Professional Documents
Culture Documents
Pengaruh Acuyoga Terhadap Penurunan Hipertensi Pada Lansia: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Patria Husada Blitar
Pengaruh Acuyoga Terhadap Penurunan Hipertensi Pada Lansia: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Patria Husada Blitar
PADA LANSIA
Levi Tina Sari
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Patria Husada Blitar
e-mail: tinasari.levi@gmail.com
Abstrak:
Perubahan fisiologis pada lansia meliputi elasitas pembuluh darah menurun pada sekrosis
gejala lain dapat menjadi penurunan aliran fungsi ginjal pada sistem kardiovaskuler
keadaanya akan menyebabkan terjadi resiko hipertensi meningkat. Oleh karena itu dicegah
dengan tehnik keperawatan holistik, yaitu menggabungan antara terapi sentuhan dan terapi
pikiran-tubuh yaitu acupresure dan yoga yang sering disingkat dengan acuyoga. Tujuan
Penelitian adalah Mengetahui pengaruh acuyoga terhadap penurunan hipertensi pada
lansia di posyandu lansia Kalianayar Wilayah Kerja PKM Raci. Metode penelitian antara
lain desain penelitian Quasy experiment pretest-posttest without control group design.
Populasi sebanyak 20 lansia dengan tehnik tottaly sampling dan sampel sebesar 20
responden. Analisa data menggunakan uji paired sample t-test. Hasil penelitian terjadi
kenaikan rata-rata pada sebelum dan sesudah perlakuan acuyoga sebesar 0,9 poin. Hasil
uji didapatkan nilai ρ < α (0,05) berarti terdapat perbedaan yang signifikan tekanan darah
sebelum dan sesudah. Acuyoga merupakan terapi dengan prinsip healing touch yang lebih
menunjukan prilaku caring pada responden, sehingga dapat memberikan perasaan tenang,
nyaman, perasaan yang lebih diperhatikan yang dapat mendekatkan hubungan terapeutik
antara peneliti dan responden. Perlunya menjaga dan meningkatkan aktifitas fisik bagi
lanjut usia agar tetap sehat dan memiliki tekanan darah dalam batas normal terutama pada
lansia yang menderita hipertensi.
Kata kunci:
Acuyoga, tekanan darah, lansia
69
70 Jurnal Penelitian Kesehatan, Jilid 6, nomor 2, Januari 2019, hlm. 69-77
aliran darah, merelaksasi spasme (Hartono, normalnya, sehingga tidak dapat bertahan
2012). terhadap infeksi dan kerusakan yang
Menurut penelitian dari Afrila et al diderita. Beberapa teori menjelaskan
(2015), menunjukkan bahwa terjadi mengapa manusia bisa menjadi tua. teori
penurunan tekanan darah yang signifikan pertama adalah wear and tear, teori ini
antara sebelum dan sesudah dilakukan meliputi kerusakan DNA, glikosilasi, dan
akupresur. Dan penelitian dari Ovianasari radikal bebas teori ini menjelaskan bahwa
(2015); Nurcahyani (2017), menyatakan aktivitas tubuh secara terus menerus dapat
bahwa ada perbedaan penurunan tekanan berakibat pada penurunan fungsi sel,
darah pada lansia yang signifikan antara jaringan, dan berujung pada penurunan
sebelum dan sesudah dilakukan yoga. fungsi organ. Teori kedua adalah teori
Acuyoga adalah kombinasi dari program, meliputi terbatasnya replikasi sel,
pengetahuan akupuntur atau akupresur dan proses imun, dan teori neuroendokrin.
yoga.Di dalam Acuyoga, medis dan ilmiah Teori ini menjelaskan bahwa penuaan
dimodifikasi menggunakan istilah agar mengikuti jadwal biologis dan berkaitan
dapat mengatur aliran energy vital dari dengan pengaturan ekspresi gen yang
organ yang bermasalah.Energy vital bertanggung jawab untuk respon
disebut prana (dalam yoga) atau qi (dalam pemeliharaan, perbaikan, dan pertahanan
akupuntur) dan ki (dalam pengobatan tubuh (Siswanto & Pangkahila, 2014).
jepang) (wong.2011). Tujuan penelitian adalah Mengetahui
Manurut Wong (2011), semua gerakan pengaruh acuyoga terhadap penurunan
yoga dapat dilkukan dalam melakukan hipertensi pada lansia di posyandu lansia.
