Professional Documents
Culture Documents
Kosmologi Dalam Tinjauan Failasuf Islam: Fuad Mahbub Siraj
Kosmologi Dalam Tinjauan Failasuf Islam: Fuad Mahbub Siraj
Kosmologi Dalam Tinjauan Failasuf Islam: Fuad Mahbub Siraj
Abstract: 2QHRIWKHPDQ\LPSRUWDQWPDWWHUVWKDWLVUHIHUUHGLQWKH4XU¶ƗQLVDPDWWHURIWKHXQLYHUVH7KH
YHUVHVRI4XU¶ƗQLQYLWHSHRSOHWRREVHUYHDQGUHÀHFWRQWKHFUHDWLRQRIWKHXQLYHUVHEHFDXVHLQLWWKHUHDUH
VLJQVRI*RG¶VH[LVWHQFHDQGSRZHU&RVPRORJ\LVWKHWKHRU\DERXWWKHRULJLQRIWKHXQLYHUVH,Q,VODPWKLV
WKHRU\LVRQHRIWKHHVVHQWLDOLVVXHVWKDWKDYHGHHSWKHRORJLFDOFRQFHTXHQFHVDQGLPSOLFDWLRQVWRWKHWDZK̡ƯG
,Q RUGHU WR IRUPXODWH WKH SURFHVV RI WKH XQLYHUVH FUHDWLRQ WKH SHUVSHFWLYH RI WKH 0XVOLPV ZDV VRUWLQJ LQWR
WZRH[WUHPHJURXSVWUDGLWLRQDOLVWVDQGUDWLRQDOLVWV,QWKH,VODPLFSKLORVRSK\LQWHUPVRIWKHFUHDWLRQWKH
FRVPRORJ\RIDO)ƗUƗEƯDQG,EQ6ƯQƗZDVLQÀXHQFHGE\WKHHPDQDWLRQRI3ORWLQXV¶SKLORVRSK\DQGLQWHUPVRI
WKHVWUXFWXUHLVEDVHGRQWKHFRQFHSWRIDJHRFHQWULF3WRORPHXV:KLOHDO*KD]ƗOƯ¶VFRVPRORJ\UHSUHVHQWDWLYH
of the traditionalist) based on the principle of the absolute will of God which is absolute. This study wants to
UHYHDODERXWWKHFRVPRORJ\LQWKH,VODPLFSKLORVRSKHUVSHUVSHFWLYHDVRQHRIWKHFRVPRORJLFDOPDLQVWUHDP
ZKLFKLVVSHFXODWLYHDQGUHYLYHVWKHVFKRRORI$ULVWRWOHEXWQRWFRQWUDU\WRWKHSULQFLSOHVRIDO4XU¶ƗQ
Keywords: &RVPRORJ\0XVOLPSHUVSHFWLYH,VODPLFSKLORVRSKHUV
Abstraksi: 6DODKVDWXSHUNDUDSHQWLQJ\DQJEDQ\DNGLVHEXWGDODPDO4XU¶ƗQDGDODKSHUVRDODQDODPVHPHVWD
$\DW DO4XU¶ƗQ PHQJDMDN PDQXVLD DJDU PHPHUKDWLNDQ GDQ PHPLNLUNDQ WHQWDQJ SHQFLSWDDQ DODP VHPHVWD
NDUHQDGLGDODPQ\DWHUGDSDWWDQGDWDQGDNHEHUDGDDQGDQNHNXDVDDQ$OODK.RVPRORJLDGDODKWHRULWHQWDQJ
DVDOXVXO DODP VHPHVWD 'DODP ,VODP WHRUL LQL PHUXSDNDQ VDODK VDWX SHPEDKDVDQ SHQWLQJ \DQJ PHPLOLNL
NRQVHNXHQVL WHRORJLV \DQJ GDODP GDQ EHULPSOLNDVL NHSDGD WDXKLG 'DODP UDQJND PHPIRUPXODVLNDQ SURVHV
SHQFLSWDDQDODPVHPHVWDSHQGDSDWNDXP0XVOLPWHUSHFDKPHQMDGLGXDNHORPSRNNHFHQGHUXQJDQWUDGLVLRQDOLV
GDQUDVLRQDOLV'DODPIDOVDIDW,VODPGDODPKDOSHQFLSWDDQNRVPRORJLDO)ƗUƗEƯGDQ,EQ6ƯQƗGLSHQJDUXKL
ROHK IDOVDIDW HPDQDVL 3ORWLQXV GDQ GDODP KDO VWUXNWXU GLGDVDUNDQ NHSDGD NRQVHS JHRVHQWULV 3WRORPHXV
6HPHQWDUD NRVPRORJL DO*KD]ƗOƯ ZDNLO GDUL NHFHQGHUXQJDQ WUDGLVLRQDOLV GLGDVDUNDQ NHSDGD SULQVLS
NHKHQGDNPXWODN7XKDQ\DQJEHUVLIDWPXWODN3HQHOLWLDQLQLEHUWXMXDQXQWXNPHQJXQJNDSNDQNRVPRORJLGDODP
SHUVSHNWLIIDLODVXI,VODPVHEDJDLEDKDJLDQGDULVDODKVDWXPDLQVWUHDPNRVPRORJL\DQJEHUVLIDWVSHNXODWLIGDQ
PHQJKLGXSNDQNHPEDOLPDG]KDE$ULVWRWHOHVQDPXQWLGDNEHUWHQWDQJDQGHQJDQSULQVLSSULQVLS\DQJWHUGDSDW
GDODPDO4XU¶ƗQ
sampai kepada kesepakatan yang terasa Di antara mereka ada yang menamakannya
begitu sederhana itu, telah timbul perdebatan dengan falsafat Arab. Argumen yang mereka
intelektual yang tajam dan sengit dan bahkan kedepankan mengacu pada bahasa dan suku
DGD \DQJ GLWXGXK ND¿U EHUNHQDDQ GHQJDQ bangsa. Sementara yang lain, menamakannya
pendapat mereka mengenai penciptaan. dengan falsafat Islam. Argumen yang mereka
Dalam memformulasikan asal usul atau majukan mengacu pada dunia Islam, tanpa
kejadian kosmos atau alam semesta, umat membedakan bahasa, suku bangsa dan agama,
Islam terpecah ke dalam dua kelompok: sedangkan failasufnya kebanyakan bukan
kelompok pertama berpendapat bahwa Allah EHUNHEDQJVDDQ $UDE %HUDQJNDW GDUL NHGXD
menjadikan alam semesta (kosmos) dari argumen ini, maka lebih tepat disebut dengan
ketiadaan secara langsung (FUHDWLRH[QLKLOR )DOVDIDW ,VODP GDQ NDXP VX¿8 Penafsiran
PLQ DOµDGDP LOƗ DOZXMnjG.) Sementara mereka bahkan lebih moderat daripada
kelompok kedua berpandangan bahwa Allah penafsiran teolog Mu‘tazilah yang rasionalis.
