Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 34

Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF) Volume 03 Nomor 01 Februari 2020

APLIKASI NEUROMUSCULAR TAPING PADA KONDISI


CARPAL TUNNEL SYNDROM UNTUK MENGURANGI NYERI

Ayu Permata1) Ismaningsih2)


1,2,3)
Program Studi D-III Fisioterapi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Abdurrab
Jl. Riau Ujung no. 73 Pekanbaru
email : 1)ayu.permata@univrab.ac.id

Abstract
Background: Carpal tunnel syndrome (CTS) is a collection of symptoms and signs of disease caused by
squeezing of the median nerve in the carpal tunnel in the wrist. This CTS condition is one of the most common
types of neuropathy. This syndrome arises with symptoms of pain, numbness, and weakness in the hands due to
compression of the median nerve. Carpal tunnel syndrome is a syndrome associated with repetitive motion and
a fixed position for a long duration so that it affects the blood supply to the hands and causes pain. Objective:
This research is aimed at sufferers of Carpal Tunnel Syndrome condition to reduce pain. Physiotherapy
interventions given in CTS conditions, namely pain reduction that can be done with various actions including by
providing Neuromuscular Taping technique. Research Method: Case study with pre and post test research
design that compares the level of pain values before and after which is measured by measuring instruments
Visual Analogue Scale (VAS) for the administration of Neuromuscular Taping intervention in the condition of
carpal tunnel syndrome for 3 weeks. Results: Analysis of the different values of pain tests with VAS in the
sample group with a significance value of 0.006 which shows <0.05 which means there is an influence of giving
Neruromusculer taping to changes in the VAS pain level in patients with Carpal Tunnel Syndrome.

Keywords : Carpal Tunnel Syndrome, Physiotherapy, Neuromuscular Taping, Visual Analogue Scale, Case
Study

Abstrak
Latar Belakang: Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan kumpulan gejala dan tanda penyakit yang
disebabkan oleh terjepitnya saraf medianus di terowongan karpal pada pergelangan tangan. Kondisi CTS ini
merupakan salah satu jenis neuropati yang paling sering terjadi. Sindrom ini timbul dengan gejala nyeri, baal,
dan kelemahan pada tangan akibat penekanan nervus medianus. Carpal tunnel syndrome merupakan suatu
syndrome yang berhubungan dengan gerakan yang berulang (repetitive motion) dan posisi yang menetap pada
durasi yang lama sehingga memperngaruhi suplai darah ke tangan dan menimbulkan rasa nyeri. Tujuan:
Penelitian ini ditujukan kepada penderita kondisi Carpal Tunnel Syndrom untuk mengurangi nyeri. Intervensi
fisioterapi yang diberikan pada kondisi CTS yaitu penurunan nyeri yang dapat dilakukan dengan berbagai
tindakan diantaranya dengan pemberian teknik Neuromuskuler Taping Metode Penelitian: Case study dengan
desain penelitian pre and post test yaitu membandingkan antara tingkat nilai nyeri sebelum dan sesudah yang
diukur dengan alat ukur Visual Analogue Scale (VAS) terhadap pemberian intervensi Neuromuskuler Taping
pada kondisi carpal tunnel syndrome selama 3 mingggu. Hasil: Analisa uji beda nilai nyeri dengan VAS pada
kelompok sampel dengan nilai signifikasi yaitu 0,006 yang menunjukkan < 0.05yang bermakna ada pengaruh
pemberian Neruromusculer taping terhadap perubahan tingkat nyeri VAS penderita Carpal Tunnel Syndrom.

Kata kunci : Carpal Tunnel Syndrom, Fisioterapi, Neuromuskuler Taping, Visual Analogue Scale, Case Study

12
1. Pendahuluan terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada
Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan tulang-tulang kecil sehingga terjadi penekanan
kumpulan gejala dan tanda penyakit yang terhadap nervus medianus dipergelangan tangan.
disebabkan oleh terjepitnya saraf medianus di Nyeri yang diakibatkan oleh kondisi carpal tunnel
terowongan karpal pada pergelangan tangan. syndrome timbul ketika jaringan sedang rusak, dan
Kondisi CTS ini merupakan salah satu jenis menyebabkan individu bereaksi untuk
neuropati yang paling sering terjadi. Sindrom ini menghilangkan rasa nyeri.
timbul dengan gejala nyeri, baal, dan kelemahan National Health Interview Study (NIHS)
pada tangan akibat penekanan nervus medianus. memperkirakan bahwa prevalensi CTS yang
Carpal tunnel syndrome merupakan suatu dilaporkan sendiri diantara populasi dewasa adalah
syndrome yang berhubungan dengan gerakan yang
sebesar 1,55% (2,6 juta). CTS lebih sering
berulang (repetitive motion) dan posisi yang
menetap pada durasi yang lama sehingga mengenai wanita daripada pria, dengan usia
memperngaruhi suplai darah ke tangan dan berkisar 25 – 64 tahun. Prevalensi tertinggi pada
menimbulkan rasa nyeri. wanita usia >55 tahun. Biasanya antara 40 – 60
Penelitian yang dilakukan oleh Armsrong tahun. Prevalensi CTS dalam populasi umum telah
(2008) di kawasan indsutri kerja ada empat sebagai diperkkirakan 5% untuk wanita dan 0,6% untuk
faktor kontrol dari perkembangan Carpal tunnel laki-laki. CTS adalah jenis neuropati jebakan yang
syndrome yaitu jenis kelamin, usia, index massa
paling sering ditemui. Sindroma CTS ini uniletaral
tubuh (IMT) dan penyakit penyerta. Carpan tunnel
syndrome merupakan hasil dari kombinasi kondisi pada 42% kasus (29% kanan, 13% kiri) dab 58%
kesehatan dan aktivitas fisik yang berulang yang bilateral [3].
dapat meningkatkan tekanan pada nervus medianus Menurut data RSUD Arifin Achmad
saat melewati terowongan karpal. Pekanbaru pada tahun 2012 ditemukan pada 15
Carpal Tunnel Syndrome adalah neuropati kasus besar di instalasi rehabilitasi medik RSUD
akibat terjepitnya saraf yang terjadi ketika saraf Arifin Achmad Pekanbaru pasien rawat jalan
medianus pada pergelangan tangan tergencet oleh dengan kondisi Carpal tunnel syndrome berada
pembungkus tendon fleksor yang mengalami pada urutan ke 10 dengan jumlah penderita 281
penebalan, terkaitnya tulang, odema atau massa dengan jumlah keseluruhan pasien pada kasus
jaringan lunak. Menurut Long, carpal tunnel besar di instalasi rehabilitasi medik RSUD Arifin
syndrome disebabkan oleh tekanan pada nervus Achmad pekanbaru 10.949. Resiko terjadinya
median dari pergelangan tangan. Kondisi ini biasa carpal tunnel syndrome 10% lebih banyak pada
terjadi pada usia pertengahan, pada wanita gemuk orang dewasa. Wanita beresiko tiga kali lipat lebih
kemungkinan terjadi akibat dari trauma atau banyak dari pada pria dan terbanyak terjadi pada
pembengkakan yang disebabkan oleh proses usia 40-50 tahun.
rheumatoid arthritis [1]. Salah satu pelayanan kesehatan untuk
Carpal tunnel syndrome adalah salah satu dari menangai permasalahan gerak dan fungsi dalam
3 jenis penyakit yang tersering di dalam golongan pemeliharaan dan peningkatan kualitas hidup
Cummulative Trauma Disorders (CTD) dengan manusia yaitu pelayanan fisioterapi. Pada kondisi
prevalensi sebesar 40%, sedangkan CTD nyeri yang diakibatkan oleh kondisi carpal tunnel
merupakan penyebab lebih dari 50% penyakit syndrome yaitu dengan memberikan
akibat kerja pada anggota gerak atas. Sebagai salah neuromuscular taping. Neuromusculer taping
satu dari 3 jenis penyakit tersering di dalam adalah salah satu metode terapi biomekanikal yang
golongan CTD pada ekstremitas atas, prevalensi inovatif dengan stimulasi kompresi dan dekompresi
STK besarnya 40%, tendosinovitis yang terdiri dari untuk menghasilkan efek yang positif pada sistem
trigger finger sebesar 32% dan De Quervan’s saraf, vaskuler dan limfatik. Efek neuromuskuler
syndrome 12%, sedangkan epicondilitis sebesar taping pada level sensoris dapat menstimulasi
20% [2]. kutaneus, otot, resepteor sendi dan mengontrol
Pada tahap awal gejala yang paling sering nyeri [4].
muncul di malam hari ketika tangan dalam kondisi Neuromuscular Taping (NMT) dengan
istirahat. Dengan perkembangan penyakit lebih aplikator tape menciptakan kekuatan eksentrik
lanjut, gejala-gejala juga akan muncul di siang hari, yang diterapkan pada kulit dan berperan dalam
terutama dengan kegiatan yang menggunakan mengatur sensorik dan system propioseptif.
gerakan pergelangan tangan yang berulang, seperti Neuromuscular Taping (NMT) memodifikasi input
ketika menggambar, menjepit, mengetik, mencuci sensorik yaitu diintegrasikan oleh system saraf
atau gerakan memeras. Pada penyakit yang lebih pusat dan digunakan untuk membantu proses
lanjut, gejalanya nyeri terjadi secara menetap. eksekusi program motor yang dikenal dengan
Rasa nyeri ini terjadi akibat penyempitan pada integrasi sensomotoris. NeuroMuscular Taping
terowongan karpal, baik akibat edema fasia pada (NMT) memiliki fungsi menormalkan fungsi otot,
13
meningkatkan aliran limfik dan pembuluh darah, Penyebab lain yang menyebabkan terjadinya
mengurangi rasa sakit, menguatkan otot yang kondisi CTS yaitu faktor mekanik, faktor non
lemah, dan membantu postural dan rileksasi otot mekanik dan faktor vaskuler, ketiga faktor ini
yang terlalu sering digunakan [5]. memegang faktor penting dalam terjadinya carpal
tunnel syndrome. Pada umumnya carpal tunnel
2. Tinjauan Pustaka syndrome terjadi secara kronis dimana terjadi
2.1 Patofisiologi penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan
Carpal Tunnel Syndrome adalah gejala tekanan terhadap nervus medianus
neuropati kompresi dari N. medianus di
tingkat pergelangan tangan, ditandai dengan bukti 2.2 Metode dan Teknik Intervensi
peningkatan tekanan dalam terowongan karpal dan 2.2.1 Neuromuskuler Taping (NMT)
penurunan fungsi saraf di tingkat itu. Carpal a. DefinisiNeuroMuscular Tapping
Tunnel Syndrome dapat disebabkan oleh berbagai NeuroMuscular Taping (NMT) adalah aplikasi
penyakit, kondisi, dan peristiwa. Hal ini ditandai spesifik dari pita perekat elastis ke permukaan kulit
dengan adanya keluhan mati rasa, kesemutan, dengan teknik stimulasi eksentrik menghasilkan
nyeri tangan dan lengan, dan disfungsi otot. dekompresi dan dilatasi pada daerah yang tertutupi
Kelainan ini tidak dibatasi oleh usia, jenis yang digunakan untuk tujuan terapeutik. NMT
kelamin, etnis, atau pekerjaan melainkan bertujuan untuk mengurangi sumbatan dari cairan
disebabkan karena penyakit sistemik, faktor tubuh, meningkatkan sirkulasi pembuluh darah dan
mekanis dan penyakit lokal [6]. kelenjar getah, menurunkan kelebihan panas, dan
Carpal tunnel syndrome (CTS) adalah memperbaiki homoestasis jaringan, mengurangi
entrapment neuropathy (jebakan saraf) yang peradangan dan hipersensitivitas reseptor nyeri
disebabkan oleh kompresi saraf medianus saat b. Efek Neuromuscular Tapping
melewati terowongan karpal pada pergelangan Penerapan NMT mampu merangsang
tangan. Kondisi ini merupakan jebakan saraf yang mechanoceptors kulit. Reseptor ini mengaktifkan
paling umum, mencakup 90% dari semua impuls saraf ketika beban mekanik (sentuhan,
neuropati. Gejala pertama dari carpal tunnel tekanan, getaran, peregangan dan gatal) membuat
syndrom termasuk nyeri, mati rasa dan parestesia. deformasi. Aktivasi oleh stimulus yang memadai
Gejala-gejala ini umumnya muncul, dengan menyebabkan depolarisasi lokal, yang memicu
variabilitas tertentu, di ibu jari, telunjuk, jari tengah impuls saraf di sepanjang serabut aferen bepergian
dan setengah radial (sisi ibu jari) dari jari manis. ke sistem saraf pusat. Efek terapeutik NMT dengan
Rasa sakit juga bisa menjalar ke lengan yang menggunakan rangsangan decompressive untuk
terkena, kelemahan tangan, penurunan koordinasi mendapatkan efek positif dalam muskuloskeletal,
motorik halus dan atrofi otot bagian tenar. Gejala pembuluh darah, limfatik dan sistem saraf,
sindroma ini biasanya dimulai dengan gejala meningkatkan sirkulasi darah, dan menghilangkan
sensorik yaitu nyeri, kesemutan (parestesia), rasa rasa sakit. Aplikasi yang benar juga dapat
tebal (numbness) dan rasa seperti terkena aliran membantu untuk memperbaiki keselarasan sendi,
listrik (tingling) pada daerah yang dipersarafi oleh otot, dukungan selama gerakan, dan meningkatkan
n.medianus. stabilitas dan postur tubuh. NMT mempunyai
Pada umumnya CTS terjadi secara kronis tujuan yaitu meringankan rasa sakit, menormalkan
karena faktor mekanik dan faktor vaskuler. Faktoir ketegangan otot,menghilangkan kongesti limfatik
mekanik terjadi akibat terjadinya gerakan berulang dan vena, meningkatkan vaskularisasi darah,
oleh pergelangan tangan dengan kontraksi yang mengoreksi keselarasan bersama dan meningkatkan
kuat sehingga menimbulkan pembengkakan postur tubuh.
jaringan di sekeliling tendon bagian dalam c. Mekanisme Neuromuscular Tapping
terowongan karpal. Hal ini menyebabkan tekanan Pengaplikasian Neuromuscular Taping (NMT)
pada nervus medianus. Sedangkan faktor vaskuler dengan teknik decompression akan membentuk
berupa tekanan yang kuat dan lama serta berulang lipatan-lipatan pada kulit. Sehingga memberikan
pada pergelangan tangan yang nantinya akan efek yang dapat meredakan rasa nyeri,
menyebabkan peningkatan tekanan intravaskuler, menormalkan ketegangan otot, meningkatkan
sehingga aliran darah intravaskuler akan melambat sirkulasi darah dengan memperbesar ruang
dan merusak jaringan endotel. Hal ini akan intestinal dalam jaringan dengan lipatan-lipatan
menyebabkan nyeri local pada pergelangan tangan. dari efek decompression.
Beberapa faktor diketahui menjadi resiko terhadap
terjadinya CTS pada pekerja seperti gerakan 2.3 Pemeriksaan dan Pengukuran
berulang dengan kekuatan, tekanan pada otot, a. Pemeriksaan Spesifik
getaran, suhu, postur yang tidak ergonomic dan Pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat
lain-lain [7] [8]. membantu menegakkan diagnosa Carpal Tunnel
Syndrome adalah sebagai berikut:
14
1) Tinel's sign sampling yaitu pemilihan sampel mengacu pada
Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia kelompok dengan karakteristik tertentu yang telah
atau nyeri pada daerah distribusi nervus medianus ditetapkan. Melakukan random sejumlah sampel
kalau dilakukan perkusi pada terowongan karpal dari populasi yang ada. Sampel yang terpilih
dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi. menjadi subjek penelitian diberikan penjelasan
2) Phalen's test mengenai tujuan penelitian, manfaat penelitian
Penderita melakukan fleksi tangan secara serta diberikan penjelasan mengenai program
maksimal. Bila selama satu menit parestesia penelitian yang akan dilakukan. Sampel yang
bertambah hebat, maka tes ini menyokong bersedia mengikuti program penelitian diminta
diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes mengisi informed consent.
ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa
Carpal tunnel syndrome. 3.4 Prosedur Intervensi
3) Wrist extension test Langkah-langkah yang diambil dalam prosedur
Penderita melakukan ekstensi tangan secara penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada prosedur administrasi, prosedur pemilihan sampel
kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dan Tahap pelaksanaan penelitian.
dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti Carpal 1) Prosedur administrasi
tunnel syndrome, maka tes ini menyokong diagnosa Prosedur administrasi dilakukan disini
Carpal tunnel syndrome. menyangkut: (1) Persiapan surat informed consent
persetujuan sampel mengikuti program penelitian
b. Pengukuran Nyeri dan memberikan informasi terkait pelaksanaan
Salah satu pengukuran nyeri yaitu dengan program penelitian, (2) Mempersiapkan blangko-
menggunakan VAS, VAS (Visual Analogue Scale) blangko dan alat pengukuran yaitu visual analogue
adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk scale (VAS) mengukur tingkat nyeri. (3) Mengisi
mengukur intensitas nyeri dimana nyeri diukur blangko-blangko penelitian untuk diisi identitas diri
dengan menggunakan garis lurus dengan ukuran 10 dan mengumpulkan kembali.
cm yang menggambarkan intensitas nyeri. Di ujung 2) Prosedur Pemilihan Sampel
sebelah kiri garis diberi tanda yang berarti “tidak Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel
nyeri” sedangkan di ujung sebelah kanan diberi yang digunakan adalah teknik cluster sampling
tanda “nyeri yang tidak tertahankan”. Pasien yaitu pemilihan sampel mengacu pada kelompok
memberi tanda di sepanjang garis tersebut sesuai dengan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan
dengan intensitas nyeri yang dirasakan, nyeri yaitu Kriteria Inklusi: (1) Karyawan dan
diukur sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Mahasiswa universitas abdurrab usia 18-30 tahun
(2). Bersedia menjadi subjek penelitian dari awal
hingga akhir penelitian dan menyetujui dengan
menandatangani informed consent.; Kriteria
Ekslusi: (1) Karyawan dan mahasiswa yang
menolak berpartisipasi dalam penelitian ini (2)
Karyawan dan mahasiswa yang sudah mengikuti
Gambar 1 intervensi penanganan terhadap keluhan nyeri
AlatUkur Nyeri dengan VAS akibat CTS namun nyeri masih dirasakan (3)
Mengalami gangguan jantung (4) Sampel tidak
3. Metode Penelitian bersedia menjadi subjek penelitian; Kriteria Drop
3.1 Rancangan Penelitian Out: (1) Peserta yang mengkonsumsi obat-obatan
Jenis penelitian yang digunakan adalah yang mengandung penghilang rasa nyeri selama
penelitian case study dengan desain penelitian pre penelitian dilaksanakan (2) Peserta yang tidak
and post test yaitu membandingkan antara tingkat mengikuti kegiatan secara penuh sehingga tidak
nilai nyeri sebelum dan sesudah diberikan dapat mencukupi frekwensi latihan selama waktu
intervensi Neuromuskuler Taping pada kondisi penelitian yang telah ditentukan (3) Saat penelitian,
carpal tunnel syndrome selama 3 mingggu. sampel mengalami penyakit yang menghambat
proses intervensi
3.2 Tempat dan Waktu 3) Tahap Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Program Tahap pelaksanaan penelitian menyangkut:
Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab pada (1) Menyiapkan form pengukuran. (2) Membuat
tanggal 7 Juli s/d 25 Oktober 2019. jadwal pengambilan data. (3) Intervensi dilakukan
selama 3 minggu dengan intensitas pemasangan
3.3 Teknik Pengambilan Sampel neuromuscular taping yaitu 2 kali seminggu pada
Dalam penelitian ini teknik pengambilan setiap sampel. (4) Setelah mendapatkan intervensi
sampel yang digunakan adalah teknik cluster
15
selanjutnya dilakukan evaluasi dengan mengukur c. Perubahan Nilai Nyeri diukur dengan VAS
perubahan tingkat nyeri. Hasil perubahan nilai nyeri pada sampel penelitian
disajikan dalam grafik 1 berikut:
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Penelitian Grafik 1
Hasil penelitian yang telah dilakukan selama 3 Evaluasi Tingkat Nyeri Kelompok Sampel
minggu pemberian Neuromusculer Taping terhadap Sebelum dan Sesudah
5 orang sampel dengan kondisi Carpal Tunnel
Syndrom didapatkan hasil pada masing-masing
sampel penelitian sebagai berikut:
a. Deskripsi Sampel
Karakteristik subjek sampel penelitian yang
termasuk data jenis kelamin, usia (tahun), berat
bada (kg), tingggi badan (m) dan berat badan (kg)
dan Indeks Masa Tubuh. Keseluruhan data
karakteristik sampel diuji dengan Analisa deskriptif
pada SPSS yang menunjukkan normalitas data
sampel, ditunjukkan pada tabel 1 berikut:

