Professional Documents
Culture Documents
Mella Cts
Mella Cts
Abstract
Background: Carpal tunnel syndrome (CTS) is a collection of symptoms and signs of disease caused by
squeezing of the median nerve in the carpal tunnel in the wrist. This CTS condition is one of the most common
types of neuropathy. This syndrome arises with symptoms of pain, numbness, and weakness in the hands due to
compression of the median nerve. Carpal tunnel syndrome is a syndrome associated with repetitive motion and
a fixed position for a long duration so that it affects the blood supply to the hands and causes pain. Objective:
This research is aimed at sufferers of Carpal Tunnel Syndrome condition to reduce pain. Physiotherapy
interventions given in CTS conditions, namely pain reduction that can be done with various actions including by
providing Neuromuscular Taping technique. Research Method: Case study with pre and post test research
design that compares the level of pain values before and after which is measured by measuring instruments
Visual Analogue Scale (VAS) for the administration of Neuromuscular Taping intervention in the condition of
carpal tunnel syndrome for 3 weeks. Results: Analysis of the different values of pain tests with VAS in the
sample group with a significance value of 0.006 which shows <0.05 which means there is an influence of giving
Neruromusculer taping to changes in the VAS pain level in patients with Carpal Tunnel Syndrome.
Keywords : Carpal Tunnel Syndrome, Physiotherapy, Neuromuscular Taping, Visual Analogue Scale, Case
Study
Abstrak
Latar Belakang: Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan kumpulan gejala dan tanda penyakit yang
disebabkan oleh terjepitnya saraf medianus di terowongan karpal pada pergelangan tangan. Kondisi CTS ini
merupakan salah satu jenis neuropati yang paling sering terjadi. Sindrom ini timbul dengan gejala nyeri, baal,
dan kelemahan pada tangan akibat penekanan nervus medianus. Carpal tunnel syndrome merupakan suatu
syndrome yang berhubungan dengan gerakan yang berulang (repetitive motion) dan posisi yang menetap pada
durasi yang lama sehingga memperngaruhi suplai darah ke tangan dan menimbulkan rasa nyeri. Tujuan:
Penelitian ini ditujukan kepada penderita kondisi Carpal Tunnel Syndrom untuk mengurangi nyeri. Intervensi
fisioterapi yang diberikan pada kondisi CTS yaitu penurunan nyeri yang dapat dilakukan dengan berbagai
tindakan diantaranya dengan pemberian teknik Neuromuskuler Taping Metode Penelitian: Case study dengan
desain penelitian pre and post test yaitu membandingkan antara tingkat nilai nyeri sebelum dan sesudah yang
diukur dengan alat ukur Visual Analogue Scale (VAS) terhadap pemberian intervensi Neuromuskuler Taping
pada kondisi carpal tunnel syndrome selama 3 mingggu. Hasil: Analisa uji beda nilai nyeri dengan VAS pada
kelompok sampel dengan nilai signifikasi yaitu 0,006 yang menunjukkan < 0.05yang bermakna ada pengaruh
pemberian Neruromusculer taping terhadap perubahan tingkat nyeri VAS penderita Carpal Tunnel Syndrom.
Kata kunci : Carpal Tunnel Syndrom, Fisioterapi, Neuromuskuler Taping, Visual Analogue Scale, Case Study
12
1. Pendahuluan terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada
Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan tulang-tulang kecil sehingga terjadi penekanan
kumpulan gejala dan tanda penyakit yang terhadap nervus medianus dipergelangan tangan.
disebabkan oleh terjepitnya saraf medianus di Nyeri yang diakibatkan oleh kondisi carpal tunnel
terowongan karpal pada pergelangan tangan. syndrome timbul ketika jaringan sedang rusak, dan
Kondisi CTS ini merupakan salah satu jenis menyebabkan individu bereaksi untuk
neuropati yang paling sering terjadi. Sindrom ini menghilangkan rasa nyeri.
timbul dengan gejala nyeri, baal, dan kelemahan National Health Interview Study (NIHS)
pada tangan akibat penekanan nervus medianus. memperkirakan bahwa prevalensi CTS yang
Carpal tunnel syndrome merupakan suatu dilaporkan sendiri diantara populasi dewasa adalah
syndrome yang berhubungan dengan gerakan yang
sebesar 1,55% (2,6 juta). CTS lebih sering
berulang (repetitive motion) dan posisi yang
menetap pada durasi yang lama sehingga mengenai wanita daripada pria, dengan usia
memperngaruhi suplai darah ke tangan dan berkisar 25 – 64 tahun. Prevalensi tertinggi pada
menimbulkan rasa nyeri. wanita usia >55 tahun. Biasanya antara 40 – 60
Penelitian yang dilakukan oleh Armsrong tahun. Prevalensi CTS dalam populasi umum telah
(2008) di kawasan indsutri kerja ada empat sebagai diperkkirakan 5% untuk wanita dan 0,6% untuk
faktor kontrol dari perkembangan Carpal tunnel laki-laki. CTS adalah jenis neuropati jebakan yang
syndrome yaitu jenis kelamin, usia, index massa
paling sering ditemui. Sindroma CTS ini uniletaral
tubuh (IMT) dan penyakit penyerta. Carpan tunnel
syndrome merupakan hasil dari kombinasi kondisi pada 42% kasus (29% kanan, 13% kiri) dab 58%
kesehatan dan aktivitas fisik yang berulang yang bilateral [3].
dapat meningkatkan tekanan pada nervus medianus Menurut data RSUD Arifin Achmad
saat melewati terowongan karpal. Pekanbaru pada tahun 2012 ditemukan pada 15
Carpal Tunnel Syndrome adalah neuropati kasus besar di instalasi rehabilitasi medik RSUD
akibat terjepitnya saraf yang terjadi ketika saraf Arifin Achmad Pekanbaru pasien rawat jalan
medianus pada pergelangan tangan tergencet oleh dengan kondisi Carpal tunnel syndrome berada
pembungkus tendon fleksor yang mengalami pada urutan ke 10 dengan jumlah penderita 281
penebalan, terkaitnya tulang, odema atau massa dengan jumlah keseluruhan pasien pada kasus
jaringan lunak. Menurut Long, carpal tunnel besar di instalasi rehabilitasi medik RSUD Arifin
syndrome disebabkan oleh tekanan pada nervus Achmad pekanbaru 10.949. Resiko terjadinya
median dari pergelangan tangan. Kondisi ini biasa carpal tunnel syndrome 10% lebih banyak pada
terjadi pada usia pertengahan, pada wanita gemuk orang dewasa. Wanita beresiko tiga kali lipat lebih
kemungkinan terjadi akibat dari trauma atau banyak dari pada pria dan terbanyak terjadi pada
pembengkakan yang disebabkan oleh proses usia 40-50 tahun.
rheumatoid arthritis [1]. Salah satu pelayanan kesehatan untuk
Carpal tunnel syndrome adalah salah satu dari menangai permasalahan gerak dan fungsi dalam
3 jenis penyakit yang tersering di dalam golongan pemeliharaan dan peningkatan kualitas hidup
Cummulative Trauma Disorders (CTD) dengan manusia yaitu pelayanan fisioterapi. Pada kondisi
prevalensi sebesar 40%, sedangkan CTD nyeri yang diakibatkan oleh kondisi carpal tunnel
merupakan penyebab lebih dari 50% penyakit syndrome yaitu dengan memberikan
akibat kerja pada anggota gerak atas. Sebagai salah neuromuscular taping. Neuromusculer taping
satu dari 3 jenis penyakit tersering di dalam adalah salah satu metode terapi biomekanikal yang
golongan CTD pada ekstremitas atas, prevalensi inovatif dengan stimulasi kompresi dan dekompresi
STK besarnya 40%, tendosinovitis yang terdiri dari untuk menghasilkan efek yang positif pada sistem
trigger finger sebesar 32% dan De Quervan’s saraf, vaskuler dan limfatik. Efek neuromuskuler
syndrome 12%, sedangkan epicondilitis sebesar taping pada level sensoris dapat menstimulasi
20% [2]. kutaneus, otot, resepteor sendi dan mengontrol
Pada tahap awal gejala yang paling sering nyeri [4].
