizontalnya, etnisitas tidak
dan pandangan individu yang bersangkutan, mengandung hirarki antar etnis, atau memiliki
tidak mudah untuk dipengaruhi oleh tokoh pandangan merendahkan etnis lain. Etnisitas
atau ikatan primordialisme tertentu. Kondisi sekedar digunakan sebagai alat untuk
sosial masyarakat pada strata demikian melegitimasi tuntutan perolehan sumber daya
diperlukan adanya kandidat yang memiliki yang semakin langka atau digunakan untuk
kapabilitas yang tinggi baik dari aspek memperkukuh posisi dalam persaingan dengan
sosiologis (memiliki kemampuan untuk individu lain. Dalam dimensi vertikal etnisitas
mudah beradaptasi dengan kelompok diwarnai predikat negatif seperti rendah diri,
masyarakat dan mampu mempengaruhi sikap terbelakang, sempit, dan sejenisnya. Sedangkan
dan orientasi komunitas masyarakat tersebut), dimensi berikutnya menunjuk pada
atau popularitas dan reputasi tinggi pada kedalamannya. Intensitas dari ketegangan
kelompok masyarakat tersebut. Jika hal kepentingan nasional sentralistik dan etnik-
tersebut mampu dilakukan oleh seorang regionalistik akan mengamnil dua bentuk yang
kandidat, maka sangat terbuka perolehan suara belawanan yaitu perpecahan antar etnik dan
pemilih didapat dari komunitas masyarakat kekeyaaan kultural (Ivan.A.Hadar. ibid)
tersebut. Menguatnya identitas kesukuan mempunyai
Etnis dapat dipahami melalui pengertian berbagai konsekuensi. Dua jenis konsekuensi
dari etnis tersebut secara umum. Menurut Em Zul antara lain pertama, adalah menjauhkan diri atau
Fajri dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia bahkan keluar dari tatanan negara bangsa dan
bahwa etnis berkenaan dengan kelompok sosial kedua adalah berusaha mendudukkan orang
dalam sistem sosial atau kebudayaan yang sesuku dalam pemerintahan negara-bangsa, hal ini
mempunyai arti atau kedudukan karena dapat kita lihat dalam realitas kehidupan sehari-
keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. hari di dalam jajaran pemerintahan dari pusat
Sedangkan menurut Suyono dalam Kamus hingga ke daerah di mana para pejabat lebih
Antropologi Pressindo Jakarta, etnis adalah hal senang mendudukkan orang di sekitarnya dalah
yang mempunyai kebudayaan tersendiri. orang yang seetnis atau sedaerah dengannya.
Kelompok etnis adalah suatu kesatuan budaya dan Etnisitas masih menjadi kajian penting
territorial yang tersusun rapi dan dapat dalam diskursus tentang identitas ke-Indonesiaan.
digambarkan ke dalam suatu peta etnografi. Setiap Sejarah panjang Nusantara hadir dengan
kelompok memiliki batas-batas yang jelas untuk keragaman adat dan etnis dalam konteks
memisahkanantara satu kelompok etnis dengan persatuan yang dicitakan oleh idealisme kuasa.
etnis lainnya. Konsepsi nusantara inilah yang menjadi model
Etnisitas secara substansial bukan sesuatu bagaimana etnisitas menjadi penanda pluralitas,
yang ada dengan sendirinya tetapi keberadaannya namun dibingkai dalam semangat integrasi
terjadi secara bertahap. Etnisitas adalah sebuah maupun bayang-bayang kekuasaan. Fredrik Barth
proses kesadaran yang kemudian membedakan (1969), etnisitas dapat dikatakan eksis ketika
kelompok kita dengan mereka. Basis sebuah orang mengklaim identitas tertentu bagi dirinya
etnisitas adalah berupa aspek kesamaan dan dan didifinisikan oleh orang (yang) lain juga
kemiripan dari berbagai unsur kebudayaan yang dengan identitas yang diklaimnya itu. Etnisitas,
dimiliki, seperti misalnya ada kesamaan strukutur dengan demikian, harus dimaknai sebagai
sosial, bahasa, upacara adat, akar keturunan, dan identifikasi seseorang dalam berafiliasi dengan
sebagainya. Berbagai ciri kesamaan tersebut, kelompok sosialnya. Sementara itu, Schultz &
dalam kehidupan sehari-hari tidak begitu berperan Lavenda (2001) berpendapat bahwa identitas dan
dan dianggap biasa. Namun, dalam situasi etnisitas sesungguhnya merupakan sebuah konsep
tertentu, kesadaran laten ini bisa mengental dan yang dikontruksi secara budaya. Identitas dan
mengedepan. Dalam kaitan itu, etnisitas menjadi etnisitas diciptakan oleh proses sejarah yang
persyaratan utama bagi munculnya strategi politik menggabungkan kelompok-kelompok sosial yang
dalam membedakan “kita” dengan “mereka”. berbeda ke dalam struktur politik yang tunggal di
(Kompas, 29 mei 2000) bawah kondisi-kondisi sosial tertentu.
4
Selanjutnya, Schultz & Lavenda memberi bahwa mereka adalah kelompok yang berbeda
penjelasan sebagai berikut dengan kelompok lain. Dengan kata lain,
Identitas dan etnisitas merupakan hasil terbentuknya identitas etnik ternyata juga
konstruksi (proses) sosial yang lazim disebut memerlukan kehadiran entitas atau etnik lain
askripsi (ascription). Askripsi, proses penandaan sebagai komparasi dan penegas identitas etnik
sekelompok orang/masyarakat tertentu dengan yang bersangkutan. Hal ini menegaskan kembali
sembarang: apa pun tandanya (sebagai ciri khas, bahwa identitas etnik merupakan hasil dari
labelling kelompok tertentu), umumnya interaksi sosial. Kelompok yang tidak berinteraksi
berlangsung hingga berabad-abad lamanya. dengan kelompok lain mungkin tidak akan
Dalam proses itu terjadi interaksi orang dari aneka menyadari bahwa mereka memiliki kesamaan-
latar belakang di berbagai bidang kehidupan. kesamaan yang besar. Hanya dengan interaksi
Artinya, proses askripsi tidak akan dengan kelompok lain identitas etnik mereka
berlangsung/terjadi justru ketika orang-orang terbangun, dan semakin intens interaksi itu,
benar-benar menyendiri, tidak berinteraksi. Itulah semakin berkembang pula identitas etniknya.
sebabnya, dalam banyak hal, seseorang sering Identitas sosial, etnisitas dan pelilaku
tidak diperlakukan sebagai pribadi yang mandiri, politik cenderung menjadi referensi penting dalam
tetapi diperlakukan sebagai anggota atau wakil melihat arah kontestasi politik. Pendapat yang
kelompok/masyarakat tertentu dengan askripsi membahas adanya keterkaitan antara identitas
tertentu pula. sosial dengan perilaku politik dan pemilihan
Senada dengan pendapat itu, Phinney dan setidaknya ada dua hal. Pertama, identitas sosial
Alipora (1990) pun menulis bahwa identitas etnik yang sama dapat ditemukan pada keanggotaan
adalah sebuah konstruksi yang kompleks yang sebuah kelompok sosial di mana dalam arena
mengandung sebuah komitmen dan rasa pemilihan hal ini direpresentasikan melalui
kepemilikan (sense of belonging) pada kelompok keberpihakannya terhadap kebijakan-kebijakan
etnik, evaluasi positif pada kelompok, berminat di publik tertentu (Robert Bates 1974 ). Kedua,
dalam dan berpengetahuan tentang kelompok, dan pendapat yang menyatakan bahwa identitas sosial
turut serta terlibat dalam aktivitas sosial merupakan faktor yang melekat pada masing-
kelompok. Identitas itu berkaitan dengan masa masing individu sehingga berpengaruh pada
lalu dan aspirasi masa depan yang berhubungan motivasi individu dalam sebuah arena pemilihan.
