Scenario D Block 18

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 28

BLOCK 18

TUTORIAL SCENARIO D
Kamaru (12 bulan)

GROUP B4
Tutor:
Dr. Fifi Julianita

Faculty of Medicine of Sriwijaya University


2008
SCENARIO D BLOCK 18

MOTORIC DELAYED TUTORIAL

Block 18 (25th April 2011)

Kamaru, 12 months boy, came to clinic because he can not sit and crawl yet. Kamaru is the
first son of 18 years old mother. Kamaru was delivered spontaneously in the 36 th weeks of
gestation. His mother had has no complain and 3 times check up to midwife during
pregnancy. He didn’t directly cry after birth, APGAR score in the first minute was 2, and in
the fifth minute was 5. His birth weight was 2.000 grams. Kamaru was able to prone at 10
months, but does not roll back. Nowday he cannot sit and crawl yet. Until now, he is unable
to eat rice yet, so his mother give him porridge rice milk. He is unable to eat biscuit by
ownself yet. Kamaru can not calls “mama”, “papa”, and cry if he wants something. No
seizure’s history.

Physical examination :
Body weight 7,2 kg, body length 72 cm, head circumference 41cm. No dismorphic
appearance. The child is alert, good eye contact, looking and smiling to observer. He can turn
his head if some one called him with loudly. There was uncontrolled movement. On prone
position, he is able turn up and hold his head for several seconds. Moro and Grap’s reflex are
still exist. Arms and legs strength are 3, arms and legs are stiff and hard to be fold, tendon’s
reflex increase. When he was raisedup to vertical position, his both legs crossing over each
other. No anatomic deformity at his legs. Result of BAER test: sound respond both of his ears
at 30 dB’s.
I. Klarifikasi Masalah
1. Gestation : Periode selama sel telur yang dibuahi berkembang
menjadi bayi dan siap dilahirkan
2. Moro reflex : Reflex yang muncul sejak lahir, paling kuat pada usia
1 bulan dan menghilang pada usia 2 bulan. Terjadi jika
kepala bayi tiba-tiba terangkat,rangsangan suhu
yang berubah drastis, dikagetkan dengan suara keras
maka kaki dan tangan akan melakukan ekstensi dan
kedua lengan akan tersentak keatas dengan telapak
tangan keatas dan ibu jari bergerak fleksi.
3. Crawl : Berjalan menggunakan tangan dan lutut (merangkak)
4. Prone : Keadaan berbaring dengan wajah dibagian bawah
(tengkurap)
5. Roll back : Memutar balik badan
6. Graps’s reflex : Gerakan fleksi yang invoulunter dari jari-jari terhadap
rangsang taktil atau tendon pada telapak tangan
7. BAER test : Brainstem Auditory Evoked Response, pengukuran
secara elektrofisiologis dari fungsi pendengaran
dengan menggunakan respons yang dihasilkan dari
saraf-saraf auditory dan batang otak terhadap stimulus
akustik yang berulang.
8. Tendon’s reflex :Reflex yang ditimbulkan oleh ketukan tajam pada
tendon atau otot sehingga menghasilkan pengerutan
segera otot tersebut diikuti kontraksinya.
9. Seizure : Kontraksi oto skeletal secara involuntary.
10. APGAR Score : Penilaian yang bertujuan untuk mengevaluasi dengan
cepat keadaan bayi baru lahir dilihat dari kondisi
fisiknya.
II. Identifikasi Masalah
1. Kamaru, 12 months boy, came to clinic because he can not sit and crawl yet.
2. Prenatal History: Kamaru is the first son of 18 years old mother. Kamaru was
delivered spontaneously in the 36th weeks of gestation. His mother had has no
complain and 3 times check up to midwife during pregnancy.
3. Postnatal History: He didn’t directly cry after birth, APGAR score in the first minute
was 2, and in the fifth minute was 5. His birth weight was 2.000 grams.
4. Kamaru was able to prone at 10 months, but does not roll back.
5. Until now, he is unable to eat rice yet, so his mother give him porridge rice milk and
he is unable to eat biscuit by ownself yet.
6. Kamaru can not calls “mama”, “papa”, and cry if he wants something.
7. Physical examination result.
III. Problem Analysis

1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan normal anak usia 0-12 bulan?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tumbuh kembang anak normal usia 0-12
bulan?

