207-Article Text-727-1-10-20200105

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 1 No.

2, November 2006

AKURASI FOOD RECALL DAN FOOD RECORD DALAM AKURASI


SIMPLIFIED DIETASI ASSESSMENT (SDA) PADA ANAK
USIA SEKOLAH UNTUK IDENTIFIKASI
RESIKO KURANG VITAMIN A

Oleh:
Nawangwulan Widyastuti
Dosen Jurusan Penyuluhan Pertanian, STPP Bogor

ABSTRACT

A simplified dietary assessment method using food consumption approach to identify the
vulnerable group vitamin A deficiency was developed by IVACG (International Vitamin A
Consultative Group). For food comsumption survey, food weighing, food recall and food record
were coomonly used. The objective of this research was to analyze the accuration of food recall
and food record using simplified dietary assessment on school children to identify vitamin A
risk. The study showed that vitamin A food pattern’s of school children mostly was from
vegetables and eggs, although the quantity was very low. Fruit was consumed infequently with
the low quantity. Vitamin A consumption using food recall tend to underestimate, while food
record tend to overestimate compare with food weighing. Comparing with vitamin A RDA, the
RDA level was below 65% of RDA. The prevalence of sample with vitamin A risk was higher on
food recall (64.7%) and lower on food record (60.0%) compare with food weighing (62.4%)
with the smallest deviance toward food weighing was found on food record. The sensitivity of
food recall was higher than food record, although the difference was not to high. The specificity
and positive predicted value of food recall was lower than food record. Food record had better
accuration than food recall in identifying vitamin A risk. The influenced factors of vitamin A
risk was family’s income, family size and vitamin/supplement feeding.

Keywords: Vitamin A deficiency, food recall, food weighing, food record, Simplified
Assessment Method (SDA)

PENDAHULUAN Kurangnya informasi mengenai


masalah vitamin A pada anak usia sekolah
A. Latar Belakang ini antara lain sebagai akibat dari kurang
tersedianya metoda yang mudah, murah, dan
Informasi mengenai besarnya masalah praktis untuk mengidentifikasi masalah
KVA pada anak usia sekolah masih kurang. vitamin A dengan keterandalan yang teruji.
Hasil penelitian Karjati (1977) di Jawa Kebutuhan akan metoda sederhana untuk
Timur menemukan besarnya masalah KVA mendeteksi masalah kurang vitamin A
pada anak usia sekolah sebesar 1,0%. Hasil (KVA) pada anak usia sekolah dirasakan
analisa kadar vitamin A rendah (< 10 µg/dl) sangat penting. Metoda yang sederhana,
sebesar 8%, dan yang mempunyai serum murah, dan mudah diimplementasikan di
vitamin A kurang (10 – 19 µg/dl) sebesar lapangan akan membantu para praktisi gizi
32%. Sampai saat ini belum ada lagi dalam mengembangkan dan melakukan
penelitian mengenai besarnya masalah penelitian-penelitian, mengenai masalah
vitamin A pada anak usia sekolah. KVA, pada anak usia sekolah dan mencari

112
Akurasi Food Recall dan Food Record.... (Nawangwulan Widyastuti)

alternatif penanggulangannya untuk meng- Berdasarkan uraian di atas, hal


identifikasi masalah KVA. menarik untuk dijadikan obyek penelitian
Suatu metode dipilih dengan memper- adalah apa dan bagaimana implementasi
timbangkan kesesuaiannya dengan obyek metode penilaian komsumsi pangan secara
studi. Beberapa metode penilaian status gizi sederhana tersebut pada anak usia sekolah.
yang bisa dilakukan pada berbagai survei Metode tersebut nantinya diharapkan dapat
konsumsi pangan secara kuantitatif adalah digunakan untuk mengukur konsumsi pangan
food recall, food list, food record, ataupun sumber vitamin A, sekaligus mampu
food weighing (penimbangan), yang masing- mendeteksi tingkat resiko terkena kurang
masing memiliki kekurangan dan kelebihan. vitamin A (KVA) pada anak usia sekolah
Selain model survei konsumsi pangan dengan biaya yang murah dan mudah
dengan tujuan mengenai status gizi mikro pelaksanaannya.
seseorang/sekelompok orang, sering
ditunjang pula dengan uji klinis dan uji B. Tujuan
laboratorium seperti kadar Hb darah, ataupun
Tujuan Umum
serum darah sehingga informasi yang
Penelitian ini betujuan untuk
dihasilkan lebih akurat, namun cara ini tidak
membandingkan food recall dan food record
praktis dan biayanya sangat mahal.
dalam aplikasi Simplified Dietary Assessment
Metode-metode tersebut dengan
(SDA) pada anak usia sekolah untuk
segala kelebihan dan kekurangannya akan
mengidentifikasi resiko kurang vitamin A
memberikan pengaruh dalam pengukuran,
(KVA).
sehingga memungkinkan terjadinya bias
sangat besar. Sampai saat ini, belum ada
Tujuan Khusus
penelitian yang membandingkan metode-
1. Mempelajari pola konsumsi pangan
metode tersebut, sehingga diperoleh metode
sumber vitamin A pada anak sekolah
yang paling mudah, valid dan akurat dalam
dasar.
memberikan informasi data. Oleh karena itu,
2. Mengukur prevalensi resiko KVA pada
perlu adanya suatu metode yang diharapkan
anak sekolah dasar.
dapat digunakan untuk mendeteksi masalah
3. Menganalisis akurasi metode food recall
kurang vitamin A secara dini pada anak usia
dan food record untuk mengidentifikasi
sekolah, melalui pendekatan konsumsi
resiko KVA anak sekolah dasar.
pangan dengan metode yang mudah dan
4. Menganalisis akurasi metode food recall
biaya murah, tanpa harus menimbulkan
dan food record dengan food weighing
masalah psikologis pada anak.
sebagai gold standard untuk meng-
IVACG (International Vitamin A
identifikasi resiko KVA pada anak
Consultative Group) menemukan suatu
sekolah dasar.
pedoman metode sederhana untuk meng-
identifikasi kelompok rawan defisiensi
B. Manfaat
vitamin A. Beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan dalam mengestimasi Hasil penelitian ini diharapkan dapat
konsumsi/asupan vitamin A dalam menjadi bahan masukan bagi pengembangan
ketersediaan pangan sumber vitamin A, cara metodologi penilaian konsumsi pangan. Di
pengolahan pangan dan penyajian makanan samping itu, juga bahan masukan bagi
sumber vitamin A, faktor budaya dan pengembangan metodologi penilaian
kebiasaan makan masyarakat terhadap konsumsi pangan dan memberikan informasi
pangan sumber vitamin A, serta kondisi metode penilaian konsumsi pangan yang
fisiologi tubuh dalam mencerna dan mudah dan praktis untuk mendeteksi masalah
menyerap pangan sumber vitamin A. KVA.

