Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Agritechno, Vol. 14, No.

02, Oktober 2021


http://agritech.unhas.ac.id/ojs/index.php/at
https://doi.org/10.20956/at.v14i2.464
ISSN Online: 2656-2413
ISSN Print: 1979-7362

Mutu Fisik Bubuk Kunyit (Curcuma longga Linn) Hasil Metode Foam- Mat
Drying Mengunakan Oven Microwave

Physical Quality of Turmeric Powder (Curcuma longga Linn) Result of Foam-mat


Drying Method Using Microwave

Dian Purbasari, Dhinar Patliani Putri *)


Program Studi Teknik Pertanian Universitas Jember
*)
Email Korespondensi: dhinarpatlianiputri@email.com

ABSTRACT
Turmeric (Curcuma longa L) in Indonesia is widely known as a herbal medicinal plant, food coloring,
and food flavoring. The high water content of turmeric will shorten the storage time and the quality
of the ingredients. The need for drying which is the process of removing the moisture content of the
material with the aim of prolonging the shelf life. The use of the foam-mat drying method with the
addition of adhesives aims to speed up the drying process and maintain the quality of a material. The
result of drying turmeric obtained is turmeric powder product. This study used a completely
randomized design (CRD) with two factors, namely the variation of the microwave oven power and
the composition of the developer agent (ovalet). The research procedure was divided into two stages,
namely the manufacture of powder and continued with the measurement of physical quality. The
stages of making powder begin with the preparation of raw materials, stripping, size reduction,
addition of developer, drying, then grinding. The second stage is measuring physical quality, namely
fineness modulus, average grain size, powder moisture content, color, water absorption, oil
absorption, and bulk density. The power variations used are 420 watts, 535 watts, and 680 watts,
while the composition of the developer is 1%, 2%, and 4%. Data analysis using two-way ANOVA
statistical test with two factors that affect the variation of power and composition of the developer
(ovalet). FM values ranged from 0.364 – 1.576, D values ranged from 0.005 – 0.0012 mm, final
moisture content values ranged from 7.60 – 9.59%, powder moisture content values ranged from 9.47
– 11.43%ww, L values ranged from 61.46 – 65.96, a value ranged from 13.54 – 16.05, b values
ranged from 48.21 – 52.42, DSA values ranged from 2.78 – 3.54 ml/ g, DSM values ranged from 1.22
– 1.60 ml/g, and DC values ranged from 0.38 – 0.44 g/cm3. The combination treatment of drying
power with developer is influenced by the drying power of the parameters, namely the value of
moisture content, fineness modulus, average grain size, brightness level, redness level, yellowness
level, oil absorption, water absorption, and bulk density. While the developer affects the finenes
modulus, average grain size, yellowness level, and bulk density.

Keywords: Physical Quality, Turmeric, Drying, Foamt-Mat Drying,

ABSTRAK
Kunyit (Curcuma longga L) di Indonesia terkenal luas sebagai tanaman obat herbal, pewarna
makanan, dan peyedap makanan. Kadar air yang cukup tinggi dari kunyit akan mempersingkat waktu
penyimpanan dan kualitas bahan. Perlunya pengeringan yang merupakan proses menghilangkan
kadar air dari bahan dengan tujuan memperlama daya simpan. Penggunaan metode foam-mat drying
denga penambahan zat pengemang bertujuan mempercepat proses pengeringan serta menjaga kualitas
dari suatu bahan. Hasil dari pengeringan kunyit yang diperoleh yaitu produk bubuk kunyit. Penelitian
ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu variasi daya oven
microwave dan komposisi zat pengembang (ovalet). Prosedur penelitian terbagi menjadi dua tahap
yakni pembuatan bubuk dan dilanjutkan dengan pengukuran mutu fisik. Tahapan pembuatan bubuk

