Pharmacon: Renalda Febriany Patty, Fatimawali, Defny Silvia Wewengkang

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No.

1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302 - 2493

IDENTIFIKASI DAN UJI SENSITIFITAS BAKTERI YANG


DIISOLASI DARI SPUTUM PENDERITA PNEUMONIA DI RSUP
PROF. DR. R. D. KANDOU-MANADO TERHADAP ANTIBIOTIK
AMPISILLIN, CEFIXIME DAN SIPROFLOKSASIN
Renalda Febriany Patty1), Fatimawali1), Defny Silvia Wewengkang1)
1)
Program Studi Farmasi Fakultas MIPA UNSRAT Manado

ABSTRACT

Pneumonia is a global health issues with high rate mortality. This research was aimed to determine
the type of bacteria and the sensitivity of bacteria isolated and identified from sputum pneumonia
patients in the department of RSUP Prof. Dr. R D Kandou Manado against antibiotics ampicillin,
cefixime and ciprofloxacin. This research was used sputum sample that was previously performed
instrument sterilization using and autoclave. Inoculated media that was incubated at temperature of
35-36 oC for 24 hours were isolated on agar slat. Identified covered by gram staining, biochemical
test, sensitivity test of bacteria to antibiotics, the planting discs, inhibition zone measurement and
data analysis. The results shows that there are a 7 types of bacteria causing the infection is
Staphylococcus Sp., Ewingella americana, Clostridium Sp., Escherichia vulneris, Enterobacter Spp.,
Klebsiella Spp. and Aminobacter. The antibiotics with highest sensitivity showed by ciprofloxacin
(44,5%) against Staphylococcus, Ewingella americana, Escherichia vulneris, Enterobacter Spp.,
Aminobacter, and intermediate (22,2%) against Escherichia vulneris, Clostridium Sp., and resistant
(33,3%) against Clostridium Sp., Klebsiella Spp., Aminobacter. The highest resistence were showed
by ampicillin and cefixime, (94,44%) against Staphylococcus Sp., Ewingella americana, Clostridium
Sp., Escherichia vulneris, Enterobacter Spp., Aminobacter, and intermediate (5,56%) against
bacteria Ewingella americana, without any sensitivity to antibiotics.

Key words : identification, sensitivity, pneumonia, antibiotics, inhibition zone measurement

ABSTRAK

Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia dengan angka kematian yang tinggi. Tujuan
penelitian ini untuk menentukan jenis bakteri dan tingkat kepekaan bakteri yang diisolasi dan
diidentifikasi dari sputum penderita pneumonia di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado terhadap
antibiotik ampisilin, cefixime dan siprofloksasin. Penelitian ini menggunakan sampel sputum yang
sebelumnya telah dilakukan sterilisasi menggunakan autoklaf. Inokulasi media yang telah diinkubasi
±24 jam pada suhu 35-36 oC dan diisolasi pada media agar miring. Identifikasi meliputi pewarnaan
gram, uji biokimia, uji kepekaan bakteri terhadap antibiotik, penanaman cakram, pengukuran zona
hambat dan analisis data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Terdapat 7 jenis bakteri penyebab
infeksi, yaitu Staphylococcus Sp., Ewingella americana, Clostridium Sp., Escherichia vulneris,
Enterobacter Spp., Klebsiella Spp. dan Aminobacter. Dan antibiotik dengan sensitifitas/kepekaan
yang tertinggi ditunjukkan oleh Siprofloksasin sebesar 44,5% pada bakteri Staphylococcus Sp.,
Ewingella americana, Escherichia vulneris, Enterobacter Spp., Aminobacter dan intermediet sebesar
22,2% pada bakteri Escherichia vulneris, Clostridium Sp. dan resisten sebesar 33,3% pada bakteri
Clostridium Sp., Klebsiella Spp., Aminobacter. Resisten tertinggi ditunjukkan oleh Ampisillin dan
Cefixime sebesar 94,44% pada bakteri Staphylococcus Sp., Ewingella Americana, Clostridium Sp.,
Escherichia vulneris, Enterobacter Spp., Klebsiella Spp., Aminobacter dan Intermediet sebesar
5,56% pada bakteri Ewingella americana, tanpa adanya sensitifitas terhadap antibiotik.

