Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

KARAKTERISASI ZEOLIT SINTETIS DARI ABU SEKAM PADI DAN KAPASITAS

ADSORPSINYA TERHADAP LOGAM Cu DAN Cr

Putri Hawa Syaifie1)


1)
Laboratorium Instrumen, Program Studi Analis Kimia, Politeknik AKA, Bogor, Indonesia
2)
Program Studi Kimia, FMIPA, Universitas Nusa Bangsa, Bogor, Indonesia
putrihawasyaifie@gmail.com

ABSTRACT

There’s a lot of attention from the chemical industry for zeolit because its special applications, one of which is as
an adsorbent. The problem that occurs in the research on zeolite synthesis currently lies in the availability of silica and
alumina sources, as well as the costs needed to find basic ingredients that are economical and easy to obtain. This study
aims to produce synthetic zeolite from the economic material of rice husk waste which can produce zeolite as adsorbent of
Cu and Cr metals. The experimental method consists of three stages, the first stage is zeolite synthesis. The second stage of
zeolite characterization using SEM, XRD and FTIR. The third stage is optimization of adsorption through several variations
including weight of zeolite, pH of metal solution and contact time. Then after the optimum conditions were determined, the
adsorption capacity was determined at various Cu and Cr concentrations solution and the zeolite adsorption isotherms were
determined. There were 3 synthetic zeolites in this study, namely zeolite L1 ratio Si / Al 1.5 zeolite L2 ratio Si / Al 1 and
zeolite L3 ratio Si / Al 0.67. The results of the research that have been carried out show that synthetic zeolite can be used as
adsorbent for Cu and Cr metals. Based on the results of characterization, L1 synthetic zeolite is composed of Faujasit and
Sodalit, while the L2 and L3 zeolites are composed of zeolite Na-A and Albit. Cu metal and Cr metal can be absorbed by
zeolite at optimum conditions pH 4, contact time 60 minutes and zeolit weight 0.5 grams. The adsorption efficiency of
synthetic zeolite Si / Al ratio 1.5 (L1) reached 100% with adsorption capacity of Cu metal at 5.07 mg / g and to metal Cr
4.97 mg / g.

Keywords: Synthetic Zeolite, Rice Husk Ash, Adsorption, Cu Metal, Cr Metal

ABSTRAK

Zeolit banyak mendapat perhatian dari industri kimia akibat sifat-sifat khusus yang dimiliki dalam berbagai
aplikasi salah satunya sebagai adsorben. Permasalahan yang terjadi pada penelitian tentang zeolit sintesis saat ini terletak
pada ketersediaan sumber silika dan alumina, serta biaya yang diperlukan untuk mencari bahan dasar yang bernilai ekonomis
dan mudah didapatkan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan zeolit sintetis dari bahan ekonomis limbah sekam padi
yang dapat menghasilkan zeolit sebagai adsorben limbah Cu dan Cr. Metode percobaan terdiri atas tiga tahap yaitu tahap
pertama sintesis zeolit. Tahap kedua karakterisasi zeolit menggunakan SEM, XRD dan FTIR. Tahap ketiga yaitu optimasi
adsorpsi melalui beberapa variasi diantaranya bobot zeolit, pH larutan logam dan waktu kontak. Kemudian setelah diketahui
kondisi optimum, ditentukan kapasitas adsorpsinya pada variasi konsentrasi Cu dan Cr serta ditentukan isoterm adsorpsi
masing-masing zeolit. Terdapat 3 zeolit yang disintesis pada penelitian ini, yaitu zeolit L1 rasio Si/Al 1,5 zeolit L2 rasio
Si/Al 1 dan zeolit L3 rasio Si/Al 0,67. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa zeolit yang disintesis dapat
dijadikan sebagai adsorben logam Cu dan Cr. Berdasarkan hasil karakterisasi, zeolit sintetis L1 tersusun dari campuran
Faujasit dan Sodalit, sedangkan zeolit L2 dan L3 tersusun dari zeolit Na-A dan Albit. Logam Cu dan logam Cr dapat diserap
oleh zeolit pada kondisi optimum pada pH 4, waktu kontak 60 menit serta bobot 0,5 gram. Efisiensi adsorpsi zeolit sintesis
L1 rasio Si/Al 1,5 mencapai 100% dengan kapasitas adsorpsi terhadap logam Cu sebesar 5,07 mg/g, dan terhadap logam Cr
4,97 mg/g.

Kata Kunci : Zeolit Sintetis, Abu Sekam Padi, Adsorpsi, Logam Cu, Logam Cr

PENDAHULUAN

Zeolit adalah kristal aluminosilikat Zeolit banyak mendapat perhatian dari


hidrat dengan struktur kerangka tiga dimensi industri kimia akibat sifat-sifat khusus yang
yang tersusun atas SiO4 dan AlO4 yang terikat dimiliki dalam berbagai aplikasi salah satunya
satu sama lain membentuk struktur tetrahedral sebagai adsorben. Zeolit sintetis lebih sering
karena penggunaan atom oksigen secara digunakan untuk kepentingan komersial
bersamaan, sehingga menyebabkan dibandingkan dengan zeolit alam, hal ini
terbentuknya rongga intrakristalin (Prasetyoko dikarenakan keseragaman ukuran partikel dan
et al., 2006). Zeolit mempunyai aktivitas tingkat kemurnian yang tinggi pada zeolit
adsorpsi dengan adanya situs aktif (gugus sintetis. Keuntungan lainnya struktur zeolit
fungsi) serta luas permukan yang besar. sintetis dapat dibuat sesuai dengan yang

