3055 6754 1 SM

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Jurnal Biologi Indonesia 8(2): 329-342 (2012)

Pengaruh Perbedaan Waktu Awal Pemberian Pakan Buatan terhadap


Pertumbuhan dan Aktivitas Enzim Pencernaan Larva Ikan
Kerapu Bebek Cromileptes altivelis (Valenciennes 1828)

Regina Melianawati1, Rarastoeti Pratiwi2 & Ni Wayan Widya Astuti1


1
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut, PO Box 140 Singaraja, Bali
2
Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Jl. Teknika Selatan, Sekip Utara, Yogyakarta

ABSTRACT

The effect of different initial time of artificial feeding to the growth and the activities of
digestive enzymes of humpback grouper larvae Cromileptes altivelis (Valenciennes 1828).
Humpback grouper is an economically marine finfish commodity, so it is important to scale up
its culture. In aquaculture, feed is dominantly affecting to fish growth. Besides live feeds, the
artificial feed is also given to fulfill the need of nutrient for larvae. However, the capability of
larvae to digest the artificial feed is still limited because of its simplicity and immaturity of
digestive system structure. Digestive enzymes are a biological indicator to figure out the
capability of larvae to digest the artificial feed. This research was conducted to find out the
influence of different initial time of artificial feeding to the growth and digestive enzyme activity
of humpback grouper larvae. Larvae rearing were done in hatchery. Larvae were fed with live
feed rotifers started in the evening of the second day. The treatment given in this research was
the difference initial time of artificial feeding, i.e: (A) given at 8 days old larvae and (B) given at
13 days old larvae. The variable observations were the growth and digestive enzyme activity
of larvae. The results indicate that the different initial time of artificial feeding influenced to the
growth and digestive enzyme activity of humpback grouper larvae. Total length, body weight,
length of dorsal spine and ventral spine of 30 days old humpback grouper larvae on treatment
A were 17.47±2.35 mm, 0.11±0.04 g, 6.83±0.45 mm and 5.07±0.50 mm, respectively, while on
treatment B were 13.23±2.53 mm, 0.04±0.02 g, 5.73±1.11 mm and 4.48±0.50 mm, respectively. Up
to 30 days old larvae, protease and amylase enzymes activities of larvae on treatment A was
higher than on treatment B, while lipase enzymes activity of larvae on treatment B was higher
than on treatment A. Therefore, the different initial time of artificial feeding gives the different
effect on the growth and the activities of protease, amylase and lipase enzymes of humpback
grouper larvae.

Key words: artificial feed, growth, digestive enzyme activity, humpback grouper, larvae

PENDAHULUAN popular dengan sebutan grace kelly dan


diperdagangkan sebagai ikan hias
Ikan kerapu bebek (Cromileptes (Anonim 2012). Ikan kerapu bebek
altivelis) merupakan komoditas dengan ukuran 400-600 g/ekor
perikanan laut yang bernilai ekonomis diperdagangkan sebagai ikan konsumsi
tinggi (Sudaryanto et al. 1999). Ikan (Grahadyarini 2010; Arifenie 2011).
kerapu bebek yang masih kecil sangat Diantara jenis ikan kerapu, ikan kerapu