muncul di malam hari ketika tangan dalam kondisi Neuromuscular Taping (NMT) dengan
istirahat. Dengan perkembangan penyakit lebih aplikator tape menciptakan kekuatan eksentrik
lanjut, gejala-gejala juga akan muncul di siang hari, yang diterapkan pada kulit dan berperan dalam
terutama dengan kegiatan yang menggunakan mengatur sensorik dan system propioseptif.
gerakan pergelangan tangan yang berulang, seperti Neuromuscular Taping (NMT) memodifikasi input
ketika menggambar, menjepit, mengetik, mencuci sensorik yaitu diintegrasikan oleh system saraf
atau gerakan memeras. Pada penyakit yang lebih pusat dan digunakan untuk membantu proses
lanjut, gejalanya nyeri terjadi secara menetap. eksekusi program motor yang dikenal dengan
Rasa nyeri ini terjadi akibat penyempitan pada integrasi sensomotoris. NeuroMuscular Taping
terowongan karpal, baik akibat edema fasia pada (NMT) memiliki fungsi menormalkan fungsi otot,
13
meningkatkan aliran limfik dan pembuluh darah, Penyebab lain yang menyebabkan terjadinya
mengurangi rasa sakit, menguatkan otot yang kondisi CTS yaitu faktor mekanik, faktor non
lemah, dan membantu postural dan rileksasi otot mekanik dan faktor vaskuler, ketiga faktor ini
yang terlalu sering digunakan [5]. memegang faktor penting dalam terjadinya carpal
tunnel syndrome. Pada umumnya carpal tunnel
2. Tinjauan Pustaka syndrome terjadi secara kronis dimana terjadi
2.1 Patofisiologi penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan
Carpal Tunnel Syndrome adalah gejala tekanan terhadap nervus medianus
neuropati kompresi dari N. medianus di
tingkat pergelangan tangan, ditandai dengan bukti 2.2 Metode dan Teknik Intervensi
peningkatan tekanan dalam terowongan karpal dan 2.2.1 Neuromuskuler Taping (NMT)
penurunan fungsi saraf di tingkat itu. Carpal a. DefinisiNeuroMuscular Tapping
Tunnel Syndrome dapat disebabkan oleh berbagai NeuroMuscular Taping (NMT) adalah aplikasi
penyakit, kondisi, dan peristiwa. Hal ini ditandai spesifik dari pita perekat elastis ke permukaan kulit
dengan adanya keluhan mati rasa, kesemutan, dengan teknik stimulasi eksentrik menghasilkan
nyeri tangan dan lengan, dan disfungsi otot. dekompresi dan dilatasi pada daerah yang tertutupi
Kelainan ini tidak dibatasi oleh usia, jenis yang digunakan untuk tujuan terapeutik. NMT
kelamin, etnis, atau pekerjaan melainkan bertujuan untuk mengurangi sumbatan dari cairan
disebabkan karena penyakit sistemik, faktor tubuh, meningkatkan sirkulasi pembuluh darah dan
mekanis dan penyakit lokal [6]. kelenjar getah, menurunkan kelebihan panas, dan
Carpal tunnel syndrome (CTS) adalah memperbaiki homoestasis jaringan, mengurangi
entrapment neuropathy (jebakan saraf) yang peradangan dan hipersensitivitas reseptor nyeri
disebabkan oleh kompresi saraf medianus saat b. Efek Neuromuscular Tapping
melewati terowongan karpal pada pergelangan Penerapan NMT mampu merangsang
tangan. Kondisi ini merupakan jebakan saraf yang mechanoceptors kulit. Reseptor ini mengaktifkan
paling umum, mencakup 90% dari semua impuls saraf ketika beban mekanik (sentuhan,
neuropati. Gejala pertama dari carpal tunnel tekanan, getaran, peregangan dan gatal) membuat
syndrom termasuk nyeri, mati rasa dan parestesia. deformasi. Aktivasi oleh stimulus yang memadai
Gejala-gejala ini umumnya muncul, dengan menyebabkan depolarisasi lokal, yang memicu
variabilitas tertentu, di ibu jari, telunjuk, jari tengah impuls saraf di sepanjang serabut aferen bepergian
dan setengah radial (sisi ibu jari) dari jari manis. ke sistem saraf pusat. Efek terapeutik NMT dengan
Rasa sakit juga bisa menjalar ke lengan yang menggunakan rangsangan decompressive untuk
terkena, kelemahan tangan, penurunan koordinasi mendapatkan efek positif dalam muskuloskeletal,
motorik halus dan atrofi otot bagian tenar. Gejala pembuluh darah, limfatik dan sistem saraf,
sindroma ini biasanya dimulai dengan gejala meningkatkan sirkulasi darah, dan menghilangkan
sensorik yaitu nyeri, kesemutan (parestesia), rasa rasa sakit. Aplikasi yang benar juga dapat
tebal (numbness) dan rasa seperti terkena aliran membantu untuk memperbaiki keselarasan sendi,
listrik (tingling) pada daerah yang dipersarafi oleh otot, dukungan selama gerakan, dan meningkatkan
n.medianus. stabilitas dan postur tubuh. NMT mempunyai
Pada umumnya CTS terjadi secara kronis tujuan yaitu meringankan rasa sakit, menormalkan
karena faktor mekanik dan faktor vaskuler. Faktoir ketegangan otot,menghilangkan kongesti limfatik
mekanik terjadi akibat terjadinya gerakan berulang dan vena, meningkatkan vaskularisasi darah,
oleh pergelangan tangan dengan kontraksi yang mengoreksi keselarasan bersama dan meningkatkan
kuat sehingga menimbulkan pembengkakan postur tubuh.
jaringan di sekeliling tendon bagian dalam c. Mekanisme Neuromuscular Tapping
terowongan karpal. Hal ini menyebabkan tekanan Pengaplikasian Neuromuscular Taping (NMT)
pada nervus medianus. Sedangkan faktor vaskuler dengan teknik decompression akan membentuk
berupa tekanan yang kuat dan lama serta berulang lipatan-lipatan pada kulit. Sehingga memberikan
pada pergelangan tangan yang nantinya akan efek yang dapat meredakan rasa nyeri,
menyebabkan peningkatan tekanan intravaskuler, menormalkan ketegangan otot, meningkatkan
sehingga aliran darah intravaskuler akan melambat sirkulasi darah dengan memperbesar ruang
dan merusak jaringan endotel. Hal ini akan intestinal dalam jaringan dengan lipatan-lipatan
menyebabkan nyeri local pada pergelangan tangan. dari efek decompression.
Beberapa faktor diketahui menjadi resiko terhadap
terjadinya CTS pada pekerja seperti gerakan 2.3 Pemeriksaan dan Pengukuran
berulang dengan kekuatan, tekanan pada otot, a. Pemeriksaan Spesifik
getaran, suhu, postur yang tidak ergonomic dan Pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat
lain-lain [7] [8]. membantu menegakkan diagnosa Carpal Tunnel
Syndrome adalah sebagai berikut:
14
1) Tinel's sign sampling yaitu pemilihan sampel mengacu pada
Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia kelompok dengan karakteristik tertentu yang telah
atau nyeri pada daerah distribusi nervus medianus ditetapkan. Melakukan random sejumlah sampel
kalau dilakukan perkusi pada terowongan karpal dari populasi yang ada. Sampel yang terpilih
dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi. menjadi subjek penelitian diberikan penjelasan
2) Phalen's test mengenai tujuan penelitian, manfaat penelitian
Penderita melakukan fleksi tangan secara serta diberikan penjelasan mengenai program
maksimal. Bila selama satu menit parestesia penelitian yang akan dilakukan. Sampel yang
bertambah hebat, maka tes ini menyokong bersedia mengikuti program penelitian diminta
diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes mengisi informed consent.
ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa
Carpal tunnel syndrome. 3.4 Prosedur Intervensi
3) Wrist extension test Langkah-langkah yang diambil dalam prosedur
Penderita melakukan ekstensi tangan secara penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada prosedur administrasi, prosedur pemilihan sampel
kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dan Tahap pelaksanaan penelitian.
dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti Carpal 1) Prosedur administrasi
tunnel syndrome, maka tes ini menyokong diagnosa Prosedur administrasi dilakukan disini
Carpal tunnel syndrome. menyangkut: (1) Persiapan surat informed consent
persetujuan sampel mengikuti program penelitian
b. Pengukuran Nyeri dan memberikan informasi terkait pelaksanaan
Salah satu pengukuran nyeri yaitu dengan program penelitian, (2) Mempersiapkan blangko-
menggunakan VAS, VAS (Visual Analogue Scale) blangko dan alat pengukuran yaitu visual analogue
adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk scale (VAS) mengukur tingkat nyeri. (3) Mengisi
mengukur intensitas nyeri dimana nyeri diukur blangko-blangko penelitian untuk diisi identitas diri
dengan menggunakan garis lurus dengan ukuran 10 dan mengumpulkan kembali.
cm yang menggambarkan intensitas nyeri. Di ujung 2) Prosedur Pemilihan Sampel
sebelah kiri garis diberi tanda yang berarti “tidak Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel
nyeri” sedangkan di ujung sebelah kanan diberi yang digunakan adalah teknik cluster sampling
tanda “nyeri yang tidak tertahankan”. Pasien yaitu pemilihan sampel mengacu pada kelompok
memberi tanda di sepanjang garis tersebut sesuai dengan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan
dengan intensitas nyeri yang dirasakan, nyeri yaitu Kriteria Inklusi: (1) Karyawan dan
diukur sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Mahasiswa universitas abdurrab usia 18-30 tahun
(2). Bersedia menjadi subjek penelitian dari awal
hingga akhir penelitian dan menyetujui dengan
menandatangani informed consent.; Kriteria
Ekslusi: (1) Karyawan dan mahasiswa yang
menolak berpartisipasi dalam penelitian ini (2)
Karyawan dan mahasiswa yang sudah mengikuti
Gambar 1 intervensi penanganan terhadap keluhan nyeri
AlatUkur Nyeri dengan VAS akibat CTS namun nyeri masih dirasakan (3)
Mengalami gangguan jantung (4) Sampel tidak
3. Metode Penelitian bersedia menjadi subjek penelitian; Kriteria Drop
3.1 Rancangan Penelitian Out: (1) Peserta yang mengkonsumsi obat-obatan
Jenis penelitian yang digunakan adalah yang mengandung penghilang rasa nyeri selama
penelitian case study dengan desain penelitian pre penelitian dilaksanakan (2) Peserta yang tidak
and post test yaitu membandingkan antara tingkat mengikuti kegiatan secara penuh sehingga tidak
nilai nyeri sebelum dan sesudah diberikan dapat mencukupi frekwensi latihan selama waktu
intervensi Neuromuskuler Taping pada kondisi penelitian yang telah ditentukan (3) Saat penelitian,
carpal tunnel syndrome selama 3 mingggu. sampel mengalami penyakit yang menghambat
proses intervensi
3.2 Tempat dan Waktu 3) Tahap Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Program Tahap pelaksanaan penelitian menyangkut:
Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab pada (1) Menyiapkan form pengukuran. (2) Membuat
tanggal 7 Juli s/d 25 Oktober 2019. jadwal pengambilan data. (3) Intervensi dilakukan
selama 3 minggu dengan intensitas pemasangan
3.3 Teknik Pengambilan Sampel neuromuscular taping yaitu 2 kali seminggu pada
Dalam penelitian ini teknik pengambilan setiap sampel. (4) Setelah mendapatkan intervensi
sampel yang digunakan adalah teknik cluster
15
selanjutnya dilakukan evaluasi dengan mengukur c. Perubahan Nilai Nyeri diukur dengan VAS
perubahan tingkat nyeri. Hasil perubahan nilai nyeri pada sampel penelitian
disajikan dalam grafik 1 berikut:
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Penelitian Grafik 1
Hasil penelitian yang telah dilakukan selama 3 Evaluasi Tingkat Nyeri Kelompok Sampel
minggu pemberian Neuromusculer Taping terhadap Sebelum dan Sesudah
5 orang sampel dengan kondisi Carpal Tunnel
Syndrom didapatkan hasil pada masing-masing
sampel penelitian sebagai berikut:
a. Deskripsi Sampel
Karakteristik subjek sampel penelitian yang
termasuk data jenis kelamin, usia (tahun), berat
bada (kg), tingggi badan (m) dan berat badan (kg)
dan Indeks Masa Tubuh. Keseluruhan data
karakteristik sampel diuji dengan Analisa deskriptif
pada SPSS yang menunjukkan normalitas data
sampel, ditunjukkan pada tabel 1 berikut:
Tabel 1
Uji Normalitas Karakteristik Sampel
Uji Normalitas
Karakteristik Shapiro Wilk Test Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa
P seluruh sampel mengalami perubahan nilai nyeri
Jenis Kelamin 0.006 setelah pemberian Neuromusculer Taping yang
Usia 0.046 diukur dengan alat ukur VAS. Seluruh sampel
Berat Badan (kg) 0.000 penelitian mengalami penurunan nilai VAS yang
Tinggi Badan (m) 0.006 bermanksa bahwa terjadi perubahan nilai nyeri
Kategori IMT 0.006 menuju tidak nyeri.
VAS Sebelum 0.314
VAS Sesudah 0.314 4.2 Pembahasan
Pengaruh Pemberian Neuromuscular Taping
Berdasarkan tabel diatas karakteristik sampel (NMT) pada Kondisi Carpal Tunnel
menunjukkan bahwa data sampel berdistribusi Syndrome untuk Mengurangi Nyeri
normal. Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah
kumpulan gejala dan tanda akibat penekanan
b. Uji Beda Nilai Nyeri Sebelum dan Sesudah nervus medianus yang ada di pergelangan tangan
intervensi dengan alat ukur VAS yang dapat menyebabkan parastesia/ kesemutan,
Distribusi data sampel berdasarkan nilai nyeri nyeri, mati rasa dan kelemahan pada distribusi
dengan menggunakan alat ukur Visual Analogue nervus medianus pada tangan.
Scale (VAS) sebelum dan setelah diberikan Beberapa faktor pekerjaan yang dapat
pemasangan Neuromusculer Taping diuji dengan mempengaruhi terjadinya CTS menurut Silverstein
Uji Non Parametric paired sampel T-Test yang (1987), adalah gerakan pergelangan atau jari tangan
ditunjukkan pada tabel 2 berikut: yang berulang, kontraksi yang kuat pada tendon,
gerakan pergelangan tangan yang menekuk ke
Tabel 2 bawah (flexi) atau menekuk ke atas (extensi),
Uji Beda Nilai Nyeri Sebelum dan Sesudah gerakan tangan saat bekerja (gerakan menjepit) dan
tekanan mekanik pada saraf medianus. Sedangkan
Uji Paired Sample T-Test menurut penelitian yang dilakukan oleh Armstrong
Nilai VAS et al. (2008), perkembangan CTS dipengaruhi oleh
Mean P
Sebelum 4.2 empat faktor kontrol yaitu jenis kelamin, usia,
0.006 index massa tubuh (IMT) dan penyakit penyerta.
Sesudah 7.8
CTS merupakan hasil dari kombinasi kondisi
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa nilai kesehatan dan aktivitas fisik yang berulang yang
signifikasi yaitu 0,006 yang menunjukkan < 0.05 dapat meningkatkan tekanan pada saraf medianus
dan bermakna ada pengaruh pemberian [9].
Neruromusculer taping terhadap perubahan tingkat NeuroMuscular Taping (NMT) adalah
nyeri VAS penderita Carpal Tunnel Syndrom. aplikasi spesifik dari pita perekat elastis ke
permukaan kulit dengan teknik stimulasi eksentrik
16
menghasilkan dekompresi dan dilatasi pada daerah [8]. Eka M. Diagnosis dan Terapi Syndrom
yang tertutupi yang digunakan untuk tujuan terowongan karpal [internet]. Jakarta:
terapeutik. Dalam rehabilitasi, NMT diterapkan Neurology Multiply; 2013 [diakse tanggal
menggunakan protokol yang dirancang untuk 21 Januari 2017]. Tersedia dari :
mengurangi sumbatan dari cairan tubuh, http://neurology.multiply.com/.
meningkatkan sirkulasi pembuluh darah dan [9]. Rohmah, Siti. 2016. Analisi Hubungan Faktor-
kelenjar getah,menurunkan kelebihan panas, dan Faktor Indovidu dengan Carpal Tunnel
memperbaiki homoestasis jaringan, mengurangi Syndrome (CTS) pada Pekerja Konveksi
peradangan dan hipersensitivitas reseptor nyeri [4]. Seminar Nasional IENACO – 2016. Hal: 73 –
Aplikasi eksentrik dari NeuroMuscular
79.