3. Perkembangan apa yang terhambat pada kasus ini? Bagaimana patofisiologisnya?

4. Bagaimana hubungan riwayat prenatal dengan keluhan pada kasus ini?

5. Bagaimana hubungan riwayat postnatal dengan keluhan pada kasus ini?

6. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik?

a. Antropometri

b. Keadaan umum

c. Refleks Moro dan Refleks Graps

d. Arm & legs strength = 3 , arm & legs are stiff and hard to be fold

e. Refleks tendon

f. He can turn his head if someone called him loudly

g. There was uncontrolled movement and on prone position, he is able to turn up and
hold his head for several second

h. When he was raised up to vertical position, his both legs crossing over each other

i. BAER Test

7. Bagaimana cara mendiagnosis kasus ini?

8. Apa saja diagnosis banding untuk kasus ini?

9. Bagaimana diagnosis kerja untuk kasus ini?


10. Bagaimana penatalaksanaan dan edukasi untuk kasus ini?

11. Bagaimana kompilkasi, prognosis dan KDU untuk kasus ini?

IV. Hypothesis

Kamaru, laki-laki, 12 bulan lahir spontan pada kehamilan 36 minggu, berat lahir 2000
grams,asfiksia, KEP sedang, microcephaly, mengalami gangguan perkembangan
motorik kasar dan halus, gangguan bahasa, komunikasi, sosialisasi, emosi dan
gangguan pendengaran ringan disebabkan oleh cerebral palsy tipe campuran.
V. Sinthesis
a. Tumbuh Kembang Anak 12 bulan yang normal:

i. Perkembangan motorik kasar

1. Berdirinya semakin stabil dan sudah dapat tanpa berpegangan.

2. Dapat berjalan beberapa langkah meski masih butuh penopang untuk


keseimbangan tubuhnya. Bantu bayi dengan memegangi kedua atau salah
satu tangannya.

3. Dapat bergerak dari posisi duduk ke berdiri dengan cara berlutut; satu
kakinya ditarik dan diangkat sampai akhirnya dapat berdiri.

ii. Perkembangan motorik halus

1. Kegemarannya memasukkan dan mengeluarkan objek dari/ke dalam


wadah masih terus berlangsung.

2. Mengambil objek yang kecil (sebesar buah kismis) masih dengan


menjimpit (dengan menggunakan jempol dan jari telunjuk).

3. Dapat memegang krayon dan mengarahkannya pada kertas, namun belum


membuat suatu coretan.

iii. Perkembangan sosial-emosi

1. Kesadaran akan lingkungan sekitar semakin bertambah. Hal ini


merupakan pertanda baik. Ia dapat mengenali orang baru yang dijumpai.
Begitu pula dengan permainan atau barang-barang di sekitarnya.

2. Takut pada orang asing dan takut berpisah dari ibu juga masih ditemui di
usia ini.

3. Ada juga rasa takut lain, seperti takut ketika dicuci rambutnya, takut pada
suara keras, takut pada sesuatu yang tiba-tiba bergerak, dan lainnya.
Namun rasa takut ini biasanya akan hilang dalam beberapa bulan ke
depan.

4. Bayi menolak perhatian dari orang lain dengan cara rewel atau menangis
(terutama bila ada ibu di dekatnya).

5. Jika memegang suatu objek ia akan mengulurkannya kepada orang yang


ada di dekatnya. Bukan untuk memberikan melainkan hanya
memperlihatkan pada orang tersebut.
iv. Perkembangan kognitif

1. Memperlihatkan pemahaman akan kata yang familiar. Contoh, "Ambil


boneka beruangnya, Sayang!" Meski tidak langsung memberi respons
dengan mengambil, bayi akan memerhatikan objek yang dimaksud. Hal
ini menandakan ia mengerti "boneka beruang" yang dimaksudkan.

2. Memerhatikan arah gerak suatu objek yang dilemparkannya dan


memerhatikandampak yang ditimbulkan dari objek yang dilempar
tersebut. Ini merupakan permainan yang menarik baginya.

3. Sudah mengerti akan perkataan "tidak". Ia akan berhenti melakukan


sesuatu atau terdiam ketika mendengar kata "tidak".

4. Memberi respons pada permintaan-permintaan sederhana. Umpamanya,


"Ayo ke sini, Sayang." Maka ia pun memberi respons dengan mendekat.

v. Perkembangan bahasa

1. Seperti di usia sebelumnya, ia dapat mengucapkan beberapa kata


sederhana seperti, "mama", "papa", "dada". Orangtua dapat menstimulasi
dengan sering mengajaknya bicara. Ia akan belajar menirukan ucapan
kata-kata sederhana.