329
Melianawati dkk

bebek mempunyai nilai ekonomis pencernaan yang berfungsi untuk


tertinggi. Pasar utamanya adalah hidrolisis pakan sehingga menjadi bentuk
Hongkong, Singapura dan Jepang. yang lebih sederhana dan dapat diserap
Budidaya ikan kerapu bebek sudah oleh sel tubuh (Audesirk & Audesirk
mulai dilakukan sejak beberapa tahun 1999). Pada stadia larva, sistem pencer-
yang lalu (Putro et al. 1999; Tridjoko et naan dan fungsi enzimatik pencernaannya
al. 1999). Namun demikian mortalitas masih sangat sederhana dan belum
tinggi sering terjadi, terutama dalam berkembang secara sempurna. Hal ini
stadia larva. Stadia larva merupakan menyebabkan kemampuan larva untuk
suatu periode dalam daur hidup ikan, yang mencerna pakan masih sangat terbatas.
dimulai dari saat telur menetas hingga Keberadaan enzim pencernaan merupa-
menjadi benih atau ikan muda. kan indikator biologis terhadap kemam-
Dalam daur hidupnya, ikan kerapu puan larva untuk mencerna pakan. Pada
bebek mengalami beberapa periode kritis saat aktivitas enzim tinggi, dapat diindika-
yang terjadi pada stadia larva yaitu pada sikan bahwa secara fisiologis larva telah
saat larva berumur 1 hingga 20 hari. mampu untuk mencerna pakan yang
Apabila larva tidak berhasil melewati diberikan (Gawlicka et al.2000).
periode kritis tersebut maka larva akan Aktivitas enzim merupakan salah
mengalami kematian (Slamet & Tridjoko satu faktor yang dapat mempengaruhi
1997). Dari hasil pengamatan, sekitar tingkat pertumbuhan ikan secara umum.
60% kegagalan dalam produksi benih Aktivitas enzim pencernaan sendiri
terjadi akibat mortalitas pada stadia larva secara umum bervariasi menurut umur
(Komarudin et al. 1998). dan faktor fisiologis ikan (Hepher 1988).
Salah satu faktor yang diduga Perubahan atau variasi aktivitas enzim
menjadi penyebab tingginya mortalitas berhubungan dengan tingkat
pada stadia larva adalah faktor fisiologis perkembangan sistem pencernaan dan
larva yang berkaitan dengan enzim perbedaan kebutuhan nutrien dalam
pencernaannya karena pada periode kritis setiap stadia kehidupan larva (Cahu &
tersebut larva mengalami perubahan jenis Infante 1995).
pakan. Salah satu periode kritis terjadi Jenis pakan yang diberikan memberi
pada kisaran umur 10-12 hari pada saat pengaruh terhadap aktivitas enzim
larva mengalami pertumbuhan spina pencernaan, untuk jenis pakan tertentu
calon sirip punggung dan sirip perut. Oleh dapat meningkatkan aktivitas enzim
karena itu pada masa tersebut larva pencernaan larva (McBride 2004).
membutuhkan nutrien yang lebih lengkap Pakan yang diberikan untuk larva pada
untuk mendukung proses pertumbu- stadia awal umumnya adalah pakan
hannya. Pakan buatan biasanya mulai alami. Namun demikian jangka waktu
diberikan pada kisaran umur tersebut pemberian pakan alami pada usaha
untuk mencukupi kebutuhan nutrien larva. budidaya perlu dibatasi karena
Enzim pencernaan merupakan penyediaan pakan alami itu sendiri
protein katalisator dalam sistem memerlukan proses waktu yang cukup

330
Pengaruh Perbedaan Waktu Awal Pemberian Pakan Buatan

panjang, kuantitas serta kualitasnya kebutuhan larva. Pertumbuhan larva


sangat tergantung pada faktor lingkungan biasanya diamati melalui ukuran panjang
dan faktor nutriennya sendiri. Oleh total dan berat tubuhnya. Disamping itu,
karena itu pada stadia umur larva larva dari famili Serranidae memiliki ciri
tertentu, peranan pakan alami perlu yang spesifik yaitu adanya duri sirip
digantikan dengan pakan buatan karena punggung dan perut yang tumbuh
penyediaan pakan buatan lebih praktis memanjang dan kemudian akan
dan komposisi nutriennya dapat memendek (Fukuhara & Fushimi 1988).
disesuaikan dengan kebutuhan larva Ukuran duri sirip juga dapat menjadi
(Zonneveld et al. 1991). Pemberian indikator pertumbuhan bagi larva ikan
pakan buatan harus disesuaikan dengan kerapu bebek.
kesiapan larva secara fisiologis karena
pakan buatan terdiri dari nutrien yang BAHAN DAN CARA KERJA
mempunyai struktur molekul kompleks
dan tidak mengandung enzim sehingga Pemeliharaan larva diawali dengan
diperlukan ketersediaan enzim untuk penebaran telur. Telur kerapu bebek yang
mencernanya (Suryanti & Priyadi 2002). digunakan untuk penelitian ini berasal dari
Secara garis besar ada tiga jenis hasil pemijahan alami induk kerapu bebek
enzim yang berperanan dalam yang sudah terdomestikasi di dalam bak
pencernaan pakan yaitu protease, pemeliharaan di Balai Besar Penelitian
amilase dan lipase. Protease dan Pengembangan Budidaya Laut
menghidrolisis ikatan peptida pada rantai (BBPPBL). Telur diseleksi terlebih dulu
polipeptida hingga menjadi asam amino dan hanya telur fertil yang digunakan
(Purves et al. 1992), amilase dalam penelitian ini. Jumlah telur yang
menghidrolisis amilum menjadi gula ditebar sebanyak 60.000 butir. Tingkat
sederhana (McFadden & Keeton 1995), penetasan telur, yang dihitung setelah
sedangkan lipase berperan dalam proses telur menetas, adalah 60%. Jadi, dapat
pencernaan lemak dengan menghasilkan diasumsikan bahwa jumlah larva yang
monogliserid dan asam lemak (Overmire digunakan dalam penelitian ini adalah
1986). Asam amino, amilum dan 36.000 ekor/bak.
monogliserid serta asam lemak Pemeliharaan larva dilakukan di
merupakan komponen nutrien yang dalam ruang hatchery semi outdoor,
penting bagi pertumbuhan. yang merupakan sebuah bangunan semi
Ikan kerapu bebek termasuk dalam permanen yang dikelilingi dengan terpal
famili Serranidae (Heemstra & Randall berwarna coklat. Larva dipelihara pada
1993). Pertumbuhan yang terjadi pada bak beton dengan ukuran 2,2 x 2,5 x
larva dapat dijadikan sebagai indikator 1,0 m. Masing-masing bak pemeliharaan
adanya pemanfaatan pakan buatan yang dilengkapi dengan sistem aerasi yang
diberikan karena didalam pakan buatan merupakan sumber pasokan oksigen bagi
terkandung nutrien yang komposisi dan larva. Dalam satu bak pemeliharaan
jumlahnya telah disesuaikan dengan terdapat sekitar 9-10 titik aerasi.

