Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Analisis Lokasi dan Potensi Wisata di dalam Pengembangan Kepariwisataan

Kecamatan Payangan, Gianyar

Listya Dewi1, Dr. Agus Kurniawan, S.T.MT2, I Nyoman Nuri Arthana, S.T.M.T3

Mahasiswa Magister Rekayasa Infrastruktur dan Lingkungan, Univrsitas Warmadewa1


Dosen Magister Rekayasa Infrastruktur dan Lingkungan, Univrsitas Warmadewa2
Dosen Magister Rekayasa Infrastruktur dan Lingkungan, Univrsitas Warmadewa3

ABSTRACT
Gianyar Regency is one of the regions that are aggressively developing its tourism potential. Payangan District
becomes one of the flagship attractions of Payangan District to be one of the flagship attractions where the development efforts
carried out by each region vary with the development of tourism in an integrated agrotourism agriculture. This research aims
to analyze the location of tourism potential in Payangan Subdistrict, to formulate strategies and programs for the development
of tourist attractions in Payangan District, Gianyar Regency. The methods used in this study consist of observations, interviews,
and documentation studies. Data is analyzed with qualitative descriptive analysis. The results showed that Payangan District
has a variety of tourism potential that can be developed into a variety of tourist attractions and activities. There are 6 (six)
tourism potentials that can be developed into tourist attractions, namely: Natural Potential which includes Ayung River and
Payangan Agrotourism, second is a tourist attraction related to the customs and traditions of the local community including
Nyepi Casa, Nyelung, and Aci Keburan, and third is historical attractions and antiquity sites, namely Sarcophagus. Existing
Conditions of Payangan Subdistrict, Gianyar is reviewed from the components of tourism products that must exist to support
a Tourist Destination consisting of 4 (four) main components (4A) namely: Attraction, Amenities, Accesbility, and Ancillary
service.
Keywords: Infrastructure, Payangan district, Location, Tourism Potential,

ABSTRAK
Kabupaten Gianyar menjadi salah satu wilayah yang sedang gencar mengembangkan potensi pariwisata yang
dimilikinya. Kecamatan Payangan menjadi salah satu daya tarik unggulan Kecamatan Payangan menjadi salah satu daya tarik
unggulan dimana upaya pengembangan yang dilakukan setiap daerah bervariatif dengan pengembangan pariwisata secara
terintegrasi pertanian agrowisata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lokasi potensi wisata di Kecamatan Payangan,
guna merumuskan strategi dan program pengembangan obyek wisata di Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar. Metode
yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Data dianalisis dengan
analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kecamatan Payangan memiliki beragam potensi wisata yang
dapat dikembangkan menjadi beragam atraksi dan aktifitas wisata. Ada 6 (enam) potensi wisata yang dapat dikembangkan
menjadi daya tarik wisata yaitu: Potensi Alam yang meliputi Sungai Ayung dan Agrowisata Payangan, kedua adalah obyek
wisata yang berkaitan dengan adat dan tradisi masyarakat setempat meliputi Nyepi Kasa, Nyelung, dan Aci Keburan, dan
ketiga adalah obyek wisata sejarah dan situs kepurbakalaan yaitu Sarkofagus. Kondisi Eksisting dari Kecamatan Payangan,
Gianyar ditinjau dari komponen produk pariwisata yang harus ada untuk mendukung suatu Destinasi Wisata terdiri dari 4
(empat) komponen utama (4A) yaitu: Attraction (Daya Tarik), Amenities (Fasilitas), Accesbility (aksesbilitas), dan Ancillary
service (pelayanan tambahan).
Kata kunci: Infrastruktur, Kecamatan Payangan, Lokasi, Potensi Wisata,

PENDAHULUAN
Kabupaten Gianyar menjadi salah satu wilayah yang sedang gencar mengembangkan potensi
pariwisata yang dimilikinya. Kabupaten Gianyar tidak hanya terkenal dengan beragam kreasi
keseniannya, tetapi tedapat juga situs cagar budaya dan arkeologinya, salah satunya adalah dengan
banyak ditemukannya Sarkofagus di daerah peninggalan bersejarah pada zaman Megalithikum yang
ditemukan disalah satu desa yang berada di Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar [1]. Posisi
Kecamatan Payangan yang berbatasan langsung dengan dua kecamatan yaitu Kecamatan Ubud dan
Kecamatan Tegallalang, telah memberikan pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan wisata di
Payangan.
Kecamatan Payangan menjadi salah satu daya tarik unggulan dimana upaya pengembangan
yang dilakukan setiap daerah bervariatif dengan pengembangan pariwisata secara terintegrasi pertanian
agrowisata. Agar ada dampak langsung ekonomi dari kegiatan pariwisata kepada masyarakat di desa
sebagai suatu komunitas desa adat. Perkembangan sangat signifikan dapat dilihat dari banyaknya

