Professional Documents
Culture Documents
Kajian Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Di Kabupaten Bangka Tengah
Kajian Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Di Kabupaten Bangka Tengah
ABSTRACT
Slum area remains as the main problem faced in urban settlement areas, especially in
developing countries. Slum area in Central Bangka Regency reaches a total area of 55.92 hectares,
covering 9.1% of Central Bangka Regency area. The local government formulized a strategy named
Construction and Development Plan of Housing and Settlement Areas (Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman/RP3KP). The objective of this strategy is to
analyze whether the strategy for slum upgrading in Central Bangka Regency has been formulated
effectively. This is significant since a study of the strategy needs to be conducted before the strategy
is legalized and becomes the basic framework for implementation. Quantitative technique is depicted
throughout this article by comparing strategies resulted from the RP3KP document with literature
driven indicators and with Law Number 1 Year 2011 on Housing and Settlements. Result shows that
the plan has been formulated effectively according to three assessment aspects, namely political
aspects, administrative aspects, and their suitability to Law Number 1 Year 2011. Despite, for more
effective implementation, is it suggested to operationalize the strategy by formulating mechanisms
and instruments for effective governance. More detailed implementation strategies shall be
regulated, to not only concentrate on physical aspects, but also on non-physical aspects, such as
social, economic, and demographical aspects.
Keywords: effectiveness, indicators, slum, strategy
ABSTRAK
Kawasan kumuh hingga saat ini masih menjadi masalah utama yang dihadapi di kawasan
permukiman khususnya negara berkembang. Kawasan kumuh di Kabupaten Bangka Tengah
mencapai total luasan kawasan 55.92 hektar yang berarti meliputi 9.1 % dari total luas Kabupaten
Bangka Tengah. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka Tengah Menyusun strategi
penanganan kawasan kumuh melalui penyusunan dokumen Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP). Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengkaji apakah strategi penanganan kawasan kumuh di Kabupaten Bangka Tengah telah disusun
secara efektif. Hal ini penting karena kajian terhadap strategi perlu dilakukan sebelum strategi
dilegalkan dan menjadi dasar hukum pelaksanaan penanganan kumuh. Metode analisis yang dipilih
adalah dengan melakukan teknik kuantitatif, yaitu melakukan komparasi secara deskriptif antara
dokumen RP3KP dengan indikator penilaian hasil kajian literatur dan Undang-undang Nomor 1
Tahun 2011 tentang Perumahan Permukiman. Hasil yang didapatkan dalam penilaian strategi
110
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Juni 2021, 5 (2): 110-122
penanganan kawasan kumuh dalam dokumen RP3KP Kabupaten Bangka Tengah tahun 2019 sampai
tahun 2039 yaitu dapat disimpulkan bahwa strategi penanganan kumuh di Kabupaten Bangka Tengah
telah disusun secara efektif dengan fokus pada penilaian terhadap tiga aspek yaitu aspek politis, aspek
administratif, dan kesesuaiannya dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011. Namun demikian,
dilihat dari tiga aspek penilaian tersebut, hal yang paling menonjol untuk ditambahkan sebagai
strategi yang efektif adalah upaya operasionalisasi strategi dalam penyusunan mekanisme dan
instrumen untuk ketercapaian pelaksanaan strategi. Perlu diatur lebih detail bagaimana penerapan
strategi penanganan kumuh tidak hanya melibatkan aspek fisik, namun juga aspek non fisik seperti
aspek sosial, ekonomi, dan demografi.
Dokumen RP3KP menjelaskan bahwa tidak terdapat jarak antar bangunan. Sampai
munculnya permasalahan kawasan kumuh di dengan saat ini, telah dilaksanakan beberapa
Kabupaten Bangka Tengah di antaranya karena program pembangunan rumah layak huni yang
kondisi fisik bangunan rumah semi permanen diberikan pemerintah untuk mengurangi
dan non permanen sehingga tidak layak huni. masalah kondisi bangunan gedung yang tidak
Selain itu, pembangunan permukiman yang layak huni. Namun, masih terdapat banyak
tidak sesuai dengan alokasi peruntukan bangunan semi permanen dan non permanen.
perumahan dalam RTRW, sehingga Hal tersebut didukung dengan hasil wawancara
menyebabkan kekumuhan di lokasi ilegal. dengan salah satu responden.
