Bonus Demografi Di Indonesia: Achmad Nur Sutikno

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 19

BONUS DEMOGRAFI DI INDONESIA

Oleh

Achmad Nur Sutikno


Institut Pemerintahan Dalam Negeri
achmad.rayhan20@gmail.com

Abstract

D emographic Dividend is a phenomenon of civilization of population in a country where, there


is an explosion of the number of people of productive age that can be the basic capital in
development. The problems faced by the Indonesian people are how to handle this demographic
dividend because if it is not handled properly it will cause huge losses to Indonesia, thus the
demographic dividend must be treated well and comprehensively so as not to cause disasters in
the future. the explosion of population will impact on all other aspects in various fields, namely
population, health, welfare, economy, and others.
The research method that I use is using literature studies with descriptive-qualitative
analysis methods based on library research. While the purpose of this study is to uncover facts,
circumstances, phenomena, variables and circumstances that occur when the research is running
and present what it is. Research results Demographic Dividend which is a golden age for
Indonesia, but this dividend can turn into a big disaster if this golden generation is not well
prepared. The number of productive age population will reach its peak in 2020-2035 when the
figure reaches 70%. The current population of Indonesia at productive age between 15-64 years
is more than the unproductive age of children aged 0-14 years and parents aged 65 years and
over. The big challenge facing education is how to strive so that the abundant productive age
human resources can be transformed into human resources that have the competence and skills
through education so as not to become a burden. This is a positive influence on the Indonesian
nation. Because, with the increasingly abundant Human Resources of productive age, the
production workforce will be more and more.
Keywords: demographic dividend, population.

Abstrak

B onus Demografi merupakan fenomena peradaban kependudukan suatu negara di mana,


terjadi ledakan jumlah penduduk usia produktif yang dapat menjadi modal dasar dalam
pembangunan. Permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia bagaimana penanganan Bonus
Demografi ini sebab apabila tidak ditangani dengan baik akan menmbulkan kerugian besar bagi
Indonesia, dengan demikian Bonus Demografi harus mendapat penanganan yang baik dan
komprehensif agar tidak menimbulkan bencana di kemudian hari. ledakan jumlah penduduk
akan berimbas pada segala aspek lain dalam berbagai bidang yaitu kependudukan, kesehatan,
kesejahteraan, perekonomian, dan lain-lain.
Metode Penelitian yang penulis gunakan yaitu menggunakan studi literatur dengan
metode analisis deskriptif-kualitatif dengan berbasiskan kajian kepustakaan (library research).
Sedangkan Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel
dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyajikan apa adanya. Hasil penelitian

421
Visioner Vol. 12 \ No. 2\ April 2020: 421–438

Bonus Demografi yang merupakan masa emas bagi Indonesia, Namun bonus ini bisa berubah
menjadi bencana besar apabila tidak dipersiapkan generasi emas ini dengan baik. Jumlah
penduduk usia produktif akan mencapai puncaknya pada 2020-2035 pada saat angkanya
mencapai 70%. Jumlah penduduk Indonesia saat ini pada usia produktif antara 15-64 tahun
lebih banyak dari usia tidak produktif anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65
tahun ke atas. Tantangan besar yang dihadapi pendidikan adalah bagaimana mengupayakan
agar sumber daya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi
sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar
tidak menjadi beban. Hal tersebut merupakan pengaruh positif bagi bangsa Indonesia. Karena,
dengan semakin melimpahnya Sumber Daya Manusia usia produktif, maka tenaga kerja
produksi semakin banyak.
Kata kunci: Bonus Demografi, kependudukan.
PENDAHULUAN angka ketergantungan penduduk Indonesia
akan terus menurun sampai 2020.
asa transisi demografi Bangsa Indonesia

M yang sangat menguntungkan ketika


penduduk usia produktif (1564 tahun)
mengalami jumlah terbesar
Dengan adanya kondisi
Bonus
Demografi, tentu bisa menjadi peluang bagi
dibandingkan dengan proporsi penduduk usia Indonesia untuk memajukan kesejahteraan
nonproduktif. Karena proporsi penduduk ini, serta memakmurkan masyarakat, apabila
terdapat keuntungan yang bisa dinikmati oleh masyarakat usia produktif memiliki kualitas
suatu negara sebagai batu loncatan untuk sumber daya manusia yang dapat
memajukan negara yang bersangkutan. Di menunjang serta memberikan kontribusi
dalam ilmu demografi, kondisi ini disebut terhadap pembangunan negara. Apabila
Bonus Demografi. dan Indonesia diprediksi suatu negara gagal dalam memanfaatkan
akan mengalami Bonus Demografi pada 2020- Bonus Demografi maka, jelas akan terjadi
2035 yang akan datang. Dalam Seminar kerugian sangat besar bagi negara yang
masalah kependudukan di bersangkutan khususnya Indonesia. untuk
Indonesia yang dilaksanakan di Fakultas meraih manfaat dari Bonus Demografi,
Kedokteran Universitas Indonesia yang diperlukan usaha bersama dari seluruh
dipaparkan oleh Surya Chandra, dari lapisan masyarakat dan lembaga terkait
anggota DPR Komisi IX, bahwa jumlah serta pemerintah sebagai agent of
usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada development yang ada di suatu negara agar
2020-2035 akan mencapai 70 persen, manfaat Bonus Demografi ini menjadi
sedangkan 30 persen adalah penduduk semakin kuat.
dengan usia nonproduktif (di bawah 15 Salah satu keberhasilan pembangunan
tahun dan di atas 65 tahun). Bila dilihat bangsa ditentukan oleh kualitas sumber
dari jumlahnya, penduduk usia produktif daya manusia. Hal ini selaras dengan
mencapai sekitar 180 juta, sementara Nawacita kelima Presiden Jokowi yang
penduduk nonproduktif hanya 60 juta. menyatakan “peningkatan kesejahteraan
Bonus Demografi ini tentu akan membawa rakyat melalui peningkatan kualitas hidup
dampak sosial-ekonomi. Salah satunya manusia
menyebabkan tingkat penduduk produktif Indonesia”. Melalui Nawacita kelima tersebut,
yang menanggung penduduk nonproduktif terlihat komitmen pemerintah yang tinggi
akan sangat rendah, diperkirakan mencapai terhadap pembangunan manusia. Pada 2045,
44 per 100 penduduk produktif. Hal ini sejalan atau tiga puluh tahun dari sekarang, hampir 60
dengan laporan PBB, yang menyatakan bahwa persen penduduk Indonesia berusia di bawah
dibandingkan dengan negara Asia lainnya, 30 tahun. Dapat dikatakan, Indonesia akan
mendapatkan Bonus Demografi.

