Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 19

Arief Bakhtiar Darmawan, Hestutomo Restu Kuncoro | Penggunaan ASEAN Way

dalam Upaya Penyelesaian


Sengketa Laut Tiongkok Selatan:
Sebuah Catatan Keberhasilan?

Penggunaan ASEAN Way dalam Upaya


Penyelesaian Sengketa Laut Tiongkok Selatan:
Sebuah Catatan Keberhasilan?
Arief Bakhtiar Darmawan1, Hestutomo Restu Kuncoro2
1
International Relations, Universitas Jenderal Soedirman, Indonesia
2
International Relations, Mancester University England

ARTICLE INFORMATION ABSTRACT


Up to this point, the principles in ASEAN Way have been
challenged by the regional dynamics of Southeast Asia. This
article seeks to observe ASEAN's efforts in handling the
SUBMISSION TRACK
resolution of the South China Sea (SCS) dispute and the
Recieved : 07, February, 2019 failure of the ASEAN Way to adequately support the effort.
Final Revision : 20, May, 2019 To do so, the writers use a qualitative method which relies
Available Online: 30, May, 2019
on academic literature regarding SCS and ASEAN's official
documents to comprehend, interpret, and to formulate the
KEYWORD
result of the research. This article uses the perspective of
Indonesia environmental diplomacy, greening constructivism which provides the structure to explain the
ASEAN Way, peat restoration agency, English
normative drives behind the actions of International actor.
School
Based on the analysis, ASEAN Way is a positive drive to
dialogues and peaceful consultations but not in itself a
solution to end the dispute. The Way had allowed ASEAN
to become central in the peaceful resolution efforts involving
major powers from beyond the region. ASEAN Way,
however, has its back draws; one of which was used by
China to prevent ASEAN's intervention in or to dictate
policy regarding the SCS dispute. Therefore, ASEAN
collectivity in handling the SCS dispute should be the next
step forward.
ABSTRAK
KATA KUNCI
Diplomasi lingkungan Indonesia, greening Sampai saat ini, prinsip-prinsip dalam ASEAN Way selalu
ASEAN Way, Badan Restorasi Gambut, mendapatkan tantangan dalam menghadapi dinamika
English School kawasan Asia Tenggara. Artikel ini bertujuan untuk
mengamati upaya-upaya ASEAN dalam menangani
CORRESPONDENCE penyelesaian sengketa Laut Tiongkok Selatan dan mengapa
ASEAN Way gagal memengaruhi upaya-upaya tersebut
E-mail: ariefbakhtiar@rocketmail.com secara optimal. Untuk menjawab rumusan tersebut, penulis
menggunakan metode penelitian kualitatif yang
mengandalkan literatur-literatur akademis mengenai LTS
dan dokumen-dokumen resmi ASEAN untuk memahami,
menginterpretasikan, serta menyusun hasil penelitian dari

Andalas Journal of International Studies| Vol 8 No 1 May 2019 43


DOI: https://doi.org/10.25077/ajis.8.1.43-61.2019
Arief Bakhtiar Darmawan, Hestutomo Restu Kuncoro | Penggunaan ASEAN Way
dalam Upaya Penyelesaian
Sengketa Laut Tiongkok Selatan:
Sebuah Catatan Keberhasilan?

fenomena sengketa LTS. Penulis menggunakan perspektif


konstruktivisme yang menyediakan struktur normatif untuk
menjelaskan tindakan politik aktor internasional.
Berdasarkan analisis terhadap data dan pembahasan, ASEAN
Way merupakan pendorong yang positif dalam konteks
fungsi dialog dan konsultasi damai dan bukan sebagai solusi
untuk penyelesaian sengketa LTS. ASEAN berhasil menjadi
sentral dalam upaya penyelesaian damai yang juga
melibatkan negara-negara besar luar kawasan. Untuk
menjadi sebuah solusi nyata, ASEAN Way masih memiliki
tantangan karena seringkali menjadi alat Tiongkok agar
ASEAN tidak melakukan intervensi atau pemaksaan
kebijakan suatu negara terkait penyelesaian konflik LTS.
Oleh karena itu, kolektivitas ASEAN dalam menghadapi isu
LTS merupakan langkah ke depan yang perlu untuk segera
diwujudkan.

ASEAN dipandang tidak cukup mampu


Pendahuluan
dalam menangani krisis pengungsi Rohingya
dan mengatasi pelanggaran hak asasi
Beberapa pengamat melihat
manusia dalam konflik Timor Leste-
kesuksesan Association of Southeast Asian
Indonesia.3 Langkah-langkah ASEAN dalam
Nations (ASEAN) menjaga keamanan dan
menjalin relasi dengan rezim militer yang
stabilitas kawasan dalam konteks peran
tidak demokratis di antara anggotanya juga
norma-norma ASEAN, seperti penggunaan
dinilai terlalu lembek oleh Barat.4 Persoalan
cara-cara non-kekerasan, non-intervensi, dan
kesatuan dan keaktifan ASEAN dalam isu-
pertemuan informal sebagai bagian dari
isu yang sulit dan kontroversial masih
manajemen konflik.1 Stabilitas itulah yang
menjadi bahasan yang relevan untuk terus
saat ini membuat negara-negara ASEAN bisa
diperbincangkan, termasuk dalam isu Laut
fokus pada pembangunan dalam negeri dan
Tiongkok Selatan (LTS). Pandangan dan
mengupayakan kesejahteraan ekonomi.
sikap negara-negara ASEAN masih terbelah
Namun, sepanjang perjalanannya sebagai
dalam menghadapi isu LTS ini.5
organisasi regional, ASEAN tidak lepas dari
Laut Tiongkok Selatan merupakan
kritik. Kontribusi ASEAN dalam lingkup
area perairan yang terbentang sepanjang
regional, misalnya, masih dianggap minim.2
1.100 kilometer dari Selat Malaka di barat
Prinsip non-intervensi yang dipegang
1 3
Lihat, Timo Kivimäki, “The Long Peace of Tony Firman, “Disfungsi ASEAN dan
ASEAN,” Journal of Peace Research 38, no. 1 Kegagapannya Merangkul Asia Tenggara,” Tirto.id, 8
(2001): 5-25; Nikolas Busse, “Constructivism and Agustus 2018, https://tirto.id/disfungsi-asean-dan-
Southeast Asian security,” The Pacific Review 12, no. kegagapannya-merangkul-asia-tenggara-cP9S
1 (1999): 39-60; Mely Caballero-Anthony, (diakses pada 3 Desember 2018).
4
“Mechanism of Dispute Settlement: The ASEAN Iwao Fujisawa, “The Use and Abuse of the ASEAN
Experience,” Contemporary Southeast Asia 20, no. 1 Way” (Discussion Papers, Chiba University, 2017).
5
(1998): 38-66. Arief Bakhtiar Darmawan & Lady Mahendra, “Isu
2
Mark Beeson, “What’s the point of Asean?” Asia Laut Tiongkok Selatan: Negara-negara ASEAN
Times, 1 Mei 2017, http://www.atimes.com/whats- Terbelah Menghadapi Tiongkok,” Jurnal Global &
point-asean/ (diakses pada 28 November 2018). Strategis 12, no. 1 (2018): 79-100.

Andalas Journal of International Studies| Vol 8 No 1 May 2019 44


DOI: https://doi.org/10.25077/ajis.8.1.43-61.2019
Arief Bakhtiar Darmawan, Hestutomo Restu Kuncoro | Penggunaan ASEAN Way
dalam Upaya Penyelesaian
Sengketa Laut Tiongkok Selatan:
Sebuah Catatan Keberhasilan?

daya hingga ke Selat Taiwan di timur laut Konflik di LTS terus terjadi. Pada
(lihat gambar 1). Daerah ini telah lama tahun 2007, misalnya, konflik memanas
diprediksi akan menjadi daerah konflik ketika Tiongkok memberikan kewenangan
karena posisi geografis dan geopolitiknya kepada Sansha, kota di Hainan, untuk
yang strategis.6 LTS diperkirakan memiliki memerintah Kepulauan Paracel dan Spratly. 8
sebelas miliar barel minyak bumi, lima Tindakan ini dibarengi dengan meningkatnya
triliun meter kubik gas alam, serta satu-per- patroli angkatan laut Tiongkok yang
sepuluh populasi ikan dunia hidup di LTS. kemudian menuai protes, terutama dari
Selain memiliki potensi ekstraktif, LTS juga Vietnam dan Filipina. Penguatan ekonomi
merupakan jalur strategis perdagangan yang dan militer Tiongkok membuat Beijing
dilewati oleh komoditi senilai $5,3 triliun makin berani beraktivitas di wilayah LTS
setiap tahunnya. Posisi LTS yang strategis hingga menangkap kapal nelayan Vietnam
juga membuatnya menjadi lokasi ideal untuk yang dianggap melanggar batas wilayah dan
pangkalan militer. Tiongkok sendiri telah bahkan berani mengusir kapal milik
memanfaatkan beberapa pulau di LTS angkatan laut AS. Hadirnya AS (serta
sebagai dermaga transit untuk angkatan laut rencana negara besar lain, seperti Rusia,
mereka, tindakan yang membuat khawatir untuk melakukan patroli militer) di LTS
negara-negara di sekitar LTS. Selain negara meningkatkan kompleksitas sengketa LTS
sekitar LTS, negara-negara yang jauh secara dan membuatnya menjadi titik konflik
geografis seperti Australia, India, Jepang, global. Dinamika sengketa atas klaim di LTS
dan Amerika Serikat (AS) juga telah berpotensi mengancam keamanan regional
menyatakan rencana mereka melakukan menjadi titik konflik global, sebab banyak
patroli militer di wilayah LTS. 7 negara-negara besar luar kawasan yang akan
Gambar 1. terlibat di sana.9 Jika negara besar seperti AS
Peta Tumpang Tindih Klaim di Laut saja tidak mampu mempengaruhi sikap
Tiongkok Selatan Tiongkok yang kadang agresif dalam konflik
LTS, apa yang bisa diharapkan dari
ASEAN?
Tulisan ini tidak memiliki pretensi
untuk menyangkal anggapan-anggapan
negatif tersebut. Dalam artikel ini, penulis
lebih berusaha untuk melakukan penelitian
mengenai apa saja upaya-upaya ASEAN
dalam menangani penyelesaian sengketa
LTS. Upaya-upaya yang ada meliputi
pertemuan-pertemuan formal maupun