Kata kunci : identifikasi, sensitifitas, pneumonia, antibiotik, pengukuran zona hambat

125
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN Pola penggunaan antibiotik di rumah sakit


Pneumonia adalah infeksi saluran biasanya belum berdasarkan pada pola
pernafasan akut (ISPA) bagian bawah kuman dan sensitivitas dari antibiotik
yang mengenai parenkim paru. Masalah (Dwiprahasto, 1995), sehingga semakin
pneumonia perlu mendapatkan perhatian banyaknya pemakaian antibiotik tanpa
dan penanganan yang tepat terutama pada didukung hasil pemeriksaan kultur bakteri
efektivitas terapi penyakit pneumonia dan tes kepekaan bakteri terhadap
(Faisal, 2014). Gejala khas yang antibiotik. Pemakaian antibiotik yang tidak
berhubungan dengan pneumonia meliputi teratur, dan dosis yang kurang tepat akan
batuk, nyeri dada, demam, dan sesak nafas. memberikan derajat resistensi yang
Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan semakin meningkat terhadap berbagai
invasi pada paru-paru oleh antibiotik (Scheld, 2003).
mikroorganisme dan respon sistem imun Hal ini menyebabkan berbagai
terhadap infeksi. Meskipun lebih dari masalah, diantaranya meluasnya resistensi,
seratus jenis mikroorganisme yang dapat timbulnya kejadian super infeksi yang sulit
menyebabkan pneumonia, hanya sedikit diobati, meningkatkan beban ekonomi
dari mereka yang bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan, efek samping yang
sebagian kasus pneumonia. (Fransisca, lebih toksik dan kematian (Johnston,
2000). Pneumonia yang disebabkan oleh 2012), sehingga penentuan diagnosis
infeksi yaitu virus, bakteri, jamur. secara cepat dan tepat serta pemilihan
(Khairuddin, 2009). antibiotik berdasarkan uji kepekaan bakteri
Saat ini sudah banyak bakteri yang terhadap antibiotik melalui pemeriksaan
resisten terhadap obat antibiotik karena spesimen sputum akan sangat membantu
pemakaian yang tidak sesuai aturan dalam penatalaksanaan terapi (Kumala
sehingga merubah pola kerja dari bakteri dkk, 2010).
tersebut (Salleh, 1997). Penggunaan
antibiotik yang tidak tepat dan berlebihan METODOLOGI PENELITIAN
dapat membahayakan kesehatan. Penderita Alat dan Bahan
dapat mengalami reaksi alergi di mulai Alat yang digunakan dalam
dari efek yang ringan seperti ruam dan penelitian ialah cawan petri (Normax), pot
gatal hingga berat seperti pembengkakan sputum, lampu bunsen, inkubator
bibir, kelopak mata, sampai gangguan (Incucell), tabung reaksi (Pyrex), kaca
napas karena alergi disebabkan oleh objek, mikroskop (Olympus), jarum ӧse,
penggunaan antibiotik tersebut erlenmeyer (Approx), gelas ukur (Pyrex),
(Khairuddin, 2009). gelas kimia (Approx), rak tabung reaksi,
Menurut Sukandar dkk, 2009 terapi plastik wrap, aluminium foil, kapas, kasa,
pengobatan pneumonia yang disebabkan timbangan analitik (Kern), pinset,
oleh bakteri dapat menggunakan antibiotik laminarairflow (Biotek), termometer,
golongan sefalosporin (cefixime), penisilin autoklaf (ALP), mikropipet (Ecopipette),
(ampisilin), dan kuinolon (siprofloksasin). L-Glass, vortex (Benchmark), mistar
Karena memiliki spektrum antibiotik yang berskala dan alat fotografi. Sampel yang
luas sehingga dapat peka terhadap bakteri digunakan adalah sputum. Bahan kimia
yang menyebabkan terjadinya pneumonia. yang digunakan ialah lugol, alkohol 96%,