Tabel 1
Uji Normalitas Karakteristik Sampel
Uji Normalitas
Karakteristik Shapiro Wilk Test Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa
P seluruh sampel mengalami perubahan nilai nyeri
Jenis Kelamin 0.006 setelah pemberian Neuromusculer Taping yang
Usia 0.046 diukur dengan alat ukur VAS. Seluruh sampel
Berat Badan (kg) 0.000 penelitian mengalami penurunan nilai VAS yang
Tinggi Badan (m) 0.006 bermanksa bahwa terjadi perubahan nilai nyeri
Kategori IMT 0.006 menuju tidak nyeri.
VAS Sebelum 0.314
VAS Sesudah 0.314 4.2 Pembahasan
Pengaruh Pemberian Neuromuscular Taping
Berdasarkan tabel diatas karakteristik sampel (NMT) pada Kondisi Carpal Tunnel
menunjukkan bahwa data sampel berdistribusi Syndrome untuk Mengurangi Nyeri
normal. Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah
kumpulan gejala dan tanda akibat penekanan
b. Uji Beda Nilai Nyeri Sebelum dan Sesudah nervus medianus yang ada di pergelangan tangan
intervensi dengan alat ukur VAS yang dapat menyebabkan parastesia/ kesemutan,
Distribusi data sampel berdasarkan nilai nyeri nyeri, mati rasa dan kelemahan pada distribusi
dengan menggunakan alat ukur Visual Analogue nervus medianus pada tangan.
Scale (VAS) sebelum dan setelah diberikan Beberapa faktor pekerjaan yang dapat
pemasangan Neuromusculer Taping diuji dengan mempengaruhi terjadinya CTS menurut Silverstein
Uji Non Parametric paired sampel T-Test yang (1987), adalah gerakan pergelangan atau jari tangan
ditunjukkan pada tabel 2 berikut: yang berulang, kontraksi yang kuat pada tendon,
gerakan pergelangan tangan yang menekuk ke
Tabel 2 bawah (flexi) atau menekuk ke atas (extensi),
Uji Beda Nilai Nyeri Sebelum dan Sesudah gerakan tangan saat bekerja (gerakan menjepit) dan
tekanan mekanik pada saraf medianus. Sedangkan
Uji Paired Sample T-Test menurut penelitian yang dilakukan oleh Armstrong
Nilai VAS et al. (2008), perkembangan CTS dipengaruhi oleh
Mean P
Sebelum 4.2 empat faktor kontrol yaitu jenis kelamin, usia,
0.006 index massa tubuh (IMT) dan penyakit penyerta.
Sesudah 7.8
CTS merupakan hasil dari kombinasi kondisi
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa nilai kesehatan dan aktivitas fisik yang berulang yang
signifikasi yaitu 0,006 yang menunjukkan < 0.05 dapat meningkatkan tekanan pada saraf medianus
dan bermakna ada pengaruh pemberian [9].
Neruromusculer taping terhadap perubahan tingkat NeuroMuscular Taping (NMT) adalah
nyeri VAS penderita Carpal Tunnel Syndrom. aplikasi spesifik dari pita perekat elastis ke
permukaan kulit dengan teknik stimulasi eksentrik
16
menghasilkan dekompresi dan dilatasi pada daerah [8]. Eka M. Diagnosis dan Terapi Syndrom
yang tertutupi yang digunakan untuk tujuan terowongan karpal [internet]. Jakarta:
terapeutik. Dalam rehabilitasi, NMT diterapkan Neurology Multiply; 2013 [diakse tanggal
menggunakan protokol yang dirancang untuk 21 Januari 2017]. Tersedia dari :
mengurangi sumbatan dari cairan tubuh, http://neurology.multiply.com/.
meningkatkan sirkulasi pembuluh darah dan [9]. Rohmah, Siti. 2016. Analisi Hubungan Faktor-
kelenjar getah,menurunkan kelebihan panas, dan Faktor Indovidu dengan Carpal Tunnel
memperbaiki homoestasis jaringan, mengurangi Syndrome (CTS) pada Pekerja Konveksi
peradangan dan hipersensitivitas reseptor nyeri [4]. Seminar Nasional IENACO – 2016. Hal: 73 –
Aplikasi eksentrik dari NeuroMuscular
79.
Taping (NMT) pada kulit akan meningkatkan
fungsi dari jaringan otot, tendon, pembuluh saraf,
dan limfatik. NMT dengan teknik eksentrik akan Nama Penulis
mempengaruhi fleksibilitas dan memperbaiki 1. Ayu Permata, memperoleh Ahli Madya
koordinasi gerakan pada pasien dengan koordinasi Fisioterapi pada tahun 2009 di Universitas
otot yang menurun. Penerapan NMT mampu Abdurrab. Kemudian tahun 2012
merangsang mechanoceptors yang ada di kulit. memperoleh gelar Sarjan Sain Terapan
Fisioterapi di Poltekkes DR.Rusdi Medan
5. Kesimpulan dan pada tahun 2015 telah menyelesaikan
Berdasarkan analisis penelitian yang telah Program Pasca Sarjana Fisiologi Olahraga
dilakukan dan pembahasan dapat disimpulkan Konsentrasi Fisioterapi di Universitas
bahwa penerapan Neuromusculer taping pada Udayana. Saat ini sebagai Dosen Tetap Prodi
kondisi Carpal Tunnel Syndrom dengan frekensi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab.
2 kali dalam seminggu selama 3 minggu 2. Ismaningsih, memperoleh Ahli Madya
memberikan pengaruh terhadap perubahan nilai Fisioterapi pada tahun 2012 di Universitas
nyeri pada sampel penelitian. Muhammadiyah Surakarta. Pada tahun 2015
telah menyelesaikan Program Pasca Sarjana
REFERENSI Fisiologi Olahraga Konsentrasi Fisioterapi di
[1]. Lukman, Ns. & Ningsih, N. (2009). Universitas Udayana. Saat ini sebagai Dosen
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Tetap Prodi D-III Fisioterapi Universitas
Ganguan S i s t e m Muskuloskeletal . Abdurrab.
Jakarta : Salemba Medika.
[2]. Tana, Lusianawaty. 2004. Sindrom
Terowongan Karpal pada Pekerja:
Pencegahan dan Pengobatannya. J Kedokter
Trisakti. September-Desember 2003, Vol.22
No.3. Hal: 99 -104
[3]. American Academy of Othopaedic Surgeons.
2008. Clinical Practice Guideline on the
Diagnosis of Carpal Tunnel Syndrom.
Rosemont: American Academy of Orthopaedic
Surgeons.
[4]. Blow, David. 2012. Neuromuscular Taping
From Theory to Practice. Italy: Arti Grafiche
Colombo
[5]. Bahrudin, M. 2011. Carpal Tunnel
Syndrome(CTS). Jurnal Saintika Medika
Universitas Muhammadiyah Malang. 7(14),
hal 78-87.
[6]. Prakoso, Tegar Dwi & Kurniawaty, Evi. 2017.
Perempuan Berusia 65 tahun dengan Carpal
Tunnel Syndrom. J Medula Unila. Vol 7. No. 2.
April 2017. Hal: 144 – 149.
[7]. Kurniawan, Bina. Faktor risiko kejadian
carpal tunnel syndrome (CTS)
pada wanita pemetik melati di
Desa Karangcengis, Purbalingga. J
Promosi Kes Indon. 2008; 3(1):2-8.
17
Jurnal Pengabdian Kepada Masyrakat, e-ISSN: 2775-2437
Vol. 1 No.1 Edisi Juni 2021
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JPK
================================================================================================
Received: 16 June 2021 :: Accepted: 16 June 2021 :: Published: 30 June 2021