331
Melianawati dkk

Selama pemeliharaan, larva diberi rebon mulai diberikan pada saat larva
pakan fitoplankton dan zooplankton berumur 30 hari.
(Tabel 1). Jenis fitoplankton yang Perlakuan yang diuji dalam
digunakan adalah Nannochloropsis penelitian ini adalah perbedaan waktu
ocullata, mulai diberikan waktu pagi awal pemberian pakan buatan. Penelitian
pada pemeliharaan hari kedua. terdiri dari dua perlakuan yaitu (A) pakan
Zooplankton yang digunakan sebagai buatan diberikan pada larva umur 8 hari
pakan larva adalah rotifer Brachionus dan (B) pakan buatan diberikan pada
rotundiformis, mulai diberikan waktu larva umur 13 hari.
siang pada pemeliharaan hari ketiga Variabel yang diamati adalah
dengan kepadatan awal 5-10 ind./ml. pertumbuhan larva yang meliputi ukuran
Kepadatan awal ini disesuaikan dengan panjang total, berat tubuh, panjang duri
kebutuhan alami larva terhadap rotifer sirip punggung dan duri sirip perut serta
(Melianawati et al. 2006). Sebelum aktivitas enzim pencernaan yang meliputi
diberikan, rotifer diperkaya dengan protease, amilase dan lipase. Pada akhir
vitamin C dan asam lemak selama 2 jam. penelitian dilakukan penghitungan
Setelah larva berumur 20-25 hari sintasan.
diberikan pula zooplankton Artemia Untuk pengamatan pertumbuhan
(Artemia salina). Di samping pakan larva digunakan 10 ekor larva sebagai
alami, larva juga diberi pakan buatan sampel. Pengukuran panjang total larva
berupa mikro pellet. Pakan buatan yang dilakukan setiap empat hari dengan
diberikan terdiri dari dua jenis. Kedua mikroskop stereoskopis yang dilengkapi
jenis tersebut berbeda dalam hal dengan mikrometer.
ukurannya. Pakan jenis pertama Untuk pengamatan aktivitas enzim
berukuran lebih kecil dan diberikan lebih dilakukan pengambilan sampel larva
awal, yaitu mulai larva umur 8 hari, sebanyak 5 hingga 350 ekor. Perbedaan
sedangkan pakan jenis kedua diberikan jumlah sampel larva ini disesuaikan
setelah larva berumur lebih dari 20 hari dengan ukuran dan berat tubuh larva itu
dan waktu pemberiannya disesuaikan sendiri, semakin kecil tubuh larva maka
dengan kondisi pertumbuhan larva itu dibutuhkan jumlah sampel yang lebih
sendiri. Adapun komposisi dan ukuran banyak, demikian pula sebaliknya.
pakan buatan tersebut dapat dilihat pada Terhadap sampel yang diambil,
Tabel 2. Sedangkan pakan alami berupa selanjutnya dilakukan pembersihan

Tabel 1. Skema pemberian pakan alami selama pelaksanaan penelitian


 
Waktu (hari)
Jenis Pakan
1-2 3-10 10-20 20-30 30-45
Fitoplakton
Rotifer
Artemia
Rebon

332
Pengaruh Perbedaan Waktu Awal Pemberian Pakan Buatan

Tabel 2. Komposisi pakan buatan yang digunakan dalam penelitian

Jenis pakan Protein1 Lemak1 Karbohidrat1 Digestible Diameter


buatan (%) (%) (%) energy2 (kkal/g) pakan3 (µm)
1 59,71 16,20 5,22 3,53 90-198
2 55,64 15,31 8,32 3,40 198-308
  Keterangan
1
: Hasil analisa di Lab. Pangan dan Gizi, Pusat Antar Universitas, Universitas Gadjah Mada
2
: Hasil perhitungan
3
: Tertera pada label produk