126
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302 - 2493

kristal violet, aquades, safranin, NaCl suhu 121oC selama 15 menit. Sedangkan
0,9%, H2SO4 dan BaCl2. Antibiotik yang jarum ӧse dan pinset dan L-Glass
digunakan ialah Ampicilin 10µg (Oxoid), dipijarkan dengan pembakaran diatas api
Cefixime 5µg (Oxoid) dan Siprofloksasin langsung (Lay dan Hastowo, 1992).
5µg (Oxoid) dalam bentuk cakram. Media
yang digunakan ialah Nutrient Agar, Luria Pembuatan Media
Bertani Agar dan yeast extract (Oxoid),
Simmon’s Citrate Agar (Oxoid), Lysine a. Pembuatan Media Luria Bertani Agar
Iron Agar (Oxoid), Triple Sugar Iron Agar Media LB dibuat dengan menimbang
(Oxoid). tripton sebanyak 2 gram, NaCl sebanyak 2
gram, yeast extract sebanyak 1 gram dan
Jenis dan Rancangan Penelitian agar bacteriological sebanyak 3 gram,
Penelitian yang dilakukan kemudian dimasukan kedalam Erlenmeyer
menggunakan metode deskriptif dan dilarutkan bersama aquades sebanyak
eksploratif dengan pendekatan studi 200 ml kemudian dihomogenkan. Media
prospektif. Pengambilan sampel dilakukan yang sudah homogen ini disterilkan dalam
dengan cara total sampling dari pasien autoklaf pada suhu 1210 C selama 15
penderita pneumonia yang menjalani rawat menit, kemudian dituangkan pada masing-
jalan di RSUP Prof. Dr. R. D. Manado dari masing cawan petri sebanyak 20 mL dan
bulan Agustus – oktober 2015. didinginkan sampai memadat. Media ini
digunakan untuk inokulasi bakteri dan uji
Persiapan Sampel kepekaan terhadap antibiotik.
Pada pengambilan sampel berupa b. Pembuatan Media Luria Bertani Agar
sputum, terlebih dahulu dijelaskan kepada Miring
pasien mengenai pentingnya memperoleh Media LB dibuat dengan menimbang
bahan pemeriksaan yang baik. Penderita tripton sebanyak 0.5 gram, NaCl sebanyak
dijelaskan bahwa sputum yang dikeluarkan 0.5 gram, yeast extract sebanyak 0.25
berasal dari dalam paru-paru bukan air gram dan agar bacteriological sebanyak
liur/saliva. Sebelum pengambilan sampel 0.75 gram, kemudian dimasukan kedalam
pasien disuruh berkumur dengan air untuk Erlenmeyer dan dilarutkan bersama
membersihkan sisa makanan yang aquades sebanyak 50 ml kemudian
mungkin masih tertinggal. Diminta kepada dihomogenkan. Media yang sudah
pasien agar memasukan sputum dalam pot homogen ini disterilkan dalam autoklaf
sputum steril dan kemudian pot sputum di pada suhu 121oC selama 15 menit,
tutup dengan rapat dan diberi label kemudian dituangkan pada masing-masing
identitas pasien. Setelah itu di bawah ke tabung reaksi sebanyak 5 mL dan
laboratorium mikrobiologi untuk diperiksa didinginkan sampai memadat pada
(WHO, 1995). kemiringan 30o.

Sterilisasi Alat Inokulasi Bakteri Pada Media


Alat-alat yang digunakan dalam Diambil sputum sebanyak 1 mL
penelitian aktivitas antibakteri ini kemudian dimasukkan pada tabung reaksi
disterilkan terlebih dahulu. Alat-alat gelas yang telah berisi 10 mL NaCl 0,9% dan
dan media disterilkan dalam autoklaf pada
127
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302 - 2493

divortex. Selanjutnya dipipet sebanyak 100 Sediaan yang sudah direkatkan


µL suspense bakteri dan dituangkan keatas diwarnai dengan kristal violet selama 1
media Luria Bertani Agar Plate yang menit. Kemudian Kristal violet dicuci pada
sudah memadat. Selanjutnya di Seal air mengalir dan diganti dengan larutan
Cawan petri dengan Plastik Wrap. Sputum lugol (larutan J2+KJ) dibiarkan selama 1
yang mengandung bakteri yang telah menit. Larutan lugol dicuci pada air
ditanamkan pada media Luria Bertani mengalir dan sediaan dicuci dengan
Agar Plate selanjutnya diinkubasi dalam alkohol 96% selama 1 menit. Selanjutnya
inkubator pada suhu 35-36oC. Biakan sediaan dicuci dengan air dan diwarnai
diamati setelah inkubasi selama minimal dengan safranin selama 1 menit. Sediaan
18 jam, tetapi reinkubasi tambahan selama dicuci pada air yang mengalir, dikeringkan
24 jam diindikasikan jika pada dan diperiksa di mikroskop dengan
pertumbuhannya kurang dari yang menambahkan minyak imersen (FKUI,
perkiraan, atau jika hanya terdapat sedikit 2002).
koloni (Vandepitte dkk, 2010)
Uji Kepekaan Bakteri Terhadap
Isolasi Bakteri Antibiotik