113
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 1 No. 2, November 2006

METODE PENELITIAN kuesioner. Data sekunder meliputi keadaan


umum sekolah dan daftar nama siswa. Data
A. Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian primer meliputi kondisi sosial ekonomi
keluarga contoh, kebiasaan makan anak, cara
Disain penelitian ini adalah cross mengolah, cara memperoleh pangan dan
sectional. Penelitian dilakukan di Kota konsumsi pangan dikumpulkan dengan 3
Bogor, tepatnya di SDN Situgede IV yang metode yakni food weighing, food recall dan
berada di wilayah Kecamatan Bogor Barat, food record dengan waktu yang sama yakni 7
dan SDN Sukadamai I yang berada di hari.
wilayah Kecamatan Tanah Sareal. Penentuan
lokasi dilakukan secara purposive (purposive D. Pengolahan dan Analisis Data
sampling). Pemilihan kedua sekolah dasar
tersebut dalam pertimbangan kedua sekolah Standard SDA digunakan untuk
memiliki siswa yang berasal dari lokasi memberikan skor pada indeks konsumsi
sekitar sekolah, dan kondisi sosial ekonomi vitamin A, sehingga dapat dikategorikan
keluarga dari kedua sekolah tersebut tidak resiko tinggi KVA bila total indeks
jauh berbeda. Penelitian dilakukan selama 6 konsumsi: ≤ 7 CI score dan resiko rendah
(enam) bulan dari bulan Agustus 2003 KVA: 7 CI score. Analisis statistik yang
Februari 2004. digunakan adalah uji beda T, ANOVA, khi
kuadrat dan regresi logistik. Untuk
B. Teknik Penarikan Contoh megetahui akurasi pengukuran resiko KVA
dengan metode SDA dilakukan uji
Contoh penelitian ini adalah siswa sensitivitas, spesifikasi dan penduga positif
kelas IV dan V, dengan mempertimbangkan dari metode food recall dan food record
bahwa anak-anak ini sudah dapat diajak dengan gold standard tingkat kecukupan
berkomunikasi dengan baik, mampu vitamin A secara food weighing.
mengingat kejadian 24 jam yang lalu, dan
sudah diikutkan dalam semua kegiatan
sekolah yang menuntut tanggung jawab.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengambilan contoh penelitian dilakukan
secara acak (ramdom sampling), sehingga
A. Karakteristik Sosial Ekonomi
terpilih 85 siswa dari seluruh siswa kelas IV
dan V (SDN Situgede IV dan SDN Sebagian besar (31,8%) ayah contoh
Sukadamai I). termasuk dalam kelompok umur 35-39
tahun, sementara sebagian besar (31,8%) ibu
C. Jenis dan Cara Pengambilan Data contoh termasuk dalam kelompok umur 30-
34 tahun. Rata-rata umur ayah contoh adalah
Data yang dikumpulkan meliputi data
40,6 tahun, sementara umur ibu contoh
primer dan sekunder. Data primer dikumpul-
adalah 35,1 tahun (Tabel 1).
kan dengan cara wawancara menggunakan

Tabel 1. Karakteristik keluarga dan contoh

Karakteristik contoh dan keluarga Rata-rata Standar Deviasi


Jumlah anggota keluarga (orang) 6,0 1,6
Pendapatan (Rp/kapita/bulan) 118.082,2 38.886,2
Umur ibu (tahun) 35,1 8,1
Umur ayah (tahun) 40,6 8,2
Umur contoh (tahun) 10,8 0,8