1
diinginkan. Permasalahan yang terjadi pada meter, oven, neraca analitik, Scanning
penelitian tentang zeolit sintetis saat ini Elektron Microscop (SEM), Fourier-transform
terletak pada ketersediaan sumber silika dan infrared spectroscopy (FTIR), X-ray
alumina, serta biaya yang diperlukan untuk Difraction (XRD), Spektrofotometer Serapan
mencari bahan dasar yang bernilai ekonomis Atom (SSA) Shimadzu AA7000, dan hotplate.
dan mudah didapatkan (Reyes et al., 2011). Bahan yang digunakan meliputi sekam padi,
Penelitian sebelumnya telah dilakukan NaOH, Al(OH)3, HNO3(p) , akuades, kertas
oleh Arnelli (2017) dan Sugiarti (2017) yaitu saring, alumunium foil, pH universal, larutan
sintesis zeolit dengan metode hidrothermal induk Cu dan larutan induk Cr.
pada suhu pemanasan tertentu. Pemanasan ini
bertujuan untuk menyempurnakan Metode
pembentukan kristal yang telah dimulai sejak Tahapan penelitian meliputi: persiapan
adanya interaksi antara garam aluminat dan sampel dengan pembuatan abu sekam padi,
garam silikat. Penelitian tersebut isolasi silika dari abu sekam padi menjadi
menghasilkan zeolit Y dan Zeolit Na-A. natrium silikat dan pembuatan natrium
Sumber silika yang akan digunakan aluminat dari aluminium hidroksida dan
dalam penelitian kali ini adalah abu sekam NaOH. Sintesis zeolit dilakukan dengan
padi. Abu sekam padi dimanfaatkan sebagai mencampurkan natrium silikat dan natrium
sumber silika karena kandungan silika yang aluminat kemudian dikarakterisasi dengan
tinggi (86,90-97,30%), murah, XRD, FTIR dan SEM. Zeolit yang disintesis
ketersediaannya melimpah, dan tidak beracun akan diuji adsorpsi optimumnya terhadap
(Sriyanti et al., 2005). Logam Cu dan Cr dengan mengukur sisa
Informasi mengenai zeolit sintetis dari konsentrasi hasil adsorpsi menggunakan SSA.
abu sekam padi telah banyak diketahui tetapi
kapasitas adsorpsinya terhadap logam Cu dan 1. Pembuatan Zeolit
Cr masih terbatas. Oleh sebab itu diperlukan a. Preparasi Bahan
penelitian untuk mengetahui kapasitas adsorpsi (1) Pembuatan Abu Sekam Padi
zeolit sintetis abu sekam padi dengan diujikan Abu sekam padi dibersihkan
terhadap larutan Cu dan Cr. Karakterisasi menggunakan air dari pengotor-pengotor.
zeolit sintetis juga dilakukan untuk Selanjutnya sekam padi dikeringkan di bawah
mengetahui jenis mineral yang terbentuk serta sinar matahari lalu dipanaskan di atas kompor
morfologi permukaan. Tujuan dari penelitian hingga terbentuk arang. Setelah terbentuk
ini untuk menghasilkan zeolit sintetis dari arang, arang sekam padi di-abu-kan dalam
bahan ekonomis sehingga zeolit bisa furnace pada suhu 600C selama 2 jam. Hasil
digunakan sebagai adsorben yang dapat dari proses furnace adalah abu sekam padi
menyerap secara optimum logam berat Cu dan yang akan digunakan pada tahap berikutnya
Cr. (Trivana, 2015)
Pemanfaatan abu sekam padi menjadi (2) Pembuatan Natrium Silikat
natrium silikat pada penelitian ini dilakukan Abu sekam padi yang telah diperoleh
dengan mereaksikan silika dalam abu dengan ditimbang sebanyak 10 gram dan dicampurkan
larutan NaOH pekat. Sumber aluminat dengan NaOH 6M 60 mL. Kemudian
didapatkan dengan mensintesis natrium campuran diaduk dan didiamkan selama 24
aluminat dari NaOH yang dilarutkan dalam air jam. Campuran tersebut disaring dan diambil
kemudian dicampurkan Al(OH)3 (Sugiarti et filtratnya. Filtrat tersebut adalah larutan
al., 2017). natrium silikat.
(3) Pembuatan Natrium Aluminat
BAHAN DAN METODE Larutan natrium aluminat dibuat
dengan melarutkan 30,50 gram NaOH dalam
Bahan dan Alat 100 mL akuades yang sudah dipanaskan pada
Alat yang digunakan dalam penelitian hotplate suhu 105°C. Larutan tersebut
ini meliputi peralatan gelas, peralatan ditambahkan 21,65 gram Al(OH) 3 sambil
pendukung dan instrumen. Peralatan diaduk di atas hotplate. Setelah semua
pendukung yang digunakan yaitu labu Al(OH)3 larut, campuran kemudian disaring
semprot, penyangga corong, desikator, spatula. dan diencerkan dalam labu takar sampai
Peralatan instrumen meliputi timer, shaker, pH volumenya 250 mL (Sugiarti, 2017).

