SESI 4

PENPOS SEM 7
 Position Determination in all conditions
The main objective of this subject area is that management level
officers retain the ability to use celestial and terrestrial based
techniques and to ensure that watchkeeping officers monitor the
position effectively at all times.

Celestial Navigation
The main objective of this subject area is that the trainee
shall retain the gain knowledge and ability in position
fixing by using all celestial bodies.
To compute the altitude of the celestial body, three
methods are available:
• the cosine formula and a pocket calculator
• the haversine formula
• pre-computed altitude and azimuth tables.
MC 7.01:
• The Marcq St. Hilaire method (also known as Intercept
method) for obtaining a position line is universal and can
be utilized for any celestial body in any direction, the body in
the meridian included.
• The Latitude by Meridian Altitude method should be
used when the body is on the observer's meridian after
applying the true zenith distance to the declination of the
celestial body in order to obtain the observer's latitude.
• The officers should also be able to obtain the corrections
from pole star tables in the nautical almanac and apply
them to the altitude of Polaris to find the latitude of the
observer.
• Finally the officers should be able to find the position of
the observer at the time of the final observation, given
two or more position lines with the courses and distances
run between the observations
• Fixing positions might be carried out as geometrical
problems, using simultaneous or staggered observations of
celestial bodies, preferably on an ocean plotting sheet which
can then be transferred on to the navigational chart or
on the navigation chart (if scale permits).
 The Marcq St. Hilaire method
(also known as Intercept method)
for obtaining a position line is
universal and can be utilized for
any celestial body in any
direction, the body in the
meridian included.
ALUR PENYELESAIAN:

MARC ST. HILAIRE METHOD

DAFTAR ABC

Cos T =[Sin(Dec) – Sin(Lat).Sin(Tu)] /

WAKTU UT DUGA [
(AM/PM) Cos(Lat).Cos(Tu)]

GMT/UT Tan T = Sin (LHA) / [Cos(Lat).Tan(Dec) – BS/Tn/Zn

DR Sin(Lat).Cos(LHA)]
Almanac

LHA 0 =GHA 0 + Incr + Long ≥2 LOP FIX

LHA * = GHA A +Incr + Ts=Tu + Corr
Long + SHA *
Ts -Th Intercept/p

Sin Th = Sin(Lat).Sin(Dec) +
BS/Tn/Zn = Baringan sejati
Cos(Lat).Cos(Dec).Cos(LHA)
BOLA ANGKASA
KOORDINAT BINTANG
(DEKLINASI DAN SHA)
Local hour angle, Greenwich hour angle, and sidereal hour angle
are measured westward through 360°. Meridian angle is measured
eastward or westward through 180° and labeled E or W to indicate
the direction of measurement.
The horizon system of coordinates, showing measurement of
altitude, zenith distance, azimuth, and azimuth angle.
 KEGIATAN /AKTIVITAS
TAHAPAN MENDAPATKAN FIX POSITION DARI OBSERVASI BINTANG

❑KHUSUS POSISI DARI HASIL PENGAMATAN BINTANG DIPERLUKAN PERENCANAAN BINTANG YANG
AKAN DIAMATI/DIUKUR TINGGINYA.
(PENGGUNAAN STARS FINDER, NAVIGATION TABLE, SOFTWARE DLL)

❑PENGAMATAN BINTANG SEYOGYANYA DIRENCANAKAN WAKTU PENGMATANNYA. (CIVIL

TWILIGHT).

❑PELAKSANAAN PENENTUAN POSISI , MEMBANDINGKAN HASIL PENGMATAN DENGAN

PERHITUNGAN.

FIX POSITION DARI OBSERVASI MATAHARI (NOON POSITION)

➢ OBSERVASI SEBELUM MERPASS

➢ OBSERVASI SAAT MERPASS , MENDAPATKAN LINTANG TENGAH HARI
 CIRCLE OF POSITION
LoP = Line of Position = Posisi observer/pengamat yang mengukur tinggi b.a yang mendapatkan tinggi
yang sama.
H = tinggi b.a (benda angkasa)
R = 90˚ - H Posisi proyeksi bumiawi /
P = Proyeksi bumiawi b.a (GP) Geograpical Position (GP).
Z = Posisi observer Lintangnya = deklinasi b.a
Bujurnya = GHA b.a
0˚-180˚= Bujur Barat
180˚-360˚= 360- GHA
Bujur Timur
GEOGRAPHICAL POSITION (GP)
 PLOTTING LINE OF POSITION (LOP)
Line Of Position (LOP) adalah penggalan dari Circle of Position yang memilki radius ribuan mil yang
penggalan tersebut digambarkan sebagai garis dan berada dekat dengan pengamat.
Circle of Position itu sendiri adalah tempat kedudukan pengamat yang mengukur tinggi benda
angkasa tersebut sama.