57
Jurnal Agritechno, Vol. 14, No. 02, Oktober 2021
http://agritech.unhas.ac.id/ojs/index.php/at
https://doi.org/10.20956/at.v14i2.464
ISSN Online: 2656-2413
ISSN Print: 1979-7362

dimulai dengan persiapan bahan baku, pengupasan, pengecilan ukuran, penambahan zat pengembang,
pengeringan, kemudian di giling. Tahapan yang kedua yaitu pengukuran mutu fisik yaitu fineness
modulus, ukuran rata-rata butiran, kadar air bubuk, warna, daya serap air, daya serap minyak, dan
densitas curah. Variasi daya yang digunakan 420 watt,535 watt, dan 680 watt, sedangakan komposisi
zat pengembang 1%, 2%, dan 4%. Analisis data menggunakan uji statistik ANOVA dua arah dengan
dua faktor yang mempengaruhi variasi daya dan komposisi zat pengembang (ovalet). Nilai nilai FM
berkisar antara 0,364 – 1,576, nilai D berkisar antara 0,005 – 0,0012 mm, nilai kadar air akhir berkisar
antara 7,60 – 9,59%, nilai kadar air bubuk berkisar antara 9,47 – 11,43%bb, nilai L berkisar antara
61,46 – 65,96, nilai a berkisar antara 13,54 – 16,05, nilai b berkisar antara 48,21 – 52,42, nilai DSA
berkisar antara 2,78 – 3,54 ml/g, nilai DSM berkisar antara 1,22 – 1,60 ml/g, dan nilai DC berkisar
antara 0,38 – 0,44 g/cm3. Perlakuan kombinasi daya pengeringan dengan zat pengembang
dipengaruhi oleh daya pengeringan terhadap parameter yaitu nilai kadar air, fineness modulus, ukuran
rata-rata butiran, tingkat kecerahan, tingkat kemerahan, tingkat kekuningan, daya serap minyak, daya
serap air, dan densitas curah. Sedangkan pada zat pengembang mempengaruhi finenes modulus,
ukuran rata – rata butiran, tingkat kekuningan, dan densitas curah.

Kata kunci: Mutu fisik, kunyit, pengeringan, foamt-mat drying.

PENDAHULUAN drying merupakan salah satu metode yang dapat


digunakan dalam mengeringan bahan.
Kunyit, Curcuma longga L termasuk dalam
Metode foam-mat drying merupakan
salah satu tanaman temu-temuan
pengeringan bahan cair atau bubur yang
(Zinggiberaceae), di Indonesia terkenal luas
ditambahkan zat pembusa dengan tujuan
sebagai tanaman obat herbal, pewarna
memperluas permukaan, menurunkan tegangan
makanan, dan peyedap makanan. Menurut
permukaan, meningkatkan rongga,
Badan Pusat Statistik Hotikultura (2019) pada
mengembangkan bahan, mempercepat
tahun 2017 sampai dengan 2019 produksi
penguapan air, serta menjaga mutu bahan
kunyit meningkat, yang mana produksi kunyit
(Haryanto, 2007). Penelitian ini dilakuakan
di tahun 2017 sebesar 57,17 ton, kemudian
untuk mengetahui mutu fisik dari kunyit setelah
2018 sebesar 91,40 dan pada 2019 sebesar
dilakukan pengeringan mengunakan metode
117,11 ton. Kunyit segar memiliki kadar air
foam-mat drying dengan variasi daya dan
cukup tinggi sebesar 80% sampai 82,5%,
komposisi zat pengembang.
sehingga dapat mengalami kerusakan (Pradeep
et al, 2016). Kadar air yang tinggi pada suatu Tujuan Penelitian
bahan pangan akan menyebabkan perubahan Penelitian ini memiliki tujuan mempelajari
secara kimia maupun biologi sehingga proses pembuatan bubuk kunyit (Curcuma
mempengaruhi daya simpan (Winarno, 1993). longga Linn) yang dikeringkan dengan metode
Perlunya proses tambahan yaitu foam mat drying menggunakan oven
pengeringan dari pengeringan biasanya akan microwave. Sedangkan tujuan khusus dari
mendapatkan produk dengan bentuk yang penelitian ini sebagai berikut. Menganalisis
diingkan seperti bubuk, pipih, dan butiran pengaruh kombinasi variasi daya oven
(Hasyim, 2020). Pengeringan dapat dilakukan microwave dan dosis zat pengembang terhadap
dengan alat mekanis seperti oven microwave. mutu fisik bubuk kunyit. Menentukan mutu
Pengunaan oven microwave memiliki berbagai fisik bubuk kunyit (Curcuma longga Linn)
kelebihan yaitu lebih cepatnya pada proses meliputi distribusi ukuran partikel, perubahan
pengeringan, sehingga konsumsi energi yang warna, daya serap air, daya serap minyak,
lebih rendah dan menghemat biaya. Selain alat, densitas curah dan kadar air.
metode pengeringan yang tepat juga
mempengaruhi kualitas dari bahan. Foam-mat

