Professional Documents
Culture Documents
Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa Paradisiaca L) Dengan Metode KLT
Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa Paradisiaca L) Dengan Metode KLT
Hasma1, Winda1
1
Jurusan D3 Farmasi STIKES Nani Hasanuddin Makassar
Kata Kunci: Indonesia adalah negara yang kaya akan tanaman alami yang berlimpah dengan
memiliki berbagai jenis tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan oleh
Pisang Kepok sebagian orang sebagai obat tradisional. Salah satu penggunaan obat tradisional yang
Metabolit sekunder digunakan oleh masyarakat adalah tanaman pisang. Selama ini masyarakat hanya
KLT menggunakan pisang terbatas pada penggunaan buahnya, maka kulit pisang setelah
Reagen kimia dikonsumsi hanya dibuang sebagai limbah yang tidak dimanfaatkan secara optimal oleh
masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa kimia yang
ditemukan di kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.) yang diambil dari jalan perintis
di kota Makassar. Identifikasi ini dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi
Lapis Tipis (KLT) dan reagen kimia. Ekstrak kulit pisang kepok (Musa paradisiaca L.)
dibuat dengan menggunakan metode maserasi, karena metode ini tidak hanya
sederhana, peralatan yang digunakan sederhana, mudah dikerjakan, juga dapat
menghindari kerusakan komponen senyawa karena panas. Hasil rendemen yang
diperoleh adalah 12,06%. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan Kromatografi
Lapis Tipis Silika GF254 dengan eluen N-heksana: etil asetat (6: 4) yang diperoleh 5
noda pada cahaya UV 366 nm, yaitu alkaloid dengan bercak orange dengan nilai Rf
(0,13), saponin dengan noda nilai Rf ungu (0,92), flavonoid dengan bintik-bintik
kuning Nilai Rf (0,33) dan tanin dengan patch oranye kehitaman nilai Rf (0,65).
Berdasarkan pengujian menggunakan reagen kimia diperoleh hasil positif saponin,
flavonoid, tanin dan alkaloid. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa
ekstrak kulit pisang Kepok yang diambil di jalan perintis kota Makassar mengandung
alkaloid, saponin, flavonoid dan tanin.
Corresponding Author:
Hasma
Jurusan D3 Farmasi STIKES Nani Hasanuddin Makassar
Telp. 082194139862
Email: hasmaazzah@gmail.com
PENDAHULUAN tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat dan
Indonesia kaya tumbuhan alam yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat
melimpah dengan memiliki berbagai jenis tradisional. Obat tradisional tersebut dikenal
berabad-abad tahun yang lalu dan telah oleh masyarakat (Sugiarti dkk, 2017). Berbagai
digunakan secara turun temurun oleh upaya penelitian telah dilakukan untuk
masyarakat Indonesia (Umar, 2016). mengungkap potensi dan manfaat di dunia
Salah satu tanaman yang biasa kesehatan dari kulit pisang kepok agar dapat
dijadikan sebagai bahan pembuatan obat-obatan dimanfaatkan oleh masyarakat dengan baik.
tradisional adalah tanaman pisang. Seluruh Ekstrak kulit pisang kepok dapat pula
bagian dari tanaman pisang dapat dimanfaatkan sebagai sumber antioksidan pada
dimanfaatkan, mulai dari bonggol, batang, produksi tahu. Pemanfaatan kulit buah pisang
bunga, daun dan buahnya. Adapun kandungan kepok tidak terlepas dari adanya kandungan
gizi yang terdapat dalam setiap buah pisang fitokimia di dalamnya. Cara untuk mengetahui
matang antara lain kalori, protein, lemak, kandungan fitokimia atau bahan aktif pada
karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, besi, vitamin tumbuhan adalah melalui uji fitokimia atau
A, vitamin B, vitamin C dan air. Beberapa skrining fitokimia. Uji fitokimia dapat
penelitian mengatakan bahwa buah pisang bisa dilakukan secara kualitatif maupun secara
membantu mengatasi beberapa penyakit seperti kuantitatif (Sonja dkk., 2018).