Taping (NMT) pada kulit akan meningkatkan
fungsi dari jaringan otot, tendon, pembuluh saraf,
dan limfatik. NMT dengan teknik eksentrik akan Nama Penulis
mempengaruhi fleksibilitas dan memperbaiki 1. Ayu Permata, memperoleh Ahli Madya
koordinasi gerakan pada pasien dengan koordinasi Fisioterapi pada tahun 2009 di Universitas
otot yang menurun. Penerapan NMT mampu Abdurrab. Kemudian tahun 2012
merangsang mechanoceptors yang ada di kulit. memperoleh gelar Sarjan Sain Terapan
Fisioterapi di Poltekkes DR.Rusdi Medan
5. Kesimpulan dan pada tahun 2015 telah menyelesaikan
Berdasarkan analisis penelitian yang telah Program Pasca Sarjana Fisiologi Olahraga
dilakukan dan pembahasan dapat disimpulkan Konsentrasi Fisioterapi di Universitas
bahwa penerapan Neuromusculer taping pada Udayana. Saat ini sebagai Dosen Tetap Prodi
kondisi Carpal Tunnel Syndrom dengan frekensi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab.
2 kali dalam seminggu selama 3 minggu 2. Ismaningsih, memperoleh Ahli Madya
memberikan pengaruh terhadap perubahan nilai Fisioterapi pada tahun 2012 di Universitas
nyeri pada sampel penelitian. Muhammadiyah Surakarta. Pada tahun 2015
telah menyelesaikan Program Pasca Sarjana
REFERENSI Fisiologi Olahraga Konsentrasi Fisioterapi di
[1]. Lukman, Ns. & Ningsih, N. (2009). Universitas Udayana. Saat ini sebagai Dosen
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Tetap Prodi D-III Fisioterapi Universitas
Ganguan S i s t e m Muskuloskeletal . Abdurrab.
Jakarta : Salemba Medika.
[2]. Tana, Lusianawaty. 2004. Sindrom
Terowongan Karpal pada Pekerja:
Pencegahan dan Pengobatannya. J Kedokter
Trisakti. September-Desember 2003, Vol.22
No.3. Hal: 99 -104
[3]. American Academy of Othopaedic Surgeons.
2008. Clinical Practice Guideline on the
Diagnosis of Carpal Tunnel Syndrom.
Rosemont: American Academy of Orthopaedic
Surgeons.
[4]. Blow, David. 2012. Neuromuscular Taping
From Theory to Practice. Italy: Arti Grafiche
Colombo
[5]. Bahrudin, M. 2011. Carpal Tunnel
Syndrome(CTS). Jurnal Saintika Medika
Universitas Muhammadiyah Malang. 7(14),
hal 78-87.
[6]. Prakoso, Tegar Dwi & Kurniawaty, Evi. 2017.
Perempuan Berusia 65 tahun dengan Carpal
Tunnel Syndrom. J Medula Unila. Vol 7. No. 2.
April 2017. Hal: 144 – 149.
[7]. Kurniawan, Bina. Faktor risiko kejadian
carpal tunnel syndrome (CTS)
pada wanita pemetik melati di
Desa Karangcengis, Purbalingga. J
Promosi Kes Indon. 2008; 3(1):2-8.
17
Jurnal Pengabdian Kepada Masyrakat, e-ISSN: 2775-2437
Vol. 1 No.1 Edisi Juni 2021
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JPK
================================================================================================
Received: 16 June 2021 :: Accepted: 16 June 2021 :: Published: 30 June 2021
1
Program Studi Fisioterapi, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam
Program Studi D3 Fisioterapi, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam
DOI 10.35451/jpk.v1i1.747
Abstrak
Permasalahan yang sering terjadi bagi para pekerja yaitu Carpal tunnel syndrome
(CTS). Carpal tunnel syndrome merupakan salah satu gangguan pada tangan akibat
terjepitnya saraf medianus di terowongan karpal, baik akibat adhesi maupun kelainan
tulan-tulang kecil tangan. Saraf medianus menginervasi pada ibu jari, jari telunjuk,
jari tengah dan sebagian pada jari manis, sehingga dapat dirasakan nyeri maupun
paratesia didaerah tersebut. Salah satu cara terapi non-farmakologi yang bisa
digunakan pada CTS ini, melalui pemberian nerve gliding exercise. Nerve gliding
exercise dan pemberian modalitas ultra sound (US) dilakukan dengan tujun untuk
mengurangi penekanan pada pergelangan tangan sehingga nyeri dapat berkurang.
Hasil dari kegitanan pengabdian ini menyatakn bahwa sebanyak 94% peserta sebagai
fisioterapis telah memahami dan mampu menggunakan nerve gliding exercise dan
Ultra Sound (US) terhahap penurunan nyeri pada kasus CTS.
Kata kunci: Nerve Gliding Exercise; Ultra Sound; Carpal Tunnel Syndrome
Abstract
The problem that often occurs for workers is Carpal tunnel syndrome (CTS). Carpal
tunnel syndrome is a disorder of the hand due to compression of the median nerve in
the carpal tunnel, either due to adhesions or abnormalities of the small bones of the
hand. The median nerve innervates the thumb, index finger, middle finger and part of
the ring finger, so that pain and parathesia can be felt in these areas. One way of non-
pharmacological therapy that can be used in CTS is through the provision of nerve
gliding exercise. Nerve gliding exercise and the administration of ultra sound (US)
modality are done with the aim of reducing pressure on the wrist so that pain can be
reduced. The results of this service activity stated that as many as 94% of participants
as physiotherapists had understood and were able to use nerve gliding exercise and
Ultra Sound (US) for pain reduction in CTS cases.
120
Jurnal Pengabdian Kepada Masyrakat, e-ISSN: 2775-2437
Vol. 1 No.1 Edisi Juni 2021
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JPK
================================================================================================
Received: 16 June 2021 :: Accepted: 16 June 2021 :: Published: 30 June 2021
121
Jurnal Pengabdian Kepada Masyrakat, e-ISSN: 2775-2437
Vol. 1 No.1 Edisi Juni 2021
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JPK
================================================================================================
Received: 16 June 2021 :: Accepted: 16 June 2021 :: Published: 30 June 2021
pasien CTS yang berkunjung ke rumah kearah yang berlawanan. Dimana dosis
sakit grandmed lubuk pakam sekitar 17 pemberikan nerve gliding exercise ini 5
pasien pada setiap bulannya. Selama ini detik tananan dan dilkukan sebanyak 5
pasien CTS tidak diberikan penanganan sesi. Setiap sesi diulang sebanyak 10
nerve gliding exercise dan ultra sound. kali. Setelah diberikan terapi latihan,
Berdasarkan latar belakang yang lalu sampel diberikan ultra sound di
dikemukakan di atas dan ketertarikan daerah pergelangan tangannya. Daerah
penulis untuk mengetahui lebih lanjut yang kan diterapi akan diberikan gel
mengenai manfaat nerve gliding terlebih dahulu. Lalu peneliti
exercise dan modalitas ultra sound menghidupkan alat us dengan frekuensi
pada kasus CTS. Maka penulis membuat 0,8 sampai 3 Mz. Lalu tranducer di
pengabdian dalam bentuk worksop arahkan di daerah tangan yang sudah
nerve gliding exercise dan pemberian diberikan gel tersebut lalu tranducer
ultra sound terhadap penurunan nyeri digerakkan sesuai arah serbut otot.
pada pasien CTS di Poli Fisioterapi Rs Dan pemakaian modalitas ini dilakukan
Grandmed Lubuk Pakam Tahun 2020”. selama 10-15 menit.
2. Metode
Kegiatan pengabdian ini
dilakukan melalui workshop dengan
menggunakan metode ceramah, tanya
jawab dan demonstrasi. Alat ukur
penurunan nyeri yang digunakan
adalah Visual Analog Scale (VAS).
Sebelum dilakukan pengukuran
penurunan nyeri pada kelompok yang
diberikan nerve gliding exercise dan
ultra sound (us).
Langkah-langkah dalam
pengabdian ini sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Prosedur asuhan dicatat dalam
rekam fisioterapi dan rekam medik
Rumah Sakit dengan contoh permulir
terlampir. Peneliti bekerja sama dengan
pasien yang berkunjung di Rumah
Sakit.
2. Pemilihan responden
Responden yang dipilih adalah
pasien yang datang ke poli fisioterapi
Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam
yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
esklusi.