terapi acuyoga. Pada posisimeditasi pun Maka, dari ulasan diatas, maka peneliti
dapat dilakukan pemijatan pada daerah ingin meneliti dengan menggabungkan 2
keluhan dengan menggunakan titik-titik metode yaitu acupresure dan yoga yang
meridian. Tampaknya hanya menggunakan disingkat dengan acuyoga dalam
tekanan untuk meningkatkan aliran energy mengurangi tingkat hipertensi pada lansia
vital (qi) atau di daerah keluhan. dengan judul “pengaruh acuyoga terhadap
Hipertensi adalah peningkatan tekanan penurunan tekanan darah pada lansia di
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan posyandu lansia”
tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan METODE
selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, Dalam penelitian ini, peneliti
2013). Hipertensi didefinisikan sebagai menggunakan desain penelitian Quasy
peningkatan tekanan darah sistolik experiment pretest-posttest without control
sedikitnya140 mmHg atau tekanan darah group design yaitu rancangan penelitian
diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price & yang akan dilakukan oleh peneliti dengan
Wilson, 2006). cara peneliti membuat kelompok
Peningkatan tekanan darah yang perlakuan. Sebelum dilakukan perlakuan,
berlangsung dalam jangka waktu lama pada kelompok tersebut akan dilakukan
dapat menyebabkan kerusakan pada ginja, pengukuran tekanan darah (pre test),
jantung, dan otak bila tidak dideteksi kemudian setelah dilakukan perlakuan,
secara dini dan mendapat pengobatan yang maka kelompok tersebut akan dilakukan
memadai (Kemenkes RI, 2013). pengukuran tekanan darah kembali (post
Penuaan merupakan proses hilangnya test). Dalam rancangan penelitian ini tidak
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan menggunakan kelompok kontrol. Pada
untuk memperbaiki diri serta kelompok tersebut akan dilakukan
mempertahankan struktur dan fungsi pengukuran tingkat tekanan darah pre dan
72 Jurnal Penelitian Kesehatan, Jilid 6, nomor 2, Januari 2019, hlm. 69-77
post pada perlakuan pertama, kedua, ketiga Lokasi di posyandu lansia Kalianyar.
dan keempat. Penelitian dilakukan pada tanggal 6 – 18
Populasi dalam penelitian ini adalah Agustus 2018
semua lanjut usia yang mengalami Analisis univariat adalah yang bertujuan
hipertensi derajat 1 dengan tekanan darah untuk menjelaskan dan mendeskripsikan
140/90 mmHg-159/99 mmHg yang di ukur karakteristik masing-masing variabel yang
selama 3 hari berturut-turut. Pada bulan diteliti (Dharma, 2011). Variabel unvariat
Februari 2018 jumlah populasi ada 20 yang dilakukan adalah variabel dependent
orang yang ada di di posyandu lansia. dan independent. Variabel dependent yaitu
Sampel dalam penelitian ini adalah lansia data katagorik. Pada penelitian ini, data
yang berada di posyandu lansia sebesar 20 katagorik adalah usia, jenis kelamin,
responden yang mempunyai inklusi yaitu pendidikan , pekerjaan, kemudian variabel
lansia yang hadir pada saat penelitian, tidak bebas (Independent) yaitu tekanan darah
cacat fisik. Pada penelitian ini lansia sebelum dilakukan intervensi dan
menggunakan teknik nonprobability tekanan darah lansia sesudah dilakukan
sampling yaitu totally sampling. intervensi. Dianalisa menggunakan
Instrument dalam penelitian ini distribusi frekuensi. Analisis bivariat
adalah melalui lembar SOP, lembar merupakan analisa yang dilakukan untuk
observasi tekanan darah, membuktikan hipotesis penelitian. Dalam
sphygmomanometer dengan merk one med, penelitian ini adalah setelah data yang
tipe tensi 200 aneroid sphygmomanometer, didapat diolah dan ditabulasikan kemudian
stetoskop dengan merk one med, tipe data tekanan darah sebelum dan sesudah
grandeur dual head dan lembar wawancara perlakuan dengan tehnik acuyoga dianalisa
untuk mengetahui data umum dari menggunakan uji paired sample t test yaitu
responden. Untuk mengukur tekanan darah uji parametik yang digunakan dalam
pada sampel tersebut adalah peneliti pengujian hipotesis dengan dua buah
sendiri. Dan untuk mengumpulkan data sampel berpasangan
umum menggunakan lembar kuesioner.