sampel dari kotoran yang ikut terbawa, enzim terhadap umur dan berat tubuh
pengurangan jumlah air yang terbawa larva. Data pendukung dalam penelitian
selama proses pengambilan sampel ini, yaitu data kualitas air, yang dianalisis
hingga seminimal mungkin, penimbangan secara deskriptif.
sampel dan kemudian menempatkannya
dalam botol sampel. Pengambilan sampel HASIL
ini dikerjakan pada kondisi suhu 0-4oC.
Selanjutnya sampel disimpan pada suhu Pertumbuhan
-80oC hingga saat analisis yang dilakukan Larva ikan kerapu bebek yang
secara duplo. Aktivitas protease diukur digunakan pada penelitian ini berukuran
dengan menggunakan kasein sebagai panjang total 2,35±0,04 mm pada umur 1
substrat dan tirosin sebagai standar, hari. Ukuran panjang total ikan ini
aktivitas amilase diukur dengan meningkat dengan semakin
menggunakan starch sebagai substrat dan meningkatnya umur larva. Mulai umur 22
maltosa sebagai standar (Bergmeyer et hari, ukuran panjang total larva pada
al. 1983), sedangkan aktivitas lipase perlakuan A lebih besar dibandingkan
diukur dengan menggunakan minyak pada perlakuan B dan hal ini terus
nabati sebagai subtrat (Linfield et al. berlangsung hingga larva berumur 30 hari
1984). Aktivitas enzim dinyatakan (Gambar 1). Larva ikan kerapu bebek
sebagai unit aktivitas enzim/menit/gram umur 22, 26 dan 30 hari pada perlakuan
sampel. A, masing-masing berukuran panjang
Data dianalisis secara kuantitatif dan total 9,51±1,00 mm; 13,39±1,79 mm dan
ditampilkan dalam bentuk grafik 17,47±2,35 mm, sedangkan larva pada
histogram antara umur dengan variabel perlakuan B panjang totalnya pada
pengamatan. Untuk mengetahui ada masing-masing umur tersebut adalah
tidaknya perbedaan diantara kedua 7,82±0,35 mm; 10,90±1,60 mm dan
perlakuan, data dianalisis secara statistik 13,23±2,53 mm. Panjang total larva umur
dengan uji t (Rosner 1995). Disamping 18 berbeda nyata antar perlakuan yang
itu juga dilakukan analisis korelasi untuk diujikan (P>0,05), sedangkan pada larva
mengetahui hubungan antara aktivitas

333
Melianawati dkk

12, 22, 26 dan 30 hari berbeda sangat perlakuan A, masing-masing adalah


nyata (P>0,01). 1,39±0,66 mm dan 6,83±0,45 mm,
Berat tubuh larva ikan kerapu bebek sedangkan pada perlakuan B adalah
umur 1 hari yang digunakan dalam 0,30±0,40 mm dan 5,73±1,11 mm
penelitian ini adalah 0,26x10-3 ± 0,01 x (Gambar 3). Duri sirip perut larva pada
10-3 g. Hingga umur 22 hari, berat tubuh perlakuan A juga cenderung lebih panjang
larva dari perlakuan A dan B masih relatif dibandingkan pada perlakuan B. Panjang
sama (P>0,05). Namun pada umur 26 duri sirip perut larva umur 12 dan 30 hari
hingga 30 hari, berat tubuh larva pada pada perlakuan A adalah 1,55±0,76 mm
perlakuan A lebih berat dibandingkan dan 5,07±0,50 mm, sedangkan pada
larva pada perlakuan B (P<0,05). Pada perlakuan B adalah 0,26±0,37 mm dan
larva umur 30 hari, berat tubuh larva pada 4,48±0,50 mm (Gambar 4). Secara
perlakuan A adalah 0,11±0,04 g, statistik, panjang duri sirip punggung dan
sedangkan pada perlakuan B adalah perut larva umur 18 hari tidak berbeda
0,04±0,02 g (Gambar 2). nyata antar perlakuan (P>0,05), namun
Duri sirip merupakan salah satu pada larva umur 12, 22, 26 dan 30 hari
indikator pertumbuhan bagi larva ikan berbeda sangat nyata (P<0,01).
kerapu. Duri sirip punggung larva pada Pada akhir penelitian, terlihat bahwa
perlakuan A lebih panjang, mulai larva sintasan benih pada perlakuan A lebih
umur 12 hingga 30 hari, dibandingkan tinggi, yaitu 1,21%, sedangkan sintasan
pada perlakuan B. Panjang duri sirip pada perlakuan B adalah 0,03% (Gambar
punggung larva umur 12 dan 30 hari pada 5). Perbedaan sintasan ini menunjukkan

Gambar 1. Panjang total larva kerapu bebek yang diberi pakan buatan pada umur berbeda

Gambar 2. Berat ubuh larva kerapu bebek yang diberi pakan buatan pada umur berbeda

334
Pengaruh Perbedaan Waktu Awal Pemberian Pakan Buatan

bahwa pemberian pakan buatan pada Aktivitas enzim pada larva ikan
larva umur 8 hari dapat menghasilkan kerapu bebek umur 8 dan 13 hari yang
pertumbuhan dan kelangsungan hidup belum dan sudah diberi pakan buatan
larva yang lebih baik karena pakan buatan menunjukkan adanya perbedaan
yang diberikan memiliki kandungan (Gambar 9). Aktivitas protease pada
nutrien yang lebih lengkap dibandingkan larva yang belum diberi pakan buatan,
kandungan nutrien pada pakan alami baik pada larva umur 8 dan 13 hari, lebih
saja. rendah dibandingkan pada larva yang
sudah diberi pakan buatan.
Aktivitas enzim pencernaan
Aktivitas enzim pencernaan larva PEMBAHASAN
ikan kerapu bebek, yang terdiri atas
protease (Gambar 6), amilase (Gambar Hasil penelitian ini menunjukkan
7) dan lipase (Gambar 8), cenderung bahwa larva yang diberi pakan buatan
meningkat sejalan dengan pertambahan mulai umur 8 hari memiliki ukuran
umur larva. Aktivitas enzim pencernaan panjang total dan berat tubuh yang lebih
berkorelasi eksponensial positif terhadap besar serta duri sirip punggung dan duri
umur larva. sirip perut yang lebih panjang dan