dengan etnisitas. Jadi, identitas etnik akan Masing-masing individu di sini bahkan
membuat seseorang memiliki harapan akan masa mengembangkan kelekatan psikologis
depan yang berkait dengan etnisnya. (psychological attachment) kepada kelompok
Dari berbagai pendapat itu, dapat diketahui sosial masing-masing (Donald Horowitz 1985).
bahwa identitas etnik seseorang ternyata tidak Daniel N.Posner dkk (2007) berpendapat
berhenti ketika seseorang itu ditasbihkan sebagai bahwa ada dua kecenderungan kalangan elit
anggota etnik tertentu melalui bukti darah/garis politik dan kandidat dalam menggunakan isu-
keturunan. Identitas terbentuk melalui sosialisasi, isuetnis (playing ethnic card). Pertama, para
baik dalam keluarga maupun masyarakat politisi dan kandidat biasanya penggunakan
lingkungannya. Seorang yang terlahir sebagai berbagai pola pendekatan terhadap etnisitas
keturunan Jawa, misalnya, tidak akan merasa menjelang arena pemilihan. Target yang ingin
memiliki identitas etnis Jawa jika sebelumnya didapat adalah adanya kelekatan dengan etnis
tidak ada sosialisasi identitas terhadapnya. Hal ini yang menjadi obyeknya (ethnic attachment).
dikuatkan oleh Weinreich (1985) yang Kedua, para politisi dan kandidatmemainkan kartu
berpendapat bahwa identitas sosial (termasuk etnis (playing ethnic card) untuk mengamankan
identitas etnik) merupakan penggabungan ide-ide, batas keunggulan yang dimilikinya dalam sebuah
perilaku, sikap, dan simbol-simbol bahasa yang arena kompetisi baik ketika pemilu berlangsung
ditransfer dari generasi ke generasi melalui maupun setelah pemilu (Daniel N.Posner 2007:1).
sosialisasi. Perilaku politik dari sesuatu masyarakat
Begitulah, faktor utama yang mendorong dipengaruhi dan mempunyai hubungan dengan
terbentuknya identitas etnik adalah adanya etnisitas/kesukubangsaan, karena etnisitas itu
kesamaan-kesamaan besar (seperti pengalaman, menjadi salah satu unsur pembentuk perilaku
latar belakang, adat-istiadat, bahasa, dan perilaku) politk, selain masih ada faktor-faktor yang lain,
antaranggota kelompok masyarakat (etnik) yang seperti pengaruh luar melalui difusi dan
terbentuk melalui sebuah proses (sosialisasi). akulturasi, pendidikan, perubahan sosial dan lain-
Kesamaan-kesamaan itu pada awalnya akan lain. Namun bagi bangsa Indonesia faktor etnisitas
menumbuhkan perasaan seidentitas dan pada itu dalam kehidupan politik sampai sekarang
gilirannya akan menumbuhkan pula kesadaran masih menjadi salah satu yang termasuk
5
terpenting. Kesadaran akan etnisitas masih cukup proses sosialisasi dan resosialisasi seperti
besar dan berpengaruh dalam kehidupan individu keluarga, lembaga pendidikan, orang tua, dan
atau perorangan maupun dalam kehidupan media masa. Pendekatan politis rasional;
kelompok atau masyarakat. Perilaku memilih didasarkan pada kandidat
Di Indonesia secara relatif terdapat atau partai yang memberikan keuntungan
kesetiaan etnis (Ethnic loyalty) yang relatif tinggi bagi pemilih seperti melalui program-
dan bahwa partai politik Indonesia dipengaruhi program yang diusung oleh partai atau
oleh etnisitas.8 Kesetiaan etnis di Indonesia masih kandidat.
tampak signifikan dan pengabaian faktor etnis
dapat menimbulkan kesalahpahaman mengenai Metode Penelitian
politik di Indonesia. Maka dapat dikatakan hal di Metodologi penelitian kualtitatif biasanya
atas menunjukkan adanya pengaruh etnisitas disebut dengan metode penelitian yang
terhadap perilaku politik seseorang. Kajian berupa naturalistik, karena penelitianya dilakukan dalam
penelitian mengenai perilaku politik etnis pernah kondisi yang alamiah tidak dibuat-buat, objeknya
dilakukan oleh Profesor.R.Willian Liddle. 9 Di alamiah, tidak dimanipulasi oleh peneliti, dan
mana Liddle melakukan penelitian tentang peran peneliti didalam pengumpulan data dan
tingkah laku politik di sebuah daerah di Sumatera analisis data merupakan instrumen kunci dalam
Utara yaitu Kabupaten Simalungun dan Pematang penelitiian kualitatif. Selain itu, pengumpulan data
Siantar sebagai kota utamanya. Dalam penelitian dalam penelitian kualitatif tidak hanya dipandu
ini Liddle mencoba mengaitkan analisa makronya oleh teori, melainkan juga oleh fakta fakta yang
tentang tingkah laku politik lokal dengan apa yang ditemukan pada saat penelitian (Afifudin dan Beni
kelihatan makro di tingkat nasional. Achmad Saebani 2009:57 ).
1. Desain penelitian
Operasional Konsep Metode penelitian yang digunakan
1. Etnis adalah tipe penelitian kualitatif-deskriptif
Etnisitas adalah sebuah proses karena penelitian deskriptif menggambarkan
kesadaran yang kemudian membedakan secara sistematik suatu situasi, masalah,
kelompok kita dengan mereka. Basis sebuah fenomena, pelayanan atau program,
etnisitas adalah berupa aspek kesamaan dan penyediaan informasi mengenai suatu situasi,
kemiripan dari berbagai unsur kebudayaan masalah, kehidupan masyarakat, atau
yang dimiliki, seperti misalnya ada kesamaan menggambarkan sikap masyarakat
strukutur sosial, bahasa, upacara adat, akar menanggapi suatu isu tertentu (Ahmad Taufiq
keturunan, dan sebagainya. 2006:11). Selain itu penelitian deskriptif
Karakter yang tumbuh berdasarkan menuturkan dan menafsirkan data yang
karakter individu yang terlahir dan menjadi berkenaan dengan. Metode ini dipandang
sebuah identitas dasar yang kemudian cocok karena dengan pandangan penelitian
membentuk ‘keakuan’ dan membedakan kualitatif, gejala akan bersifat holistc
dengan yang lain siapa dia, aku dan mereka. (menyeluruh, tidak dapat dipisahkan),
2. Pendekatan Perilaku memilih sehingga peneliti tidak hanya menetapkan
Perilaku memeilih adalah keikutsertaan penelitianya hanya berdasarkan variable
komunitas masyarakat dalam pemilihan penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial
langsung yang merupakan serangkaian yang diteliti maliputi aspek tempat, pelaku
kegatan dalam membuat keputusan, yaitu dan aktifitas yang berinteraksi secara sinergis
memilih atau tidak memilih dalam pemilihan (Sugiyono 2009:64).
kepala Daerah. Serta alasan yang digunakan 2. Lokasi penelitian
untuk menentukan pilihan dalam pemilihan Penelitian ini dilakukan berdasarkan
kepala daerah. Pendekatan Sosiologis; lokasi yang dipilih sesuai dengan tujuan
Kecenderungan pilihan yang diberikan oleh penelitian untuk mengetahui peran Etnisitas
pemilih terhadap kandidat atau partai tertentu pada Pemilukada di Kabupaten Lampung
yang dipengaruhi oleh latar belkang Selatan Provinsi Lampung . Pada Pemilukada
sosiologis dan kararteristik sosio-ekonomim, periode 2010/2015 oleh Bupati dan Waki
kelas, agama, etnis, pekerjaan, pendidikan Bupati terpilih Rycko Menoza S.Z.P.- Eki
idiologi, dan kondisi-kondisi sosiologi lainya. Setyanto yang merupakan berdarah asli
Pendekatan Psikologis; Perilaku memilih Lampung. Di mana masyarakat pada
yang didasarkan pada pengalaman- Kabupaten Lampung selatan memilik jumlah
pengalaman pribadi individu terhadap yang tinggi pada penduduk etnis Lampung .
kandidat ataupun partai tertentu melalui sehingga penulis ingin meneliti mengenai
6
peran etnisitas pada Pemilukada Di permasalahan yang dibahas yaitu Peran
Kabupaten Lampung Selatan Provinsii Etnisitas Pada Pemilukada di kabupaten
Lampung . Lampung Selatan.