menjadikan alam semesta (kosmos) dari ada .DXPVX¿VHODLQPRGHUDWMXJDPHQHNDQNDQ
secara tidak langsung (PLQ DOƯMƗG LOƗ DO WDV\EƯK dan kesucian jiwa serta kedekatan
ZXMnjG) Kelompok pertama didendangkan dengan Allah, karena banyak melakukan
oleh teolog al-Asy‘ariyyah yang bercorak ibadah-ibadah.
tradisionalis. Sistem teologi yang mereka Kaum al-Asy‘ariyyah yang tradisionalis
pegangi ialah daya akal lemah, kehendak berpendapat bahwa alam semesta adalah
mutlak Tuhan, dan cenderung berpaham h̡DGƯWV (baharu.) Alam, menurut mereka,
fatalisme atau jabariyyah dan kebiasaan tidak dijadikan dari DV\\Ɨ¶ Dµ\ƗQ MDZƗKLU,
(µƗGDK alam yang dapat berubah-ubah atau wa DµUƗG̟ 10 (sesuatu, hakikat, jawhar dan
tidak dapat diduga. Sedangkan kelompok ‘aradқ), tetapi Allah menjadikannya dari nihil
kedua disuarakan oleh teolog Mu‘tazilah menjadi ada (DOƯMƗGPLQDOµDGDPFUHDWLRH[
yang bercorak rasionalis. Sistem teologi nihilo GHQJDQ NRGUDW GDQ LUDGDW1\D .HGXD
yang mereka pegang ialah daya akal kuat, sifat ini dikedepankan oleh aliran ini dalam
otonomi manusia—dalam arti manusia bebas rangka menganter kritikan teolog Mu‘tazilah
mengembangkan dan menggunakan daya yang berprinsip bahwa penciptaan dari
pemberian Tuhan padanya atau keadilan ketiadaan menimbulkan perubahan pada zat
Tuhan— cenderung berpaham Qadariyyah 8
6X¿ LDODK RUDQJRUDQJ ,VODP \DQJ FHQGHUXQJ
\DQJGL%DUDWGLLVWLODKNDQfree will dan free berusaha mendekatkan diri kepada Allah sedekat
actGDQVXQQDWXOOƗKDWDXKXNXPDODPDGDODK mungkin dengan banyak beribadah dan membersihkan
ciptaan Allah yang bersifat tetap. Paham jiwa sebersih-bersihnya.
$O$V\µDUƯ\DK DGDODK VDODK VDWX NHORPSRN
yang sama dikemukakan pula oleh failasuf
WHRORJL,VODP\DQJGLEHQWXNROHK$Enj+ҐDVDQDO$V\µDUƯ
Islam, (Failasuf Islam ialah kaum intelektual 0 PDQWDQ WHRORJ 0XµWD]LODK 0HQXUXW
Islam yang berkecimpung di dunia falsafat +DUXQ 1DVXWLRQ VHEDE DO$V\µDUƯ PHPEHQWXN WHRORJL
Islam. Para penulis Islam telah berbeda yang baru, karena aliran Mu‘tazilah tidak dapat diterima
dan sulit dicerna oleh umumnya umat Islam yang bersifat
pendapat dalam penamaan disiplin ilmu ini. VHGHUKDQDGDODPEHUSLNLU.HWLNDDO0XWDZDNNLO
0SDGDWDKXQ0PHPEDWDONDQDOLUDQ0XµWD]LODK
$O*KD]ƗOƯ 7DKƗIXW DO)DOƗVLIDK, ditahҝTƯT sebagai madzhab negara, sementara teologi yang teratur
6XOD\PƗQ'XQ\Ɨ.DLUR'ƗUDO0DµƗULI.DXWVDU sebagai pegangan umat Islam tidak ada, maka untuk
$]KDUL 1RHU ,EQ DOµ$UDEL :DKGDW DO:XMXG GDODP menghindarkan bahaya bagi umat Islam dibentuklah
Perdebatan-DNDUWD3DUDPDGLQD WHRORJL EDUX ROHK $Enj +ҐDVDQ DO$V\µDUƯ \DQJ FRFRN
/LK0XVҚtѽDIƗµ$EGDO5Ɨ]LT7DPKƯGOL7ƗUƯNK dengan umumnya umat Islam. +DUXQ1DVXWLRQTeologi
al-)DOVDIDW DO,VOƗPL\\DK (Kairo: MuhҝDPPDG µ$OƯ Islam -DNDUWD <D\DVDQ 8QLYHUVLWDV ,QGRQHVLD
SҚubhҝƯ/LKMXJD$KҝPDG)X¶ƗGDO$KҚZƗQƯ
DO)DOVDIDK DO,VOƗPL\\DK (Kairo: al-Maktabah al- 10
µ$EG DO4ƗKLU DO%DJKGƗGƯ DO)DUT ED\Q DO
7VDTD¿\\DK )LUDT%HLUXW'ƗUDOƖIƗTDO-DGƯGDK
112 Ilmu Ushuluddin, Volume 2, Nomor 2, Juli 2014
dan ilmu itu adalah daya DOTXGUDK yang Islam, karena bertentangan dengan ajaran
menciptakan segalanya, agar sesuatu tercipta SRNRN ,VODP GDODP DO4XU¶ƗQ 6HGDQJNDQ
cukup sesuatu itu diketahui Allah. SHQHNDQDQ HPDQDVL DO)ƗUƗEƯ DGDODK $OODK
0DNVXGDO)ƗUƗEƯPHQJHPXNDNDQSDKDP Pencipta alam, dan cara penciptaannya secara
emanasi ini adalah untuk menghindarkan arti emanasi. Dengan demikian Allah adalah
banyak dalam zat Allah. Karenanya Allah Khalik dan alam adalah makhluk: antara
tidak bisa secara langsung menciptakan keduanya terdapat perbedaaan yang prinsip.