Circle of equal altitude for CALCULATED altitude (Th)

Circle of altitude for OBSERVED altitude (Ts)

GP x

intercept DR
x DR

P = Ts - Th
Intercep (p) > 0 (+) searah azimuth
< 0 (-) berlawanan azimuth
 INTERCEPT

R =90˚ - ALT
CIRCLE/LINE OF POSITION
LOP

Ho = Tinggi Sejati = Ts
Hc = Tinggi Hitung = Th
FIX POSITION

LOP 1

LOP 2

LOP 3
 METODE DALAM PENENTUAN POSISI KAPAL DI LAUT

• Metode penentuan posisi kapal di laut menggunakan benda angkasa;

Metode Marc St Hilaire (diperkenalkan oleh Admiral Marc St Hilaire, French Navy)
Metode Sight Reduction
• Metode Marc St Hilaire , metode yang populer dan mudah dipahami dan digunakan untuk
menentukan posisi kapal di laut. Akan menjadi lebih mudah lagi jika menggunakan Uttmark’s Plotting
Chart (60˚ U – 60˚ S)
• Penggunaan Cosine – Haversine Formula dan tabel tabel pelayaran (H.O, Bowditch, Norris dll) , atau
scientific calculator dapat digunakan untuk penentuan posisi kapal di laut.
• Posisi kapal / fix position adalah perpotongan ≥ 2 garis posisi (line of position / Sumner Lines atau
LOP dan Lintang Pengamat)
• Garis posisi didapatkan dari pengamatan dan perhitungan benda-benda angkasa (Matahari, Bulan,
Planet dan Bintang-bintang)
• Pada siang hari posisi dari pengamatan dan perhitungan Matahari, matahari dan Bulan, Matahari dan
Planet (Venus).
• Senja dan Fajar (twilight) dari pengamatan dan perhitungan Bintang bintang, termasuk bintang Kutub
(Polaris Star).
 CELESTIAL / ASTRONOMICAL NAVIGATION
MENENTUKAN POSISI KAPAL DI LAUT DENGAN MEMANFAATKAN CELESTIAL
BODIES ( SUN, MOON, PLANETS AND STARS)

TEORI YANG MENDASARI DALAM PENENTUAN POSISI DENGAN

MEMANFAATKAN BENDA ASTRONOMI/ CELESTIAL BODIES DIPELAJARI PADA
ILMU PELAYARAN ASTRONOMI / CELESTIAL NAVIGATION ( SEMESTER II & III
KURIKULUM SK.471/DL.002/IV/DIKLAT-09)

LIHAT KEMBALI PARALLACTIC TRIANGLE (NAVIGATION TRIANGLE)

DARI SEGI TIGA NAVIGASI TERSEBUT, MAKA DILAKUKAN

PERHITUNGAN UNTUK MENDAPATKAN;
1. TINGGI HITUNG (Th) / CALCULATED HEIGHT (Hc) BENDA
ANGKASA
2. AZIMUTH / TRUE BEARING
MARC ST. HILAIRE METHOD
DAFTAR ABC
WAKTU UT DUGA (AM/PM)

Cos T =[Sin(Dec) – Sin(Lat).Sin(Tu)] /

[ Cos(Lat).Cos(Tu)]

GMT/UT
Tan T = Sin (LHA) / [Cos(Lat).Tan(Dec) – BS/Tn/Zn
DR
Sin(Lat).Cos(LHA)]
Almanac

≥2 LOP FIX
LHA 0 =GHA 0 + Incr + Long Ts=Tu + Corr
LHA * = GHA A +Incr + Long + SHA *
Ts -Th
Intercept/p