Kondisi sarana dan prasarana yang tidak “Kurang lebih 4/5 rumah mendapat bantuan
memenuhi persyaratan menyebabkan kawasan bedah rumah dengan ukuran 4x5 langsung
dari pemerintah, dari kayu menjadi tembok.”
tersebut menjadi kumuh. Permasalahan kawasan (MV/004/22062019)
kumuh di Kabupaten Bangka Tengah dapat
diidentifikasi berdasarkan indikator kekumuhan b) Kondisi Jalan Lingkungan
sesuai dengan pedoman KOTAKU Kondisi jalan lingkungan pada kawasan
(Kotaku.pu.go.id, 2017), adalah sebagai berikut: kumuh di Kabupaten Bangka Tengah mayoritas
a) Kondisi Bangunan Gedung aspal dengan kondisi baik sehingga mudah
Kondisi bangunan gedung dilihat dari dilalui (Gambar 3). Namun terdapat kawasan
kondisi atap berupa daun rumbia/seng, kondisi kumuh dengan permukaan jalan berupa tanah
dinding berupa bambu dan kondisi lantai berupa khususnya pada kawasan ilegal. Mayoritas lebar
tanah atau papan. Kondisi bangunan gedung jalan lingkungan yaitu 2 meter sehingga sulit
kawasan kumuh ilegal yang berada di tepi sungai untuk dilalui oleh kendaraan yang
dan pantai memiliki Koefisien Dasar Bangunan bersimpangan.
(KDB) dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
yang tidak sesuai dengan ketentuan sehingga
h) Kondisi Ruang Terbuka Publik Kelurahan Sungaiselan dan Desa Padang Mulya
Lahan untuk ruang terbuka publik di dengan melihat kondisi rumah dan prasarana
kawasan kumuh Kabupaten Bangka Tengah lingkungan sekitar. Wawancara dilakukan
tergolong minim. Minimnya ruang terbuka kepada tokoh masyarakat di lokasi prioritas
publik tersebut menyebabkan kurangnya kumuh, sejumlah 7 responden. Wawancara juga
sosialisasi antar masyarakat dikarenakan tidak dilakukan terhadap 5 stakeholder kunci dari : 1.
adanya ruang temu untuk bersosialisasi. Ruang Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
terbuka publik yang minim tersebut dikarenakan dan Perhubungan Kabupaten Bangka Tengah, 2.
tidak adanya jarak antar bangunan. Mayoritas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
masyarakat yang berada di kawasan kumuh (BAPPEDA) Kabupaten Bangka Tengah, 3.
menggunakan jalan lingkungan yang sempit Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten
untuk bersosialisasi antar masyarakat Bangka Tengah, 4. Dinas Pekerjaan Umum,
dikarenakan ketidaktersediaan lahan untuk Penataan Ruang dan Pertanahan (DPUTRP)
ruang terbuka publik. Kabupaten Bangka Tengah, dan 5. Balai
Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW)
Identifikasi Strategi Penanganan Kawasan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Kumuh di Program RP3KP Dalam penyusunan strategi penanganan
kumuh, Tim Penyusun Dokumen RP3KP
Penanganan kawasan kumuh pada melakukan dua kali kegiatan Focus Group
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Discussion (FGD). Ini berarti Pemerintah
Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kabupaten Bangka Tengah mengupayakan
Kabupaten Bangka Tengah, ditentukan sesuai terjadinya pendalaman pengetahuan lokal
tipologi kawasan kumuh yang disesuaikan terhadap apa yang terjadi di lapangan. Kegiatan
dengan kondisi kekumuhan, legalitas lahan dan survei yang dilakukan oleh Tim Penyusun,
kriteria dari masing-masing tipologi. Pada diperdalam dengan investigasi menyeluruh
Rencana Pembangunan dan Pengembangan terhadap semua stakeholder yang terlibat.
Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Tujuannya adalah untuk mempelajari
Kabupaten Bangka Tengah, indikasi program kesenjangan pada kondisi eksisting dan
penanganan kawasan kumuh dilakukan dengan mengidentifikasi upaya optimalisasi potensi
peningkatan kualitas (Tengah & Diponegoro, yang ada (Boonyabancha & Kerr, 2018). Setiap
2019). Peningkatan kualitas perlu dilakukan kegiatan FGD melibatkan masyarakat, yang
untuk mewujudkan PKP (Perumahan dan diwakili oleh pihak kecamatan, swasta dan dinas
Kawasan Permukiman) yang layak huni dengan terkait. Jumlah total undangan ada 16 orang yang
lingkungan sehat, aman, nyaman dan teratur. mewakili instansi terkait. FGD pertama
Peningkatan kualitas kawasan kumuh tidak melakukan pembahasan terkait permasalahan
terpaku pada kondisi rumah/hunian saja tetapi perumahan dan kawasan permukiman,
juga peningkatan Prasarana, Sarana dan Utilitas sedangkan FGD kedua berupa penjaringan
Umum (PSU) sebagai kebutuhan penunjang aspirasi strategi penanganan permasalahan
perumahan dan permukiman. Peningkatan perumahan dan kawasan permukiman. Sebagai
kualitas kawasan kumuh dapat dibagi menjadi contoh, dalam kegiatan FGD pertama dilakukan
peningkatan kualitas kawasan kumuh (Slum) dan verifikasi permasalahan permukiman ilegal dan
peningkatan kawasan kumuh ilegal (Squatter). kumuh, permukiman dekat dengan kawasan
Pengumpulan data yang dilakukan oleh rawan bencana, permukiman dekat dengan
tim penyusun melalui kegiatan observasi perkebunan kelapa sawit dan permukiman dekat
lapangan dan wawancara kepada pihak terkait. dengan kawasan tambang, serta dampak bagi
Observasi lapangan dilakukan pada empat permukiman yg ada di sekitar itu.
kawasan kumuh di Kabupaten Bangka Tengah, Ini sekaligus menerapkan konsep
yaitu di Desa Batu Belubang, Desa Kurau, mempraktekkan budaya berpartisipasi (French et
al., 2019), yaitu membiasakan masyarakat untuk termasuk juga Dinas Sosial dan Kependudukan
terus berkomitmen dan berperan aktif dalam untuk hal tersebut. Hal positif yang dapat
menentukan kondisi layak huni versi mereka, dicermati dari proses diskusi dalam FGD adalah
keluar dari kondisi kekumuhan yang ada. tingginya semangat partisipan. Hal ini
Walaupun pada kenyataannya, saat dilakukan ditunjukkan dengan kelengkapan daftar hadir
diskusi, usulan dari masyarakat perlu dibatasi undangan yang mewakili variasi instansi. Selain
dengan pertimbangan prioritas penganggaran menegaskan adanya komitmen dari instansi
yang mencukupi terlaksananya program. terkait, kondisi ini juga menunjukkan adanya
Sebagai hasil kesepakatan dalam FGD kedua representasi kepentingan yang beragam untuk
direkomendasikan tipologi penanganan kumuh bersama menyelesaikan masalah kumuh.