Setiap koloni yang telah ditanamkan a. Pembuatan Larutan Mc Farland 0,5


pada media Luria Bertani Agar Plate Larutan H2SO4 1% sebanyak 99,5 ml
diambil menggunakan jarum ӧse untuk dicampurkan dengan larutan BaCl2 1,175
dipindahkan ke media agar miring untuk % sebanyak 0,5 ml dalam Erlenmeyer.
mendapatkan isolat bakteri selanjutnya Kemudian dikocok sampai terbentuk
diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35- larutan yang keruh. Kekeruhan ini dipakai
36oC selama ± 18 – 24 jam (Vandepitte sebagai standar kekeruhan suspense
dkk, 2010). bakteri uji (Bresson dan Borges, 2004).

Identifikasi Bakteri b. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji


Bakteri uji yang telah diinokulasi
a. Uji Biokimia
diambil dengan jarum ӧse steril lalu
Identifikasi bakteri secara uji biokimia
disuspensikan ke dalam tabung yang berisi
menggunakan uji indol, uji katalase, uji
5 ml larutan NaCl 0,9% hingga diperoleh
H2S, uji fermentasi karbohidrat, uji
kekeruhan yang sama dengan standar
lysine, uji sitrat, dan uji motilitas.
kekeruhan larutan Mc. Farland 0,5.
b. Pewarnaan Gram
Perlakuan yang sama dilakukan pada
Kaca objek dibersikan dengan kapas
setiap jenis bakteri uji (Davis and Stout,
yang telah diberi alkohol lalu diberi label.
1971).
Biakan bakteri pada agar miring di ambil
dengan menggunakan jarum ӧse, c. Penanaman Cakram Antibiotik
kemudian di totolkan pada bagian tengah Dipipet suspensi bakteri uji sebanyak 200
kaca objek sampai merata dan µL dan dituangkan ke seluruh permukaan
ditambahkan satu tetes NaCl 0,9%. media Luria Bertani Agars Plate
Preparat selanjutnya difiksasi di atas selanjutnya diratakan menggunakan L-
lampu Bunsen (Staf Pengajar Bagian Glass dan diamkan selama 5 menit.
Mikrobiologi FKUI, 2002).

128
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302 - 2493

Tempatkan cakram Cefixime 5 µg, Americana


Siprofloksasin 5 µg, Ampisilin 10µg, pada A3 Clostridium Sp.
permukaan media Luria Bertani Agars
Plate. Cakram Antibiotik ditekan A4 Ewingella
menggunakan pinset agar dapat menempel americana
secara sempurna di permukaan agar. B1 Clostridium Sp.
Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37oC B2 Clostridium Sp.
selama 18-24 jam. Dibuat tiga kali ulangan
pada cawan petri yang berbeda (Kumala B3 Escherichia vulneris
dkk, 2010). B4 Clostridium Sp.
d. Pengukuran dan Penetapan Zona B5 Clostridium Sp.
Hambat C1 Enterobacter Spp.
Setelah inkubasi, diamati zona C2 Escherichia vulneris
pertumbuhan bakteri di sekitar cakram
Antibiotik. Koloni bakteri yang sensitif C3 Enterobacter Spp.
terhadap antibiotik Ampisilin, Cefixime, C4 Klebsiella Spp.
dan Siprofloksasin dilihat dengan adanya
D1 Aminobacter
zona hambatan berupa daerah bening di
sekitar cakram antibiotik. Daerah D2 Aminobacter
hambatan antibiotik terhadap pertumbuhan D3 Aminobacter
bakteri diukur menggunakan mistar
D4 Aminobacter
berskala atau jangka sorong dengan satuan
mm. Kemudian zona hambatan D5 Aminobacter
dibandingkan berdasarkan pedoman CLSI.
Dari Tabel 1 ditunjukkan bahwa jenis
HASIL DAN PEMBAHASAN
bakteri yang teridentifikasi dari uji
Hasil isolasi dan identifikasi secara biokimia dan pewarnaan gram hasil isolasi
Uji Morfologi, Uji Fisiologi, Uji Biokimia dari sputum beragam, yaitu
dan Pewarnaan Gram dari 4 sampel Staphylococcus Sp. (A1), Ewingella
sputum diperoleh 18 isolat. Untuk hasil americana (A2, A4), Clostridium Sp. (A3,
penelitian mengenai jenis bakteri yang B1, B2, B4, B5), Escherichia vulneris (B3,
teridentifikasi dapat dilihat pada Tabel C2), Enterobacter Spp. (C1, C3),
berikut: Klebsiella Spp. (C4), Aminobacter (D1,
Tabel 1. Hasil Identifikasi Isolat D2, D3, D4, D5).
Bakteri dari sputum penderita pneumonia
di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Uji Kepekaan Bakteri Terhadap
Antibiotik
Sensitivitas bakteri terhadap
Kode Hasil Identifikasi
antibiotik diperoleh melalui pengukuran
Isolat Bakteri
diameter zona hambatan yang terbentuk
A1 Staphylococcus Sp. setelah proses penempelan cakram
A2 Ewingella antibiotik. Hasil pengukuran zona hambat