WORKSHOP NERVE GLIDING EXERCISE DAN PEMBERIAN ULTRA


SOUND (US) TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA
KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME
DI GRANDMED LUBUK PAKAM

Raynald Ignasius Ginting1*, Sabirin Berampu1, Siti Sarah Bintang1, Ni Nyoman


Ayu Tamala Hardis1, Engraini Teja1

1
Program Studi Fisioterapi, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam
Program Studi D3 Fisioterapi, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Jln. Sudirman No.38 Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang,


Sumatera Utara – Indonesia
*email korespondensi author: enalsius13@gmail.com

DOI 10.35451/jpk.v1i1.747

Abstrak
Permasalahan yang sering terjadi bagi para pekerja yaitu Carpal tunnel syndrome
(CTS). Carpal tunnel syndrome merupakan salah satu gangguan pada tangan akibat
terjepitnya saraf medianus di terowongan karpal, baik akibat adhesi maupun kelainan
tulan-tulang kecil tangan. Saraf medianus menginervasi pada ibu jari, jari telunjuk,
jari tengah dan sebagian pada jari manis, sehingga dapat dirasakan nyeri maupun
paratesia didaerah tersebut. Salah satu cara terapi non-farmakologi yang bisa
digunakan pada CTS ini, melalui pemberian nerve gliding exercise. Nerve gliding
exercise dan pemberian modalitas ultra sound (US) dilakukan dengan tujun untuk
mengurangi penekanan pada pergelangan tangan sehingga nyeri dapat berkurang.
Hasil dari kegitanan pengabdian ini menyatakn bahwa sebanyak 94% peserta sebagai
fisioterapis telah memahami dan mampu menggunakan nerve gliding exercise dan
Ultra Sound (US) terhahap penurunan nyeri pada kasus CTS.

Kata kunci: Nerve Gliding Exercise; Ultra Sound; Carpal Tunnel Syndrome

Abstract
The problem that often occurs for workers is Carpal tunnel syndrome (CTS). Carpal
tunnel syndrome is a disorder of the hand due to compression of the median nerve in
the carpal tunnel, either due to adhesions or abnormalities of the small bones of the
hand. The median nerve innervates the thumb, index finger, middle finger and part of
the ring finger, so that pain and parathesia can be felt in these areas. One way of non-
pharmacological therapy that can be used in CTS is through the provision of nerve
gliding exercise. Nerve gliding exercise and the administration of ultra sound (US)
modality are done with the aim of reducing pressure on the wrist so that pain can be
reduced. The results of this service activity stated that as many as 94% of participants
as physiotherapists had understood and were able to use nerve gliding exercise and
Ultra Sound (US) for pain reduction in CTS cases.

Keywords: Nerve Gliding Exercises; Ultra Soud(US); Carpal Tunnel Syndrome

1. Pendahuluan daya manusia yang baik dan cukup


Perkembangan zaman dalam bermutu. Sumber daya manusia dengan
segala bidang yang semakin kuat dan cukup berkualitas pun jika mengalami
ketat maka dibutuhkan kualitas sumber gangguan kesehatan dapat menurunkan

120
Jurnal Pengabdian Kepada Masyrakat, e-ISSN: 2775-2437
Vol. 1 No.1 Edisi Juni 2021
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JPK
================================================================================================
Received: 16 June 2021 :: Accepted: 16 June 2021 :: Published: 30 June 2021

produktivitas kerja. Permasalahan yang Penatalaksanaan CTS bisa dengan


sering terjadi pada dunia saat ini adalah terapi medikalmentosa maupun terapi
berkurangnya produktivitas pekerja konservatif. Tetapi dalam beberapa
akibat penyakit akibat kerja salah kasus yang beraat perlu
satunya yaitu caropal tunnel syndrome. dipertimbangkan tindakan operasi.
Carpal tunnel syndrome merupakan berdasarkan survey yang ada CTS
salah satu gangguan pada tangan akibat banyak dialami oleh pekerja, sehingga
terjepitnya saraf medianus di dalam penanganannya perlu dilihat dari
terowongan karpal, baik akibat adhesi status ekonominya. Terapi konservatif
maupun kelainan tulan-tulang kecil dapat menjadi alternatif dalam
tangan. Saraf medianus menginervasi penanganan CTS. Dari beberapa terapi
pada ibu jari, jari telunjuk, jari tengah konsevatif nerve gliding exercise
dan sebagian pada jari manis, sehingga merupakan jenis terapi yang sangat
dapat dirasakan nyeri maupun paratesia sering digunakan (Kim S, 2015)
didaerah tersebut (Bahrudin et al, Nerve gliding exercise merupakan
2015). salah satu teknik konservatif fisioterapi
International labour organization yang dilakukan dengan tujuan mengulur
mengungkapkan bahwa CTS selalu tendon dan saraf pada pergelangan
terjadi dalam setiap penyakit akibat tangan sehingga dapat mengurangi
kerja dibeberapa negara. Kasus CTS di adhesi dan mengurangi rasa sakit,
Cina mengalami peningkatan sebesar (Kaur, 2016). Nerve gliding exercise
30% (Bahrudin, et al, 2015. Angka dianggap memiliki beberapa efek yaitu
kasus CTS akibat kerja sekitar 90% dari meningkatkan aliran pembuluh darah
berbagai neuropati lainnya. Hampir vena pada saraf medianus, menurunkan
disetiap tahunnya kejadian CTS tekanan didalam tunnel dan
mencapai 267 dari 100.000 populasi meregangkan perlengketan (Ballestero-
dengan prevalensi 6% pada laki-laki Pérez et al, 2017).
dan 9.2% pada perempuan (Sekarsari, Ultra Sound (US) merupakan salah
et al, 2017). satu modalitas fisioterapi yang
Di Indonesia prevalensi kasus CTS menggunakan gelombang suara dengan
dalam masalah kerja belum pasti frekuensi lebih dari 20.000 Hz dengan
diketahui. Karena sampai tahun 2001, panjang gelombangnya 1,5 mm. US ini
sangat sedikit dilaporkan kasus akibat memberikan panas lokal untuk kapsul
kerja, karena sulitnya diagnosis. sendi, tendon, ligament dan otot
Penelitian pada pekerjaan dengan resiko sehingga dapat menigkatkan aktivitas
tinggi pada pergelangan tangan dan sel dan vasodilatasi darah dan juga
tangan melaporkan prevalensi CTS memfasilitasi transportasi metabolic ke
antara 5,6% sampai dengan 15%, jantung sehingga mengakiatkan
(Salawati, 2014). penurunan iritasi ujung saraf dan nyeri
Fisioterapi sebagai salah satu ilmu pun berkurang. Efek panas juga dapat
di bidang kesehatan dapat berperan menyebabkan elastisitas dan
dalam bidangnya. Dimana fisioterapi mengurangi viskositas serat kolagen
dapat menyelenggarakan pelayanan sehingga dapat meningkatkan
kesehatan secara professional,y ang fleksibilitas gerk sendi. Sehingga dapat
bertanggung jawab atas kesehatan meningakatkan kemampuan aktivitas
individu, keluarga dan masyarakat, fungsional. (Prentice, 2009).
khususnya dalam masalah kapasitas Dalam pengabdian ini, yang
fisik dan kemampuan fungsional dengan dilakukan untuk mengetahui pengaruh
penanganan secara manual, pralatan ( penambahan nerve gliding exercise dan
fisik, elektroterapeutik dan secara ultra sound terhadap penurunan nyeri
mekanis). Sehingga diupayakan CTS, Yang telah membuktikan bahwa
penderita mampu memenuhi kebutuhan adanya pengaruh penambahan nerve
hidupnya secara mandiri dan mampu gliding exercise terhadap penurunan
produktif tanpa dihalangi oleh nyeri CTS (Rica, 2013).
permasalahan-permasalahan kesehatan Berdasarkan survey awal di rumah
yang ada (Depkes RI, 2013). sakit Grandmed lubuk pakam bahwa

121
Jurnal Pengabdian Kepada Masyrakat, e-ISSN: 2775-2437
Vol. 1 No.1 Edisi Juni 2021
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JPK
================================================================================================
Received: 16 June 2021 :: Accepted: 16 June 2021 :: Published: 30 June 2021

pasien CTS yang berkunjung ke rumah kearah yang berlawanan. Dimana dosis
sakit grandmed lubuk pakam sekitar 17 pemberikan nerve gliding exercise ini 5
pasien pada setiap bulannya. Selama ini detik tananan dan dilkukan sebanyak 5
pasien CTS tidak diberikan penanganan sesi. Setiap sesi diulang sebanyak 10
nerve gliding exercise dan ultra sound. kali. Setelah diberikan terapi latihan,
Berdasarkan latar belakang yang lalu sampel diberikan ultra sound di
dikemukakan di atas dan ketertarikan daerah pergelangan tangannya. Daerah
penulis untuk mengetahui lebih lanjut yang kan diterapi akan diberikan gel
mengenai manfaat nerve gliding terlebih dahulu. Lalu peneliti
exercise dan modalitas ultra sound menghidupkan alat us dengan frekuensi
pada kasus CTS. Maka penulis membuat 0,8 sampai 3 Mz. Lalu tranducer di
pengabdian dalam bentuk worksop arahkan di daerah tangan yang sudah
nerve gliding exercise dan pemberian diberikan gel tersebut lalu tranducer
ultra sound terhadap penurunan nyeri digerakkan sesuai arah serbut otot.
pada pasien CTS di Poli Fisioterapi Rs Dan pemakaian modalitas ini dilakukan
Grandmed Lubuk Pakam Tahun 2020”. selama 10-15 menit.