1
kedatangan wisatawan ke Gianyar dari bulan januari hingga mei total kunjungan wisatawan yaitu
2.27.491 wisatawan asing (Disparda Kabupaten Gianyar, 2017) dalam [2]
Perkembangan pariwisata di Kecamatan Payangan selama ini cukup bagus. Namun ada indikasi
bahwa sektor pariwisata masih terlihat berjalan sendiri-sendiri dan keterlibatan masyarakat masih
sangat kurang. Masyarakat, alam, dan budaya setempat hanya sebagai obyek semata [3]. Disamping itu,
masih ditemukan beberapa permasalahan, antara lain: belum diketahuinya potensi obyek wisata secara
komprehensif; belum diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke
Payangan dan belum adanya rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan
pengembangan Kawasan Pariwisata dalam kerangka pengembangan wilayah [4]. Proses pengembangan
dalam memanfaatkan kelebihan yang dimiliki tersebut harus didukung akan adanya identifikasi potensi
wisata yang masih bisa dikembangkan di Kecamatan Payangan untuk perkembangan dan pertumbuhan
perekonomian masyarakat lebih baik kedepannya.

TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Telaah penelitian sebelumnya sangat penting yang berguna mendapatkan perbandingan antara
penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh peneliti lain . Penelitian
terdahulu yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Putu Aditya Dharma Arya Wiguna, dkk
(2019) dengan judul penelitian “Identifikasi Potensi Desa Wisata Kerta Payangan, Kabupaten Gianyar,
Bali” [5]. Penelitian tersebut memiliki kesamaan fokus dengan penelitian ini yaitu membahas mengenai
Analisis dan Identifikasi Potensi Desa dengan mengandalkan potensi alam, potensi budaya, dan potensi
buatan. Adapun perbedaannya dalam penelitian ini, yaitu penelitian tersebut lebih menekankan pada
potensi Desa Wisata Kerta dengan mengandalkan potensi fisik pada sisi budaya dan perbedaan lokasi
penelitian. Acuan kedua merupakan penelitian yang dilakukan oleh Suarka (2011) yang berkaitan
dengan identifikasi potensi wisata di Desa Tihingan [6].

Pariwisata
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2001 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1, dinyatakan
bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara
sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Pengertian wisata
mengandung unsur yaitu kegiatan perjalanan, dilakukan secara sukarela, bersifat sementara, perjalanan
tersebut seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati dan obyek dan daya tarik wisata. Menurut
UU No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan kepariwisataan adalah sebagai
berikut adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya
tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut [7].

Lokasi
Lokasi didefinisikan sebagai tempat atau posisi dimana seseorang atau sesuatu berada atau
terjadi (Macmillan Dictionary). Lokasi dalam ruang dibedakan menjadi dua yaitu :
Lokasi absolut adalah lokasi yang berkenaan dengan posisi menurut koordinat garis lintang dan garis
bujur (letak astronomis). Lokasi absolut suatu tempat dapat diamati pada peta. Lokasi absolut
keadaannya tetap dan tidak dapat berpindah letaknya karena berpedoman pada garis astronomis bumi.
Pebedaan garis astronomis menyebabkan perbedaan iklim (garis lintang) dan perbedaan waktu (garis
bujur).
Lokasi relatif adalah lokasi suatu tempat yang bersangkutan terhadap kondisi wilayah-wilayah lain
yang ada di sekitarnya. Lokasi relatif dapat berganti-ganti sesuai dengan objek yang ada di sekitarnya.
Contoh lokasi relatif : Indonesia terletak di antara 2 benua dan 2 samudera yaitu benua Asia dan
Australia, samudra Hindia dan Pasifik. Letak relatif ini dapat berubah-ubah sesuai dengan sudut
pandang penggunanya karena lokasi relatif digambarkan melalui objek-objek yang dinamai oleh
manusia contohnya nama benua, samudera, pulau, laut dan sebagainya.