8
Mikael Weissman, "Why is there a relative peace in
the South China Sea?" dalam Entering Uncharterd
6
Mikael Weissmann, “The South China Sea: Still No Waters? ASEAN and The South China Sea Dispute,
War on the Horizon,” Asian Survey 55, no. 3 (2015): Pavin Chachavalpongpun, ed. (Singapore: Institute of
596-617. Southeast Asian Studies, 2014), 38.
7 9
Ralph Jennings, “Four Countries Plan Resistance to Aleja Martinez-Barcelon, “The ASEAN way in the
China in a Disputed Asian Sea,” VoA News, 5 South China Sea disputes” (Hawai: Pacific Forum
Februari 2018, https://www.voanews.com/a/countries- CSIS, 2016), https://www.csis.org/analysis/pacnet-
push-for-joint-naval-exercises-in-south-china- 57a-asean-way-south-china-sea-disputes. (diakses
sea/4239171.html (diakses pada 7 Desember 2018). pada 7 Desember 2018)

Andalas Journal of International Studies| Vol 8 No 1 May 2019 45


DOI: https://doi.org/10.25077/ajis.8.1.43-61.2019
Arief Bakhtiar Darmawan, Hestutomo Restu Kuncoro | Penggunaan ASEAN Way
dalam Upaya Penyelesaian
Sengketa Laut Tiongkok Selatan:
Sebuah Catatan Keberhasilan?

informal, baik dalam konteks regional Asia kawasan.10 Negara-negara besar seperti AS,
Tenggara maupun keterlibatan negara luar Tiongkok, dan Jepang, tidak memiliki
kawasan Asia Tenggara yang lebih luas. mekanisme keamanan multilateral alternatif
Selanjutnya, penulis mencoba mengamati yang lebih baik. Dengan menggunakan studi
bagaimana ASEAN Way yang selama ini kasus, Gillian Goh mengkaji penggunaan
eksis di ASEAN memengaruhi upaya ASEAN Way yang memperlihatkan hasil
ASEAN dalam penyelesaian sengketa. positif dalam penyelesain konflik internal di
Pokok masalah yang ditekankan sebagai Kamboja antara pemerintah dan Khmer
diskusi utama adalah mengapa ASEAN Way Merah.11 Sementara itu, Dio Herdiawan
cenderung dilihat sebagai kegagalan dalam Tobing mengamati bahwa penggunaan
penyelesaian sengketa, dan bagaimana ASEAN Way, terutama prinsip non-
perdebatan tentang apakah ASEAN Way intervensi, membuat tindakan negara-negara
merupakan bagian dari solusi atau masalah Asia Tenggara dalam menangani masalah
terus berlangsung. Rohingya menjadi sangat terbatas.12 Dua
Penulis berargumen bahwa ASEAN pandangan tersebut mewakili analisis dan
merupakan organisasi kawasan yang aktif interpretasi yang berbeda dari para akademisi
dalam penyelesaian sengketa LTS. Dalam hubungan internasional mengenai peran
prosesnya, norma-norma ASEAN diduga ASEAN Way di kawasan. Tulisan ini
menjadi kendala bagi kesatuan ASEAN bertujuan untuk menjelaskan peran ASEAN
dalam merespon dinamika kawasan, Way dalam penyelesain sengketa LTS yang
termasuk dalam isu sengketa LTS. Meski terus berjalan menuju arah yang positif.
telah melakukan berbagai upaya, kesatuan Namun, ASEAN masih memiliki pekerjaan
ASEAN dalam menghadapi Tiongkok masih berat untuk mendorong persetujuan kode tata
menjadi hambatan. Sampai saat ini, ASEAN berperilaku di LTS ke arah yang lebih
dan Tiongkok belum menyepakati kode tata mengikat.
perilaku yang legal dan mengikat. Tiongkok
juga berhasil memengaruhi beberapa negara Metode Penelitian
ASEAN untuk tidak membahas isu LTS
dalam pertemuan regional. Lebih jauh, isu Penelitian ini menggunakan metode
LTS ini dikhawatirkan memicu campur riset kualitatif yang menelaah mengenai
tangan aktor luar kawasan di dalam bagaimana fenomena atau entitas sosial
negerinya. Secara bersamaan, ASEAN Way diinterpretasikan, dipahami, dialami, dibuat,
membawa keberhasilan bagi ASEAN dalam atau disusun. Dalam pengumpulan data,
tiga hal. Pertama, membangun tata regional metode ini menggunakan teknik
dalam menghadapi dinamika regional baru.
10
Kedua, tidak adanya konflik saling ancam Pek Koon Heng, The “ASEAN Way” and Regional
antarnegara ASEAN. Ketiga, ASEAN Security Cooperation in the South China Sea
berhasil meredam kemunculan perang (European University Institute (EUI) Working Paper:
Robert Schuman Centre for Advanced Studies, 2014).
terbuka di lautan. 11
Gillian Goh, “The ‘ASEAN Way’ Non-Intervention
Beberapa penelitian telah mengkaji and ASEAN’s Role in Conflict Management,”
mengenai penggunaan ASEAN Way dalam Stanford Journal of East Asian Affairs 3, no. 1 (2003):
konflik-konflik Asia Tenggara. Secara 113-118.
12
umum, Pek Koon Heng melihat bahwa Dio Herdiawan Tobing, “The Limits and
Possibilities of the ASEAN Way: The Case of
ASEAN Way akan terus menjadi instrumen Rohingya as Humanitarian Issue in Southeast Asia,”
kunci dalam hubungan internasional di dalam The 1st International Conference on South East
Asia Studies, 2016, KnE Social Sciences, 148–174.

Andalas Journal of International Studies| Vol 8 No 1 May 2019 46


DOI: https://doi.org/10.25077/ajis.8.1.43-61.2019
Arief Bakhtiar Darmawan, Hestutomo Restu Kuncoro | Penggunaan ASEAN Way
dalam Upaya Penyelesaian
Sengketa Laut Tiongkok Selatan:
Sebuah Catatan Keberhasilan?

pengumpulan data yang sangat kontekstual mempengaruhi bagaimana agen bertindak,


terhadap kasus yang diteliti. Oleh sebab itu, namun struktur itu sendiri terbentuk dari
metode kualitatif adalah metode riset yang tindakan-tindakan yang dilakukan oleh agen.
sangat fleksibel baik dalam pengumpulan Oleh sebab itu, dari kacamata
maupun pengolahan data. Secara spesifik, konstruktivisme, struktur non-material
dalam ilmu hubungan internasional, metode mempengaruhi tidak hanya apa yang
kualitatif bertujuan menemukan makna dianggap bisa dilakukan namun juga apa
dibalik suatu tindakan atau kejadian yang yang dianggap perlu dilakukan oleh suatu
terjadi di arena politik internasional. Dalam aktor. Dengan bahasa yang lebih sederhana,
artikel ini, penulis berusaha mengurai cara- struktur non-material tidak hanya
cara ASEAN dalam penyelesaian sengketa. mempengaruhi strategi yang dipilih oleh
Untuk mencapai tujuan tersebut, metode suatu aktor, namun juga mempengaruhi
kualitatif mengedepankan metode analisis tujuan atau kepentingan yang dimiliki oleh
yang berfokus pada kompleksitas suatu aktor tersebut dan juga dipengaruhi oleh
kejadian/ tindakan, detail-detailnya, serta tindakan yang dilakukan oleh aktor tersebut.
konteks yang mendasari kejadian/ tindakan Dalam studi organisasi internasional,
tersebut. Metode ini memberikan konstruktivisme meminta penggunanya
pemahaman yang menyeluruh dan untuk tidak hanya melihat ontologi material
kontekstual atas suatu kejadian/ tindakan yang ada di suatu organisasi internasional,
menggunakan data yang selengkap mungkin, seperti kepentingan, peraturan tertulis,
spesifik, dan sangat memperhatikan detail traktat, atau perjanjian. Konstruktivisme
terkecil (nuanced). melihat tindakan suatu negara sebagai
Penulis menggunakan konstruktivisme sebuah konstruksi sosial yang dipengaruhi
untuk mempertajam pisau analisis. oleh struktur non-material, baik pada level
Konstruktivisme dapat dipahami melalui tiga domestik maupun internasional. Oleh sebab
karakter utama.13 Pertama, konstruktivisme itu, dalam menjelaskan tindakan suatu
menekankan bahwa struktur normatif sama negara, konstruktivisme akan melihat
pentingnya dengan struktur material. identitas yang mendasari tindakan tersebut
Konstruktivisme berargumen bahwa ide, serta bagaimana identitas itu sendiri dibentuk
kepercayaan, dan nilai harus dilihat sebagai oleh ide, kepercayaan dan nilai yang
bagian dari struktur sebab hal-hal tersebut tertanam (embedded) di kawasan maupun
memiliki pengaruh yang kuat dalam tindakan pada level domestik.
politik suatu aktor. Kedua, konstruktivisme Dalam konteks ASEAN, ASEAN Way
menekankan pentingnya melihat bagaimana perlu dilihat sebagai sebuah sistem struktur
struktur non-material (ide, kepercayaan, dan non-material. Melihat ASEAN Way
nilai) mempengaruhi identitas yang sedemikian rupa akan menjelaskan
terbentuk sebab identitas menentukan bagaimana ASEAN Way punya kapabilitas
kepentingan dan kepentingan menentukan untuk mempengaruhi bagaimana negara
tindakan. Ketiga, konstruktivisme bertindak bahkan ketika tidak memiliki
menekankan bahwa agen dan struktur kekuatan legal yang kuat. Melihat ASEAN
memiliki hubungan saling mempengaruhi Way sebagai struktur non-material berarti
yang sama kuat. Struktur memang juga memahami bahwa ASEAN Way harus
dilihat tidak sekedar sebagai “aturan” yang
13
Christian Reus-Smit, ”Constructivism,” dalam mendikte apa yang boleh dan tidak boleh
Theories of International Relations, ed. S. Burchill, et dilakukan (dan dalam konteks ini ASEAN
al. (New York: Palgrave Macmillan, 2005), 188-212.