di masing-masing lokasi dapat dilihat pada Tabel
2. Kajian Penilaian Strategi Penanganan
Kumuh
Tabel 2. Pola penanganan kawasan kumuh
No Kelurahan/ Tipologi Pola a. Penilaian berdasarkan Indikator Politis
Desa Kumuh Penanganan Berdasarkan data dan informasi yang
1. Batu Kumuh di Resettlement
Belubang tepi tercantum dalam Dokumen RP3KP, strategi
pantai penanganan yang dilakukan pada kawasan
dan ilegal kumuh (slum) berupa penataan perumahan dan
di permukiman kumuh dilakukan dengan
sempadan
sungai perbaikan permukiman kumuh menjadi
2. Kurau Kumuh di Permukiman permukiman yang layak huni. Secara proses,
tepi kembali upaya yang dilakukan dalam RP3KP telah
sungai dengan merefleksikan kemampuan pemerintah lokal dan
dan ilegal relokasi dan
di konsolidasi masyarakat untuk menemukenali kebutuhannya
sempadan lahan (Muchadenyika & Waiswa, 2018). Substansi
sungai yang dibahas tidak hanya tentang prioritas
3. Sungaiselan Kumuh Rehabilitasi penanganan kumuh seperti renovasi, relokasi
daratan dan
Rekonstruksi dan resettlement tetapi juga kepada
4. Padang Kumuh Rehabilitasi pembangunan baru dan pembangunan khusus
Mulya daratan dan yang direncanakan untuk menggerakkan
Rekonstruksi ekonomi rakyat. Strategi ini muncul saat FGD,
Sumber: RP3KP Kabupaten Bangka Tengah (2019).
mengingat Kabupaten Bangka Tengah
Pentingnya tata kelola berbasis merupakan kabupaten kepulauan yang
masyarakat (community governance), merubah membutuhkan sektor basis untuk menciptakan
kerjasama bersifat proyek ke kerjasama percepatan pertumbuhan ekonomi. Dengan
berdasarkan kemanfaatan antara kedua belah kondisi keterbatasan transportasi antar pulau dan
pihak (Hasanawi et al., 2019). Hal ini tercermin minimnya sarana prasarana, tetapi unggul dalam
dalam proses diskusi FGD yang cukup lama hal produk perkebunan dan pariwisata alam.
durasinya dan dengan dinamika masalah yang Sehingga muncul rekomendasi kebutuhan
ditampilkan menjadi terpetakan. Permasalahan konsep hunian yang terintegrasi dengan pola
yang ditemui tidak hanya permasalahan fisik pariwisata kepulauan. Informasi ini
saja, tapi permasalahan non fisik. Sebagai dikemukakan oleh ketua masyarakat (French et
contoh bagaimana mempertahankan modal al., 2019; Purwanto et al., 2017; Meredith &
sosial yang sudah terjalin antar anggota MacDonald, 2017), yang diakomodir dengan
masyarakat di lokasi kumuh eksisting dan baik oleh seluruh peserta FGD.
kemudian direlokasi (Mitra et al., 2017). Selain penataan pada rumah, dilakukan
Sehingga penting melibatkan dinas terkait, juga pembangunan dan peningkatan kualitas
prasarana lingkungan kawasan kumuh agar strategis terkait seperti Dinas Lingkungan Hidup
memiliki lingkungan yang sehat. Kegiatan (DLH) Kabupaten Bangka Tengah, Dinas
pencegahan dan pengendalian munculnya Penanaman Modal, Pelayanan Perizinan
perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja
juga menjadi strategi program yang cukup (DPMPTSPTK) Kabupaten Bangka Tengah,
penting. Sedangkan penanganan kawasan Real Estate Indonesia (REI), Asosiasi
kumuh ilegal (squatter) dilakukan penegakan Pengembang Perumahan dan Permukiman
sanksi pemindahan (relokasi) rumah/hunian Seluruh Indonesia (APERSI) Provinsi Bangka
yang berada di sempadan sungai dan pantai ke Belitung, Perusahaan Daerah Air Minum Tirta
lokasi yang sesuai rencana tata ruang. Selain itu (PDAM Tirta) Kabupaten Bangka Tengah,
dilakukan sosialisasi dan pembinaan kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN) Rayon Koba
masyarakat di kawasan permukiman ilegal agar dan Dinas Sosial Kependudukan Kabupaten
bertempat tinggal sesuai rencana tata ruang. Bangka Tengah.