2. Metode
Kegiatan pengabdian ini
dilakukan melalui workshop dengan
menggunakan metode ceramah, tanya
jawab dan demonstrasi. Alat ukur
penurunan nyeri yang digunakan
adalah Visual Analog Scale (VAS).
Sebelum dilakukan pengukuran
penurunan nyeri pada kelompok yang
diberikan nerve gliding exercise dan
ultra sound (us).
Langkah-langkah dalam
pengabdian ini sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Prosedur asuhan dicatat dalam
rekam fisioterapi dan rekam medik
Rumah Sakit dengan contoh permulir
terlampir. Peneliti bekerja sama dengan
pasien yang berkunjung di Rumah
Sakit.
2. Pemilihan responden
Responden yang dipilih adalah
pasien yang datang ke poli fisioterapi
Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam
yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
esklusi.
3. Tahap pelaksanaan tindakan
Peneliti akan meengatur posisi
pasien senyaman mungkin di bed.
Kemudian psosisi tangan pasien
dirileksasikan. Lalu fisioterapi menekuk
siku dan ditambah palmar fleksi pada
pergelangan tangan. Kemudian siku di
ekstensikan dengan memberikan
genggaman pada pergelangan tangan,
lalu siku di ekstensikan dengan Gambar 1. Gerakan dari nerve
memberikan gerakan abduksi dengan gliding exrcise
bantuan dorongan pada paha, dan
meminta responden mengarahkan leher

122
Jurnal Pengabdian Kepada Masyrakat, e-ISSN: 2775-2437
Vol. 1 No.1 Edisi Juni 2021
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JPK
================================================================================================
Received: 16 June 2021 :: Accepted: 16 June 2021 :: Published: 30 June 2021

a. Adanya dukungan dari pihak


Rumah sakit dan fisioterapis
dalam pelaksanaan kegiatan
pengabdian.
b. Sarana dan prasarana mampu
mendukung kegiatan.
c. Peserta sangat antusias dalam
kegiatan.
Gambar 2. Ultra Sound
2. Faktor penghambat
Pengabdian melakukan evaluasi Evaluasi tidak maksimal dilakukan
terhadap responden dan tindak lanjut dalam pendampingan fisioterapis
kepada kepala ruangan. secara langsung kepada pasien
Nyeri Pada Kasus Carpal Tunnel
3. Hasil dan Pembahasan Syndrome.
Kegiatan ini dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan fisioterapis 4. Kesimpulan
dalam menurunkan skala nyeri Carpal Pelaksanaan pengabdian
Tunnel Syndrome dengan masyarakat dalam rangka
menggunakan Neruve Gliding Exercise meningkatkan kemampuan fisioterapis
dan Ultra Sound (US). Hasil yang telah rumah sakit terhadap mengurangi nyeri
dicapai dalam pengabdian ini adalah pada penderita kasus Carpal Tunnel
sebagai berikut: Syndrome (CTS) dengan Nerve Gliding
1. Materi dapat dipahami dan Exercise Exercise dan Ultra Sound
direspon baik oleh peserta, hal ini (US). Dapat disimpulkan berhasil
dapat dilihat melalui banyaknya sampai tahap kemampuan untuk
pertanyaan dan tanggapan yang mengaplikasikan. Keberhasilan ini
muncul dari peserta. ditunjukkan antara lain:
2. Peserta mampu menerapkan a. Adanya kesesuaian materi dalam
Penggunaan nerve gliding exercise mengatasi masalah di Rumah sakit
dan ultra sound (us) mengenai Pemberikan nerve
gliding exercise dan ultra sound
Secara umum hasil pengabdian terhadap penurunan nyeri kasus
meliputi aspek-aspek: carpal tunnel syndrome.
1. Ketercapaian tujuan kegiatan b. Adanya respon yang positif dari
Terjadi peningkatan kemampuan peserta yang ditunjukkan dengan
fisioterapis dalam menerapkan pertanyaan dan tanggapan yang
Penggunaan nerve gliding exercise diberikan selama kegiatan
dan ultra sound (us) Terhadap c. Sebanyak 94% peserta mengalami
Penurunan Nyeri,. peningkatan nilai post test.
2. Ketercapaian target materi
Materi yang disampaikan sudah 5. Ucapan Terima Kasih
sangat baik, sebab telah Pengabdi menyampaikan ucapan
disampaikan secara keseluruhan. terima kasih kepada:
Materi yang disampaikan dengan 1. Lembaga Penelitian dan
didukung oleh evidence based. Pengabdian Kepada Masyarakat
3. Kemampuan peserta (LPPM) Institut Kesehatan Medistra
Kemampuan peserta dapat diukur Lubuk Pakam
dari pemahaman dan kemampuan 2. Direktur Rumah Sakit Granmed
peserta melakukan redemonstrasi Lubuk Pakam
yang telah diberikan oleh 3. Kepala Poli Fisioterapi Rumah Sakit
narasumber. Grandmed Lubuk Pakam

Pelaksanaan kegiatan pengabdian 6. Daftar Pustaka


ini dipengaruhi oleh: Bahrudin, M., Lystianto, R., Perdana, P.,
1. Faktor pendukung Fitra, H., Sultana, A., Kedokteran,

123
Jurnal Pengabdian Kepada Masyrakat, e-ISSN: 2775-2437
Vol. 1 No.1 Edisi Juni 2021
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JPK
================================================================================================
Received: 16 June 2021 :: Accepted: 16 June 2021 :: Published: 30 June 2021

F., … Sumbersari, S. A. (2015). Salawati, L. (2014). CARPAL TUNEL


Pemetik Daun Teh. 114–118.Lü, SYNDROME. (1), 29–37.
H., Lee, R. P., Huang, J., Chen, J., Sekarsari, D., pratiwi, arum, & Farzan,
Go, V. L. W., Li, Z., & Lu, Q. Y. A. (2017). Hubungan Lama Kerja,
(2020). A new HPLC–UV method Gerakan Repetitif Dan Postur
for the quantification of terpenoids Janggal Pada Tangan Dengan
and antioxidant activity of Keluhan CTS(Cts) Pada Pekerja
commercial loquat leaf tea and Pemecah Batu Di Kecamatan
preparation. Journal of Food Moramo Utara Kabupaten Konawe
Measurement and Selatan Tahun 2016. Jurnal Ilmiah
Characterization, 14(2), 1085– Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
1091. Unsyiah, 2(6), 1–9.
Ballestero-Pérez, R., Plaza-Manzano, G.,
Urraca-Gesto, A., Romo-Romo, F.,
Atín-Arratibel, M. de los Á., Pecos-
Martín, D., … Romero-Franco, N.
(2017). Effectiveness of Nerve
Gliding Exercises on Carpal Tunnel
Syndrome: A Systematic Review.
Journal of Manipulative and
Physiological Therapeutics, 40(1),
50–59.
Depkes RI. 2013. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 80 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan dan
Praktik Fisioterapis. Jakarta:
Depkes RI.
Kaur, P., Kumar, S., & Arora, L. (2016).
Effect of Tendon and Nerve Gliding
In Carpal Tunnel Syndrome :
Clinical and Electrophysiological
Examination. International Journal
of Healthcare Sciences, 4(1), 108–
115.
Kim S. Efficacy of tendon and nerve
gliding exercises for carpal
tunnel syndrome : a systematic
review of randomized controlled
trials. J Phys Ther Sci.
2015;27:2645–8.
Rica, T. (2013). Kombinasi Intervensi
Terapi Latihan Dan Ultrasound
(US) Lebih Baik Daripada Masase
Dan Ultrasound (US) untuk
Penurunan Nyeri pada Kondisi
Plantar Fascitis. (Skripsi).
Program Studi Fisioterapi,
Universitas Udayana, Denpasar,
Bali. Diakses 21 November
2013.Prentice, W.E. (2009).
Therapeutic modalities for
sports medicine and athletic
training (6th Ed.). New York:
McGraw-Hill Compa

124
PENGARUH MOBILISASI PERGELANGAN TANGAN SETELAH DIBERIKAN
ULTRASOUND TERHADAP PENURUNAN NILAI NYERI PASIEN CARPAL
TUNNEL SYNDROME

The Effect of Wrist Mobilization after Ultrasound Therapy to Decrease Pain of Patients
with Carpal Tunnel Syndrome

Raditya Kurniawan Djoar1, Anastasia Putu Martha Anggarani2


1. Program Studi Keperawatan STIKES Katolik St. Vincentius a Paulo
2. Program Studi Fisioterapi STIKES Katolik St. Vincentius a Paulo
Email: radit_stikvinct@yahoo.com

ABSTRAK
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan bentuk cedera tekanan yang berulang pada nervus medianus
dan merupakan syndrome penjepitan saraf yang paling sering ditemukan. Kejadian CTS ini telah menjadi
pusat perhatian peneliti karena merupakan salah satu jenis cummulative trauma disorders (CTD) yang
paling banyak dijumpai. Karena permasalahan tersebut, akibatnya pergelangan tangan menjadi terbatas dan
tidak mampu berfungsi sebagaimana mestinya sehingga berpengaruh terhadap pekerjaan sehari -hari.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh penambahan intervensi berupa mobilisasi saraf
medianus, carpal dan tendon gliding setelah diberikan Ultrasound terhadap penurunan nilai nyeri CTS.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pendekatan quasi eksperimental, dengan desain
penelitian pre and post test two groups design
Populasi penelitian ini adalah pasien CTS di RSUD Sidoarjo sebanyak 70 orang yang dibagi dalam dua
kelompok yaitu kelompok 1 yang mendapatkan terapi ultrasound dan kelompok 2 ya ng mendapatkan terapi
ultrasound serta ditambahkan dengan mobilisasi saraf medianus, carpal dan tendon gliding. Uji statistic
yang digunakan adalah independent t test. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara nilai nyeri pada kelompok yang diberikan ultrasound dan kelompok yang diberikan
penambahan dengan mobilisasi saraf medianus, carpal dan tendon gliding ( Asymp. Sig 2-tailed 0,00).
Penurunan nyeri pada kelompok ini lebih significant dikarenakan penggunaan kombinasi dari intervensi tersebut.
Latihan mobilisasi saraf medianus dapat membantu mengembalikan aliran pembuluh darah balik vena dari saraf
medianus sehingga mengurangi tekanan di dalam epineurium sehingga mengurangi nyeri dengan ditambah
latihan tendon gliding dapat mengembalikan aliran pembuluh darah balik vena dari saraf medianus sehingga
mengurangi tekanan di dalam epineurium sehingga nyeri berkurang.

Kata Kunci : CTS, mobilisasi saraf medianus, carpal dan tendon gliding
ABSTRACT
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) is a form of recurring damage to the median nerve and is the nerve syndrome
that is most commonly found. CTS was attention of researchers because it is one of the most common types of
cumulative trauma disorders (CTD). Because of these problems, were effected for activity for the daily work. The
purpose of this study was to analyze interventions involving the mobilization of the median nerve, carpal and
tendon gliding after being given an ultrasound to reduce pain of patient with CTS. This research was
experimental research with quasi-experimental, pre-post test design and two groups design
The population of this study was CTS patients in RSUD Sidoarjo. Respondents was 70 patient divided into two
groups: group 1 who received ultrasound therapy only and group 2 who received ultrasound therapy and
median nerve mobilization, carpal and tendon gliding. The statistical test used was an independent t test. The
results showed that there was a significant difference between the values in the group given ultrasound therapy
and the group given by median nerve mobilization, carpal and tendon gliding (Asymp. Sig 2-tailed 0.00). Pain
Reducing in this group is significant because using a combination. Median nerve mobilization exercises can
increase nerve blood flow from the median nerve thereby reducing pressure on the epineurium, and gliding

152
153

exercises which can be used to drain venous blood back from the nerves the median reduces the pressure inside
the epineurium and reducing the pain.
Keywords : CTS, mobilization of the median nerve, carpal and tendon gliding

PENDAHULUAN saraf dan restriksi saraf serta akan


Carpal Tunnel Syndrome (CTS) menstimulasi penyembuhan jaringan tersebut
didefinisikan suatu bentuk cedera tekanan (Kisner, 2014). Observasi yang dilakukan di
yang berulang pada nervus medianus dan RSUD Sidoarjo mengambarkan total pasien
merupakan syndrome penjepitan saraf yang CTS 78 orang. Tindakan yang diberikan
paling sering ditemukan (Lubis et all, 2016). untuk kasus CTS di RS tersebut adalah
Nervus medianus rentan terhadap kompresi pemberian Ultrasound dan Elektroterapi.
dan cedera pada pergelangan tangan Hasilnya, 75% pasien masih mengeluh nyeri
(Syahrul, 2014). Setiap penggunaan tangan sampai di akhir periode terapi. Oleh karena
secara intensif seperti menggenggam, itu peneliti akan menganalisis pengaruh
memutar, atau menekuk, secara terus penambahan intervensi berupa mobilisasi
menerus akan memperparah keadaan ini saraf medianus, carpal dan tendon gliding
(Lubis et all, 2016). Biasanya CTS terjadi setelah diberikan Ultrasound dan
pada perempuan berusia 30 dan 60 tahun elektroterapi terhadap penurunan nilai nyeri
(Lubis et all, 2016) dengan tingkat CTS. Pengaruh penambahan intervensi
prevalensi pada populasi umum 3,7 – 5,8 % berupa mobilisasi saraf medianus, carpal dan
(Arul, 2016). Hal ini dikarenakan wanita tendon gliding harus segera diketahui karena
memiliki terowongan karpal yang lebih kecil apabila tidak, pasien dengan CTS hanya akan
dibandingkan pria (Saerang, 2015). Kejadian diberikan terapi dengan Ultrasound dan
CTS ini telah menjadi pusat perhatian elektroterapi dan akan tetap mengeluhkan
peneliti karena merupakan salah satu jenis nyeri walaupun periode terapi telah selesai
cummulative trauma disorders (CTD) yang sehingga akan mengalami keterbatasan
paling banyak dijumpai (Kisner, 2014). dalam melakukan aktivitas fungsional.
Karena permasalahan tersebut, akibatnya
pergelangan tangan menjadi terbatas dan METODE
tidak mampu berfungsi sebagaimana Penelitian ini merupakan penelitian
mestinya sehingga berpengaruh terhadap eksperimen dengan pendekatan quasi
pekerjaan sehari-hari (Saerang, 2015). eksperimental, dengan desain penelitian pre
Umumnya CTS terjadi secara kronis dimana and post test two groups design
terjadi penebalan fleksor retinakulum yang Populasi penelitian ini adalah pasien CTS di
menyebabkan tekanan terhadap nervus RSUD Sidoarjo deengan jumlah responden
medianus.Tindakan berupa Ultrasound dan sebanyak 70 orang dengan criteria:
elektroterapi pada beberapa pelayanan di menjalani perawatan jalan berupa
rumah sakit pada kasus carpal tunnel Ultrasound Therapy, mendapat nilai positif
syndrome mendapatkan hasil yang cukup untuk upper neural tension test 1, bersedia
efektif untuk mengurangi nyeri pada kasus menjadi subyek penelitian dengan tuntas dari
CTS (Chan, 2014). Namun sebagian besar awal hingga akhir penelitian, tidak sedang
pasien masih merasakan nyeri di akhir mengonsumsi obat pengurang nyeri pada
periode terapi. Jika ditambahkan dengan saat penelitian berlangsung. Responden
mobilisasi saraf, carpal dan tendon gliding dalam penelitian ini dibagi dalam dua
dapat membantu pengembalian fungsi dan kelompok dimana masing-masing kelompok
gerak fisiologis dari nervus medianus beranggotakan 35 orang. Kelompok pertama
sehingga dapat menurunkan nyeri lebih responden yang memenuhi criteria inklusi
efektif, dengan mobilisasi saraf maka Mobilisasi pergelangan yang dilakukan pada
diharapkan suplai darah dan sirkulasi responden meliputi mobilisasi syaraf selama
aksoplasma akan membaik, dapat melakukan 5 detik, mobilisasi carpal sebanyak 6-10 kali,
mobilisasi jaringan saraf, jaringan konektif serta tendon gliding (Kisner, 2014).
154