2
Gambar 1. Letak Astronomi Indonesia
Sumber: https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/03/131500869/pengaruh-letak-astronomis-indonesia

Demikian pula, jika membicarakan lokasi fasilitas, perlu dilihat lokasi fasilitas tersebut dalam konteks
wilayah yang lebih luas, sehingga akan dapat dikenali orientasi dari fasilitas tersebut [8].

Gambar 2. Contoh Peta Lokasi Kegiatan


Sumber: https://sites.google.com/site/imasdianwedding/peta-lokasi

Infrastruktur
Infrastruktur, adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata, baik yang
berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik diatas permukaan tanah dan dibawah tanah, seperti
sistim pengairan, sumber listrik dan energi, sistem jalur angkutan dan terminal, sistem komunikasi, serta
sistem keamanan atau pengawasan. Infrastruktur yang memadai dan terlaksana dengan baik di daerah
tujuan wisata akan membantu meningkatkan fungsi sarana wisata, sekaligus membantu masyarakat
dalam meningkatkan kualitas hidupnya [9].
Prasarana Wisata, dibutuhkan untuk melayani mereka (wisatawan) selama perjalanan wisata.
Fasilitas ini cenderung berorientasi pada daya tarik wisata di suatu lokasi, sehingga fasilitas ini harus
terletak dekat dengan obyek wisatanya. Prasarana wisata cenderung mendukung kecenderungan
perkembangan pada saat yang bersamaan.
Sarana Wisata, merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani
kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata di daerah

3
tujuan wisata maupun obyek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan, baik
secara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu, selera pasar pun dapat menentukan tuntutan
berbagai sarana yang dimaksud. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata
antara lain biro perjalanan, alat transportasi, dan alat komunikasi, serta sarana pendukung lainnya. Tak
semua obyek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut
harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan.
Dalam pembangunan infrastruktur ada beberapa komponen penting dari aspek pembangunan
antara lain mencakup : (1) pembangunan ekonomi, yang menitik beratkan pada usaha peningkatan
pendapatan masyarakat dalam berbagai kegiatan ekonomi potensial, meningkatkan produktifitas
pertanian dan non pertanian memperbaiki efesiensi dan meningkatkan pertumbuhuan industri dan
sektor – sektor pelayanan publik secara meluas, (2) pembangunan lingkungan untuk memelihara
keseimbangan ekologi untuk menciptakan kondisi alamiah lingkungan yang ramah dan bersahabat [10].

METODE
Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Pendekatan ini dipilih untuk mengidentifikasi dan memahami berbagai informasi serta diolah untuk
mendapatkan berbagai strategi dan solusi dalam pengembangan wisata di Kecamatan Payangan menjadi
kawasan ekowisata.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer berupa data hasil survei
lapangan dan data sekunder berupa informasi dan data dari literatur-literatur yang didapat dari instansi
terkait seperti BPS, BAPPEDA, Dinas Pariwisata, perpustakaan, dan lainnya.
Mengawali pelaksanaan penelitian, terlebih dahulu dilakukan penelitian pendahuluan. Pada
tahap penelitian pendahuluan, kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data dan informasi dari
instansi-instansi terkait, baik swasta maupun pemerintah, melakukan pengamatan langsung ke lapangan
dan melakukan wawancara langsung dengan penduduk setempat dan tokoh-tokoh masyarakat di tiap
desa di Kecamatan Payangan. Informasi dan data yang berhasil dikumpulkan digunakan sebagai bahan
untuk pelaksanaan penelitian utama selanjutnya.