Gambar 3. Panjang duri sirip punggung larva kerapu bebek yang diberi pakan buatan pada
umur berbeda

Gambar 4. Panjang duri sirip perut larva kerapu bebek yang diberi pakan buatan pada umur
berbeda

335
Melianawati dkk

Gambar 5. Sintasan benih kerapu bebek yang diberi pakan buatan pada umur berbeda

Gambar 6. Aktivitas protease larva kerapu bebek yang diberi pakan buatan pada waktu
berbeda dan korelasinya terhadap umur larva

Gambar 7. Aktivitas amilase larva kerapu bebek yang diberi pakan buatan pada waktu berbeda
dan korelasinya terhadap umur larva

Gambar 8. Aktivitas lipase larva kerapu bebek yang diberi pakan buatan pada waktu berbeda
dan korelasinya terhadap umur larva

336
Pengaruh Perbedaan Waktu Awal Pemberian Pakan Buatan

Gambar 9. Aktivitas protease (A), amilase (B) dan lipase (C) pada larva kerapu bebek umur 8
dan 13 hari, sebelum dan sesudah diberi pakan buatan

cenderung lebih seragam dibandingkan pakan buatan lebih lambat, yaitu pada
dengan larva yang baru diberi pakan umur 13 hari, pertumbuhannya lebih
buatan mulai umur 13 hari. Hasil ini lambat, karena kekurangan asupan
mengindikasikan bahwa pertumbuhan nutrien yang tidak terdapat dalam pakan
larva yang diberi pakan buatan lebih awal buatan. Pemberian pakan alami rotifer
adalah lebih baik. Disamping itu, saja, sebagai satu-satunya sumber pakan,
perbedaan waktu awal pemberian pakan hingga larva berumur 13 hari,
buatan akan terus berdampak dalam nampaknya sudah tidak dapat mencukupi
pertumbuhan larva hingga menjadi benih. lagi kebutuhan nutrien larva. Dengan
Pakan buatan memiliki kandungan demikian, disamping rotifer, perlu
nutrien yang lebih baik dan lebih lengkap dilakukan pula penambahan pakan
dibandingkan dengan yang terdapat berupa pakan buatan, karena pada umur
dalam pakan alami rotifer. Oleh 13 hari tersebut kebutuhan nutrien larva
karenanya, larva yang diberi pakan sudah meningkat seiring dangan
buatan lebih awal mendapat lebih dulu pertumbuhannya, sehingga pemberian
nutrien dengan komposisi yang lebih pakan buatan diharapkan dapat
lengkap. Sebaliknya, larva yang diberi mencukupi kebutuhan nutrien bagi larva.