Tabel 4 Nilai Numerik Deskriptif dan uji Paired t-test dari Tekanan darah Responden
Sebelum dan Sesudah Perlakuan.
N Rata- Simpanga Rata-rata ± p
rata n Baku Simpangan Baku
Perbedaan
Sebelum 20 1,100 0,307
0,900 ± 0,307 < 0.0001
Perlakuan
56-60 tahun 6 30
HASIL DAN PEMBAHASAN 61-65 tahun 11 55
Pendidikan
Hasil Penelitian Tidak Sekolah 5 25
SD/Sederajat 7 35
Tabel 1. Karakteristik Responden. (N=20) SMP/Sederajat 2 10
kategori ∑ % SMA/Sederajat 6 30
Jenis Kelamin Pekerjaan
Laki-laki 0 0 Pedagang 7 35
Perempuan 20 20
Tidak Bekerja 13 65
usia Riwayat hipertensi
50-55 tahun 3 15 3 15
Sari, Pengaruh Acuyoga Terhadap Penurunan Hipertensi Pada Lansia 73
< 1 tahun 3 15
1 tahun 6 30 Data diatas menunjukkan bahwa 18
2 tahun 0 0 responden memiliki katagori tekanan
3 tahun 8 40 darah tinggi sebelum dilakukan
>3tahun perlakuan acuyoga
Keluarga yang
menderita Tabel 3 Distribusi Frekuensi
hipertensi Responden Berdasarkan Tekanan
Ada 18 90 Darah Sesudah Dilakukan Acuyoga
Pada Bulan Agustus 2018 (N=20)
Tidak ada 2 10
No Katagori Frekuensi Persentase
(%)
Berdasarkan data diatas membuktikan 1 Tinggi 0 0
bahwa seluruh responden berjenis 2 Normal 20 100
kelamin perempuan, usia antara 61-65 3 Rendah 0 0
tahun, berpendidikan SMP dan SMA, Jumlah 20 100
13 responden tidak bekerja dan 2 tahun
terkena hipertensi. Berdasarkan tabel 3 membuktikan
bahwa seluruh responden memiliki
Tabel 2 Distribusi Frekuensi katagori tekanan darah normal setelah
Responden Berdasarkan Tekanan diberikan perlakuan acuyoga.
Darah Sebelum Dilakukan Acuyoga Dari tabel 4 dapat digambarkan terjadi
(N=20) kenaikan rata-rata pada sebelum dan
No Katagori Frekuensi Persentase sesudah perlakuan acuyoga sebesar 0,9
(%) poin. Hasil uji didapatkan nilai ρ < α (0,05)
1 Tinggi 18 90 berarti terdapat perbedaan yang signifikan
2 Normal 2 10 tekanan darah sebelum dan sesudah
3 Rendah 0 0
Jumlah 20 100
Tabel 4 Nilai Numerik Deskriptif dan uji Paired t-test dari Tekanan darah Responden
Sebelum dan Sesudah Perlakuan.
N Rata- Simpanga Rata-rata ± p
rata n Baku Simpangan Baku
Perbedaan
Sebelum 20 1,100 0,307
Perlakuan
0,900 ± 0,307 < 0.0001
Sesudah 20 2,000 0.000
Perlakuan
stroke, serangan jantung, gagal jantung,
gagal ginjal, demensia dan kematian
Pembahasan prematur. Apabila tidak ditanggapi secara
Penyakit hipertensi jika tidak segera serius, umur penderitanya bisa diperpendek
disembuhkan maka dalam jangka panjang 10-20 tahun (Sheps, 2005). Faktor
dapat menimbulkan kerusakan arteri di penyebab hipertensi ada dua yaitu
dalam tubuh sampai organ-organ yang hipertensi esensial atau hipertensi primer,
mendapatkan suplai darah darinya seperti kasus hipertensi 90% merupakan hipertensi
jantung, otak dan ginjal (Hayens, 2003). esensial yang didefinisikan sebagai
Hipertensi merupakan penyebab utama peningkatan tekanan darah yang tidak
74 Jurnal Penelitian Kesehatan, Jilid 6, nomor 2, Januari 2019, hlm. 69-77
selama 4 kali dalam 2 minggu telah kegiatan penelitian yaitu berupa pemijatan
membuktikan bahwa terapi ini dapat halus sehingga tidak menyakiti responden,
meringankan kelelahan fisik dan psikis sehingga menyebabkan relaksasi pada
sehingga sistem saraf simpatis mengalami pasien dan terjadi penurunan tekanan
penurunan aktivitas akhirnya dapat darah. Dimana, rangsangan akupresur
menurunkan tekanan darah. dapat menstimulasi sel mast untuk
Penurunan pada tekanan darah melepaskan histamine sebagai mediator
disebabkan karena relaksasi pada yoga vasodilatasi pembuluh darah, sehingga
prinsipnya adalah memposisikan tubuh terjadinya peningkatan sirkulasi darah yang