Pemberian mobilisasi ini dilakukan paling program SPSS dengan menggunakan uji
sedikit tiga kali selama 1 bulan saat pasien komparatif uji t tidak berpasangan.
control ke RS serta pasien diajarkan untuk
melakukan tindakan mobilisasi selama HASIL DAN PEMBAHASAN
dirumah. Pemeriksaan derajat nyeri dengan HASIL
menggunakan NPRS dengan prosedur Pada bagian ini akan disajikan karakteristik
pengukuran yaitu pasien diminta untuk responden berdasarkan usia, jenis kelamin,
membuat tiga peringkat nyeri, nyeri yang riwayat jatuh menumpu, aktivitas fisik sehari-
dialami saat ini, nyeri yang dirasakan paling hari, serta karakteristik nyeri pasien CTS. Pada
ringan dan paling buruk selama 24 jam tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar
terakhir. Instruksikan kepada pasien responden kelompok 1 berusia lebih dari 40
untuk menunjukkan intensitas nyeri pada tahun (97,15%), berjenis kelamin perempuan
skala 0 (tidak ada rasa sakit) ke 10 (nyeri (85,72%), tidak memiliki riwayat jatuh
terburuk yang bisa dibayangkan) dengan menumpu (54,35), serta aktivitas sehari hari
rating angka 0 = tidak ada nyeri, 1 sampai 3 sebagai Ibu Rumah tangga sebesar 60%. Pada
= nyeri ringan, 4 sampai 6 = nyeri sedang, 7 tabel 2 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian
sampai 10 = nyeri berat (Trisnowiyanto, besar responden kelompok 2 berusia 40 tahun
2012). atau lebih (85,7%), berjenis kelamin
Untuk melihat Pengaruh Penambahan perempuan (77,14%), tidak memiliki riwayat
Mobilisasi Pergelangan Tangan Setelah jatuh menumpu (68,6), serta aktivitas sehari
Diberikan Ultrasound Terhadap Penurunan hari sebagai pegawai negri/swasta 57,14%.
Nilai Nyeri CTS dianalisis menggunakan

Tabel 1 Karakteristik Responden Kelompok 1 (Pemberian Ultrasound)


No Karakteristik Jumlah Prosentase
1. Usia
< 40 tahun 1 2,85
> 40 tahun 34 97,15
2. Jenis Kelamin
Laki-laki 5 14,28
Perempuan 30 85,72
3 Riwayat Jatuh Menumpu
Pernah 16 45,7
Tidak Pernah 19 54,3
4 Aktivitas sehari-hari
Ibu Rumah Tangga 21 60
Pegawai Negri/swasta 12 34,3
Lain-lain 2 5,7
Tabel 2 Karakteristik Responden Kelompok 2 (Pemberan ultrasound dan mobilisasi)
No Karakteristik Jumlah Prosentase
1. Usia
< 40 tahun 5 14,3
> 40 tahun 30 85,7
2. Jenis Kelamin
Laki-laki 8 22,86
Perempuan 27 77,14
3 Riwayat Jatuh Menumpu
Pernah 11 31,4
Tidak Pernah 24 68,6
4 Aktivitas sehari-hari
Ibu Rumah Tangga 14 40.01
Pegawai Negri/swasta 20 57,14
Lain-lain 1 5,7
155

didalam terowongan karpal dapat mudah


Tabel 3 Nilai Nyeri terjadi apabila seseorang tersebut berusia
Kelompok 1 Kelompok 2 lebih dari 40 tahun yang dapat menyebabkan
Mean Nyeri Mean Nyeri terjadinya nyeri yang merupakan tanda CTS.
Pre Post Selisih Pre Post Selisih Apabila ditinjau dari aktivitas sehari-hari
5,37 4,54 0,83 4,48 3,11 1,37 dari responden bahwa sebagian besar dari
Pada Tabel 3 dapat di lihat bahwa mean nilai responden bekerja sebagai Ibu Rumah
nyeri menunjukkan bahwa pada kelompok Tangga serta pegawai di kantor dimana
ultrasound terdapat selisih antara nilai nyeri pekerjaan mereka membutuhkan aktivitas
sebelum dan setelah dilakukan tindakan yang sering dan berulang melibatkan
sebesar 0,83, sedangkan pada kelompok penggunaan pergelangan tangan dan sendi
mobilisasi terdapat selisih nilai nyeri sebelum jari. Kegiatan yang melibatkan penggunaan
dan setelah tindakan mobilisasi sebesar 1,37. pergelangan tangan, sendi jari seperti
kegiatan mengetik dengan posisi keyboard
Tabel 4 Uji Beda independent t-test komputer lebih rendah dari pada posisi
Variabel Perlakuan Asymp. Sig pergelangan tangan sehingga pergelangan
(2-tailed) tangan menjadi tertekan, dan posisi mengetik
Nyeri Ultrasound 0,00 dengan meletakkan keyboard komputer lebih
Ultrasound + tinggi dari posisi pergelangan tangan sehingga
Mobilisasi pergelangan tangan dalam posisi tergantung
Pada uji beda dengan menggunakan uji statistik saat mengetik (Saerang et al., 2015:583),
uji t tidak berpasangan menunjukkan bahwa mengulek bumbu dengan penggunaan yang
terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai butuh tekanan karena alat yang berat (Sabhilia
nyeri pada kelompok yang diberikan et al., 2011:70), dan kegiatan sehari-harinya
ultrasound atau elektroterapy dan kelompok lainnya yang melakukan pekerjaannya
yang diberikan Mobilisasi saraf medianus, menggunakan penggulangan pergelangan
carpal dan tendon gliding tangan secara berlebihan (Kurniawan, 2008:35)
dapat memicu timbulnya CTS).
PEMBAHASAN Aktivitas yang berlebihan atau berulang
Ditinjau dari usia respoden dalam pada pergelangan tangan baik secara fleksi
penelitian ini lebih dari 85% berada diatas usia ataupun ekstensi dapat menyebabkan tekanan
40 tahun dengan 75%lebih dari respoden pada nervus medianus dalam terowongan
berjenis kelamin perempuan. Hal ini sesuai carpal yang dapat menyebabkan peradangan
dengan teori yang disampaikan (Kowalak, atau pembengkakan sehingga saraf medianus
2011), bahwa kejadian carpal tunel syndrome yang lewat melalui terowongan tulang carpal
(CTS) banyak terjadi pada perempuan akan mengalami penyempitan dan
berusia 30 dan 60 tahun dengan tingkat menimbulkan nyeri dan penurunan rentang
prevalensi pada populasi umum 3,7 – 5,8 %., gerak.
selain itu pada usia 40 tahun atau lebih Pada uji beda menunjukkan bahwa pada
merupakan usia paling rentan terjadi CTS kelompok yang diberikan ultrasound serta pada
karena pada usia tersebut terdapat kelompok yang diberikan ultrasound dengan
pengapuran tulang dan pengaruh hormon ditambahkan latihan mobilisasi saraf
serta perbedaan anatomi terowongan karpal medianus, carpal dan tendon gliding sama-
khususnya pada perempuan (Lubis, et all, sama menunjukkan adanya selisih rata-rata
2016). Pada perempuan yang berusia diatas antara nyeri pre dan post, dimana pada
40 tahun memungkinkan terjadi CTS kelompok ultrasound terdapat selisih nilai
dikarena adanya perubahan hormon yaitu rata-rata NPRS pre dan post tindakan sebesar
esterogen yang bisa menyebabkan terjadinya 0,83, sedangkan kelompok yang lain terdapat
retensi cairan dan pembengkakan pada selisih nilai rata-rata VAS pre dan post
terowongan karpal sehinga memicu nyeri, tindakan yang lebih besar yaitu 1,37.
disisi lain pengapuran tulang termasuk
156

Berdasarkan uji statistik independent mengurangi penggunaan pergelangan tangan


sample t-test menunjukkan adanya dan jari.
perbedaan pengaruh yang significant antara
kelompok ultrasound dan mobilisasi saraf KESIMPULAN
medianus, carpal dan tendon gliding. Hal ini Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh bahwa ada pengaruh penambahan intervensi
Cameron (2009) bahwa Pemberian ultrasound mobilisasi syaraf, mobilisasi carpal, dan tendon
diathermy untuk klien dengan CTS bertujuan gliding setelah dilakukan ultrasound terhadap
untuk mengurangi nyeri. Mekanisme penururunan nyeri pasien CTS
pengurangan nyeri dengan efek non thermal
yang terjadi pada ultrasound dapat UCAPAN TERIMAKASIH
memberikan stimulasi reseptor termal kulit (ACKNOWLEDGEMENT)
atau peningkatan perluasan jaringan lunak 1. Kepada segenap jajaran pimpinan
sehingga dapat meningkatkan suhu jaringan STIKES Katolik St. Vincentius a Paulo
dan merubah konduksi saraf dengan mengubah yang telah memberikan ijin untuk
transmisi atau persepsi menyebabkan rasa melakukan proses penelitian.
nyeri. 2. Jajaran pimpinan RSUD sidoarjo yang
Pada kelompok yang diberikan ultrasound serta telah memberikan kesempatan untuk
ditambahkan Mobilisasi saraf medianus, pengambilan data khususnya di unit
carpal dan tendon gliding memberikan rehab medic.
pengaruh penurunan nyeri yang significant. 3. Kegiatan penelitian ini sepenuhnya
Hal ini sesuai dengan teori bahwa Latihan dibiayai oleh DRPM Kemenristekdikti
mobilisasi saraf medianus bertujuan untuk 2019.
mengurangi nyeri dan meningkatkan LGS
dimana mobilisasi saraf medianus bertujuan DAFTAR PUSTAKA
untuk meningkatkan mobilitas saraf medianus Arul, D. S. 2016. Effect of Kineso Tapping
yang berguna untuk mengurangi nyeri dan with Exercise Versus Ultrasound with
meningkatkan LGS (Kisner, 2014), sedangkan Exercise on Pain Relief in Acute Carpal
Latihan tendon gliding yang bertujuan untuk Tunnel Syndrome. Journal of Medical
memelihara dan meningkatkan mobilisasi Science and Technology , 27.
tendon ekstrinsik serta koordinasi gerak. Assad, M. S. 2017. Prevalence of Obesity in
Penurunan nyeri pada kelompok ini lebih Carpal Tunnel Syndrome Patients: A
significant dikarenakan penggunaan kombinasi Cross-Sectional Survey. BMC
dari intervensi tersebut dimana memberikan Muskuloskeletal Dissorder , 3-9.
latihan mobilisasi saraf medianus dapat Cameron, Michelle. 2009. Physical Agents in
membantu mengembalikan aliran pembuluh Rehabilitation.3th ed.
darah balik vena dari saraf medianus sehingga Philadelphia:Saunders Elsevier.
mengurangi tekanan di dalam epineurium Chan, Y.-W. 2014. Comparative effectiveness
sehingga dapat mengurangi nyeri dengan of ultrasound and paraffin therapy in
ditambah latihan tendon gliding dapat patients with carpal tunnel syndrome: a
membantu mengembalikan aliran pembuluh randomized trial. BMC Musculosceletal
darah balik vena dari saraf medianus sehingga disorders 15 , 399.
mengurangi tekanan di dalam epineurium Jurjević, A. B. 2010. Early onset of carpal
sehingga dapat mengurangi nyeri. Selain itu tunnel syndrome during pregnancy: case
selama proses penelitian responden juga report. Acta Clinica Croatica Vol 49 No
diajarkan home edukasi untuk melakukan 1 , 77-80.
perlindungan pada pergelangan tangan dengan Kisner, Carolyn & Colby, L. A. 2014.
mengurangi aktivitas yang menimbulkan nyeri Therapeutic Exercise: Foundationand
seperti tidak membawa barang terlalu berat Technique. Philadelphia: F.A Davis
selama menjalani proses perawatan serta Company.
157

