Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

KOMPARASI DIGITALISASI PENDIDIKAN DI KOTA DAN DESA

SEBAGAI DAMPAK DARI PANDEMI COVID-19 DI INDONESIA


Marsha Rizka Putri

Jurusan Bimbingan dan Konseling, FIP


Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Siliwangi

marsha17rizka@gmail.com
Abstract
The world of education due to the COVID-19 pandemic has undergone a change that can be seen
clearly, with a learning system that uses virtual spaces and does not meet in person, becoming a new
challenge for teaching and learning activities. Not only in Indonesia, this change in the education
system has certainly occurred all over the world as a result of this pandemic. Digitization is a
benchmark for the development of education today, with digitization it will greatly facilitate various
activities that were previously carried out directly or face-to-face, can be 'replaced' with virtual or
virtual face-to-face. However, this digitization cannot be carried out simultaneously throughout the
country due to differences in facilities and technology between people in the City and in the Village,
urban communities who are more literate in technology, information, and easy communication with
the use of technology can easily adapt to this new change of digitization. , while the situation of the
Village community does not all have the same understanding as those who have the privilege of living
with the convenience of facilities in the City. However, not many people are aware of this
phenomenon and focus on the pandemic and the development of digitalization in the city, so that
sometimes the development of digitalization of education in the village is not taken seriously.
Keywords : digitalization of education, education in the era of the COVID-19 pandemic, comparison
of education in urban and rural areas.

Abstrak
Dunia pendidikan akibat pandemi COVID-19 mengalami sebuah perubahan yang dapat terllihat jelas,
dengan sistem pembelajaran yang menggunakan ruang virtual dan tidak bertemu secara langsung
menjadi sebuah tantangan baru untuk kegiatan belajar mengajar. Tak hanya di Indonesia, perubahan
sistem pendidkan ini tentu terjadi di seluruh penjuru Dunia akibat dari pandemi ini. Digitalisasi
menjadi sebuah tolok ukur berkembangnya pendidikan saat ini, dengan adanya digitlasisasi akan
sangat memudahkan berbagai kegiatan yang sebelumnya dilakukan secara langsung atau tatap muka
dapat ‘digantikan’ dengan tatap secara maya atau virtual. Namun, digitalisasi ini tidak dapat dilakukan
serentak diseluruh negeri karena adanya perbedaan dalam fasilitas dan teknologi antara masyarakat di
Kota dan di Desa, masyarakat kota yang lebih melek teknologi, informasi, serta komunikasi yang
mudah dengan pemanfaatan teknologi dapat dengan mudah beradaptasi dengan perubahan baru
digitalisasi ini, sedangkan keadaan masyarakat Desa tidak semuanya memiliki pemahaman yang sama
dengan mereka yang memiliki privilege hidup dengan kemudahan fasilitas di Kota. Tetapi masih
blum banyak yang sadar akan fenomena ini dan terfokus kepada pandemi dan perkembangan
digitalisasi di Kota saja, sehingga terkadang perkembangan digitalisasi pendidikan di Desa tidak
dipandang serius.
Kata Kunci: digitalisasi pendidikan, pendidikan di era pandemi COVID-19, perbandingan pendidikan
di perkotaan dan pedesaan.
How to Cite: Putri, M. Rizka. (2021). Komparasi Digitalisasi Pendidikan di Kota dan Desa
Sebagai Dampak Dari Pandemi Covid-19 di Indonesia.