2
b. Sintesis Zeolit menggunakan spektrofotometer serapan atom
Penelitian kali ini akan membuat zeolit (SSA).
dengan variasi jumlah natrium aluminat dan (2) Penentuan Waktu Kontak optimum
natrium silikat yang berbeda-beda. Variasinya Zeolit ditimbang sebanyak 100 mg
yaitu zeolit L1 (40 A: 60B), zeolit L2 (50A : dimasukkan ke erlenmeyer 100 mL, kemudian
50B) dan zeolit L3 (60A: 40B) dimana A dituangkan 25 mL larutan Cr dan Cu dengan
adalah natrium aluminat dalam jumlah volume konsentrasi masing-masing 10 mg/L yang
(ml) dan B natrium silikat (ml). Pembuatan telah di atur pH larutan pada pH optimum.
zeolit dilakukan dengan mencampurkan secara Sampel dikocok menggunakan shaker dengan
kuantitatif natrium aluminat dari buret dengan variasi waktu kontak 30, 60 dan 90 menit,
natrium silikat dalam botol duran sambil kemudian disaring dengan kertas saring lalu
diaduk menggunakan magnetic stirer. diukur absorbansinya menggunakan SSA.
Kemudian campuran tersebut dimasukkan ke (3) Penentuan Bobot optimum
dalam oven suhu 1050C selama 24 jam. Zeolit ditimbang sebanyak 0,1 gram;
Endapan putih yang terbentuk disaring dan 0,2 gram; 0,3 gram; 0,4 gram dan 0,5 gram
dicuci sampai pH endapan netral. Endapan masing-masing dimasukkan ke erlenmeyer 100
putih tersebut dimasukkan kembali ke dalam mL. Larutan Cu dan Cr dengan konsentrasi
oven suhu 1050C selama 8 jam. Serbuk putih optimum dan tingkat pH optimum dimasukkan
yang terbentuk adalah zeolit (Arnelli, et al ke erlenmeyer yang telah berisi zeolit,
2017). kemudian zeolit dikontakkan dengan cara
Tabel 2. Komposisi zeolit sintetis dikocok menggunakan shaker selama waktu
Sampel Komposisi kontak optimum. Larutan yang telah dikocok,
Zeolit L1 40 mL natrium aluminat : disaring menggunakan kertas saring lalu
60 mL natrium silikat diukur absorbansinya menggunakan SSA.
Zeolit L2 50 mL natrium aluminat : (4) Penentuan Kapasitas adsorpsi
50 mL natrium silikat Zeolit ditimbang sesuai bobot
Zeolit L3 60 mL natrium aluminat : optimum lalu dimasukkan ke erlenmeyer 100
40 mL natrium silikat mL, kemudian dituangkan 25 mL larutan Cr
dan Cu dengan konsentrasi masing-masing 10,
2. Penentuan Adsorpsi Optimum Zeolit 20, 30, 40 dan 50 mg/L yang telah diatur pH
terhadap Logam Cu dan Cr larutan pada pH optimum. Sampel zeolit
a. Pembuatan Deret Standar tersebut dikontakan dengan cara dikocok
(1) Deret Standar Logam Cu/ Cr dengan menggunakan shaker selama waktu
Larutan induk Cu/Cr 1000 ppm kontak optimum. Larutan yang telah dikocok
dipipet sebanyak 10 mL ke labu takar 100 mL, disaring dengan kertas saring lalu diukur
kemudian diencerkan hingga tanda tera dengan absorbansinya menggunakan SSA.
HNO3 0,05 N lalu dihomogenkan sehingga c. Pengolahan Data
didapat larutan Cu/Cr 100 ppm. Larutan Cu/Cr Untuk menghitung kadar logam Cu dan Cr
100 ppm dipindahkan sebanyak 2 mL, 4 mL, 6 dapat menggunakan rumus :
mL, 8 mL dan 10 mL dengan buret ke dalam y= ax + b
Labu takar 100mL sehingga didapat deret keterangan : y = absorbansi sampel
standar dengan konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 a = slope
ppm, 8 ppm dan 10 ppm. x = konsentrasi
b. Proses Adsorpsi Zeolit Terhadap Ion b = intersep
Logam Cu dan Cr Konsentrasi ion logam Cu dan Cr yang
(1) Penentuan pH Optimum diadsorpsi untuk setiap perlakuan dihitung dari
Zeolit ditimbang sebanyak 100 mg Konsentrasi teradsorpsi = Konsentrasi awal -
dimasukkan ke erlenmeyer 100 mL, kemudian konsentrasi akhir
dituangkan 25 mL larutan Cr dan Cu dengan Banyaknya ion-ion logam yang
konsentrasi masing-masing 10 mg/L yang teradsorpsi (mg) per gram adsorben (zeolit)
telah diatur pH larutan pada pH 2, 4, 7 dan 9. ditentukan menggunakan persamaan :
(C0 – Ce) v
Larutan dikocok menggunakan shaker selama qe = 𝑤
30 menit. Larutan tersebut disaring dengan Keterangan: qe = jumlah ion logam yang
kertas saring lalu diukur absorbansinya teradsorpsi (mg/g)