129
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302 - 2493

selanjutnya dibandingkan dengan standar bakteri yang berhasil diisolasi dari sputum
diameter zona hambatan berdasarkan penyakit pneumonia.
pedoman CLSI (Clinical and Laboratory Untuk distribusi frekuensi pola
Standards Institute). Pada uji kepekaan sensitivitas bakteri terhadap Cefixime
digunakan 3 jenis cakram antibiotik, yaitu dapat dilihat pada Tabel berikut:
Ampisilin, Cefixime dan Siprofloksasin. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pola
Berikut merupakan Tabel yang memuat Sensitivitas Bakteri Terhadap Cefixime
hasil uji kepekaan bakteri terhadap
antibiotik Ampisilin, Cefixime dan Cefixime
Kuman
Siprofloksasin. Sensiti Intermedia Resiste
penyebab
Untuk distribusi frekuensi pola f te n
sensitivitas bakteri terhadap Ampisillin 0 0 1
Staphylococc
dapat dilihat pada Tabel berikut:
us Sp.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pola
0 1 1
Sensitivitas Bakteri Terhadap Ampisilin Ewingella
americana
Ampisillin 0 0 5
Kuman Clostridium
Sensiti Intermedia Resiste Sp.
penyebab
f te n 0 0 2
Escherichia
0 0 1
Staphylococc vulneris
us Sp. 0 0 2
Enterobacter
0 1 1
Ewingella Spp.
americana 0 0 1
Klebsiella
0 0 5
Clostridium Spp.
Sp. 0 0 5
Aminobacter
Escherichia 0 0 2
Total 0 (0%) 1 (5,56%) 17
vulneris (94,44
0 0 2 %)
Enterobacter
Spp.
0 0 1 Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa
Klebsiella
Cefixime resisten sebesar 94,44%,
Spp.
intermediate sebesar 5,56% namun tidak
0 0 5
Aminobacter menunjukan sensitif terhadap semua jenis
Total 0 (0%) 1 (5,56%) 17 bakteri yang berhasil diisolasi dari sputum
(94,44 penyakit pneumonia.
%) Untuk distribusi frekuensi pola
sensitivitas bakteri terhadap Siprofloksasin
Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa dapat dilihat pada Tabel berikut:
Ampisilin resisten sebesar 94,44%,
intermediate sebesar 5,56% namun tidak
menunjukan sensitif terhadap semua jenis

130
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302 - 2493

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pola Antibiotik dengan sensitifitas/