alam yang banyak jumlah unsurnya. Jika Pada pihak lain juga menunjukkan Allah
Allah Yang Maha Esa berhubungan langsung bersifat aktif, bahkan selamanya demikian,
dengan alam yang plural ini, tentu dalam sedangkan alam bersifat pasif. Paham seperti
zat Allah terdapat hal yang plural. Hal ini LQL WLGDN EHUWHQWDQJDQ GHQJDQ DO4XU¶ƗQ
merusak citra tauhid. Demikian pula Allah Adapun sistematika penciptaan secara
Maha Sempurna tidak mungkin berhubungan emanasi tersebut dapat dikemukakan sebagai
langsung dengan alam yang tidak sempurna. berikut:
Jika Yang Maha Sempurna berhubungan Allah Yang Maha Esa cukup memikirkan
langsung dengan yang tidak sempurna, juga (WDµDTTXO ]DW1\D \DQJ PHUXSDNDQ GD\D
merusak citra tauhid. Karenanya bagi failasuf dan daya WDµDTTXO Allah itu menciptakan
Islam, Allah menciptakan alam secara tidak Akal Pertama. Obyek WDµDTTXO Allah Yang
ODQJVXQJ VXQQDWXOOƗK GDQ KDO LQL WLGDN Esa (ah̡ad) mesti satu pula, yang setara
EHUWHQWDQJDQGHQJDQDO4XU¶ƗQ'DODP,VODP 0DKD 6HPSXUQD GDQ (VD GHQJDQ1\D \DNQL
boleh kita berpendapat antara penciptaan ]DW1\D +DO LQL VHMDODQ GHQJDQ SULQVLS
secara langsung dan penciptaan secara tidak ciptaan emanasi: dari Yang Satu (Esa) hanya
langsung. Apapun pendapat yang dipilih tercipta darinya satu pula (DOZƗK̡LGOƗ\DV̞dur
tidak melanggar ayat dan tidak keluar dari µDQKXLOOƗZƗK̡id.) Sebagai Allah Yang Maha
Islam selama tetap menerima dan meyakini Esa, Akal Pertama juga satu dalam bilangan,
Allah Maha Pencipta. Kiranya pendapat tetapi di dalamnya terkandung arti banyak.
1XUFKROLVK0DGMLGWHQWDQJLQLGDSDWGLWHULPD $NDO 3HUWDPD DGDODK DOZXMnjG NHGXD$OODK
ketika ia mengatakan bahwa failasuf Islam VHEDJDLDOZXMnjGSHUWDPDODOX$NDO3HUWDPD
terdorong memelajari dan menerima doktrin memunyai dua obyek pemikiran WDµDTTXO,
Plotinus ini karena pahamnya memberikan yakni Allah dan dirinya sendiri.
kesan tauhid. Akal Pertama berWDµDTTXO tentang Allah,
Terdapat perbedaan prinsip antara ema- yang juga merupakan TXGUDK mewujudkan
QDVL 3ORWLQXV GDQ DO)ƗUƗEƯ MXJD IDLODVXI Akal Kedua dan berWDµDTTXO tentang dirinya
,VODP ODLQQ\D %DJL 3ORWLQXV DODP EXNDQ PHZXMXGNDQ /DQJLW 3HUWDPD $NDO .HGXD
diciptakan tetapi dipancarkan atau melimpah berWDµDTTXO tentang Allah mewujudkan
dari Yang Satu, yang melahirkan paham Akal Ketiga dan berWDµDTTXO tentang dirinya
panteisme (alam sama dengan Allah dan PHZXMXGNDQ %LQWDQJ%LQWDQJ $NDO .HWLJD
Allah sama dengan alam.) Pada pihak lain ia berWDµDTTXO tentang Allah mewujudkan Akal
(emanasi) juga mengindikasikan bahwa Yang Keempat dan berWDµDTTXO tentang dirinya
Satu bersifat pasif dan alam bersifat aktif. mewujudkan Saturnus. Akal Keempat ber-
Pendapat seperti ini tidak dapat ditolerir dalam WDµDTTXO tentang Allah mewujudkan Akal
Kelima dan berWDµDTTXO tentang dirinya
+DUXQ 1DVXWLRQ ³6HNLWDU 3HQGDSDW Failasuf mewujudkan Jupiter. Akal kelima ber-
Islam tentang Emanasi dan Kekalnya Alam,” 6WXGL WDµDTTXO tentang Allah mewujudkan Akal
,VODPLND1R,$,1-DNDUWD
Keenam dan berWDµDTTXO tentang dirinya
1XUFKROLVK 0DGMLG .KD]DQDK ,QWHOHNWXDO
Islam, mewujudkan Mars. Akal Keenam ber-
Fuad Mahbub Siraj, Kosmologi dalam Tinjauan Failasuf Islam 115
Tabel 1:
(PDQDVLDO)ƗUƗEƯ
%HUSLNLU7HQWDQJ
(subyek)
Allah sebagai
Akal Sifat Dirinya sendiri sebagai mumkin keterangan
:DMLEDO:XMnjG
yang ke: DOZXMnjGPHQJKDVLONDQ
menghasilkan:
I 0XPNLQDOZXMnjG Akal II /DQJLW3HUWDPD
II 0XPNLQDOZXMnjG Akal III %LQWDQJ%LQWDQJ
III 0XPNLQDOZXMnjG Akal IV Saturnus
IV 0XPNLQDOZXMnjG Akal V Yupiter
Masing-masing akal mengurusi satu