depresi, anemia, tekanan darah, sembelit, sakit Penelitian menyebutkan bahwa ekstrak
jantung, gangguan saraf, dan mensuplai energi kulit buah pisang kapok mengandung saponin,
dalam otak (Adhayanti dkk., 2017). flavonoid, alkaloid dan tanin (Nur, 2017),
Menurut Deborah (2017), kulit pisang penelitian sakinah AR, Astrini (2018),
kepok memiliki kandungan flavonoid dan fenol menunjukkan bahwa hasil isolasi dari senyawa
sebagai antioksidan yang lebih tinggi dari kimia dari Fraksi Etil Asetat Kulit Buah Pisang
bagian pisang lainnya. Menurut Indrawati., dkk Kepok (Musa paradisiaca var Kepok) positif
(2015), yaitu “Efek Antidiabetes Ekstrak Air mengandung alkaloid. Hasil skrining fitokimia
Kulit Buah Pisang Ambon (Musa paradisiaca Ekstrak air kulit pisang kepok mengandung
L.) Terhadap Mencit (Mus musculus) Model senyawa flavonoid, tanin dan terpenoid
Hiperglikemia” bahwa ekstrak air kulit buah (Supriyanti et al., 2015).
pisang ambon dapat menurunkan kadar gula Berdasarkan uraian diatas, dilakukan
darah karena adanya efek sinergis senyawa penelitian dan pengujian dari kulit buah pisang
bioaktif flavonoid, fenolik, saponin dan tanin kepok untuk mengetahui komponen senyawa
dalam kulit buah pisang ambon. Penelitian Rina metabolit sekunder yang dapat digunakan
(2015), menyatakan kulit buah pisang kepok sebagai pengobatan.
mentah terkandung beberapa senyawa aktif
yaitu saponin, alkaloid, tannin dan flavonoid, METODE PENELITIAN
dimana senyawa bioaktif diketahui dapat Jenis Penelitian
digunakan sebagai agen hipoglikemik (penurun Penelitian dilakukan secara observasi
kadar gula darah), ini dikarenakan senyawa laboratorium untuk mengetahui komponen
bioaktif memiliki kemampuan sebagai senyawa metabolit sekunder pada kulit pisang
antioksidan. Pisang kepok memiliki kandungan kepok dengan metode Kromatografi Lapis Tipis
antioksidan yang sangat tinggi dan berfungsi (KLT). KLT adalah metode yang digunakan
sebagai penangkap radikal bebas yaitu senyawa untuk menentukan identitas dan kemurnian
flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa untuk uji kuantisasi. Secara umum, tehnik ini
kimia yang dilaporkan oleh banyak peneliti digunakan untuk memantau reaksi kimia
sebagai antioksidan, antikanker, antimikrobial, (Meyers, 2008).
antiaterosklerotik, sebagai imunomodulator,
antidiabetes, dan juga sebagai antiinflamasi Lokasi dan Waktu Penelitian
(Andre, 2017). Penelitian ini berlokasi di Laboratorium Biologi
Pemanfaatan buah pisang di masyarakat Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani
sejauh ini hanya terbatas pada buahnya saja. Hasanuddin Makassar. Penelitian dilaksanakan
Buah pisang dapat dikonsumsi baik secara pada bulan Juni 2019.
langsung ataupun melalui proses pengolahan
terlebih dahulu untuk menjadi sebuah produk Populasi dan Sampel
makanan ringan, selanjutnya kulit pisang Populasi penelitian adalah seluruh kulit buah
setelah di komsumsi hanya dibuang sebagai pisang kepok yang telah matang di jalan
limbah yang tidak dimanfaatkan secara optimal Perintis Kemerdekaan IV Kota Makassar.