Sehingga tidak bertambah kawasan kumuh ilegal
di Kabupaten Bangka Tengah. Diversifikasi Tabel 3. Rangkuman penilaian indikator politis
yang dilakukan terhadap pilihan jenis program terhadap perumusan strategi dalam RP3KP
Aspek Penjelasan
menunjukkan peran pemerintah sebagai Appropriateness Produk RP3KP telah
penyedia (enabler) (Muchadenyika & Waiswa, (kesesuaian) melakukan identifikasi detail
2018; Ebekozien et al., 2019) mendorong terhadap permasalahan dan
munculnya beberapa solusi dalam strategi solusi yang diberikan telah
sesuai dengan tipologi
program yang berlandaskan pada kearifan lokal. masalah dan lokasi.
Mengupayakan terjadinya partisipasi secara Responsiveness Dengan adanya diversifikasi
kontinyu memberikan keterampilan pada (tepat sasaran) strategi yang dipilih,
masyarakat untuk dapat membedakan kebutuhan merefleksikan upaya untuk
mengakomodir kepentingan
dan keinginan. Memberikan pemahaman kepada masyarakat yang berbeda
instansi terkait bahwa kolaborasi menjadi tergantung pada derajat
penting dalam hal ini. (Das, 2017; Das, 2018; kekumuhannya.
Acceptability Terdapat 16 orang perwakilan
Jones, 2017).
(penerimaan) organisasi yang dilibatkan
Penanganan kawasan kumuh pada dalam FGD. Penerimaan
dokumen RP3KP di Kabupaten Bangka Tengah terhadap strategi dalam
dipertimbangkan berdasarkan hasil identifikasi dokumen RP3KP dibuktikan
dalam penyepakatan masalah-
permasalahan kawasan kumuh sehingga telah
masalah utama di tiap-tiap
sesuai jika penanganan tersebut diterapkan untuk lokasi prioritas pada FGD 1.
20 tahun perencanaan. Selain penanganan Dilanjutkan dengan
kawasan kumuh, juga ditinjau analisis terkait penyepakatan strategi terpilih
oleh SKPD dan masyarakat
pembangunan rumah baru dan pembangunan pada pelaksanaan FGD
khusus. Pembangunan rumah baru terkait kedua. Ini berarti ada kegiatan
dengan penyediaan rumah formal dan swadaya. verifikasi dan penyampaian
Di sini juga dibuatkan roadmap, untuk alokasi persetujuan bahwa hasil
strategi terpilih telah melalui
jumlah, jenis dan lokasi berdasarkan analisis proses diskusi yang cukup
kebutuhan. Sedangkan pembangunan khusus komprehensif.
terkait pada kegiatan integrasi perumahan Sumber: Analisis penulis (2020).
dengan penciptaan pertumbuhan ekonomi lokal
b. Penilaian berdasarkan Indikator
dan penyerapan tenaga kerja. Pembangunan
Administratif
khusus yang terkait dengan permukiman dekat
Menilik rujukan pengalaman pengusiran
dengan kawasan pariwisata, kawasan pulau
keluarga miskin dari kampung kumuh di
kecil, perumahan tradisional, dan agropolitan
Belgrade (Vuksanović-Macura & Macura, 2018)
minapolitan. Dengan melibatkan instansi
dan penghunian rumah yang layak huni. bekerja berkesinambungan mencapai kondisi
Dibandingkan dengan dokumen RP3KP, maka lebih baik. Hal ini sudah diawali dengan
strategi penanganan kumuh masih berfokus pada kegiatan FGD yang dilakukan 2 kali dan
peningkatan kualitas dan pemenuhan mengundang semua stakeholder.
infrastruktur pendukung hunian layak huni. Penulis menemukan beberapa catatan
Dengan kata lain, dokumen RP3KP Bangka dalam strategi RP3KP Bangka Tengah yang
Tengah telah mengikuti petunjuk Undang- seharusnya disesuaikan dengan Undang Undang
Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan Permukiman tersebut. Hal yang
Perumahan dan Permukiman. paling mendasar adalah sulitnya
Pasal 95 mengatur tentang pelaksanaan mengintegrasikan konsep hunian yang memadai,
strategi penanganan kumuh seharusnya karena ketiadaan akses transportasi umum.