422
Achmad Nur Sutikno: Bonus Demografi di Indonesia

Artinya, secara jumlah akan ada lebih Rasio ketergantungan penduduk


banyak penduduk usia produktif dan Indonesia telah menurun sekitar 55 pada 2000
berpendidikan dibanding dengan periode dan terus menurun sampai angka terendah
sebelumnya. Bonus Demografi ini bisa pada 2020-2030 yang berkisar sekitar 45 per
memberikan sinyal yang baik, hal tersebut 100 penduduk yang artinya tiap-tiap 100
apabila tidak dimanfaatkan akan menjadi orang penduduk usia produktif hanya
disaster, dan jika tidak diinvestasi dengan menanggung 45 penduduk tidak produktif.
kesehatan, pendidikan, dan karakter, Inilah yang disebut dengan Bonus Demografi
penduduk usia produktif yang banyak akan yaitu jendela kesempatan yang dapat
menjadi liability, bukan aset. Bonus digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan
Demografi salah satunya disebabkan oleh ekonomi sekaligus peningkatan kesejahteraan
laju pertumbuhan. bangsa Indonesia. Karena pada dasarnya
ruang lingkup kajian demografi tidak hanya
Fenomena Bonus Demografi atau biasa
terbatas pada masalah statistik kependudukan
disebut Ledakan Penduduk dicirikan
saja, tetapi pengaruhnya terhadap aspek-
dengan jumlah penduduk usia produktif
aspek kehidupan lainnya. Kemudian Pollard
jauh lebih banyak dibanding jumlah
dkk. (1984: 2) menyatakan sebagai berikut.
penduduk usia nonproduktif. Indonesia
diprediksi akan mencapai titik puncak “Subjek permasalahan demografi pada
Bonus Demografi pada 2020 dengan hakikatnya lebih dititikberatkan kepada
jumlah penduduk mencapai 280 juta. Dari studi kuantitatif mengenai berbagai faktor
data tersebut, jumlah penduduk usia seperti fertilitas, mortalitas, maupun
produktif lebih banyak 1,9% dibandingkan migrasi yang selalu memengaruhi
jumlah penduduk usia nonproduktif. penduduk secara kontinu, serta
menentukan jumlah maupun
Pertumbuhan penduduk Indonesia
pertumbuhan penduduk yang tidak dapat
saat ini sudah sangat pesat yang dibuktikan
diragukan lagi bahwa perubahan dalam
dengan padatnya penduduk daerah/kota
jumlah maupun komposisi penduduk
dan semakin berkurangnya lahan
akan memberikan pengaruh sosial,
pertanian. Menurut data Badan Pusat
ekonomis, politis maupun lainnya
Statistik (BPS) dalam Sensus Penduduk
terhadap penduduk yang tinggal di suatu
2010, penduduk Indonesia mencapai
negara”.
237.641.326 juta jiwa dengan kepadatan
4,58%. Dari pernyataan sangat jelas bahwa Pemerataan pembangunan ekonomi dan
tingkat fertilitas, mortalitas, migrasi dan sosial merupakan syarat untuk meredakan
mobilitas sosial bangsa Indonesia setiap laju pertumbuhan penduduk dan
tahun semakin meningkat. Seperti mengantarkan suatu negara untuk lebih maju.
fenomena kependudukan yang Dari hal tersebut di atas bahwa penduduk
berkembang akhir-akhir ini bangsa menjadi independent variabel pertumbuhan
Indonesia akan mendapatkan bonus yang penduduk dan pembangunan ekonomi.
disebut Bonus Demografi di mana kondisi Sedangkan kemajuan suatu bangsa sangat
tersebut proporsi angka ketergantungan ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi
menurun drastis karena jumlah penduduk negara. teori tentang kependudukan terhadap
usia produktif lebih banyak dari pada pembangunan menjadi sangat penting untuk
penduduk usia nonproduktif. Menurut kemajuan suatu bangsa, Kesempatan besar
Adietomo (2005: 7) menyatakan bahwa yang akan diperoleh Indonesia dalam Bonus
rasio ketergantungan Indonesia menurun Demografi akan menjadi kesempatan yang sia-
dari 86 per 100 penduduk usia kerja pada sia jika tidak bisa memanfaatkan momentum
1971 menjadi 50 per 100 tahun 2000. ini untuk membawa Negara Indonesia menjadi
lebih maju dari sebelumnya. Bonus Demografi

423
Visioner Vol. 12 \ No. 2\ April 2020: 421–438

merupakan suatu kesempatan yang sangat Demografi dapat dikatakan juga sebagai
langka, karena tidak setiap tahun dan tidak sebuah ilmu interdisipliner karena
setiap negara akan memperoleh bonus ini. relasinya dengan banyak disiplin ilmu
Dengan demikian Bonus Demografi menjadi akademis lainnya seperti matematika,
suatu kesempatan yang berguna dalam statistika, biologi, kedokteran, geografi,
peranannya untuk memajukan bangsa sosiologi, ekonomi, dan psikologi. Banyak
Indonesia, perlu adanya pemanfaatan secara demografer mengikuti pelatihan di bidang
optimal dengan perencanaan pembangunan ilmu lainnya sebelum memilih spesialisasi
yang berwawasan kependudukan karena demografi. Sebagai contoh bahwa
penduduk sebagai aspek utama dalam proses demografi berhubungan dengan ilmu lain
pembangunan suatu bangsa. Seperti pendapat dengan membayangkan sebuah studi
yang diungkapkan oleh Adam Smith dalam tentang keluarga. Para demografer sangat
Darwis bahwa sesungguhnya ada hubungan tertarik dengan keluarga karena peristiwa
yang harmonis dan alami antara pertumbuhan demografi dapat memengaruhi ukuran dan
penduduk dan pertumbuhan ekonomi. komposisinya. Seorang ahli sejarah dalam
Sehingga untuk mempersiapkan pemanfaatan demografer sejarah, sangat mungkin
peluang itu perlu adanya kebijakan memperhatikan keluarga dari masa lampau,
peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan usia perkawinan dan komposisi
dan perluasan lapangan kerja mulai dari serta ukuran dari satu rumah tangga di
sekarang agar keinginan untuk memajukan masa lalu. Karena keluarga adalah unit
bangsa Indonesia dengan memanfaatkan paling dasar dalam aktivitas sosial, ahli
Bonus Demografi dapat terwujud dengan sosiologi dan antropologi juga tertarik pada
nyata. status, peranan, jaringan dan pembuat
keputusan di dalam keluarga serta pranata
yang ada di dalam keluarga tersebut (lihat
TINJAUAN PUSTAKA Caldwell et al. 1988 ; Hawthorn 1970; Nag
1973).
Demografi
Kata demografi berasal dari bahasa Yunani Kependudukan
yang berarti “demos” adalah rakyat atau Kependudukan adalah sebuah ilmu
penduduk dan “grafein” adalah menulis. Jadi tentang makhluk hidup atau manusia yang
demografi adalah tulisantulisan atau terdapat dalam sebuah rumpun kehidupan
karangan-karangan mengenai rakyat atau sehingga dapat Melakukan penyebaran dan
penduduk. Istilah ini dipakai untuk pertama perkembangan atau populasi dalam mata
kalinya oleh Achille Guillard dalam rantai kehidupan. Teori kependudukan
karangannya yang berjudul Elements de dibagi dalam tiga kelompok besar: (1) aliran
Statistique Humaine on Demographic Malthusian yang dipelopori oleh Thomas
Compares pada 1885. Menurut Donald J. Robert Malthus; (2) aliran Marxist yang
Boguedi dalam bukunya yang berjudul dipelopori oleh Karl Marx dan Friedrich
Principles of Demoraphy definisi Demografi Engels; dan (3) 3. Aliran Neo-Malthusian
adalah sebagai berikut. “Demografi adalah oleh Garreth Hardin dan Paul Ehrlich
ilmu yang mempelajari secara statistik dan (Mantra, 2008). Menurut aliran Malthusian:
matematik tentang besar, komposisi dan terjadi ke tidak seimbangan antara
distribusi penduduk dan pertumbuhan penduduk dengan
perubahanperubahannya sepanjang masa pertumbuhan makanan, dalam hal ini
melalui bekerjanya lima komponen demografi pertumbuhan penduduk berjalan
yaitu kelahiran (fertilitas), kematian berdasarkan deret ukur, sedangkan
(mortalitas), perkawinan, migrasi, dan pertumbuhan/pertambahan berdasarkan
mobilitas sosial”. deret hitung. Oleh karena itu, pertumbuhan