58
Jurnal AgriTechno. Vol. 14 (2): 57-65
https://doi.org/10.20956/at.v14i2.464

METODE PENELITIAN Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan


bahan kering yang memiliki kadar air mencapai
Alat dan Bahan <10%. Pengeringan dilakukan dengan interval
Peralatan yang digunakan dalam penelitian waktu 2 menit di dalam microwave kemudian
antara lain oven microwave (Panasonic NN- dikeluarkan untuk di balik agar pengeringan
ST557M), color reader CR-10 (Konica Minolta merata keseluruh permuakan bubur atau adonan
sensing), timbangan digital dengan ketelitian kunyit, dilakukan terus menerus sampai bahan
±0,001 gram dan ±0,01 gram (Ohaus Pioneer), mencapai kadar air konstan dan bentuk fisik
kamera digital, gelas ukur, ayakan Standart yang kering.
Tyler ayakan Tyler (Retsch AS 200 Basic sieve
Penepungan
shaker), stopwatch, unit penghancur (Philips
Penepungan mengunakan proses pengecilan
HR-2815/B), mixer Cosmos CM-1279, unit
ukuran kunyit menjadi butiran yang halus
penepung Food Miller, sentrifuse (DRE
dengan mengunakan unit pengecil ukuran yaitu
Contrifuge 781808N), tabel penanda, spatula,
food milling. Produk yang sudah kering dan
penjepit, loyang, desikator, dan Microsoft Excel
sudah ditimbang kemudian dimasukkan ke food
2010.
milling dan diproses selama ± 5 menit.
Bahan yang digunakan kunyit lokal yang
diperoleh dari Pasar Tanjung, Jember Kidul, Pengayakan
Kabupaten jember. Pengayakan dilakukan dengan proses
pengayakan untuk mendapatkan bahan bubuk
Prosedur Penelitian
yang lolos ayakan 60 mesh mengunakan ayakan
Persiapan bahan baku
Standart Tyler (Retsch AS 200 Basic sieve
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian
shaker) dengan memasukan bahan bubuk
yaitu kunyit local yang diperoleh dari Pasar
sebanyak 80 g dan diproses selama ±15 menit.
Tanjung, Jember Kidul, Kabupaten Jember.
Kemudian dilanjutkan dengan menimbang
Pencucian dan Pengupasan bahan bubuk yang tertinggal pada masing-
Kunyit yang diperoleh di cuci dan dibersihakan masing ayakan mesh dan dihitung.
dari tanah yang masih menempel, kemudian
Mutu fisik bubuk kunyit
dicuci. Pencucian dilakukan dengan cara
Mutu fisik yang diukur meliputi Derajat
menyikat kulit kunyit dibawah aliran air kran.
kehalusan (finenenes modulus), ukuran rata-
Setelah dipastikan bersih dilakukan
rata butiran, kadar air bubuk, warna, daya serap
pengupasan kunyit dan dicuci kembali dan
air, daya serap minyak, dan densitas curah.
ditiriskan.
Selain mutu fisik perlu adanya pengukuan
Pengecilan Ukuran rendemen.
Pengecilan ukuran kunyit terdapat dua tahap
Rendemen
yakni kunyit yang diparut mengunakan parutan
Pengukuran rendemen dilakukan untuk
dengan tujuan mempermudah dalam proses
mengetahui penyusutan pada bahan hingga
penghancuran, kemudian di lanjutakan
menjadi produk pada saat proses pengolahan.
pengecilan ukuran dengan di blender selama 5
Perhitungan nilai rendemen dengan cara
menit dan ditimbang 250 g bubur kunyit.
membagi hasil setelah bahan diproses terhadap
Penambahan Zat Pengembang bobot awal sebelum bahan diproses
Penambahan zat pengembang pada bubur (Hakimanto,2017
kunyit yaitu sebesar 1-4% dari total berat bubur. 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Rendemen = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 100%
Kemudian dilakukan pencampuran
menggunakan mixer selama 10 menit dengan Pengukuran Derajat kehalusan (finenenes
bubur sebanyak 100 g. modulus).
Pengeringan Pengukuran distribusi dan ukuran partikel
Pengeringan dilakukan menggunakan variasi meliputi pengukuran parameter diameter
daya 420 watt, 535 watt, dan 680 watt. butiran bubuk (D) dan pengukuran tingkat
kehalusan bubuk proses tersebut diawali