2. Tampak berusaha berkomunikasi dengan memainkan intonasi suara dan


pola melodi sehingga terdengar seperti kalimat. Suara-suara itu diarahkan
pada orang yang berbicara padanya.

vi. Perkembangan kemandirian

1. Gerakannya dalam mengunyah dan menggigit makanan semakin baik.

2. Pola tidurnya mulai teratur. Tidur malamnya sekitar 12-14 jam dan
bangun pada pagi hari. Namun, bayi masih mudah lelah, karena itu
majukan makan siangnya sekitar pukul 11.00 agar ia bisa tidur siang
sekitar 1-4 jam.

3. Mulai menolak makan. Perilaku ini umumnya berlanjut di usia


berikutnya.

vii. Pertumbuhan

1. Berat badan: meningkat 3 kali lipat dari berat badan lahir menjadi sekitar
7,8-10,2 kg.

2. Panjang badan: mencapai 75cm.

3. Berat otak: meningkat hamper 3 kali lipat menjadi 925g.

4. Lingkar kepala: 46,5-47cm.


Tabel 2. Milestone perkembangan anak normal usia 0-24 bulan
Saat-saat Penting Rata-rata Makna Perkembangan
(Milestone) Umur
Pencapaian
(bulan)
Motorik Kasar
Kemantapan kepala pada saat 2 Memungkinkan interaksi visual
duduk yang lebih baik
Menarik untuk duduk, kepala tidak 3 Tonus otot
tertinggal
Menempatkan kedua tangan di 3 Menemukan diri
garis tengah
Refleks tonus leher asimetris hilang 4 Anak dapat memperhatikan
tangan dari garis tengah
Duduk tanpa bantuan 6 Peningkatan eksplorasi
Tengkurap 6,5 Fleksi trunkus,risiko jatuh
Berjalan sendiri 12 Eksplorasi, pengendalian dekan
pada orang tua
Lari 16 Pengawasan lebih sulit
Motorik Halus
Menggenggam mainan 3,5 Penggunaan benda
Meraih benda 4 Koordinasi visuomotor
Genggaman tanggan hilang 4 Pelepasan sukarela
Memindahkan benda dari satu 5,5 Perbandingan benda
tangan ke tangan lain
Memegang benda dengan ibu jari 8 Mampu eksplorasi benda yang
dan jari lainnya kecil
Membuka lembaran buku 12 Meningkatkan otonomi saat
‘membaca’ buku
Mencoret-coret 13 Koordinasi visuomotor
Membangun menara dari dua 15 Memerlukan koordinasi
kubus penglihatan, motorik kasar dan
halus
Komunikasi dan Bahasa
Tersenyum untuk merespon wajah 1,5 Anak lebih aktif berpartisipasi
dan suara social
Mengoceh satu suku kata 6 Bereksperimen dengan suara,
sensasi taktil
Mengikuti perintah yang disertai 7 Komunikasi nonverbal
gerakan tubuh
Mengikuti perintah yang tidak 10 Kemampuan bahasa reseptif
disertai gerakan tubuh verbal
Bicara kata yang sesungguhnya 12 Mulai menyebut
pertama kali
Bicara 4-6 kata 15 Menguasai nama benda dan orang
Bicara 10-15 kata 18 Menguasai nama benda dan orang
Bicara kalimat yang terdiri dari dua 19 Mulai gramatisasi, sesuai dengan
kata perbendaharaan kata (sekitar 50
kata atau lebih)
Kognitif
Menatap sebentar pada titik tembat 2 Tidak mengingat objek ( hilang
suatu objek menghilang dari pandangan, hilang dari
pikiran)
Menatap tangannya sendiri 4 Penemuan diri, sebab dan akibat
Membanting dua kubus 8 Aktif membandingkan objek
Menemukan mainan (setelah 8 Mengingat objek
sebelumnya melihat mainan
tersebut disembunyikan)
Permainan pura-pura egosentris 12 Mulai berpikir simbolis
(misalnya, pura-pura minum dari
cangkir)
Menggunakan tongkat atau batang 17 Mampu menghubungkan tindakan
untuk meraih mainan untuk menyelesaikan masalah
Bermain pura-pura dengan boneka 17 Pemikiran simbolik

b. Faktor-faktor yang mempegaruhi tubuh kembang anak:

i. Faktor genetic

Kemampuan untuk berperawakan tinggi atau pendek diturunkan menurut


ketentuan tertentu sehingga anak yang tinggi biasanya berasal dari orang tua
yang tinggi pula.

ii. Beberapa hormone yang mempengaruhi pertumbuhan:

1. Hormon pertumbuhan

2. Hormon tiroid yang mempengaruhi pertumbuhan dan kematangan tulang.

3. Hormon seks, pada pria di testis dan kelenjar suprarenalis dann pada
perempuan di kelenjar suprarenalis, merangsang pertumbuhan selama
jangka waktu yang tidak lama. Di samping itu, hormone tersebut juga
merangsang pematangan tulang sehingga pada suatu waktu pertumbuhan
berhenti. Hormon ini bekerja terutama pada pertumbuhan cepat selama
masa pubertas.