mencakup dua kegiatan utama yaitu Mobilitas penduduk sebagian besar
pengendalian dan pemberdayaan masyarakat. menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan
Upaya yang dilakukan dalam perumusan strategi hasil angkut kebun. Sehingga dari sini
penanganan kumuh di Bangka Tengah ditemukenali bahwa penyediaan angkutan
dititikberatkan pada upaya pertama, yaitu umum menjadi sama pentingnya dengan
pengendalian dan mencegah munculnya penanganan kumuh. Yang kedua adalah
kawasan kumuh baru. Tidak ada pembahasan ketidaktersediaan data yang valid, terutama
yang mengatur detail tentang strategi terkait rencana tapak. Sebenarnya, telah
pemberdayaan masyarakat. Yang ditekankan dilakukan pendekatan untuk mengkonfirmasi
adalah upaya pembagian bidang pekerjaan antar kevalidan data tapak dengan melibatkan
instansi, swasta sebagai pendukung dan wawancara penduduk, namun ditolak karena
masyarakat sebagai pelaku. Pasal 96 dan 97 masyarakat menganggap mereka akan digusur
mengatur lebih detail tentang jenis strategi yang dari lingkungan tempat tinggal eksisting. Hal ini
diperbolehkan, yaitu ada 3 jenis, yang meliputi menguatkan perlunya diciptakan kepercayaan
pemugaran, peremajaan dan permukiman melalui transparansi kegiatan dengan sosialisasi
kembali. Dokumen RP3KP jelas sekali sudah yang intensif.
menggambarkan dengan baik pelaksanaan
aturan pasal 96 dan 97 ini.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kepastian mendapatkan penghidupan dari
kegiatan ekonomi yang ada di sekitar rumah,
Artikel ini secara jelas telah
menjadikan rumah tangga mandiri dan
menggambarkan penilaian yang dilakukan
berkemampuan. Hal ini menjadi salah satu tolok
dalam strategi penanganan kumuh dalam
ukur keberhasilan dari program penanganan
dokumen RP3KP Kabupaten Bangka Tengah
pemukiman kumuh, (Danso-wiredu &
tahun 2019 sampai tahun 2039, dengan fokus
Midheme, 2017; Mitra et al., 2017) khususnya
pada penilaian terhadap 3 aspek yaitu aspek
pada program relokasi dan resettlement. Terkait
politis, aspek administratif dan kesesuaiannya
dengan pemberdayaan masyarakat yang dibahas
dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
jelas dalam penilaian administratif dan
tentang Perumahan dan Permukiman. Secara
komparasi terhadap Undang-Undang Nomor 1
proses, penyusunan dokumen ini telah dilakukan
Tahun 2011 tentang Perumahan dan
dengan baik karena memenuhi kriteria
Permukiman, menjadi catatan bahwa ternyata
partisipasi dari stakeholder dan kuatnya peran
Dokumen RP3KP Bangka Tengah belum
pemerintah sebagai enabler. Selain itu, karena
memberikan analisis khusus terhadap bagaimana
proses penyusunan dokumen dilakukan secara
sebaiknya pemberdayaan masyarakat diterapkan
bottom up melalui mekanisme FGD maka
agar strategi penanganan kumuh menjadi lebih
memberikan kemampuan tambahan bagi
efektif. Kuncinya adalah mengajak keterlibatan
masyarakat untuk diskusi, menyampaikan
semua pihak terkait, khususnya masyarakat, agar
pendapat dan bernegosiasi. Dilihat dari Cherunya, P. C., Truffer, B., Samuel, E. M., & Lüthi,
kesempatan berkontribusi dan berpartisipasi C. (2021). The challenges of livelihoods
tercipta hubungan positif pemerintah masyarakat reconstruction in the context of informal
settlement upgrading. Environment and
(state civil society relationship) yang mengawali
Planning A, 53 (1), 168–190.
terjadinya kolaborasi antar instansi strategis
https://doi.org/10.1177/0308518X20926514
yang terlibat.