Andalas Journal of International Studies| Vol 8 No 1 May 2019 47


DOI: https://doi.org/10.25077/ajis.8.1.43-61.2019
Arief Bakhtiar Darmawan, Hestutomo Restu Kuncoro | Penggunaan ASEAN Way
dalam Upaya Penyelesaian
Sengketa Laut Tiongkok Selatan:
Sebuah Catatan Keberhasilan?

Way sering dianggap lemah), melainkan permusuhan, pengambilan suara mayoritas,


sebagai ide, kepercayaan, dan nilai yang atau proses pengadilan. Selain itu, ASEAN
mempengaruhi apa yang dianggap negara- juga memegang prinsip dan norma seperti
negara anggota sebagai hal yang perlu menentang penggunaan kekerasan dan lebih
dilakukan. Melihat ASEAN Way dengan cara mengutamakan solusi damai dalam
seperti ini tidak hanya akan menjelaskan menghadapi persoalan, otonomi regional
bagaimana ASEAN Way memiliki peran atau tidak menggantungkan diri kepada
signifikan dalam sengketa LTS namun juga negara besar luar kawasan, serta prinsip non-
akan memberikan gambaran mengenai intervensi, yang berarti bahwa antarnegara
kekurangan-kekurangan ASEAN Way. ASEAN tidak diperbolehkan mencampuri
Konstruktivis memberikan perspektif urusan domestik negara lain.18
alternatif dengan berusaha menunjukkan
peran norma di kawasan Asia Tenggara
daripada agenda politik luar negeri seperti Hasil dan Pembahasan
perang antarnegara dan pembentukan aliansi
dengan negara luar kawasan yang kerap Akomodasi ASEAN dalam Upaya
ditulis oleh para realis (Busse, 1999: 39).14 Penyelesaian Sengketa
Dalam lingkup konstruktivis tersebut, tulisan Pada bagian ini, penulis membahas
ini berusaha menganalisis peran norma cara-cara yang ditempuh oleh negara-negara
ASEAN dalam penyelesaian sengketa LTS. ASEAN dalam menyelesaikan sengketa
Menurut Yukawa, ASEAN Way LTS. Dengan adanya Singapura, Indonesia,
merupakan “a set of rules of the ASEAN Jepang, Amerika Serikat, dan Rusia yang
centered on the principle of non-interference memiliki kepentingan cukup besar, selain
and consensus decision-making”.15 enam negara pengklaim utama, dialog di
Pernyataan itu sejalan dengan Katsumata tingkat regional untuk pengembangan
yang melihat ASEAN Way sebagai “a set of pembicaraan sengketa LTS agaknya tidak
diplomatic norms shared by the member bisa dihindarkan. Tensi atau dinamika
[states]”.16 Sementara itu, Iwao Fujisawa konflik yang bisa sewaktu-waktu memanas
menggarisbawahi ASEAN Way sebagai harus coba diselesaikan dengan cara-cara
proses pengambilan keputusan yang lebih yang damai. Tentu saja ASEAN harus
mengutamakan konsultasi dan konsensus di mengambil peran dalam masalah ini. Penulis
antara para anggotanya. 17 Dengan ASEAN memaparkan bagaimana ASEAN
Way, negara-negara anggota memilih mengakomodasi dialog-dialog di tengah
interaksi dan kerja sama regional yang dinamika konflik LTS. ASEAN sebagai
berdasar atas informalitas, proses konsensus, organisasi regional di kawasan Asia
dan tawar-menawar dengan cara non- Tenggara tentu tidak tinggal diam.
konfrontasi ketimbang cara-cara Setidaknya ada beberapa kepentingan bagi
ASEAN dalam menyelesaikan sengketa
14 LCS.19 Pertama, ASEAN memiliki
Busse, “Constructivism,” 39.
15
Taku Yukawa, “The ASEAN Way as a symbol: an
18
analysis of discourses on the ASEAN Norms,” The Agus Haryanto dan Isman Pasha, Diplomasi
Pacific Review 31, no. 3 (2018): 298. Indonesia: Realitas dan Prospek (Yogyakarta:
16
Hiro Katsumata, “Reconstruction of Diplomatic Pustaka Ilmu, 2016), 208-214.
19
Norms in Southeast Asia: The Case for Strict Claudia Conchita Renyoet, “Diplomasi Informal
Adherence to the ASEAN Way,” Contemporary sebagai Pendekatan dalam Proses Penyelesaian
Southeast Asia 25, no. 1 (2003): 104. Konflik Laut Cina Selatan” (Tesis. Yogyakarta:
17
Fujisawa, “The Use and Abuse,” 2. Universitas Gadjah, 2012), 61.

Andalas Journal of International Studies| Vol 8 No 1 May 2019 48


DOI: https://doi.org/10.25077/ajis.8.1.43-61.2019
Arief Bakhtiar Darmawan, Hestutomo Restu Kuncoro | Penggunaan ASEAN Way
dalam Upaya Penyelesaian
Sengketa Laut Tiongkok Selatan:
Sebuah Catatan Keberhasilan?

kepentingan untuk menjaga stabilitas damai antarnegara ASEAN dengan cara-cara


hubungan negara-negara anggota. Kedua, Asia Tenggara (yang kemudian sering
wilayah yang sangat strategis seperti LTS disebut “ASEAN Way”) tanpa campur
membuat ASEAN harus selalu waspada tangan pihak luar, yaitu pada ayat 13-17.21
mengenai berbagai potensi konflik di Meskipun TAC masih memiliki sifat
kawasan, karena dikhawatirkan longgar, di mana pihak yang bersengketa
memengaruhi perkembangan ekonomi tidak terlalu terikat untuk menerima adanya
kawasan. Ketiga, masalah LTS menjadi mediasi, TAC merupakan langkah maju
pembuktian apakah ASEAN merupakan dalam realisasi ZOPFAN. Dua deklarasi
organisasi regional yang solid atau tidak. keamanan di atas merupakan dua dasar atau
Upaya-upaya ASEAN dan negara- prinsip yang akan selalu dipakai ASEAN,
negara Asia Tenggara untuk menyelesaikan terutama dalam menyelesaikan masalah
masalah keamanan, terutama yang berkaitan keamanan seperti LTS. Dalam dokumen
dengan LTS, adalah sebagai berikut: TAC, misalnya, kemudian dirumuskan enam
Pertama, melalui deklarasi-deklarasi prinsip yang harus dihormati para
keamanan. Pada tahun 1971, negara-negara penandatangan Bali Concord I. Prinsip-
ASEAN menandatangani sebuah deklarasi prinsip tersebut ada dalam pasal 2 TAC: (1)
mengenai kawasan damai, bebas, dan netral saling menghormati kemerdekaan,
(Zone of Peace, Freedom, and Neutrality) kedaulatan, persamaan derajat, integritas
atau ZOPFAN di Kuala Lumpur. Deklarasi teritorial, dan identitas nasional semua
ini merupakan komitmen politik dan bangsa; (2) hak masing-masing negara untuk
kerjasama politik dan keamanan ASEAN hidup bebas dari campur tangan, subversi,
untuk pertama kalinya dalam sejarah atau paksaan; (3) tidak mencampuri urusan
ASEAN. Konsep ZOPFAN inilah yang dalam negeri negara lain; (4) penyelesaian
mengatur hubungan antarnegara di Asia sengketa dengan cara-cara damai; (5)
Tenggara maupun antara negara-negara berjanji untuk tidak melakukan ancaman atau
ASEAN dengan negara lain di luar kawasan. menggunakan kekerasan; serta (6)
Titik penekanan ZOPFAN ada pada mengadakan kerjasama efektif di kalangan
“kesepakatan untuk menerima berbagai ASEAN.22
langkah dan sikap untuk saling menahan Pada tahun 2002, ASEAN dan
diri”.20 Selanjutnya, pada tahun 1976, Tiongkok berhasil menandatangani
ASEAN menandatangani dokumen Declaration on the Conduct of Parties in
Declaration of ASEAN Concord atau yang South China Sea yang merupakan deklarasi
sering disebut dengan Bali Concord I dan Tata Berperilaku di sekitar kawasan LCS.
Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama atau Pada tahun 2005, dalam rangka
Treaty of Amity and Cooperation (TAC). melaksanakan pengimplementasian dari
Dalam Bali Concord I dan TAC inilah Declaration on the Conduct of Parties in
tercantum komitmen dan penyelesaian secara South China Sea (DOC), ASEAN-Tiongkok
melakukan Joint Working Group dan
20
Hasjim Djalal, et al., Usaha-Usaha Mengalihkan menghasilkan kesepakatan bahwa kedua
Potensi Konflik di Laut Cina Selatan Menjadi Potensi belah pihak, baik ASEAN maupun
Kerjasama, Proyek Penelitian dan Pengembangan
Politik Luar Negeri Yayasan Pusat Studi Asia
21
Tenggara dengan Badan Penelitian dan ASEAN, Handbook of Selected ASEAN Political
Pengembangan Departemen Luar Negeri Republik Documents (Jakarta: ASEAN Secretariat, 2003), 25-
Indonesia (Jakarta: Yayasan Pusat Studi Asia 27.
22
Tenggara, 1995), 25. ASEAN, Handbook of Selected ASEAN, 22.

Andalas Journal of International Studies| Vol 8 No 1 May 2019 49


DOI: https://doi.org/10.25077/ajis.8.1.43-61.2019
Arief Bakhtiar Darmawan, Hestutomo Restu Kuncoro | Penggunaan ASEAN Way
dalam Upaya Penyelesaian
Sengketa Laut Tiongkok Selatan:
Sebuah Catatan Keberhasilan?