iii. Asupan nutrisi

Pemberian makanan harus disesuaikan dengan keperluan anak yang sedang


tumbuh.

iv. Penyakit infeksi maupun akut, dapat menghambat pertumbuhan dan


perkembangan anak.

v. Lingkungan

 Lingkungan yang baik akan memungkinkan tercapainya potensi genetik


anak. Lingkungan yang kurang baik akan menghambat pertumbuhan,
sehingga potensi genetik tidak dapat dicapai.

vi. Faktor Prenatal:

1. Asupan nutrisi ibu pada saat kehamilan

2. Kondisi plasenta (hipertensi maternal, toxaemia, pertumbuhan janin


terhambat)

3. Infeksi dan pemakaian obat selama kehamilan.

a. Masalah endokrin (DM, hipotiroidism)


b. Radiasi.
vii. Faktor Perinatal:
1. Komplikasi kelahiran
2. Trauma kepala
3. Asfiksia

c. Perkembangan yang terhambat pada kasus ini:

i. Motorik kasar, motorik halus  presentral dari korteks serebri (area IV)

ii. Bahasa bicara  Wernick dan Broca

iii. Sosialisasi kemandirian  Sistim limbik, hipokampus

d. Hubungan status prenatal dengan kasus

i. Umur ibu 18 tahun saat mengandung

Merupakan faktor resiko untuk kelahiran bayi preterm.

ii. Check up ke bidan 3 kali


Selama mengandung, ibu minimal melakukan 4 kali check up yang terdiri
dari: satu kali pada Trimester I, satu kali pada Trimester II, dan dua kali pada
Trimester III.

Delivered 36
primigravida
gestation
Berat badan lahir
2000 gr prematurity Resiko partus lama

BBLR (AGA) Alveolus belum


Bayi tdk mendapat
matang
O2 dalam waktu
lama
Dinding dada Jumlah surfaktan belum sempurna untuk
lemah berfungsi secara optimal

Tegangan permukaan
alveolus masih tinggi

Alveoli membutuhkan tekanan


yang besar untuk mengembang

Tidak mampu bernafas


Gagal
secara spontan
atelektasis

Kesulitan bernafas :
Apgar score < 7
(asfiksia berat)

Proses ventilasi kurang

Perfusi kurang

Supply O2 ke otak
menurun

Hypoksia otak (8-10 mnt)

Kerusakan sel-sel motorik


yang sedang tumbuh

Lesi pada upper motor Gangguan pekembangan


neuron motorik
e. Hubungan kasus postnatal dengan kasus

i. Lahir preterm (36 minggu)


Prematuritas: suatu keadaan yang belum matang, yang ditemukan pada bayi
yang lahir pada saat usia kehamilan belum mencapai 37 minggu.

Beberapa penyakit yang umumnya terjadi pada bayi prematur:

• penyakit membrane hialinà terjadi akibat belum sempurnanya


pembentukan membrane hialin/surfaktan (pelapis alveolus).

• Pneumonia aspirasià akibat refleks menelan & batuk yang belum


sempurna

• Pendarahan intraventrikularà terjadi akibat anoksia otak

• Fibroplasia retrolentalà terjadi akibat gangguan O2 yang berlebihan


• Hiperbilirubinemiaà akibat faktor kematangan hepar sehingga konjugasi
bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna

Prematuritas (bayi kurang bulan) mempunyai kemungkinan menderita


perdarahan otak lebih banyak dibandingkan bayi cukup bulan, karena pembuluh
darah, enzim, factor pembekuan darah, dll masih belum sempurna.
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, misalnya perdarahan
yang mengelilingi batang otak, mengganggu pusat pernafasan dan peredaran
darah sehingga terjadi anoksia. Perdarahan subdural dapat menekan korteks
serebri sehingga timbul kelumpuhan spastic.
Prematuritas dan perdarahan ini menjadi factor resiko terjadinya Cerebral
Palsy. Cerebral Palsy ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal
dan tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) dan
merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinis dapat berubah
selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai
kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastic, gangguan ganglia basal dan
serebelum dan kelainan mental.