3. Jenis data 6. Analisis Data
Data diperlukan dalam setiap Langkah langkah yang ditempuh dalam
penelitian, karena merupakan sumber proses analisis data adalah:
informasi yang dapat memberikan gambaran a. Reduksi data
utama tentang ada atau tidaknya fenomena Diartikan sebgai proses pemikiran,
yang akan diteliti. Untuk itu dalam penelitian pemusatan perhatian pada
ini jenis datanya adalah teks atau kata-kata penyederhanaan, pengabstrakan, dan
tertulis yang akan memdeskripsikan tindakan- transformasi data “kasar” yang muncul
tindakan dan fenomena yang terjadi dalam dari catatan-catatan tertulis lapangan.
suatu penelitian. Dan pengumpulan data yang ada
4. Sumber Data kemudian direduksi untuk
a. Data Primer mengorganisasikan data guna
Data yang diperoleh dan memudahkan dalam penarikan
dikumpulkan peneliti secara langsung kesimpulan/verivikasi.
dari sumbernya, yaitu responden melalui b. Penyajian data
wawancara. Pihak-pihak yang terkait Data disajikan sehingga berbentuk
dengan masalah yang diteliti pencatatan sekumpulan informasi yang tersususn
sumber data primer melalui wawancara sehingga memberikan kemungkinan
atau pengamatan merupakan hasil usaha adanya penarikan kesimpulan dan
gabungan dari kegiatan melihat, pengambilan tindakan. Data di sajikan
merekam, mendengar dan bertanya. secara tertulis berdasarkan kasus kasus
b. Data Sekunder faktual yang saling berkaitan dan dalam
Data yang diperoleh dan penyajian data digunakan untuk
dikumpulkan peneliti secara tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi
langsung dari obyek obyek penelitian. guna penarikan kesimpulan lebih lanjut.
Data tersebut meliputi kajianpustaka,
laporan, literatur, buku, monografi,
dokumen, brosur, internet jurnal dan data c. Menarik kesimpulan / Verivikasi
yang lain berkaitan dengan penelitian. Data yang telah disusun melalui
5. Teknik Pengumpulan Data tahap pengolahan reduksi kemudian
Adapun teknik pengumpulan data yang disimpulkan. Hasil kesimpulan ini
akan digunakan dalam penelitian ini adalah: senantiasa diverivikasi, sehingga akan
diperoleh suatu keyakinan tentang data di
a. Interview lapangan.
Wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapan ini Hasil Penelitian dan Pembahasan
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pihak Dalam Pemilihan Umum Kabupaten
pewawancara atau yang megajukan Lampung Selatan Tahun 2010 dan sesuai dengan
pertanyaan dan pihak yang di Pasal 8 Peraturan Komisi Pemilihan Umum
wawancarai atau yang memberikan Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara
Jawaban atas pertanyaan. Wawancara di Pemutakhiran Data dan Daftar Pemilih dalam
gunakan untuk dapat lebih mudah Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil
memahami makna secara lebih dalam Kepala Daerah bahwa Komisi Pemilihan Umum
hasil observari yang telah digunakan. Kabupaten/Kota paling lambat 7 (tujuh) bulan
Melalui wawancara akan lebih banyak sebelum hari pemungutan suara memberitahukan
informasi yang diperoleh untuk kepada Pemerintah Daerah untuk menyampaikan
menJawab permasalahan peneliti yang di data kependudukan yang akan digunakan dalam
ajukan. Pemilihan Umum Kepala Daerah, secara rinci tiap
b. Dokumentasi Desa/Kelurahan. Berkenaan dengan Surat KPU
Pengumpulan data yang dilakukan Kabupaten Lampung Selatan Nomor
melalui pencatatan dan penelaahan 270/387/08.01/KPU_LS/2009 tanggal 11
terhadap catatan catatan, arsip-arsip, Nopember 2009 perihal Permintaan data jumlah
dokumen serta peraturan-peraturan penduduk Kabupaten Lampung Selatan.
lainnya yang ada kaitanya dengan
7
Pemilih tetap sejumlah 648.691 jiwa di atas memasang Calon Bupatinya berasal dari etnis
akan diperebutkan oleh 7 pasangan calon Bupati Jawa dan Wakil Bupatinya berasal dari etnis
dan Wakil Bupati yang telah ditetapkan oleh Lampung.
Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Berdasarkan Surat Keputusan KPU
Lampung Selatan. Pemilihan Umum Kepala Kabupaten Lampung Selatan Nomor 21 Tahun
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten 2010, maka diputuskan dan menetapkan
Lampung Selatan yang telah dilaksanakan pada perolehan suara pasangan calon dalam Pemilihan
tanggal 5 Juli 2010 diikuti oleh 7 kandidat Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Lampung Selatan Tahun 2010 dengan rincian:
Lampung Selatan. 1. H. Rycko Menoza, SE, SH,. MBA dan H.
KPU Lampung Selatan berhasil Eky Setyanto, SE, dengan perolehan suara
menetapkan pasangan calon dan nomor urut sah 166.089 (35,84 persen).
peserta pilkada setempat. Pengundian nomor 2. H.Wendy Melfa, SH,. MH dan Antoni Iman,
dipimpin Ketua KPU Lampul Selatan M. Abdul SE, dengan perolehan suara sah 126.427
Hafid didampingi empat komisioner lainnya, yaitu (27,28 persen).
Erlina, Dwi Riyanto, Sri Fatimah, dan Hargito. 3. Andi Warisno, S. PdI,. M. Pd dan A Ben
Tujuh pasangan calon bupati dan wakilnya hadir Bella, dengan perolehan suara sah 7.594
dalam penetapan serta pengundian nomor urut (1,64 persen)
tersebut. Ketua KPU Provinsi Lampung Edwin 4. Dr. H. Zainudin Hasan, SH,. MM dan Drs. H.
Hanibal dan anggota Handi Mulyaningsih serta Ahmad Zulfikar Fawzi (Ikang Fawzi),
jajaran Muspida Lampul Selatan turut dengan perolehan suara sah 118.098 (25,48
menyaksikan penetapan dan pengundian nomor persen)
serta deklarasi pilkada damai. 5. Ir. H.Taufik Hidayat, S.Sos., M.M., M.E.P.