1
PENDAHULUAN
Fenomena luar biasa yang saat ini sedang dihadapi duni merupakan sebuah cobaan
yang mengejutkan seantero dunia, fenomena luar biasa yang satu ini dikenal sebagai COVID-
19. Sebuah wabah penyakit yang berubah menjadi pandemi dan distatuskan menjadi bencana
global yang jelas merugikan seluruh dunia. Kerugian yang tentu dialami dunia dari berbagai
bidang baik bidang ekonomi, pariwisata, hubungan internasional, kegiatan sehari-hari,
bahkan pendidikan sekalipun terkena dampaknya. COVID-19 ini menjadi sebuah barrier1
bagi semua sektor yang ada di dunia dan salah satunya pendidikan. Pendidikan yang semula
berjalan dengan sistem masing-masing yang normal ‘dipaksa’ beradaptasi dengan keadaan
pandemi yang disebut era new normal dengan kebiasaan baru dan pada mulanya pasti banyak
ditemukan gap2 dalam pelaksanaanya karena memerlukan sebuah adaptasi yang ekstra untuk
membiasakan melakukan kegiatan pendidikan di era normal baru ini.
Dampak pandemi pada pendidikan yang dapat dirasakan adalah berubahnya media
pembelajaran, jika sebelumnya pendidikan berjalan dengan tatap muka dan bertemu secara
langsung, setelah adanya pandemi ini pendidikan berjalan dengan dilakukan secara online3.
Tenaga pendidik dan peserta didik diharuskan melakukan pembelajaran secara online atau
daring sehingga tidak ada tatap muka di kelas seperti biasanya. Tentu kejadian seperti ini
menuntut peserta didik dan juga tenaga pendidik harus belajar dan melakukan pembelajaran
secara online atau daring atau jarak jauh tetapi dengan ketercapaian dan tujuan pendidikan
yang tetap berkualitas dan bermutu (Syaharuddin, S. 2020. (Dalam Jurnal FKIP universitas
Lampung. Rafsanjani. 2020)). Pembelajaran secara online tentu memiliki banyak kelebihan
serta kekurangannya sendiri. Kelebihan pembelajaran secara daring adalah tempat kegiatan
belajar mengajar lebih fleksibel, dapat dilakukan dimanapun, waktunya pun dapat
menyesuaikan. Namun, yang menjadi kekurangan dari pembelajaran daring adalah
kapabilitas dari pengajar maupun pelajar yang dituntut menggunakan teknologi digital dan
beradaptasi dengannya, karena tidak semua orang dapat dengan cepat adaptasi untuk
menguasai sebuah teknologi digital, kekurangan ini dapat terlihat jelas jika dilihat dari
kegiatan belajar mengajar di kota dengan kegiatan belajar mengajar di desa yang tentu
memiliki perbedaan yang lumayan jauh rentangnya.
barrier1 : Sebuah halangan atau hambatan yang memperlambat dan menghalangi sebuah sistem atau
laju sesuatu.
2
gap : Suatu celah diantara perubahan adaptasi.
online3 : Dalam Jaringan atau dilakukan secara tatap maya.

2
Digitalisasi pendidikan akibat pandemi COVID-19 ini menjadi tantangan baru bagi
pengajar maupun pelajar baik di kota maupun di desa. Tetapi, tentunya fasilitas yang
menunjang kegiatan belajar mengajar di desa tidak sama seperti di kota. Terkendala signal4
atau kekurangan fasilitas gadget5 yang tidak secanggih pelajar di kota, menjadikan sebuah
tantangan tersendiri bagi pelajar di desa untuk mengikuti perubahan gaya pembelajaran yang
berbasis digitalisasi saat ini.

METODE
Metodologi penulisan dalam karya ilmiah ini menggunakan penulisan berbasis studi
literatur/studi pustaka yang dilakukan dengan mengkaji dan menganalisis berbagai teori hasil riset
melalui literatur mulai dari buku, website internet, jurnal.
Serangkaian pembahasan mengenai komparasi digitalisasi pendidikan di kota dan desa
sebagai dampak dari pandemi COVID-19 ini mengacu pada bagaimana keadaan yang terkini
atau terjadi saat ini dengan menilai dari perspektif perkembangan digitalisasi pendidikan dan
komparasi antara pendidikan desa dan kota saat ini. Data yang diambil merupakanhasil studi
literatur dari artikel yang tersedia.

HASIL DAN DISKUSI

Perkembangan Pendidikan Menjadi digital learning


Dampak dari pandemi COVID-19 ini terhadap pendidikan adalah mengharuskan
kegiatan belajar mengajar dilakukan secara tatap maya dan dilaksanakan di rumah masing-
masing atau school from home dengan bertemu via aplikasi meeting online6. Semenjak
pembelajaran dari rumah tentunya kegiatan belajar menjadi berbeda dengan sebelumnya saat
pembelajaran secara langsung. Beberapa peran fasilitas pendukung pembelajaran pun
‘digantikan’ dengan fasilitas serupa tetapi dalam wujud digital, seperti yang kita ketahui
bentuk fisik buku digantikan dengan e-book, bentuk fisik ruang kelas digantikan dengan
virtual classroom, pembelajaran tatap muka digantikan dengan e-learning, dan lain
sebagainya. Perkembangan pendidikan seperti ini tentu didukung oleh teknologi yang
memadai dengan sistem digital yang layak untuk menunjang pembelajaran Ahli-ahli dari
berbagai belahan dunia dapat saling menghasilkan materi perkuliahan dalam bentuk digital
dan didistribusikan via internet (Houtman, 2017).

Signal4 : Tanda atau isyarat kecepatan jangkauan internet.


gadget5 : Gawai atau perangkat elektronik.

