Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552

Vol.8. No 1, Maret 2019

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN HIPERTENSI

Mariza Elvira1), Novi Anggraini2)


1,2)
Akademi Keperawatan Nabila
Email : mariza_elvira@yahoo.Com

ABSTRACT

Hypertension is a condition when blood pressure increases chronically. Ministry of


Health (2007) states, mortality due to hypertension ranks second of total deaths from
non-communicable diseases (12.3%). The purpose of this study was to determine the
factors associated with the incidence of hypertension in polyclinic disease in RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi. This study used descriptive analytic method with cross
sectional study approach with 100 respondents and using correlation dynamics
technique, research instrument is questionnaire by using chi-square statistic test. The
result of the study (46%) had age 35-55 years old (51%) had bad diet, (51%) had high
stress and 51% respondents consumed cigarettes. The result of statistic test was found on
the association of age factor with the incidence of hypertension p-value 0.031, on the
association of dietary factors with the incidence of hypertension obtained p-value 0.083,
on the relationship of stress factor with hypertension occurrence obtained p-value 0.050
and on the relationship of smoking factor to the incidence Hypertension was obtained p-
value 0.204, so it can be concluded from the four factors, only the age factor and stress
factors that are related to the incidence of hypertension. It is expected that the health
service can conduct an extension activity about hypertension which will be used as
routine hospital program in improving health degree.
Keywords : Age, Diet, Hypertension, Smoking,Stress.

ABSTRAK
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah meningkat secara kronis. Depkes
Nasional (2007) menyebutkan, kematian akibat hipertensi menempati peringkat kedua
dari total kematian akibat penyakit tidak menular yaitu sebesar (12,3%). Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi di poliklinik penyakit dalam RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional study dengan jumlah responden 100 orang dan menggunakan teknik dinamika
korelasi, instrumen penelitian adalah kuesioner dengan menggunakan uji statistik chi-
square. Hasil penelitian didapatkan (46%) responden memiliki usia 35-55 tahun, (51%)
responden mengalami pola makan buruk, (51%) responden memiliki stress tinggi dan
(51%) responden mengkonsumsi rokok. Hasil uji statistik didapatkan pada hubungan
faktor usia dengan kejadian hipertensi nilai p- value 0,031, pada hubungan faktor pola
makan dengan kejadian hipertensi didapatkan p- value 0,083, pada hubungan faktor stress
dengan kejadian hipertensi didapatkan p- value 0,050 dan pada hubungan faktor merokok
dengan kejadian hipertensi didapatkan p- value 0,204, Sehingga dapat disimpulkan dari
keempat faktor, hanya faktor usia dan faktor stress yang ada hubungan dengan kejadian
hipertensi. Diharapkan kepada pelayanan kesehatan dapat melakukan kegiatan
penyuluhan secara terprogram tentang hipertensi yang nantinya dijadikan sebagai
program rutin Rumah Sakit dalam meningkatkan derajat kesehatan.
Kata Kunci : Hipertensi , Merokok, Pola Makan, Stress, Usia.
78
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