424
Achmad Nur Sutikno: Bonus Demografi di Indonesia

penduduk harus dibatasi. Pembatasan dasar tentang distribusi penduduk,


jumlah penduduk dapat dilaksanakan karakteristik dan perubahan-
dengan dua cara, yaitu preventive dan perubahannya, serta menerangkan faktor
positive check. penyebab perubahan tersebut dan
menganalisis segala konsekuensi yang
Menurut kalangan sosialis awal dalam
mungkin sekali terjadi di masa depan
masyarakat yang sudah direorganisasikan
sebagai hasil perubahan tersebut.
maka pertumbuhan penduduk dapat
dicegah oleh peningkatan produksi, Menurut Mantra (2000) mengatakan
maupun oleh tata kehidupan sosial yang bahwa studi kependudukan lebih luas dari
lebih baik. Nitti (1894) dalam Munir & kajian demografi murni, karena di dalam
Budiarto 1986 mengemukakan bahwa memahami struktur dan proses
setiap peningkatan kondisi ekonomi kelas kependudukan di suatu wilayah, faktor-faktor
pekerja akan menyebabkan tingkat non demografis ikut dilibatkan, misalnya
kelahiran menurun, dan masalah dalam memahami fertilitas di suatu daerah
kependudukan dapat diatasi dengan tidak hanya cukup diketahui trend pasangan
melakukan reorganisasi terhadap usia subur tetapi juga faktor sosial, ekonomi
masyarakat agar sebab-sebab dan budaya yang ada di daerah tersebut.
ketidaksamaan dapat dihilangkan (Munir & Dengan kata lain studi kependudukan lebih
Budiarto, 1986). bersifat interdisipliner dan lebih mencakup
tentang ilmu sosial, ekonomi, budaya,
Dalam konteks historis materialism lingkungan, politik, dan biologi. Banyak
yang lebih luas, marx dan engels memang demografer yang lebih menyukai pendekatan
tidak menyusun formulasi tentang teori studi kependudukan di mana hubungan antara
kependudukan semata-mata, tetapi variabel-variabel demografis dan
menyusun seperangkat prinsip-prinsip nondemografis diperhitungkan. Para
dasar yang mereka anggap sebagai faktor- demografer sangat tertarik dengan efek dari
faktor yang dapat memengaruhi variabel nondemografis terhadap variabel
kependudukan serta korelasi ekonomi dan demografis, contohnya bagaimana perubahan
sosialnya. Marx menyatakan bahwa tidak dari pendapatan atau tingkat pendidikan
mungkin terdapat hukum kependudukan keluarga dapat memengaruhi kelahiran dan
yang alamiah atau yang universal; kematian.
pertumbuhan penduduk akan lebih
ditentukan oleh kondisi-kondisi sosial dan Beberapa demografer justru tertarik
ekonomis yang memengaruhi berbagai kepada hal sebaliknya; apakah variabel
masyarakat. Menurut Marx, perbedaan demografis akan menyebabkan perubahan
mortalitas dan fertilitas, baik di dalam kelas pada variabel nondemografis. Hal ini juga
sosial maupun di dalam kelas pekerja, akan menjadi perhatian beberapa ahli pada disiplin
senantiasa dibentuk oleh posisi sosial, ilmu berbeda. Misalnya, ketika suatu populasi
tingkat kehidupan (suatu istilah modern memiliki proporsi lansia yang besar, pola
untuk jumlah sarana-sarana kehidupan), pemilihan umum bisa jadi berbeda, karena
kondisi sosial maupun faktor-faktor sosial para lansia lebih memilih partai politik
lainnya. (Munir & Budiarto, 1986). tradisional yang sudah ada sejak lama. Jika
terjadi hal seperti itu, maka topik ini adalah
Studi kependudukan merupakan studi kewenangan ahli politik, bukan demografer
yang membahas tentang hubungan antara lagi. Analisis penduduk merupakan analisis
faktor-faktor perubahan penduduk dan yang dimulai “dari rahim ke liang kubur” (from
faktor-faktor pembangunan. T. Romlinson the womb to the tomb) karena analisis
(1965) mengatakan bahwa studi penduduk pada seluruh siklus kehidupan
kependudukan menerangkan informasi

425
Visioner Vol. 12 \ No. 2\ April 2020: 421–438

manusia sejak dari kandungan sampai penduduk, sebagai hasil fertilitas jangka
meninggal. panjang.
Dari hal tersebut di atas terdapat struktur Sementara itu, Tifatul Sembiring
penduduk selalu berubah-ubah, perubahan (Kominfo, 2014), mengemukakan
tersebut disebabkan karena prosres pengertian Bonus Demografi adalah suatu
demografi yaitu kelahiran (fertilitas), keadaan penduduk yang menguntungkan,
kematian (mortalitas), dan migrasi penduduk. karena jumlah penduduk didominasi oleh
Struktur penduduk merupakan aspek yang masyarakat berusia produktif. Selanjutnya,
statis, yang menggambarkan penduduk dari BKKBN (2013), memberikan pengertian
hasil sensus penduduk pada hari sensus bahwa Bonus Demografi adalah keuntungan
tersebut. Data yang didapat pada hari sensus jumlah penduduk yang dinikmati negara.
dijadikan sebagai basis perhitungan Sebagai akibat dari besarnya proporsi
penduduk. Setelah hari sensus penduduk penduduk produktif yang ada dalam
tersebut dilakukan maka struktur penduduk masyarakat.
akan berubah dari basis penduduk
Wikipedia (2016) memberikan
sebelumnya. Unsur-unsur yang dinamis yang
pandangan Bonus Demografi sebagai
terdiri dari kelahiran, kematian, dan migrasi.
fenomena penting yang di alami Indonesia
Proses perubahan tersebut disebut pula
karena suatu kondisi penduduknya yang
dengan proses yang dinamis. Masalah
lebih besar di usia produktif dibandingkan
kependudukan sangat memengaruhi
dengan usia tidak produktif. Selanjutnya
kesejahteraan dan perkembangan suatu
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016),
daerah dan negara.
menyatakan bahwa Bonus Demografi
Masalah kependudukan di Indonesia adalah istilah dalam kependudukan yang
dikategorikan sebagai suatu masalah nasional menggambarkan jumlah usia produktif
yang besar dan memerlukan pemecahan lebih besar dari pada usia tidak produktif.
segera. Hal ini mencakup lima masalah pokok
Adapun menurut Jimmy Ginting (2016),
yang terkait satu sama lainnya, yaitu: 1)
mengatakan bahwa Bonus Demografi
Jumlah penduduk yang tinggi 2) Tingkat
sebagai ledakan penduduk usia produktif
pertumbuhan yang tinggi 3) Penyebaran
yang akan terjadi di Indonesia pada 2020 –
penduduk yang tidak merata 4) Komposisi
2035 dan Ray (1998), menyatakan dalam
umur penduduk yang timpang 5) Masalah
bukunya yang berjudul Economic
mobilitas penduduk. Paket masalah
Devolovement bahwa Bonus Demografi yang
kependudukan ini telah menjadi induk dari
terjadi ledakan penduduk yang berdampak
berbagai masalah lain. Apabila tidak segera
kepada pembangunan ekonomi terhadap
ditanggulangi, tidak mustahil akan
penduduk, Akan tetapi perubahan
mendatangkan efek yang lebih parah lagi dan
penduduk mempunyai implikasi terhadap
dapat melumpuhkan pembangunan nasional.
pembangunan perekonomian.
Bonus Demografi
METODE PENELITIAN
Bonus Demografi atau bisa disebut
Ledakan Penduduk, Fenomena Bonus Kajian ini merupakan studi literatur yang
Demografi dicirikan dengan jumlah penduduk menggunakan metode analisis deskriptif
usia produktif jauh lebih banyak dibanding kualitatif berbasis kajian kepustakaan (library
jumlah penduduk usia nonproduktif. Menurut research). Analisis deskriptif kualitatif
Wongboonsin (2003) bahwa Bonus Demografi merupakan analisis yang didasarkan pada
(demographic deviden) adalah suatu pemetaan permasalahan yang terdapat dalam
keuntungan ekonomis yang disebabkan variabel atau kasus yang sedang dikaji dan
menurunnya rasio ketergantungan jumlah