Berdasarkan nilai Rf yang masuk bercak jingga pada nilai Rf (0,13), saponin
alkaloid ada 1 noda dengan nilai Rf (0,13), dengan warna bercak noda ungu pada nilai Rf
saponin terdapat 1 noda dengan nilai Rf (0,92), (0,92), flavonoid dengan warna bercak kuning
flavonoid 2 noda dengan nilai Rf (0,33), (0,81) pada nilai Rf (0,33) dan warna bercak
dan tanin 1 noda dengan nilai Rf (0,65). fluoresensi jingga pada nilai Rf (0,81), dan
Sedangkan berdasarkan warna bercak di bawah tanin dengan warna bercak jingga gelap pada
sinar UV 366 nm yaitu alkaloid dengan warna nilai Rf (0,65).
Serbuk Mg dan
larutan HCl:
3. Flavanoid Warna merah, (+) Flavanoid
kuning/ jingga
Larutan FeCl3:
Warna hitam
4. Tanin (+) Tanin
kebiruan atau
kehijauan
alam karena dengan perendaman sampel serta meminimalkan penguapan pelarut dari
tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan lempeng KLT (Rubiyanto, 2017). Ekstrak kulit
membran sel akibat perbedaan tekanan antara pisang kepok (Musa paradisiaca L) yang telah
didalam dan diluar sel, sehingga metabolit diambil sebanyak 1 gram lalu diencerkan
sekunder yang ada dalam sitoplasma akan menggunakan etanol 70% supaya
terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi mempermudah senyawa tertarik oleh eluen dan
senyawa akan sempurna (Hanani, 2015). kemudian ditotolkan pada lempeng KLT
Pelarut yang digunakan adalah etanol 70 % menggunakan pipa kapiler secara tegak lurus
merupakan pelarut yang memenuhi syarat dan kemudian dimasukkan dalam chamber yang
dalam pembuatan ekstrak dan bersifat universal telah dijenuhkan. Pada proses elusi, pori-pori
yang dapat melarutkan hampir semua zat, baik penjerap akan dilalui oleh cairan pengelusi
yang polar maupun nonpolar (Eriadi, 2015). yang bergerak membawa komponen-komponen
Metode perendaman (maserasi) dalam kimia dan pemisahan akan terjadi oleh adanya
pelarut etanol 70% diharapkan dapat menarik perbedaan kelarutan dari masing-masing
lebih banyak zat aktif yang terkandung di dalam komponen kimia terhadap cairan pengelusi.
simplisia. Setelah dimaserasi dilakukan Lempeng dikeluarkan dari chamber setelah
penyaringan untuk menahan serbuk kulit pisang mencapai batas atas lempeng yang telah
(Musa paradisiaca L.) agar tidak menjadi ditentukan kemudian diangin-anginkan. Noda-
pengotor dan pengganggu saat dilakukan noda yang diperoleh pada proses elusi
pengujian. Ekstrak etanol yang diperoleh dari selanjutnya diamati di bawah sinar UV 366 nm.
hasil ekstraksi kemudian diuapkan secara Sedangkan penyemprotan dengan
manual dengan menggunakan kipas angin atau menggunakan H2SO4 10% dilakukan dengan
pun hair dryer hingga ekstrak menjadi kental. tujuan agar noda-noda yang tidak tampak pada
Didapatkan ekstrak kental sebanyak 30,14 gram lampu UV dapat tampak setelah dilakukan
dari jumlah sampel awal sebanyak 250 gram penyemprotan. Noda warna yang tampak
sehingga diperoleh nilai randemen sebanyak ditandai dan diukur jarak tempuhnya untuk
12,06%. Selanjutnya diidentifikasi menentukan nilai Rf.