Setelah ketujuh pasangan calon dan K. Agus Revolusi, S.Sos, dengan
mendapatkan nomor urut, dilanjutkan deklarasi perolehan suara sah 12.705 (2,74 persen).
pilkada damai. Pembacaan naskah deklarasi
6. Fadhil Hakim YHZ, B.B.A. dan H.Andi Azis,
dipimpin Ketua Komisi A DPRD Kabupaten
S.H, dengan perolehan suara sah 10.405 (2,25
Lampung Selatan Jamhari. Menurut Ketua KPU persen)
Kabupaten Lampung Selatan M. Abdul Hafid,
setiap tahapan pelaksanaan pengundian nomor
7. dr. Kiswoto dan H. Syahrul Alim, S.H., M.H,
dengan perolehan suara sah 22.125 (4,77
urut hingga penetapan deklarasi berjalan lancar
persen).
dan aman. Semua tahapan berjalan lancar, dan
Berdasarkan diktum di atas, tidak ada
semua elemen masyarakat yang ada di Kabupaten
pasangan calon kepala daereah dan wakil kepala
Lampung Selatan berharap Pilkada Kabupaten
daerah yang memperoleh suara sah dari 50 persen
Lampung Selatan dapat berjalan lancar.
jumlah suara sah, maka pasangan calon yang
Setahun sebelum dilangsungkan
memperoleh suara sah lebih dari 30 persen jumlah
Pemilukada di Kabupaten Lampung Selatan,
suara sah ditetapkan sebagai pasangan calon
dinamika politik proses pencalonan Bupati dan
terpilih. Dengan demikian Pemilihan umum
Wakil Bupati Kabupaten Lampung Selatan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
diawali adanya kasak-kusuk di masyarakat
Kabupaten Lampung Selatan hanya berlangsung
tentang pasangan potensial antara “putra daerah”
dalam satu putaran saja yang telah dimenangkan
dengan “penduduk pendatang”. Pasangan
oleh pasangan calon H. Rycko Menoza, SE, SH,.
dimaksud adalah Calon Bupati diisi putra daerah
MBA dan H. Eky Setyanto yang diusung oleh
(etnis Lampung), dan wakil Bupatinya mewakili
partai PDIP, PD, PKNU & Gerindra dengan
entitas suku pendatang, bisa dari etnis Jawa,
perolehan suara 166.089 atau 35,84 persen.
Sunda maupun Bali. Namun dalam rangka
Secara teoritis etnis dapat menjadi
memperoleh kemenangan, yang diperhatikan
persoalan serius dalam pemilukada, namun dalam
adalah menakar popularitas dan elektabilitas calon
Pemilukada di Lampung Selatan 2010, isu
yang memiliki nilai jual dan image positif
etnisitas tidak sempat berakses negatif atau
sehingga berpotensi besar untuk dipilih. Dari isu
bahkan konflik, sehingga sampai pasca
etnisitas pada Pemilukada di atas, muncul 7
penghitungan suara pun bisa berlangsung dengan
pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati
lancar serta tanpa gangguan yang berarti. Upaya
Lampung Selatan, yang seluruh pasangan
politisasi etnis dalam Pemilukada Lampung
mencoba mengakomodir heterogenitas etnis yang
Selatan dapat disikapi secara jernih oleh
ada di Lampung Selatan, dan tidak terbatas pada
masyarakat
perpaduan antara Lampung dengan Jawa saja,
Sebagai salah satu entitas wilayah yang
akan tetapi ada juga pasangan yang justru
heterogen, masyarakat Kabupaten Lampung
8
Selatan dinilai cukup terbuka dan sangat Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerakan Indonesia
menjunung nilai-nilia kebersamaan. Masyarakat Raya (Gerindra). Pasangan ini memenangkan
Lampung Selatan terdiri dari beragam etnis yang kontestasi setelah meraih 35,85 persen atau
saling berdampingan dan bekerjasama, baik dalam 166.089 suara. Kemenangan ini pun dinilai
hal sosial, politik, ekonomi, hukum dan budaya, memiliki potensi positf bagi recovery perseteruan
sehingga Lampung Selatan berkembang menjadi beberapa kelompok etnis yang sempat bertikai
suatu kawasan wilayah yang sangat cepat sebelum pelaksanaan Pemilukada 2010, antara
pertumbuhan ekonominya. Jawa, Lampung dengan etnis Bali. Etnis Jawa dan
Isu etnis sebagai komoditas politik masih Lampung yang merepresentasikan barisan
kerap terjadi. Pemilihan isu yang diusung pun nasionalis religius cenderung memilih pasangan
semakin canggih. Semula diharapkan pembauran nomor 1, begitu pula etnis Bali yang berbasis
beragam etnis dengan sendirinya akan kepada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
mengaburkan isu tersebut. Tetapi sebagian cenderung memilih pasangan nomor 1. Dengan
masyarakat masyarakat Lampung Selatan masih demikian, dalam Pemilukada Kabupaten
hidup di wilayah perdesaaan yang bersifat Lampung Selatan ini seolah terjadi “konsiliasi
homogen dan sangat peka pada isu identitas sosial semu” antara beberapa suku atau etnis yang
mereka. Isu tentang etnis Jawa dan Lampung sempat bertikai di Kalianda beberapa waktu
kembali menjadi perbincangan hangat menjelang sebelum Pemilukada, yaitu antara Lampung,
pemilihan umum kepala daerah (pemilukada), dan Jawa, Sunda dengan Bali.
bukan hanya di Kabupaten Lampung Selatan, Pada tahap awal pencalonan pun sudah
akan tetapi juga di Tanggamus, Tulangbawang terlihat kerjasama dan konsiliasi antar etnis,
dan Lampung Barat pada September 2012 yang sehingga dinamika politik Pemilikada Lampung
lalu. Selatan terutama tampak pada tahap pencalonan
Isu etinisitas yang kental juga diusung oleh karena terjadi kerjasama, kesepakatan dan
beberapa pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati akhirnya koalisi antar partai pendukung tentang
Lampung Selatan pada Pemilukada 2010, pasangan kandidat yang diusulkan kepada Komisi
khususnya pasangan calon nomor 1. Seperti Pemilihan Umum Daerah (KPUD) setempat.
misalnya apa yang diusung oleh Eky (calon bupati Bahkan tidak jarang terjadi konflik internal di
pasangan nomor 1). Eki Setyanto, kelahiran dalam satu partai apabila tidak ada kesepakatan
Kudus, Jawa Tengah pada 26 Desember 1968, antara pimpinan partai di tingkat kabupaten,
sebagai pendatang baru di dunia politik, Eki ataupun di antara sesama pengurus kabupaten,
termasuk figur yang sangat diperhitungkan. Eky namun penyelesaiannya dilakukan berdasarkan
bergaung dengan Partai Demokrat pada 2010 dan dengan kepentingan etnis per etnis, sehingga
kini dia dipercaya oleh partainya untuk konflik manifest tersebut tidak jadi muncul.