ii. Tidak menangis setelah lahir


Pada saat bayi dilahirkan, maka paru-paru bayi mengambil alih fungsi sebagai
alat respiratori. Paru-paru bayi mengembang alami untuk memasukkan
oksigen, secara otomatis mulut bayi terbuka untuk membantu oksigen masuk
ke paru-paru dengan melewati pita suara sehingga timbul tangisan bayi. Secara
singkat, tangisan merupakan bantuan untuk membuka paru-paru agar oksigen
bisa masuk. Pada kasus, bayi tidak menangis yang menandakan bayi
mengalami asfiksia (kurang masukan oksigen dalam tubuh).

iii. Skor APGAR : 1 menit = 2 dan 5 menit = 5


Characteristic Score 0 Score 1 Score 2

Apperance Pale/ blue Body pink, Completely


ekstrimitas blue pink

Pulse Absent <100x/menit >100x/menit

Grimace Absent Grimace Vigorous cry


Activity Absent Some flexion of Active motion
the extremity

Respiration Absent Slow, irreguler Good, crying

Interpretasi:

 8-10  Vigorous baby atau tidak asfiksia


 5-7  Asfiksia ringan
 3-4  Asfiksia sedang
 0-2  Asfiksia berat
Pada kasus, skor APGAR 1 menit adalah 2 berarti Kamaru mengalami asfiksia
berat, sedangkan skor APGAR 5 menit adalah 5, yang menunjukkan adanya
perbaikan atau usaha untuk bernafas, sehingga nilai APGAR bertambah
walaupun masih tergolong asfiksia ringan.

Asfiksia ini akan menimbulkan komplikasi seperti hipoksia dan iskemia otak
yang akan menyebabkan defisit sel-sel saraf. Dampak jangka panjangnya adalah
anoksia otak yang menyebabkan palsi serebralis.

iv. Berat Lahir = 2.000 gram


Merupakan berat badan lahir rendah (< 2.500 gram). Namun menurut kurva
Lubchenco berat badan ini masih sesuai dengan masa kehamilan (SMK/AGA).
BBLR ini merupakan faktor risiko terjadinya Cerebral Palsy.

f. Interpretasi Fisik

i. Anthropometry

a. berat badan: 7,8 – 10,2 kg,


b. panjang badan: 69,6 – 76,1 cm,
BB dan PB Kamaru adalah kurang dr nilai normal. Jadi permasalah ini
kemungkinan terjadi karena kekurangan gizi. Disini kami juga akan
menghitung status gizi dari pasien ini berdasarkan tinggi bdn, pjg bdn dan
umur

c. TB/U =72/75x 100%=96%(Normal)


d. BB/U =7,2/10,4x 100% =69.2%(Moderate malnutrition)
e. BB/TB =7,2/9,2 x100% =78%(moderate malnutrition)
f. lingkar kepala: 43,5 – 49,5,
Dalam kasus ini ukuran kepala bayi terlalu kecil dibandingkan dengan anak
sebayanya ini dapat menandakan terjadinya mikrosefalus (kepala kecil karena
otak tidak tumbuh dengan maksimal)

Penyebab mikrosefali:

 Familial, sejak lahir dan perkembangannya normal

 Autosomal recessive, berkaitan dgn ketelambatn perkembangan

 Congenital infection

 Didapatkan saat perkembangan otak (eg. Perinatal hypoxia,


hypoglycemia, meningitis), often accompanying CP and seizure.

ii. Kesadaran umum

a. Tidak ada gambaran dismorfik  normal

b. Sadar  normal

c. Kontak mata normal

d. Melihat dan tersenyum kepada  normal

iii. Refleks moro and reflex graps

- Refleks Moro
a. Cara Pemeriksaan:
Bayi dalam posisi telentang, kemudian kepalanya dibiarkan jatuh dengan
cepat beberapa sentimeter dengan hati-hati ke tangan pemeriksa.
Reaksinya bayi akan keget, lengan direntangkan dalam posisi abduksi
ekstensi, dan tangan terbuka disusul dengan gerakan lengan adduksi dan
fleksi. Kalau tidak ada reaksi merentangkan lengan sama sekali berarti
abnormal, begitu pula kalau rentangan lengan asimetri.
b. Normalnya ada pada bayi berusia 0-6 bulan.

- Refleks menggenggam
Normalnya refleks menggenggam ada pada bayi usia 0-6 bulan.
Ada 2 jenis refleks menggenggam yaitu plantar grasp dan palmar grasp.
a. Refleks plantar grasp
Cara Pemeriksaan: refleks ini dilakukan dengan meletakkan
sesuatu, misalnya jari pemeriksa pada telapak kaki pasien, maka
akan terjadi fleksi jari-jari kaki.
b. Refleks palmar grasp
Cara pemeriksaan: dilakukan dengan meletakkan sesuatu pada
telapak tangan pasien, maka akan terjadi fleksi jari-jari tangan.