3. Tahap pelaksanaan tindakan
Peneliti akan meengatur posisi
pasien senyaman mungkin di bed.
Kemudian psosisi tangan pasien
dirileksasikan. Lalu fisioterapi menekuk
siku dan ditambah palmar fleksi pada
pergelangan tangan. Kemudian siku di
ekstensikan dengan memberikan
genggaman pada pergelangan tangan,
lalu siku di ekstensikan dengan Gambar 1. Gerakan dari nerve
memberikan gerakan abduksi dengan gliding exrcise
bantuan dorongan pada paha, dan
meminta responden mengarahkan leher
122
Jurnal Pengabdian Kepada Masyrakat, e-ISSN: 2775-2437
Vol. 1 No.1 Edisi Juni 2021
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JPK
================================================================================================
Received: 16 June 2021 :: Accepted: 16 June 2021 :: Published: 30 June 2021
123
Jurnal Pengabdian Kepada Masyrakat, e-ISSN: 2775-2437
Vol. 1 No.1 Edisi Juni 2021
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JPK
================================================================================================
Received: 16 June 2021 :: Accepted: 16 June 2021 :: Published: 30 June 2021
124
PENGARUH MOBILISASI PERGELANGAN TANGAN SETELAH DIBERIKAN
ULTRASOUND TERHADAP PENURUNAN NILAI NYERI PASIEN CARPAL
TUNNEL SYNDROME
The Effect of Wrist Mobilization after Ultrasound Therapy to Decrease Pain of Patients
with Carpal Tunnel Syndrome
ABSTRAK
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan bentuk cedera tekanan yang berulang pada nervus medianus
dan merupakan syndrome penjepitan saraf yang paling sering ditemukan. Kejadian CTS ini telah menjadi
pusat perhatian peneliti karena merupakan salah satu jenis cummulative trauma disorders (CTD) yang
paling banyak dijumpai. Karena permasalahan tersebut, akibatnya pergelangan tangan menjadi terbatas dan
tidak mampu berfungsi sebagaimana mestinya sehingga berpengaruh terhadap pekerjaan sehari -hari.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh penambahan intervensi berupa mobilisasi saraf
medianus, carpal dan tendon gliding setelah diberikan Ultrasound terhadap penurunan nilai nyeri CTS.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pendekatan quasi eksperimental, dengan desain
penelitian pre and post test two groups design
Populasi penelitian ini adalah pasien CTS di RSUD Sidoarjo sebanyak 70 orang yang dibagi dalam dua
kelompok yaitu kelompok 1 yang mendapatkan terapi ultrasound dan kelompok 2 ya ng mendapatkan terapi
ultrasound serta ditambahkan dengan mobilisasi saraf medianus, carpal dan tendon gliding. Uji statistic
yang digunakan adalah independent t test. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara nilai nyeri pada kelompok yang diberikan ultrasound dan kelompok yang diberikan
penambahan dengan mobilisasi saraf medianus, carpal dan tendon gliding ( Asymp. Sig 2-tailed 0,00).
Penurunan nyeri pada kelompok ini lebih significant dikarenakan penggunaan kombinasi dari intervensi tersebut.
Latihan mobilisasi saraf medianus dapat membantu mengembalikan aliran pembuluh darah balik vena dari saraf
medianus sehingga mengurangi tekanan di dalam epineurium sehingga mengurangi nyeri dengan ditambah
latihan tendon gliding dapat mengembalikan aliran pembuluh darah balik vena dari saraf medianus sehingga
mengurangi tekanan di dalam epineurium sehingga nyeri berkurang.
Kata Kunci : CTS, mobilisasi saraf medianus, carpal dan tendon gliding
ABSTRACT
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) is a form of recurring damage to the median nerve and is the nerve syndrome
that is most commonly found. CTS was attention of researchers because it is one of the most common types of
cumulative trauma disorders (CTD). Because of these problems, were effected for activity for the daily work. The
purpose of this study was to analyze interventions involving the mobilization of the median nerve, carpal and
tendon gliding after being given an ultrasound to reduce pain of patient with CTS. This research was
experimental research with quasi-experimental, pre-post test design and two groups design
The population of this study was CTS patients in RSUD Sidoarjo. Respondents was 70 patient divided into two
groups: group 1 who received ultrasound therapy only and group 2 who received ultrasound therapy and
median nerve mobilization, carpal and tendon gliding. The statistical test used was an independent t test. The
results showed that there was a significant difference between the values in the group given ultrasound therapy
and the group given by median nerve mobilization, carpal and tendon gliding (Asymp. Sig 2-tailed 0.00). Pain
Reducing in this group is significant because using a combination. Median nerve mobilization exercises can
increase nerve blood flow from the median nerve thereby reducing pressure on the epineurium, and gliding
152
153
exercises which can be used to drain venous blood back from the nerves the median reduces the pressure inside
the epineurium and reducing the pain.
Keywords : CTS, mobilization of the median nerve, carpal and tendon gliding
Pemberian mobilisasi ini dilakukan paling program SPSS dengan menggunakan uji
sedikit tiga kali selama 1 bulan saat pasien komparatif uji t tidak berpasangan.
control ke RS serta pasien diajarkan untuk
melakukan tindakan mobilisasi selama HASIL DAN PEMBAHASAN
dirumah. Pemeriksaan derajat nyeri dengan HASIL
menggunakan NPRS dengan prosedur Pada bagian ini akan disajikan karakteristik
pengukuran yaitu pasien diminta untuk responden berdasarkan usia, jenis kelamin,
membuat tiga peringkat nyeri, nyeri yang riwayat jatuh menumpu, aktivitas fisik sehari-
dialami saat ini, nyeri yang dirasakan paling hari, serta karakteristik nyeri pasien CTS. Pada
ringan dan paling buruk selama 24 jam tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar
terakhir. Instruksikan kepada pasien responden kelompok 1 berusia lebih dari 40
untuk menunjukkan intensitas nyeri pada tahun (97,15%), berjenis kelamin perempuan
skala 0 (tidak ada rasa sakit) ke 10 (nyeri (85,72%), tidak memiliki riwayat jatuh
terburuk yang bisa dibayangkan) dengan menumpu (54,35), serta aktivitas sehari hari
rating angka 0 = tidak ada nyeri, 1 sampai 3 sebagai Ibu Rumah tangga sebesar 60%. Pada
= nyeri ringan, 4 sampai 6 = nyeri sedang, 7 tabel 2 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian
sampai 10 = nyeri berat (Trisnowiyanto, besar responden kelompok 2 berusia 40 tahun
2012). atau lebih (85,7%), berjenis kelamin
Untuk melihat Pengaruh Penambahan perempuan (77,14%), tidak memiliki riwayat
Mobilisasi Pergelangan Tangan Setelah jatuh menumpu (68,6), serta aktivitas sehari
Diberikan Ultrasound Terhadap Penurunan hari sebagai pegawai negri/swasta 57,14%.
Nilai Nyeri CTS dianalisis menggunakan
ABSTRACT
Carpal tunnel syndrome (CTS) is one of the upper extremity disorders caused by
narrowing of the carpal tunnel resulting in an emphasis on the median nerve located on
the wrist. The disorder that occurs in this case is pain, this study aims to determine the
effects of Ultrasound and carpal bone mobilization in reducing pain in cases of carpal
tunnel syndrome. This research method uses a case study that discusses one case in
depth. This study was measured using a Visual Analogue Scale (VAS) to determine the
decrease in pain before and after therapy. The results of this study found that there was
a decrease in pain after therapy.
ABSTRAK
Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan salah satu gangguan ekstremitas atas yang
disebabkan oleh penyempitan pada terowongan karpal sehingga terjadi penekanan
terhadap nervus medianus yang terletak pada pergelangan tangan. Gangguan yang
terjadi pada kasus ini adalah nyeri, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari
Ultrasound dan carpal bone mobilization dalam menurunkan nyeri pada kasus carpal
tunnel syndrome. Metode penelitian ini menggunakan case study yang membahas satu
kasus secara mendalam. Penelitian ini diukur dengan menggunakan Visual Analogue
Scale (VAS) untuk mengetahui penurunan nyeri saat sebelum dan sesudah dilakukan
terapi. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa terdapat penurunan nyeri setelah
dilakukan terapi..