PENDAHULUAN Data 2013 Penyakit tekanan darah tinggi


atau hipertensi telah membunuh 9,4 juta
Meningkatnya arus globalisasi di warga dunia setiap tahunnya dari jumlah
segala bidang dengan perkembangan penduduk dunia 7,2 miliar. Badan
teknologi dan industrilisasi telah banyak Kesehatan Dunia (WHO) angka
membuat perubahan pada perilaku dan memperkirakan, jumlah penderita
gaya hidup masyarakat. Perubahan gaya hipertensi akan terus meningkat seiring
hidup, sosial ekonomi, industrilisasi dengan jumlah penduduk yang
dapat memacu meningkatnya penyakit membesar. Pada 2025 mendatang,
seperti Hipertensi. Hipertensi merupakan diproyeksikan sekitar 29 persen warga
penyebab utama gagal jantung, stroke dunia terkena hipertensi. (Udjianti,
dan ginjal. Disebut sebagai “pembunuh 2011). Data statistik terbaru menyatakan
diam-diam” karena orang hipertensi bahwa terdapat (24,7%) penduduk Asia
tidak menampakkan gejala (Brunner & Tenggara dan (23,3%) penduduk
Suddarth, 2009). Indonesia berusia 18 tahun ke atas
Hipertensi adalah suatu keadaan mengalami hipertensi pada tahun 2014
ketika tekanan darah di pembuluh darah (WHO, 2015).
meningkat secara kronis. Hal tersebut Di Indonesia terjadi peningkatan
dapat terjadi karena jantung bekerja lebih prevalensi hipertensi, Secara keseluruhan
keras memompa darah untuk memenuhi prevalensi hipertensi di Indonesia tahun
kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. 2013 sebesar (26,5%), (50%)
Jika dibiarkan, penyakit ini dapat diantaranya tidak menyadari sebagai
mengganggu fungsi organ-organ lain, penderita hipertensi sehingga mereka
terutama organ-organ vital seperti cenderung untuk menjadi hipertensi
jantung dan ginjal (Depkes, 2013). berat, karena tidak menghindari dan
Hipertensi merupakan kondisi yang tidak mengetahui faktor risikonya dan
paling umum dijumpai dalam perawatan (90%) merupakan hipertensi esensial
primer. Hipertensi menurut World (Riskesdas, 2013).
Health Organization (WHO) adalah Hipertensi primer (esensial) adalah
suatu kondisi dimana pembuluh darah jenis hipertensi yang paling umum,
memiliki tekanan darah tinggi, tekanan meliputi sebanyak (90–95%) dari seluruh
darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan kasus hipertensi. Dalam hampir semua
darah diastolik ≥90 mmHg yang masyarakat kontemporer, tekanan darah
menetap. Tekanan darah adalah kekuatan meningkat seiring penuaan dan risiko
darah untuk melawan tekanan dinding untuk menjadi hipertensi di kemudian
arteri ketika darah tersebut dipompa oleh hari cukup tinggi, Hipertensi diakibatkan
jantung ke seluruh tubuh (WHO, 2013). oleh interaksi gen yang kompleks dan
Data WHO menyebutkan bahwa faktor lingkungan (Dalimartha, 2008)
presentase penderita hipertensi saat ini Berdasarkan Departemen Kesehatan
paling banyak terdapat di Negara Nasional (2007), kematian akibat
berkembang. Data Global Status Report hipertensi menempati peringkat kedua
on Noncommunicable Disesases 2010 dari total kematian akibat penyakit tidak
dari WHO menyebutkan, 40 persen menular yaitu sebesar (12,3%)
penderita hipertensi saat ini paling (Nafrialdi, 2007).
banyak terdapat di negara berkembang Kasus hipertensi di beberapa
sedangkan negara maju hanya 35 persen. Provinsi di Indonesia sudah melebihi
79
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