337
Melianawati dkk

Pakan buatan yang diberikan dalam protease dan lipase pada larva ikan baung
penelitian ini memiliki kadar protein lebih Mystus nemurus juga telah terdeteksi
dari 50% (Tabel 2). Bagi larva ikan laut, pada larva umur 2 hari (Suryanti, 2002).
protein merupakan sumber nutrien yang Aktivitas protease pada larva ikan kerapu
utama. Dengan kadar protein yang cukup batik E.microdon bahkan sudah mulai
tinggi tersebut pemberian pakan buatan terdeteksi pada larva umur 1 hari (Jayadi
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan 2004).
nutrien larva. Pemberian pakan buatan Aktivitas enzim pencernaan larva
mulai umur 8 hari ternyata juga semakin meningkat dengan semakin
berdampak pada tingginya sintasan benih. meningkatnya umur larva (Gambar 9).
Hasil penelitian ini menunjukkan Peningkatan aktivitas enzim ini nampak
adanya keterkaitan antara aktivitas enzim sejalan dengan semakin kompleks dan
dan pertumbuhan larva. Pertumbuhan sempurnanya perkembangan struktur
larva lebih cepat terjadi pada larva yang sistem pencernaan dalam tubuh larva,
diberi pakan buatan mulai umur 8 hari, termasuk di dalamnya adalah kelenjar-
menunjukkan bahwa sistem perncernaan kelenjar yang mensekresikan enzim,
larva tersebut telah mampu dengan semakin meningkatnya umur
menghidrolisis pakan buatan yang larva. Dalam hal ini nampak bahwa
diberikan. Telah tercernanya pakan produksi enzim pencernaan itu sendiri
buatan yang diberikan menunjukkan berkorelasi erat dengan perkembangan
bahwa enzim pencernaan pada larva struktur sistem pencernaan (Dabrowski,
tersebut sudah mulai aktif. Hal yang 1979). Pola peningkatan aktivitas enzim
sama terjadi pula pada larva ikan baung pencernaan yang sejalan dengan
M.nemurus (Suryanti 2002). Aktivitas pertambahan umur larva juga terjadi
protease, amilase dan lipase sebenarnya pada larva ikan kerapu batik
sudah mulai terdeteksi sejak larva (Epinephelus microdon) (Jayadi, 2004),
berumur satu hari, namun aktivitasnya ikan kerapu lumpur (E.coioides)
masih sangat rendah. Hal tersebut juga (Eusebio et al. 2004), ikan flounder
terjadi pada larva ikan kerapu lumpur (Paralichtys olivaceus) (Kurokawa &
Epinephelus coioides (Quinito et al. Suzuki 1996) dan eel (Anguilla
2004). japonica) (Kurokawa et al. 2002).
Beberapa jenis ikan lain juga sudah Larva yang diberi pakan buatan
mampu mensekresikan enzim mulai umur 8 hari cenderung memiliki
pencernaan sejak awal hidup larva ikan aktivitas enzim yang lebih tinggi
tersebut meskipun masih dalam jumlah dibandingkan larva yang baru diberi pakan
terbatas. Sebagai contoh, aktivitas buatan mulai umur 13 hari. Hal ini
protease, amilase dan lipase pada larva menunjukkan bahwa perbedaan waktu
ikan kerapu lumpur Epinephelus awal pemberian pakan buatan akan
coioides mulai terdeteksi pada larva berpengaruh terhadap aktivitas enzim
umur 2 hari (Eusebio et al., 2004; pencernaan larva. Dalam hal ini nampak
McBride, 2004), sedangkan aktivitas bahwa pakan buatan merupakan substrat

338
Pengaruh Perbedaan Waktu Awal Pemberian Pakan Buatan

yang dapat mengaktifkan zymogen dan pemberian pakan buatan yang


menstimulir produksi enzim pencernaan. disesuaikan dengan aktivitas enzimatisnya
Ketersediaan substrat merupakan salah adalah setelah benih berukuran lebih dari
satu faktor yang akan berpengaruh dalam 2,4 cm (Affandi et al., 1994), bagi ikan
pengaturan aktivitas enzim pencernaan. botia Botia macracantha mulai benih
Peningkatan aktivitas enzim juga dapat ukuran 1,5 inchi (Suryanti et al. 2006),
menunjukkan bahwa larva semakin sedangkan bagi larva ikan baung
banyak mengkonsumsi pakan buatan. (M.nemurus) mulai umur 13 hari
Pengaruh pakan buatan terhadap (Suryanti 2002) dan bagi benih ikan baung
aktivitas enzim pencernaan nampak jelas pada umur 19 hari (Suryanti dan Priyadi
pada aktivitas enzim yang diukur sebelum 2002). Pemberian pakan buatan bagi ikan
dan sesudah larva diberi pakan buatan. kerapu batik (Epinephelus microdon)
Aktivitas protease nampak meningkat baru dapat dilakukan pada larva umur 15
sesudah larva diberi pakan buatan. Hal atau 20 hari (Marzuqi et al. 2001),
ini dikarenakan pakan buatan yang sedangkan bagi ikan kerapu lumpur (E.
diberikan mengandung kadar protein coioides) pemberian pakan buatan baru
yang cukup tinggi yaitu lebih dari 50%. mulai dilakukan pada larva umur 17 hari
Hal yang sebaliknya terjadi pada aktivitas (Aslianti & Priyono, 2005) karena larva
amilase dan lipase yang justru lebih yang mulai diberi pakan buatan pada
rendah sesudah larva diberi pakan umur tersebut memiliki pertumbuhan
buatan. Aktivitas amilase dan lipase yang yang lebih baik dibandingkan dengan
lebih tinggi pada larva yang belum diberi larva yang mulai diberi pakan buatan
pakan buatan diduga berasal dari pakan sebelum ataupun sesudah waktu
alami rotifer. Rotifer memiliki aktivitas tersebut.
amilase yang relatif tinggi (Melianawati
2009) dan kemampuan autolisis (Affandi KESIMPULAN
et al. 2005), sedangkan aktivitas lipase
yang lebih tinggi diduga karena Perbedaan waktu awal pemberian
penggunaan asam lemak dalam proses pakan buatan berpengaruh terhadap
pengkayaan rotifer sebelum rotifer pertumbuhan dan aktivitas enzim
tersebut digunakan sebagai pakan alami pencernaan larva ikan kerapu bebek.
bagi larva. Pertumbuhan larva ikan kerapu
Aktivitas enzim pencernaan dapat bebek yang diberi pakan buatan mulai
menjadi indikator biologis untuk umur 8 hari lebih tinggi dibandingkan
penentuan waktu awal pemberian pakan dengan larva yang diberi pakan buatan
buatan bagi larva ikan. Oleh karena itu mulai umur 13 hari.
penentuan waktu tersebut harus Aktivitas enzim pencernaan larva
disesuaikan dengan kondisi fisiologis dari ikankerapu bebek yang diberi pakan
masing-masing jenis ikan tersebut. buatan mulai umur 8 hari lebih tinggi
Sebagai contoh, bagi benih ikan gurami dibandingkan larva yang diberi pakan
(Osphronemus goramy) waktu buatan mulai umur 13 hari.