3
Pemanfaatan sistem digital pada sekolah adalah dengan pemberdayaan sistem website
atau portal siswa di sekolah tersebut untuk pertukaran informasi, penyampaian kritik dan
saran, pembagian jadwal pelajaran, data pribadi siswa, absensi online dan lain sebagainya.
Adapun beberapa sekolah yang menggunakan aplikasi buatan sekolah tersendiri untuk
membantu dalam pengerjaan Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Semester, ataupun
pembelajaran secara online lainnya. Kecanggihan teknologi yang sangat berkembang pesat di
era digitalisasi ini tentunya sangat berdampak pada perkembangan pendidikan di Indonesia
maupun di dunia (Hindami, 2013).

Akibat berekmbanganya sistem pendidikan yang merupakan dampak dari digitalisasi


tentunya sekolah dalam upaya mempersiapkan pendidikan yang baik adalah dengan
menyediakan fasilitas yang memadai seperti kuota internet kepada siswa, aplikasi handphone
yang cocok untuk semua device, dan tidak lupa perlunya pengetahuan pengajar untuk melek
teknologi bila ingin beradaptasi dengan sistem pendidikan digitalisasi ini. Kemudahan-
kemudahan yang ditawarkan oleh digitalisasi ini tentunya tidak semua dapat merasa
‘dimudahkan’ adapun beberapa baik siswa ataupun pengajar yang merasa dirinya disulitkan
dengan adanya digitalisasi ini.
Pemahaman tentang pembelajaran konvensional yang dilakukan dengan tatap muka
merupakan hal yang biasa dan lebih mudah dilakukan daripada menggunakan kecanggihan
teknologi yang ada. Pengajar menggunakan media audio dan video agar memudahkan
pengajaran dapat berjalan lancar tanpa ada hambatan mereka meminta peserta didik dapat
mengakses suatu link dan mendownload audio video tersebut dan memulai pembelajaran, ada
lagi yang menggunakan media kofrensi video, media ini memungkinkan tenaga pengajar
dapat memberikan penjelasan materi secara bersamaan dan melakukan interkasi ke pada
peserta didik tersebut (Pamungkas, 2020).

Komparasi Pendidikan Desa dan Kota Akibat Digitalisasi Pendidikan.


Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa berkembangnya sistem
pembelajaran akibat digitalisasi pendidikan ini tidak selalu dapat diterima oleh semua belah
pihak. Dapat dilihat dengan jelas pada kondisi digitalisasi di Kota Besar dan digitalisasi di
Desa. Hal ini dapat dikomparasikan dengan landasan persamaan kurikulum, persamaan
regionalitas tetapi berbeda otonom dan berbeda ketersediaan fasilitas antara Kota Besar dan
Desa. Tidak semua kalangan menerima keadaan ini secara baik ada beberapa pihak yang
merasa kesusahan aka nada nya media ini salah satu contoh nya adalah tenaga pengajar yang

4
berada di pedesaan, ibu kartinah selaku tenaga pendidik di desa beliau mengungkapkan
bahwa “pembelajaran menggunakan audio dan video tidak efektif di desa, satu perserta didik
sulit belajar apalagi masih usia muda yang masih ingin bermain”, di desa para tenaga
pendidik memang menggunakan beberapa metode agar pserta didk atau siswa dapat tenang
belajar di dalam kelas dan kodusif, para pengajar menggunakan metode bermain dan belajar
di dalam kelas agar siswa/I dapat memahami setiap materi yang di berikan. (data survey
pamungkas, 2020).
Perbedaan jenjang ekonomi antara masyarakat Desa dan masyarakat Kota pun
menjadi salah satu faktor perbedaannya digitalisasi pendidikan antara Kota dan Desa.
Masyarakat Kota yang mayoritas bekerja seagai pegawai swasta dengan gaji Upah Minimum
Regional (UMR) yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat desa yang bekerja
mayoritas sebagai petani atau pekerjaan agraria sebagai petani yang tentu jelas berbeda,
sehingga perkembangan digitalisasi pun akan sedikit terlambat bagi masyarakat desa. Inilah
yang menjadi alasan mengapa digitalisasi belum dapat menjalar keseluruh penjuru negara
jika masih ada kesenjangan walaupun dikatakan banyak masyarakat desa yang melakukan
migrasi ke kota dengan harapan untuk dapat beradaptasi dengan digitalisasi, tetapi tetap saja
desa yang ditinggalkan akan mengalami perkembangan yang stagnant, alhasil tetap saja
masyarakat Kota akan mengalami perkembangan digitalisasi yang semakin laju, sedangkan
masyarakat yang ada di Desa akan mengalami perkembangan digitalisasi yang stagnant.
Perbedaan selanjutnya terletak pada fasilitas yang dimiliki setiap masyarakat dengan
dua otonom yang berbeda atau Desa dan Kota ini adalah dilihat dari penggunaan
smarthphone masyarakat Kota dan Desa.