Tiongkok, akan berkomitmen menjaga KTT ASEAN ke-11 di Singapura, Tiongkok


perdamaian dan stabilitas di kawasan LTS. menandatangani beberapa kesepakatan
Beberapa kelanjutan pertemuan dari dengan ASEAN di bidang politik dan
kelompok kerja gabungan tersebut terus keamanan, antara lain “MoU between the
dilakukan. Pada 16-17 April 2010, misalnya, Government of the Member Countries of the
dilakukan ASEAN-China Joint Working Association of Southest Asian Nations
Group Meeting on the Implementation of the (ASEAN) and the Government of the
DoC yang diselenggarakan di Hanoi, people’s Republic of China on Cooperation
Vietnam. Pertemuan ini menyepakati bahwa in the field of non-traditional security issues
(1) DOC tetap dan akan selalu menjadi salah dan the declaration on the Condust of
satu dokumen yang signifikan bagi ASEAN Parties in the South China Sea (DoC)”
dan Tiongkok, (2) implementasi dari DOC sebagai confidence-building measures antara
penting bagi perdamaian dan stabilitas baik pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
di wilayah LTS maupun ASEAN, (3) kendati penyelesaian ketegangan di LTS.24
DOC dan Draft Guidelines akan melalui Pada pertemuan KTT ASEAN ke-17
observasi lebih, para pihak harus terus yang diselenggarakan pada 30 Oktober 2010
menghormati setiap aspek yang terkandung di Hanoi, Vietnam, kembali membahas
pada DOC. Pada tanggal 21-22 Desember masalah DOC. Dalam pertemuan itu
2010, kembali diadakan ASEAN-China Joint disepakati langkah-langkah terkait
Working Group Meeting on the implementasi DOC, diantaranya sebagai
Implementation of the DOC di Kunming. berikut: (1) masalah teritorial harus
Dalam pertemuan tersebut, Tiongkok diselesaikan oleh negara-negara yang
menyampaikan adanya perbedaan bersangkutan dengan cara damai berdasarkan
pemahaman terhadap DoC dan draft hukum internasional dan UNCLOS 1982; (2)
Guidelines di antara Tiongkok dan beberapa pentingnya tercipta keamanan dan prinsip
anggota ASEAN. Pada tanggal 17-19 April kebebasan navigasi di LTS mengingat
2011, kembali diadakan pertemuan ke-6 kawasan tersebut merupakan jalur pelayaran
ASEAN-China Joint Working Group on the penting atau Sea Lane of Communication
Implementation of the Declaration on the (SLOC); (3) memanfaatkan mekanisme
Conduct of Parties in the South China Sea regional dalam membangun saling percaya
(DOC) yang diselenggarakan di Medan dan dalam isu tersebut dengan pengimplementasi
diketuai oleh Vietnam dan Tiongkok.23 dari DOC serta mengupayakan tersusunnya
Kedua, melalui KTT ASEAN dan Code of Conduct in the South China Sea
pertemuan menteri luar negeri. Masalah (COC) (ASEAN, 2012c).25
sengketa LTS beberapa kali dilakukan dalam Pada KTT ASEAN ke-19 di Bali pada
KTT ASEAN. Pada tahun 1995, KTT 17-19 November 2011, menghasilkan Bali
ASEAN V menghasilkan traktat mengenai Concord III dimana terdapat 9 kesepakatan
kawasan bebas senjata nuklir di Asia
Tenggara (Treaty on South East Asia Zone- 24
ASEAN, Chairman’s Statement of the 11th ASEAN-
Nuclear Free Zone). Hal ini sangat penting China Summit Singapore, 20 November 2007,
untuk mencegah perang yang lebih buruk di http://asean.org/?static_post=chairman-s-statement-
masa depan. Pada November 2007, dalam of-the-11th-asean-china-summit-singapore-20-
november-2007 (diakses pada 4 Desember 2018).
25
ASEAN, Chairman’s Statement of the 17th ASEAN
23
Deplu RI, Hubungan Kemitraan ASEAN-China Summit, http://asean.org/?static_post=chairman-s-
(Jakarta: Departemen Luar Negeri Republik statement-of-the-17th-asean-summit (diakses pada 4
Indonesia, 2011), 22. Desember 2018).

Andalas Journal of International Studies| Vol 8 No 1 May 2019 50


DOI: https://doi.org/10.25077/ajis.8.1.43-61.2019
Arief Bakhtiar Darmawan, Hestutomo Restu Kuncoro | Penggunaan ASEAN Way
dalam Upaya Penyelesaian
Sengketa Laut Tiongkok Selatan:
Sebuah Catatan Keberhasilan?

di bidang politik dan keamanan, bidang sembilan tahun tanpa hasil. Pertemuan
ekonomi, dan bidang sosial budaya. Di tersebut juga membahas mengenai
bidang politik dan keamanan, Bali Concord implementasian DOC oleh ASEAN dan
III memberi fokus, diantaranya, pada Tiongkok secara bersama-sama agar dapat
penyelesaian konflik kawasan.26 Sebagai menciptakan stabilitas di kawasan LTS. Pada
tindak lanjut atas disepakatinya guidelines bulan Juli 2011, Pertemuan Tingkat Menteri
dari DOC, pembahasan isu LTS di ASEAN Luar Negeri ASEAN+3, dilakukannya
telah mengarah pada upaya identifikasi penandatanganan penegasan komitmen
proyek-proyek kerja sama ASEAN- tentang DOC oleh semua negara yang
Tiongkok di kawasan tersebut. KTT ASEAN bersengketa. Penegasan tersebut terdiri dari
ke-22 di Bandar Seri Begawan, Brunei, pada delapan poin, diantaranya semua pihak yang
24 April 2013 juga kembali membicarakan berseteru dalam masalah LTS harus tetap
masalah LTS. Dalam pertemuan tersebut, melanjutkan dialog agar terhindar dari
negara-negara ASEAN berusaha mengajak konflik terbuka. Selain itu, setiap keputusan
Tiongkok untuk menyetujui code of conduct yang diambil untuk mengatasi konflik
(COC) atau tata berperilaku dalam tersebut, harus melalui konsensus dan
penyelesaian masalah di LTS.27 dilaporkan setiap tahun pada pertemuan
Tidak hanya dalam KTT ASEAN, isu tingkat menteri ASEAN-Tiongkok.29 Pada
LTS turut dibahas dalam Pertemuan Menteri bulan Agustus 2018, para menteri luar negeri
Luar Negeri ASEAN. Pada tahun 1992, negara ASEAN dan Tiongkok menyetujui
Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN di draf tunggal teks negosiasi tata berperilaku
Manila menghasilkan ASEAN Declaration di LTS. Untuk menjadi tata berperilaku yang
on the South China Sea yang menegaskan lebih mengikat, draf tunggal ini merupakan
“necessity to resolve all sovereignty and kemajuan yang sangat berarti bagi ASEAN
jurisdictional issues pertaining to the South dan Tiongkok.
China Sea by peaceful means, without resort Ketiga, melalui ASEAN Regional
to force”, dan keinginan “all parties Forum (ARF). ARF dibentuk pada tahun
concerned to exercise restraint”.28 Pertemuan 1994. Forum ini dibentuk setelah disepakati
Menteri Luar Negeri ASEAN (AMM Retret) oleh para pemerintah negara-negara ASEAN
pada 16-17 Januari 2011 membahas isu-isu dalam Pertemuan Menteri ASEAN yang
kawasan dan internasional yang menjadi diselenggarakan pada 23-25 Juli 1993.
perhatian bersama ASEAN. Dalam Pertemuan ARF pertama kali dilangsungkan
pembahasan isu LTS, pertemuan di Bangkok pada 25 Juli 1994.30 Masalah
berpandangan bahwa perlu adanya LCS tepat dibahas dalam ARF karena hal ini
percepatan dalam proses finalisasi guidelines sesuai dengan tujuan ARF dibentuk, yaitu
karena negosiasi sudah berjalan selama “to foster constructive dialogue and
consultation on political and security issues
26 of common interest and concern” dan “to
ASEAN, Bali Declaration on ASEAN Community
in a Global Community of Nations “Bali Concord III” make significant contributions to efforts
(Jakarta: ASEAN Secretariat, 2011). towards confidence-building and preventive
27
ASEAN, Chairman’s Statement of the 16th ASEAN-
China Summit (Bandar Seri Begawan: Brunei
29
Darussalam, 2013). ASEAN, ASEAN Plus Three Documents Series
28
Amitav Acharya, Constructing a Security 2011-2015 (Jakarta: The ASEAN Secretariat, 2016).
30
Community in Southeast Asia: ASEAN and The Kemlu RI, “ASEAN: Selayang Pandang,”
Problem of Regional Order, 2nd ed (New York: https://www.kemlu.go.id/Documents/ASEAN/ASP_2
Routledge, 2009), 134. 012_Edisi_20.pdf (diakses pada 4 Desember 2018).

Andalas Journal of International Studies| Vol 8 No 1 May 2019 51


DOI: https://doi.org/10.25077/ajis.8.1.43-61.2019
Arief Bakhtiar Darmawan, Hestutomo Restu Kuncoro | Penggunaan ASEAN Way
dalam Upaya Penyelesaian
Sengketa Laut Tiongkok Selatan:
Sebuah Catatan Keberhasilan?