Sensitivitas Bakteri Terhadap kepekaan yang tertinggi ditunjukkan oleh
Siprofloksasin Siprofloksasin sebesar 44,5% pada bakteri
Staphylococcus Sp., Ewingella americana,
Siprofloksasin Escherichia vulneris, Enterobacter Spp.,
Kuman
Sensiti Intermedia Resist Aminobacter dan intermediet sebesar
penyebab
f te en 22,2% pada bakteri Escherichia vulneris,
1 0 0 Clostridium Sp. dan resisten sebesar 33,3%
Staphylococc
pada bakteri Clostridium Sp., Klebsiella
us Sp.
Spp., Aminobacter. Resisten tertinggi
2 0 0
Ewingella ditunjukkan oleh Ampisillin dan Cefixime
americana sebesar 94,44% pada bakteri
0 3 2 Staphylococcus Sp., Ewingella Americana,
Clostridium
Sp. Clostridium Sp., Escherichia vulneris,
1 1 0 Enterobacter Spp., Klebsiella Spp.,
Escherichia
Aminobacter dan Intermediet sebesar
vulneris
5,56% pada bakteri Ewingella americana,
2 0 0
Enterobacter tanpa adanya sensitifitas terhadap
Spp. antibiotik.
0 0 1
Klebsiella
Spp. SARAN
2 0 3 Kepada tenaga kesehatan dan
Aminobacter instansi terkait agar dapat menjadikan
Total 8 4 (22,2%) 6 Siprofloksasin sebagai salah satu
(44,5 (33,3 pertimbangan dalam penatalaksanaan
%) %) terapi antibiotik pada pasien penderita
pneumonia dengan tetap didasarkan pada
Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa kultur bakteri dan uji kepekaan bakteri.
Siprofloksasin memiliki angka sensitif Perlu dilakukan evaluasi prosedur
yaitu sebesar 44,5%, intermediate sebesar terapi pneumonia dengan antibiotik agar
22,2%, dan resistensi sebesar 33,3% selalu sesuai dengan pola bakteri penyebab
terhadap bakteri yang berhasil diisolasi dan uji kepekaannya yang terkini, agar
dari sputum penyakit pneumonia. mendapatkan terapi yang tepat.
Perlu dilakukan evaluasi/kajian
KESIMPULAN terhadap penggunaan antibiotik yang
berbeda dari yang digunakan dalam
Terdapat 7 jenis bakteri penyebab
penelitian ini.
infeksi, yaitu Staphylococcus Sp. (1 ;
5,55%) , Ewingella americana (2 ; 11,1%),
DAFTAR PUSTAKA
Clostridium Sp. (5 ; 27,8%), Escherichia
vulneris (2 ; 11,1%), Enterobacter Spp. (2 Artini Pagastuti, Dinamella
; 11,1%), Klebsiella Spp. (1 ; 5,55%), Wahjuningrum, Antonius Suwanto,
Aminobacter (5 ; 27,8%). 2002. Isolasi Karakterisasi, dan
Kloning Gen Penyandi a-Amilase
131
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302 - 2493

Bakteri Halofil Moderat asal Faisal Rahman, 2014. Gambaran


Bledug Kuwu. Hayati, Vol. 9 No. 1. Efektivitas Terapi Antibiotik
Halaman. 10-14. Penyakit Pneumonia Pada Pasien
Dewasa Rawat Inap di RS PKU
Bibiana W Lay. 1994. Analisis Mikroba Di Muhammmadiyah Yogyakarta
Laboratorium. Edisi pertama. Raja Periode Tahun 2011 Sampai Tahun
Grafindo Persada, Jakarta. 2012. [Skripsi]. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Clinical and Laboratory Standards
Institute. 2007. Performance Fransisca S. K (Fakultas Kedokteran
Standards for Antimicrobial Wijaya Kusuma Surabaya @2000).
Susceptibility Testing; Seventeenth
Informational Supplement. M100- Jawetz, Melnick, Adelberg. 2007.
S17.27(1): 35. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi
23.Salemba Medika, Jakarta.
Davis, W.W and Stout, T.R. 1971. Disc
Plate Methods of Microbiological Johnston, L. 2012. Rational Use of
Antibiotik Assay. Microbiology Antibiotic in Respiratory Tract
Infectious. SAfrPharmJ, 79 (4):34-
Departement Kesehatan Republik 39.
Indonesia. 2005. Pharmaceutical
Care Untuk Penyakit Infeksi Khairuddin, 2009. Kajian Rasionalitas
Saluran Pernapasan (ISPA). Penggunaan Antibiotik Pada Pasien
Direktorat Bina Farmasi Pneumonia Yang di Rawat Pada
Komunitas dan Klinik Direktorat, Bangsal Penyakit Dalam. [Skripsi].
Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Semarang: Fakultas Kedokteran
Kesehatan Departement Kesehatan Diponegoro.
Republik Indonesia. Jakarta.
Kumala, S., D.A.M. Pasanema, dan
Drlica, K. Perlin D.S. 2011. Antibiotic Mardiastuti. 2010. Pola Resistensi
Resistance Understanding and Antibiotik Terhadap Isolat Bakteri
Responding to an Emerging Crisis. Sputum Penderita Tersangka
Pearson Education, New Jersey. Infeksi Saluran Nafas Bawah.
Jurnal Farmasi Indonesia. 5: 24-
Djide M,. N., Sartini., Syahruddin kadir 32.
H., 2003. Mikrobiologi farmasi
terapan. Universitas Hasanuddin. Lay, B.W. dan Hastowo Sugyo. 1992.
Makassar Mikrobiologi. Rajawali Pers,
Dwiprahasto.1995. Penggunaan Antibiotik Jakarta.
Rasional. Laboratorium
Farmakologi Fakultas Kedokteran Mpila, D. A. dkk. 2012. Uji Aktivitas
UGM, Yogyakarta. Antibakteri Ekstrak Etanol Daun
Mayana (Coleus