59
Jurnal AgriTechno. Vol. 14 (2): 57-65
https://doi.org/10.20956/at.v14i2.464

dengan menyusun ayakan standar tyler yang terisi penuh dan timbang berat bubuk kunyit.
terdiri dari 8 mesh. Kemudian dilakukan Densitas curah dapat dihitung dengan rumus:
penimbangan pada setiap saringan bubuk yang 𝑚𝑏
Pb= 𝑉
tertahan. Susunan ayakan diatur dari diameter
paling kecil dibagian paling bawah. Bubuk Keterangan:
yang tertinggal dikonversi menjadi massa atau Pb = densitas curah (g/ml)
persen dan ditentukan modulus kehalusan (FM) mb= massa bubuk (g)
ukuran butiran bubuk kunyit. V = volume (ml)
8𝑎+7𝑏+6𝑐+5𝑑+4𝑒+3𝑓+2𝑔+1ℎ+0
FM = Analisis data
100
D = 0,0041(2) FM Data yang diperoleh dari penelitian kemudian
diuji menggunakan Analysis of Variance
Pengukuran Warna
(anova) dua arah. Uji anova bertujuan untuk
Pengukuran mengunakan metode hunter
mengetahui pengaruh dua faktor perbandingan
dengan penilaian terdiri atas 3 parameter warna
variasi daya dan komposisi zat pengembang
yaitu L, a, dan b. Cara pengukuran bubuk
(ovalet). Analisis mengunakan Microsoft excel
kunyit dimasukkan pada plastic klip dan
2010, dilanjutkan dengan uji Tukey.
menembakkan Color readeri (Konika Minolta
CR-10) pada bahan. Penembakan dilakukan 3 Rancangan Percobaan
titik sehingga diperoleh nilai dL, da, dan db. Rancangan yang digunakan yaitu RAL
Kemudian dilakukan perhitungan untuk (Rancangan Acak Lengkap) dengan
mengetahui nilai L, a, dan b dengan Persamaan menggunakan 2 faktor yaitu variasi daya dan
seperti berikut: komposisi zat pengembang (ovalet). Dari 2
L = dL + Lt faktor tersebut akan diperoleh 9 kombinasi
a = da + at perlakuan yang masing-masing perlakuan
b = db + bt dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.
Pengukuran Daya serap air
Pengukuran daya serap air bertujuan untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
mengetahui daya serap air suatu bahan.
Rendemen
pengukuran mengunakan gelas ukuran yang
Pada proses pengeringan akan terjadi proses
dimasukkan kedalam sentrifuse selama 30
penyusutan suatu bahan. Penyusutan akan
menit dengan kecepatan 3500 rpm. Nilai daya
menghasilkan nilai rendemen suatu bahan.
serap air dapat dihitung menggunakan rumus:
(𝑑−𝑎−𝑏) Berikut merupakan nilai rendemen kering yang
DSA = dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 1.
𝑏
Keterangan
(a) : Berat tabung reaksi kosong (g)
(b) : Berat tabung reaksi + bahan (g)
(c) : Berat tabung reaksi + bahan + air (ml/gr)
(d) : Berat tabung + bahan yang telah di
sentrifuse (ml/g)
Pengukuran Daya serap minyak
Pengukuran daya serap minyak bertujuan untuk
mengetahui daya serap minyak suatu bahan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dengan rumus yang sama seperti daya serap air.
dilakukan untuk mendapatkan setiap sampel
Pengukuran Densitas curah bubuk kunyit antara 60 g sampai dengan 80 g
Pengukuran ini dilakukan untuk menyetahu memerlukan bubur kunyit sekitar 800 gram –
kapasitas penyimpanan pada suatu bahan 900 gram dengan cara pengeringan 100 gram
bubuk. Pengukuran dilakukan dengan cara per cawan oven microwave. banyak, apabila
menggunakan gelas ukur volume 50 ml. bubuk kadar air rendah maka bahan yang diperlukan
kunyit dimasukkan kedalam gelas ukur hingga semakin sedikit. Hasil rendemen dari proses