diplomacy in the Asia-Pacific region”.31 beberapa kesepakatan antara ASEAN dan


Proses kerjasama dalam ARF terbagi atas 3 Tiongkok mengenai komitmen dalam
tahap yaitu tahap Confidence Building pelaksanaan DOC para pihak di LTS.35
Measures (CBMs), Preventive Diplomacy Keempat, melalui pertemuan informal
(PD) dan Conflict Resolution (CR). Mengapa Managing Potential Conflicts in the South
pembicaraan dalam ARF menjadi penting? China Sea (MPCSCS). MPCSCS merupakan
Sebab isu LTS melibatkan banyak pihak, pertemuan informal yang digagas oleh
terutama yang berkaitan dengan kebebasan Indonesia dan didanai oleh Kanada pada
navigasi di wilayah tersebut. Pihak-pihak tahun 1989. Pertemuan ini bertujuan “to
yang tidak terlibat klaim langsung pun promote peace, stability, and cooperation in
berkepentingan dalam mencari penjelasan the South China Sea”. Jadi, ada dua target
dan perkembangan mengenai isu LTS. utama, yaitu belajar bagaimana cara bekerja
Dalam perkembangan ARF kemudian, sama dan bagaimana mengimplementasikan
hadir berbagai negara besar seperti Amerika kerja sama itu.36 Pertemuan pertama
Serikat, Rusia, dan India, yang dilandasi MPCSCS tahun 1990 hanya dihadiri oleh
berbagai kepentingan. AS, misalnya, enam negara ASEAN. MPCSCS kemudian
menyatakan bahwa mereka ingin Indo- berlangsung tiap tahun dan dihadiri oleh
Pacific sebagai kawasan yang terbuka seluruh anggota ASEAN, ditambah
dengan meliputi “peaceful resolution of Tiongkok dan Taiwan. Materi yang terus
territorial and maritime disputes”.32 Hanya berjalan dengan baik adalah pembicaraan
saja, Tiongkok enggan membicarakan mengenai penelitian kelautan, seperti
masalah LTS ini lebih jauh dalam ekspedisi biodiversitas (tahun 2002),
perundingan multilateral seperti ARF. Pada pelatihan sains dan teknologi kelautan di
pertemuan ARF di Brunei tahun 1995, juru LTS (2009), serta kerja sama menghadapi
bicara Menteri Luar Negeri Tiongkok perubahan iklim global (2011). Meski
mengatakan bahwa Tiongkok “menolak demikian, diskusi mengenai isu teritorial dan
peran ARF dalam mendiskusikan masalah kedaulatan dalam politik dan keamanan
ini”.33 Karena terlalu banyak kekuatan besar masih tersendat karena beberapa pihak
luar kawasan yang terlibat di dalamnya, menolak untuk membicarakan hal tersebut.
Hasjim Djalal mengamati bahwa upaya ARF Namun, diskusi dalam MPCSCS diharapkan
dalam isu LTS cenderung berjalan tidak membawa saling pengertian di antara para
terlalu efektif.34 Meski demikian, isu LTS negara-negara untuk menjaga kawasan LTS
terus masuk dalam ARF, Pembicaraan agar tetap damai dan stabil. Seiring
penting dalam ARF mengenai LTS berjalannya waktu, pusat-pusat penelitian
diantaranya ada pada ARF ke-18 di Bali dan kelompok-kelompok akademisi dari
pada Juli 2011. Pertemuan itu menghasilkan berbagai negara semakin terlibat dalam
31
inisiatif informal ini, seperti akademisi
ASEAN, “About The ASEAN Regional Forum,”
aseanregionalforum.asean.org/about.html (diakses
pada 4 Desember 2018).
32
Michael R. Pompeo, Remarks on "America's Indo-
Pacific Economic Vision" (Washington, D.C.: US
35
Department of State, 2018). Ernest Bower, “18th ASEAN Regional Forum in
33
Acharya, “Constructing a Security Community.” Bali, Indonesia,” Center for Strategic & International
34
Hasjim Djalal, “Managing Potential Conflicts in the Studies, 1 Agustus 2011,
South China Sea: Lessons Learned,” dalam Maritime https://www.csis.org/analysis/18th-asean-regional-
Regime Building, Mark J Valencia (Ed.) (Britain: forum-bali-indonesia (diakses 4 Desember 2018).
36
Kluwer Law International, 2001), 88. Djalal, “Managing Potential Conflicts,” 89-90.

Andalas Journal of International Studies| Vol 8 No 1 May 2019 52


DOI: https://doi.org/10.25077/ajis.8.1.43-61.2019
Arief Bakhtiar Darmawan, Hestutomo Restu Kuncoro | Penggunaan ASEAN Way
dalam Upaya Penyelesaian
Sengketa Laut Tiongkok Selatan:
Sebuah Catatan Keberhasilan?

Tiongkok, Vietnam, Malaysia, Singapura, melakukan proses interaksi dan kerja sama
Taiwan, dan lain sebagainya.37 yang berdasar atas non-intervensi,
informalitas, pembuatan keputusan secara
Penggunaan ASEAN Way konsensus, dan perilaku non-konfrontasi.
ASEAN memiliki seperangkat aturan Dalam isu LTS, proses pembuatan keputusan
main dalam hubungan antarnegara di dengan cara-cara ASEAN (ASEAN Way)
kawasan Asia Tenggara yang sering disebut membantu negara-negara Asia Tenggara dan
dengan ASEAN Way. ASEAN Way kawasan sekitarnya untuk saling
merupakan norma-norma yang melekat pada menghormati satu sama lain dan
institusi dengan menekankan prinsip non- menghasilkan perdamaian di kawasan.
intervensi yang menghormati kedaulatan Pembicaraan mengenai norma ASEAN
negara lain serta menggunakan pendekatan tidak lepas dari sejarah awal pembentukan
konsultasi dan konsensus dalam interaksi ASEAN sekitar pertengahan 1960-an yang
penyelesaian isu di kawasan daripada membutuhkan standar untuk menghormati
penggunaan cara-cara konfrontasi/ kedaulatan masing-masing negara. Prinsip
kekerasan. Walter Woon menyatakan bahwa ASEAN mengenai non-intervensi memiliki
ada tiga aspek penting dalam ASEAN Way.38 konteks eksternal dan internal.40 Konteks
Pertama, hasrat untuk tidak kehilangan muka eksternal waktu itu merujuk pada kekuatan
atau membuat negara lain kehilangan muka. luar kawasan, terutama AS dan Rusia.
Kedua, memilih konsensus daripada Negara-negara mula anggota ASEAN
konfrontasi. Ketiga, penolakan terhadap kecuali Thailand merupakan negara
gagasan bahwa suatu negara memiliki hak berkembang yang baru merdeka pasca-
untuk mencampuri urusan internal negara Perang Dunia II dan tidak ingin kolonialisasi
lain. Sementara menurut Acharya, tata Barat hadir kembali di Asia Tenggara. Oleh
perilaku ASEAN Way ditunjukkan dengan karena itu, intervensi dari negara besar masih
cara: (1) kepatuhan terhadap cara-cara non- menjadi perhatian penting negara para
intervensi, non-kekerasan, dan resolusi pendiri ASEAN, baik intervensi dalam
perdamaian dalam konflik; (2) politik domestik maupun integritas teritorial.
mempromosikan otonomi regional dan Secara bersamaan, konteks internal merujuk
kolektivitas; (3) penolakan pakta militer pada sikap saling respek terhadap kedaulatan
multilateral; dan (4) preferensi pada norma terhadap masing-masing anggota ASEAN.
sosio-kultural yang berdasarkan konsultasi Dengan demikian, negara-negara anggota
informal dan konsensus daripada norma ASEAN yang baru merdeka ini bisa fokus
legal-rasional dalam pembuatan keputusan.39 dalam pembangunan ekonomi domestik.
Dengan demikian, penulis menggarisbawahi Kemunculan prinsip tersebut
ASEAN Way sebagai kecenderungan ASEAN kemudian dinyatakan dalam dua dokumen
dan negara-negara Asia Tenggara untuk ASEAN yang paling dasar dan penting, yaitu
Bali Concord I dan TAC yang
37
Hasjim Djalal, “South China Sea: Contribution of ditandatangani di hari yang sama pada tahun
2nd Track Diplomacy/Workshop Process to 1976. Dalam dokumen-dokumen tersebut
Progressive Development of Regional Peace and negara-negara ASEAN menyatakan untuk
Cooperation,” dipresentasikan di Manila, Filipina, 16- selalu mengandalkan proses penyelesaian
17 Oktober 2011. secara damai di antara perbedaan-perbedaan
38
Walter Woon, Dispute Settlement the ASEAN Way
(Singapore: Center for International Law, 2012), 1. internal kawasan, mempromosikan kerja
39
Acharya, Constructing a Security Community, 48-
40
72. Yukawa, “The ASEAN Way,” 2.

Andalas Journal of International Studies| Vol 8 No 1 May 2019 53


DOI: https://doi.org/10.25077/ajis.8.1.43-61.2019
Arief Bakhtiar Darmawan, Hestutomo Restu Kuncoro | Penggunaan ASEAN Way
dalam Upaya Penyelesaian
Sengketa Laut Tiongkok Selatan:
Sebuah Catatan Keberhasilan?

sama damai, serta mengembangkan maupun Southeast Asia Treaty Organization


kesadaran dan penghormatan terhadap (SEATO, 1954-1977). ASEAN juga tidak
sesama sesuai prinsip persamaan kedaulatan mencoba meniru model integrasi Uni Eropa.
dan non-intervensi. Para pemimpin negara- Para pemimpin ASEAN lebih cenderung
negara anggota ASEAN sendiri mencatat membentuk organisasi regional berbasis
bahwa ASEAN Way merupakan norma yang norma yang bersandar pada “the route of
telah menjadi dasar pijakan di Asia informality, of eschewing legal formulations
Tenggara. Wakil Perdana Menteri Malaysia and legally binding commitments, of
Datuk Musa Hitam menyatakan: avoiding elaborate regional, supranational
“Because of ASEAN, we have been institutions”.42 Hal inilah yang ditunjukkan
able to establish the fundamental dalam penyelesaian masalah di LTS. ASEAN
ground rules for the game of peace and Declaration on the South China Sea tahun
amity between us all. What are these 1992 menyatakan bahwa penyelesaian isu ini
fundamental ground rules? First, the harus mengacu kepada prinsip-prinsip dalam
principle of strict non-interference in TAC tahun 1976, terutama yang tercantum
each other’s internal affairs. Second, dalam pasal 2. Cara ASEAN melalui
the principle of pacific settlement of pertemuan informal terlihat dalam MPCSCS
disputes. Third, respect for each yang diinisiasi oleh Indonesia. Di sini,
other’s independence. Fourth, strict negara-negara pengklaim hadir dan
respect for the territorial integrity of membicarakan soal isu LTS bersama-sama,
each of the ASEAN states…. The meskipun tidak menyinggung isu keamanan
ASEAN states have declared these dan politik. MPCSCS membuat negara-
ground rules…we have enacted them, negara terus terlibat dalam dialog dan
we have imbibed them, and most menumbuhkan semangat kerja sama di area
important, we have acted and lived by sengketa.43
them” (Pidato Datuk Musa Hitam di Kedua, mempererat relasi di antara
Honolulu, 29 Oktober 1985).41 negara-negara kawasan, baik yang terlibat
langsung maupun tidak, melalui berbagai
Dengan melakukan analisis terhadap bidang, misalnya ekonomi, sosial, sains, atau
akomodasi ASEAN dan negara-negara Asia kultural. Hal inilah yang tercantum sejak
Tenggara di atas, penulis mengamati tahun 1976 dalam Bali Concord I ketika lima
beberapa indikasi penerapan ASEAN Way negara ASEAN secara eksplisit mengingkari
dalam menghadapi masalah LTS. Pertama, tujuan kerja sama keamanan dan menyatakan
ASEAN dan beberapa negara Asia Tenggara fokus pada kerja sama ekonomi, sosial,
mengadakan pertemuan-pertemuan sebagai kultural, teknikal, pendidikan, dan saintifik.
sarana mutual understanding. Sejak awal, Hal itu berlanjut dalam ASEAN Declaration
ASEAN secara eksplisit menolak on the South China Sea tahun 1992.
pembentukan pakta militer dan lebih fokus Deklarasi tersebut menyatakan bahwa
pada dialog, konsultasi, dan pertemuan menteri-menteri ASEAN sepakat untuk
informal. Perkembangan ASEAN tidak mengeksplorasi
mengarah pada kerja sama keamanan
kolektif seperti North Atlantic Treaty
Organization (NATO, 1949-sekarang) 42
Rudolfo Severino, Southeast Asia in Search of an
ASEAN Community (Singapore: Institute of Southeast
41
Dikutip dalam Acharya, Constructing a Security Asian Studies, 2006).
43
Community, 71. Djalal, “South China Sea.”