114
Akurasi Food Recall dan Food Record.... (Nawangwulan Widyastuti)

Persentase terbesar tingkat pendidikan C. Cara Pengolahan Makanan


ayah dan ibu contoh tergolong rendah, yaitu
Makanan yang biasa dikonsumsi
tamat sekolah dasar (SD) yang masing-
contoh diolah dengan berbagai cara seperti
masing 71,8% dan 75,3%. Sebagian besar
direbus/kukus, digoreng/tumis dan mentah/
(51,8%) ayah contoh bekerja sebagai buruh,
segar. Perbedaan cara pengolahan makanan
sementara seluruh ibu contoh adalah ibu
yang bisa dikonsumsi tersebut tergantung
rumah tangga.
kepada jenis bahan makanannya. Nasi dan
Rata-rata jumlah anggota keluarga
jagung diolah dengan cara direbus/kukus
contoh adalah 6,0 orang dengan kisaran 3
(100,0%). Ubi, daging ayam, kacang dan
hingga 12 orang. Rata-rata pendapatan
sayur diolah dengan cara goreng/tumis
(Rp/kapita/bulan) keluarga contoh adalah Rp.
(100,0%), sedangkan ikan dan telur masing-
188.018,2 dengan kisaran Rp 55.556 hingga
masing hanya 67,1% dan 83,5% yang
Rp 250.000. Jika pendapatan keluarga
mengolah dengan cara digoreng/tumis. Jenis
dikategorikan berdasarkan garis batas
makanan seperti susu dan buah biasa tidak
kemiskinan BPS (2003), untuk wilayah
diolah lagi sebelum dikonsumsi, artinya
perkotaan Jawa Barat yakni Rp 126,180,
langsung dikonsumsi saja. Cara pengolahan
maka sebagian besar (72,9%) keluarga
makanan berpengaruh terhadap penyerapan
contoh tergolong miskin.
vitamin A. Vitamin A termasuk jenis vitamin
Sebagian besar contoh berumur 11
larut dalam minyak, sehingga untuk
tahun (47,1%) dan 10 tahun (32,9%), dengan
melarutkan vitamin ini konsumsi makanan
rata-rata 10,8 tahun (Tabel 1).
harus mengandung minyak. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi
B. Kebiasaan Makan
kecepatan dan kesempurnaan proses
Sebagian besar (≥ 70%) keluarga penyerapan vitamin A. Proses penyerapan
contoh membeli dari warung, yang terlihat vitamin A paling sempurna jika vitamin A
pada semua jenis pangan. Hanya sayur- yang akan diserap berada dalam keadaan
sayuran dan buah-buahan yang diperoleh dari larut lemak, sehngga konsumsi lemak yang
kebun/pekarangan dengan persentase yang cukup sangat membantu efisiensi penyerapan
relatif kecil yakni berturut-turut 11,8% dan vitamin A (Nursanyoto et al., 1992).
2,4%.
Jenis makanan yang tergolong sering D. Pola Konsumsi Vitamin A
dikonsumsi contoh (frekuensi konsumsi 4-7
Secara umum, jika digunakan food
hari/minggu) adalah nasi (100,0%), gula
weighing sebagai gold standard dihasilkan
(100,0%), kacang-kacangan (92,9%), lemak
konsumsi vitamin A yang lebih rendah untuk
(97,3%), ikan (83,5%) dan sayuran (75,3%).
food recall dan lebih tinggi untuk food
Jenis makanan yang tergolong kadang-
record (Tabel 2). Konsumsi vitamin A
kadang dikonsumsi (frekuensi konsumsi 2-3
contoh dengan food weighing sebagai standar
hari/minggu) oleh sebagian besar contoh
(284,8 RE) lebih tinggi dibandingkan food
adalah ubi (49,4%) dan telur (44,7%). Jenis
recall (273,6 RE) dan lebih rendah
makanan yang tergolong jarang dikonsumsi
dibandingkan food recard (305,8 RE).
(frekuensi konsumsi 0-1 hari/minggu) oleh
Rendahnya konsumsi vitamin A berdampak
sebagian besar contoh adalah daging sapi
terhadap tidak tercukupinya kebutuhan
(84,7%), susu (72,9%), daging ayam
vitamin A contoh. Jika dibandingkan dengan
(61,2%), dan buah (74,1%). Sebagian besar
cukupan vitamin A, ternyata rata-rata tingkat
contoh (87,1%) tidak mengkonsumsi
cukupan contoh masih di bawah 65% AKG.
vitamin/suplemen, sedangkan sisanya
Angka ini menjadi indikasi adanya resiko
(12,9%) biasa mengkonsumsi vitamin/
kurang vitamin A (KVA) pada saat SD yang
suplemen.
yang menjadi contoh dalam penelitian ini.