V 0XPNLQDOZXMnjG Akal VI Mars
planet
VI 0XPNLQDOZXMnjG Akal VII Matahari
VII 0XPNLQDOZXMnjG Akal VIII Venus
VIII 0XPNLQDOZXMnjG Akal IX Merkuri
IX 0XPNLQDOZXMnjG Akal X %XODQ
WDµDTTXO tentang Allah mewujudkan Akal sebagai tugas tambahannya ialah mengatur
Ketujuh dan berWDµDTTXO tentang dirinya %XPL Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
mewujudkan Matahari. Akal Ketujuh ber- WDEHOHPDQDVLDO)ƗUƗEƯ
WDµDTTXO tentang Allah mewujudkan Akal Sejalan dengan konsep penciptaan
Kedelapan dan berWDµDTTXO tentang dirinya secara emanasi, bahwa Allah menciptakan
mewujudkan Venus. Akal Kedelapan ber- alam semesta sekaligus (GDIµDK ZƗK̡idah)
WDµDTTXO tentang Allah mewujudkan Akal dari energi yang maha dahsyat sebagai
Kesembilan dan berWDµDTTXO tentang dirinya hasil WDµDTTXO $OODK WHQWDQJ ]DW1\D \DQJ
mewujudkan Merkuri. Akal Kesembilan ber- kemudian memadat menjadi materi. Selan-
WDµDTTXO tentang Allah mewujudkan Akal jutnya berevolusi menjadi alam semesta
Kesepuluh dan berWDµDTTXO tentang dirinya seperti sekarang ini. Demikian juga menurut
PHZXMXGNDQ%XODQ$NDO.HVHSXOXKWHUKHQWL failasuf Islam Allah menciptakan alam
proses penciptaan emanasi, karena daya VHPHVWDNHWLND$OODKLWXDOZXMnjGNDUHQDEDJL
akal ciptaan Allah ini sudah melemah untuk mereka tidak mungkin ada jarak waktu antara
mewujudkan akal yang sejenisnya dan ber- DOZXMnjG$OODKGHQJDQDOZXMnjGPDWHULDODP
WDµDTTXOtentang dirinya PHZXMXGNDQ%XPL KDVLO FLSWDDQ1\D .RQVHS VHSHUWL LQL DNDQ
roh-roh, dan Materi Pertama yang menjadi mengindikasikan bahwa terjadi perubahan
dasar dari keempat unsur pokok: air, udara, pada zat Allah Yang Maha Sempurna dari
api dan tanah. tidak mencipta (tidak khalik) menjadi khalik
Masing-masing akal yang berjumlah (mencipta).
sepuluh itu mengatur satu planet. Akal-akal 6HEDJDLPDQD DO)ƗUƗEƯ ,EQ 6ƯQƗ MXJD
ini adalah simbol dari para malaikat yang menganut falsafat penciptaan secara emana-
mendapatkan tugas tambahan dari Allah dan si. Pada prinsipnya struktur dan sistem pen-
Akal Kesepuluh, yang juga dinamakan Akal ciptaan emanasi mereka sama, termasuk juga
)DµµƗO GLVHEXW GHQJDQ 0DODLNDW -LEUƯO \DQJ
7- 'H %RHU 7ƗUƯNK DO)DOVDIDK IƯ DO,VOƗP
Tabel 2:
(PDQDVL,EQ6ƯQƗ
'LULQ\DVHQGLUL
6XE\HN $OODK6HEDJDL
VHEDJDL:ƗMLE 'LULQ\DVHQGLULPXPNLQZXMnjGOL
$NDO Sifat :ƗMLEDO:XMnjG .HWHUDQJDQ
ZXMnjGOLJKD\ULKL G]ƗWLKL
<DQJNH 0HQJKDVLONDQ
PHQJKDVLONDQ
I :ƗMLE Akal II Jiwa I yang meng- /DQJLW3HUWDPD Masing-masing jiwa
DO:XMnjG gerakkan : berfungsi sebagai
II Mumkin al- Akal III Jiwa II yang %LQWDQJELQWDQJ penggerak satu planet
:XMnjG menggerakkan : Saturnus karena (immateri
III Sda Akal IV Jiwa III yang tidak bisa langsung
menggerakkan : Yupiter menggerakkan jisim
IV Sda Akal V Jiwa IV yang (materi),
menggerakkan : Mars
V Sda Akal VI Jiwa V yang Akal X tidak lagi
menggerakkan : Matahari memancarkan akal-
VI Sda Akal VII Jiwa VI yang akal berikutnya,
menggerakkan : Venus karena kekuatannya
VII Sda Akal VIII Jiwa VII yang sudah lemah.
menggerakkan : Merkuri
VIII Sda Akal IX Jiwa VIII yang
menggerakkan : %XODQ
IX Sda Akal X Jiwa IX yang
menggerakkan : %XPLURKPDWHUL3HUWDPD\DQJ
X Sda - Jiwa X yang menjadi dasar dari ke empat unsur
menggerakkan : (udara, api, air dan tanah).
tidak sempurna. Dari Materi Pertama ini Selaras dengan prinsip matematika
terciptalah secara emanasi Alam Aktif, yang ,NKZƗQDO6ҐDIƗ¶NHGHODSDQPƗKL\\DKdi atas
juga jawhar rohani dan EDVƯẂ (simpel.) Secara bersama zat Allah yang mutlak, maka sem-
ringkas rangkaian proses penciptaan secara purnalah jumlah bilangan menjadi sembilan.