Sumber: http://databoks.katadata.co.id
(diambil dari artikel Analisa Sistem Pendidikan Berbasis Teknologi Di Pedesaan Dan Di Kota Di
Masa Pandemi Covid-19 Pamungkas, 2020)

5
Jika dilihat dari data tersebut maka pada tahun 2019 pengguna smartphone di
Indonesia semakin banyak mencapai angka 92 juta pengguna. Ini terjadi karena setiap
tahunnya smarthphone selalu mengeluarkan produk terbaru dan masyarakat Kota selalu
tertarik untuk membeli produk smartphone keluaran terbaru tersebut. Berbeda dengan di
Desa dimana informasi tentang produk baru smartphonei ini belum tentu didengarkan oleh
masyarakat di Desa. Dapat ditarik pembahasan bahwa saat ini tentunya pendidikan
memerlukan smartphone untuk media pembelajarannya sebagai upaya digitalisasi dan
mempermudah pembelajaran, tetapi seperti apa yang sudah dibahas pula bahwa masyarakat
Desa belum tentu semuanya melek akan informasi terbaru tentang teknologi sehingga
perkembangan pendidikan tidak dapat dipukul rata bahwa semuanya sama dan setara,
diperlukan treatment khusus untuk pengembangan pendidikan di Desa untuk menuju
digitalisasi. Besar harapan saya sebagai penulis artikel ini untuk dapat menopang
perkembangan digitalisasi pendidikan di Desa dengan adanya gerakan digitalisasi untuk
dilakukan di Desa agar pendidikan menjadi mudah dilakukan dengan sistem digital. Atau
adanya kebijakan pemerintah yang mengarah tentang perkembangan pendidikan di Desa yang
concern kepada kemelekan teknologi masyarakat Desa. Pemerintah sudah melakukan
berbagai cara mengatasi masalah ini dengan berbagai macam cara tentunya cara yang di
lakukan pemerintah sudah sangat banyak salah satu contoh nya adalah memberikan stasiun
penyiaran milik pemerintah untuk menyiarkan materi pembelajaran pada acara pada waktu
dan waktu tertentu untuk memberikan materi tersebut, menurut beberapa orang langkah ini
mengalami pro dan kontra juga karena tidak semua mempunyai televisi di rumah nya, dan
dari segi para siswa/i yang tidak semua tau akan hal itu mereka mencari chanel television
yang lebih menghibur, dan para wali murid semua setuju dengan adanya keadaan yang seperti
ini karena mereka tidak perlu mengeluarkan uang tambahan untuk menyewa tenaga pengajar
untuk mengajarkan mereka di rumah agak anak mereka dapat belajar di rumah.(Lestari S,
2020).

KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pandemi COVID-19 ini tentu pendidikan
pun terkena imbasnya bahwa adanya digitalsisasi dengan teknologi yang canggih menuntut
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan teknologi, tetapi tidak
semua pihak merasa ‘dimudahkan’ oleh digitalisasi ini. Dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendidikan memerlukan smartphone untuk media pembelajarannya sebagai upaya digitalisasi
dan mempermudah pembelajaran, tetapi seperti apa yang sudah dibahas pula bahwa
6
masyarakat Desa belum tentu semuanya melek akan informasi terbaru tentang teknologi
sehingga perkembangan pendidikan tidak dapat dipukul rata bahwa semuanya sama dan
setara.

REFERENSI

Rafsanjani, A. I. (2020). Kebijakan Pendidikan Di Era New Normal. Jurnal Mahasiswa


Pendidikan IPS,FKIP Universitas Lambung Mangkurat(1)

Pamungkas, F., & Lestari, S. (2020, October). Analisa Sistem Pendidikan Berbasis Teknologi
Di Pedesaan Dan Di Kota Di Masa Pandemi Covid-19. In Prosiding Seminar
Nasional Darmajaya (Vol. 1, pp. 133-139).

Houtman, H. (2017). Digitalisasi Pembelajaran dan Pembentukan Karakter Siswa Berbasis


Kearifan Lokal. Wahana Didaktika: Jurnal Ilmu Kependidikan, 15(2), 79-98.

Wulandari, R., Santoso, S., & Ardianti, S. D. (2021). Tantangan Digitalisasi Pendidikan bagi
Orang Tua dan Anak Di Tengah Pandemi Covid-19 di Desa
Bendanpete. EDUKATIF: JURNAL ILMU PENDIDIKAN, 3(6), 3839-3851.

You might also like