115
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 1 No. 2, November 2006

Tabel 2. Konsumsi, tinggi kecukupan dan indeks konsumsi vitamin A (RE) contoh berdasarkan
metode pengukuran (n=85)

Food Food Recall Food Record Selisih Selisih


Weighing (A) (B) (C) (A-B) (A-C)
Peubah Rataan± SD Rataan±SD Rataan±SD [(D) = [(E) = [(D) = [(E) = P*
(A-B)] (D)/(B) x (A-B)] (D)/(B) x
100%} 100%}
Konsumsi
vitamin A 284,8±184,1 273,6±173,5 305,8±185,9 11,2 4,1 -21,0 -6,9 0,000
(RE)
Tingkat
kecukupan 60,2±39,4 57,8±37,1 64,6±39,5 2,4 4,2 -4,4 -6,8 0,000
vit A (%)
Indeks
konsumsi 4,6±2,2 428±2,0 4,9±2,3 0,4 9,5 -0,3 -6,1 0,000
vitamin A
Ket:* berdasarkan uji t sangat berbeda nyata (p<0,01) antara selisih berat (A-B) dan selisih
berat (A-C)

Pada Tabel 2 juga terlihat bahwa yang lebih rendah dan food record tanaman
indeks konsumsi vitamin A dengan yang lebih tinggi. Hal ini mengidentifikasi-
menggunakan metode SDA berkisar antara kan kecenderungan underestimasterd pada
4,6 – 4,9 untuk ketiga metode pengukuran food recall karena adanya faktor lupa sebagai
konsumsi dimana bila dibandingkan dengan pembatas dan overestimasters pada food
kategori indeks konsumsi vitamin A record. Masing-masing adalah berbeda nyata
(Underwood et al., 1989) termasuk resiko (p<0,01).
tinggi KVA (≤ 7). Beberapa penelitian telah dilakukan
Persentase perbedaan konsumsi untuk membandingkan berbagai metode
vitamin A antara food weighing dengan food konsumsi pangan secara kuantitatif yang
recall adalah 4,1% dan dengan food record - dilakukan oleh Kim et al. (1984);
6,9%. Persentase perbedaan yang tidak Megawangi dan Pranadji (1984); Widiastuti
terlalu berbeda juga dihasilkan untuk tingkat (1985); Burk dan Pao (1976) dalam Cameron
kecukupan vitamin A. Perbedaan yang tidak dan Staveren (1988); Faruq (1991) serta
terlalu besar dengan food weighing sebagai Sa’diyyah dan Briawan (1999). Salah satu
gold standard dapat menjadi indikasi presisi diantaranya adalah membandingkan metoda
dan akurasi metode food recall dan food penimbangan, recall 24 jam cenderung
record. Semakin kecil persentase perbedaan underestimates (lebih rendah) dan data yang
antara food recall dan food record dengan dihasilkan oleh metode pencatatan cenderung
food weighing, maka semakin tinggi tingkat overestimates (lebih tinggi). Pada beberapa
akurasinya. Namun demikian, alat ukur yang kasus, rata-rata perbedaan metode recall
paling baik mengukur akurasi kedua metode dengan metode penimbangan adalah 30%
pengukuran konsumsi adalah sensitifitas dan lebih rendah (Sa’diyyah dan Briawan, 1999).
spesifitas yang nantinya akan dibahas dalam Penelitian yang dilakukan oleh Kim et
makalah ini. al. (1984) yaitu membandingkan metode
Dari kedua metode pengukuran recall 24 jam, pencatatan 3-7 hari dan
konsumsi pangan yang digunakan, jika metode riwayat makan menunjukkan bahwa
dibandingkan dengan food weighing, ternyata metode recall 24 jam dan metode riwayat
food recall cenderung menghasilkan rataan makan berturut-turut cenderung

116
Akurasi Food Recall dan Food Record.... (Nawangwulan Widyastuti)

underestimates (lebih renda dan over- dengan food recall dan lebih rendah food
estimates (lebih tinggi). Hal ini disebabkan record (60,0%).
oleh informasi yang didasarkan pada ingatan Banyaknya contoh yang beresiko
seseorang pada metode food recall. Adapun KVA dapat diketahui dengan menggunakan
metode peencatatan mempunyai potensi metode SDA (Simplified Dietary
untuk dapat mengubah konsumsi pangan Assessment). Berdasarkan metoda SDA,
normal sehingga cenderung overestimates sebagian besar contoh termasuk dalam
(lebih tinggi). kategori beresiko tinggi terkena KVA, baik
Perbandingan konsumsi vitamin A menurut metode pengukuran food weighing,
dengan kecukupan vitamin A dengan food recall dan food record (Tabel 4).
kecukupan vitamin A akan menghasilkan Persentase contoh yang beresiko
tingkat kecukupan vitamin A yang dibagi tinggi terkena KVA dengan metode food
menjadi 4 kelompok, yakni defisit (< 70% weighing adalah 71,8%, yang lebih sedikit
AKG), kurang (70-80% AKG), sedang (80- dibandingkan food recall (77,6) dan lebih
99% AKG) dan baik (≥ 100% AKG). Pada banyak dibandingkan food record (61,2%).
tabel 3 terlihat bahwa sebagian besar (≥ Tingginya prevalensi KVA pada anak
60,0%) contoh masih tergolong defisit sekolah yang menjadi contoh dalam
vitamin A. Bila dibandingkan dengan food penelitian ini umumnya disebabkan karena
weighing (≥ 62,4%), persentase contoh yang anak tidak suka sayuran.
defisit vitamin A akan lebih tinggi (64,7%)

Tabel 3. Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan vitamin A dan metode
pengukuran (n=85)

Kategori tingkat Food Weighing Food Recall Food Record


kecukupan vitamin A* n % n % n %
Defisit (< 70% AKG) 53 62,4 55 64,7 51 60,0
Kurang ( 70-80% AKG) 3 3,5 2 2,4 2 2,4
Sedang ( 80-99% AKG) 12 14,1 13 15,3 15 17,6
Baik ( ≥ 100% AKG) 17 20,0 15 17,6 17 20,0
Total 85 100,0 85 100,0 85 100,0
Sumber: Depkes RI (1990).