3
C0 = Konsentrasi ion logam sebelum adsorpsi Penelitian ini menggunakan natrium aluminat.
Ce = Konsentrasi ion logam setelah adsorpsi Natrium aluminat dibuat dengan
V = Volume larutan ion logam (L) mencampurkan NaOH dan Al(OH)3 dalam
W = Jumlah adsorben (mg) akuades panas. Pencampuran tersebut akan
Sedangkan presentase efisiensi adsorpsi dapat membentuk koloid warna putih yang
dihitung dengan menggunakan rumus : merupakan natrium aluminat. Pemanasan dan
𝐶 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝐶 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 pengadukan membuat senyawa aluminat
%E=( 𝐶 𝑎𝑤𝑎𝑙
) 𝑥100 %
koloid putih bercampur dengan akuades dan
larut membentuk larutan tidak berwarna.
Kapasitas adsorpsi dihitung dari
𝐶𝑒 1 𝐶𝑒 Larutan tidak berwarna tersebut kemudian
persamaan Langmuir ( = + ) atau disaring untuk menghilangkan pengotor.
𝑞𝑒 𝑄0 𝑏 𝑄0
𝑥
persamaan Freundlich (log ( )=
𝑚
1 𝐶𝑒
log 𝑘 + 𝑛
(log 𝐶) ) dengan mengalurkan 𝑞𝑒
terhadap Ce untuk persamaan Langmuir, atau
log (x/m) terhadap log Ce untuk persamaan
Freundlich. Dari intersep persamaan
Freundlich diperoleh nilai k (kapasitas Gambar 10. Pembuatan Natrium Aluminat
adsorpsi), dan slope dari persamaan Langmuir
diperoleh nilai Q0 yang berhubungan dengan 2NaOH(aq) + 2Al(OH)3(aq) → 2NaAlO2 +
kapasitas adsorpsi. Data yang diperoleh 4H2O
dianalisis secara deskripstif yang di laporkan 2NaAlO2(aq) + 4H2O → 2NaAl(OH)4(aq)
dalam bentuk tabel dan grafik menggunakan Proses sintesis zeolit dilakukan dengan
program Office excel 2010. mencampurkan larutan natrium silikat dan
natrium aluminat disertai pengadukan dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN magnetik stirrer membentuk gel berwarna
putih. Pembentukan gel ini menunjukkan
A. Zeolit Hasil Sintesis adanya interaksi yang kuat antara keduanya
Zeolit dapat disintesis dari bahan baku yang berarti proses penggandengan
yang mengandung sumber alumina dan silika. (polimerisasi) silikat dan aluminat telah
Sumber silika yang digunakan dalam dimulai. Berikut reaksi yang terjadi (Ojha et
penelitian ini berasal dari abu sekam padi. al., 2014)
Sekam padi yang digunakan berasal dari NaAl(OH)4(aq) + Na2SiO3(aq) →
Karawang, Jawa Barat. Natrium Silikat dibuat [Nax(AlO2)y(SiO2)zH2O](gel)
dengan mencampurkan silika (SiO2) dari abu Terbentuknya gel berwarna putih ini
sekam padi dengan NaOH. Abu sekam padi merupakan awal dari pembentukan inti dan
mengandung silika sebesar 86,90-97,30% dan pertumbuhan kristal yang merupakan hal
sejumlah kecil alkali dan logam pengotor penting dalam proses sintesis zeolit. Saraswati
(Umah, 2010). Pertama, Abu sekam padi (2015) menjelaskan bahwa zeolit terbentuk
direaksikan dengan basa kuat NaOH 6M melalui proses berikut.
selama 24 jam untuk melarutkan silika.
Kelarutan silika dalam basa kuat sangat besar
yang kemudian akan menghasilkan natrium
silikat (Handoyo, 1996). NaOH dalam
air/akuades akan membentuk spesi ion Na +
dan OH-. Perendaman selama 24 jam
dilakukan untuk melarutkan silika dengan
maksimal sehingga terikat oleh ion Na+
membentuk natrium silikat. Berikut reaksi
yang terjadi (Mujiyanti et al., 2010)
SiO2 (aq) + 2NaOH(aq) → Na2SiO3(aq)
+H2O(aq)
Selain sumber silika, sumber alumina Gambar 11. Skema Pembentukan Zeolit
juga dibutuhkan dalam sintesis zeolit. Sintetis
Sumber : (Saraswati, 2015)