60
Jurnal AgriTechno. Vol. 14 (2): 57-65
https://doi.org/10.20956/at.v14i2.464

pengeringan berkisar antara 7,66 – 11,85%. rendah nilai derajat kehalusan, maka semakin
Faktor yang mempengaruhi rendemen yaitu halus bubuk yang dihasilkan.
kadar air dan keseragaman butiran. Kandungan Ukuran rata-rata butiran
air selama proses pengeringan berkurang Ukuran rata – rata butiran sangat erat
banyak sehingga mengakibatkan penurunan hubunganya dengan FM (Finenes Modulus)
rendemen (Susinggih et al., 2015). Semakin 0.013
tinggi daya yang digunakan maka energi panas 0.012

Ukuran rata-rata
1%

butiran (mm)
yang masuk kedalam bahan akan semakin 0.011
0.010 2%
besar, sehingga kecepatan pindah panas ke 0.009 4%
dalam bahan dan penguapan air dari dalam 0.008
bahan akan lebih banyak, penguapan air akan 0.007
0.006
mengurangi kadar air. Pengurangan kadar air 0.005
akan menurunkan bobot bahan dan dihasilkan 420 535 680
Daya (W)
nilai rendemen semakin rendah (Dendang et
al.,2016). Selain dari kadar air menurut Ratu Gambar 2. Grafik ukuran rata-rata butiran
(2009) kehilangan komponen atau losses pada Berdasarkan hasil penelitian yang
saat pemindahan bahan ke wadah atau pun dilakukan nilai rata-rata butiran (D) bubuk
tercecer pada saat proses pengeringan juga kunyit berkisaran antara 0,005 – 0,0012 mm.
mempengaruhi nilai rendemen suatu bahan. Nilai rata-rata butiran tertinggi sebesar 0,0012
mm pada daya 420 W dengan dosis zat
Derajat kehalusan (finenes modulus) pengembang sebesar 1% sedangkan nilai
Derajat kehalusan menunujukan keseragaman terendah sebesar 0,005 mm pada daya 680 W
hasil penggilingan produk. Menurut Fitriansyah dengan dosis zat pengembang 4%. Nilai rata-
(2018) semakin kecil derajat kehalusan finenes rata butiran (D) akan berbanding lurus dengan
modulus, maka ukuran rata-rata partikel derajat kehalusan (FM). Kualitas bubuk
semakin kecil. ditentukan oleh ukuran butiran, ukuran butiran
1% dinyatakan dengam keseragaman butiran bubuk
Derajat Kehalusan

1.7
2% (indeks keseragaman) serta derajat kehalusan
1.2 4% (Finenes Modulus) (Purwantara et al. 2008).
0.7 Kadar air bubuk
Menurut Priastuti et al (2016) kandungan air
0.2 pada bahan sangat erat hubugannya dengan
420 535 680
Daya (W)
daya simpan dan ketahanan suatu bahan pangan
terhadap kerusakan.
Gambar 1. Grafik derajat kehalusan (FM)
12
Kadar air bubuk

Berdasarkan penelitian yang telah di


lakukan nilai detajat kehalusan berkisar 0,364 –
(%bb)

11
1,576. Nilai derajat kehalusan tertinggi pada 1%
kombinasi perlakuan daya 420 W dengan 10
2%
penambahan dosis zat pengembang 1% sebesar 4%
9
1,576, sedang nilai terendah terdapat pada 420 535 680
kombinasi perlakuan daya 680 W dengan Daya (W)
penambahan dosis zat pengembang 4% sebesar Gambar 3. Grafik kadar air bubuk
0,364. Hal ini disebabkan semakin besar daya
dan penambahan zat pengembang pada saat Berdasarkan hasil penelitian yang telah
proses pengeringan maka bahan akan semakin dilakukan nilai kadar air bubuk kunyit
cepat mengeras dan mudah hancur sehingga berkisaran antara 9,47 – 11,43%bb. Nilai kadar
saat dilakukan penggilingan menggunakan food air bubuk tertinggi sebesar 11,43%bb pada daya
miller mendapatkan produk atau bubuk yang 420 W dengan dosis zat pengembang 1%
halus. Menurut Putri et al (2018) semakin sedangkan nilai Ka terendah sebesar 9,47%bb

61
Jurnal AgriTechno. Vol. 14 (2): 57-65
https://doi.org/10.20956/at.v14i2.464

pada daya 680 W dengan dosis zat pengembang 17

Tingkat Kemerahan
4%. Penguapan air akan lebih banyak seiring 16
dengan semakin tingginya daya microwave, 15