Kurniawan, Bina. 2008. Faktor Risiko Syndorme Assessment . Jurnal


Kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada Kedokteran Diponegoro Vol 5 No 3 , 20.
Wanita Pemetik Melati dan Keselamatan Sabhilia, Salsa & Agus, Windharto. 2017.
Kerja FKM UNDIP. Jurnal Promosi Desain Peralatan Memasak untuk
Kesehatan Indonesia.Volume 3, 31-37 Penderita Arthritis dan Carpal Tunnel
Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. USA: Syndrome. Jurnal Sain dan Seni ITS.
Lippincont Williams & Wilkins inc. Volume 6. 69-73.
Lubis, A. A., Andriane, Y., & Dewi, M. K. Saerang. 2015. Insiden Carpal Tunnel
2016. Karakteristik Pasien CTS (Carpal Syndrome Berdasarkan Anamnesis Pada
Tunnel Syndrome) di Rumah Sakit Al- Karyawan Bank di Kota Bitung Sulawesi
Islam Bandung periode 1 Januari 2011 - Utara. Jurnal e-Clinical Vol 3 No 1 , 13
31 Desember 2015. Prosiding Sayles. 2007. Standard of Care : Carpal Tunnel
Pendidikan Dokter, 574-580. Syndrome. Carpal Tunnel Syndrome , 1-
Mansour, A. M. 2011. Laser versus Nerve and 14.
Tendon Gliding Exercise in Treating Sjamsuhidajat, R. 2012. Buku Ajar Ilmu Bedah
Carpal Tunnel Syndrome. Life Science edisi 3. Jakarta: EGC.
Journal Vol 8 No 2 , 413-420. Syahrul, S. d. 2014. Carpal Tunnel Syndrome.
Robby, A. d. 2006. Hubungan Tingkat Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 14
Keparahan Gejala dan Status Fungsional No 1 , 51.
Pada Pasien Carpal Tunnel Syndorme Trisnowiyanto, Bambang. 2012. Instrumen
diukur Menggunakan Carpal Tunnel Pemeriksaan Fisioterapi dan Penelitian
Kesehatan. Jogjakarta: Nuha Medika
ISSN 2656-7733 jurnal.polanka.ac.id/index.php/JKIKT
Volume 2 No. 1 (April, 2020)

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN NYERI


AKIBAT CARPAL TUNNEL SYNDROME DENGAN MODALITAS
ULTRASOUND DAN CARPAL BONE MOBILIZATION DI RUMAH
SAKIT BHAYANGKARA TK. III BANJARMASIN
(Management of Physiotherapy in pain disorders due to Carpal
Tunnel Syndrome with Ultrasound Modality and Carpal Bone
Mobilization in Bhayangkara TK. III Hospital Banjarmasin)

Nila Nur Azizah1, Maulida Wijaya Putri1, Arfian Hamzah1


1
Program Studi D-III Fisioterapi Politeknik Unggulan Kalimantan
Email: nilanurazizah98@gmail.com

ABSTRACT

Carpal tunnel syndrome (CTS) is one of the upper extremity disorders caused by
narrowing of the carpal tunnel resulting in an emphasis on the median nerve located on
the wrist. The disorder that occurs in this case is pain, this study aims to determine the
effects of Ultrasound and carpal bone mobilization in reducing pain in cases of carpal
tunnel syndrome. This research method uses a case study that discusses one case in
depth. This study was measured using a Visual Analogue Scale (VAS) to determine the
decrease in pain before and after therapy. The results of this study found that there was
a decrease in pain after therapy.

Keywords : Carpal Tunnel Syndrome (CTS), Visual Analogue Scale (VAS),


Ultrasound, and Carpal Bone Mobilization.

ABSTRAK

Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan salah satu gangguan ekstremitas atas yang
disebabkan oleh penyempitan pada terowongan karpal sehingga terjadi penekanan
terhadap nervus medianus yang terletak pada pergelangan tangan. Gangguan yang
terjadi pada kasus ini adalah nyeri, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari
Ultrasound dan carpal bone mobilization dalam menurunkan nyeri pada kasus carpal
tunnel syndrome. Metode penelitian ini menggunakan case study yang membahas satu
kasus secara mendalam. Penelitian ini diukur dengan menggunakan Visual Analogue
Scale (VAS) untuk mengetahui penurunan nyeri saat sebelum dan sesudah dilakukan
terapi. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa terdapat penurunan nyeri setelah
dilakukan terapi..

Kata kunci : Carpal Tunnel Syndrome (CTS), Visual Analogue Scale (VAS),
Ultrasound, dan Carpal Bone Mobilization

1
ISSN 2656-7733 jurnal.polanka.ac.id/index.php/JKIKT
Volume 2 No. 1 (April, 2020)

PENDAHULUAN

Tangan merupakan salah satu anggota gerak tubuh yang paling sering digunakan
dalam berbagai aktivitas sehari-hari. Aktivitas tangan dan pergelangan tangan yang
berlebihan jika berlangsung lama dapat menimbulkan suatu masalah dan menyebabkan
risiko penyakit akibat kerja. Salah satu masalah yang sering terjadi pada tangan yaitu
carpal tunnel syndrome (CTS) (Tarwaka, 2008).

Carpal tunnel syndrome merupakan salah satu gangguan ekstremitas atas yang
disebabkan oleh penyempitan pada terowongan carpal sehingga terjadi penekanan
terhadap syaraf medianus yang terletak di pergelangan tangan (Woodall, 2010).
Sebagian kasus carpal tunnel syndrome tidak diketahui secara jelas penyebabnya,
namun sangat erat hubungannya dengan penggunaan tangan secara berulang dan
berlebihan (Morina et al., 2012). Tanda dan gejala CTS mepiluti rasa nyeri, kesemutan
atau kebas pada bagian distal (jempol, telunjuk, jari tengah dan sisi radial jari manis),
kemampuan menggenggam berkurang dan mempengaruhi gerak fungsional (Ibrahim et
al., 2012).

Carpal tunnel syndrome merupakan masalah umum dengan angka kejadian setiap
tahunnya adalah 0,5-5,1 per 1000 dan di Inggris antara tahun 1992 – 2001 terdapat
6.245 pasien (55,5%) menderita CTS (Jagga et al., 2011). Menurut Newington et al
(2015), carpal tunnel syndrome lebih sering terjadi pada wanita dengan kejadian tahunan
1,5 per 1000 dan 0,5 per 1000 pada pria. Insidensi pada wanita puncaknya terjadi pada
usia 45 tahun. Di Indonesia prevalensi CTS antara 5,6% sampai 15%. Di Banjarmasin,
berdasarkan data pasien rekam medis poli fisioterapi RS. Bhayangkara TK. III pada
tahun 2018 terdapat 25 orang yang terdiagnosa CTS.

Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa carpal tunnel syndrome dapat ditangani


dengan ultrasound. Ultrasound menggunakan arus listrik yang dialirkan melewati
transducer yang mengandung kristal kuarsa dan dapat berkontraksi serta memproduksi
gelombang suara yang ditransmisikan pada kulit ke dalam tubuh (Arovah, 2010).
Ultrsound pada carpal tunnel syndrome bermanfaat untuk mempercepat healing process
pada jaringan yang rusak sehingga nyeri akan berkurang (Ono et al., 2010). Selain
ultrasound, carpal tunnel syndrome juga dapat ditangani dengan intervensi berupa
carpal bone mobilization. Carpal bone mobilization merupakan teknik fisioterapi dengan
menggerakkan bagian proksimal dari tulang carpal ke arah dorsal untuk ekstensi wrist
atau ke arah palmar untuk fleksi wrist (Ghunay & Alp, 2015). Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada gangguan nyeri akibat carpal tunnel
syndrome.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan studi kasus (case study) menggunakan satu
sampel (satu pasien) yang menderita carpal tunnel syndrome dan diberikan intervensi
fisioterapi berupa ultrasound dan carpal bone mobilization dengan frekuensi 2 kali
seminggu selama satu bulan. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 – 30 Mei 2019 di
Rumah Sakit Bhayangkara TK.III Banjarmasin.

Data penilitian yang diambil menggunakan data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari hasil pemeriksaan dan pengukuran langsung pada pasien
menggunakan instrumen penelitian yaitu Visual Analogue Scale (VAS), sedangkan data

2
ISSN 2656-7733 jurnal.polanka.ac.id/index.php/JKIKT
Volume 2 No. 1 (April, 2020)

sekunder diperoleh dari medical record atau dari hasil pemeriksaan lainnya seperti CT-
Scan, MRI atau rontgen dari pasien yang menjadi sampel.

Data diolah dengan editing dan tabulating. Data yang terkumpul adalah data hasil
pengukuran intensitas nyeri pada carpal tunnel syndrome melalui Visual Analogue Scale
(VAS). Setelah diberikan intervensi fisioterapi, data yang diperoleh melalui VAS tadi
akan dilihat perkembangannya. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat pengaruh
pemberian modalitas fisioterapi pada kasus carpal tunnel syndrome dengan gangguan
nyeri.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Setelah dilakukan assessment fisioterapi terhadap sampel kasus yaitu pasien atas
nama Ny. M usia 45 tahun dengan gangguan nyeri didapatkan problematik fisioterapi
adanya nyeri gerak pada pergelangan tangan dan danya nyeri tekan pada area carpal
tunnel dextra dan sinistra. Selanjutnya dilakukan pengukuran nyeri sesudah pemberian
intervensi menggunakan VAS sehingga didapatkan hasil pengukuran sebagaimana
ditunjukan pada gambar 1.

Gambar 1. Hasil pengukuran visual analogue scale (VAS)

Hasil penelitian pada minggu pertama didapatkan hasil pengukuran dengan


menggunakan VAS pada terapi pertama yaitu masih sama seperti pada saat sebelum
dilakukan terapi.
berbeda – beda bila diukur dengan menggunakan VAS. Terapi ketujuh dengan Pada
terapi kedua yang telah dilakukan terdapat penurunan nyeri dengan hasil yaitu nyeri
diam 0 cm (tidak nyeri), nyeri tekan 5,2 cm (nyeri sedang), nyeri gerak palmar flexi 5,9
cm (nyeri sedang), nyeri gerak dorsal flexi 5,6 cm (nyeri sedang), nyeri radial deviasi 5,4
cm (nyeri sedang), nyeri gerak ulnar deviasi 5,4 cm (nyeri sedang).

Pada minggu keempat terdapat penurunan nyeri, namun penurunan nyeri tersebut
memperoleh angka yang hasil nyeri diam 0 cm (tidakn nyeri), nyeri tekan 3,9 cm (nyeri
ringan), nyeri gerak palmar flexi 3,9 cm (nyeri ringan), nyeri gerak dorsal flexi 3,7 cm
(nyeri ringan), nyeri gerak radial deviasi 3,5 cm (nyeri ringan), nyeri gerak ulnar deviasi

3
ISSN 2656-7733 jurnal.polanka.ac.id/index.php/JKIKT
Volume 2 No. 1 (April, 2020)

3,3 cm (nyeri ringan). Pada terapi terakhir yaitu terapi kedelapan didapatkan hasil nyeri
diam 0 cm (tidak nyeri), nyeri tekan 3,5 (nyeri ringan), nyeri gerak flexi wrist joint 3,4 cm
(nyeri ringan), nyeri gerak ekstensi wrist joint 3,2 cm (nyeri ringan), nyeri gerak radial
deviasi 2,9 cm (nyeri ringan), nyeri gerak ulnar deviasi 2,8 cm (nyeri ringan).

Hal ini menunjukan bahwa modalitas fisioterapi berupa ultrasound dan carpal bone
mobilization efektif dalam menurunkan nyeri, namun intervensi tersebut harus dilakukan
secara rutin dan berulang untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Pembahasan
Berdasarkan hasil data di atas, pemberian ultrasound dan carpal bone mobilization
yang diberikan selama 8 kali dalam 4 minggu efektif dalam menurunkan nyeri pada
pasien Ny. M yang memiliki carpal tunnel syndrome.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ono et al (2010) yang
menunjukkan bahwa ultrasound dapat mengurangi nyeri pada kasus carpal tunnel
syndrome dengan dosis dua kali seminggu. Nyeri dapat berkurang dikarenakan efek
thermal yang dihasilkan oleh ultrasound. Efek thermal tersebut mengakibatkan dilatasi
pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan aliran darah yang membawa oksigen dan
nutrisi menjadi lebih lancar sehingga nyeri berkurang (Sugijanto & Bimantoro, 2008).
Menurut Hayes & Hall (2016), penggunaan ultrasound pada kondisi carpal tunnel
syndrome menunjukkan hasil yang lebih baik dibanding terapi dengan modalitas lain.
Hal ini dilihat dari penurunan nyeri secara signifikan setiap minggunya. Menurut
Bakhtiary & Rashidy-Pour (2004), ultrasound lebih efektif dalam mengurangi nyeri
sebanding dengan penggunaan splint atau suntikan kortikosteroid.