emanasi sebagai berikut: Angka sembilan ini juga membentuk subs-
$OODK 0DKD 3HQFLSWD GDQ GDUL1\D tansi organik pada tubuh manusia, yakni tu-
muncullah; lang, sumsum, daging, urat, darah, saraf, ku-
2. Akal Aktif atau Akal Pertama(DOµ$TODO lit, rambut dan kuku.
)DµµƗO Proses penciptaan secara emanasi di
-LZD8QLYHUVDODO1DIVDO.XOOL\\DK DWDVPHQXUXW,NKZƗQDO6ҐDIƗ¶WHUEDJLPHQ
0DWHUL3HUWDPDDO+D\njOƗDONjOƗ jadi dua: a) Penciptaan sekaligus, GDIµDK
$ODP$NWLIal-T̔DEƯµDKDO)ƗµLODK ZƗK̡idah dan b) Penciptaan secara gradual,
0DWHUL $EVROXW DWDX 0DWHUL .HGXD (al- WDGUƯM. Penciptaan sekaligus atau emanasi
yang mereka sebut alam rohani, yakni Akal
-LVPDO0XẂODT
Aktif, Jiwa Universal, Materi Pertama dan
$ODP3ODQHW3ODQHWµƖODPDO$ÀƗN);
Alam Aktif. Sementara itu, penciptaan secara
8. Unsur-unsur alam terendah (µ$QƗV̞ir al-
gradual atau evolusi yang mereka sebut
ƖODP DO6XÀƗ, yaitu air, udara, tanah
dengan alam jasmani, yakni Jisim Mutlak
dan api;
dan seterusnya. Jisim Mutlak tercipta dalam
0DWHUL JDEXQJDQ \DQJ WHUGLUL GDUL zaman yang tidak terbatas dalam periode
mineral, tumbuh-tumbuhan, hewan dan yang panjang. Periode-periode ini akan
manusia. membentuk perubahan-perubahan dalam
masa, seperti penciptaan dalam enam hari
7- 'H %RHU 7ƗUƯNK DO)DOVDIDK IƯ DO,VOƗP
118 Ilmu Ushuluddin, Volume 2, Nomor 2, Juli 2014
yang juga tidak memunyai sebab. Dengan bahwa yang pertama itu adalah yang banyak.
demikian, semua yang PDZMnjGƗW menjadi .HGXDDNLEDWNXUDQJNHWHOLWLDQ,EQ6ƯQƗ
unsur yang wajib ada (ZƗMLEDOZXMnjG35 maka pendapat ini telah diikuti orang banyak,
Konsep DOPXPNLQdan DOZƗMLE,EQ6ƯQƗ kemudian mereka menisbatkannya kepada
ternyata keliru, sebab DOPXPNLQ IƯ G]ƗWLKL para failasuf, dalam hal ini Aristoteles, pada-
tidak mungkin menjadi wajib (dҐDUnjUƯ dari KDO LD WLGDN EHUSHQGDSDW GHPLNLDQ /HELK
segi agent-nya (IƗµLOLKL kecuali, jika unsur lanjut dikatakan Ibn Rusyd bahwa pendapat
PXPNLQ itu berubah menjadi unsur ZƗMLE. Atas ini merupakan khayalan dan keyakinan yang
dasar inilah benar tuduhan Ibn Rusyd bahwa jauh lebih lemah dari pendapat ahli NDOƗP
,EQ6ƯQƗNDGDQJNDGDQJPHQGXNXQJSHQGDSDW dan ia tidak sejalan dengan prinsip-prinsip
kaum teolog. Akan tetapi, tuduhannya ten- para failasuf, bahkan tidak dapat memberikan
WDQJ ,EQ 6ƯQƗ WLGDN EHUSHJDQJ SDGD PHWRGH kepuasan kepada kaum NKLẂƗEƯ sekalipun.
rasional, masih perlu dipertanyakan, karena Pendapat yang paling tepat bahwa PDµOnjO
VHEDJDL GLNDWDNDQ DOµ,UƗTƯ ,EQ 6ƯQƗ WHODK awwal terdapat yang banyak dan yang banyak
menggunakan metode rasional, misalnya mesti satu. Dengan demikian, keesaan itu
dalam buku: al-Mant́LTL\\ƗW ED\Q DO7̔ƗULT menghendaki bahwa yang banyak kembali
DO%XUKƗQƯ DO)DOVDIƯ ZD DO7̔ƗULT DO kepada yang satu dan yang satu yang telah
-DGDOƯ DO.DOƗPƯ 'DODP EXNX LQL ,EQ 6ƯQƗ menciptakan yang banyak itu adalah satu, ia
PHQJJXQDNDQ PHWRGH GHPRQVWUDWLI IDOVD¿ memiliki arti yang sederhana dan timbul dari
(DOEXUKƗQDOIDOVDIƯ satu yang sederhana, Allah.
Dasar tuduhan Ibn Rusyd ialah dikare- .HWLJDmenurut Ibn Rusyd prinsip-prinsip
nakan Aristoteles tidak menggunakan konsep (DOPDEƗGLµ yang memancar dari prinsip
DOPXPNLQ dan DOZƗMLE Akan tetapi bila yang lain sebagai dikemukakan, merupakan
dikaji konsep potensial dan aktual yang sesuatu yang tidak dikenal oleh failasuf-
dilontarkan Aristoteles, maka antara keduanya failasuf terdahulu, karena yang mereka
ada semacam persamaan di samping ada maksud bahwa prinsip-prinsip itu memunyai
perbedaan. Ibn Rusyd secara tegas menolak PDTƗPƗWtertentu dari prinsip yang pertama,
HPDQDVLRQLVPH ,EQ 6ƯQƗ 0HQXUXWQ\D GL PDQD DOZXMnjG SULQVLSSULQVLS LQL WLGDN
SHQGDSDW ,EQ 6ƯQƗ LQL PHPLOLNL EHEHUDSD sempurna tanpa PDTƗP tersebut. Korelasi
kelemahan, kesulitan dan pertentangan: antara prinsip-prinsip ini menghendaki
Pertama, pendapat bahwa dari DO)ƗµLO adanya akibat (PDµOnjOƗW sesamanya, dari
al-Awwal hanya memancar satu, bertentangan prinsip yang pertama. Dengan demikian yang
dengan pendapatnya sendiri, bahwa yang dimaksud dengan IƗµLOPDIµnjOdan PDNKOnjT
memancar dari yang satu pertama terdapat adalah dalam pengertian di atas, sebagaimana
padanya yang banyak, padahal dari yang adanya hubungan setiap maujud dengan Yang
satu mesti memancar satu. Pendapat ini Satu.