Andalas Journal of International Studies| Vol 8 No 1 May 2019 54


DOI: https://doi.org/10.25077/ajis.8.1.43-61.2019
Arief Bakhtiar Darmawan, Hestutomo Restu Kuncoro | Penggunaan ASEAN Way
dalam Upaya Penyelesaian
Sengketa Laut Tiongkok Selatan:
Sebuah Catatan Keberhasilan?

“the possibility of cooperation in the forum tidak memaksakan diri untuk


South China Sea relating to the safety memasukkan AS dan Jepang sebagai negara
of maritime navigation and yang aktif dalam forum pertemuan. ASEAN
communication, protection against juga pernah mencapai kata tidak sepakat
pollution of the marine environment, ketika pada tahun 2016 Kamboja menolak
coordination of search and rescue langkah ASEAN untuk menyatakan kritik
operations, efforts towards combating terhadap perilaku Tiongkok atas klaimnya di
piracy and armed robbery as well as LTS.47 Meskipun hanya satu negara yang
collaboration in the campaign against menolak, ASEAN tetap tidak bisa
illicit trafficking in drugs”.44 memasukkan kritik terhadap Tiongkok
dalam pernyataan bersama atas dasar
Pernyataan itu menegaskan bahwa ASEAN pengambilan kebijakan secara konsensus.
akan lebih fokus hal-hal yang terkait dengan Dengan mencermati indikasi-indikasi
kerja sama maritim di LTS dan penanganan di atas, ASEAN Way merupakan struktur
kejahatan transnasional di kawasan. normatif yang memiliki pengaruh kuat
MPCSCS merupakan pertemuan yang dalam menyelesaikan konflik LTS.
menitikberatkan pada kerja sama di luar Pengaruh non-material dalam ASEAN Way
politik. Kerja sama para ahli berbagai negara ini kemudian menentukan cara-cara negara
dalam MPCSCS yang paling menunjukkan ASEAN dan Tiongkok ketika melakukan
kemajuan adalah bidang penelitian kelautan, tindakan-tindakan yang dalam arena
seperti ekspedisi bersama biodiversitas di hubungan internasional. Di sini agen, yaitu
Kepulauan Anambas dan penelitian pihak-pihak yang terlibat, dan struktur non-
penanganan naiknya permukaan air laut material, yaitu ASEAN Way, memiliki
sebagai dampak perubahan iklim global. hubungan yang saling mempengaruhi.
Tidak hanya itu, inisiatif informal MPCSCS ASEAN, mengacu dari berbagai dokumen
semakin mempererat dialog antarpihak di seperti TAC, mempengaruhi proses dialog
antara anggota dan bahkan memperlihatkan dan negosiasi yang berjalan, sementara
ketertarikan lembaga-lembaga riset dan pihak-pihak yang terlibat juga
kelompok akademisi dari berbagai negara menyandarkan diri pada ASEAN Way untuk
untuk bekerja sama.45 memastikan bahwa akomodasi kawasan bisa
Ketiga, menyelesaikan masalah terus berlanjut.
dengan konsensus. Memaksa negara lain
untuk melakukan suatu tindakan merupakan Catatan-catatan Keberhasilan?
hal yang dihindari dalam pendekatan Dalam melihat akomodasi kawasan
ASEAN ketika menyelesaikan masalah. terhadap isu LTS, ASEAN Way setidaknya
Konflik sebisa mungkin ditangani dengan mendorong keberhasilan dalam tiga aspek
menghormati kedaulatan dan menjunjung penting. Pertama, stabilitas kawasan LTS
tinggi prinsip non-intervensi terhadap negara yang relatif damai. Bagaimana pun, dialog-
lain.46 Ketika Tiongkok menyatakan tidak dialog yang dibangun oleh ASEAN dan
setuju jika pembicaraan mengenai LTS
47
membawa aktor luar kawasan dalam ARF, Manuel Mogato, Michael Martina, & Ben
Blanchard, “ASEAN deadlocked on South China Sea
44
ASEAN, Handbook of Selected ASEAN, 36. Cambodia blocks statement,” Reuters, 25 Juli 2016,
Rudolfo Severino, “ASEAN and the South China https://www.reuters.com/article/us-southchinasea-
Sea,” Security Challenges 6, no. 2 (2010): 41. ruling-asean/asean-deadlocked-on-south-china-sea-
45
Djalal, “South China Sea.” cambodia-blocks-statement-idUSKCN1050F6
46
Kivimäki, “The Long Peace,” 68. (diakses pada 8 Desember 2018).

Andalas Journal of International Studies| Vol 8 No 1 May 2019 55


DOI: https://doi.org/10.25077/ajis.8.1.43-61.2019
Arief Bakhtiar Darmawan, Hestutomo Restu Kuncoro | Penggunaan ASEAN Way
dalam Upaya Penyelesaian
Sengketa Laut Tiongkok Selatan:
Sebuah Catatan Keberhasilan?

negara-negara anggotanya ketika berhadapan kekuatan regional terlihat di Asia


dengan suatu konflik sangat penting daripada Tenggara.50 Pertama, kebangkitan Tiongkok.
upaya-upaya untuk menghindari konflik. Dengan kapabilitas militer yang kuat dan
Sebagai organisasi kawasan dengan banyak kekuatan ekonomi yang cukup baik,
negara yang terlibat di dalamnya, konflik Tiongkok semakin gencar melakukan
merupakan hal yang tidak bisa dihindari. peningkatan investasi di berbagai negara
Dengan memahami bahwa kesepahaman Asia Tenggara. Pada tahun 2050, Tiongkok
tidak mungkin selalu dapat terjadi dalam diperkirakan menjadi kekuatan ekonomi
segala hal, cara-cara ASEAN ketika terbesar di dunia, mengungguli AS, Jepang,
menangani isu LTS agar tidak menjadi dan Eropa. Kedua, berlanjutnya kehadiran
perang terbuka merupakan prestasi yang militer AS di kawasan. AS memiliki
penting untuk dicatat. Konsensus yang kepentingan kebebasan navigasi di LTS.
dimaksud dalam ASEAN Way bukan berarti Kehadiran dan patroli kapal militer AS
kebulatan suara, melainkan komitmen untuk seringkali menjadi sumber konfrontasi antara
menemukan cara-cara untuk terus maju AS dan Tiongkok. Sebagai contoh, pada
dengan mempertahankan apa yang secara bulan Juli 2018, Angkatan Laut AS dan
umum didukung oleh negara-negara Filipina melaporkan bahwa Tiongkok
anggota.48 Di sini, meski tidak semua negara mengusir dan mengancam kapal dan pesawat
nyaman dengan situasi yang ada, hal itu militer Filipina yang beroperasi di LTS.
tidak berpretensi untuk menganggu Meski mengetahui hal itu, Komodor AS Clay
kepentingan dasar semua pihak. Dari situ Doss mengatakan bahwa operasi militer AS
seminar informal MPCSCS, misalnya, bisa di Asia-Pasifik tidak terpengaruh oleh
lebih dipahami sebagai pertemuan dengan perilaku Tiongkok.51 Ketiga, revitalisasi
fungsi membangun komunikasi damai peran keamanan Jepang. Tensi yang dinamis
daripada sebuah solusi masalah.49 Dalam di bagian utara dan potensi konflik di bagian
ARF, isu LTS tidak mengarah pada selatan membuat Jepang melakukan
penyelesaian multilateral karena permintaan kebijakan keamanan jangka panjang yang
Tiongkok yang menganggap ARF bukan menekankan perangkat militer modern. Pada
forum yang tepat untuk mendiskusikannya. tahun 2012, Jepang untuk pertama kalinya
Begitu juga dengan masalah tata perilaku menerbitkan dokumen strategi keamanan
yang ketat (COC) di LTS tidak kunjung nasional dan panduan program pertahanan
disepakati. ASEAN melihat deklarasi tata nasional yang akan diimplementasikan
perilaku (DOC) terus dipertahankan, dengan dalam ekspansi angkatan laut dan
semua pihak sepakat bahwa pembicaraan memperkuat patroli dan kapabilitas udara
mengenai tata perilaku akan terus dilanjutkan Jepang. Sebagai konsekuensinya, Jepang
dalam forum-forum ke depan sampai melakukan kerja sama keamanan dengan
mencapai persetujuan.
Kedua, isu LTS memperlihatkan 50
Rizal Sukma, “Negara-negara Besar, Arsitektur
bahwa ASEAN mampu menyesuaikan diri Regional, dan Posisi Indonesia,” Jurnal Luar Negeri
dengan perkembangan geopolitik terkini. 26, no. 1 (2009): 47.
51
Beberapa tahun terakhir lanskap pergeseran Ryan Pickrell, “‘Leave immediately or you will
pay’: China is threatening foreign ships and planes,
48
Acharya, Constructing a Security Community, 69. but the US military isn’t changing a thing,” Business
49
Niklas Swanström, “Conflict Management and Insider, 31 Juli 2018,
Negotiation in the South China Sea: The ASEAN https://www.businessinsider.com.au/china-warns-
Way?” (Oslo: Workshop on The South China Sea foreign-ships-planes-to-steer-clear-of-its-islands-or-
Conflict, 1999), 125. pay-2018-7 (diakses pada 8 Desember 2018).