Sementara itu, penelitian lain oleh Tal-Akabi & Rushton (2000) menunjukkan bahwa
carpal bone mobilization dapat mengurangi nyeri akibat carpal tunnel syndrome dengan
dosis dua kali seminggu selama 3 minggu. Menurut Paramita (2017) carpal bone
mobilization memiliki dua macam teknik yaitu gerakan traksi dan mobilisasi sendi.
Gerakan traksi yang dilakukan pada tulang carpal dan permukaan sendi dapat
mengurangi gaya tekan pada sendi. Gaya tekan sendi yang berkurang akan
menurunkan tekanan di dalam terowongan carpal sehingga penekanan yang terjadi
pada saraf medianus juga akan berkurang. Sedangkan mobilisasi sendi yang berupa
fleksi dan ekstensi pada pergelangan tangan dapat memunculkan efek analgesik dan
meningkatkan elastisitas struktur sendi. Teknik mobilisasi ini dapat menurunkan nyeri
sehingga memungkinkan perluasan gerak dan menambah mobilitas pergelangan
tangan. Penelitian tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghunay
& Alp (2015) yang menyebutkan bahwa terdapat penurunan nyeri pada kelompok
sampel yang diberikan carpal bone mobilization.

KESIMPULAN
Penatalaksanaan fisioterapi dengan menggunakan ultrasound dan carpal bone
mobilization dapat mengurangi nyeri pada carpal tunnel syndrome.

DAFTAR PUSTAKA
Arovah, N. I. (2010). Dasar – Dasar Fisioterapi pada Cedera Olahraga. Yogyakarta: FIK
UNY.
Bakhtiary, A. H., & Rashidy-Pour, A. (2004). Ultrasound and Laser Therapy in The
Treatment of Carpal Tunnel Syndrome. Aust J Physiother, 50(3), 147-151.

4
ISSN 2656-7733 jurnal.polanka.ac.id/index.php/JKIKT
Volume 2 No. 1 (April, 2020)

Ghunay, B., & Alp, A. (2015). The Effectiveness of Carpal Bone Mobilization
Accompanied by Night Splinting in Idiopathic Carpal Tunnel Syndrome. Turk J
Phys Med Rehab, 61, 45-50.
Hayes, K., & Hall, K. (2016). Agen Modalitas untuk Praktik Fisioterapi (6th ed). Jakarta:
EGC.
Ibrahim, I., Khan, W. S., Goddard, N., & Smith, P. (2012). Carpal Tunnel Syndrome: A
Review of the Recent Literature. Open Orthop J, 6: 69-76.
Jagga, V., Lehri, A., & Verma, S. K. (2011). Occupation and Its association with Carpal
Tunnel Syndrome – A Review. J Exer Sci Physiother, 7(2): 68-78.
Morina, F., Bytyqil, C., Mustafa, A., & Morina, G. (2012). Carpal Tunne Syndrome:
Diagnosis and Surgical Treatment: Clinic of Orthopedics, University Clinical Center
of Kosova, Prishtina, Kosova.
Newington, L., Harris, E. C., & Walker-Bone, K. (2015). Carpal Tunnel Syndrome and
Work. Best Pract Res Clin Rheumatol, 29(3): 440-453.
Ono, S., Clapham, P. J., & Chung, K. C. (2010). Optimal Management of Carpal Tunnel
Syndrome. Int J Gen Med, 3: 255-261.
Paramita, G. P. P. (2017). Efektifitas Kombinasi Carpal Bone Mobilization dengan Nerve
and Tendon Gliding terhadap Penurunan Nyeri Akibat Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) pada Ibu PKK Kecamatan Sukosari Bondowoso. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Malang.
Sugijanto & Bimantoro, A. (2008). Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan
Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto Stretching
terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Myofacial Otot Upper
Trapezius. Jurnal Fisioterapi Indonesia, 8(1): 1-24.
Tal-Akabi, A., & Rushton, A. (2000). An Investigation to Compare the Effectiveness of
Carpal Bone Mobilisation and Neurodynamic Mobilisation as Method of Treatment
for Carpal Tunnel Syndrome. Man Ther, 5(4): 214-222.
Tarwaka. (2008). Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan Implementasi K3
di Tempat Kerja. Surabaya: Harapan Press.
Woodall, C. (2012). Clinical Guideline for The Conservative Management of Carpal
Tunnel Syndrome. Advanced Musculosceletal Physiotherapist: Clinical Guideline
Ratification Group.

5
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI ULTRA SOUND DAN
TERAPI LATIHAN PADA KASUS CARPAL TUNNEL
SYNDROME SINISTRA DI RSUD PROF. Dr. MARGONO
SOEKARJO PURWOKERTO
Vega Indra Utama1 Nur Susanti2
(1) Program Studi D III Fisiotrapi Fakultas Imu Kesehatan
(2) Universitas Pekalongan

Abstract

Carpal tunnel syndrome is a symptom that occurs due to the emphasis on N. The median is the
cause of repetitive motion or trauma. The objectives to be achieved, namely, reduce pain, increase
range of motion, increase muscle strength, and enhance the functional activity of the patient. The
objectives are: increase muscle strength in the left wrist area, increase range of motion left wrist,
and restore functional activity with respect to the functional activity of the left hand.
In helping to overcome these problems can be used modalities of ultrasound physiotherapy and
exercise therapy. And the results obtained at the end of therapy include: increased muscle strength,
increase range of motion, and the enhancement of functional activity. Based therapy is carried out
for 6 times to get the following results: (1) an increase in muscle strength of dorsal flexion of T1 to
T6 = 4 = 5, Palmar flexion T1 to T6 = 3 = 4, (2) an increased range of motion Active dorso palmar
flexion T1 = 50 º -0 º -55 º to T6 = 50 º -0 º -60 º.

Keywords: Carpal Tunnel Syndrome Sinistra with U.S. modalities (ultra sound) and exercise
therapy.

PENDAHULUAN Fisioterapi adalah ilmu yang


mempelajari upaya - upaya manusia
Pembangunan kesehatan pada
dalam mencapai derajat kesehatan
hakekatnya merupakan bagian dari
yang dibutuhkan melalui
pembangunan nasional yang antara
penanggulangan masalah gerak
lain mempunyai tujuan untuk
fungsional individu dan masyarakat
mewujudkan bangsa yang maju dan
dengan penerapan sumber fisis dan
mandiri serta sejahtera lahir dan
mekanis (Deklarasi IFI, 2000).
batin. Salah satu ciri bangsa yang
mempunyai derajat kesehatan yang Fisioterapi sebagai salah satu
tinggi dengan mutu kehidupan yang pelaksanaan pelayanan kesehatan
baik, dan mempunyai sikap kejiwaan ikut berperan dan bertanggung jawab
yang menopang dan mendorong dalam peningkatan derajat kesehatan,
kreativitas. meliputi masalah gerak dan fungsi

35
dengan kajian menyangkut aspek X : Keadaan pasien belum
peningkatan (promotif), aspek diberikan program fisioterapi
pencegahan (preventif), aspek Y : Keadaan pasien setelah
penyembuhan (kuratif), aspek diberikan program fisioterapi
pemulihan dan pemeliharaan Z : Program fisioterapi
(rehabilitatif) untuk mewujudkan Permasalahan yang timbul sebelum
program pemerintah yaitu Indonesia pasien menjalani program terapi
Sehat 2010 (DepKes RI, 1999). adalah pasien mengalami rasa nyeri,
ba’al, dan kesemutan pada
METODE PENELITIAN pergelangan tangan kirinya, terutama
1. Pendekatan dari ibu jari sampai ½ jari ke 3,
Dalam penelitian ini penulis pasien belum mampu untuk
menggunakan metode deskriptif melakukan aktivitas sehari-hari
Analitik untuk mengetahui dirumah sehubungan dengan
assessment dan perubahan yang aktivitas tangan kirinya. Kemudian
dapat diketahui. Rancangan pasien menjalani pemeriksaan
penelitian yang digunakan adalah fisioterapi yang berupa nyeri dengan
studi kasus. skala VDS, pemeriksaan kekuatan
2. Desain Penelitian otot dengan MMT, pemeriksaan
Penelitian ini dilakukan dengan cara lingkup gerak sendi dengan
melakukan interview dan Goneometer, dan dilakukan test
observasional pada seseorang pasien spesifik berupa : phalen test, tinnel
dengan kondisi Carpal Tunnel test, phrayer test. Setelah melakukan
Syndrome Sinistra. Desain penelitian pemeriksaan didapatkan
digambarkan sebagai berikut: permasalahan kapasitas fisik dan
kemampuan fungsional, oleh
X Y fisioterapis pasien diberi modalitas
Ultra Sound (US) dan terapi latihan.
Dengan pemberian tersebut
Z
diharapkan adanya peningkatan pada
Keterangan: kapasitas fisik dan kemampuan

36
fungsional pada pergelangan tangan 0 : tidak dapat berkontraksi
kiri pasien. 1 : ada kontraksi tetapi tidak ada
pergerakan sendi
Instrumen Penelitian 2 : ada gerakan, tidak
dapat melawan gravitasi, gerakan full
1. Nyeri dengan skala VDS ROM
VDS (Value Descriptive Skale), 3 : gerakan full ROM,
Dengan definisi merupakan cara dapat melawan gravitasi
pengukuran derajat nyeri yang tanpa adanya tahanan
terdiri dari angka 1-7. Untuk 4 : mampu melawan gravitasi
skala penilaian yaitu : 1 : Tidak gerakan full ROM dengan tahanan
nyeri, 2 : Nyeri sangat ringan, 3 : minimal,
Nyeri ringan, 4 : Nyeri tidak 5 : mampu melawan gravitasi
begitu berat, 5 : Nyeri cukup gerakan full ROM dengan tahanan
berat, 6 : Nyeri berat, 7 : Nyeri maksimal.
tidak tertahankan.
2. Kekuatan otot dengan MMT 3. Lingkup Gerak Sendi (LGS)
Yaitu suatu cara yang Yaitu cara yang dilakukan oleh
dilakuakan oleh fisioterapi untuk fisioterapi untuk mengetahui
mengetahui besarnya nilai kekuatan besarnya lingkup gerak yang bisa
otot yang dilakuakn dengan cara dilakukan pada suatu sendi. disini
menggerakkan anggota gerak baik itu penulis menggunakan alat yaitu
dari pasien sendiri ataupun dari goneometer untuk mengukur LGS
fisioterapis. Pemeriksaan kekuatan dengan kriteria derajat normal pada
otot biasanya dilakukan dengan pergelangan tangan sebagai berikut:
MMT (Manual Muscle Testing) yang Sagital : 50° - 0° - 60°
berfungsi untuk menentukan derajat Frontal : 20° - 0° - 30°
kelemahan otot atau mengetahui 4. Spasme otot dengan palpasi
kemampuan pasien dalam Spasme otot dilakukan dengan
mengkontraksikan otot atau group cara palpasi yaitu: dengan jalan
otot secara voluntary. menekan dan memegang organ atau

37
bagian tubuh pasien untuk 2. Data sekunder
mengetahui kelenturan otot bahu, a. Studi Dokumentasi
misal terasa kaku, tegang atau lunak. Pada dokumentasi penulis
Untuk kriteria penilaiannya sebagai mengamati dan mempelajari data
berikut: status pasien di RSUD Prof. Dr.
Nilai 0 : tidak spasme Margono Soekarjo Purwokerto.
Nilai 1 : spasme ringan b. Studi Pustaka
Nilai 2 : spasme sedang Dari buku-buku, kumpulan
Nilai 3 : spasme berat artikel, dan bahan kuliah yang
Prosedur Pengambilan Data berkaitan dengan kasus carpal tunnel
1. Data primer sydrome sinistra.
a. Pemeriksaan fisik Anatomi dan Fisiologi
Bertujuan mengetahui
Pergelangan tangan
keadaan fisik pasien yang
dibentuk oleh beberapa jaringan
pemeriksaannya meliputi: tanda vital,
antara lain : tulang, tendon, otot,
inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi,
ligament, kapsul sendi dan
pemeriksaan gerak dasar, dan
beberapa saraf yang
kemampuan fungsional.
menginervasi daerah tangan.
b. Interview
Carpal Tunnel di bentuk oleh
Metode ini dengan cara tanya
fleksor retinakulum yaitu
jawab antara terapis dengan pasien
transvers carpal ligament dan
atau anamnesis langsung dengan
palmar carpal ligament yang
pasien, tetapi anamnesis ini bisa juga
kuat sebagai atapnya sedangkan
dilakukan pada orang lain atau
bagian bawah dibentuk oleh
keluarga yang mengetahui keadaan
tulang carpal yang terdiri dari 8
pasien atau kondisi pasien.
tulang : Scapoideum, Lunatum,
c. Observasi Triquetrum, Pisiforme untuk
Dilakukan untuk mengetahui bagian proksimal, sedangkan
perkembangan pasien selama untuk bagian distal adalah tulang
diberikan terapi. Trapezium, Trapezoideum,