mendampingi Bupati Lampung Selatan, H. Rycko Seperti dikemukakan sebelumnya, mekanisme
Menoza. SZP, untuk memimpin masyarakat pencalonan pilkada yang diatur dalam Undang-
Kabupaten Lampung Selatan periode 2010 – Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan
2015. Oleh karena itu, dia selalu berusaha Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 dan Peraturan
istiqamah dan amanah dalam menjalankan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2005, hanya
tugasnya. Kepercayaan DPD Partai Demokrat mengenal satu jalur, yakni pencalonan melalui
memberikan jabatan sebagai Wakil Bupati atau oleh partai politik dan atau gabungan partai
Lampung Selatan juga sebagai ujian, sebab politik. Meskipun demikian, Pemilukada secara
memang tidak mudah memimpin 923.002 jiwa langsung ternyata telah membuka peluang
masyarakat Lampung Selatan yang berbeda–beda berbagai elemen masyarakat untuk menjadi
sifatnya dan karakternya. Ketika menjabat sebagai kandidat di luar para politisi yang berasal dari
Wakil Bupati pada 2010, usia Eki baru menginjak partai-partai politik. Selain politisi partai, kepala
42 tahun. Keputusan DPD Partai Demokrat untuk daerah yang sedang menjabat (incumbent) dan
mengusung Eki sebagai Wakil Bupati Lampung birokrat, pertarungan dalam Pemilukada juga
Selatan tersebut, sangat tepat, karena dari jumlah diminati oleh para pengusaha, purnawirawan
sekian kader partai Partai Demokrat yang ada di TNI/Polri, dan kalangan profesional lain serta
Lampung Selatan maupun di Provinsi Lampung aktivis LSM. Seperti dikemukakan sebelumnya,
yang mengikuti uji kelayakan untuk menjadi regulasi Pemilukada mengatur bahwa proses
Wakil Bupati Lampung Selatan, hanyalah Eki penyaringan bakal calon oleh partai atau
yang memiliki pendidikan yang cukup cemerlang. gabungan partai politik dilakukan secara
Dalam pilkada Lampung Selatan, Rycko “demokratis dan transparan”. Dalam penjelasan
Menoza dan Eki Setyanto diusung Partai aturan tersebut ditegaskan bahwa selain sesuai
Demokrat, Partai Demokrasi Indonesia dengan mekanisme internal partai atau gabungan
9
partai, yang dimaksud dengan proses pencalonan 172 pilkada yang diselenggarakan di kabupaten,
yang “demokratis dan transparan” adalah kota, dan propinsi, tingkat partisipasi di bawah 70
terbukanya proses tersebut dari “akses publik”. persen ditemukan di 37,7 persen daerah
Namun demikian dalam realitasnya, hampir pemilihan. Selain itu, realitas di atas tampaknya
semua proses pencalonan Pemilukada yang telah berhubungan dengan semua persyaratan yang
berlangsung selama ini mengabaikan urgensi bersifat formal seperti diatur dalam Undang-
akses publik. Pada umumnya masyarakat di Undang dan Peraturan Pemerintah, faktor
daerah pemilihan tidak mengetahui bagaimana terpenting bagi partai-partai dan gabungan partai
sesungguhnya proses seleksi calon oleh partai dalam menentukan pasangan kandidat yang
atau gabungan partai politik. Sejumlah tokoh diusung dalam pilkada adalah kemampuan
masyarakat di daerah penelitian bahkan sama finansial para kandidat.
sekali tidak tahu, mengapa suatu partai tertentu Di daerah Lampung Selatan misalnya,
memilih untuk mencalonkan tokoh tertentu proses Pemilukada cenderung diwarnai praktik
sebagai kepala daerah atau wakil kepala daerah. persekongkolan politik dan bisnis di antara para
Sebagaimana kecenderungan yang terjadi elite partai dan birokrasi di satu pihak dan elite
dalam pemilu legislatif yang terdahulu, pengusaha atau bisnis di pihak lain. Dalam kaitan
masyarakat pada umumnya merasa di fait acompli ini seorang kandidat yang gagal dalam
oleh partai atau gabungan partai dalam proses Pemilukada di daerah yang relatif minus secara
pencalonan pasangan kandidat dalam Pemilukada. ekonomi misalnya, mengaku mengeluarkan biaya
Dampak lebih jauh dari kecenderungan sekitar Rp 4 miliar untuk berbagai jenis
pencalonan seperti ini adalah berlangsungnya pengeluaran, mulai dari “setoran” ke gabungan
proses seleksi calon yang elitis. Hak politik partai pengusung, biaya kampanye, dan biaya
masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam operasional lainnya. Oleh karena itu tidak
proses pencalonan diabaikan karena segenap mengherankan bahwa inisiatif pencalonan
prosesnya cenderung berlangsung tertutup dan tampaknya sebagian besar datang dari para
elitis. Hampir tidak ada akses bagi masyarakat kandidat yang berminat, merasa mempunyai
untuk sekadar mengetahui, mengapa partai atau kapabilitas, dan juga memiliki dana ataupun
gabungan partai tertentu cenderung mencalonkan dukungan finansial yang cukup ketimbang sebagai
tokoh tertentu ketimbang yang lain. suatu inisiatif partai.
Pada awalnya, pengangkatan Rycko sebagai Meskipun belum ada data yang akurat
calon Bupati yang hendak dipasangkan dengan berkaitan dengan kecenderungan tersebut, namun
Eky, sempat mengalami konflik internal, karena gejala bahwa partai atau gabungan partai lebih
beberapa konstituen yang mayoritas etnis Jawa memposisikan diri sebagai “perahu” bagi para
mengajukan Eky sebagai Calon Bupati dan Rycko kandidat daripada pengambil inisiatif, tampak
sebagai Calon Wakil Bupati. Namun setelah dalam berbagai kasus Pemilukada di sebagian
dilakukan pertimbangan dari beberapa aspek besar daerah. Kekecualian hanya berlaku bagi
menyangkut politis, sosial dan akseptabilitas, partai yang benar-benar memiliki kader yang telah
ditetapkan pasangan calon nomor 1 sebagaimana “siap” bertarung. Kecenderungan yang disebut
akhirnya terpilih sekarang ini. Dalam hal ini, terakhir pada umumnya terjadi pada partai-partai
pertimbangan dasar yang diangkat untuk yang kadernya sedang memegang pemerintahan di
penetapan pasangan Rycko dan Eky adalah daerah, entah sebagai kepala daerah atau wakil
terletak pada akseptabilitas, yaitu dengan kepala daerah, atau kader partai di tingkat pusat
menempatkan putra daerah sebagai Bupati, dan yang hendak menjadi kepala daerah, diwarnai
kepentingan mayoritas konstituen (etnis Jawa) adanya beberapa tahapan.
untuk calon Wakil Bupati, yang didukung pula Pertama, kandidat memiliki dana dan
bahwa etnis Jawa relatif mudah melakukan dukungan finansial yang cukup namun belum
adaptasi dan legowo untuk menerima kondisi apa cukup populer secara publik. Sang kandidat
pun, terlebih secara geografis etnis Jawa sedang berusaha dicalonkan oleh partai besar di daerah
berada dalam posisi “tamu” di Kabupaten atau gabungan partai yang memperoleh minimal
Lampung Selatan, sehingga dipandang kurang 15 persen suara/kursi. Partai besar di daerah atau
pantas untuk menempati kursi Lampung Selatan - gabungan partai akan memilihnya menjadi calon
1 (Bupati). jika tidak memiliki kader yang siap bertarung
Perhitungan dan kalkulasi yang pragmatis termasuk siap dari aspek pendanaan namun
dan cenderung sederhana ini dirasakan berpotensi demikian sang kandidat jenis ini belum tentu bisa
meningkatkan kecenderungan tingkat apriori memenangkan pertarungan pilkada.
masyarakat untuk menghadiri pemilukada, seperti Kedua, kandidat tidak memiliki dana dan
dianalisis oleh Lingkaran Survei Indonesia, dari dukungan finansial yang cukup, tetapi memiliki
10
kemampuan dan cukup populer secara publik. propinsi yang sama. Dari Pemilukada sebelumnya
Kandidat jenis ini tentu berusaha diusung juga yang dianalisis, diperkirakan hanya 83 pilkada (38
oleh partai besar di daerah, namun cenderung persen) yang dimenangkan oleh pasangan
ditolak oleh partai-partai besar jika ada kandidat kandidat yang diusung oleh satu partai secara
lain, meskipun belum populer, namun memiliki sendiri. Dengan demikian, kemenangan Rycko-
dana dan dukungan finansial yang lebih besar. Eky dapat dikatakan sebagai adanya peranan
Sang kandidat memiliki peluang jika dapat koalisi antar partai pengusung, yang kebetulan
memilih pasangan wakil kepala daerah yang memiliki basis massa yang meluas di Lampung
relatif tidak bermasalah kendati tidak memiliki Selatan, yaitu PDI-Perjuangan dan Partai
basis politik. Demokrat.