Danso-wiredu, E. Y., & Midheme, E. (2017). Slum
Namun demikian dilihat dari 3 penilaian di upgrading in developing countries: lessons
atas, hal yang paling menonjol untuk from Ghana and Kenya. Ghana Journal of
ditambahkan sebagai strategi yang efektif adalah Geography, 9 (1), 88–108.
pada upaya operasionalisasi strategi dalam Das, A. (2017). A city of two tales: Shelter and
penyusunan mekanisme dan instrumen untuk migrants in surabaya. Environment and
ketercapaian pelaksanaan strategi. Perlu diatur Urbanization ASIA, 8 (1), 1–21.
lebih detail bagaimana penerapan strategi https://doi.org/10.1177/0975425316686501
Das, A. (2018). Is innovative also effective? A
penanganan kumuh tidak hanya melibatkan
critique of pro-poor shelter in South-East Asia.
aspek fisik, namun juga aspek non fisik seperti
International Journal of Housing Policy, 18
aspek sosial dan ekonomi. Yang tidak kalah
(2), 233–265.
penting adalah, perlunya tetap mengupayakan https://doi.org/10.1080/14616718.2016.12486
konteks pemberdayaan masyarakat sebagai 06
amanat dari petunjuk pelaksanaan Undang- Ebekozien, A., Abdul-Aziz, A. R., & Jaafar, M.
Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang (2019). Low-cost housing policies and
Perumahan Permukiman. squatters struggles in Nigeria: the Nigerian
Sebagai penutup, penulis perspective on possible solutions. International
merekomendasikan perlunya ditambahkan Journal of Construction Management, 0 (0), 1–
11.
strategi tentang tata kelola pencapaian program
https://doi.org/10.1080/15623599.2019.16025
kegiatan penanganan kumuh sesuai tipologi
86
tingkat kekumuhan dan lokasi di Kabupaten
El Menshawy, A., Aly, S. S., & Salman, A. M.
Bangka Tengah. Selain itu, juga perlu (2011). Sustainable upgrading of informal
melibatkan lebih jauh lagi peran swasta. Tidak settlements in the developing world, case study:
hanya terbatas pada organisasi yang terlibat Ezzbet Abd El Meniem Riyadh, Alexandria,
langsung misalnya pengembang perumahan Egypt. Procedia Engineering, 21, 168–177.
yang terlibat dalam REI (Real Estate Indonesia) https://doi.org/10.1016/j.proeng.2011.11.2001
dan APERSI (Asosiasi Perumahan Seluruh Elias, P., Babatola, O., Omojola, A., & Fasona, M.
Indonesia) tetapi seharusnya juga melibatkan (2017). Prioritising Community Needs
Assessment towards Improved Governance of
organisasi lokal, regional, nasional, dan
Urban Services : Case Study of Lagos Slum
internasional dalam bentuk kemitraan dan pola
Settlements. Unilag Journal of Humanities
kerjasama saling menguntungkan lainnya.
(UJH), 5 (1), 25–48.
French, M., Popal, A., Rahimi, H., Popuri, S., &
DAFTAR PUSTAKA Turkstra, J. (2019). Institutionalizing
participatory slum upgrading: a case study of
Babaei, H., Ahmad, N., & Gill, S. S. (2012). Bonding, urban co-production from Afghanistan, 2002–
bridging and linking social capital and 2016. Environment and Urbanization, 31 (1),
empowerment among squatter settlements in 209–230.
Tehran, Iran. World Applied Sciences Journal, https://doi.org/10.1177/0956247818791043
17 (1), 119–126. Hasanawi, A., Masturi, H., & Hasanawi, A. (2019).