Tabel 4. Sebaran contoh berdasarkan kategori resiko KVA menggunakan metode Simplified
Dietary Assessment. (SDA) (n=85)

Food Weighing Food Recall Food Record


Kategori resiko KVA*
n % n % n %
Resiko tinggi (≤ 7 CI
61 71,8 66 77,6 52 61,2
score)
Resiko tinggi (> 7 CI
24 28,2 19 22,4 33 38,8
score)
Total 85 100,0 85 100,0 85 100,0
Ket: CI = Consumption Index
* Sumber: IVACG (1989)

117
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 1 No. 2, November 2006

E. Akurasi Metode SDA Misklasifikasi positif semu peng-


golongan resiko KVA pada metode food
Uji sensitifitas dan spesifisitas
recall adalah 3,8%, sementara misklasifikasi
dilakukan untuk menilai akurasi metode
negatif semu adalah sebesar 46,9%.
SDA dibandingkan dengan metode
Sementara, pada food record terjadi
konvensional (tingkat kecukupan vitamain
misklasifikasi positif semu sebesar 13,2%
A). Sensitifitas adalah kemampuan untuk
dan negatif semu sebesar 18,8%. Dengan
menemukan contoh yang beresiko tinggi
demikian, dapat disimpulkan bahwa
terkena KVA, sedangkan spesifitas adalah
misklasifikasi metode SDA relatif rendah
kemampuan untuk menemukan contoh yang
dalam mengkategorikan contoh dengan
beresiko rendah terkena KVA. Sebaran
resiko KVA tinggi dengan menggunakan
contoh beresiko tinggi terkena KVA
tingkat kecukupan vitamin A sebagai gold
berdasarkan metoda SDA dengan food recall
standard.
dan food record, serta menggunakan kriteria
Jika dibandingkan dengan hasil
tingkat kecukupan vitamin A dengan food
penelitian Pedro et al. (1986) yang menguji
weighing sebagai gold standard disajikan
kuesioner SDA pada 433 anak pra sekolah
pada Tabel 5.
berdasarkan kepemilikan pekarangan pada 3
Dengan menggunakan food weighing
wilayah di Filipina, ternyata hasil
(tingkat kecukupan A sebagai gold
perbandingan status vitamin A dengan
standard), metoda SDA dengan food recall
menggunakan metode SDA da metode recall
mampu mengklasifikasikan contoh yang
menunjukkan bahwa 85% dan 86% contoh
beresiko tinggi KVA sebesar 96,2% dan food
beresiko tinggi terkena KVA, berturut-turut
record sebesar 86,8%. Dengan demikian,
pada periode panen dan paceklik (nyata pada
metoda SDA cukup mampu mengklasifikasi-
p<0,01). Dengan demikian prevalensi resiko
kan contoh beresiko tinggi KVA dengan gold
KVA pada anak SD yang menjadi contoh
standard tingkat kecukupan vitamin A secara
penelitian ini adalah sedikit lebih rendah
gold weighing.
dibandingkan penelitian Pedro et al. (1986).

Tabel 5. Akurasi metoda SDA secara food recall dan food record dibandingkan pengukuran
tingkat kecukupan vitamin A secara food weighing (n=85)

Food wighing
Metode
Kategori resiko (Tingkat kecukupan vitamin A) Khi
pengukuran
KVA* Defisit (<70%) Cukup (≥70%) Total kuadrat
(SDA)
N % n % n %
Resiko tinggi (≤ 7
51 96,2 15 46,9 66 77,6
CI score)
Food
Resiko tinggi (> 7 0,000
recall 2 3,8 17 53,1 19 22,4
CI score)
Total 53 100,0 32 100,0 85 100,0
Resiko tinggi (≤ 7
46 86,8 6 18,8 52 61,2
CI score)
Food
Resiko tinggi (> 7 0,000
record 7 13,2 26 81,3 33 38,8
CI score)
Total 53 100,0 32 100,0 85 100,0
* Sangat nyata (p<,01); CI = Consumption Index