Ketiga, kandidat memiliki dana dan Ditinjau dari aspek pencalonan dan koalisi
dukungan finansial yang cukup besar, belum partai, ada sejumlah problematik di balik regulasi
populer, namun secara pribadi sang kandidat Pemilukada Lampung Selatan ini. Pertama,
“merasa” telah populer secara publik. Kandidat terbatasnya akses masyarakat lampung Selatan
jenis ini juga cenderung ditunggu oleh partai- untuk berpartisipasi dalam proses pencalonan,
partai untuk diusung sebagai calon dalam sehingga para kandidat cenderung di fait-accompli
Pemilukada, kendati gabungan partai meragukan oleh partai-partai dan koalisi partai. Hak
keberhasilannya. Kandidat jenis ini cenderung konstituen untuk turut mengajukan calon yang
diusung oleh gabungan partai kecil di daerah. dianggap layak oleh masyarakat tertutup sama
Keempat, kandidat tidak memiliki dana dan sekali, padahal kompetisi Pemilukada bukan
dukungan finansial yang memadai, tetapi kompetisi partai-partai seperti pemilu legislatif,
memiliki kharisma sebagai keturunan tokoh melainkan kompetisi para kandidat secara
berpengaruh di daerah (raja, sultan, ulama perseorangan. Partai atau koalisi partai semestinya
terkemuka, pahlawan daerah, dan sebagainya). hanyalah salah satu wadah bagi para kandidat
Partai atau gabungan partai akan memilihnya untuk turut bersaing dalam Pemilukada.
untuk diusulkan sebagai calon jika sang kandidat Kedua, kemampuan kandidat dalam
sekaligus merupakan pimpinan atau pengurus menyiapkan dana yang cukup besar menjadi
teras partai di daerah. faktor penting di balik pencalonan yang dilakukan
Kelima, kandidat adalah kepala daerah atau oleh partai atau gabungan partai. Akibatnya,
wakil kepala daerah yang hendak menjabat partai-partai cenderung mengabaikan kapabilitas
kembali sebagai kepala atau wakil kepala daerah dan kualitas pasangan calon yang diusung dalam
untuk masa jabatan kedua. Jika sang kandidat kompetisi Pemilukada. Dampak lebih jauh dari
sekaligus adalah pengurus atau pimpinan partai, kecenderungan ini adalah bahwa format
maka dia cenderung akan dicalonkan oleh Pemilukada Lampung Selatan yang telah
partainya karena telah memiliki dana “tabungan” berlangsung 3 (tiga) tahun terakhir cenderung
sebagai kepala atau wakil kepala daerah. Apabila menjadikan partai-partai sebagai “makelar” atau
kinerja sebelumnya dianggap baik, maka kandidat “broker politik” yang lebih menunggu datangnya
jenis ini berpeluang didukung pula oleh partai- kandidat berdompet tebal, ketimbang
partai lain, namun jika kinerja dan popularitasnya mempersiapkan calon yang benar-benar
dinilai buruk secara publik, kemungkinan hanya berkualitas bagi pembentukan kepemimpinan
partai sendiri yang mau mengusungnya. daerah. Tidak mengherankan jika kader-kader
Di satu pihak hal ini tampak positif karena partai besar di daerah yang tidak memiliki
kerjasama tersebut seolah-olah didasarkan pada dukungan dana yang cukup cenderung
kesamaan isu lokal yang hendak diusung, tetapi di “mengalah” menjadi calon wakil 12 kepala
sisi lain memperlihatkan bahwa partai-partai daerah, karena calon kepala daerah disediakan
sesungguhnya tidak memiliki ideologi dan bagi kandidat berkantong tebal kendati bukan
platform politik yang jelas. Selain itu, pola dan kader dari partai atau partai-partai yang berkoalisi.
kerjasama antarpartai di tingkat nasional tidak Realitas semacam inilah yang kemudian
sepenuhnya terjadi di tingkat lokal. Partai-partai dimanfaatkan oleh para pengusaha yang akhirnya
besar bisa saling berkoalisi dengan partai besar, turut berlomba untuk menjadi kepala daerah.
partai sedang, ataupun partai kecil. Begitu pula Ketiga, format pencalonan dalam regulasi
sebaliknya, partai kecil berkoalisi dengan sesama tentang Pemilukada lampung Selatan
partai kecil ataupun dengan partai besar dan partai mengabaikan aspek kesetaraan kesempatan bagi
sedang. Hampir tidak ada suatu pola yang bersifat para pejabat yang bertarung. Seperti diuraikan
menetap antara daerah yang satu dengan lainnya, sebelumnya, regulasi Pemilukada cenderung
termasuk di antara suatu partai yang sama di berpihak pada elite partai-partai, anggota
kabupaten/kota yang berbeda tetapi di dalam parlemen (nasional dan lokal), dan para kandidat
11
incumbent, dan sebaliknya cenderung merugikan akhirnya pengaduan legal standing mereka ditolak
pejabat yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil, oleh Mahka,ah Konstitusi.
Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian. Ikatan primordialisme etnis dan keagamaan,
Peluang yang diberikan oleh Undang-Undang menjadi salah satu alasan penting dari masyarakat
Nomor 32 Tahun 2004 bagi anggota DPRD, DPR, dalam menyikapi terhadap elektabilitas calon
dan DPD menjadi kandidat dalam Pemilukada legislatif. Jika seorang kandidat memiliki latar
tanpa kewajiban mundur bagi mereka, jelas belakang ikatan primordialisme yang sama
berpotensi besar menumbuhsuburkan para politisi dengan ikatan primordialisme masyarakat, maka
oportunistik yang tidak pernah belajar hal tersebut menjadi alternatif pilihan masyarakat.
bertanggung jawab terhadap para pemilihnya. Ikatan emosional tersebut menjadi pertimbangan
Keempat, format koalisi partai dalam penting bagi masyarakat untuk menentukan
Pemilukada Lampung Selatan cenderung pilihannya. Hal tersebut terlihat pada basis
mengabaikan penguatan aspek akuntabilitas komunitas masyarakat di daerah pemilihan,
kepala-kepala daerah dan wakil kepala daerah daerah/wilayah atau kantong-kantong basis massa
hasil Pemilukada. Benar bahwa Pemilukada yang ditandai dengan adanya simbol-simbol partai
secara langsung dapat menghasilkan yang memberikan gambaran dan sekaligus
pemerintahan yang lebih stabil selama lima tahun sebagai pertanda bahwa di wilayah tersebut
karena tidak “diganggu” oleh DPRD. Akan tetapi, merupakan kantong basis massa partai tertentu.
format koalisi partai dalam Pemilukada versi Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh DPC
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tidak PDI-P Lampung Selatan pada Pemilukada 2010,
memberikan jalan keluar bagaimana jika kinerja di mana untuk wilayah dan lokasi yang notabene
kepala daerah mengecewakan dan DPRD tidak merupakan komunitas Jawa dan Bali, spanduk-
mau bekerjasama dengan kepala daerah. Hal ini spanduk dan baliho besar yang intinya mengajak
dikarenakan koalisi partai dalam Pemilukada tidak orang Jawa dan Bali unttuk mendukung calon
disertai persyaratan kesepakatan yang bersifat pasangan nomor 1 begitu mencolok dan dominan
transparan dan akuntabel di antara kandidat dan sekali. Hal seperti ini dengan mudah dapat
partai atau gabungan partai. Dengan demikian, ditemukan di desa Sidomulyo, Sidomukti, dan
apabila terjadi perpecahan atau konflik di dalam Balinuraga. Terlebih masyarakat di sini cenderung
pasangan ataupun konflik antara pasangan dengan homogen sehingga mudah dipengaruhi dengan isu
DPRD, tidak terdapat suatu mekanisme yang etnis serta tidak mengedepankan program serta
memadai bagi kepentingan masyarakat yang visi dan misi yang jelas.