menggunakan KLT dan reaksi kimia sebagai uji Pada percobaan identifikasi KLT
pendahuluan. digunakan beberapa eluen yaitu Etil asetat, n-
Pada identifikasi kromatografi lapis heksan, metanol, aquadest, dan kloroform
tipis menggunakan lempeng silica gel F254 dengan perbandingan etil asetat: n-heksan (7 :
sebagai fase diamnya. Sedangkan untuk fase 3) dihasilkan 2 bercak noda, etil asetat : n-
geraknya digunakan eluen baik yang bersifat heksan (4 : 1) tidak terdapat noda, n-heksan :
polar, semi polar dan non polar. Hasil etil asetat (7 : 3) dihasilkan 4 noda namun
kromatografi lapis tipis diamati bercak/noda bercak warna tidak terlalu tampak, etil asetat:
pada penampak bercak yang paling umum metanol: aquadest (4 : 5 : 1) tidak dihasilkan
digunakan adalah sinar UV. Dikenal pula titik noda, kloroform: etil asetat (9 : 1)
penampak bercak yang disemprotkan pada fase dihasilkan bercak noda yang tidak terpisah, n-
diam seperti asam sulfat untuk semua golongan heksan : etil asetat : aquadest (7 : 2 : 1)
senyawa. Sebelummya hasil kromatografi noda dihasilkan 3 bercak noda, n-heksan : etil asetat :
yang diperoleh dilihat di bawah sinar UV 366 aquadest (6 : 3 : 1) dihasilkan 5 bercak noda
nm untuk melihat bercak warna pada plat KLT. namun warna yang diperoleh tidak terlalu
Pada penelitian kromatorafi lapis tipis tampak, sehingga didapatkan perbandingan
terlebih dahulu lempeng diaktifkan dalam oven yang sesuai yaitu n-heksan : etil asetat (6 : 4).
pada suhu 120°C selama 30 menit dengan Hasil identifikasi kromatografi pada
tujuan untuk menghilangkan kandungan air ekstrak kulit pisang dengan menggunakan eluen
yang terdapat pada plat sehingga daya serap N-heksan : etil asetat dengan perbandingan 6 : 4
plat menjadi maksimal. Kemudian dilakukan setelah dilakukan elusi secara SGP, hal ini
metode pengembangan kromatografi dilakukan bertujuan agar peningkatan polaritas sistem
dengan cara elusi di dalam chamber yang telah eluen menyebabkan semua komponen akan
dijenuhkan cairan pengelusinya menggunakan terbawa lebih cepat. Setelah diamati di bawah
kertas saring. sinar UV 366 nm terdapat 5 noda. Warna
Penjenuhan chamber ini dimaksudkan bercak dengan sinar tampak terdapat 5 noda.
untuk memastikan homohenitas dalam bejana
Percobaan yang menggunakan reaksi pengujian tanin ekstrak kulit pisang kepok
kimia dengan beberapa uji warna senyawa positif mengandung tanin (Nur, 2017).
alkaloid, saponin, flavonoid dan tanin. Pada uji Nilai Rf yang memenuhi syarat KLT
identifikasi alkaloid ekstrak kulit pisang (Musa yang baik, yaitu dengan rentang nilai Rf 0,2 –
paradisiaca L.) ditambahkan 1 ml HCl 2N akan 0,8 pada penelitian Tammy Mulia Dewi yang
terbentuk garam, sehingga alkaloid akan mencantumkan pada perbandingan
berpisah dengan komponen-komponen lain dari penelitiannya yang berjudul “analisis kuantitatif
sel tumbuhan yang ikut terekstrak, residu antibiotika tetrasiklin pada madu”. Pada
kemungkinan kompleks kalium alkaloid yang penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
terbentuk tidak sampai batas jenuh sehingga bahwa tidak semua nilai Rf kulit pisang kepok
tidak mampu membentuk endapan dan (Musa paradisiaca L.) memenuhi syarat KLT
ditambahkan 9 ml aquades lalu dipanaskan yang baik.