Sin Th = Sin(Lat).Sin(Dec) + BS/Tn/Zn = Baringan sejati

Cos(Lat).Cos(Dec).Cos(LHA)
 PERALATAN UTAMA YANG DIPERLUKAN
• Untuk penentuan posisi kapal di laut lepas dengan memanfaatkan benda-
benda angkasa (astronomical bodies) diperlukan peralatan berikut:
1. Choronometer
2. Stopwatch
3. Almanak Nautika
4. Sextan
5. Scientific Calculator atau Tabel Pelayaran
• Dengan alasan ketelitian, kecepatan perhitungan dan setiap cadet atau
perwira memiliki scientific calculator maka untuk mata pelajaran penentuan
posisi untuk bahasan selanjutnya diarahkan menggunakan calculator, tidak
lagi menggunakan daftar pelayaran (Daftar Pelayaran Indonesia, Norris,
Bowditch, H.O. dll)
• Teori yang mendasari penentuan posisi dengan memanfaatkan benda-benda
angkasa (mata hari, Bintang, planet dan bulan) dibahas/dipelajari secara
mendalam pada mata pelajaran NAVIGASI ASTRONOMI / CELESTIAL
NAVIGATION
 BOLA ANGKASA

Z Pn = 90˚ - Lat = Co-Lat Z

Pn X = 90˚ - Dec = Co - Dec
Z X = 90˚ - Alt = Co - Alt

Pn X

O
N S

CELESTIAL HORIZON

Na
 RUMUS COSINUS (I.U. SEGI TIGA BOLA)

b
c

a C

Cos a = Cos b x Cos c + Sin b x Sin c x Cos A

Sin (90 – A) = Cos A

Cos (90 – A) = Sin A

 SEGI TIGA NAVIGASI (PARALACTIC TRIANGLE)
Z
Z Pn = 90˚ - Lat = Co-Lat
Pn X = 90˚ - Dec = Co - Dec
Z X = 90˚ - Alt = Co - Alt

Cos(90˚ -t) = Cos (90˚ - L) x Cos (90˚ - d) + Sin (90˚ - L) x Sin

(90˚ - d) x Cos (LHA)

Sin (t) = Sin (L) x Sin (d) + Cos (L) x Cos (d) x Cos (LHA)

Pn
Dari hasil di atas pada masa lalu,sebelum era kalkulator
maka untuk menyelesaikan perhitungan dibuat daftar yang kita kenal dengan daftar pelayaran oleh karenanya rumus di
atas disesuaikan agar dapat diselesaikan dengan logaritma. (Perkalian menjadi penjumlahan)
Sin t = Cos (L ± d) – Cos (L) Cos (d) Sinv P
Term I - Term II
 PENYELESAIAN DENGAN DAFTAR PELAYARAN
SEBELUM KALKULATOR DIGUNAKAN SECARA UMUM OLEH MASYARKAT UMUM , UNTUK MEMUDAHKAN PENYELESAIAN
PERHITUNGAN UNTUK MENENTUKAN POSISI DIGUNAKAN DAFTAR PELAYARAN YANG FORMULANYA DARI SUMBER / TEORI
YANG SAMA;

Sin Th = Sin L x Sin d + Cos L x Cos d x Cos LHA*

= Sin L x Sin d + Cos L x Cos d x (1 – Sinv P)
= Sin L x Sin d + Cos L x Cos d – Cos L x Cos d x Sinv P
= Cos (L + d) – Cos L x Cos d x Sinv P
= I - II

SAAT INI PENGGUNAKAN KALKULATOR SUDAH SANGAT UMUM OLEH KARENANYA PENYELESAIAN PERHITUNGAN UNTUK
MENDAPATKAN POSISI KAPAL JUGA WAJAR MENGGUNAKAN KALKULATOR, KARENA LEBIH SIMPLE TANPA PERLU
INTERPOLASI, MEMUDAHKAN RECHECK PERHITUNGAN KARENA TIDAK MEMERLUKAN WAKTU YANG BANYAK, LEBIH TELITI,
LEBIH CEPAT DAN MUDAH.
 PARALLACTIC TRIANGLE (NAVIGATION TRIANGLE)

T/Z

Observer

GP

Co – Declination = 90˚ - Declination

Co – Altitude = 90˚ - Altitude
Co – Latitude = 90˚ - Latitude

T/Z = azimuth
GP = geographical position (proyeksi bumiawi)
 TINGGI HITUNG DAN AZIMUTH
Dari segi tiga Navigasi di atas dan berdasarkan Rumus Cosinus pada Ilmu Ukur segi tiga bola, maka:
Cos a = Cos b x Cos c + Sin b x Sin c x Cos A
Cos (90-Alt) = Cos (90-Lat) x Cos (90- Dec) + Sin (90-Lat) x Sin (90-Dec) x Cos (LHA)
Sin Alt = Sin Lat x Sin Dec + Cos Lat x Cos Dec x Cos LHA
(Sin Th = Sin L x Sin d + Cos L x Cos d x Cos LHA)
Dari rumus di atas dengan menggunakan calculator didapatkan Th (Tinggi Hitung)