 Pada kasus ini, Kamaru yang sudah berusia 12 bulan seharusnya sudah tidak ada lagi
refleks primitif seperti refleks moro dan refleks menggenggam. Refleks primitif yang
menetap mungkin mengindikasikan bahwa perkembangan otak kamaru terganggu.

iv. Arm & legs strength = 3 , arm & legs are stiff and hard to be fold

Menandakan bahwa kekuatan ekstremitas hanya dapat melawan gaya gravitasi


dan kekakuan serta sulit untuk dilipat.

v. Refleks Tendon

Refleks tendon meningkat  biasanya pada lesi UMN (Upper Motor Neuron)
yang dapat menyebabkan spastic.
Refleks tendon biasanya diperiksa pada tendon biseps, triseps, patela, dan
Achilles.
Pemeriksaan harus dilakukan dengan pasien dalam keadaan santai dan ketukan
cukup dilakukan dengan jari tangan.
Cara pemeriksaan:
a. Refleks biseps
Stimulus dengan ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan di
atas tendo otot biseps pasien dengan posisi tangan pasien setengah
ditekuk di sendi siku. Pada refleks ini, terjadi fleksi sendi siku.
b. Refleks triseps
Stimulus dengan ketukan langsung pada tendo triceps dengan
lengan bawah difleksikan di sendi siku dan sedikit dipronasikan.
Respon dengan ekstensi lengan bawah di sendi siku.
c. Refleks patela (knee jerk)
Stimulus dengan ketukan langsung pada ligamen patela dengan
posisi pasien duduk dengan kaki tergantung. Respon dengan
ekstensi sendi lutut

d. Refleks Achilles
Stimulus dengan ketukan pada tendo Achilles dengan posisi
tungkai ditekuk di sendi lutut dan kaki didorsofleksikan. Respon
dengan fleksi plantar kaki.

vi. He can turn head if someone called him loudly

Memutar kepala termasuk dalam gerak motorik halus, gerak tersebut biasa
ditemukan pada KPSP bayi usia 6 bulan. Pada Kumara yang usianya sudah 12
bulan ini merupakan hal yang normal. Tetapi dia akan melakukan gerak
tersebut apabila seseorang memanggilnya dengan keras, ini menunjukkan ada
gangguan pada pendengaran Kumara. Perlu tes lebih lanjut untuk
memastikannya.

vii. There was uncontrolled movement and on prone position, he is able to turn up and
hold his head for several second:

Terdapat Gerakan yang tidak terkontrol  Gangguan perkembangan motorik


halus
Dapat mengangkat dan menahan kepala beberapa detik  Keterlambatan
perkembangan motorik

viii. When he was raised up to vertical position, his both legs crossing over each
other

Waktu diangkat ke posisi vertical Defek neurologis (CP)

ix. BAER Test

BAER adalah tes untuk mengukur aktivitas gelombang otak yang terjadi
dalam menanggapi klik atau nada tertentu.
Hasil abnormal juga dapat disebabkan oleh:
• Cedera otak
• Kelainan otak
• Tumor otak
• Central myelinolysis pontine
• Gangguan bicara

Tabel berikut memperlihatkan klasifikasi kehilangan pendengaran

Kehilangan Klasifikasi
dalam Desibel
0-15 Pendengaran normal
>15-25 Kehilangan pendengaran kecil
>25-40 Kehilangan pendengaran ringan
>40-55 Kehilangan pendengaran sedang
>55-70 Kehilangan pendenngaran sedang sampai berat
>70-90 Kehilangan pendengaran berat
>90 Kehilangan pendengaran berat sekali
g. Pengakkan diagnosis

Kriteria Levine untuk menegakan diagnosis CP, jika ditemukan 4 abnormalitas dari
penilaian terhadap :
o Posture and movement pattern
o Oral motor pattern
o Strabismus
o Tone of muscle
o Evaluation of postural and landmarks reactions
o Deep tendon, infantile, and plantar refleks
 Anamnesis
 Catatan pola makan
 Recall 24 jam (Konsumsi Makanan Anak) : pagi, snack jam 10.00,
siang, snack jam 16.00, sore/malam.
 Riwayat tumbuh kembang
 Riwayat penyakit.
 Riwayat atopik alergi susu sapi.
 Riwayat sosioekonomi

 Pemeriksaan Fisik
 Antropometri
 Status gizi
 Tanda Neurologis
 Keterlambatan gerakan motorik
 Involuntary movements
 Facial and oromotor involvement
 Primitive refleks + dan meningkat
 Tanda-tanda klinis malnutrisi : Gagal tumbuh, berat badan ↓,
irritability, turgor kulit ↓, keriput, hilangnya lapisan lemak subkutis,
abdomen distensi atau datar dan dapat melihat pola intestine dengan
mudah, hipotonis, atrofi otot, PR rendah, starvation diarrhea, mual
muntah.
 Organomegaly : untuk mencari etiologi.