Kata kunci : Carpal Tunnel Syndrome (CTS), Visual Analogue Scale (VAS),
Ultrasound, dan Carpal Bone Mobilization
1
ISSN 2656-7733 jurnal.polanka.ac.id/index.php/JKIKT
Volume 2 No. 1 (April, 2020)
PENDAHULUAN
Tangan merupakan salah satu anggota gerak tubuh yang paling sering digunakan
dalam berbagai aktivitas sehari-hari. Aktivitas tangan dan pergelangan tangan yang
berlebihan jika berlangsung lama dapat menimbulkan suatu masalah dan menyebabkan
risiko penyakit akibat kerja. Salah satu masalah yang sering terjadi pada tangan yaitu
carpal tunnel syndrome (CTS) (Tarwaka, 2008).
Carpal tunnel syndrome merupakan salah satu gangguan ekstremitas atas yang
disebabkan oleh penyempitan pada terowongan carpal sehingga terjadi penekanan
terhadap syaraf medianus yang terletak di pergelangan tangan (Woodall, 2010).
Sebagian kasus carpal tunnel syndrome tidak diketahui secara jelas penyebabnya,
namun sangat erat hubungannya dengan penggunaan tangan secara berulang dan
berlebihan (Morina et al., 2012). Tanda dan gejala CTS mepiluti rasa nyeri, kesemutan
atau kebas pada bagian distal (jempol, telunjuk, jari tengah dan sisi radial jari manis),
kemampuan menggenggam berkurang dan mempengaruhi gerak fungsional (Ibrahim et
al., 2012).
Carpal tunnel syndrome merupakan masalah umum dengan angka kejadian setiap
tahunnya adalah 0,5-5,1 per 1000 dan di Inggris antara tahun 1992 – 2001 terdapat
6.245 pasien (55,5%) menderita CTS (Jagga et al., 2011). Menurut Newington et al
(2015), carpal tunnel syndrome lebih sering terjadi pada wanita dengan kejadian tahunan
1,5 per 1000 dan 0,5 per 1000 pada pria. Insidensi pada wanita puncaknya terjadi pada
usia 45 tahun. Di Indonesia prevalensi CTS antara 5,6% sampai 15%. Di Banjarmasin,
berdasarkan data pasien rekam medis poli fisioterapi RS. Bhayangkara TK. III pada
tahun 2018 terdapat 25 orang yang terdiagnosa CTS.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan studi kasus (case study) menggunakan satu
sampel (satu pasien) yang menderita carpal tunnel syndrome dan diberikan intervensi
fisioterapi berupa ultrasound dan carpal bone mobilization dengan frekuensi 2 kali
seminggu selama satu bulan. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 – 30 Mei 2019 di
Rumah Sakit Bhayangkara TK.III Banjarmasin.
Data penilitian yang diambil menggunakan data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari hasil pemeriksaan dan pengukuran langsung pada pasien
menggunakan instrumen penelitian yaitu Visual Analogue Scale (VAS), sedangkan data
2
ISSN 2656-7733 jurnal.polanka.ac.id/index.php/JKIKT
Volume 2 No. 1 (April, 2020)
sekunder diperoleh dari medical record atau dari hasil pemeriksaan lainnya seperti CT-
Scan, MRI atau rontgen dari pasien yang menjadi sampel.
Data diolah dengan editing dan tabulating. Data yang terkumpul adalah data hasil
pengukuran intensitas nyeri pada carpal tunnel syndrome melalui Visual Analogue Scale
(VAS). Setelah diberikan intervensi fisioterapi, data yang diperoleh melalui VAS tadi
akan dilihat perkembangannya. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat pengaruh
pemberian modalitas fisioterapi pada kasus carpal tunnel syndrome dengan gangguan
nyeri.
Pada minggu keempat terdapat penurunan nyeri, namun penurunan nyeri tersebut
memperoleh angka yang hasil nyeri diam 0 cm (tidakn nyeri), nyeri tekan 3,9 cm (nyeri
ringan), nyeri gerak palmar flexi 3,9 cm (nyeri ringan), nyeri gerak dorsal flexi 3,7 cm
(nyeri ringan), nyeri gerak radial deviasi 3,5 cm (nyeri ringan), nyeri gerak ulnar deviasi
3
ISSN 2656-7733 jurnal.polanka.ac.id/index.php/JKIKT
Volume 2 No. 1 (April, 2020)
3,3 cm (nyeri ringan). Pada terapi terakhir yaitu terapi kedelapan didapatkan hasil nyeri
diam 0 cm (tidak nyeri), nyeri tekan 3,5 (nyeri ringan), nyeri gerak flexi wrist joint 3,4 cm
(nyeri ringan), nyeri gerak ekstensi wrist joint 3,2 cm (nyeri ringan), nyeri gerak radial
deviasi 2,9 cm (nyeri ringan), nyeri gerak ulnar deviasi 2,8 cm (nyeri ringan).
Hal ini menunjukan bahwa modalitas fisioterapi berupa ultrasound dan carpal bone
mobilization efektif dalam menurunkan nyeri, namun intervensi tersebut harus dilakukan
secara rutin dan berulang untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Pembahasan
Berdasarkan hasil data di atas, pemberian ultrasound dan carpal bone mobilization
yang diberikan selama 8 kali dalam 4 minggu efektif dalam menurunkan nyeri pada
pasien Ny. M yang memiliki carpal tunnel syndrome.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ono et al (2010) yang
menunjukkan bahwa ultrasound dapat mengurangi nyeri pada kasus carpal tunnel
syndrome dengan dosis dua kali seminggu. Nyeri dapat berkurang dikarenakan efek
thermal yang dihasilkan oleh ultrasound. Efek thermal tersebut mengakibatkan dilatasi
pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan aliran darah yang membawa oksigen dan
nutrisi menjadi lebih lancar sehingga nyeri berkurang (Sugijanto & Bimantoro, 2008).
Menurut Hayes & Hall (2016), penggunaan ultrasound pada kondisi carpal tunnel
syndrome menunjukkan hasil yang lebih baik dibanding terapi dengan modalitas lain.
Hal ini dilihat dari penurunan nyeri secara signifikan setiap minggunya. Menurut
Bakhtiary & Rashidy-Pour (2004), ultrasound lebih efektif dalam mengurangi nyeri
sebanding dengan penggunaan splint atau suntikan kortikosteroid.
Sementara itu, penelitian lain oleh Tal-Akabi & Rushton (2000) menunjukkan bahwa
carpal bone mobilization dapat mengurangi nyeri akibat carpal tunnel syndrome dengan
dosis dua kali seminggu selama 3 minggu. Menurut Paramita (2017) carpal bone
mobilization memiliki dua macam teknik yaitu gerakan traksi dan mobilisasi sendi.
Gerakan traksi yang dilakukan pada tulang carpal dan permukaan sendi dapat
mengurangi gaya tekan pada sendi. Gaya tekan sendi yang berkurang akan
menurunkan tekanan di dalam terowongan carpal sehingga penekanan yang terjadi
pada saraf medianus juga akan berkurang. Sedangkan mobilisasi sendi yang berupa
fleksi dan ekstensi pada pergelangan tangan dapat memunculkan efek analgesik dan
meningkatkan elastisitas struktur sendi. Teknik mobilisasi ini dapat menurunkan nyeri
sehingga memungkinkan perluasan gerak dan menambah mobilitas pergelangan
tangan. Penelitian tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghunay
& Alp (2015) yang menyebutkan bahwa terdapat penurunan nyeri pada kelompok
sampel yang diberikan carpal bone mobilization.
KESIMPULAN
Penatalaksanaan fisioterapi dengan menggunakan ultrasound dan carpal bone
mobilization dapat mengurangi nyeri pada carpal tunnel syndrome.
DAFTAR PUSTAKA
Arovah, N. I. (2010). Dasar – Dasar Fisioterapi pada Cedera Olahraga. Yogyakarta: FIK
UNY.
Bakhtiary, A. H., & Rashidy-Pour, A. (2004). Ultrasound and Laser Therapy in The
Treatment of Carpal Tunnel Syndrome. Aust J Physiother, 50(3), 147-151.
4
ISSN 2656-7733 jurnal.polanka.ac.id/index.php/JKIKT
Volume 2 No. 1 (April, 2020)
Ghunay, B., & Alp, A. (2015). The Effectiveness of Carpal Bone Mobilization
Accompanied by Night Splinting in Idiopathic Carpal Tunnel Syndrome. Turk J
Phys Med Rehab, 61, 45-50.