4
Skema tersebut dapat dijelaskan karena pada daerah ini memuat vibrasi
bahwa ketika larutan aluminat dan larutan fundamental kerangka tetrahedral (SiO 4/AlO4)
silikat dicampur, akan terbentuk dua fase, yang merupakan satuan-satuan pembangun
yaitu fase gel dan fase larutan sebagai larutan kerangka zeolit.
lewat jenuh. Kedua fase ini berada dalam
kesetimbangan sebagai tahap awal
pembentukan zeolit. Pada tahap pembentukan
kristal, gel amorf akan mengalami penataan
ulang pada strukturnya dengan adanya
pemanasan sehingga dapat terbentuk embrio
inti kristal. Apabila gel amorf sisa larut
kembali, maka akan terjadi pertumbuhan
kristal dan embrio inti hingga gel amorf sisa
tersebut habis dan terbentuk kristal dalam
keadaan stabil (Warsito, 2008).
Gambar 13. Hasil Uji FTIR Zeolit Sintetis L1,
L2 dan L3
Daerah serapan sekitar 820-650 cm-1
mewakili vibrasi ulur simetri O-Si-O dan O-
Al-O, sedangkan daerah serapan sekitar 1250-
950 cm-1 mewakili vibrasi ulur asimetri.
Spektra pada daerah-daerah tersebut
Gambar 12. Proses Sintesis Zeolit ditunjukkan oleh semua sampel zeolit.
Berikut reaksi yang terjadi (Zhely, 2012) Pengaruh variasi komposisi silikat dan
[Nax(AlO2)y(SiO2)zH2O](gel)→[Nap(AlO2) aluminat dapat diketahui dari data FTIR.
p(SiO2)pH2O](kristal) Menurut Widiawati (2005), daerah panjang
Padatan yang dihasilkan kemudian gelombang yang memberikan informasi
dicuci menggunakan akuades sampai pH netral pengaruh rasio Si/Al adalah 650-800 cm-1.
yang bertujuan untuk menghilangkan material Zeolit dengan rasio Si/Al tinggi akan memiliki
selain zeolit. Tahap selanjutnya yaitu frekuensi getaran di daerah 650-800 cm-1 yang
pengeringan yang dilakukan pada suhu 100°C lebih tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan
selama 8 jam dengan tujuan menguapkan air adanya pergeseran bilangan gelombang zeolit
yang terperangkap dalam pori zeolit. Zeolit L1 yaitu 740,98 cm-1, dari zeolit L2 695,83
yang terdehidrasi akan mempunyai struktur cm-1 dan zeolit L3 696,48 cm-1. Zeolit L1
pori terbuka dengan internal surface area besar memiliki rasio Si/Al paling tinggi dibanding
sehingga kemampuan mengadsorp semakin zeolit L2 dan L3. Semakin tinggi rasio Si/Al
tinggi (Marwati, 2011). maka jumlah Al akan semakin sedikit
B. Karakterisasi Zeolit Sintetis dibandingkan Si, sehingga bergesernya puncak
1. Analisis Gugus Fungsi Zeolit Sintetis ke daerah frekuensi getaran Si-O, artinya
dengan FTIR bergeser ke frekuensi getaran yang lebih
Zeolit secara umum mempunyai tinggi.
daerah serapan infra merah yang karakteristik
di sekitar bilangan gelombang 300 – 1200 cm-1
Tabel 4. Interpretasi spektra FTIR Zeolit Sintetis L1, L2 dan L3
Bil. Gelombang Bil. Gelombang (cm-1)
standar (cm-1) Zeolit L1 Zeolit L2 Zeolit L3 Vibrasi
3200-3600 3331,60 3354,93 3366,75 Ulur O-H
1650-1645 1642,74 1645,00 1645,93 Tekuk Si-OH
1250-950 952,23 962,40 959,44 Vibrasi ulur asimetri O-Si-O atau O-Al-O
820-650 740,98 695,83 696,48 Vibrasi ulur simetri
663,27 657,96 656,15 O-Si-O atau O-Al-O
650-500 556,58 553,03 553,57 Cincin ganda
500-420 Tidak Tidak Tidak Vibrasi tekuk Si-O atau Al-O
terdeteksi terdeteksi terdeteksi

5
Keterangan :
F = Faujasit A = Zeolit Na-A
S = Sodalit B = Albit
Gambar 14. Hasil Pengolahan Difraktogram XRD (a) Zeolit L1 (b) Zeolit L2 (c) Zeolit L3
2. Analisis Mineral Penyusun Zeolit mempunyai ukuran lebih besar sehingga
Sintetis Menggunakan XRD mudah dipolarisasi (Auerbach et al., 2003).
Ketiga zeolit sintetis dikarakterisasi
menggunakan XRD dengan kondisi
pengukuran atom target Cu, voltase 40 kV,
dan arus 30 mA. Proses karakterisasi
dilakukan pada rentang sudut 2 θ sebesar 0-
80°. Puncak difraksi sinar-x yang didapatkan
dari pengukuran dicocokkan dengan standar
data difraksi sinar-x. Hasil XRD zeolit sintetis
ditunjukkan Gambar 14.
Pola difraksi sinar-x pada Gambar 14
menunjukkan campuran mineral penyusun
zeolit L1, L2 dan L3. Intensitas paling tinggi
pada zeolit L1 ditunjukkan oleh faujasit dan
sodalit. Faujasit dalam zeolit L1 dapat
digunakan sebagai adsorben. Menurut
Sepatiani et al., (2015) Zeolit sintetis kelas Gambar 15. Pembentukkan Unit Struktural
faujasit (FAU) terdiri dari zeolit tipe NaX, Sodalit dan Faujasit
NaY dan linde X biasanya digunakan sebagai Sumber : (Wang et al., 2013)
adsorben. Faujasit memiliki rasio Si/Al 1-3 Selain zeolit Na-A, mineral albit
(Sriatun et al., 2017). Hal tersebut sesuai ditemukan dalam zeolit L2 dan L3. Albit atau
dengan sintesis zeolit L1 dengan rasio Si/Al natrium feldspar umumnya memiliki struktur
1,5. Sodalit terbentuk dari kerangka yang tersusun atas cincin yang terbentuk dari
aluminosilikat yang sama dengan fujasit. empat buah struktur tetrahedral. Permukaan
Gambar 15 menjelaskan kerangka sodalit dan feldspar terdiri atas muatan positif yang berupa
fujasit. ion Na+ atau K+ dan muatan negatif yang
Kedua sampel zeolit L2 dan L3 berupa gugus silanol (Si-OH) atau siloksan
memiliki jenis mineral penyusun yang sama. (Si-O-Si) (Prasanphan, 2006).
Puncak difraktogram paling tinggi
menunjukkan mineral dengan rumus molekul
Na96Al96Si96O384.216H2O yang merupakan
jenis zeolit Na-A. Arnelli (2017) telah
mensintesis zeolit Na-A yang sesuai dengan
database JCPDS ( Joint Commited on Powder
Diffraction Standards) nomor 39-0222
(Na96Al96Si96O384.216H2O). Zeolit Na-A dapat
dijadikan sebagai adsorben karena lebih
selektif terhadap logam-logam transisi dan Gambar 16. Bentuk Unit Struktural Albit
Sumber : (Prasanphan, 2006)