 Pemeriksaan Tambahan
 MRI/CT scan
 EEG
 Pemeriksaan Mata dan Pendengaran
 Laboratorium
 CBC : Hb, Ht, trombosit, diff.count.
 Kadar albumin : indikasi apabila ada KEP III (marasmur atau
kwashiorkor)
 Fx tiroid : untuk mencari abnormal tonus otot/reflex/movement
disorder karena metabolic.
 Level amonia : indikasi disfungsi hati
 Serum amino acid & urine quantitative organic acid 
abnormal pada inherited metabolic disorder.
 Analisis kromosom
 Serum antibodi TORCH

h. Diagnosis banding

CP tipe Mix CP tipe Sindrom DMD(dusce kasus


ataxic down nt muscle
distropy
Jenis Laki-laki > Laki-laki Laki-laki
kelamin perempuan >perempu
an
Motorik Terlambat Terlambat Terlambat Normal/sedi Belum bisa
kasar(dudu dan statis dan statis atau kitTerlambat pada usia
k dan normal padaawal 12 bulan
merangkak umur,
) selanjutnya
mengalami
kemunduran
progresif
Anak >62,5% >>>62,5% _ _ +
pertama
Usia ibu <30thn <30thn >35thn _ 22 thn
Persalinan 87,5% 87,5% _ _ +
spontan
Usia 75% 75% aterm aterm Preterm 36
kehamilan aterm/preter aterm/pret minggu
m erm
Antenatal FR FR _ _ +
care
canggih(ra
diasi)
Tidak >> + >> + -/+ >>Langsung +
langsung menangis
menangis
APGAR Asfiksia Asfiksia -/+ -/+ Asfiksia
berat berat berat
BBL BBLR BBLR BBLR >>normal 2000 gram
BBLR
Motorik Terlambat terlambat Normal/+ Normal/sedi +
halus(belu klo ada kitTerlambat
m bisa kelainan padaawal
makan kongengit umur,
nasi) al lain selanjutnya
mengalami
kemunduran
progresif
Bicara Resiko normal terganggu terganggu Bisa mama
bahasa bertambah danpapa
pada
quadriplegi
Riwayat >>spastic - -/+ Jarang sekali _
kejang quadriplegi
BB >>malnutrisi >>malnutr Klo + -/+ 6,6 kg
isi gangguan 2:moder
kongenital ate
pencernaa
n
pertumbuh Terganggu normal -/+ -/+ terganggu
an karna
gangguan
otot
pencernaan(
otot
orofaring),s
usah
menelan
mikrosefali + pada -, karna -/+ -/+
quadriplegi yang kena
otak yang
mengatur
keseimban
gan dan
depth
preseption
Gambaran - - + _ _
dismorfik
Gerakan + _ -/+ _ _
yang tidak
terkontrol(c
horeoatheto
sis
Refleks + + -/+ -/+
primitif(mo
ro,
menggengg
am, tendon
meningkat)
Kekuatan menurun menurun Normal/m menurun
kedua enurun
lengan dan
tungkai
Lengan dan + rigiditas _ -/+ -/+
tungkai + rigiditas
kaku dan _ -/+ -/+
susah
untuk
ditekuk
Kedua Rigiditas _ _ _
tungkai
saling
menyilang
pada posisi
vertikal

i. Diagnosis Kerja

Cerebral Palsy

Cerebral Palsy adalah sejumlah gangguan yang berkaitan dengan bergerak,


mempertahankan keseimbangan dan postur tubuh, yang disebabkan oleh kerusakan otak.
Kerusakan otak tersebut sering terjadi sebelum lahir atau saat setelah lahir. Kelainan yang
tampak, berbeda-beda di setiap anak, anak dapat terlihat janggal, atau tidak mampu
berjalan sama sekali.

• Anak diatas 2 bulan:


– Tidak mampu mengangkat dan mengontrol gerakan kepala saat diangkat.
– Saat digendong, kaki menyilang seperti gunting.
• Anak diatas 6 bulan:
– Mengalami kesulitan mengangkat kepala saat digendong.
– Mengambil sesuatu dengan satu tangan saja, tangan yang lain selalu
dikepal.
• Anak diatas 10 bulan:
– Merangkak dengan menggeser tangan dan kaki seperti mengesot.
– Tidak dapat duduk sendiri
• Anak diatas 12 bulan:
– Tidak mampu merangkak.
– tidak mampu berdiri meskipun berpegangan.
• Anak diatas 24 bulan:
– Tidak mampu berjalan.
– Tidak mampu mendorong-dorong mainan beroda.