Hayes, K., & Hall, K. (2016). Agen Modalitas untuk Praktik Fisioterapi (6th ed). Jakarta:
EGC.
Ibrahim, I., Khan, W. S., Goddard, N., & Smith, P. (2012). Carpal Tunnel Syndrome: A
Review of the Recent Literature. Open Orthop J, 6: 69-76.
Jagga, V., Lehri, A., & Verma, S. K. (2011). Occupation and Its association with Carpal
Tunnel Syndrome – A Review. J Exer Sci Physiother, 7(2): 68-78.
Morina, F., Bytyqil, C., Mustafa, A., & Morina, G. (2012). Carpal Tunne Syndrome:
Diagnosis and Surgical Treatment: Clinic of Orthopedics, University Clinical Center
of Kosova, Prishtina, Kosova.
Newington, L., Harris, E. C., & Walker-Bone, K. (2015). Carpal Tunnel Syndrome and
Work. Best Pract Res Clin Rheumatol, 29(3): 440-453.
Ono, S., Clapham, P. J., & Chung, K. C. (2010). Optimal Management of Carpal Tunnel
Syndrome. Int J Gen Med, 3: 255-261.
Paramita, G. P. P. (2017). Efektifitas Kombinasi Carpal Bone Mobilization dengan Nerve
and Tendon Gliding terhadap Penurunan Nyeri Akibat Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) pada Ibu PKK Kecamatan Sukosari Bondowoso. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Malang.
Sugijanto & Bimantoro, A. (2008). Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan
Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto Stretching
terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Myofacial Otot Upper
Trapezius. Jurnal Fisioterapi Indonesia, 8(1): 1-24.
Tal-Akabi, A., & Rushton, A. (2000). An Investigation to Compare the Effectiveness of
Carpal Bone Mobilisation and Neurodynamic Mobilisation as Method of Treatment
for Carpal Tunnel Syndrome. Man Ther, 5(4): 214-222.
Tarwaka. (2008). Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan Implementasi K3
di Tempat Kerja. Surabaya: Harapan Press.
Woodall, C. (2012). Clinical Guideline for The Conservative Management of Carpal
Tunnel Syndrome. Advanced Musculosceletal Physiotherapist: Clinical Guideline
Ratification Group.
5
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI ULTRA SOUND DAN
TERAPI LATIHAN PADA KASUS CARPAL TUNNEL
SYNDROME SINISTRA DI RSUD PROF. Dr. MARGONO
SOEKARJO PURWOKERTO
Vega Indra Utama1 Nur Susanti2
(1) Program Studi D III Fisiotrapi Fakultas Imu Kesehatan
(2) Universitas Pekalongan
Abstract
Carpal tunnel syndrome is a symptom that occurs due to the emphasis on N. The median is the
cause of repetitive motion or trauma. The objectives to be achieved, namely, reduce pain, increase
range of motion, increase muscle strength, and enhance the functional activity of the patient. The
objectives are: increase muscle strength in the left wrist area, increase range of motion left wrist,
and restore functional activity with respect to the functional activity of the left hand.
In helping to overcome these problems can be used modalities of ultrasound physiotherapy and
exercise therapy. And the results obtained at the end of therapy include: increased muscle strength,
increase range of motion, and the enhancement of functional activity. Based therapy is carried out
for 6 times to get the following results: (1) an increase in muscle strength of dorsal flexion of T1 to
T6 = 4 = 5, Palmar flexion T1 to T6 = 3 = 4, (2) an increased range of motion Active dorso palmar
flexion T1 = 50 º -0 º -55 º to T6 = 50 º -0 º -60 º.
Keywords: Carpal Tunnel Syndrome Sinistra with U.S. modalities (ultra sound) and exercise
therapy.
35
dengan kajian menyangkut aspek X : Keadaan pasien belum
peningkatan (promotif), aspek diberikan program fisioterapi
pencegahan (preventif), aspek Y : Keadaan pasien setelah
penyembuhan (kuratif), aspek diberikan program fisioterapi
pemulihan dan pemeliharaan Z : Program fisioterapi
(rehabilitatif) untuk mewujudkan Permasalahan yang timbul sebelum
program pemerintah yaitu Indonesia pasien menjalani program terapi
Sehat 2010 (DepKes RI, 1999). adalah pasien mengalami rasa nyeri,
ba’al, dan kesemutan pada
METODE PENELITIAN pergelangan tangan kirinya, terutama
1. Pendekatan dari ibu jari sampai ½ jari ke 3,
Dalam penelitian ini penulis pasien belum mampu untuk
menggunakan metode deskriptif melakukan aktivitas sehari-hari
Analitik untuk mengetahui dirumah sehubungan dengan
assessment dan perubahan yang aktivitas tangan kirinya. Kemudian
dapat diketahui. Rancangan pasien menjalani pemeriksaan
penelitian yang digunakan adalah fisioterapi yang berupa nyeri dengan
studi kasus. skala VDS, pemeriksaan kekuatan
2. Desain Penelitian otot dengan MMT, pemeriksaan
Penelitian ini dilakukan dengan cara lingkup gerak sendi dengan
melakukan interview dan Goneometer, dan dilakukan test
observasional pada seseorang pasien spesifik berupa : phalen test, tinnel
dengan kondisi Carpal Tunnel test, phrayer test. Setelah melakukan
Syndrome Sinistra. Desain penelitian pemeriksaan didapatkan
digambarkan sebagai berikut: permasalahan kapasitas fisik dan
kemampuan fungsional, oleh
X Y fisioterapis pasien diberi modalitas
Ultra Sound (US) dan terapi latihan.
Dengan pemberian tersebut
Z
diharapkan adanya peningkatan pada
Keterangan: kapasitas fisik dan kemampuan
36
fungsional pada pergelangan tangan 0 : tidak dapat berkontraksi
kiri pasien. 1 : ada kontraksi tetapi tidak ada
pergerakan sendi
Instrumen Penelitian 2 : ada gerakan, tidak
dapat melawan gravitasi, gerakan full
1. Nyeri dengan skala VDS ROM
VDS (Value Descriptive Skale), 3 : gerakan full ROM,
Dengan definisi merupakan cara dapat melawan gravitasi
pengukuran derajat nyeri yang tanpa adanya tahanan
terdiri dari angka 1-7. Untuk 4 : mampu melawan gravitasi
skala penilaian yaitu : 1 : Tidak gerakan full ROM dengan tahanan
nyeri, 2 : Nyeri sangat ringan, 3 : minimal,
Nyeri ringan, 4 : Nyeri tidak 5 : mampu melawan gravitasi
begitu berat, 5 : Nyeri cukup gerakan full ROM dengan tahanan
berat, 6 : Nyeri berat, 7 : Nyeri maksimal.
tidak tertahankan.
2. Kekuatan otot dengan MMT 3. Lingkup Gerak Sendi (LGS)
Yaitu suatu cara yang Yaitu cara yang dilakukan oleh
dilakuakan oleh fisioterapi untuk fisioterapi untuk mengetahui
mengetahui besarnya nilai kekuatan besarnya lingkup gerak yang bisa
otot yang dilakuakn dengan cara dilakukan pada suatu sendi. disini
menggerakkan anggota gerak baik itu penulis menggunakan alat yaitu
dari pasien sendiri ataupun dari goneometer untuk mengukur LGS
fisioterapis. Pemeriksaan kekuatan dengan kriteria derajat normal pada
otot biasanya dilakukan dengan pergelangan tangan sebagai berikut:
MMT (Manual Muscle Testing) yang Sagital : 50° - 0° - 60°
berfungsi untuk menentukan derajat Frontal : 20° - 0° - 30°
kelemahan otot atau mengetahui 4. Spasme otot dengan palpasi
kemampuan pasien dalam Spasme otot dilakukan dengan
mengkontraksikan otot atau group cara palpasi yaitu: dengan jalan
otot secara voluntary. menekan dan memegang organ atau
37
bagian tubuh pasien untuk 2. Data sekunder
mengetahui kelenturan otot bahu, a. Studi Dokumentasi
misal terasa kaku, tegang atau lunak. Pada dokumentasi penulis
Untuk kriteria penilaiannya sebagai mengamati dan mempelajari data
berikut: status pasien di RSUD Prof. Dr.
Nilai 0 : tidak spasme Margono Soekarjo Purwokerto.