6
3. Analisis Morfologi Permukaan Zeolit faujasit memiliki bentuk unit struktural yang
Sintetis dengan SEM hampir sama seperti pada Gambar 15 yaitu
Karakterisasi SEM pada zeolit hasil membentuk bangun ruang segi enam,
sintesis bertujuan untuk mengetahui morfologi sedangkan Albit berbentuk seperti bunga
permukaan dan keseragaman bentuk partikel. terbuka karena tersusun dari trigonal
Karakterisasi SEM dilakukan pada perbesaran bipiramid.
50.000 kali. Hasil karakterisasi menunjukkan C. Hasil Optimasi Adsorpsi Zeolit Sintetis
morfologi permukaan zeolit L1 dengan bentuk terhadap Logam Cu dan Cr
yang lebih seragam dibanding zeolit L3. 1. Optimasi Adsorpsi Zeolit Sintetis
Kristal pada zeolit L1 memiliki ukuran terhadap Logam Cu
diameter 2,859 μm, sedangkan zeolit L3 Efisiensi adsorpsi zeolit sintetis L1
berukuran diameter lebih kecil yaitu 2,055 μm. mencapai 72 %, zeolit L2 97 % dan zeolit L3
Perbedaan bentuk dan keseragaman kristal 98% pada pH 4. Terjadinya penurunan
akan berpengaruh terhadap kapasitas adsorpsi adsorpsi ion logam Cu pada pH 2 disebabkan
zeolit.. Hasil karakterisasi SEM dapat dilihat pada pH rendah kelarutan ion Cu2+ dan
pada gambar berikut. oksidanya semakin besar sehingga logam yang
sudah terjerap ke dalam pori adsorben
bermigrasi kembali ke dalam fase larutan atau
terdesorpsi (Zakaria, 2011). Kation logam Cu
pada kondisi pH lebih dari 7 akan mengendap
dengan ion OH- membentuk Cu(OH)2. Hal
tersebut sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan, larutan Cu pH 7 dan pH 9
membentuk endapan berwarna biru yang
merupakan Cu(OH)2. Sehingga dapat
disimpulkan pada pH tersebut tidak terjadi
proses adsorpi.

Gambar 18. Grafik Hasil Penentuan pH


Optimum Zeolit Sintetis terhadap Logam Cu

Gambar 17. Hasil Karakterisasi SEM Zeolit


L1 (a) Zeolit L3 (b)
Karakterisasi SEM zeolit L2 tidak
dilakukan karena kandunngan mineral
penyusun dan hasil difraktogram yang sama
dengan zeolit L3. Hal tersebut menunjukkan
bahwa morfologi permukaan dan bentuk
kristal zeolit L2 sama dengan permukaan
zeolit L3. Keberadaan kristal sodalit dan
faujasit terlihat dari hasil karakterisasi SEM Gambar 19. Grafik Hasil Penentuan Bobot
zeolit L1 pada Gambar 16 (a), begitu juga Optimum Zeolit Sintetis terhadap Logam Cu
dengan kristal zeolit Na-A dan Albit pada hasil Gambar 19 menunjukkan kenaikan
SEM zeolit L2 (b). Zeolit Na-A, sodalit dan efisiensi adsorpsi terhadap kenaikan bobot

7
zeolit. Efisiensi adsorpsi zeolit sintetis dari Bobot zeolit optimum yang didapat adalah 0,5
bobot 0,1 gram sampai 0,5 gram naik menjadi gram dengan efisiensi adsorpsi zeolit L1 dan
98,72% untuk L1, 98,85% untuk L2 dan L2 sebesar 65%, zeolit L3 62%.
98,99% untuk L3. Hal ini menunjukkan
semakin luas permukaan zeolit maka semakin
banyak jumlah pori yang menjerap logam Cu.
Efsisiensi adsorpsi oleh zeolit L1 mengalami
penuruan pada bobot 0,2 gram. Hal tersebut
dikarenakan terdapat 2 lapis sangkar pada
struktur zeolit. Jika sangkar α sudah jenuh
maka adsorbat akan menuju ke sangkar β,
proses tersebut menyebabkan terjadinya
desorpsi sebelum adsorpsi ke sangkar β. Hal
tersebut menyebabkan terjadinya penurunan Gambar 22. Grafik Hasil Penentuan pH
efisiensi adsorpsi. Bobot optimum yang Optimum Zeolit Sintetis terhadap Logam Cr
didapat yaitu 0,3 gram karena saat melebihi Penjerapan logam Cr dari pH 2 sampai
0,3 gram efisiensi adsorpsi menurun yang pH 4 terus meningkat mencapai efisiensi
menandakan kondisi adsorpsi sudah jenuh. adsorpsi 99 %. Setelah mencapai kondisi
optimum, efisiensi adsorpsi akan turun seiring
meningkatnya pH. Hal ini dikarenakan terjadi
desorpsi Cr ke dalam larutan sehingga pada
kondisi pH 7 dan pH 9 menunjukkan penuruan
efisiensi adsorpsi zeolit. Maka dapat
disimpulkan bahwa kondisi pH optimum yaitu
pada pH 4.