Manifestasi klinis

• Bergantung pada klasifikasinya :


1. Tipe spastic (50% dari kasus Cerebral palsy), otot-otot menjadi kaku dan
lemah
– Kekakuan yang terjadi dapat berupa :
– Kuadriplegia (kedua lengan dan tungkai)
– Diplegia (kedua tungkai)
– Hemiplegia (lengan dan tungkai pada salah satu satu tungkai)
2. Tipe diskinetik (20% dari semua kasus CP)

– Otot lengan, tungkai dan badan secara spontan bergerak perlahan


menggeliat tak terkendali, tetapi bisa juga timbul gerakan kasar dan
mengejang.
– Gerakan khorea athetosis (gerakan yang tidak terkontrol )
– Gerakan menghilang bila anak tidur
– Intelegensia biasanya normal
– Bermasalah dalam berjalan,duduk dan berbicara dengan jelas
– Bermasalah dalam mengontrol otot wajah.
3. Tipe ataksik (10% dari semua kasus CP)

– Tremor
– Langkah goyah dengna kedua tungkai terpisah jauh
– Gangguan koordinasi dan gerakan abnormal
– Memiliki masalah dalam keseimbangan dan koordinasi

Etiologi

• Penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam tiga periode, yaitu:

1. Pranatal (dari masa gestasi smpai saat lahir):

– Malformasi kongenital.
– Infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainan janin
(misalnya; rubela, toksoplamosis, sifilis, sitomegalovirus, atau infeksi
virus lainnya).
– Radiasi.
– Toksemia gravidarum.
– Asfiksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta previa,
anoksi maternal, atau tali pusat yang abnormal).
 

2. Natal (dari lahir sampai 1 bulan kehidupan):

– Anoksialhipoksia.
– Perdarahan intra kranial.
– Trauma lahir.
– Prematuritas.
 

3. Postnatal (dari bln pertama kehidupan sampai 2 tahun):


– Trauma kapitis.
– Infeksi misalnya : meningitis bakterial, abses serebri, tromboplebitis,
ensefalomielitis.
– Kern icterus.

Faktor resiko

 10 kali lebih sering ditemukan pada bayi premature


 Very low birth weight < 1500g
 Kehamilan letak sungsang
 Kehamilan kembar
 Kepala kecil(mikrosefali)
 Hipertensi dalam kehamilan
 Kejang segera setelah lahir

j. Penatalaksanaan

 Multidisiplin : dokter anak, saraf, mata, THT, bedah ortopedi, bedah saraf,
psikolog, rehabilitasi, SLB, pekerja sosial, orang tua dan masyarakat.
 Tujuan pengobatan : mengembangkan sisa kemampuan anak seoptimal
mungkin sehingga dapat aktifitas dengan sedikit/tanpa bantuan.
 Terapi spastic quadriplegia : motorized wheel chairs, special feeding device,
modified typewritter and customized seating arrangements.
 Terapi okupasi  agar dapat mandiri dalam aktifitas sehari-hari
 Terapi rekreasi
 Terapi wicara
 Medicamentosa
 Fisiotherapy : dilakukan seumur hidup.
 Nutrisi dengan kalori 100 kka/kgBB/hari, protein 2 gr/hari. : 1,5 RDA
 Mikrosefali tidak dapat diobati, pencegahan sangat penting.

k. Prognosis, Komplikasi, dan KDU

i. Prognosis
a. Ad Fungsioam : dubia, karena lesi nya menetap pada SSP prognosis
dubia. Prognosis paling baik pada derajat fungsionil yang ringan.
Prognosis bertambah berat apabila disertai dengan retardasi mental,
bangkitan kejang, gangguan penglihatan dan pendengaran.
b. Ad Vitam : bonam. Prognosis biasanya tergantung kepada jenis
dan beratnya CP. Lebih dari 90% anak dengan CP bisa bertahan hidup
sampai dewasa.

ii. Komplikasi
a. Pulmonal: aspirasi, disfungsi oromotor, bronchopulmonary dysplasia
b. GI: refluks, disfagia
c. Retardasi Mental
d. Penurunan pendengaran
e. Skoliosis dan Kifosis
f. Dislokasi sendi panggul
g. Malnutrisi, gagal tumbuh
h. Osteoporosis
i. Isolasi social
j. Nyeri

iii. Kompetensi Dokter Umum


KDU : 3B

You might also like