dapat diterima, kata Ibn Rusyd, kalau saja Ibn Rusyd juga mengajukan pertanyaan,
dikatakannya bahwa yang banyak terdapat bagaimana cara menjelaskan adanya alam
pada akibat pertama (DOPDµOnjODODZZDO dan dari Yang Satu (Allah.) Dalam menjawab
masing-masing dari yang banyak itu adalah pertanyaan ini, kata Ibn Rusyd, ada tiga
yang pertama. Tetapi hal ini tidak mungkin, pendapat. Pertama, yang banyak itu sumbernya
karena akan memaksanya untuk mengatakan adalah DOKD\njOƗ atau DOLVWLµGƗGƗW (materi
Ibn Rusyd, Fas̞O DO0DTƗO ZD 7DTUƯU PƗ
Ibn Rusyd, 7DKƗIXWDO7DKƗIXW
ED\QD DO6\DUƯµDK ZD DO+̔LNPDK PLQ DO,WWLV̞ƗO tahҝTƯT
Ibn Rusyd, 7DKƗIXWDO7DKƗIXW
MuhҝDPPDG µ,PPƗUDK .DLUR 'ƗU DO0DµƗULI
Ibn Rusyd, 7DKƗIXWDO7DKƗIXW
Ibn Rusyd, 7DKƗIXWDO7DKƗIXW
120 Ilmu Ushuluddin, Volume 2, Nomor 2, Juli 2014
pertama); pendapat kedua, yang banyak itu maupun di bumi dan sampainya keanekaan
bersumber dari DOµƗOƗW sedangkan pendapat itu pada suatu kesimpulan, bahwa yang
ketiga, yang banyak itu bersumber dari al- memberi tali pengikat dialah yang memberi
mutawas̞s ̞it́ƗW(mediator.) ZXMnjGKesemua uraian di atas menunjukkan
Ibn Rusyd dalam usahanya menghindari betapa jauhnya ia dari Plotinus. Adapun
emanasi mengatakan bahwa yang banyak terjadi perbedaan pendapat antara Ibn Rusyd
itu timbul dari ketiga himpunan sebab yang ,EQ6ƯQƗDGDODK
dikemukakan di atas, yakni DOLVWLµGƗGƗWDO ,EQ 6ƯQƗ GDODP PHQJHPXNDNDQ IDOVDIDW
¶ƗOƗWdan al-Mutawas̞s ̞it́ƗW. Ketiga himpunan Aristoteles tidak langsung mengambil
sebab di atas bernaung pada yang satu dan darinya, tetapi melalui sumber kedua se-
kembali pada yang satu, karena keberadaan hingga dikhawatirkan lebih banyak yang
masing-masing dalam kesatuan yang murni salah ketimbang yang benar, sementara
merupakan sebab dari yang banyak. Ibn Rusyd langsung mengambil dari al-
Dalam pada itu, Ibn Rusyd membedakan 0XµDOOLPDO$ZZDO
antara DOµƗODP DOµXOXZZƯ dan DOµƗODP DO ,EQ6ƯQƗWHUSHQJDUXKROHKSUHPLVSUHPLV
VXÀƗMenurutnya, manusia dapat mengetahui
teologi, sedangkan Ibn Rusyd berpegang
DOµƗODP DOµXOXZZƯ dengan memerhatikan
pada premis-premis EXUKƗQƯ
unsur yang empat, yaitu air, udara, api dan
Ibn Rusyd juga mengritik pendapat
WDQDK %LOD NHVHPXD LQL WHODK GLSDKDPL
DO*KD]ƗOƯ \DQJ PHQJDWDNDQ EDKZD DODP
maka kita menuju kepada Yang Maha Tinggi
diciptakan dari tiada. Menurut Ibn Rusyd
(Allah) sebagai Pencipta yang potensial (bi
tidak ada ayat yang menjelaskan bahwa alam
DOTXZZDK menjadi bentuk yang aktual
diciptakan dari tiada, bahkan sebaliknya
EL DO¿µO tanpa memaksakan diri untuk
alam diciptakan dari suatu yang sudah ada.
menganut emanasi dan akal sepuluh.
-LND GHPLNLDQ DO*KD]ƗOƯ GL VLQL PHQJDPELO
%HUGDVDUNDQ SHPEDJLDQ DODP NHSDGD
DUWL PDMƗ]Ư GDQ ,EQ 6ƯQƗ \DQJ PHQJDPELO
DOVXÀƗ dan DOµXOXZZƯ, adanya unsur
arti lafzҝƯ1DPSDNQ\DPHQXUXWSHPLNLUDQDO
yang empat serta adanya dua bentuk pemi-
*KD]ƗOƯGLNDOD$OODKPHQFLSWDNDQDODP\DQJ
kiran, yaitu potensial dan aktual sebagai
ada hanya Allah sendiri dan tidak sesuatu pun
dikemukakan Ibn Rusyd di atas, maka
VHODLQ1\D 6HGDQJNDQ PHQXUXW SHPLNLUDQ
dapat diduga pendapat tersebut berasal dari
,EQ 6ƯQƗ GL NDOD $OODK PHQFLSWDNDQ DODP
Aristoteles. Kalau demikian halnya, maka
sudah ada sesuatu dan dari sesuatu itulah
Ibn Rusyd telah mampu meyakini hubungan
alam diciptakan Allah.