426
Achmad Nur Sutikno: Bonus Demografi di Indonesia

kemudian dicari titik korelasinya. Korelasi dalam jangka panjang. Pada saat terjadi
tersebut bisa menjadi mengonfirmasi, penurunan angka kelahiran dalam jangka
menolak, dan seimbang berdasarkan pada panjang, akan berdampak pada
data dan informasi yang berhasil dilakukan pengurangan jumlah penduduk berusia
oleh peneliti. Sedangkan studi kepustakaan muda (< 15 tahun), akan tetapi di satu sisi
merupakan instrument penelitian dengan jumlah penduduk usia produktif (15 – 64
mengumpulkan berbagai macam literature tahun) akan meningkat secara drastis
baik dalam bentuk jurnal, buku, prosiding, sebagai akibat angka kelahiran yang tinggi
working paper, maupun sumber data lainnya di masa lalu. Di sisi lain jumlah penduduk
yang memiliki keterkaitan dengan dengan umur di atas 64 tahun akan
permasalahan dalam kajian ini. Adapun meningkat secara perlahan dan kemudian
tahapan kegiatan dalam menganalisis data dan meningkat cepat akibat terjadinya
dokumen dalam kajian ini adalah sebagai peningkatan usia harapan hidup. Pada saat
berikut. jumlah penduduk usia produktif jauh
melebihi jumlah penduduk usia
1) Melakukan studi pendahuluan dengan
nonproduktif (kurang dari 15 tahun dan di
meneliti kajian-kajian penelitian
atas 64 tahun) ini lah yang disebut dengan
terdahulu yang membahas mengenai
kondisi Bonus Demografi (Rusli,
pengangguran dan Bonus Demografi di
Toersilaningsih, Meirida, Kurniawan, &
Indonesia
Setiawan, 2015)
2) Mengumpulkan literatur relavan
Parameter yang digunakan dalam menilai
sesuai dengan fokus permasalahan
fenomena Bonus Demografi adalah
yang diangkat sebagai tema utama
Dependency Ratio atau Rasio Ketergantungan,
dalam kajian ini.
yaitu merupakan rasio yang menggambarkan
3) Menganalisis secara kritis berbagai perbandingan antara jumlah penduduk usia
sumber literatur tersebut untuk nonproduktif (kurang dari 15 tahun dan di
mendapatkan pemahaman mendasar atas 64 tahun) dan penduduk usia produktif
mengenai korelasi antarstudi dan (15 – 64 tahun). Angka Rasio Ketergantungan
variabel yang diteliti ini menunjukkan beban tanggungan penduduk
usia produktif terhadap penduduk usia
4) Menulis hasil kajian berdasarkan nonproduktif. Pada saat angka rasio
argumentasi analisis dari berbagai ketergantungan rendah, kondisi ini
data dan kajian literatur. memperlihatkan bahwa penduduk usia
5) Merumuskan rekomendasi produktif hanya menanggung sedikit
berdasarkan argumentasi analisis dari penduduk usia nonproduktif.
berbagai data dan kajian literature. Angka rasio ketergantungan yang rendah
akan berimplikasi pada perekonomian negara
yang dapat dijadikan sebagai sebuah
PEMBAHASAN kesempatan untuk meningkatkan
produktivitas sebuah negara. Kondisi ini dapat
Bonus Demografi menjadi sumber pertumbuhan ekonomi
melalui pemanfaatan sumber daya manusia
Bonus Demografi merupakan salah
yang produktif yang akan mampu
satu perubahan dinamika demografi yang
menghasilkan pendapatan untuk memenuhi
terjadi karena adanya perubahan struktur
kebutuhan konsumsi dan meningkatkan
penduduk menurut umur. Fenomena
tabungan mereka yang pada akhirnya dapat
transisi demografi ini terjadi karena
dimobilisasi menjadi investasi (Maryati,
berkurangnya angka kelahiran yang
2015). Jadi teori Bonus Demografi pada
dibarengi oleh tingginya angka kematian

427
Visioner Vol. 12 \ No. 2\ April 2020: 421–438

dasarnya merupakan sebuah teori yang Burden), di mana banyaknya jumlah


menghubungkan antara dinamika penduduk produktif yang tidak dapat
kependudukan dengan ekonomi. Semakin terserap oleh pasar kerja akan
sedikit jumlah usia nonproduktif yang harus menjadi beban ekonomi sebuah
ditanggung oleh penduduk usia produktif akan Negara. Pada kondisi ini tingkat
berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang pengangguran akan tinggi, sehingga
lebih baik. Idealnya pertumbuhan ekonomi penduduk usia kerja yang tidak
secara maksimal akan terjadi pada saat Rasio memiliki pekerjaan akan menjadi
Ketergantungan berada di bawah angka 50. beban bagi penduduk yang bekerja.
Kondisi ini juga disebut sebagai the window of
Setiap negara hanya akan merasakan
opportunity (jendela kesempatan) (Kominfo,
satu kali Bonus Demografi yang hanya akan
2015).
terjadi selama satu atau dua dekade saja.
Adioetomo (2005) menyatakan bahwa Hal ini disebabkan karena seiring dengan
perubahan dinamika demografi di mana berjalannya waktu, penduduk usia
tingginya pertumbuhan penduduk usia kerja produktif akan bertransformasi menjadi
akan memengaruhi Gross Domestic Product per penduduk usia nonproduktif dan jumlahnya
kapita sebuah negara yang juga akan akan terus bertambah. Hal ini akan
berdampak terhadap: berimplikasi pada rasio beban
ketergantungan yang akan meningkat
1. Jumlah penduduk usia kerja yang yang dengan cepat. Beberapa negara di dunia
tinggi dan dapat diserap oleh pasar kerja telah mampu memaksimalkan Bonus
akan meningkatkan total output; Demografi yang mereka miliki sehingga saat
2. Akan meningkatkan tabungan ini mereka muncul sebagai kekuatan
masyarakat; ekonomi baru di dunia seperti Korea
Selatan, Taiwan, dan Singapura.
3. Tersedianya sumber daya manusia dalam
proses pembangunan ekonomi Kondisi ini Semenjak 2012, Indonesia juga telah
hanya akan terjadi sehingga Bonus memasuki masa Bonus Demografi. Transisi
Demografi betul-betul dapat demografi ini terindikasi dari hasil Sensus
dimanfaatkan jika sebuah negara Penduduk 2000 yang menunjukkan fakta
memenuhi beberapa prasyarat, yaitu: signifikan tentang keberhasilan program
Keluarga Berencana yang dilaksanakan
1) Pertambahan penduduk usia kerja pada masa lalu. Fakta yang nampak dari
dibarengi oleh peningkatan kualitas Sensus Penduduk 2010 memperlihatkan
sumber daya manusia baik dari segi bahwa penduduk berusia di bawah 15 tahun
kesehatan maupun pendidikan dan hampir tidak bertambah; di mana pada
keterampilan serta serta peningkatan periode 1970-1980-an jumlahnya sekitar
soft skill sehingga mereka memiliki 60 juta dan hingga akhir 2000 penduduk
daya saing secara global. dalam kelompok usia ini hanya meningkat
2) Penduduk usia kerja dapat diserap menjadi 63-65 juta jiwa. Sebaliknya,
oleh pasar kerja yang tersedia penduduk usia 15 – 64 tahun pada 1970
jumlahnya mencapai 63- 65 juta dan telah
3) Tersedianya lapangan kerja yang berkembang menjadi lebih dari 133 – 135
dapat menyerap tenaga kerja yang juta, atau mengalami kenaikan dua kali lipat
tersedia Jika prasyarat di atas tidak selama 30 tahun (Maryati, 2015).
dapat terpenuhi yang akan terjadi Selanjutnya Maryati (2015)
adalah kebalikan dari Bonus memaparkan, jika dilihat dari ratio
Demografi (Demographic Dividend) dependency, tampak bahwa tingkat
yaitu beban demografi (Demographic ketergantungan penduduk Indonesia