selama 2 menit kemudian dinginkan lalu Hal ini sejalan dengan penelitian Sri
disaring setelah itu pisahkan menjadi 3 tabung, herlina yang berjudul “Uji Fitokimia Kulit
masing-masing tabung ditambahkan 2 – 3 tetes Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.) Bahan
masing-masing pereaksi. Pada pereaksi mayer, Alam Sebagai Pestisida Nabati Berpotensi
wagner dan dragendrof hasil pengujian alkaloid Menekan Serangan Serangga Hama Tanaman
ekstrak kulit pisang kepok positif mengandung Umur Pendek”. Pada teori pendukungnya yang
alkaloid, dimana terjadi perubahan warna yang menyatakan tentang hasil skrining fitokimia
signifikan ketika ditambahkan pereaksi dari kulit pisang kepok mengandung senyawa
tersebut. Tidak terbentuk endapan dikarenakan flavonoid, saponin, steroid, alkaloid, tanin.
jumlah sampel yang digunakan terlalu sedikit
(Nur, 2017). KESIMPULAN
Pada uji identifikasi saponin ekstrak Ekstrak etanol kulit buah pisang kepok (Musa
kulit pisang kepok (Musa paradisiaca L.) paradisiaca L.) diidentifikasi dengan metode
ditambahkan 10 ml air panas lalu didinginkan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) terdapat
dan kocok kuat-kuat dan kemudian tambahkan senyawa alkaloid, saponin, flavonoid dan tanin.
1 tetes HCl 2 N yang akan memunculkan busa
stabil. Berdasarkan hasil pengujian saponin DAFTAR PUSTAKA
ekstrak kulit pisang kepok positif mengandung Adhayanti, Ida., Tajuddin A., Rika R. (2018).
saponin hal ini ditandai oleh busa yang stabil Uji Kandungan Total Polifenol Dan
selama 30 menit setelah di kocok (Nur, 2017). Flavonoid Ekstrak Etil Asetat Kulit
Pada uji identifikasi flavonoid ekstrak Pisang Raja (Musa Paradisiaca Var.
kulit pisang kepok ditambahkan etanol untuk Sapientum). Prodi Farmasi Poltekkes
diencerkan yang berfungsi sebagai pembebas Kemenkes Makassar. Media Farmasi -
flavonoid dari bentuk garamnya lalu dikocok Vol. XIV No. 1.
dan panaskan selama 10 menit selanjutnya Andre P., Farras C., Wulan., Rini S., M Yogi.,
ditambahkan 0,2 gram serbuk Mg dan 3 tetes Tri U. (2017). Efektivitas Ekstrak Kulit
HCl pekat kocok dan diamkan. Berdasarkan Pisang Kepok (Musa acuminata) dan
hasil pengujian flavonoid ekstrak kulit pisang Ekstrak Daun Salam (Syzygium
kepok positif mengandung flavonoid ditandai polyanthum (wight) Walp) sebagai Agen
dengan terbentuknya warna jingga (Nur, 2017). Preventif terhadap Diabetes Melitus Tipe
Pada uji identifikasi tanin ekstrak kulit 2. Bagian Mikrobiologi, Fakultas
pisang kepok ditambahkan 10 ml air panas lalu Kedokteran, Universitas Lampung. J
didihkan selama 5 menit kemudian disaring dan Agromedicine Unila – Vol. 4 No.2
ditambahkan 3 – 4 tetes FeCl3 1% pada Sakinah AR, Astrini. (2018). Isolasi Senyawa
penambahan ini golongan tanin terhidrolisis Metabolit Sekunder dari Fraksi Etil
akanmenghasilkan warna biru kehitaman dan Asetat Kulit Buah Pisang Kepok (Musa
tanin akan terkondensasi akan menghasilkan paradisiaca var Kepok). Undergraduate
warna hijau kehitaman. Perubahan warna ini (S1) thesis, Universitas Islam Negeri
terjadi ketika penambahan FeCl3 yang bereaksi Alauddin Makassar.
dengan salah satu gugus hidroksil yang ada Deborah N., Gemayangsura. (2017). Khasiat
pada senyawa tanin. Berdasarkan hasil Kulit Pisang Kepok (Musa acuminata)
sebagai Agen Preventif Ulkus Gaster.