rata-rata nasional, dari 33 Provinsi di Sulistyowati (2009) juga melakukan


Indonesia terdapat 8 Provinsi yang kasus penelitian tentang faktor yang
penderita hipertensi melebihi rata–rata berhubungan dengan kejadian hipertensi
nasional yaitu : Sulawesi Selatan (27%), di Kampung Botton Kelurahan
Sumatera Barat (27%), Jawa Barat Magelang yaitu umur (p=0,033), tingkat
(26%), Jawa Timur (25%), Sumatera pendidikan (p=0,040), konsumsi garam
Utara (24%), Sumatera Selatan (24%), (p=0,015), dan stress (p=0,000).
Riau (23%), dan Kalimantan timur Sedangkan faktor yang tidak
(22%) (Zamhir, 2011). berhubungan dengan kejadian hipertensi
Data Depkes Sumbar, (2010) yaitu jenis kelamin (p=0,479), merokok
menyebutkan bahwa enam Kabupaten (p=0,446) dan konsumsi alkohol
atau Kota yang tertinggi angka penderita (p=0,189).
hipertensi adalah Bukittinggi (41,8%) Menurut Rina Situmorang (2014)
dari jumlah penduduk Sumbar pada penelitian tentang faktor yang
4.846.909/jiwa. Berdasarkan banyak data berhubungan dengan kejadian hipertensi
tersebut, WHO menjelaskan bahwa dari Yaitu faktor keturunan dengan
(50%) penderita hipertensi, hanya (25%) (p=0,001), pola makan (p=0,001),
yang memperoleh pengobatan dan Merokok (p=0,000), Alkohol (p=0,000)
(12,5%) yang tidak melakukan Sedangkan faktor yang tidak
pengobatan (Shanty, 2011). berhubungan dengan kejadian hipertensi
Survey awal yang di lakukan oleh yaitu berat badan (p=0,644).
Yuhendri Putra (2015), didapatkan Hasil survey awal yang dilakukan
bahwa pada tahun 2013 data pasien yang peneliti di RSUD Dr. Achmad Mochtar
menderita hipertensi masuk pada 10 Bukittinggi pada tanggal 16 November
penyakit terbanyak di Poli Penyakit 2016 dan data diperoleh dari Rekam
Dalam RSUD Dr. Achmad Mochtar Medis Rumah sakit RSUD Dr. Achmad
Bukittinggi. Mochtar Bukittinggi, jumlah penderita
Faktor-faktor yang menyebabkan Hipertensi yang berobat di Poliklinik
terjadinya hipertensi tersebut yaitu faktor Penyakit Dalam pada tahun 2015
keturunan, umur, jenis kelamin, ras, sebanyak 1.831 pada penderita
konsumsi garam yang tinggi, pola Hipertensi Primer (esensial) sedangkan
makan, obesitas, stres, atau ketegangan pada penderita Hipertensi Sekunder
jiwa, merokok, minum alkohol, dan (Renal) yaitu sebanyak 692 orang.
kurangnya aktifitas fisik (Depkes RI, Hasil wawancara yang dilakukan
2007). peneliti dengan 3 orang petugas bahwa
Berdasarkan penelitian Budi selalu terjadi peningkatan pada penderita
Artiyaningrum (2009) yang berjudul hipertensi yang berobat di Poliklinik
hipertensi tidak terkendali pada Penyakit Dalam RSUD Dr. Achmad
pemeriksaan rutin di puskesmas Mochtar Bukittinggi dan penderita
kedungmundu di kota semarang, ini Hipertensi sering mengontrol tekanan
menunjukan bahwa terdapat hubungan darahnya ketika sudah merasa tidak enak
yang bermakna antara stress dengan badan. Menurut 3 orang pasien juga
hipertensi. Hasil pengolahan data mengemukakan bahwa belum tahu
menghasilkan nilai probabilitas sebesar tentang faktor-faktor penyebab
0,022 dengan p< 0,05. terjadinya hipertensi dan menurut pasien
terjadinya Hipertensi disebabkan karena
80
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