disediakan oleh partai politik dan regulasi yang Pelaksanaan Pemilukada yang telah
ada. dilangsungkan di Kabupaten Lampung Selatan
Selain sejumlah problematik di atas, format 2010 yang lalu, menggambarkan perimbangan
Pemilukada juga bermasalah sehubungan dengan etnis yang ada, yaitu eksistensi antara tiga suku
format KPUD versi Undang-Undang Nomor 32 (etnis) yang dominan. Di wilayah tersebut,
Tahun 2004 yang berpeluang besar menjadi muncul calon yang berasal dari etnis berlainan.
sasaran amarah massa karena cenderung didesain Dengan kondisi seperti itu akan dilihat apakah
“tidak independen” seperti halnya KPU pemilih cenderung untuk memilih kandidat yang
Kabupaten Lampung Selatan ketika melakukan mempunyai etnis sama dengan dirinya.Terdapat
Pemilukada Lampung Selatan 2010. Terbukti beberapa daerah/wilayah yang merupakan
terdapat empat pasangan calon bupati-wakil kumpulan komunitas masyarakat yang terbentuk
bupati Lampung Selatan yang menolak hasil atas dasar sistem kekerabatan dan paguyuban
Pemilukada yang digelar 30 Juni 2010. berdasarkan keturunan (gemeinschaft by blood),
Keempatnya, yakni Wendy Melfa-Antoni Imam, dan yang menjadi pemuka masyarakat tersebut
Fadhil Hakim Yohansyah-Andi Aziz, Taufik berasal dari keluarga/kerabat asli keturunan dari
Hidayat-Agus Revolusi, dan Andi Warisno-A. orang yang dipandang terkemuka dari segi sosial
Ben Bella, dan hanya pasangan Zainudin Hasan- ekonomi atau terkemuka karena ketokohannya,
Ikang Fawzi yang tidak ikut menggugat. Keempat sehingga warga masyarakat seringkali
calon pasangan bupati dan wakil Bupati Lampung menyandarkan diri dan sikapnya terhadap
Selatan sepakat menilai bahwa telah terjadi pemuka/tokoh masyarakat tersebut. Sikap ini
kecurangan sistematis yang dilakukan KPU mencerminkan adanya dominasi ketokohan yang
Lampung Selatan terkait penghitungan suara sah berperan untuk menentukan sikap dan perilaku
yang masuk bagi semua kandidat, di antaranya serta orientasi warga bergantung pada pemuka
yang menguntungkan pasangan calon nomor 1. masyarakat tersebut.
keempatnya akhirnya sepakat mengajukan legal Ikatan primordialisme keagamaan dan etnis,
standing ke Mahkamah Konstitusi, namun menjadi salah satu alasan penting dari masyarakat
12
dalam menyikapi terhadap elektabilitas calon Kekuatan-kekuatan yang dipadu secara
legislatife. Jika seorang kandidat memiliki latar sinergis dan terlepas dari suara sumbang yang
belakang ikatan primordialisme yang sama masuk terhadap pasangan calon nomor urut 1
dengan ikatan primordialisme masyarakat, maka tersebut dinilai merupakan sebuah kajian
hal tersebut menjadi alternatif pilihan masyarakat. sistematis dan integratif dengan mengandalkan
Ikatan emosional tersebut menjadi pertimbangan pendekatan sosio antrpologis yang memadai,
penting bagi masyarakat untuk menentukan sehingga dengan cara dan metode seperti itu,
pilihannya. Ikatan emosional masyarakat tidak pasangan nomor urut 1 bisa memenangkan
hanya didasarkan atas sistim kekerabatan semata, Pemilukada Lampung Selatan 2010.
akan tetapi agama menjadi pengikat ikatan
emosional, asal daerah atau tempat tinggal, Kesimpulan
ras/suku, budaya, dan status sosial ekonomi, sosial Setahun sebelum dilangsungkan
budaya juga menjadi unsur penting dalam ikatan Pemilukada di Kabupaten Lampung Selatan,
emosinal komunitas masyarakat tertentu. Hal dinamika politik proses pencalonan Bupati dan
tersebut terlihat pada basis komunitas masyarakat Wakil Bupati Kabupaten Lampung Selatan
di daerah pemilihan, daerah/wilayah atau diawali adanya kasak-kusuk di masyarakat
kantong-kantong basis massa yang ditandai tentang pasangan potensial antara “putra daerah”
dengan adanya simbol-simbol partai yang dengan “penduduk pendatang”. Pasangan
memberikan gambaran dan sekaligus sebagai dimaksud adalah Calon Bupati diisi putra daerah
pertanda bahwa di wilayah tersebut merupakan (etnis Lampung), dan wakil Bupatinya mewakili
kantong basis massa partai tertentu. Hal ini entitas suku pendatang, bisa dari etnis Jawa,
sebagaimana yang dilakukan oleh DPC PDI-P Sunda maupun Bali. Namun dalam rangka
Lampung Selatan pada Pemilukada 2010, di mana memperoleh kemenangan, yang diperhatikan
untuk wilayah dan lokasi yang notabene adalah menakar popularitas dan elektabilitas calon
merupakan komunitas Jawa dan Bali, spanduk- yang memiliki nilai jual dan image positif
spanduk dan baliho besar yang intinya mengajak sehingga berpotensi besar untuk dipilih. Dari isu
orang Jawa dan Bali unttuk mendukung calon etnisitas pada Pemilukada di atas, muncul 7
pasangan nomor 1 begitu mencolok dan dominan pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati
sekali. Hal seperti ini dengan mudah dapat Lampung Selatan, yang seluruh pasangan
ditemukan di desa Sidomulyo, Sidomukti, dan mencoba mengakomodir heterogenitas etnis yang
Balinuraga. Terlebih masyarakat di sini cenderung ada di Lampung Selatan, dan tidak terbatas pada
homogen sehingga mudah dipengaruhi dengan isu perpaduan antara Lampung dengan Jawa saja,
etnis serta tidak mengedepankan program serta akan tetapi ada juga pasangan yang justru
visi dan misi yang jelas. memasang Calon Bupatinya berasal dari etnis
Di pihak lain, komunitas masyarakat, yang Jawa dan Wakil Bupatinya berasal dari etnis
heterogen cenderung lebih bersifat rasional, Lampung.
pragmatis, tidak mudah untuk dipengaruhi, Ketujuh pasangan calon Bupati dan Wakil
terkadang memiliki sikap ambivalen, berorientasi Bupati Kabupaten Lampung Selatan di atas
ke materi. Sikap dan pandangan untuk memilih terlihat selalu menampilkan kandidat yang berasal
atau tidak memilih dalam proses politik lebih dari etnis Lampung, yang sekaligus
besar, sehingga tingkat kesadaran dan partisipasi mencerminkan tingginya minat dan keinginan
politiknya ditentukan oleh sikap dan pandangan masyarakat Lampung Selatan untuk memimpin
individu yang bersangkutan, tidak mudah untuk dan dipimpin oleh etnis dari kalangan mereka
dipengaruhi oleh tokoh atau ikatan primordialisme sendiri, sehingga muncullah isu “putra daerah”.
tertentu. Kondisi sosial masyarakat pada strata Di sini terlihat pula bahwa isu etnis sebagai
demikian diperlukan adanya kandidat/calon yang komoditas politik masih layak jual. Terbukti di
memiliki kapabilitas yang tinggi baik dari aspek lapangan pasangan nomor urut 1 (satu); H. Rycko
sosiologis (memiliki kemampuan untuk mudah Menoza, SE, SH,. MBA (etnis Lampung) dan H.
beradaptasi dengan kelompok masyarakat dan Eky Setyanto (etnis Jawa) berhasil memenangkan
mampu mempengaruhi sikap dan orientasi Pemilukada Lampung Selatan 2010.