dalam kondisi tenang, sehingga akan menjadikan tubuh lebih relaksasi dan pada
mengalami relaksasi dan pada akhirnya akhirnya dapat menurunkan tekanan darah
akan mengalami kondisi keseimbangan, (Adam, 2011). Sejalan dengan penelitian
dengan demikian relaksasi pada yoga dari Majid et al (2016), yaitu terdapat
berintikan pada pernafasan yang akan penerunan tekanan darah antara sebelum
meningkatkan sirkulasi oksegen ke otot- dan sesudah akupresur. Perubahan rata-rata
otot, sehingga otot-otot akan mengendur, tersebut terlihat dari rata-rata tekanan darah
tekanan darah akan menurun (Sindhu, siastole sebelum (157,50 mmHg) turun
2014). Hal ini sesuai dengan jurnal yang menjadi (147,81 mmHg). Rata-rata tekanan
dikemukakan oleh Cramer., et al., (2014) darah diastole dari 96,69 mmHg turun
bahwa pemberian yoga yang dilakukan menjadi 87,94 mmHg sesudah akupresur.
secara rutin, yaitu selama 8 minggu, dapat Lansia beresiko untuk menderita
berpengaruh secara signifikan terhadap hipertensi, hal ini disebabkan oleh berbagai
perubahan tekanan darah pada penderita faktor seperti penuruan struktur anatomi
hipertensi. Selain itu menurut jurnal yang dan fisiologis sistem kardiovaskuler karena
dikemukakan oleh Hagins.,,et.al (2013) proses degeneratif pada lansia, selain itu
dengan menggabungkan 3 unsur dari berdasarkan wawancara pada beberapa
latihan yoga (postur, meditasi, dan responden menyatakan mengalami
pernafasan) yang melibatkan 18 orang gangguan tidur dan banyak pikiran (stress
dewasa dengan hipertensi, dapat emosional) sehingga gangguan tidur dan
menurunkan tekanan darah sitolik 7 stress dapat menjadi faktor penyebab
mmHg, dan tekanan diastolik 5 mmHg. peningkatan tekanan darah pada lansia.
Hasil dari observasi peneliti ketika Dari hasil penelitian membuktikan bahwa
penelitian menemukan tentang responden terdapat perbedaan tekanan darah yang
yang mengikuti yoga pada pertemuan signifikan antara sebelum perlakuan
pertama gerakan yoga suryanamaskar dengan terapi acuyoga dengan sesudah
belum hafal dan gerakan tidak maksimal, terapi acuyoga. Hal ini disebabkan oleh
namun pada pertemuan kedua dan beberapa faktor, antara lain gerakan yang
selanjutnya, gerakan yoga sudah semakin sesuai dengan standart operasional
membaik dan sesuai dengan SOP (Standart prosedur. Pada awal terapi acuyoga peserta
Operasional Prosedur). Yoga dengan belum dapat melakukan terapi tersebut
gerakan suryanamaskar yang terdiri dari 12 namun pada perlakuan yang kedua hingga
gerakan, dimana 12 gerakan ini merupakan ke empat, peserta dapat melakukan dengan
gerakan yang dinamis dan berenergi benar sesuai dengan instruksi dari terapist.
dengan pernapasan yang teratur setiap
gerakan selama 1-2 menit dan diakhiri menurut jurnal yang dikemukakan oleh
dengan meditasi sehingga dapat membantu Hagins.,,et.al (2013 dengan
menenangkan pikiran (Wong, 2011). menggabungkan 3 unsur dari latihan yoga
Acupresure atau pemijatan yang (postur, meditasi, dan pernafasan) yang
dilakukan titik-titik meredian dalam melibatkan 18 orang dewasa dengan
76 Jurnal Penelitian Kesehatan, Jilid 6, nomor 2, Januari 2019, hlm. 69-77
hipertensi, dapat menurunkan tekanan Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
darah sitolik 7 mmHg, dan tekanan Tsay, Cho, Chen (2004) yang menyatakan
diastolik 5 mmHg. Dalam penelitian ini bahwa akupresur efektif untuk
olahraga yang dilakukan yaitu yoga dengan menenangkan suasana hati, mengurangi
mencakup gerakan duduk dalam postur kelelahan dan dapat menurunkan tekanan
duduk yoga untuk berlatih pernafasan darah.