Boonyabancha, S., & Kerr, T. (2018). Lessons from Improvement of Community Governance to
CODI on co-production. Environment and Support Slum Upgrading in Indonesia. Jurnal
Urbanization, 30 (2), 444–460. Perencanaan Pembangunan: The Indonesian
https://doi.org/10.1177/0956247818791239 Journal of Development Planning, 3 (3), 347–
358. https://doi.org/10.36574/jpp.v3i3.88
Jones, P. (2017). Formalizing the informal: Muchadenyika, D. (2015). Slum upgrading and
Understanding the position of informal inclusive municipal governance in Harare ,
settlements and slums in sustainable Zimbabwe : New perspectives for the urban
urbanization policies and strategies in poor. Habitat International, 48, 1–10.
Bandung, Indonesia. Sustainability https://doi.org/10.1016/j.habitatint.2015.03.00
(Switzerland), 9 (8). 3
https://doi.org/10.3390/su9081436 Muchadenyika, D., & Waiswa, J. (2018). Policy,
Keuk, J. N., Abdullah, Y. A., & Hamdan, H. (2016). politics and leadership in slum upgrading: A
Eradicating Squatters through Resettlement comparative analysis of Harare and Kampala.
Programme: A Conceptual Paper. MATEC Web Cities, 82 (December 2017), 58–67.
of Conferences, 66, 1–9. https://doi.org/10.1016/j.cities.2018.05.005
https://doi.org/10.1051/matecconf/201666000 Patton, C. V, Sawicki, D. S., & Clark, J. J. (2016).
23 Basic Methods of Policy Analysis and Planning
Kotaku.pu.go.id. (2017). Tentang Program Kota Third Edition. In Edition 3.
Tanpa Kumuh (Kotaku). Retrieved from Purwanto, E., Sugiri, A., & Novian, R. (2017).
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Determined slum upgrading: A challenge to
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat participatory planning in Nanga Bulik, Central
website: Kalimantan, Indonesia. Sustainability
http://kotaku.pu.go.id/page/6880/tentang- (Switzerland), 9 (7), 1–18.
program-kota-tanpa-kumuh-kotaku https://doi.org/10.3390/su9071261
Menshawy, A. El, Shafik, S., & Khedr, F. (2016). Ramdani, B. D., & Haryanto, R. (2013). Preferensi
Affordable Housing as a Method for Informal Masyarakat terhadap Penataan Kawasan
Settlements Sustainable Upgrading. Procedia - Permukiman Nelayan Kumuh di Desa Kurau,
Social and Behavioral Sciences, 223, 126–133. Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.05.330 Jurnal Teknik PWK, 2 (3), 569–577.
Meredith, T., & MacDonald, M. (2017). Community- Sullivan, E., & Ward, P. M. (2012). Sustainable
supported slum-upgrading: Innovations from housing applications and policies for low-
Kibera, Nairobi, Kenya. Habitat International, income self-build and housing rehab. Habitat
60, 1–9. International, 36 (2), 312–323.
https://doi.org/10.1016/j.habitatint.2016.12.00 https://doi.org/10.1016/j.habitatint.2011.10.00
3 9
Michiani, M. V., & Asano, J. (2019). Physical Tengah, D. P. dan K. P. dan P. K. B., & Diponegoro,
upgrading plan for slum riverside settlement in F. T. U. (2019). Laporan Rencana Penyusunan
traditional area: A case study in Kuin Utara, RP3KP Kabupaten Bangka Tengah Tahun
Banjarmasin, Indonesia. Frontiers of 2019.
Architectural Research, 8 (3), 378–395. Vuksanović-Macura, Z., & Macura, V. (2018). The
https://doi.org/10.1016/j.foar.2019.03.005 right to housing: Squatter settlements in
Mitra, S., Mulligan, J., Schilling, J., Harper, J., interwar belgrade—the defense and demolition
Vivekananda, J., & Krause, L. (2017). of jatagan-mala. Journal of Urban History, 44
Developing risk or resilience? Effects of slum (4), 755–774.
upgrading on the social contract and social https://doi.org/10.1177/0096144216632747
cohesion in Kibera, Nairobi. Environment and
Urbanization, 29 (1), 103–122.
https://doi.org/10.1177/0956247816689218