132
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302 - 2493

Atropurpureus (L) Benth) Siswandono dan Soekardjo, 2000. Kimia


Terhadap Staphylococcus aureus, Medicinal. Airlangga University
Escherichia coli dan Pseudomonas Press.Surabaya.
aeruginosa SecaraIn Vitro.
Sukandar, Elin Yulinah, dkk. 2009. ISO
Pratiwi Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmakoterapi. Cetak Kedua. ISFI
Farmasi. Erlangga (hal;38-43). Penerbit, Jakarta.
Jakarta.Salleh, 1997. Ethno botany,
Ethno Pharmacognosy and anonim. 2002. Buku Ajar Mikrobiologi
Documentation of Malaysia Kedokteran. Binapura Aksara
Medicinal and Aromatic Plants. Publisher, Jakarta.
UKM.
Syahrurachaman, Agus, dkk. 2010.
Sarapi, D., Fatimawali, dan F. Budiarso. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi
2014. Identifikasi Bakteri Resisten revisi. Binarupa Aksara, Jakarta.
Merkuri Dalam Urine, Feses, dan
Karang Gigi Pada Individu Di Tamher, sayuti. 2000. Mikrobiologi Untuk
Daerah Pesisir Pantai Desa Pulisan Mahasiswa Keperawatan.
Kecamatan Likupang Timur Departemen Kesehatan Republik
Kabupaten Kepulauan Minahasa Indonesia, Jakarta.
Utara. Jurnal e-Biomedik
(eBM).2(2): 476-480. Tjay, T. H. dan Rahardja, K. 2010 Obat-
obat Penting : Khasiat,
Scheld, W.M. 2003. Mantaining Penggunaan, dan Efek-Efek
Fluoroquinolon Class Efficacy: Sampingnya, Edisi Keenam. Elax
Review of Influencing Factors. Media Komputindo, Jakarta.
Emerging Infectious Disease.10:1.
Vandepitte, J., K. Engbaek, P. Rohner, P.
Setiabudy, R. 2007. Farmakologi dan Piot., C.C. Heuck.2010. Prosedur
Terapi. Edisi 5. Balai Penerbit Laboratorium Dasar Untuk
FKUI. Jakarta. Bakteriologi Klinis. Edisi 2.
Terjemahan L. Setiawan. Buku
Setiabudy, A. 2009. Antimikroba : Dalam Kedokteran EGC, Jakarta.
Farmakologi dan Terapi, Edisi 5
(cetak Ulang Dengan Perbaikan, Waluyo L. 2008. Teknik dan metode dasar
2008). Balai penerbit FKUI, Jakarta. dalam mikrobiologi. Universitas
Muhammadiyah Malang Press.
Sethi, S. 2000. Infectious Etiology of Malang
Acute Exacerbation of Chronic
Bronchitis.Chest.117: 380S-385S. WHO Regional Office for the Eastern
Mediterranean. 1995. Specimen
Collection and Transport for
Microbiological Investigation.

133
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302 - 2493

WHO Regional Publications,


Eastern Mediterranean Series 8.

Yulika Harniza, 2009. Pola Resistensi


Bakteri Yang Diisolasi Dari Bangsal
Bedah Rumah Sakit Umum Pusat
Nasional Cipto Mangunkusumo
Pada Tahun 2003-2006. [Skripsi].
Jakarta: Fakultas kedokteran
Universitas Indonesia.

134

You might also like