Andalas Journal of International Studies| Vol 8 No 1 May 2019 56


DOI: https://doi.org/10.25077/ajis.8.1.43-61.2019
Arief Bakhtiar Darmawan, Hestutomo Restu Kuncoro | Penggunaan ASEAN Way
dalam Upaya Penyelesaian
Sengketa Laut Tiongkok Selatan:
Sebuah Catatan Keberhasilan?

negara-negara di sekitarnya.52 Keempat, untuk membentuk badan keamanan


perkembangan India. Dengan Act East multilateral di kawasan. Ketidakmampuan
Policy (AEP), India terus mendekat secara Tiongkok dan Jepang untuk menyediakan
ekonomi dan keamanan kepada kawasan kepemimpinan yang kooperatif
Asia Tenggara. Kerja sama perdagangan dan menyebabkan ASEAN menjadi instrumen
investasi India beranjak pada kerja sama penting untuk menjadi penghubung kerja
politik dan keamanan. Oleh karena itu, India sama regional. Kedua, ASEAN mampu
memiliki kepentingan agar LTS menjadi membuat model regionalisme minimal yang
kawasan yang stabil dan kebebasan navigasi menyediakan instrumen kerja sama informal
terus terjamin. Di kawasan Asia Tenggara, yang bisa diterima oleh Tiongkok, Jepang,
India menjalin kerja sama dengan Vietnam, AS, dan negara besar luar kawasan lainnya.
AS, dan Jepang.53 Ketiga, norma-norma ASEAN sangat cocok
Untuk menyesuaikan diri dengan dengan norma yang telah ada sebelumnya,
perkembangan tersebut, ASEAN menjadi seperti Five Principles of Peaceful Co-
rekanan utama dari kawasan yang lebih besar existence yang diartikulasikan Tiongkok dan
seperti Asia Timur dan Asia-Pasifik. India pada tahun 1953 dalam kerangka
ASEAN menyediakan platform bagi aktor- Gerakan Non-Blok. Prinsip-prinsip tersebut
aktor dalam dan luar kawasan untuk yaitu saling menghormati kedaulatan
mengartikulasikan kepentingan mereka teritorial, non-agresi, non-intervensi,
dalam berbagai institusi multilateral yang keuntungan bersama, dan hidup
dipimpin ASEAN. Forum-forum pertemuan berdampingan secara damai.
tersebut, diantaranya, ARF, Pertemuan Ketiga, cara-cara ASEAN memastikan
Menteri Luar Negeri negara-negara ASEAN, bahwa Tiongkok selalu memperbarui
KTT ASEAN, serta forum informal seperti komitmen damai dan pada akhirnya
MPCSCS. Dalam bidang ekonomi, ASEAN menyepakati draf tunggal teks negoisasi tata
membentuk ASEAN+3, mengadakan perilaku di LTS. Pada tahun 1994, Direktur
pertemuan menteri pertahanan, serta East Asia Kementrian Luar Negeri Tiongkok
Asian Summit (EAS). Meski tidak menjadi Wang Yingfan dalam forum MPCSCS
badan supranasional seperti Uni Eropa yang menyatakan bahwa Tiongkok siap untuk
memiliki peraturan yang ketat dan mengikat, mengadakan kerja sama eksplorasi dan
termasuk belum adanya tata berperilaku yang setuju bahwa masalah LTS harus
mengikat di LTS, ASEAN mampu diselesaikan secara damai.55 Dalam ARF ke-
mempertahankan sentralitas atau 8 tahun 2001 di Hanoi, Menteri Luar Negeri
penghubung dalam arsitektur organisasi Tiongkok kembali menegaskan prioritas
kawasan. Kemampuan ASEAN menjadi pilihan Tiongkok untuk membangun sikap
sentral dalam menjalankan kerja sama bersahabat dengan negara tetangga.56
regional disebabkan oleh tiga hal.54 Pertama, Pernyataan damai dan bersahabat kembali
ASEAN diuntungkan oleh rivalitas di antara muncul, ketika Perdana Menteri Lie Keqiang
negara-negara besar yang mencegah mereka
55
John W. Garver, “China’s Push through the South
52
Bhubhindar Singh, “The Development of Japanese China Sea: The Interaction of Bureaucratic and
Security Policy: A Long-Term Defensive Strategy,” National Interests,” The China Quarterly, no. 132
Asia Policy, no. 19 (2015): 51-52. (1992).
53 56
Ulises Granados, “India’s Approaches to the South Thammy Evans, “The PRC’s Relationship with the
China Sea: Priorities and Balances,” Asia & the ASEAN Regional Forum: Realpolitik, Regime Theory
Pacific Policy Studies 5, no. 1 (2017): 123. or a Continuation of the Sinic Zone of Influence
54
Heng, The “ASEAN Way”, 6. System?” Modern Asian Studies 37, no. 3 (2003).

Andalas Journal of International Studies| Vol 8 No 1 May 2019 57


DOI: https://doi.org/10.25077/ajis.8.1.43-61.2019
Arief Bakhtiar Darmawan, Hestutomo Restu Kuncoro | Penggunaan ASEAN Way
dalam Upaya Penyelesaian
Sengketa Laut Tiongkok Selatan:
Sebuah Catatan Keberhasilan?

dalam East Asian Summit 2015 menyatakan Kesimpulan


bahwa “China does not want the SCS to Cara-cara ASEAN ketika menghadapi
become a source of tension for the region”. kasus kontroversial di Asia Tenggara
Tiongkok juga bersedia berbicara dengan seringkali menimbulkan banyak kritik.
negara-negara kawasan lain “to maintain the ASEAN sering dianggap kurang optimal
freedom of navigation and overflight”.57 dalam menyelesaikan persoalan besar di
Dalam hal ini, meski memiliki kelemahan kawasan. Hal itu tidak bisa dilepaskan dari
karena tidak bisa menghentikan perilaku- harapan terhadap ASEAN agar mengambil
perilaku konfrontasi yang kadang dilakukan peran multilateral yang lebih besar.
Tiongkok di LTS, ASEAN Way mendorong Dinamika regional baru yang muncul
Tiongkok untuk terus menyatakan diri bersamaan dengan isu LTS merupakan salah
mendukung proses damai dan terlibat dalam satu ujian untuk membuktikan bahwa
konsultasi mengenai isu LTS dalam forum- ASEAN merupakan organisasi yang kuat dan
forum regional maupun multilateral. Pada 3 efektif. Meskipun tidak menghasilkan
Agustus 2018, para menteri luar negeri kemajuan yang cepat dan drastis, ASEAN
negara ASEAN dan Tiongkok akhirnya dengan transformasi ASEAN Way berjalan ke
menyetujui draf tunggal teks negosiasi tata arah yang positif dalam merespon isu LTS.
berperilaku di LTS. Draf tunggal tersebut Tidak hanya itu saja, dalam perjalanan
akan menjadi dasar bagi adopsi kode tata ASEAN, ASEAN Way berpeluang untuk
berperilaku di LTS. Teks negosiasi menyesuaikan diri dengan tantangan baru.
menyebutkan bahwa TAC, yang merupakan ASEAN sebagai organisasi regional telah
sumber dokumen ASEAN Way, masih merespon perubahan kekuatan regional
merupakan pedoman penyelesaian masalah dengan tepat. Untuk langkah ke depan,
di kawasan. Oleh karena itu, draf tunggal dalam menangani konflik LTS, ASEAN
tidak menyertakan pihak ketiga di luar butuh bersatu sebagai satu unit untuk
ASEAN dan Tiongkok sebagai bernegosiasi dengan pihak luar dan
penandatangan.58 Menteri Luar Negeri membentuk sistem keamanan kolektif antara
Tiongkok Wang Yi menyatakan bahwa ASEAN dan Tiongkok. Mekanisme yang
kesepakatan draf tunggal membuktikan harus dipastikan dan dipertahankan oleh
bahwa Tiongkok dan negara-negara ASEAN ASEAN dan Tiongkok adalah desakan
mampu mempertahankan perdamaian dan Tiongkok mengenai non-intervensi dari
stabilitas di LTS dan menghasilkan aturan pihak-pihak yang tidak terlibat dan
regional bersama.59 kontinuitas sentralitas ASEAN dalam upaya
penyelesaian sengketa. ASEAN perlu untuk
terus waspada sekaligus terus mendorong
57
Martinez-Barcelon, “The ASEAN way.” penyelesaian isu LTS karena kegagalan
58
Carl Thayer, “A Closer Look at the ASEAN-China dalam mempertahankan stabilitas dalam isu
Single Draft South China Sea Code of Conduct,” The LTS akan memengaruhi kawasan yang lebih
Diplomat, 3 Agustus 2018,
https://thediplomat.com/2018/08/a-closer-look-at-the- luas selain Asia Tenggara, misalnya kawasan
asean-china-single-draft-south-china-sea-code-of- Asia Timur dan Asia-Pasifik.
conduct/ (diakses 10 Desember 2018). .
59
MOFA of the PRC, “Wang Yi: The Agreement of
the Single Draft Negotiating Text of the Code of
Conduct (COC) in the South China Sea Proves that
China and the Countries of the Association of
Southeast Asian Nations (ASEAN) Are Capable of https://www.fmprc.gov.cn/mfa_eng/zxxx_662805/t15
Reaching Regional Rules Adhered to by All,” 83333.shtml (diakses pada 20 Desember 2018).