Gambar 20. Grafik Hasil Penentuan Waktu


Kontak Optimum Zeolit Sintetis terhadap
Logam Cu
Berdasarkan Gambar 20 dapat
diketahui bahwa penjerapan logam Cu
mencapai optimum pada waktu kontak 60
menit dengan efisiensi adsorpsi zeolit L1 L2 Gambar 23. Grafik Hasil Penentuan Waktu
dan L3 mencapai 100%. Kontak Optimum Zeolit Sintetis terhadap
2. Optimasi Adsorpsi Zeolit Sintetis Logam Cr
terhadap Logam Cr Berdasarkan Gambar 23 dapat
diketahui bahwa penyerapan logam Cr
mencapai optimum pada waktu kontak 60
menit dengan efisiensi adsorpsi zeolit sebesar
100%.

D. Penentuan Kapasitas Adsorpsi


Optimum Zeolit Sintetis terhadap
Logam Cu dan Cr
Kapasitas adsorpsi cenderung
meningkat dengan bertambahnya konsentrasi
adsorbat karena terjadinya peningkatan
Gambar 21. Grafik Hasil Penentuan Bobot kompetisi antar adsorbat dengan sisi aktif yang
Optimum Zeolit Sintetis terhadap Logam Cr akan menggeser kesetimbangan kearah
Kenaikan bobot zeolit sebanding kompleks logam – sisi aktif (Gupta et al.,
dengan kenaikan efisiensi adsorpsi logam Cr. 2008). Berikut grafik hubungan kapasitas

8
adsorpsi dengan variasi konsentrasi Zeolit L1, digunakan adalah isoterm Langmuir dan
L2 dan L3. Freundlich. Pengujian model kesetimbangan
dilakukan untuk menentukan model
kesetimbangan yang sesuai digunakan pada
suatu penelitian. Penentuan isoterm adsorpsi
dilakukan dengan merubah persamaan isoterm
Langmuir dan Freundlich menjadi kurva
kesetimbangan garis lurus. Penentuan model
kesetimbangan tergantung pada harga
koefisien determinan (R) dengan harga yang
tinggi. Kesetimbangan adsorpsi merupakan
suatu penjabaran metematika suatu kondisi
isotermal yang khusus untuk setiap adsorben
(Sanjaya, et al, 2015). Perhitungan isoterm
Gambar 25. Grafik Hasil Penentuan Kapasitas Langmuir dan Freundlich dapat dilihat pada
adsorpsi Zeolit Sintetis terhadap Logam Cu Lampiran 13.
Kapasitas adsorpsi zeolit sintetis Tabel 5. Data Hasil Penentuan Isoterm
mencapai optimum pada konsentrasi Cu 50 Adsorpsi
ppm. Berdasarkan gambar diatas, zeolit L1 Sampel Isoterm Korelasi
memiliki kemampuan penjerapan Cu yang L1 (40:60) Langmuir 0,0302
sama dengan zeolit L2 dan L3 yaitu 5,07 mg/g. Freundlich 0,8896
Namun, kemampuan penjerapan zeolit sintetis L2 (50:50) Langmuir 0,0484
berbeda-beda terhadap logam Cr. Zeolit L1 Freundlich 0,6586
dan zeolit L2 mencapai kapasitas adsorpsi L3 (60:40) Langmuir 0,2836
optimum 4,97 mg/g dan 3,33 mg/g pada Freundlich 0,9552
konsentrasi 50 ppm. Namun, zeolit L3
mencapai kapasitas adsorpsi optimum pada Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat
konstrasi Cr 40 ppm yaitu 2,83 mg/g. Hal ini pada nilai R2 persamaan adsorpsi Freundlich
dikarenakan kemampuan penjerapan zeolit L1 lebih tinggi untuk isoterm adsorpsi pada ketiga
lebih tinggi daripada zeolit L3 yang dibuktikan sampel zeolit sintetis. Adsorpsi yang sesuai
dari hasil karakterisasi SEM. Zeolit L1 dengan pola isoterm adsorpsi Freundlich
memiliki diameter kristal (ukuran pori) yang mengindikasikan bahwa adsorben memiliki
lebih besar dan morfologi permukaan yang permukaan yang heterogen dan terdapat lebih
lebih seragam dibanding zeolit L3. Data dari satu lapisan permukaan (multilayer)
tersebut menunjukkan daya adsorpsi zeolit L1 (Bahri et al.,2017). Proses adsorpsi menganut
yang lebih tinggi. tipe fisisorpsi yaitu adsorpsi secara fisika,
prosesnya didasarkan pada gaya van der walls
(Atkins, 1990).