Dari segi tiga yang sama untuk mendapatkan Azimuth benda angkasa (Baringan Sejati Proyeksi Bumiawi benda
angkasa dari Posisi Pengamat/observer) dengan menggunakan;
# RUMUS COSINUS
Cos (90-Dec) = Cos (90-Lat) x Cos (90-Alt) + Sin (90-Lat) x Sin (90-Alt) x Cos Z(T)
Sin (Dec) = Sin (Lat) x Sin (Alt) + Cos (Lat) x Cos (Alt) x Cos Z(T)
Sin (Dec) - Sin (lat) x Sin (Alt) = Cos (Lat) x Cos (Alt) x Cos Z(T)

Sin (Dec) – Sin (Lat) x Sin (Alt)

Cos Z(T) =
Cos (Lat) x Cos (Alt)

Z (T) = N/S .................. E/W

Z atau T = azimuth
 TINGGI HITUNG DAN AZIMUTH
Dengan Rumus Cotangens didapat

Sin (LHA)
Tan T =
{Cos (Lat) x Tan (Dec) – Sin (Lat) x Cos (LHA)}

T = N/S .............. E/W

Catatan:
Untung menghitung tinggi benda angkasa dengan rumus Sinus Th ;
Jika Lintang atau declinasi SELATAN jadikan bilangan NEGATIV dan sebaliknya UTARA sebagai
bilangan positif.
Khusus menghitung T atau Azimuth dengan ke dua formula di atas;
1. Jika Lintang dan declinasi berlawanan nama, declinasi diperhitungkan sebagai bilangan
NEGATIV
2. Jika LHA 180˚ - 360˚ diperhitungkan sebagai bilangan NEGATIV dan
3. jika hasil perhitungan didapatkan T negatif tambahkan 180˚ untuk nilai T nya
T diberi nama U/S dan T/B sesuai Lintang dan LHA (0 -180 =W, 180 -360 = E)
Selanjutnya T dikonversi atau diubah/ dijadikan baringan sejati Tn/ BS)
Bila terjadi keraguan hasil perhitungan Azimuth atau Baringan Sejati yang didapat check
baringan sejati
Proyeksi Bumiawi benda angkasa dari posisi pengamat.
 SKEMA PERHITUNGAN
Waktu di Kapal : . . . . . . . . . . . ( tanggal)
Bujur dalam waktu : . . . . . . . . . . .
UT/GMT duga : . . . . . . . . . . . (tanggal)

Chronometer : . . . . . . . . . . .
Koreksi Chron : . . . . . . . . . . . . .
UT : . . . . . . . . . . . . . ( tanggal sesuai tanggal UT duga)

GHA ˠ :........ Tu : .........

Incriment : . . . . . . . . Ki :.........
Bujur :........ Dip : . . . . . . .. (+)
SHA * :........ App Alt :..... .
LHA * :......... App Alt Corr: . . . . . . . . . (+)
Ts :.........
Th :......... (-)
Sin Th :. ....... P (intercept) : . . . . . . . . ..
Th :........
T : U/S ............... T/B
BS : U ................. T
Untuk mata hari, LHA = GHA mata hari + Incriment +/- Bujur
 contoh
WDK = ......... (tanggal)

BDW = .........

UT duga = ........ (tanggal)

BINTANG A BINTANG B BINTANG C

Cronometer = ........

Koreksi = ........

UT = ........

GHA Aries = .......

Incriment = .......

Bujur = ...... T/B

SHA bintang = ......

LHA bintang = ......

Deklinasi = ...... U/S

Lintang = ...... U/S

Sin Th = (Sin L x Sin d) + (Cos L x Cos d x Cos LHA)

Th (tinggi hitung) = .......

Tu (tinggi ukur) = .......

Ki (koreksi index) = .......

Dip (koreksi tinggi mata) = .......

App Alt (tinggi maya) = ......

Koreksi tinggi maya = .......

Tinggi sejati = ......

Tinggi hitung (Th) = .......

Intercep (p) = ...... Sin LHA

Tan T = ------------------------------------

T (azimuth) = U/S ........ T/B ( Cos L x Tan d ) - (Sin L x Cos LHA )

Tn (baringan sejati) = ...........

 Melukis garis tinggi ada 2 cara
1. Konstruksi pada peta
2. Konstruksi menggunakan kertas biasa

DR +p

agt
 DR
+p
-p