(a)
sehingga energi panas masuk pada bahan dan 14 1%
mempercepat pengeringan (Sudiarini, 2015). 13
2%
4%
Warna 12
Tingkat kecerahan (L) 420 535 680
Daya (W)
Tingkat kecerahan (L) merupakan variabel
yang menunjukan kecerahan suatau bahan. Gambar 5. Grafik tingkat kemerahan (a)
Tingkat kecerahan berkisar 0 – 100 yang mana Berdasakan hasil penelitian yang telah
semakin besar L nilai maka akan semakin cerah dilakukan nilai tingkat kemerahan bubuk kunyit
bahan yang dihasilkan, namun sebaliknya berkisaran anatara 13,54 – 16,05. Nilai tertinggi
semakin rendah nilai kecerahan berarti bahan sebesar 16,05 pada daya 535 W dengan dosis
semakin gelap (Hartulistiyoso et al 2011). zat pengembang 2% sedangkan nilai terendah
66 sebesar 13,54 pada daya 420 W dengan dosis
Kecerahan(L)

zat pengembang 2%. Semakin kecil daya


Tingkat

64 microwave maka akan membutuhkan waktu


1% yang lama dalam proses pengeringan. Hal
62 2%
tersebut di duga pada daya 420 W yaitu daya
4%
60
yang terkecil membutuhkan waktu pengeringan
420 535 680 yang lebih lama, sehingga menyebabkan warna
Daya (W) permukaan bahan menjadi gelap dan
Gambar 4. Grafik tingkat kecerahan (L) meningkatanya tingat kemerahan. Umumnya
lama pengeringan dan daya yang lebih tinggi
Berdasarkan hasil penelitain yang telah meningkatkan kehilangan dan kerusakan
dilakukan nilai tingkat kecerahan bubuk kunyit pigmen pada bahan (Dewi, 2012). Perubahan
berkisaran antara 61,46 – 65,96. Nilai L warna tingkat kemerahan juga di pengaruhi
tertinggi sebesar 65,96 pada daya 420 W oleh adanya reaksi millard pada oven
dengan dosis penambahan zat pengembang microwave dimana terjadinya reaksi antara gula
sebesar 1% sedang nilai L terendah pada daya pereduksi dengan gugus amin bebas dari asam
680 W dengan dosis zat pengembang 4%. amino atau potein (Rasyid et al, 2017).
Penurunan tingkat kecerahan dikarenkaan
semakin besar daya oven microwave maka akan Tingkat Kekuningan (b)
mengurangi tingkat kecerahan bubuk kunyit. Besarnya nilai b atau tingkat kekuningan
Peningkatan daya juga memicu proses berkisar -50 sampai dengan 70. nilai minus
pencoklatan non enzimatis (reaksi millard) maka warna bahan semakin biru sedangkan
pada kunyit. nilai positif maka warna bahan semakin kuning.
53
Tingkat Kekuningan

Tingkat kemerahan (a) 51


Besarnya nilia a menentukan tingkat
(b)

kemerahan suatu bahan. Nilai a berada pada 49 1%


kisaran -80 sampai 100, nilai minus maka 47
2%
warna bahan semakin hijau sedangkan nilai 4%
positif maka warna bahan semakin merah. 45
420 535 680
Berikut merupakan hubungan nilai tingkat Daya (W)
kemerahan (a). Gambar 6. Grafik tingkat kekuningan(b)
Berdasarkan hasil penelitian nilai tingkat
kekuningan pada bubuk kunyit berkisar antara
48,21 - 52,42. Nilai tertinggi sebesar 52,42 pada

62
Jurnal AgriTechno. Vol. 14 (2): 57-65
https://doi.org/10.20956/at.v14i2.464

daya 680 W dengan dosis zat pengembang 4% kemampuan daya serap akan meningkat
sedangkan nilai terendah sebesar 48,21 pada (Prabowo, 2010).
daya 420 W dengan dosis zat pengembang 1%. Daya serap minyak
Hal ini disebabkan kunyit memiliki kandungan Daya serap minyak merupakan kemampuan
kurkumin yang merupakan komponen paling suatu bahan dalam meyerap minyak.
besar dalam pembentukan warna kuning atau
1.8 1%

Daya Serap Minyak


orange (Ananingsih et al,2017). Selain itu nilai
1.6 2%
tingkat kekuningan akan semakin meningkat
4%