SIMPULAN

Karakterisasi zeolit hasil sintesis


menunjukkan beberapa campuran zeolit. Zeolit
L2 dan L3 mengandung campuran zeolit Na-A
dan mineral albit, zeolit L1 mengandung
campuran sodalit dan faujasit. Hasil
karakterisasi SEM menunjukkan morfologi
Gambar 26. Grafik Hasil Penentuan Kapasitas permukaan zeolit L1 dengan bentuk partikel
adsorpsi Zeolit Sintetis terhadap Logam Cr yang lebih seragam dibandingkan zeolit L3.
Kondisi optimum adsorpsi zeolit hasil
E. Hasil Penentuan Isoterm Adsorpsi penelitian didapat pada pH 4, bobot zeolit 0,5
Perubahan konsentrasi adsorbat oleh gram dan waktu kontak 60 menit dengan
proses adsorpsi sesuai dengan mekanisme efisiensi adsorpsi mencapai 100%. Kapasitas
adsorpsinya dapat dipelajari melalui penentuan adsorpsi zeolit sintetis (L1) rasio Si/Al 1,5
isoterm adsorpsi. Isoterm adsorpsi yang biasa

9
terhadap larutan Cu sebesar 5,07 mg/g dan Saraswati, I. 2015. Zeolite-A Synthesis from
larutan Cr sebesar 4,97 mg/g. Zeolit yang Glass. Jurnal Sains dan Matematika
disintesis mengikuti isoterm adsorpsi UNDIP Vol. 23 (4): 112-115
Freundlich.
Sriatun. 2004. Sintesis Zeolit A dan
Kemungkinan Penggunaannya Sebagai
DAFTAR PUSTAKA
Penukar Kation. Jurnal kimia sains
dan aplikasi vol. vii. no. 3 desember
Arnelli, F. Solichah , Alfiansyaha, A. Susenoa,
2004 : 61-67.
Y. Astutia, 2017. Sintesis Zeolit dari
Abu Sekam Padi menggunakan Sriyanti, Taslimah, Nuryono, dan Narsito.
Metode Hidrotemal :Variasi Waktu 2005. Sintesis Bahan Hibrida Amino-
dan Temperatur. Jurnal Kimia Sains Silika dari Abu Sekam Padi melalui
dan Aplikasi 20 (2) : 58 – 61 58 ISSN: Proses Sol-Gel. Artikel: JKSA 8. 1.
1410 Sugiarti. S, Charlena, N. A. Aflakhah, 2017,
Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisika 2. Jakarta : Zeolit Sintetis Terfungsionalisasi 3
Erlangga (Trimetoksisilil)-1-Propantiol sebagai
Adsorben Kation Cu(II) dan Biru
Bahri, S, Muhdarina, Nurhayati, dan Andiyani
Metilena Jurnal Kimia VALENSI:
F.2011.Isotermal dan Termodinamika
Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Adsorpsi Kation Cu2+ Fasa Bercair
Ilmu Kimia, 3(1) :11-19
pada Lempung cengar Terpilar. Jurnal
naturIndonesia. 14(1):7-13. Trivana. L, S. Sugiarti, E. Rohaeti, 2015.
Sintesis dan Karakterisasi Natrium
Gupta S.S, Bhattacharayya GK. 2008.
Silikat (Na2SiO3) dari Sekam Padi.
Immobilization of Pb(II),Cd(II), Ni(II)
Jurnal Sains dan Teknologi
ions on kaolinite and montmorillonite
Lingkungan ISSN: 2085-1227 Volume
surfaces from aqueos medium.
7. Nomor 2. Juni 2015 : 66-75.
Journal of Enviromental Management
87: 46-58. Umah S. 2010. Kajian Penambahan Abu
Sekam Padi dari Berbagai Suhu
Handoyo, K 1996. Kimia organik. Gajah Mada
Pengabuan Terhadap Plastisitas
Press. Yogyakarta
Kaolin. Skripsi. Fakultas Sains dan
Mujiyanti D.R, Nuryono, Kunarti ES. 2010. Teknologi. Universitas Islam Negeri
Sintesis dan Karakterisasi Silika Gel Maulana Malik Ibrahim. Malang.
dari Abu Sekam Padi yang
Warsito, Sri., Sriatun, dan Taslimah (2006).
Diimobilisasi dengan 3
Pengaruh Penambahan Surfaktan
(Trimetoksisilil)-1-Propantiol. Tesis.
Cetyltrimethylammonium Bromide (n-
Sekolah Pasca Sarjana Universitas
CTMABr) pada Sintesis Zeolit
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Y.Skripsi. Universitas Diponegoro.
Ojha, K., Narayan C.P., dan Amar, N. T. 2004. Semarang
Zeolite from Fly ash and
Widawati. 2005. Sntesis Zeolit dari Abu Ketel
Characterization. Journal Sci., Vol 27
asal Pg. Tasik Madu : Ragam Zeolit
(6) : 555-564
pada Berbagai Konsentrasi Natrium
Prasetyoko, Z. Ramli, S. Endud, H. Hamdan, Aluminat. Skripsi. Fakultas
and B. Sulikowski. 2006. Conversion Matematika dan Ilmu Pengetahuan
of Rice Husk Ash to Zeolite Beta. Alam. Universitas Sebelas Maret.
Waste Management 26 : 1173–1179. Surakarta
Reyes, AR. Carlos, L.Yolanda. 2011. Zakaria,A.2011.Adsorpsi Cu(II) Menggunakan
Application Of Illite And Kaolinite Zeolit Sintetis dari Abu Terbang Batu
Rich Clays In The Synthesis Of Bara. Tesis. Sekolah Pascasarjana.
Zeolites For Wastewater Treatment. Institut Pertanian Bogor.
Croatia: Earth and Enviromental
Science. In Tech.

10

You might also like