(melatih paruparu dan menenangkan Pengaruh lain dari reaksi akupresur
jantung, juga sebagai teknik pemusatan adalah merangsang pengeluaran serotonin
pikiran), dilanjutkan dengan melakukan yang berfungsi sebagai neurotransmiter
asana ringan sebagai pemenasan, pembawa signal rangsangan ke batang otak
dilanjutkan dengan Savasana (Postur yang dapat mengaktifkan kelenjar pineal
Mayat) dan diakhiri dengan kembali dalam untuk memproduksi hormon melatonin
Postur Duduk untuk mengheningkan (Chen, Lin, Wu & Lin (1999). Hormon
pikiran (Meditasi). melatonin inilah yang dapat mempengaruh
Penurunan pada tekanan darah itekanan darah. Sebagaimana hasil
disebabkan karena relaksasi pada yoga penelitian “vascular helath and risk
prinsipnya adalah memposisikan tubuh management” yang menyatakan bahwa
dalam kondisi tenang, sehingga akan terdapat hubungan antara tekanan darah
mengalami relaksasi dan pada akhirnya dengan melantonin terutama pada malam
akan mengalami kondisi keseimbangan, hari. Akupresur merupakan terapi dengan
dengan demikian relaksasi pada yoga prinsip healing touch yang lebih
berintikan pada pernafasan yang akan menunjukan prilaku caring pada
meningkatkan sirkulasi oksegen ke otot- responden, sehingga dapat memberikan
otot, sehingga otot-otot akan mengendur, perasaan tenang, nyaman, perasaan yang
tekanan darah akan menurun (Triyanto, lebih diperhatikan yang dapat mendekatkan
2014)Hasil penelitian Pangaribuan (2016) hubungan terapeutik antara peneliti dan
menjelaskan bahwa senam yoga efektif responden, namun pada penelitian tersebut
dalam penurunan tekanan darah pada lanjut waktu yang diperlukan hanya 4 x
usia. saja(Renityas et al, 2017).
Penuruan tekanan darah tersebut
diyakini oleh peneliti sebagai pengaruh SIMPULAN DAN SARAN
dari intervensi yang dilakukan. Akupresur Dari hasil penelitian dan analisa data yang
adalah cara pengobatan yang berasal dari telah dilakukan di dapatkan ditarik
Cina (Tradisional Chinese Medicine) yang kesempulan bahwa, terapi acuyoga dapat
biasa disebut dengan pijat akupunktur yaitu menurunkan tekanan darah apabila
metode pemijatan pada titiktitik dilakukan s=dengan cara yang baik dan
akupunktur (acupoint) ditubuh manusia sesuai dengan SOP, kemudian, adanya
tanpa menggunakan jarum (Sukanta, hubungan baik antara pelatih dengan
2008). Memberikan stimulus pada titik responden, selain itu, responden juga harus
tersebut akan menstimulasi sel saraf dapat menghilangkan stress dan gaya hidup
sensorik disekitar titik akupresur diperbaiki sehingga dapat meningkatkan
selanjutnya diteruskan kemedula spinalis, derajat kesehatan lansia.
mesensefalon dan komplek pituitari
hipothalamus yang ketiganya diaktifkan Perlunya menjaga dan meningkatkan
untuk melepaskan hormon endorfin yang aktifitas fisik bagi lanjut usia yang ada di
dapat memberikan rasa tenang dan nyaman posyandu lansia kalianyar Bangil agar tetap
(Saputara & Sudirman, 2009). Kondisi sehat dan memiliki tekanan darah dalam
yang relaksasi tersebut akan berpengaruh batas normal terutama pada lansia yang
terhadap perubahan tekanan darah lansia. menderita hipertensi. Kemudian, penelitian
Sari, Pengaruh Acuyoga Terhadap Penurunan Hipertensi Pada Lansia 77
selanjutnya diharapkan dapat lebih baik mengatasi masalah lain pada lansia seperti
lagi dengan penambahan jumlah sampel, insomnia, rematik, kolesterol tinggi.
penambahan terapi acuyoga yang lain,
serta menerapkan terapi acuyoga untuk