yang banyak (alam) dengan Yang Satu (Allah)
Untuk mendukung pendapatnya, Ibn
tanpa harus bersandar pada falsafat emanasi
Rusyd mengemukakan sejumlah ayat-ayat al-
atau akal sepuluh. Karena itu tidaklah benar
4XU¶ƗQ VXUDW DO$QEL\Ɨ¶ +njG
tuduhan yang mengatakan bahwa takwil Ibn
FusҚs ҚLODW GDQ DO0X¶PLQnjQ
Rusyd dalam masalah ini mengarah kepada
'DUL NHWHUDQJDQ D\DWD\DW GL DWDV GDSDW
Plotinus. Kritikannya terhadap pendahulu-
disimpulkan bahwa sebelum alam ini
pendahulunya, kecenderungannya terhadap
diciptakan sudah ada sesuatu yang lain,
falsafat Aristoteles, dan pengakuannya ter-
yakni air dan uap. Dengan demikian, kata Ibn
hadap adanya hubungan yang mesti antara
5XV\GSHQGDSDW,EQ6ƯQƗ\DQJVHVXDLGHQJDQ
NHDQHNDDQDOZXMnjGEDLN\DQJDGDGLODQJLW
EXQ\L D\DW VHGDQJNDQ SHQGDSDW DO*KD]ƗOƯ
tidak sesuai dengan arti lahir ayat.
Ibn Rusyd, 7DKƗIXWDO7DKƗIXW
MuhҝDPPDG µƖWѽLI DOµ,UƗTƯ al-Manhaj al-
1DTGƯ IƯ )DOVDIDK ,EQ 5XV\G .DLUR 'ƗU DO0DµƗULI
+DUXQ 1DVXWLRQ ³$O*KD]ƗOƯ GDQ Falsafat,”
PDNDODKVLPSRVLXPWHQWDQJDO*KD]ƗOƯGLVHOHQJJDUDNDQ
Fuad Mahbub Siraj, Kosmologi dalam Tinjauan Failasuf Islam 121
GXNKƗQ Dari materi inilah alam diciptakan. Dari hasil penelitian sains menunjukkan
Penciptaan alam ini menurut Ibn Rusyd bahwa alam semesta tercipta dari ketiadaan.
berlangsung terus menerus sejak azali. Jadi 0HQXUXW%DLTXQLLQLWHUMDGLVHEDJDLJXQFDQJDQ
penciptaan tidak bermakna LEGƗµ yang kevakuman yang membuatnya mengandung
konotasinya adalah penciptaan dari tiada, energi yang sangat tinggi dalam singularitas
tapi penciptaan itu mengandung arti ƯMƗG yang tekanannya negatif. Telah disebutkan,
yang berkonotasi pada penciptaan dari suatu kevakuman yang memunyai kandungan energi
yang sudah ada semenjak azali. Karenanya luar biasa besar dan tekanan gravitasi negatif
alam menurut Ibn Rusyd senantiasa berada ini menimbulkan dorongan eksplosif keluar
GDODP SURVHV SHPEHQWXNDQ DOZXMnjG VHFDUD dari singularitas. Karena itu, kesimpulan ini
terus menerus semenjak zaman tak bermula. tidak dapat disangkal lagi, tiada energi, tiada
Kosmologi modern dalam menjelaskan materi, tiada ruang dan tiada waktu. Ketika
penciptaan alam semesta berpegang kepada terjadi ledakan yang sangat hebat, bagaikan
teori big bang. Kosmolog pertama yang bola api, maka energi, materi beserta ruang
merumuskan teori standar ini ialah Georges waktu keluar dengan kekuatan yang luar biasa
/HPDLWUH NHEDQJVDDQ %HOJLD dahsyat dengan temperatur dan kerapatan
SDGD 0HQXUXW WHRUL LQL DODP VHPHVWD yang sangat tinggi. Dalam kondisi demikian
sebelumnya teremas dalam singularis yang molekul, atom, nucleus, proton dan neutron
NHPXGLDQ VHNLWDU PLO\DU WDKXQ \DQJ tidak dapat muncul karena akan lebur terurai
lalu meledak, pecah berkeping-keping menjadi zarah-zarah sub nuklir.
dengan dahsyatnya. Pecahan inilah yang Ketika alam semesta mendingin, karena
akan menjadi atom, bintang-bintang dan ekspansinya yang super cepat, sehingga
galaksi-galaksi. Karena pemuaian, alam suhunya merendah melewati 1.000 trilyun-
semesta galaksi-galaksi kemudian bergerak trilyun derajat, pada umur 10 sekon, terjadi
saling menjauh dan akan terus bergerak. gejala-gejala ‘lewat dingin,’ maka di alam
Pandangan di atas diperkuat pula oleh hasil semesta terjadi pula semacam ‘pengem-
observasi radio-astronom Arno Penzias bunan.’ Pada saat pengembunan tersentak,
ODKLU EHUNHEDQJVDDQ <DKXGL GDQ keluarlah materi dalam bentuk energi yang
5REHUW :LOVRQ ODKLU EHUNHEDQJVDDQ memanaskan alam kembali menjadi 1.000
Amerika Serikat—pemenang hadiah nobel WULO\XQWULO\XQ GHUDMDW 1DPXQ VHOXUXK DODP
3DGD PHUHND PHQJXQJNDSNDQ terdorong membesar dengan kecepatan yang
keberadaan gelombang-mikro yang datang luar biasa selama waktu 10 sekon. Ekspansi
ke bumi dari segala penjuru alam semesta yang luar biasa cepatnya ini menimbulkan
yang tersisa dari peristiwa Big Bang. Pada kesan bahwa alam ini digelembungkan
VDDW \DQJ KDPSLU EHUVDPDDQ %RE 'LFNH dengan tiupan dahsyat, yang dikenal sebagai
ODKLUEHUNHEDQJVDDQ$PHULND6HULNDW JHMDODLQÀDVL
menemukan bahwa gelombang radiasi serupa Dengan demikian kosmologi yang
dapat muncul sebagai kilatan dari Big Bang.46 ditawarkan Ibn Rusyd tidak sesuai dengan