118
Akurasi Food Recall dan Food Record.... (Nawangwulan Widyastuti)

Hasil analisis khi kuadrat menunjuk- F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi


kan adanya hubungan yang sangat nyata Resiko KVA dengan Metode SDA
(p<0,01) diantara metode SDA dengan food
Hasil analisis regresi logistik resiko
recall dan food record dengan metode
KVA dengan memuaskan 7 peubah tidak
konvensional (tingkat kecukupan vitamin A)
bebas disajikan pada Tabel 7. Pada Tabel 7
menggunakan food weighing.
terlihat bahwa faktor-faktor yang
Nilai sensitifitas yang dihasilkan
mempengaruhi secara nyata (p<0,05) resiko
menunjukkan bahwa metode food recall
KVA pada contoh dengan menggunakan
lebih sensitif dibandingkan dengan food
metode food weighing adalah pendapatan
recall yakni berturut-turut 96,2% dan 86,8%
keluarga (OR=0,254), jumlah anggota
.Sementara, nilai spesifisitas resiko KVA
keluarga (OR=0,876) dan konsumsi
dengan menggunakan food recall cenderung
suplemen/vitamin (OR=0,227).
lebih rendah yakni 53,1%, sedangkan food
Nilai OR (odd ratio) pendapatan
record cenderung lebih tinggi yakni 81,3%
keluarga sebesar 0,254, berarti peluang
Tabel6). Nilai penduga positif metode SDA
contoh dengan pendapatan yang rendah
untuk kedua metode adalah 77,3% untuk
beresiko tinggi terkena KVA adalah 0,254
food recall dan 88,5% untuk food record.
kali lebih besar dibandingkan keluarga yang
Data pada tabel 6 sejalan dengan
berpendapatan tinggi. Dengan kata lain,
penelitian Pedro et al. (1986) dimana metode
semakin tinggi pendapatan keluarga, maka
SDA juga menunjukkan sensitifitas yang
resiko KVA akan semakin rendah.
tinggi dalam mengidentifikasi anak-anak pra
Sementara itu, jumlah anggota keluarga yang
sekolah yang beresiko tinggi KVA dengan
semakin besar berpeluang lebih tinggi yakni
nilai penduga positif berkisar antara 88,0-
0,876 kali beresiko KVA dibandingkan
90,0% dan memiliki spesifisitas yang tinggi
jumlah anggota yang lebih sedikit. Contoh
dalam mengklasifikasikan contoh dengan
yang tidak mengkonsumsi suplemen
resiko KVA rendah (91%) yang tidak
mempunyai peluang terkena KVA lebih
memenuhi 100% kecukupan vitamin A.
tinggi (0,277 kali) dibandingkan yang
Menurut Pedro et al. (1986), metode
mengkonsumsi vitamin/suplemen.
yang umum digunakan untuk mengukur
Tidak berbeda dengan food weighing,
defisiensi vitamin A adalah food weighing
ternyata pada Tabel 8 terlihat pula bahwa
yang membutuhkan keahlian khusus dalam
faktor-faktor yang mempengaruhi secara
pengumpulan data dan analisisnya. Walau-
nyata (p<0,05) resiko KVA pada contoh
pun sumberdaya setempat tersedia, namun
dengan menggunakan metode food recall
yang paling diperlukan adalah sumberdaya
adalah pendapatan keluarga (OR=0,186),
dengan keahlian khusus dalam pengukuran
jumlah anggota keluarga (OR=0,935) dan
konsumsi. Hal inilah yang menjadi
konsumsi vitamin/suplemen (OR=0,138).
penghambat tersebesar dalam upaya strategi
penyusunan program, perencanaan dan
manajemen yang efesien.

Tabel 6. Nilai sensifitas, spesifisitas dan penduga positif metode SDA dibandingkan penukuran
tingkat kecukupan vitamin A secara food wighing (n=85)

Metode pengukuran konsumsi Sensitifitas Spesitifitas Penduga positif


Food recall 96,2 53,1 77,3
Food record 86,8 81,3 88,5

119
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 1 No. 2, November 2006

Tabel 7. Analisis regresi logistik faktor-faktor yang mempengaruhi resiko KVA dengan metode
food weighing

Peubah tak bebas Beta Sig. Odd ratio


Umur ibu 0,019 0,609 1,019
Pendidikan ibu -0,210 0,717 0,810
Pendapatan -1,369 0,043 0,254
Jumlah anggota keluarga 0,928 0,044 0,876
Mengkonsumsi vitamin/suplemen
-1,483 0,040 0,227
(1=mengkonsumsi; 0=tidak mengkonmsumsi)
Skor pengolahan sayuran 0,400 0,179 1,492
Skor asal buah dan sayuran -0,147 0,506 0,863
Skor frekuensi makan buah dan sayur -0,599 0,256 0,550
Konstanta 0,308 0,019 0,057
Peubah bebas: Resiko KVA (1=resiko tinggi; 0=resiko rendah) dengan metode food weighing.

Nilai odd ratio pendapatan keluaga terkena KVA lebih tinggi(0,138 kali)
besar 0,186, berarti peluang contoh dengan dibandingkan yang mengkonsumsi vitamin/
pendapatan keluarga yang rendah beresiko suplemen.
tinggi terkena KVA 0,186 kali lebih besar Faktor-faktor yang secara nyata
dibandingkan keluarga yang berpendapatan (p<0,05) berpangruh terhadap resiko KVA
tinggi. Dengan kata lain, semakin tinggi contoh dengan metode food record adalah
pendapatan keluarga, maka resiko KVA akan pendidikan ibu (OR=0,406), pendapatan
semakin rendah. Sementara itu, jumlah keluarga (OR=0,080) dan jumlah anggota
anggota keluarga yang semakin besar keluarga (OR=0,797) (Tabel 9). Nilai odd
berpeluang lebih tinggi yakni 0,935 KVA ratio pendidikan ibu adalah 0,406 yang
dibandingkan jumlah anggota keuarga yang berarti peluang contoh yang mempunyai ibu
lebih sedikit. Contoh yang tidak meng- yang berpendidikan lebih tinggi.
konsumsi suplemen mempunyai peluang