Andalas Journal of International Studies| Vol 8 No 1 May 2019 58


DOI: https://doi.org/10.25077/ajis.8.1.43-61.2019
Robertua & Sigalingging | Indonesia Environmental Diplomacy Reformed

DAFTAR PUSTAKA

Acharya, Amitav. Constructing a Security Community in Southeast Asia: ASEAN and The
Problem of Regional Order, 2nd ed. New York: Routledge, 2009.
ASEAN. ASEAN Plus Three Documents Series 2011-2015. Jakarta: The ASEAN Secretariat,
2016.
ASEAN. Chairman’s Statement of the 16th ASEAN-China Summit. Bandar Seri Begawan,
Brunei Darussalam, 2013b.
ASEAN. Bali Declaration on ASEAN Community in a Global Community of Nations “Bali
Concord III”. Jakarta: ASEAN Secretariat, 2011.
ASEAN. Handbook of Selected ASEAN Political Documents. Jakarta: ASEAN Secretariat,
2003.
ASEAN. “About The ASEAN Regional Forum.” aseanregionalforum.asean.org/about.html
(diakses pada 2 Januari 2019).
ASEAN. “Declaration of ASEAN Concord, Bali, Indonesia, 24 February 1976.”
http://asean.org/?static_post=declaration-of-asean-concord-indonesia-24-february-1976
(diakses pada 2 Januari 2019).
ASEAN. “Chairman’s Statement of the 11th ASEAN-China Summit Singapore, 20
November 2007.” http://asean.org/?static_post=chairman-s-statement-of-the-11th-
asean-china-summit-singapore-20-november-2007 (diakses pada 2 Januari 2019).
ASEAN. “Chairman’s Statement of the 17th ASEAN Summit.”
http://asean.org/?static_post=chairman-s-statement-of-the-17th-asean-summit (diakses
pada 2 Januari 2019).
BBC.“ Klaim Cina di Laut Cina Selatan 'tak punya landasan hukum'”. BBC News, 12 Juli
2016.
https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/07/160712_dunia_putusan_lautcinaselatan
(diakses pada 4 Mei 2019).
Beeson, Mark. “What’s the point of Asean?” Asia Times, 1 Mei 2017.
http://www.atimes.com/whats-point-asean/ (diakses pada 29 Desember 2018).
Bower, Ernest. “18th ASEAN Regional Forum in Bali, Indonesia.” Center for Strategic &
International Studies, 1 Agustus 2011. https://www.csis.org/analysis/18th-asean-
regional-forum-bali-indonesia (diakses pada 29 Desember 2018).
Busse, Niklas. “Constructivism and Southeast Asian security.” The Pacific Review 12, no. 1
(1999): 39-60.
Caballero-Anthony, Mely. “Mechanism of Dispute Settlement: The ASEAN Experience.”
Contemporary Southeast Asia, 20, no. 1 (1998): 38-66.
Darmawan, Arief Bakhtiar & Mahendra, Lady. “Isu Laut Tiongkok Selatan: Negara-negara
ASEAN Terbelah Menghadapi Tiongkok.” Jurnal Global & Strategis 12, no. 1 (2018):
79-100.
Deplu RI. Hubungan Kemitraan ASEAN-China. Jakarta: Departemen Luar Negeri Republik
Indonesia, 2011.
Djalal, Hasjim. “South China Sea: Contribution of 2nd Track Diplomacy/Workshop Process
to Progressive Development of Regional Peace and Cooperation.” Manila, Filipina, 16-
17 Oktober 2011.
Djalal, Hasjim. “Managing Potential Conflicts in the South China Sea: Lessons Learned,”
dalam Maritime Regime Building, diedit oleh Mark J. Valencia, 87-92. Britain: Kluwer
Law International, 2001.
Djalal, Hasjim, et.al. “Usaha-Usaha Mengalihkan Potensi Konflik di Laut Cina Selatan
Menjadi Potensi Kerjasama.” Proyek Penelitian dan Pengembangan Politik Luar

Andalas Journal of International Studies| Vol X No XMonth Year 59


Arief Bakhtiar Darmawan, Hestutomo Restu Kuncoro | Penggunaan ASEAN Way
dalam Upaya Penyelesaian
Sengketa Laut Tiongkok Selatan:
Sebuah Catatan Keberhasilan?

Negeri Yayasan Pusat Studi Asia Tenggara dengan Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, Jakarta: Yayasan Pusat
Studi Asia Tenggara, 1995.
Evans, Thammy. “The PRC’s Relationship with the ASEAN Regional Forum: Realpolitik,
Regime Theory or a Continuation of the Sinic Zone of Influence System?” Modern
Asian Studies 37, no. 3 (2003): 737-763.
Firman, Tony. “Disfungsi ASEAN dan Kegagapannya Merangkul Asia Tenggara.” Tirto.id, 8
Agustus 2018. https://tirto.id/disfungsi-asean-dan-kegagapannya-merangkul-asia-
tenggara-cP9S (diakses pada 29 Desember 2018).
Fujisawa, Iwao. “The Use and Abuse of the “ASEAN Way”.” Discussion Papers, Chiba:
Center for Relational Studies on Global Crises, Chiba University, 2017.
Garver, John W. “China’s Push through the South China Sea: The Interaction of Bureaucratic
and National Interests.” The China Quarterly, no. 132 (1992): 999-1028.
Goh, Gillian. “The ‘ASEAN Way’ Non-Intervention and ASEAN’s Role in Conflict
Management.” Stanford Journal of East Asian Affairs 3, no. 1 (2003): 113-118.
Granados, Ulises. “India’s Approaches to the South China Sea: Priorities and Balances.” Asia
& the Pacific Policy Studies 5, no. 1 (2017): 122-137.
Haryanto, Agus. & Pasha, Isman. Diplomasi Indonesia: Realitas dan Prospek. Yogyakarta:
Pustaka Ilmu, 2016.
Heng, Pek Koon. “The “ASEAN Way” and Regional Security Cooperation in the South
China Sea.” European University Institute (EUI) Working Paper: Robert Schuman
Centre for Advanced Studies, 2014.
Jennings, Ralph. “Four Countries Plan Resistance to China in a Disputed Asian Sea.” VoA
News, 5 Februari 2018. https://www.voanews.com/a/countries-push-for-joint-naval-
exercises-in-south-china-sea/4239171.html (diakses pada 30 Desember 2018).
Katsumata, Hiro. “Reconstruction of Diplomatic Norms in Southeast Asia: The Case for
Strict Adherence to the ASEAN Way.” Contemporary Southeast Asia: A Journal of
International and Strategic Affairs 25, no. 1 (2003): 104-121.
Kemlu RI. ASEAN: Selayang Pandang.
https://www.kemlu.go.id/Documents/ASEAN/ASP_2012_Edisi_20.pdf.
Kivimäki, Timo. “The Long Peace of ASEAN.” Journal of Peace Research 38, no. 1 (2001):
5-25.
Martinez-Barcelon, Aleja. “The ASEAN way in the South China Sea disputes.” PacNet
57(A), Hawai: Pacific Forum CSIS, 2016. https://www.csis.org/analysis/pacnet-57a-
asean-way-south-china-sea-disputes (diakses pada 30 Desember 2018).
MOFA of the PRC. Wang Yi: The Agreement of the Single Draft Negotiating Text of the
Code of Conduct (COC) in the South China Sea Proves that China and the Countries
of the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Are Capable of Reaching
Regional Rules Adhered to by All.
https://www.fmprc.gov.cn/mfa_eng/zxxx_662805/t1583333.shtml (diakses pada 30
Desember 2018).
Mogato, Manuel, Martina, Michael, & Blanchard, Ben. “ASEAN deadlocked on South China
Sea, Cambodia blocks statement.” Reuters, 25 Juli 2016.
https://www.reuters.com/article/us-southchinasea-ruling-asean/asean-deadlocked-on-

Andalas Journal of International Studies| Vol 8 No 1 May 2019 60


DOI: https://doi.org/10.25077/ajis.8.1.43-61.2019
Arief Bakhtiar Darmawan, Hestutomo Restu Kuncoro | Penggunaan ASEAN Way
dalam Upaya Penyelesaian
Sengketa Laut Tiongkok Selatan:
Sebuah Catatan Keberhasilan?

south-china-sea-cambodia-blocks-statement-idUSKCN1050F6 (diakses pada 2 Januari


2019).
Pickrell, Ryan. “‘Leave immediately or you will pay’: China is threatening foreign ships and
planes, but the US military isn’t changing a thing.” Business Insider, 31 Juli 2018.
https://www.businessinsider.com.au/china-warns-foreign-ships-planes-to-steer-clear-
of-its-islands-or-pay-2018-7 (diakses pada 2 Januari 2019).
Pompeo, Michael R. Remarks on “America’s Indo-Pacific Economic Vision”. Washington,
DC: Secretary of State, 2018.
Renyoet, Claudia Conchita. “Diplomasi Informal sebagai Pendekatan dalam Proses
Penyelesaian Konflik Laut Cina Selatan.” Tesis, Yogyakarta: Universitas Gadjah,
2012.
Reus-Smit, Christian. “Constructivism,” dalam Theories of International Relations, diedit
oleh S. Burcholl, et al., 188-212. New York: Palgrave Macmillan, 2005.
Severino, Rudolfo. “ASEAN and the South China Sea.” Security Challenges 6, no. 2 (2010):
37-47.
Severino, Rudolfo. Southeast Asia in Search of an ASEAN Community. Singapore: Institute
of Southeast Asian Studies, 2006.
Singh, Bhubhindar. “The Development of Japanese Security Policy: A Long-Term Defensive
Strategy.” Asia Policy, No. 19 (2015): 49-64.
Sukma, Rizal. “Negara-negara Besar, Arsitektur Regional, dan Posisi Indonesia.” Jurnal
Luar Negeri 26, no. 1 (2009): 45-59.
Swanström, Niklas. Conflict Management and Negotiation in the South China Sea: The
ASEAN Way? Oslo: Workshop on The South China Sea Conflict, 1999.
Thayer, Carl. “A Closer Look at the ASEAN-China Single Draft South China Sea Code of
Conduct.” The Diplomat, 3 Agustus 2018. https://thediplomat.com/2018/08/a-closer-
look-at-the-asean-china-single-draft-south-china-sea-code-of-conduct/ (diakses pada 3
Januari 2019).
Tobing, Dio Herdiawan. “The Limits and Possibilities of the ASEAN Way: The Case of
Rohingya as Humanitarian Issue in Southeast Asia,” dalam The 1st International
Conference on South East Asia Studies, 2016, KnE Social Sciences, 148–174.
Weissmann, Mikael. “The South China Sea: Still No War on the Horizon.” Asian Survey 55,
no. 3 (2015): 596-617.
Weissmann, Mikael. "Why is there a relative peace in the South China Sea?" dalam Entering
Uncharterd Waters? ASEAN and The South China Sea Dispute, diedit oleh Pavin
Chachavalpongpun, 36-64. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 2014.
Woon, Walter. “Dispute Settlement the ASEAN Way.” Singapore: Center for International
Law, 2012.
Yukawa, Taku. “The ASEAN Way as a symbol: an analysis of discourses on the ASEAN
Norms.” The Pacific Review 31, no. 3 (2018): 298-314.

Andalas Journal of International Studies| Vol 8 No 1 May 2019 61


DOI: https://doi.org/10.25077/ajis.8.1.43-61.2019

You might also like