Peninggalan era Big Bang ini dapat terdeteksi kesimpulan dari hasil penelitian kosmolog
melalui radiasi gelombang-mikro bersuhu yang berpendapat bahwa alam diciptakan
GHUMDW . ¶ & \DQJ VDPSDL VDDW LQL dari ketiadaan. Sedangkan materi asal alam
membanjiri kosmos. semesta yang disebutkan Ibn Rusyd yakni,
DOPƗ¶ dan DOGXNKƗQ menurut kosmolog
John Gribbin, In search of The Big Bang (t.t.:
&RUJL%RRN Penciptaan,” +DULDQ.RPSDV$JXVWXV
John Gribbin, In search of The Big Bang,
$KPDG%DLTXQLTeropong Islam terhadap Ilmu
.DUOLQD /HNVRQR ³0HODFDN 3HPLNLUDQ 6DDW Pengetahuan6ROR5DPDGKDQL
Fuad Mahbub Siraj, Kosmologi dalam Tinjauan Failasuf Islam 123
berjalan sesuai dengan hukum yang telah $OODK MXJD \DQJ PHQHQWXNDQ %HUGDVDUNDQ
ditentukan Allah sebagai suatu keniscayaan. kesejarahan, pada zaman klasik Islam (abad
Seperti yang dikemukakan Ibn Rusyd, 0GLDQWDUD\DQJPHPEDZDNHPDMXDQ
mengingkari hal ini merupakan pernyataan umat Islam adalah kepercayaan mereka
yang tidak nalar. Allah menciptakan segala WHUKDGDS KXNXP DODP DWDX VXQQDWXOOƗK
sesuatu di alam ini memiliki sifat-sifat sebagai suatu keniscayaan, sehingga umat
khusus (G]ƗWL\\DK) Tanpa adanya sifat Islam pada bidang ilmu pengetahuan adalah
khusus ini kita tidak bisa membedakan antara umat yang menentukan dan tidak ditentukan
satu benda dengan benda lain, seperti panas atau mereka adalah imam-imam atau
adalah sifat khusus api, dingin sifat khusus es pemimpin-pemimpin intelektual dunia.
dan lainnya. Sifat-sifat ini tidak akan berubah
selamanya dan ia kosmopolitan di alam. Jika Simpulan
tidak demikian ilmu pengetahuan tidak bisa Failasuf Islam, khususnya failasuf
berkembang. Kemajuan ilmu pengetahuan madzhab Peripatetik Islam, dalam membangun
berdasarkan adanya sifat yang tetap di alam. kosmologi cenderung menghidupkan kembali
Memercayai ilmu pengetahuan sebenarnya madzhab Aristoteles, yakni alam diciptakan
memercayai kemampuannya untuk meramal dari materi yang sudah ada secara terus
DWDVGDVDUKXNXPKXNXPDODPVXQQDWXOOƗK menerus sejak zaman tak bermula sampai
Di sanalah akan terlihat adanya hikmah dan tak berhingga. Kosmologi para failasuf Islam
keserasian antara manusia dan alam semesta. ini ternyata tidak sesuai dengan temuan
Memercayai undang-undang alam atau kosmologi yang menyatakan alam semesta
VXQQDWXOOƗKVHEDJDLVXDWXNHQLVFD\DDQPHUX- diciptakan dari ketiadaan. Pemikiran failasuf
pakan suatu hal yang sangat pantas, karena Islam ini tidak bertentangan dengan prinsip
jika sesuatu di alam ini terjadi secara kebetu- DO4XU¶ƗQQDPXQSHPLNLUDQPHUHNDVHEDJDL
lan atau tergantung kepada keputusan Allah layaknya pemikiran failasuf hanya bersifat
yang tidak dapat diduga-duga, maka tidak spekulatif. Sebenarnya pemikiran spekulatif
akan ada pola rasional yang dapat diamati kaum failasuf Islam tentang alam semesta
GDODP FLSWDDQ1\D 7HODK GLVHEXWNDQ NHPD- seperti yang berlalu, jika dilihat pada masa
juan ilmu pengetahuan tergantung kepada mereka ia merupakan suatu prestasi yang
manusia dalam memahami hukum-hukum sangat dibanggakan. Tentu saja formulasi
yang berlaku di alam tanpa mengalami pe- yang mereka susun sebatas pengetahuan atau
rubahan dan penyimpangan. Sebab itu, eksis- cakrawala yang berkembang pada zamannya.
tensi Allah dapat dibuktikan dengan adanya Memang kalau dilihat pada masa kekinian,
NHWHQWXDQ \DQJ WHWDS \DQJ GLEHUODNXNDQ1\D jelas daya kreasi mereka tersebut telah
SDGDDODPFLSWDDQ1\D ketinggalan zaman (out of date) dan tidak
Telah dikemukakan bahwa pandangan mungkin terpakai lagi. Karena masalah alam
di atas tidaklah berarti meredusir kekuasaan VHPHVWD WHUPDVXN SHUVRDODQ ¿VLN HPSLULV
mutlak Allah dan memberikan kekuasaan yang dapat diindera, maka faktualnya dapat
pada alam semesta, akan tetapi undang- diteliti dan diamati sesuai dengan bidang
undang alam itu pada dasarnya diciptakan ilmunya, yakni sains dana teknologi yang
Allah sesuai dengan kehendak mutlak atau telah menggunakan peralatan-peralatan yang
NHKHQGDN EHEDV1\D \DQJ SDGD KDNLNDWQ\D telah mencapai taraf kecanggihannya.
Ibn Rusyd, 7DKƗIXWDO7DKƗIXW0XKҝammad
µƖWѽLIDOµ,UƗTƯ7DMGƯGDO0DG]KDEDO)DOVD¿\\DKZDDO
.DOƗPL\\DK(Kairo: 'ƗUDO0DµƗULI