428
Achmad Nur Sutikno: Bonus Demografi di Indonesia

Grafik. Rasio Ketergantungan Penduduk Usia 0--‐14, 65+, danTotal

Gambar 1
Grafik. Rasio Ketergantungan
Penduduk
Usia 0---14 , 65+, dan Total
Sumber: Adioetomo (2005:
32)

memperlihatkan trend yang menurun, di 2010 2015 2020 2025 2030 2035
mana pada 1970an nilai dependency ratio Aceh 56,3 54,8 53,6 50,8 47,9 45,8
Indonesia berkisar antara 85-90 per 100 Sumatera Utara 58,0 56,3 55,3 53,6 51,7 50,8
Sumatera Barat 57,7 55,8 54,8 53,6 51,7 50,6
dan pada 2000 menurun hingga ke level
Riau 54,1 51,5 49,7 48,4 47,1 46,6
5455 per 100. Hasil Sensus Penduduk 2010
Jambi 50,8 47,3 44,5 43,3 42,7 42,7
juga memperlihatkan proporsi penduduk Sumatera Selatan 51,3 49,7 48,4 47,3 45,8 45,3
usia produktif yang besar di mana Bengkulu 51,3 47,9 46,2 44,9 44,3 44,5
mencapai 66 persen dari total penduduk Lampung 51,1 49,5 48,6 47,3 45,6 45,3
Indonesia. Kep.Bangka Belitung 48,6 46,2 44,9 44,3 43,3 43,1
Kepulauan Riau 46,8 49,7 46,4 41,8 38,1 37,9
Sedangkan jumlah penduduk usia muda DKI Jakarta 37,4 39,9 42,0 42,2 40,1 39,5
(1524 tahun) hanya 26,8 persen atau 64 Jawa Barat 49,9 47,7 46,4 46,4 46,2 46,6
juta jiwa. Jawa Tengah 49,9 48,1 47,7 48,4 49,9 51,7
DI Yogyakarta 45,8 44,9 45,6 46,8 47,7 48,4
Besarnya jumlah penduduk usia Jawa Timur 46,2 44,3 43,9 44,3 46,2 48,4
produktif tersebut menyebabkan semakin Banten 48,6 46,4 45,3 43,9 41,8 41,0
Bali 47,3 45,6 43,3 42,2 43,3 45,8
kecilnya nilai angka ketergantungan
NTB 55,8 53,8 52,2 50,2 48,6 48,1
menjadi 51. Hal ini berarti 100 penduduk
NTT 70,6 66,7 63,4 62,1 61,6 61,6
usia produktif menanggung 51 orang Kalimantan Barat 52,7 50,8 49,7 48,8 47,3 46,6
penduduk tak produktif. Menurut United Kalimantan Tengah 50,4 46,2 43,3 41,4 40,3 39,9
Nations (PBB) transisi demografi yang Kalimantan Selatan 49,3 48,6 47,7 46,2 44,7 44,7
terjadi pada beberapa dekade terakhir di Kalimantan Timur 48,6 46,2 44,5 43,7 43,1 43,5
Indonesia akan membuka peluang bagi Sulawesi Utara 47,9 46,6 46,4 46,8 47,3 48,4
Indonesia untuk menikmati Bonus Sulawesi Tengah 52,7 50,6 49,7 49,5 48,6 48,6
Demografi (demographic devident) pada Sulawesi Selatan 56,0 52,9 51,3 50,4 49,5 49,7
Sulawesi Tenggara 63,4 60,5 58,0 54,6 52,7 51,5
periode 2020-2035.
Gorontalo 51,7 48,6 47,5 47,7 47,7 47,9
Tabel 1
Sulawesi Barat 60,5 56,0 53,8 52,7 51,5 51,1
Dependency Ratio menurut Provinsi (2010-2035) Maluku 63,1 59,7 58,2 57,5 55,8 54,3
Maluku Utara 61,3 58,5 56,0 53,4 51,5 50,8
Provinsi Tahun
Papua Barat 53,6 49,9 47,1 45,3 44,3 43,7

429
Visioner Vol. 12 \ No. 2\ April 2020: 421–438

Papua 53,8 47,5 43,7 42,0 41,6 42,2 Demografi tentu mendatangkan keuntungan
INDONESIA 50,5 48,6 47,7 47,2 46,9 47,3 yang besar. Dengan Bonus Demografi berarti
Indonesia yang mendapati kondisi di mana
Sumber: BPS Indonesia jumlah angkatan kerja yang melimpah-ruah.
Dependency Ratio Indonesia sejak 1930 Angkatan kerja dengan jumlah yang besar
hingga 2015 menunjukkan kecenderungan tersebut jika dapat dikelola dengan baik yang
semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa akan mendorong kemajuan dan pertumbuhan
dependency ratio yang kecil berarti beban ekonomi negara. Kuncinya terletak pada
ketergantungan penduduk usia produktif peningkatan kualitas angkatan kerja yang
kepada penduduk produktif semakin rendah. berdaya saing pada pasar tenaga kerja global.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia
2010 menunjukkan dependency ratio Saat ini Indonesia memiliki 67 juta anak
Indonesia sebesar 50,5. Sementara pada 2015 muda berumur 10-24 tahun. Mereka yang
dependency ratio memiliki angka lebih kecil akan menjadi pemimpin dan penggerak
yaitu 48,6. Kecenderungan dependency ratio pembangunan Indonesia pada fase bonus
yang semakin kecil ini akan berlanjut hingga Demografi 2020-2035. Jumlah anak muda
2030, dan menciptakan Bonus Demografi bagi yang melimpah menjadi incaran tenaga
indonesia. Sementara itu diperkirakan setelah produktif negara-negara maju yang
2030 kecenderungan dependency ratio akan kekurangan anak muda. Sehingga bisa
naik kembali karena jumlah lansia meningkat. menjadi keuntungan yang besar jika
Indonesia mampu merespons permintaan
Melimpahnya jumlah penduduk muda di pasar tenaga kerja global (Kompas 29
berbagai wilayah provinsi Indonesia telah November 2014, hlm 13).
menciptakan Bonus Demografi. Bonus
Demografi di beberapa provinsi di Indonesia Jumlah anak muda yang besar telah
tersebut dapat dilihat dengan parameter menjadikan Indonesia sebagai salah satu
dependency ratio yang cukup rendah, yaitu negara yang akan mendapatkan
mencapai di bawah 45. Yang berarti bahwa keuntungan Bonus Demografi selain India
dalam setiap 100 penduduk usia produktif dan Tiongkok. Jumlah anak muda di dunia
(15-64 tahun) hanya menanggung sekitar 45 diperkirakan mencapai 1,8 miliar. Dari
penduduk tidak produktif (0-14 dan 65 tahun angka tersebut Indonesia menempati posisi
ke atas). Perhatikan data dependency ratio ketiga setelah India yang memiliki jumlah
menurut provinsi di Indonesia pada tabel 1 di anak muda 356 juta, dan Tiongkok yang
atas. memiliki jumlah anak muda 269 juta.
Jumlah anak muda sangat menguntungkan
Bonus Demografi sebenarnya telah jika strategi pembangunan yang
dialami oleh beberapa provinsi di Indonesia memanfaatkan Bonus Demografi bisa
sejak 2010. Beberapa provinsi itu seperti dijalankan dengan benar. Dengan investasi
Jakarta, Yogyakarta, Jawa Timur, dan yang tepat dari pemerintah, maka jutaan
Kepulauan Riau. Berdasarkan tabel 1, anak muda benar-benar menjadikan berkah
menunjukkan bahwa beban ketergantungan di Bonus Demografi. Dari hal tersebut jutaan
empat provinsi berada pada angka 46 dan 45. anak muda, jika mampu dikelola dengan
Beban ketergantungan yang cukup rendah ini baik maka akan bisa mengubah masa depan
telah menciptakan jendela peluang untuk Indonesia menjadi lebih baik.
peningkatan pertumbuhan ekonomi di
wilayah yang bersangkutan. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk
(SP) 2010, penduduk provinsi Indonesia
Bonus Demografi yang terjadi pada 2020 tercatat sebanyak 4.846.909 jiwa dengan
hingga 2035 yang harus benarbenar tingkat Laju Pertumbuhan Penduduk
dimanfaatkan oleh pemerintah. Kesiapan sebesar 1,34 persen yang terdiri dari
pemerintah dalam menghadapi Bonus