(ml/g)
seiring dengan tingginya daya. Serta karena 1.4
adanya penambahan zat pengembang yaitu
1.2
ovalet yang berwarna kuning, maka semakin
banyak penggunaan zat pengembang akan 1.0
420 535 680
menyebabkan bubuk menjadi berwarna kuning
Daya (W)
(Kusuma,2016).
Gambar 8. Grafik daya serap minyak
Daya serap air
Daya serap air merupakan kemampuan bahan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dalam menyerap air. Semakin besar nilai daya dilakukan nilai daya serap minyak bubuk kunyit
serap air, maka akan semakin mudah air teserap berkisar antara 1,22 – 1,60 ml/g. Nilai tertinggi
ke dalam tepug dan mengisi rongga di dalam sebesar 1,60 ml/g pada daya 680 W dengan
granula pati (Kusumaningrum 2007). dosis zat pengembang 3% sedangkan nilai
4 terendah sebesar 1,22 mg/l pada daya 420 W
dengan dosis zat pengembang sebesar 1%.
Daya Serap Air

4
Semakin kecil ukuran partikel maka semakin
(ml/g)

3 banyak minyak yang terserap sehingga semakin


1%
3 2% besar peluang terjadinya interaksi antar minyak
4% (Anggarini,2014). Semakin tinggi penambahan
2 dosis zat pengembang maka semakin besar pula
420 535 680
Daya (W)
daya serap minyak, dimana zat pengembang
yang digunakan merupakan ovalet yang mana
Gambar 7. Grafik daya serap air
dalam pembuatannya mengunakan asam lemak
Berdasarkan hasil penelitian yang dari hewan dan tumbuhan (Sutomo,2012).
dilakukan nilai daya serap air bubuk kunyit
Densitas Curah
berkisar antara 2,78 – 3,54 ml/g. Nilai tertinggi Densitas curah merupakam salah satu mutu
sebesar 3,54 ml/g pada daya 680 W dengan fisik bubuk yang erat hubungannya denga
dosis zat pengembang 4% sedangakan nilai penyimpanan suatu bahan.
terendah sebesar 2,78 ml/g pada daya 420 W 0.45
dengan dosis 1%. Nilai daya serap air semakin
Densitas Curah

0.43
meningkat seiring meningkatnya daya oven
(g/cm3)

0.41
microwave. Menurut Herudiyanto (2009) kadar 1%
air sangat memepengaruhi tinggi rendahnya 0.39
2%
daya serap air Meningkatnya suhu pemanasan 0.37
4%
akan menyebabkan granula membesar sehingga 0.35
granula pati akan bersifas irreversible. 420 535 680
Daya (W)
Kemampuan daya serap air suatu bahan pangan
dapat berkurang apabila kadar air dalam bahan Gambar 9. Grafik densitas curah
tersebut (Moisture) terlalu tinggi atau tempat Berdasarkan hasil penelitian yang telah
penyimpanan yang lembab akan menghambat dilakukan Nilai tertinggi 0,44 pada daya 680 W
daya serap pada bahan, sebaliknya apabila dengan dosis zat pengembang 4% sedangkan
kadar air dalam bahan rendah maka terendah sebesar 0,38 pada daya 420 W dengan
dosis zat pengembang 1%. Densitas curah