Metode Analisis Data


Pada teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif kualitatif. Teknik analisis
data ini dimulai dari proses reduksi data yaitu meliputi mencatat dan mengumpulkan informasi
mengenai aspek perencanaan fasilitas pariwisata, penyajian data yang meliputi fasilitas apa saja yang
telah ada akan tetapi belum maksimal dan fasilitas baru apa saja yang akan dibangun dan
verifikasi/kesimpulan meliputi menyocokkan data yang didapat dilapangan serta mengklasifikasi
kemudian menarik kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Letak dan Kondisi Wilayah Kecamatan Payangan
Luas Kecamatan Payangan 75,88 km2 dari 368 km2 luas Kabupaten Gianyar (20,62%), secara
geografis terletak 8o 18' 48" ‐ 8o 29' 40" Lintang Selatan dan 115o 13' 29,0" – 115o 17' 36,7" Bujur
Timur. Kecamatan Payangan secara administrasi terdiri atas 9 desa. Secara geografis batas wilayah
payangan adalah batas utara adalah Kecamatan Kintamani, batas timur Kecamatan Tegallalang, batas
selatan Kecamatan Ubud dan batas barat Kecamatan Petang dan Sungai Ayung. Kecamatan Payangan
sangat dikenal dengan suasana pedesaan yang asri didukung dengan kawasan hijaunya yang lebih luas dari
pada kawasan non hijau, terlebih bahwa Kecamatan ini memiliki hawa yang sejuk bahkan cenderung dingin
dan dikenal sebagai daerah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian dan agrowisata. Selain itu kecamatan
ini juga terkenal akan Buah Lecinya yang dapat dijumpai dengan mudah di wilayah ini.

4
Gambar 2. Peta Kecamatan Payangan
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Payangan,_Gianyar

Keunikan yang disuguhkan di Kecamatan Payangan lebih mengarah pada desa wisata serta suasana
pedesaan yang tenang. Potensi yang dimiliki pun beragam dari wisata alam, agrowisata, aktivitas dan
budaya. Jadi mereka memiliki beragam potensi yang dapat membawa wisatawan untuk merasakan wisata
yang ada di Kecamatan Payangan.

5
Gambar 1. Sebaran Potensi Wisata di Kecamatan Payangan
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Payangan,_Gianyar

Kondisi Eksisting Kecamatan Payangan


Kondisi Eksisting dari Kecamatan Payangan, Gianyar ditinjau dari komponen produk
pariwisata yang harus ada untuk mendukung suatu Destinasi Wisata terdiri dari 4 (empat) komponen
utama (4A) yaitu:
Attraction (Daya Tarik)
Kecamatan Payangan sebagai pengembangan kawasan pariwisata juga telah berkembang
sebagai daerah tujuan wisata. Hasil pengamatan menunjukkan terdapat beberapa obyek wisata
potensial, yaitu: Nyelung (di Desa Pekraman Pausan); Nyepi Kasa (di Desa Buahan); Agrowisata (di
Desa Kerta dan Desa Buahan Kaja); Sarkofagus (di Desa Bukian dan Desa Kerta); Pemandangan Alam
Dan Persawahan (di Desa Puhu, Desa Kelusa, Desa Bresela); Aci Keburan (di Desa Kelusa); Gua Alam
(Taman Magenda), Alas/Hutan Tiyingan (di Desa Bukian); Sungai Ayung (di Desa Melinggih Kelod,
Desa Melinggih).
Amenities (Fasilitas)
Prasarana dan sarana yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata
seperti homestay dari rumah penduduk, villa montana dan villa air terjun, restaurant, rumah makan,
tempat parker.
Accesbility (aksesbilitas)
Jalan masuk atau pintu masuk utama ke daerah tujuan wisata yang mendukung kegiatan
kepariwisataan serta dalam mendukung dari adanya Program Pembangunan Infrastruktur Pertanian
(PPIP) tentunya, dalam kaitan dengan kegiatan pariwisata di salah satu desa Kecamatan Payangan yaitu
Desa Wisaa Kerta akses yang menjadi penghubung ke Kintamani, Kabupaten Bangli. Namun jalan
memasuki tergolong rusak dikarenakan terdapat jalan yang masih berlubang – lubang sehingga

6
menggangu kenyamanan pengunjung sebelum memasuki obyek wisata bumi perkemahan serta ke
munduk asri.
Ancillary service (pelayanan tambahan)
Pelayanan tambahan tentunya factor yang sangat penting serta merupakan sarana pelengkap
yang harus disediakan dari suatu daerah tujuan wisata, baik untuk wisatawan maupun untuk pelaku
pariwisata. Sehingga diharapkan dapat memberikan rasa aman dan nyaman dalam berkunjung ke daerah
tujuan wisata. Pelayanan tambahah seperti Gazebo Munduk Asri, Wantilan menyerupai di bumi
perkemahan, area tempat berfoto, serta tatanan tempat parkir saat upacara Nyelung di Desa Pekraman
Pausan dan Aci Keburan di Pura Hyang Api.