339
Melianawati dkk

Pemberian pakan buatan bagi larva Bergmeyer, HU., M. Grossl, & HE.
ikan kerapu bebek sudah dapat dilakukan Walter. 1983. Reagents for
sejak larva umur 8 hari. enzymatic analysis. In: H.U.
Bergmeyer (ed.) Methods in
enzymatic analysis vol. II. 3rd eds.
UCAPAN TERIMA KASIH Weinheim. 274-275.
Cahu, C. &J.Z. Infante. 1995. Maturation
Terima kasih disampaikan kepada
of the pancreatic and intestinal
Sdr. Mujimin dan Sdri. Made Miniartini,
digestive functions in sea bass
teknisi Litkayasa BBPPBL yang
(Dicentrarchus labrax): effect of
membantu dalam pelaksanaan penelitian
weaning with different protein
ini. Terima kasih pula kepada Bapak Drs.
sources. Fish Phys. Biochem.
Bejo Slamet, MSi dan Bapak Ir. Ketut
14(6):431-437.
Suwirya, MS., selaku Tim Pemeriksa
Dabrowski, K. & J. Glogowski. 1977.
Makalah BBPPBL yang telah membaca
Studies on the role of exogenous
dan mengoreksi tulisan ini.
proteolytic enzymes in digestion
processes in fish. Hydrobiologia
DAFTAR PUSTAKA
54(2):129-134..
Eusebio, PS., JD. Toledo, & REP.
Affandi, R., I. Mokoginta & A.
Mamauag & M.J.G. Bernas. 2004.
Suprayudi. 1994. Perkembangan
Digestive enzyme activity in
enzim pencernaan benih ikan
developing grouper (Epinephelus
gurame, Osphronemus goramy,
coioides) larvae. In: Rimmer, M.A.
Lacepede. J. Ilmu-Ilmu Perairan
et al., Advances in grouper
dan Perikanan Indo. 2(2):63-71.
aquaculture. Canberra. 35-40.
Anonim. 2012. Budidaya ikan kerapu.
Fukuhara, O. & T. Fushimi. 1988. Fin
http//www.indonesia indonesia.
differentiation and squamation of
com.
artificial reared grouper Epinephe-
Arifenie, F.N. 2011. Harga tinggi,
lus akaara. Aquaculture 69:379-
budidaya kerapu kian menjanjikan.
386.
http//www.kkp.co.id.
Gawlicka, A.B. Parent, M.H. Horn, N.
Aslianti, T. & A. Priyono. 2005. Respon
Ross, I. Opstad & O.J. Torrissen.
awal larva kerapu lumpur,
2000. Activity of digestive enzyme
Epinephelus coioides terhadap
in yolk sac larvae of Atlantic halibut
pakan buatan. Aqua. Indo. 6(2):67-
(Hippoglossus hippoglossus):
77.
indication of readiness for first
Audesirk, T. & G. Audesirk. 1999.
feeding. Aquaculture 184:303-314.
Nutritions and digestion. In:
Grahadyarini, B.M.L. 2010. “Harta” itu
Biology, life on earth. 5th edition.
bernama kerapu. http//www.
International edition. Prentice-Hall.
kompas.com.
USA. 570-59.