Nilai 1 : spasme ringan b. Studi Pustaka
Nilai 2 : spasme sedang Dari buku-buku, kumpulan
Nilai 3 : spasme berat artikel, dan bahan kuliah yang
Prosedur Pengambilan Data berkaitan dengan kasus carpal tunnel
1. Data primer sydrome sinistra.
a. Pemeriksaan fisik Anatomi dan Fisiologi
Bertujuan mengetahui
Pergelangan tangan
keadaan fisik pasien yang
dibentuk oleh beberapa jaringan
pemeriksaannya meliputi: tanda vital,
antara lain : tulang, tendon, otot,
inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi,
ligament, kapsul sendi dan
pemeriksaan gerak dasar, dan
beberapa saraf yang
kemampuan fungsional.
menginervasi daerah tangan.
b. Interview
Carpal Tunnel di bentuk oleh
Metode ini dengan cara tanya
fleksor retinakulum yaitu
jawab antara terapis dengan pasien
transvers carpal ligament dan
atau anamnesis langsung dengan
palmar carpal ligament yang
pasien, tetapi anamnesis ini bisa juga
kuat sebagai atapnya sedangkan
dilakukan pada orang lain atau
bagian bawah dibentuk oleh
keluarga yang mengetahui keadaan
tulang carpal yang terdiri dari 8
pasien atau kondisi pasien.
tulang : Scapoideum, Lunatum,
c. Observasi Triquetrum, Pisiforme untuk
Dilakukan untuk mengetahui bagian proksimal, sedangkan
perkembangan pasien selama untuk bagian distal adalah tulang
diberikan terapi. Trapezium, Trapezoideum,
38
Capitatum, Hamatum. Carpal hamatum disebelah medial kira-
Tunnel dilalui nervus medianus kira 3 cm kedalam palmar. Otot-
yang kearah distal, Fleksor otot lengan bawah yang disarafi
Digitorum Superficialis (FDS), oleh nervus medianus antara lain:
Fleksor Digitorum Profunda m. pronator teres, m. flexor
(FDP), Fleksor Poliscis Longus carpi radialis, m. palmaris
(FPL). longus, m. flexor digitorum
Nervus medianus provundus, m.flexor pollicis
dipercabangkan dari pleksus longus dan pronator quadratus.
brachialis dengan dua buah Nervus medianus
kaput. Kedua kaput tersebut mensarafi otot-otot fleksor
berasal dari fasikulus lateral dan lengan bawah dan otot-otot
fasikulus medial. Kedua kaput fleksor pergelangan tangan
tersebut bersatu pada bawah otot sehingga apabila ada lesi yang
pektoralis minor, jadi serabut- mengenai nervus medianus akan
serabut dari dalam trunkus menyebabkan terjadinya
berasal dari tiga segmen servical penurunan sensoris pada bagian
yang bawah dan dari segmen volar lengan bawah, daerah
thorakal pertama medulla spinalis palmar tangan jari 1, 2, 3 dan
didalam lengan atas bagian setengah jari ke-4.
bawah n. brakialis ini bercabang
Biomekanik
menjadi 3. Nervus medianus ini
berjalan sepanjang arteri Ditinjau dari morfologinya
brachialis dan lewat sisi palmar termasuk artikulasio ellipsoidea,
lengan bawah dimana serabut ini tetapi fungsinya sebagai
menuju telapak tangan dengan artikulatio gluboidea. Gerakan
melewati terowongan carpal yang terjadi pada persendian itu
berbentuk silinder yang ditutupi yaitu fleksi dengan lingkup gerak
oleh ligamen carpi trasversum sendi 60º, ekstensi 50º, ulnar
dan membentang dari tulang deviasi 30º, dan untuk radial
skapoideum sampai tulang deviasi 20º. Derajat fleksi dan
39
dan ulnar deviasi lebih besar dalam Carpal Tunnel pada
dibandingkan dengan gerakan pergelangan tepatnya di
ekstensi dan radial deviasi, hal ini bawah fleksor retinakulum.
disebabkan karena bentuk Sindrom ini terjadi akibat
permukaan sendi radius dari kenaikan tekanan dalam
ligamen bagian dorsal lebih terowongan yang sempit
kendor dari pada bagian palmar. yang dibatasi oleh tulang-
tulang carpal serta ligament
Pada gerakan radial
carpi tranversum yang kaku
deviasi terjadi gerakan rolling
sehingga menjebak nervus
tulang karpal dan sliding kearah
medianus (Rambe, 2004).
ulnar. Sedangkan pada gerakan
palmar fleksi tulang karpal Ada beberapa
rolling ke ventral dan sliding ke penyebab mengenai patologi
dorsal. dari Carpal Tunnel Syndrome
(CTS). Pada umumnya
Patologi
karena faktor mekanik, faktor
1. Definisi
non mekanik dan faktor
Carpal Tunnel Syndrome
vaskuler, ketiga faktor ini
(CTS) merupakan gangguan
memegang faktor penting
umum yang berhubungan
dalam terjadinya CTS. Pada
dengan pekerjaan yang
umumnya CTS terjadi secara
disebabkan gerakan
kronis dimana terjadi
berulang-ulang dan posisi
penebalan fleksor
yang menetap pada jangka
retinakulum yang
waktu yang lama yang dapat
menyebabkan tekanan
mempengaruhi saraf, suplay
terhadap nervus medianus.
darah ke tangan dan
a. Gerakan berulang dengan
pergelangan tangan. Carpal
kontraksi yang kuat
Tunnel Syndrome
menimbulkan
merupakan neuropati
pembengkakan sarung
terhadap nervus medianus di
40
tendon kemudian iskemik saraf. Keadaan iskemik
menimbulkan tekanan
ini kemudian diperberat oleh
pada sarung tendon.
peninggian tekanan intravaskuler
b. Tekanan yang berulang-
yang menyebabkan berlanjutnya
ulang, kuat dan lama akan
gangguan aliran darah.
menyebabkan peninggian
Selanjutnya terjadi vasodilatasi
tekanan intravaskuler.
yang menyebabkan odema
Akibatnya aliran darah
sehingga kerja saraf dan darah
intravaskuler melambat,
terganggu, akibatnya terjadi
kongesti yang terjadi ini
kerusakan saraf tersebut.
akan menggangu nutrisi
2. Etiologi
intravaskuler lalu diikuti
41
pada pasien lanjut usia. lupus eritematosus
Beberapa pakar sistemik.
menghubungkan gerakan f. Degeneratif;
yang berulang-ulang pada osteoarthritis.
pergelangan tangan dengan Obyek Yang Dibahas
bertambahnya resiko
a. Nyeri
penderita serta gangguan
pada kasus ini: Nyeri ini disebabkan
a. Adanya rasa sakit di oleh penekanan pada
pergelangan tangan atau retinakulum dan penjepitan
tangan yang menjalar ke nervus medianus yang
arah proximal. mengakibatkan peninggian
42
nyeri, jika nyeri terjadi dalam Karena immobilisasi
jangka waktu yang panjang yang terlalu lama pada
maka akan mengakibatkan penderita Carpal Tunnel
otot dalam keadaan inaktif Syndrome tahap lanjut dapat
atau digunakan tidak dijumpai atrofi pada otot
maksimal sehingga yang di sarafi nervus
elastisitasnya berkurang dan medianus yaitu otot-otot
terjadi penurunan kekuatan tenar.
otot.
d. Keterbatasan LGS HASIL DAN PEMBAHASAN
43
Dari tabel dilihat bahwa pada sendi terjadi
T6 5. bertambah.
44
Fisioterapi merupakan Sujatno.com/2002/01/Carpal Tunnel
salah satu pilihan terapi dari Syndrome.html
berbagai macam terapi yang bisa
Akses 30 April 2012;
diberikan pada kondisi ini.
http://medicastore.com/penyakit/333/
Prinsip dasar dari pemberian
Carpal Tunnel Syndrome.html,
fisioterapi adalah untuk
Rambe, 2004.
menyelesaikan masalah yang
muncul dari titik terendah Akses 6 Mei 2012;
bahkan sampai menghilang http://alatterapi.wordpress.com/categ
permasalahan. ory/jenis massage/
45
Company, Cameron; 1999, hal 47- Parjoto; Segi Praktis Fisioterapi;
49, 273-350. edisi kedua, Binarupa Aksara, 2002.
46