63
Jurnal AgriTechno. Vol. 14 (2): 57-65
https://doi.org/10.20956/at.v14i2.464

dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran partikel, Fitriansyah, A. 2018. Pengaruh Suhu dan
serta porositas bahan, semakin tinggi energi Waktu Pelansiran Terhadap
panas maka akan banyak yang penguapan air Karakteristik Tepung Sukun. Skripsi.
sehingga terjadi kerapuhan pada bahan dan Bandar Lampung: Fakultas Pertanian
memperkecil ukuran partikel, sehingga Universitas Lampung.
porositas semakin besar (Sudarini, 2015) Hartulistiyoso, E., Hasbullah, R., & Priyana, E.
KESIMPULAN 2011. Pengeringan Lidah Buaya (Aloe
Perlakuan kombinasi daya pengeringan dengan Vera) Menggunakan Oven Gelombang
zat pengembang dipengaruhi oleh daya Mikro (Microwave Oven). Jurnal
pengeringan terhadap parameter yaitu nilai Keteknikan Pertanian, 25(2).
kadar air, fineness modulus, ukuran rata-rata Haryanto, B. 2007. Fisik, Kadar Antosianin
butiran, tingkat kecerahan, tingkat kemerahan, Dan Aktivitas Antioksidan Bubuk Instan
tingkat kekuningan, daya serap minyak, daya Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia
serap air, dan densitas curah. Sedangkan pada Mangostana L.) Dengan Metode Foam
zat pengembang mempengaruhi finenes Mat Drying. Jurnal Kesehatan 7(1): 2
modulus, ukuran rata – rata butiran, tingkat
kekuningan, dan densitas curah. Hasil mutu Hasyim, F. 2020. Analisis Mutu Kimia
fisik bubuk kunyit hasil pengeringan metode Simplisia Kunyit Turina (Curcuma
foam mat – drying mengunakan microwave Longga L) dengan Lama Pengeringan
memiliki kisaran nilai antara lain ; nilai FM Berbeda. Skripsi. Agroteknologi.
berkisar antara 0,364 – 1,576, nilai D berkisar Pekanbaru: Fakultas Pertanian dan
antara 0,005 – 0,0012 mm, nilai kadar air akhir Ternak Universitas Islam Sultan Syarif
berkisar antara 7,60 – 9,59%, nilai kadar air Kasim Riau.
bubuk berkisar antara 9,47 – 11,43%bb, nilai L Herudiyanto, M., dan Agustin. 2009. Pengaruh
berkisar antara 61,46 – 65,96, nilai a berkisar Cara Blansing pada Beberapa Bagian
antara 13,54 – 16,05, nilai b berkisar antara Tanaman Khatuk terhadapWarna dan
48,21 – 52,42, nilai DSA berkisar antara 2,78 – Beberapa Karateristik Lain Tepung
3,54 ml/g, nilai DSM berkisar antara 1,22 – Kathuk. Skripsi. Bandung: Universitas
1,60 ml/g, dan nilai DC berkisar antara 0,38 – Padjajaran.
0,44 g/cm3 .
Prabowo, Bimo. 2010. Kajian Sifat Fisikokimia
Tepung Millet Kuning Dan Tepung Millet
DAFTAR PUSTAKA Merah. Skripsi. Surakarta: Program Studi
Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas
Ananingsih, Victoria Kristina; Arsanti, Gracia; Pertanian Universitas Sebelas Maret.
NugrahedI, Probo Y. Pengaruh Pra
Perlakuan Terhadap Kualitas Kunyit Priastuti, R. C., Tamrin., dan Suhandy D. 2016.
yang Dikeringkan dengan Menggunakan Pengaruh Arah dan Ketebalan Irisan
Solar Tunnel Dryer. Jurnal Ilmu Kunyit Terhadap Sifat Fisik Tepung
Pertanian Indonesia, 2017, 22.2: 79-86. Kunyit yang Dihasilkan. Jurnal Teknik
Pertanian Lampung Vol 5. No 2 (101-
Dendang, N., Lahming., Rais.M. 2016. 109). Lampung: Fakultas Teknologi
Pengaruh Lama dan Suhu Pengeringan Pertanian, Universitas Lampung
Terhadap Mutu Bubuk Cabai Merah
(Capsicum annum L) dengan Purwantara, B., T. Purwandi, dan M. Fauzi.
Menggunakan Cabinet Dryer. Jurnal 2008. Kajian Kerja Mesin Pangaduk
Pendidikan Teknologi Pertanian. 2 (1): pada Proses Pembuatan Pati Aren.
30-39 Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Dewi, N. 2012. Budidaya, Khasiat dan Cara Rasyid, N., E. Hartulistiyoso., dan D. Fardiaz.
Olah Mengkudu. Yogyakarta: Pustaka 2017. Aplikasi Microwave untuk
Baru Press Hal.1-13 Didinfestasi Tribolium Castaneum

64
Jurnal AgriTechno. Vol. 14 (2): 57-65
https://doi.org/10.20956/at.v14i2.464

(Herbst) serta pengaruhnya terhadap


warna dan karateristik amilografi terigu.
Jurnal Argritech. 37(2): 183-191
Susinggih W., Sucipto, dan Lia M.S. 2015.
Pengaruh Suhu dan Waktu Pengeringan
terhadap Aktivitas Antioksidan pada
Bubuk Kulit Manggis (Garcinia
Mangostana L.). Jurnal. Fakultas
Teknologi Pertanian. Universitas
Brawijaya. Malang
Sutomo, B. 2012. Sukses Wirausaha Jajan
Pasar Favorit. Depok: Kriya Pustaka.
Winarno, FG. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi
dan Konsumen. Gramedia Pustaka Utama
Jakarta

65

You might also like