Tabel 8. Analisis regresi logistik faktor-faktor yang mempengaruhi resiko KVA dengan metode
food recall

Peubah tak bebas Beta Sig. Odd ratio


Umur ibu 0,027 0,537 1,028
Pendidikan ibu 0,693 0,285 2,000
Pendapatan -1,680 0,044 0,186
Jumlah anggota keluarga 0,365 0,030 0,935
Mengkonsumsi vitamin/suplemen
-1,982 0,061 0,138
(1=mengkonsumsi; 0=tidak mengkonmsumsi)
Skor pengolahan sayuran 0,294 0,409 1,342
Skor asal buah dan sayuran -0,557 0,063 0,573
Skor frekuensi makan buah dan sayur -0,772 0,324 0,462
Konstanta 0,484 0,006 4,869
Peubah bebas: Resiko KVA (1=resiko tinggi; 0=resiko rendah) dengan metode food recall.

120
Akurasi Food Recall dan Food Record.... (Nawangwulan Widyastuti)

Tabel 9. Analisis regresi logistik faktor-faktor yang mempengaruhi resiko KVA dengan metode
food record

Peubah tak bebas Beta Sig. Odd ratio


Umur ibu 0,051 0,133 0,950
Pendidikan ibu -0,802 0,019 0,406
Pendapatan -0,523 0,020 0,080
Jumlah anggota keluarga 0,549 0,031 0,797
Mengkonsumsi vitamin/suplemen
-0,950 0,271 0,387
(1=mengkonsumsi; 0=tdk mengkonmsumsi)
Skor pengolahan sayuran 0,111 0,683 0,117
Skor asal buah dan sayuran -0,121 0,605 0,886
Skor frekuensi makan buah dan sayur 0,155 0,590 1,167
Konstanta 1,792 0,342 6,001
Peubah bebas: Resiko KVA (1=resiko tinggi; 0=resiko rendah) dengan metode food record.

Semakin tinggi pendidikan ibu, resiko membeli pangan dalam jumlah mencukupi
KVA contoh akan semakin rendah. (Sajogyo et al., 1994).
Kebiasaan makan keluarga akan membentuk Sementara itu, jumlah anggota
kebiasaan makan enak. Anak akan menyukai kelaurga yang semakin besar berpeluang
atau tidak terhadap makanan tertentu sangat lebih tinggi yakni 0,797 kali beresiko KVA
tergantung pada pola asuh makannya. Faktor dibandingkan jumlah anggota keluarga yang
pendidikan ibu juga berperan dalam lebih kecil.
mengambil keputusan menu makanan untuk
konsumsi keluarga, termasuk didalamnya
membiasakan konsumsi sayuran sebagai KESIMPULAN DAN SARAN
sumber vitamin A pada anak-anaknya.
Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu A. Kesimpulan
contoh diharapkan pengetahuan gizi dan
kesehatannya yang akan lebih baik sehingga 1. Pola konsumsi makanan sumber vitamin
memungkinkan dimilikinya informasi A contoh sebagian besar adalah berasal
tentang gizi dan kesehatan yang lebih baik dari sayuran dan telur, walaupun secara
pula dan akan berimplikasi pada konsumsi kuantitatif jumlahnya masih relatif
pengan melalui cara pemilihan bahan pangan rendah. Sementara, buah jarang
(Sodiaoetama, 1991). dikonsumsi contoh dan jumlahnya
Nilai odd ratio pendapatan kelauarga sangat kecil. Konsumsi vitamin A
sebesar 0,080, berarti peluang contoh dengan contoh dengan food recall cenderung
pendapatan yang rendah beresiko tinggi underestimated, sementara food record
terkena KVA adalah 0,080 kali lebih besar cenderung overestimated dibandingkan
dibandingkan keluarga yang berpendapatan food weighing. Jika dibandingkan
tinggi. Tingkat pendapatan yang tinggi dengan kecukupan vitamin A, tingkat
memberi peluang lebih besar bagi rumah kecukupan contoh masih di bawah 65%
tangga untuk memilih pangan yang lebih angka kecukupan gizi.
baik berdasarkan jumah maupun jenisnya 2. Persentase yang defisit vitamin A lebih
(Hadinsyah dan Roedjito, 1989). Pendapatan tinggi pada food recall (64,7% dan lebih
yang rendah merupakan hambatan yang rendah pada food record (60,0%)
menyebabkan rumah tangga tidak mampu dibandingkan pada food weighing