430
Achmad Nur Sutikno: Bonus Demografi di Indonesia

2.404.377 laki-laki dan 2.442.532 perempuan, pertumbuhan, laju pertumbuhan penduduk


dengan sex rasio sebesar 94,44 persen. Indonesia dari tahun ketahun
Sementara proyeksi yang dilakukan oleh diproyeksikan akan cenderung terus
BAPPENAS, BPS dan UNFPA memperlihatkan menurun sampai tahun 2035. Jika pada
penambahan jumlah penduduk Indonesia 2010 laju pertumbuhan penduduk
2010 – 2035. Dari data tersebut diproyeksikan mencapai 1,34 persen, angka ini akan
bahwa pertumbuhan penduduk Indonesia sedikit menurun pada 2015 yaitu 1,33
menunjukkan laju pertumbuhan yang persen. Angka laju pertumbuhan penduduk
cenderung menurun sampai 2035. ini akan terus menurun menjadi 1,14
persen pada 2020 dan akan mencapai
Pada 2010 jumlah penduduk Indonesia
angka 0,54 persen pada 2035. Dari jelaskan
sebesar 4.863,3 jiwa dan pada 2035 jumlah
di atas dapat dilihat pada tabel 2 dengan
tersebut diproyeksikan akan mencapai
grafik dan piramida sebagai berikut.
6.130,4 jiwa. Jika dilihat dari laju
Tabel 2
Proyeksi Penduduk 2010-2035

Parameter 2010 2015 2025 2025 2030 2035

1 2 3 4 5 6 7
Penduduk
Laki – laki 2409.2 2854.2 2441.6 2874.4 2981.1 3062.6

Perempuan 2456.1 2612.1 2757.2 2883.3 2987.2 3067.8


Total 4865.3 5196.3 5498.8 5757.8 5968.3 6130.4
Laju Pertumbuhan 1.34 1.33 1.14 0.92 0.72 0.54
Komposisi Umur
0–14 31.1 30.3 29.2 27.5 25.7 24.2
15–64 63.4 64.2 64.6 65.1 65.9 66.4
65 + 5.5 5.5 6.2 7.4 8.4 9.4
Rasio 57.7 55.6 54.8 53.6 51.7 50.6
Ketergantungan (%)
Fertilitas/Fertility
TFR 3.02 2.83 2.65 2.46 2.3 2.15
GRR 1.5 1.4 1.3 1.2 1.1 1
NRR 1.4 1.3 1.2 1.2 1.1 1
CBR 23.6 21.6 19.8 18.1 16.9 15.9
Jumlah Kelahiran 114.8 112.1 108.7 104.1 100.7 97.6
Mortalitas/Mortality
e0 Laki – laki/Male 65.7 66.7 67.6 68.2 68.5 68.8
e0 69.6 70.6 71.5 72.0 72.4 72.7
Perempuan/Female
e0 L+P/M+F 67.6 68.6 69.5 70.1 70.4 70.7
IMR Laki – laki 40.5 35.9 32.2 29.9 28.6 27.6
IMR Perempuan 28.5 25.9 23.6 22.1 21.3 20.7
IMRL+P 34.9 31.0 28.0 26.1 25.0 24.2
CDR 8.1 7.6 7.5 7.8 8.3 9.0

431
Visioner Vol. 12 \ No. 2\ April 2020: 421–438

Jumlah Kematian 39.4 39.4 41.1 44.6 49.5 55.2


Migrasi/Migration
Tingkat Migrasi -1.6 -1.8 -2.0 -2.2 -2.3 -2.3
Netto

Sumber: BPS Indonesia

Gambar 2
Proyeksi Pendudk 2010 –2035 (Sumber: BPS Indonesia )

432
Achmad Nur Sutikno: Bonus Demografi di Indonesia

Gambar 3

433
Visioner Vol. 12 \ No. 2\ April 2020: 421–438

Piramida Proyeksi Penduduk 2010 –2035 (000 orang)- (Sumber: BPS Indonesia
) Tabel 3. Proyeksi Penduduk Antarprovinsi 2010-2035
Sumber: BPS Indonesia bagian tengah meskipun tidak begitu besar.

Berdasarkan proyeksi penduduk Hal ini mengindikasikan bahwa prediksi


menurut struktur umur, jumlah penduduk pada periode tersebut jumlah penduduk
usia produktif Indonesia masih belum lebih usia produktif mulai meningkat sehingga
besar jika dibandingkan dengan penduduk angka dependency ratio makin kecil.
usia nonproduktif. Hal ini dapat dilihat dari Meskipun belum sepenuhnya akan
bentuk piramida penduduk yang mendapatkan Bonus Demografi, ini
cenderung masih mengerucut ke atas. Akan memberikan peluang bagi Indonesia untuk
tetapi pada periode 2030 dan 2035, untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi
piramida mulai memperlihatkan yang lebih baik. Indonesia perlu
kecenderungan untuk mengembang di merumuskan langkah-langkah yang tepat

434
Achmad Nur Sutikno: Bonus Demografi di Indonesia

untuk meningkatkan kualitas sumber daya Di sektor kesehatan, program


manusia terutama di bidang pendidikan kesehatan makin ditingkatkan dengan
dan kesehatan. Di samping itu, perlu pembangunan fasilitas Puskesmas untuk
adanya percepatan di sisi ketenagakerjaan mendekatkan masyarakat pada fasilitas
berupa penciptaan lapangan pekerjaan. kesehatan murah, program perbaikan gizi
untuk ibu, bayi dan balita serta imunisasi
Transisi Demografi Indonesia bagi bayi dan ibunya dalam upaya
menurunkan angka kematian bayi.
Revolusi mortalitas di Indonesia yang
merupakan revolusi demografi pertama di
Berbeda dengan negara-negara maju,
Indonesia terjadi sekitar tahun 1950an.
transisi demografi yang terjadi di Indonesia,
Dimulai dari adanya penurunan angka
tidak diawali dengan pembangunan
kematian akibat berbagai penemuan obat-
ekonomi, industrialisasi dan modernisasi.
obatan antibiotika dan intervensi kesehatan di
Indonesia berhasil mengalami transisi lebih
negara maju. Indonesia tidak perlu lagi
cepat karena intervensi di bidang kesehatan
menciptakan obat-obatan modern, tetapi
dan pengaturan jumlah anggota keluarga
langsung mengadopsi teknologi kedokteran
melalui program keluarga berencana yang
modern seperti imunisasi dan antibiotika,
berjalan paralel dengan pembangunan di
tanpa menunggu kemajuan perekonomian.
bidang ekonomi. Suriastini (1995)
Namun demikian, kondisi tersebut belum
memperkirakan bahwa akhir masa transisi
diikuti oleh penurunan fertilitas, sehingga
demografi akan terjadi pada 2005. Pada
terjadi ledakan bayi di Indonesia pada sekitar
tersebut diperkirakan, angka harapan hidup
1950-1970-an.
mencapai lebih dari 65 tahun, angka
Transisi demografi di Indonesia yang kelahiran (TFR) mendekati 2 dan NRR (Net
ditandai dengan penurunan angka kematian Reproduction Rate) sebesar 1. Periode
bayi dari 140 per 1.000 kelahiran hidup pada 1990-1995, Indonesia berada pada tahap
1971 menjadi 35 pada 2000. Sedangkan angka transisi yang tergolong labil, tepatnya pada
fertilitas menurun dari 5,6 pada 1961 menjadi tahap perkembangan akhir (late expanding
hanya 2,6 pada 2007. Artinya, jumlah anak stage). Dengan usia angka harapan hidup
yang dimiliki oleh setiap perempuan Indonesia 62,7 tahun dan TFR 3,91, Indonesia telah
hingga akhir usia reproduksinya turun dari berada di tahap ketiga transisi demografi
sekitar 5 hingga 6 anak, menjadi hanya 2 (Mantra, 2000). Dengan demikian dari sejak
hingga 3 anak. Sebagaimana telah disebutkan tahun tersebut di atas sampai sekarang
di atas, transisi demografi di Indonesia terjadi bangsa Indonesia mendapatkan Bonus
karena adanya program nasional keluarga Demografi yang harus dipersiapkan dengan
berencana dengan penanaman paradigma dua sebaik-baiknya sesuai nawacita atau visi
anak cukup untuk mencapai keluarga kecil dan misi Presiden Republik Indonesia.
bahagia dan sejahtera. Pada masa itu Hambatan Bonus Demografi:
penyediaan kontrasepsi murah diperluas, Kemiskinan
pelayanan kontrasepsi mencapai hingga ke
pelosok perdesaan. Suriastini (1995) Kemiskinan merupakan kondisi yang
mengatakan bahwa terdapat 72,8 persen bayi tidak dapat terpenuhinya kebutuhan hidup
setiap orang secara wajar. Sajogjo dalam
tercegah kelahirannya dalam periode 1981-
1987 sebagai dampak dari pengaturan Soekartawi:1996 mendefinisikan golongan
kelahiran dan penundaan usia perkawinan. miskin bahwa beras sebagai patokan untuk
Untuk daerah Jawa dan Bali sumbangan masyarakat perkotaan yang setara kurang
pengaturan kelahiran meningkat dari 54,6 dari setara 420 kg beras sebab beras
persen pada 19721976 menjadi 75,25 persen menjadi bahan makanan pokok masyarakat
pada 19821987. Indonesia, dan Soekartawi juga