38
Capitatum, Hamatum. Carpal hamatum disebelah medial kira-
Tunnel dilalui nervus medianus kira 3 cm kedalam palmar. Otot-
yang kearah distal, Fleksor otot lengan bawah yang disarafi
Digitorum Superficialis (FDS), oleh nervus medianus antara lain:
Fleksor Digitorum Profunda m. pronator teres, m. flexor
(FDP), Fleksor Poliscis Longus carpi radialis, m. palmaris
(FPL). longus, m. flexor digitorum
Nervus medianus provundus, m.flexor pollicis
dipercabangkan dari pleksus longus dan pronator quadratus.
brachialis dengan dua buah Nervus medianus
kaput. Kedua kaput tersebut mensarafi otot-otot fleksor
berasal dari fasikulus lateral dan lengan bawah dan otot-otot
fasikulus medial. Kedua kaput fleksor pergelangan tangan
tersebut bersatu pada bawah otot sehingga apabila ada lesi yang
pektoralis minor, jadi serabut- mengenai nervus medianus akan
serabut dari dalam trunkus menyebabkan terjadinya
berasal dari tiga segmen servical penurunan sensoris pada bagian
yang bawah dan dari segmen volar lengan bawah, daerah
thorakal pertama medulla spinalis palmar tangan jari 1, 2, 3 dan
didalam lengan atas bagian setengah jari ke-4.
bawah n. brakialis ini bercabang
Biomekanik
menjadi 3. Nervus medianus ini
berjalan sepanjang arteri Ditinjau dari morfologinya
brachialis dan lewat sisi palmar termasuk artikulasio ellipsoidea,
lengan bawah dimana serabut ini tetapi fungsinya sebagai
menuju telapak tangan dengan artikulatio gluboidea. Gerakan
melewati terowongan carpal yang terjadi pada persendian itu
berbentuk silinder yang ditutupi yaitu fleksi dengan lingkup gerak
oleh ligamen carpi trasversum sendi 60º, ekstensi 50º, ulnar
dan membentang dari tulang deviasi 30º, dan untuk radial
skapoideum sampai tulang deviasi 20º. Derajat fleksi dan

39
dan ulnar deviasi lebih besar dalam Carpal Tunnel pada
dibandingkan dengan gerakan pergelangan tepatnya di
ekstensi dan radial deviasi, hal ini bawah fleksor retinakulum.
disebabkan karena bentuk Sindrom ini terjadi akibat
permukaan sendi radius dari kenaikan tekanan dalam
ligamen bagian dorsal lebih terowongan yang sempit
kendor dari pada bagian palmar. yang dibatasi oleh tulang-
tulang carpal serta ligament
Pada gerakan radial
carpi tranversum yang kaku
deviasi terjadi gerakan rolling
sehingga menjebak nervus
tulang karpal dan sliding kearah
medianus (Rambe, 2004).
ulnar. Sedangkan pada gerakan
palmar fleksi tulang karpal Ada beberapa
rolling ke ventral dan sliding ke penyebab mengenai patologi
dorsal. dari Carpal Tunnel Syndrome
(CTS). Pada umumnya
Patologi
karena faktor mekanik, faktor
1. Definisi
non mekanik dan faktor
Carpal Tunnel Syndrome
vaskuler, ketiga faktor ini
(CTS) merupakan gangguan
memegang faktor penting
umum yang berhubungan
dalam terjadinya CTS. Pada
dengan pekerjaan yang
umumnya CTS terjadi secara
disebabkan gerakan
kronis dimana terjadi
berulang-ulang dan posisi
penebalan fleksor
yang menetap pada jangka
retinakulum yang
waktu yang lama yang dapat
menyebabkan tekanan
mempengaruhi saraf, suplay
terhadap nervus medianus.
darah ke tangan dan
a. Gerakan berulang dengan
pergelangan tangan. Carpal
kontraksi yang kuat
Tunnel Syndrome
menimbulkan
merupakan neuropati
pembengkakan sarung
terhadap nervus medianus di

40
tendon kemudian iskemik saraf. Keadaan iskemik
menimbulkan tekanan
ini kemudian diperberat oleh
pada sarung tendon.
peninggian tekanan intravaskuler
b. Tekanan yang berulang-
yang menyebabkan berlanjutnya
ulang, kuat dan lama akan
gangguan aliran darah.
menyebabkan peninggian
Selanjutnya terjadi vasodilatasi
tekanan intravaskuler.
yang menyebabkan odema
Akibatnya aliran darah
sehingga kerja saraf dan darah
intravaskuler melambat,
terganggu, akibatnya terjadi
kongesti yang terjadi ini
kerusakan saraf tersebut.
akan menggangu nutrisi
2. Etiologi
intravaskuler lalu diikuti

hipoksia kemudian Terowongan karpal


yang sempit selain dilalui
anoksia yang akan
oleh nervus medianus juga
merusak endotel dan dilalui oleh beberapa tendon

menimbulkan nyeri lokal. fleksor (fleksor carpi ulnaris,


fleksor carpi radialis, fleksor
Kerusakan endotel akan
digitorum sublimes dan
menyebabkan kebocoran palmaris longus). Setiap

protein sehingga terjadi kondisi yang mengakibatkan


semakin padatnya
edema epineural.
terowongan ini dapat
Pada keadaan akut CTS terjadi mengakibatkan penekanan
pada nervus medianus
karena penekanan yang melebihi
sehingga timbul CTS. Pada
tekanan perfusi kapiler sehingga
sebagian kasus etiologinya
terjadi mikrosirkulasi dan timbul tidak diketahui, terutama

41
pada pasien lanjut usia. lupus eritematosus
Beberapa pakar sistemik.
menghubungkan gerakan f. Degeneratif;
yang berulang-ulang pada osteoarthritis.
pergelangan tangan dengan Obyek Yang Dibahas
bertambahnya resiko
a. Nyeri
penderita serta gangguan
pada kasus ini: Nyeri ini disebabkan
a. Adanya rasa sakit di oleh penekanan pada
pergelangan tangan atau retinakulum dan penjepitan
tangan yang menjalar ke nervus medianus yang
arah proximal. mengakibatkan peninggian

b. Trauma; dislokasi, tekanan intravesikuler.

fraktur, atau hematom Akibatnya aliran darah vena

pada lengan bawah, intravesikuler melambat dan

pergelangan tangan dan terjadi peregangan pada

tangan, sprain ligamen.

pergelangan tangan, b. Parestesia


trauma langsung pada
Terjadi karena
pergelangan tangan.
penjepitan pada nervus
c. Parestesia dan gangguan medianus yang
sensibilitas yang lain. mengakibatkan aliran darah
d. Adanya perpindahan ke otot-otot yang disarafi oleh
salah satu atau lebih nervus medianus berkurang
carpalia, trauma, arthritis (Rambe, 2004).
pergelangan tangan.
c. Penurunan kekuatan otot
e. Penyakit kolagen
Penurunan kekuatan
vaskuler; artritis
otot pada kondisi carpal
rematoid, polimialgia
tunnel syndrome ini
reumatika, slerodema,
disebabkan oleh adanya

42
nyeri, jika nyeri terjadi dalam Karena immobilisasi
jangka waktu yang panjang yang terlalu lama pada
maka akan mengakibatkan penderita Carpal Tunnel
otot dalam keadaan inaktif Syndrome tahap lanjut dapat
atau digunakan tidak dijumpai atrofi pada otot
maksimal sehingga yang di sarafi nervus
elastisitasnya berkurang dan medianus yaitu otot-otot
terjadi penurunan kekuatan tenar.
otot.
d. Keterbatasan LGS HASIL DAN PEMBAHASAN

Adanya nyeri yang 1. Nyeri

timbul saat digerakkan, maka Jenis Nyeri T1 T2 T3 T4 T5 T6


Nyeri diam 1 1 1 1 1 1
pasien pada kasus ini akan
Nyeri tekan 3 3 3 3 3 3
merasa takut untuk
Nyeri gerak 4 4 4 3 3 3
menggerakkan tangannya

terutama gerakan fleksi-


Dari tabel di atas didapat
ekstensi. Jika hal itu terjadi hasil data sebagai berikut: nyeri diam
dalam waktu yang lama maka T1 = 1 masih tetap T6 = 1, nyeri
tekan T1 = 3 masih tetap T6 = 3,
akan terjadi penurunan
nyeri gerak T1 = 4 menjadi T6 = 3.
stabilitas dari jaringan sekitar
2. Kekuatan otot
pergelangan tangan yang
Grup otot T1 T2 T3 T4 T5 T6
dapat menghambat gerakan
Dorsal Fleksi 4 4 4 5 5 5
sendi pergelangan tangan itu Palmar Fleksi 3 3 3 4 4 4

sendiri. Ulnar Deviasi 5 5 5 5 5 5


Radial Deviasi 5 5 5 5 5 5
e. Atropi

43
Dari tabel dilihat bahwa pada sendi terjadi

setelah melakukan latihan selama 6 penambahan nutrisi

kali terjadi peningkatan kekuatan makanan dan zat atau

otot, untuk Dorsal fleksi wirst dari enzim, yang berakibat

T1= 4 menjadi T6=5 untuk Palmar mencegah timbulnya

fleksi wrist T1 3 menjadi T6 4 untuk perlengketan jaringan

ulnar deviasi wrist T1 5 tetap T6 5 pada daerah sekitar sendi,

untuk radial deviasi wrist T1 5 tetap maka LGS akan

T6 5. bertambah.

3. Lingkup gerak sendi Kesimpulan


Carpal Tunnel Syndrome
LGS T1 T2 T3 T4 T5 T6
adalah suatu sindroma akibat
Aktif dorso 50º-0º-55º 50º-0º-55º 50º-0º-55º 50º-0º-55º 50º-0º-60º 50º-0º-60º
palmar fleksi adanya penekanan nervus
Aktif ulnar 30º-0º-20º 30º-0º-20º 30º-0º-20º 30º-0º-20º 30º-0º-20º 30º-0º-20º
radial deviasi medianus pada terowongan
Pasif dorso 50º-0º-60º 50º-0º-60º 50º-0º-60º 50º-0º-60º 50º-0º-60º 50º-0º-60º
palmar fleksi carpal dengan derajat penekanan
Pasif ulnar 30º-0º-20º 30º-0º-20º 30º-0º-20º 30º-0º-20º 30º-0º-20º 30º-0º-20º
radial deviasi yang bervariasi dari ringan
sampai berat. Munculnya
Dengan gerakan aktif
keadaan tersebut disebabkan
maupun pasif akan oleh adanya berbagai kondisi

merangsang proprioseptif komplek, artinya syndroma ini


jarang muncul sendiri tanpa
dengan perubahan
adanya kondisi lain sebagai
panjang otot pada saat pencetus carpal tunnel syndrome

terjadi kontraksi otot, sendiri mempunyai gejala dan


tanda klinis yang beragam
darah akan mengalir ke
tergantung derajat kerusakan
jaringan tubuh. Sehingga nervus medianus yang tertekan.

44
Fisioterapi merupakan Sujatno.com/2002/01/Carpal Tunnel
salah satu pilihan terapi dari Syndrome.html
berbagai macam terapi yang bisa
Akses 30 April 2012;
diberikan pada kondisi ini.
http://medicastore.com/penyakit/333/
Prinsip dasar dari pemberian
Carpal Tunnel Syndrome.html,
fisioterapi adalah untuk
Rambe, 2004.
menyelesaikan masalah yang
muncul dari titik terendah Akses 6 Mei 2012;
bahkan sampai menghilang http://alatterapi.wordpress.com/categ
permasalahan. ory/jenis massage/

Modalitas fisioterapi Akses 6 Mei 2012;


yang dapat diberikan pada http://drsyahidamd.blogspot.com/201
kondisi ini adalah : ultra sonic, 0/09/parese-nervus-medianus.html
dan Terapi Latihan. Dalam
Anonim; Susunan Saraf dan Gejala
pelaksanaan terapi, selain
Umum Gangguannya; Fakultas
kondisi modalitas yang
Fisioterapi Universitas Esa Unggul,
digunakan pengetahuan dan
Jakarta, 2003.
ketrampilan fisioterapis
memegang peranan penting Appley. A. Graham dan Louis
terhadap keberhasilan program Salomon; (1993), Buku Ajar
terapi. Orthopedi dan Fraktur System
Appley, edisi ke Tujuh, Widya
Medika, Jakarta, hal 1-23.
DAFTAR PUSTAKA
Akses 23 Mei 2012; Chucid, J.G.; Neuroanatomi

http://en.wikipedia.org/wiki/Venous_ Korelatif dan Neuro Fungsional;

statis cetakkan kedua, Gajah Mada


Universitas Press, Yogyakarta, 1999.
Akses 3 Mei 2012;
http://200265069fisio.blogspot Exercise Foundation and Technique.
Third Edition, F.A David

45
Company, Cameron; 1999, hal 47- Parjoto; Segi Praktis Fisioterapi;
49, 273-350. edisi kedua, Binarupa Aksara, 2002.

Lumbantobing, S.M; Neurologi Rambe, MS, PT dan Miclhovizt, MS


Klinis Pemeriksaan Fisik dan PT; (2004), Therapeutic
Mental; Fakultas Kedokteran
Sujatno dkk; Segi Praktis Fisioterapi;
Universitas Indonesia, Jakarta, 1999.
edisi kedua, Binarupa Aksara, 2002.
Lumbantobing, S.M; Neurologi
Klinis Pemeriksaan Fisik dan
Mental; David Ovedoff, 2002.

46

You might also like