Gambar 2. Kondisi Eksisting Munduk Asri


Sumber: Suputra, 2019

KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan diperolehlah beberapa simpulan yang dapat disampaikan
sebagai hasil dari penelitian ini. Simpulan – simpulan yang dapat disampaikan tersebut diantaranya
adalah:
1. Adapun hasil identifikasi potensi di Kecamatan Payangan, disimpulkan bahwa Kecamatan Payangan
memiliki beragam potensi wisata yang dapat dikembangkan menjadi beragam atraksi dan aktifitas
wisata. Ada 6 (enam) potensi wisata yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik ekowisata yaitu:
Potensi Alam yang meliputi Sungai Ayung dan Agrowisata Payangan, kedua adalah obyek wisata
yang berkaitan dengan adat dan tradisi masyarakat setempat meliputi Nyepi Kasa, Nyelung dan Aci
Keburan, dan ketiga adalah obyek wisata sejarah dan situs kepurbakalaan yaitu Sarkofagus.
2. Kondisi Eksisting dari Kecamatan Payangan, Gianyar ditinjau dari komponen produk pariwisata
yang harus ada untuk mendukung suatu Destinasi Wisata terdiri dari 4 (empat) komponen utama
(4A) yaitu: Attraction (Daya Tarik), Amenities (Fasilitas), Accesbility (aksesbilitas), dan Ancillary
service (pelayanan tambahan).

DAFTAR PUSTAKA
[1] D. S. A. Laksana and I. N. S. Arida, “Strategi Pengemasan Wisata Heritage di Desa Wisata
Kerta, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Bali,” J. Destin. Pariwisata, vol. 7, no. 1, p.
155, 2019, doi: 10.24843/jdepar.2019.v07.i01.p23.
[2] I. P. A. Suputra and I. M. Adikampana, “Perencanaan Fasilitas Pariwisata di Desa Wisata
Kerta, Kecamatan Payangan,Kabupaten Gianyar,Bali,” J. Destin. Pariwisata, vol. 7, no. 1, p.
30, 2019, doi: 10.24843/jdepar.2019.v07.i01.p05.
[3] I. Rai, I. Sudama, C. Semarajaya, and W. Wiraatmaja, “Pengembangan Agrowisata Terpadu
Berbasis Tanaman Jeruk di Desa Kerta Kecamatan Payangan Gianyar,” J. Udayana Mengabdi,
vol. 15, no. 2, pp. 52–58, 2016.

7
[4] I. K. P. Rudita, S. R. . Sitorus, and S. Hadi, “Potensi Obyek Wisata Dan Keterpaduannya
Dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali,” J.
Lanskap Indones., vol. 4, no. 1, pp. 37–42, 2012, doi: 10.29244/jli.2012.4.1.%p.
[5] P. A. D. A. Wiguna and I. N. S. Arida, “Identifikasi Potensi Desa Wisata Kerta Payangan,
Kabupaten Gianyar, Bali,” J. Destin. Pariwisata, vol. 7, no. 2, pp. 262–268, 2019, doi:
10.24843/jdepar.2019.v07.i02.p08.
[6] F. M. Suarka, “Identifikasi Potensi Dan Program Pengembangan Produk Ekowisata Di Desa
Tihingan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung,” Ecotrophic J. Environ. Sci., vol.
6, no. 2, pp. 121–127, 2011.
[7] W. Setiawan, “Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan,” in Undang - Undang, 2009, pp. 1–41.
[8] B. B. Suharto, “Pentingnya Analisis Lokasi dan Pola Keruangan di dalam Perencanaan
Wilayah dan Kota,” 2014, pp. 1–32.
[9] J. Rieuwpassa, V. O. Lawalata, and D. B. Paillin, “Analisis Penentuan Lokasi Pembangunan
Tempat Wisata Pantai Di Kecamatan Leitimur Selatan Dengan Penerapan Metode Fuzzy
Topsis,” J. ARIKA, vol. 09, no. 2, pp. 143–156, 2015.
[10] R. M. P. Hangewa and M. Baiquni, “Dampak Pembangunan Infrastruktur Terhadap
Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Pulau Morotai Sebagai Kawasan Perbatasan,” pp. 1–
22.

You might also like