435
Visioner Vol. 12 \ No. 2\ April 2020: 421–438

mendefinisikan bahwa ‘miskin’ adalah deprivation in terms longevity, education


mempunyai keterbatasan penghasilan, and economic factors.”
pemikiran, keterampilan, pendidikan,
penghayatan kesusilaan, penghayatan Faktor Penentu Keberhasilan Bonus
keagamaan, kesehatan, perumahan, Demografi
hubungan sosial dalam keluarga, hubungan
sosial dalam lingkungan sekitarnya, dan Bonus Demografi dapat mendatangkan
hubungan sosial dalam masyarakat yang keuntungan yang besar bagi Indonesia.
lebih sosial. Dengan persiapan yang baik dan investasi
yang tepat, Bonus Demografi bisa mengubah
Sedangkan Bappenas (2002, dalam masa depan Indonesia menjadi lebih sejahtera
Lincolin Arsyad), mendefinisikan dan maju. Namun keberhasilan dalam
kemiskinan sebagai suatu situasi atau memanfaatkan Bonus Demografi sangat
kondisi yang dialami seseorang atau dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu 1)
kelompok orang yang tidak mampu kualitas pendidikan, 2) kualitas kesehatan, 3)
menyelenggarakan hidupnya sampai suatu ketersediaan lapangan kerja, dan konsistensi
taraf yang dianggap manusiasi. Selanjutnya penurunan angka kelahiran melalui program
Lincolin Arsyad menjelaskan, masyarakat Keluarga Berencana.
miskin selalu berada pada kondisi Pada fase Bonus Demografi jumlah anak
ketidakberdayaan atau ketidakmampuan muda sangat besar sebagai kelompok
mereka dalam memenuhi kebutuhan dasar, produktif yang telah memasuki usia kerja.
yaitu ketidakmampuan dalam (1) Sehingga pengelolaan ketenagakerjaan yang
melakukan kegiatan usaha produktif; (2) baik, menjadi pekerjaan rumah yang harus
menjangkau akses sumber daya sosial- dilakukan oleh pemerintah. Pengelolaan
ekonomi; (3) menentukan nasibnya sendiri ketenagakerjaan yang baik dengan
dan senantiasa mendapatkan perlakuan mempersiapkan angkatan kerja yang
diskriminatif; dan (4) membebaskan diri berkualitas, akan menentukan keberhasilan
dari mental dan budaya miskin serta pemanfaatan Bonus Demografi. Untuk itu
senantiasa mempunyai martabat dan harga dalam mempersiapkan angkatan kerja yang
diri yang rendah. berkualitas haruslah dilihat dari aspek
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kualitas pendidikan, kualitas kesehatan dan
dalam “The Millenium Report,” kecukupan gizi.
mendefinisikan kemiskinan (poverty)
Memanfaatkan Bonus Demografi
sebagai “this minimum level and the poor
constituted the actual number of people Bonus Demografi merupakan kesempatan
whose income or calorie intake are less than emas bagi suatu bangsa jika mampu
this” dijelaskan pula bahwa dengan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Namun
terinspirasinya pendapat Amartya Sea, pertanyaannya, apakah Indonesia siap
pemenang Hadiah Nobel 1999, bahwa: memanfaatkan jendela kesempatan tersebut
“The United Nations Development untuk memajukan bangsa?. Tentu bukan hal
Programme (UNDP) introduced measures yang mudah untuk memanfaatkan bonus
for progress and for deprivation that focus tersebut agar tidak menjadi peluang yang sia-
on poverty from a human development sia atau bahkan menjadi suatu malapetaka
perspective. It now views poverty as a bagi bangsa Indonesia. Seperti yang
denial of choices and opportunities for diungkapkan Adioetomo dalam Cicih
living a tolerable life. The human poverty (2007:11) bahwa terbukanya the window of
index (HPI) constructed for each country opportunity yang menyediakan kondisi ideal
provides a country by country picture of untuk meningkatkan produktivitas ini, harus

436
Achmad Nur Sutikno: Bonus Demografi di Indonesia

dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi pemerintah Indonesia yang mempunyai penduduk usia


suatu negara apabila ingin meningkatkan produktif diimbangi dengan ketersediaan
kesejahteraan penduduknya. Oleh karena itu, lapangan pekerjaan sehingga penduduk
diperlukan berbagai upaya untuk usia produktif yang dituntut lebih potensial
memanfaatkan kesempatan tersebut. Satu hal dan aktual. Sehingga hal tersebut menjadi
yang paling mendasar yakni dengan tugas besar bagi bangsa Indonesia untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia mempersiapkan adanya Bonus Demografi
agar mempunyai keterampilan yang yang tidak sia-sia untuk kemajuan bangsa
berkualitas dan mampu terserap dalam dunia Indonesia.
kerja.
Untuk menyambut datangnya Bonus SIMPULAN
Demografi, perlu adanya persiapanpersiapan
yang matang agar pemanfaatannya optimal Berdasarkan penjelasan di atas, maka
dan hasilnya juga maksimal. Menurut Bloom, penulis dapat menyimpulkan bahwa Bonus
Canning, & Sevilla (2003) dalam Cicih Demografi yang diperoleh bangsa Indonesia
(2007:11) menjelaskan bahwa dalam rangka pada 2020-2035 mendatang, merupakan
mewujudkan Bonus Demografi ada tiga masa transisi di mana terjadi penurunan
mekanisme penting yaitu: pasokan tenaga fertilitas dalam jangka panjang yang mampu
kerja (labour supply), tabungan (savings), dan menyebabkan perubahan struktur
sumber daya manusia (human capital). Bonus kependudukan, terutama pada peningkatan
Demografi akan termanfaatkan dengan baik terhadap penduduk usia produktif.
jika pertumbuhan penduduk usia kerja yang Peningkatan penduduk usia produktif ini
merupakan pasokan tenaga kerja mampu menurunkan angka ketergantungan
mendapatkan pekerjaan yang produktif, dan bagi penduduk usia nonproduktif, sehingga
kemudian bisa menabung untuk dapat memberikan keuntungan ekonomis
diinvestasikan terhadap bangsa sehingga dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
memicu pertumbuhan ekonomi serta ekonomi dan kesejahteraan bangsa
meningkatkan kesejahteraan. Sedangkan, Indonesia. Dengan demikian apabila bangsa
menurut pernyataan yang disampaikan dalam Indonesia kalau tidak mau kehilangan
warta kependudukan (2013) bahwa, syarat peluang emas tersebut, maka perlu
agar Bonus Demografi dapat dimanfaatkan mempersiapkan sumber daya manusia yang
dengan baik adalah dengan berkualitas sejak sekarang, sehingga adanya
mempersiapkannya sejak perencanaan momentum Bonus Demografi dapat
sampai dengan implementasinya di tingkat benarbenar bermakna yang mampu
lapangan. Persiapan ini antara lain melalui: dimanfaatkan dengan baik, dan nawacita
Presiden Republik Indonesia bisa tercapai.
1. Peningkatan pelayanan
Peran pendidikan dalam pemanfaatan
kesehatan masyarakat;
Bonus Demografi, sangat penting dalam
2. Peningkatan kualitas dan peningkatan kualitas sumber daya manusia
kuantitas pendidikan; untuk mengembangkan potensi manusia
3. Pengendalian jumlah penduduk; secara optimal karena pendidikan itu
sendiri merupakan investasi bagi sumber
4. Kebijakan ekonomi yang mendukung daya manusia pada masa depan. Selain
fleksibilitas tenaga kerja dan pendidikan, kesehatan juga harus
pasar,keterbukaan perdagangan dan diperhatikan karena kesehatan merupakan
saving nasional. salah satu aspek kualitas penduduk yang
Dengan demikian, Bonus Demografi sangat penting. Sebagai modal manusia
menjadi kesempatan besar bagi bangsa dalam peningkatan sumber daya manusia