komunitas masyarakat tersebut), atau popularitas Secara teoritis etnis dapat menjadi
dan reputasi tinggi pada kelompok masyarakat persoalan serius dalam pemilukada, namun dalam
tersebut. Jika hal tersebut mampu dilakukan oleh Pemilukada di Lampung Selatan 2010, isu
seorang kandidat, maka sangat terbuka perolehan etnisitas tidak sempat berakses negatif atau
suara pemilih didapat dari komunitas masyarakat bahkan konflik, sehingga sampai pasca
tersebut. penghitungan suara pun bisa berlangsung dengan
lancar serta tanpa gangguan yang berarti. Upaya
13
politisasi etnis dalam Pemilukada Lampung dan bijakasana, dengan tidak mengesampingkan
Selatan dapat disikapi secara jernih oleh potensi-potensi konflik horisontal, sebagaimana
masyarakat terjadi pada beberapa peristiwa kerusuhan massal
Potensi yang menjadi kekuatan pasangan yang melibatkan antara etnis; Lampung dengan
Rycko-Eky adalah pada aspek pendekatan sosio Jawa; Lampung dengan Sunda; Lampung, Jawa
antrpologis yang memadai, yang dipadu secara dengan Bali; Jawa dengan Bali, dan lain
sinergis serta terlepas dari suara sumbang yang sebagainya, sehingga peristiwa seperti di
masuk terhadap pasangan ini. Pendekatan yang Balinuraga tidak terulang kembali.
integratif dan egaliter yang dilakukan oleh Dalam rangka meningkatkan kesadaran
pasangan ini mampu meraih hati masyarakat hukum masyarakat Lampung Selatan, maka pihak
karena keduanya merupakan tokoh terkenal di instansi terkait dituntut untuk semakin intensif
masyarakat Lampung Selatan, serta dikenal melakukan pembinaan kesadaran mengenai
memiliki sikap sosial yang positif yang sekaligus indahnya kebersamaan hidup di Sang Bumi Ruwai
merepresentasikan kepentingan etnis Lampung Jurai.
dan Jawa, sebagai penduduk mayoritas Kabupaten
Lampung Selatan. Pendekatan tersebut dinilai Buku Bacaan
sangat sistematis dan integratif dengan
mengandalkan pendekatan figur kedua personal Adman Nursal. (2004). Political Marketing:
yang kondusif, sehingga dengan cara dan metode Strategi Memenangkan Pemilu.
seperti itu, pasangan nomor urut 1 bisa Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
memenangkan Pemilukada Lampung Selatan
2010. Ahmad Taufiq. (2006). Pendidikan Agama
Ikatan primordialisme etnis dan keagamaan, Islam: Pendidikan Karakter
menjadi salah satu alasan penting dari masyarakat Berbasis Agama. Yuma Pustaka.
dalam menyikapi terhadap elektabilitas calon Surakarta.
legislatif. Pasangan Rycko-Eki sebagai kandidat
Arifin, Anwar. (2011). Komunikasi Politik.
memiliki latar belakang ikatan primordialisme
yang sama dengan ikatan primordialisme
Graha Ilmu. Yogyakarta.
masyarakat, maka hal tersebut menjadi alternatif Ariyuno Suyono (1985). Kamus Antropologi.
pilihan masyarakat. Ikatan emosional tersebut Penerbit PT. Pressindo Jakarta
menjadi pertimbangan penting bagi masyarakat
untuk menentukan pilihannya. Hal tersebut Daniel N.Posner dkk. (2007). Mobilizing
terlihat pada basis komunitas masyarakat di versus Chasing: How do Parties
daerah pemilihan, daerah/wilayah atau kantong- Tarhet Voters in Election
kantong basis massa yang ditandai dengan adanya
simbol-simbol partai yang memberikan gambaran
Campaighns”? Electoral Studies.
dan sekaligus sebagai pertanda bahwa di wilayah Politics and Public Policy
tersebut merupakan kantong basis massa partai Research Paper. Harvard
tertentu. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh University
DPC PDI-P Lampung Selatan pada Pemilukada
2010, di mana untuk wilayah dan lokasi yang Donald Parulian. (2003). Pemilu 2004 dan
notabene merupakan komunitas Jawa dan Bali, Konsolidasi Demokrasi. LP2IS
spanduk-spanduk dan baliho besar yang intinya Press. Semarang.
mengajak orang Jawa dan Bali unttuk mendukung
calon pasangan nomor 1 begitu mencolok dan Doni Hendrik. (2003). Indonesia dan
dominan sekali. Hal seperti ini dengan mudah Komunikasi Politik. PT.
dapat ditemukan di desa Sidomulyo, Sidomukti, Gramedia. Jakarta.
dan Balinuraga. Terlebih masyarakat di sini
cenderung homogen sehingga mudah dipengaruhi EM. Zul Fajri dan Ratu Aprillia Senja.
dengan isu etnis serta tidak mengedepankan (2002). Kamus Lengkap Bahasa
program serta visi dan misi yang jelas. Indonesia. Difa Publisher. Jakarta.
Saran Fadillah Putra. (2003). Partai Politik dan
Isu promordialisme yang selama ini Kebijakan Publik. Universitas
melekat pada setiap Pemilukada yang berlangsung Muhammadiyah Malang. Malang.
di Lanpung dengan berdasarkan pada paham
etnisitas idealnya harus dapat dikelola secara arif
14
Iskandar Syah. (2008). Marketing Politik Peraturan Perundang-undangan
antara Pemahaman dan Realitas
Budaya, Yayasan Obor Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Jakarta. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah
Ivan A. Hadar. (2004). Utang,
Kemiskinandan Globalisasi: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
31 Tahun 2002 tentang Partai
Pencarian Solusi Alternatif,
Politik
Lapera, Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Kantaprawira, Rusadi. (2003). Sistem Politik
12 Tahun 2010 tentang Pemilihan
Indonesia. Penerbit Sinar Baru.
Umum Anggota DPR, DPD,
Bandung.
DPRD..
Lexy J. Moleong, (2004). Metodologi
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor
Penelitian Kualitatif. PT. Remaja
100 Tahun 2003 tentang Tahapan,
Rosdakarya. Bandung. Program, dan Jadwal Waktu
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. Penyelenggaraan Pemilu Anggota
(2000). Metode Penelitian Survey. DPR, DPD, dan DPRD.
LP3ES. Jakarta. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor
Miriam Budiardjo. (2002). Dasar-dasar Ilmu 636 Tahun 2003 tentang
Politik. PT. Gramedia Pustaka Perubahan Terhadap Keputusan
Utama. Jakarta. KPU No.100 Tahun 2003 tentang
Tahapan, Program, dan Jadwal
Payung Bangun.(1998). Dari Medan Ke Waktu Penyelenggaraan Pemilu
Sipirok Area, Yayasan Merga Anggota DPR, DPD, dan DPRD.
Silima. Jakarta.
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor
Ramlan Surbakti. (2002). Memahami Ilmu 701 Tahun 2003 tentang
Politik. PT. Gramedia Kampanye Pemilu Anggota DPR,
Widiasarana Indonesia. Jakarta. DPD, dan DPRD.
Schultz & Lavenda. (2001). Political Media Massa dan Internet
Communication and Public
Opinion in America, Goodyear http://www.kpu.go.id/wacana/.
Publishing, Co. New York.
Kompas, 29 Mei 2000
Subana (Ed). (2005). Metodologi Penelitian
Kualitatif, Aktualisasi
Metodologis ke Arah Ragam
Varian Kontemporer. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Sugiyono. (2009). Metodologi Penelitian
Administrasi. Penerbit Alfabeta,
Bandung.

Widagdo, H.B. dkk. (2001). Manajemen


Pemasaran Parpol Era
Reformasi. PT. Golden Terayon
Press. Jakarta.
Wiyono, R. (2002). Organisasi Kekuatan
Sosial Politik di Indonesia.
Alumni. Bandung.
15

You might also like