340
Pengaruh Perbedaan Waktu Awal Pemberian Pakan Buatan

Heemstra, PH & JE. Randall. 1993. pakan mikro pada umur yang
Grouper of the world. FAO berbeda. Dalam: Sudradjat, A. et
species catalogue XVI. Rome. al., 2001. Buku Teknologi Budidaya
Hepher, B. 1988. Nutrition of pond Laut dan Pengembangan Sea
fishes. Cambridge University Farming di Indonesia. 190-196.
press, Cambridge, New York. McBride, S. 2004. The activity of
Halaman digestive enzymes in larval grouper
Jayadi. 2004. Aspek biologi dan fisiologi and live feed. In: Rimmer, M.A. et
serta kebutuhan lingkungan dan al., 2004. Advances in grouper
larva ikan kerapu batik (Epinephe- aquaculture. Canberra. 41-46.
lus microdon). [Disertasi]. McFadden, CH & WT. Keeton. 1995.
Makassar: UNHAS. Nutrient procurement in
Komarudin, U., A. Prihaningrum & Z. heterotrophic organism. In: Biology,
Arifin. 1998. Pemeliharaan larva an exploration of life. Cornell
kerapu macan (Epinephelus University. W.W. Norton and
fuscoguttatus) dengan multi- Company. 343-372.
spesies zooplankton. In: Sudradjat Melianawati, R. & R. Andamari,
et al. (eds). Seminar Teknologi P.T.Imanto. 2006. Aktivitas makan
Perikanan Pantai. 142-148. harian larva ikan kerapu sunu
Kurokawa, T. & T. Suzuki. 1996. (Plectropomus leopardus).
Formation of the diffuse pancreas Prosiding Seminar Nasional
and the development of digestive Tahunan III Hasil Penelitian
enzyme synthesis in larvae of the Perikanan dan Kelautan, Univer-
Japanese flounder Paralichthys sitas Gadjah Mada. 266-274 pp.
olivaceus. Aquaculture 141:267- Melianawati, R. & K. Suwirya. 2006.
276. Pengaruh perbedaan frekuensi
Kurokawa,T., T. Suzuki, H. Ohta, H. pemberian pakan terhadap
Kagawa, H. Tanaka & T. Unuma. pertambahan bobot yuwana kakap
2002. Expression of pancreatic merah Lutjanus argentimacu-
enzyme genes during the early latus. J.Riset Akuakultur
larval stage of Japanese eel I(2):151-159.
Anguilla japonica. Fisheries Melianawati, R. 2009. Aktivitas enzim
Science 68:736-744. pencernaan larva ikan kerapu
Linfield, WM., R.A. Barangkas, L. macan (Epinephelus fusco-
Sivieri, S. Serota & RW. Stevenson. gutattus Forsskal, 1775) terkait
1984. Enzymatic fat and synthesis. dengan perbedaan jenis pakan.
JAOCS 18(2):78-87. [Tesis]. Yogyakarta: Universitas
Marzuqi, M. N.A. Giri, K. M. Setiawati Gadjah Mada. 64-65.
& K. Suwirya. 2001. Pemeliharaan Overmire, TG. 1986. Nutrition. In: The
larva kerapu batik (Epinephelus world of biology. John Wiley and
microdon) dengan awal pemberian Sons. Inc. 149-168.

341
Melianawati dkk

Purves, WK., GH. Orians, & HC. Heller. nemurus C.V.). J. Penelitian
1992. Animal nutrition. In: Life: the Perikanan Indo. 8 (3):15-18.
science of biology. Sinauer Assc. Suryanti, Y. & A. Priyadi. 2002.
935-961. Penentuan saat awal pemberian
Putro, DH., Evalawati & Hartono, P. pakan buatan dan hubungannya
1999. Pengamatan pendahuluan dengan perkembangan aktivitas
pembesaran kerapu bebek enzim pencernaan pada benih ikan
(Cromileptes altivelis) di karamba baung (Mystus nemurus C.V.). J.
jaring apung. Bul. Budidaya Laut Penelitian Perikanan Indo.
12. Lampung :5-8. 8(5):37-42.
Quinitio, G.F., AC. Saan, JD. Toledo & Suryanti,Y., A. Priyadi dan I.W. Subamia
JD. Tan-Fermin. 2004. Localisa- 2006. Penentuan saat pemberian
tion of enzymes in the digestive pakan buatan yang tepat berdasar-
system during early development of kan perkembangan aktivitas enzim
the grouper (Epinephelus pencernaan pada benih botia
coioides). In: Rimmer, M.A. et al., (Botia macracantha). Prosiding
2004. Advances in grouper Seminar Nasional Tahunan III
aquaculture. Canberra. 30-34 pp. Hasil Penelitian Perikanan dan
Rosner, B. 1995. Fundamentals of Kelautan. Yogyakarta, 27 Juli 2006.
biostatistics 4th eds. Duxbury Press. 306-310.
Slamet, B. & Tridjoko, 1997. Pengama- Tridjoko, B. Slamet, T. Aslianti, Wardoyo,
tan pemijahan alami, perkembangan S. Ismi, JH. Hutapea, KM.
embrio dan larva ikan kerapu batik, Setiawati, I. Rusdi, D. Makatutu,
Epinephelus microdon dalam bak A. Prijono, T. Setiadharma, M.
terkontrol. J. penelitian perikanan Hirokazu & K. Shigeru. 1999.
Indonesia 3(4):40-50. Research and development: The
Sudaryanto, Sudjiharno & P. Hartono. seed production technique of
1999. Upaya mengubah kelamin humpback grouper, Cromileptes
pada kerapu bebek (Cromileptes altivelis. JICA and Gondol
altivelis). Bull. Budidaya Laut 12, Research Station for Coastal
Lampung:1-4. Fisheries.
Suryanti, Y. 2002. Perkembangan Zonneveld, N., EA. Huisman & JH.
aktivitas enzim pencernaan pada Boon. 1991. Prinsip-prinsip
larva/benih ikan baung (Mystus budidaya ikan. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta

Memasukkan: Februari 2012


Diterima: Agustus 2012

342

You might also like