437
Visioner Vol. 12 \ No. 2\ April 2020: 421–438

yang berkualitas yaitu pendidikan dan berwawasan kependudukan jika ingin


kesehatan penduduk usia produktif, secara meningkatkan kesejahteraan
tidak langsung bangsa Indonesia siap untuk masyarakatnya. Dalam hal penyediaan
Bonus Demografi dalam rangka memajukan lapangan pekerjaan yang produktif,
bangsa. Karena dalam perencanaan peningkatan kualitas modal manusia
pembangunan yang berwawasan tanpa melihat perbedaan gender, karena
kependudukan, akan menciptakan mengingat tingginya populasi penduduk
kesejahteraan bagi penduduk. usia produktif yang akan menanggung
penduduk nonproduktif yang lebih sedikit
Oleh karena itu, Bonus Demografi
populasinya.
berperan untuk mengukur kemampuan
bangsa Indonesia dalam memanfaatkan
2. Bagi Pengusaha atau Perusahaan
Bonus Demografi, untuk memajukan
bangsa, yang dimaksud di sini adalah jika Perusahaan atau pengusaha diharapkan
bangsa Indonesia berhasil memanfaatkan mampu mengembangkan usaha yang
adanya Bonus Demografi dengan baik, dijalankan dengan membuka lapangan
maka akan dapat membawa Indonesia pekerjaan baru sehingga memunculkan
lebih maju pesat karena peningkatan kesempatan kerja pagi penduduk usia
perekonomian yang signifikan seperti produktif mendatang.
negara-negara tetangga yang telah berhasil
dalam hal pemanfaatannya dalam jendela 3. Bagi Masyarakat
kesempatan tersebut.
Masyarakat merupakan faktor utama dalam
Namun, dengan demikian bangsa
pemanfaatan Bonus Demografi yang
Indonesia harus mempersiapkan
beperan untuk memajukan bangsa
perencanaan dan pemanfaatan Bonus
Indonesia, karena masyarakatlah sebagai
Demografi dengan baik, sedangkan bangsa
objek dari perencanaan pemerintah dalam
Indonesia tidak mempersiapkan hal
mempersiapkan untuk Bonus Demografi,
tersebut, maka bisa terjadi bencana bagi
sehingga masyarakat diharapkan mampu
bangsa Indonesia. Sebab, sesudah itu rasio
berpartisipasi aktif dalam setiap
ketergantungan bangsa Indonesia akan
kebijakan yang dikeluarkan oleh
meningkat lagi dengan peningkatan
pemerintah.
penduduk usia tua.

DAFTAR PUSTAKA
SARAN
Adioetomo, & Moertiningsih, S. (2005). “Bonus
Demografi. Menjelaskan
Dari pembahasan tersebut Bonus Hubungan
Demografi sebagai barometer kemajuan
Antara Pertumbuhan Penduduk
bangsa Indonesia. Penulis menyajikan
Dengan Pertumbuhan Ekonomi.” Pidato
saran sebagai berikut.
Disampaikan pada Upacara Pengukuhan
1. Bagi Pemerintah Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang
Dalam rangka menyambut datangnya Bonus Ekonomi Kependudukan pada Fakultas
Demografi, pemerintah perlu Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
berkonsistensi terhadap kebijakan Adioetomo, Sri Moertiningsih. 2005. “Bonus
kependudukan dengan perspektif jangka Demografi Menjelaskan
panjang dan berkesinambungan. Selain Hubungan Antara Pertumbuhan
itu, pemerintah mampu mempersiapkan Penduduk dengan Pertumbuhan
perencanaan pembangunan yang Ekonomi”. Warta Demografi. 35 (2):7-27.

438
Achmad Nur Sutikno: Bonus Demografi di Indonesia

BKKBN. 2015. Banten Tahun 2015-2035. Pembangunan Manusia. Surabaya: Biro


Jakarta: Direktorat Analisis Dampak Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur.
Kependudukan BKKBN.
Maryati, S. 2015. Dinamika Pengangguran
Bappenas, BPS dan UNFPA. 2013. Proyeksi Terdidik: Tanatangan Menuju Bonus
Penduduk Indonesia 2015-2035. Jakarta. Demografi di Indonesia. Journal of
Economic and Economic Education , 3
BPS, 2015. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia
(2), 124 - 136.
2015. Jakarta. Biro Pusat Statistik
Prihastuti, Dewi. 2007. Peningkatan Sumber
----------. 2015. Produk Domestik Regional Bruto
Daya Manusia Melalui Pendidikan untuk
Indonesia Menurut Lapangan Usaha.
Menyongsong Bonus Demografi. Warta
Padang. Biro Pusat Statistik Provinsi Demografi.37 (1):15-24.
Indonesia
Rusli, S., Toersilaningsih, R., Meirida,
----------. 2015. Survei Sosial D., Kurniawan, U. K., & Setiawan, K. D.
Ekonomi Nasional. Jakarta. Biro Pusat 2015. Potensi dan Implikasi Bonus
Statistik Demografi di Provinsi
Djojohadikusumo, s. (1991).
Sadono, Sukirno, 2006, Ekonomi Pembangunan
Perkembangan Pemikiran Ekonomi.
Proses masalah dan Dasar Kebijakan,
Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
Cetakan Ketiga, Penerbit Kencana, Jakarta
Chotib. 2007. Menyiapkan Tenaga Kerja yang
Warta Kependudukan. 2012. Tantangan
Berkualitas Menyambut Jendela
dalam Mewujudkan Bonus
Kesempatan. Warta Demografi. Demografi di Provinsi
37 Bengkulu. BKKBN. Diambil pada
(1):51-63. 13 November 2013 dari
http://xa.yimg.com/kq/.../
Cicih, Lilis Heri Mis. 2007. Memanfaatkan Jendela
Tagan+Menghadapi+Bonus+Demografi.do
Kesempatan. Warta Demografi. 37 (1):6-
c
14

Cicih, Lilis Heri Mis. 2007. Peningkatan Kualitas


Kesehatan Penduduk dalam
Rangka Menyongsong Jendela
Kesempatan. Warta Demografi. 37 (1):26-
40.
Kominfo. 2015. Siapa Mau Bonus? Peluang
Demografi Indonesia. Jakarta: Kominfo.

Laksono, Agung H. R. 2013. Sambutan Menteri


Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat pada Seminar Internasional
Mengoptimalkan Bonus Demografi
untuk Kemajuan Bangsa dan
Kesejahteraan Penduduk. Diambil pada
13 November 2013 dari
www.bkkbn.go.id
Mardiyah, S. 2001. Konsep Indeks Pembangunan
Manusia, Tiga Dimensi Pokok

439

You might also like