121
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 1 No. 2, November 2006

(62,4%) dengan penyimpangan terkecil jenis-jenis makanan yang tergolong kaya


terhadap food weighing adalah pada food vitamin A. Selain itu, Penentuan porsi
record. khususnya untuk small portion yang
3. Food recall mampu mengklasifikasikan merupakan bagian dari pengukuran SDA
contoh dengan risiko tinggi KVA lebih perlu disetarakan dengan jumlah/berat
besar dibandingkan food record. pangan sumber vitamin A yang biasa
Sensitifitas food recall lebih tinggi dikonsumsi di lokasi setempat.
dibandingkan food record, namun
perbedaannya tidak terlalu besar. Nilai
spesifitas dan penduga positif food DAFTAR PUSTAKA
recall lebih rendah dibandingkan food
record. Dengan demikian, food record BPS. 2003. Statistik Indonesia 2002.
memiliki akurasi yang lebih baik Susenas. Jakarta.
dibandingkan food recall dalam
mengidentifikasi risiko KVA. Cameron, M.E. & Staveren, W.A.V. 1988.
4. Faktor-faktor yang secara nyata Manual On Methodology For Food
mempengaruhi risiko KVA pada contoh ComsumptoinStudies. Oxford
adalah pendapatan keluarga, jumlah University Press. New York.
anggota keluarga dan kosnusmsi Faruq, M. 1991. Studi Perbandingan Metode
vitamin/suplemen. Ketiga faktor tersebut Pengumpulan Data Konsumsi Pangan
merupakan aspek yang harus diper- Keluarga. Skripsi Sarjana. Jurusan
timbangkan dalam mengatasi masalah Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
KVA pada anak usai sekolah. Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB.
Bogor.
B. Saran
Hardinsyah. 1988. Penilaian Konsumsi
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan Vitamin A dalam Satuan Retional
secara klinis untuk mengetahui Ekivalen. Jurusan GMSK Fakultas
prevalensi risiko KVA pada anak usia Pertanian IPB. Bogor.
sekolah dengan jumlah sampel yang
lebih besar dan cakupan wilayah yang _______ & Briawan, D. 1994. Penilaian dan
lebih luas. Perencanaan Konsumsi Pangan,
2. Persentase anak SD yang berisiko tinggi Jurusan Gizi Masyarakat dan
terkena KVA (≥ 60,0%) mengindikasi- Sumberdaya Keluarga, IPB, Bogor.
kan perlunya perhatian dari pemerintah, Karjati. S, JA. Kusin, and C. De With. 1977.
khususnya Dinas Kesehatan sebagai East Java Nutrition Studies Report I.
pihak yang paling berkompeten. Geographical Disribution and
Langkah-langkah yang dapat ditempuh Prevalence of Nutritional Deficiency
adalah dengan memberikan pendidikan Disease in East Java Indonesia.
gizi melalui penyuluhan kepada anak SD Airlangga University. Surabaya.
maupun orang tuanya dan pemberikan
suplementasi kapsul vitamin A untuk KIM, W.M., J.L. Kelsay., J.T. Judd., M.W.
anak usia sekolah. Marshall., W. Mertz & E.S. Prather.
3. Metode pengukuran konsumsi pangan 1984. Evaluation of long-term dietary
yang disarankan adalah food record intakes of adult consuming self-
mengingat akurasinya yang lebih baik selected diets. The Amesican Journal
dibandingkan dengan food recall. of Clinical Nutrition, 40, 1327-1332.
4. Perlu dikembangkan koesioner SDA Megawangi, R & D, K, Pranadji. 1984.
yang spesifik lokasi dengan menggali Penyedehanaan Metode Recall 24 jam

122
Akurasi Food Recall dan Food Record.... (Nawangwulan Widyastuti)

pasa Survei Konsumsi Pangan Gajah Mada University Press.


Mahasiswa. Media Gizi dan Kelaurga Yogyakarta.
VII (2) dan VIII (1), 35-40.
Sediaoetama, A. 1991. Ilmu Gizi. Dian
Nursanyoto et al. 1992. Ilmu Gizi (Zat Gizi Rakyat. Jakarta.
Utama). Golden Terayon Press.
Underwood, B.A., Chavez, M.C., Hankin, J.,
Jakarta.
Kusin J.A., Omololu, A., Ronchi-
Pedro, R.A., Candelaria, L.V., Bacos, F.F., Proja, F., Butrum, R., & Ohata, S.
Ungson, B.D, & Lanot, E.M. 1986. A 1989. Guidelines for the Development
Simplified Dietary Assment to of a Simplified Dietary Assessment to
Identify Groups At Risk for Dietary Identify Groups at Risk for Inadequate
Vitamin A Deficiency. Food and Intake of Vitamin A. A Report or the
Nutrition Research Institute, International Vitamin A Consultative
Departement of Science and Group (IVACG). International Life
Technology. Manila. Sciences Institutie Nutrition
Foundation. Washington DC.
Roedjito, D. 1989. Kajian Penelitian Gizi.
Edisi I. Pt. Mediyatama Sarana Widiastuti, R.J., 1985. Perbandingan Hasil
Perkasa, Jakarta. Pengumpulan Data Konsumsi
MakananKeluarga dengan Beberapa
Sa’diyyah, N.Y & D. Briawan, D. 1999.
Cara Recall terhadap Cara
Stude Pengembangan Metode
Penimbangan. Skripsi Sarjana.
Penilaian Konsumsi Pangan. Media
Jurusan Gizi Masyarakat dan
Gizi Keluarga, XXIII (2), 62-66.
Sumberdaya Keluarga. Fakultas
Sajogya, Goenardi, S.R, Setiati, S & M. Pertanian, IPB, Bogor.
Khumaedi, 1994. Menuju Gizi Baik
yang Merata di Peesaan dan Kota.

123

You might also like