mengkonsumsi makanan yang salah dan yaitu siapa saja yang secara kebetulan
banyak makan makanan yang berlemak bertemu dengan peneliti dapat digunakan
dan dari hasil wawancara dengan pasien sebagai sampel, bila dipandang orang
yang berjenis kelamin laki-laki rata-rata yang kebetulan ditemui itu cocok dengan
mengkonsumsi rokok. Rokok yang di sumber data (Sugiyono, 2013). Sampel
konsumsi responden dalam sehari dalam penelitian ini berjumlah 100
sebanyak 15-20 batang perhari. orang.
Berdasarkan fenomena yang terjadi, Alat yang digunakan dalam
analisis ditujukan untuk mengetahui pengumpulan data adalah daftar
faktor-faktor yang berhubungan dengan pertanyaan dalam bentuk kuesioner
kejadian hipertensi, sehingga dapat merupakan lembaran pertanyaan
digunakan sebagai masukan dalam terhadap responden dimana responden
penyusunan program penyuluhan diminta memberi jawaban sesuai dengan
maupun dalam kerangka kebijakan petunjuk yang ada pada kuesioner.
dalam penanggulangan pencegahan Analisa data menggunakan analisa
terjadinya hipertensi. Untuk itu maka univariat dan bivariat. Univariat untuk
peneliti tertarik untuk melakukan melihat distribusi frekuensi dari masing-
penelitian tentang “Faktor-Faktor Yang masing variabel independen (Pola
Berhubungan Dengan Kejadian makan, Stress, Merokok dan Usia) dan
Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam variabel dependen (Kejadian Hipertensi)
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi denganmenggunakan SPSS.
Tahun 2017’’. Analisa bivariat menggunakan uji
statistik melalui dua variabel yang
diduga berhubungan antara variabel
METODE PENELITIAN independen (Umur, pola makan,
merokok dan stress) dengan variabel
Penelitian ini menggunakan Metode dependen (kejadian hipertesi), yang
Deskriptif Analitik dengan pendekatan menggunakan uji statistik Chi-Square.
Cross Sectional Study yaitu suatu studi Bila p ≤ 0,05 maka Ha diterima artinya
penelitian untuk mempelajari dinamika ada hubungan yang bermakna antara
korelasi antara faktor resiko dengan kedua variabel, bila p > 0,05 maka Ho
efek, dengan cara pendekatan, observasi diterima artinya tidak ada hubungan
atau pengumpulan data sekaligus pada yang bermakna antara kedua variabel.
satu saat. untuk melihat faktor-faktor Analisis data di lakukan dengan
yang berhubungan dengan kejadian komputerisasi menggunakan metode
Hipertensi. (Notoatmodjo, 2010). SPSS.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh penderita hipertensi Esensial HASIL DAN PEMBAHASAN
(Primer) dan Hipertensi Renal
(Sekunder) di Poliklinik Penyakit Dalam Tabel1 Distribusi Frekuensi Usia Responden
RSUD Dr. Achmad Mochtar Yang Menderita Hipertensi
Bukittinggi yang diasumsikan N Usia Jumlah Persentase
berjumlah 2.523 orang mengacu data o (f) (%)
1 < 31 13 13.0
pada pasien tahun 2015.
2 31-55 46 46.0
Pada penelitian ini sampel diambil 3 > 55 41 41.0
dengan Teknik Accidental Sampling,
81
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

Total 100 100.0 Berdasarkan tabel diatas dapat


Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden,
dilihat bahwa dari 100 responden, terdapat lebih dari separoh responden
terdapat kurang dari separoh penderita penderita Hipertensi yang tidak
hipertensi berusia antara 31-55 tahun mengkonsumsi rokok yaitu sebanyak 51
yaitu sebanyak 46 responden (46%). responden (51%).

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pola Makan Tabel 5 Hubungan Faktor Usia Dengan
Responden Yang Menderita Kejadian Hipertensi
Hipertensi
N Pola Jumlah Persentase Kejadian Hipertensi
o Makan (f) (%) Usia Tidak P-Value
1 Buruk 51 51,0 Hipertensi Hipertensi
2 Baik 49 49,0 f % f %
Total 100 100.0 <31 92,3 7,7
Berdasarkan tabel diatas dapat tahun 12 % 1 %
dilihat bahwa dari 100 responden, 31-55 63,0 37.0
0,031
terdapat lebih dari separoh penderita tahun 29 % 17 %
Hipertensi yang mengkonsumsi pola >55 82,9 17,1
makan buruk yaitu sebanyak 51 tahun 34 % 7 %
75.0 25.0
responden (51%).
Total 75 % 25 %
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Stress Dari tabel diatas dapat dilihat dari 46
Responden Yang Menderita responden, dengan usia 31-55 tahun
Hipertensi terdapat lebih dari separoh responden
N Stress Jumlah Persentase yang menderita hipertensi yaitu
o (f) (%) sebanyak 29 orang (63,0%).
1 Tinggi 51 51,0 Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
2 Rendah 49 49,0 0,031 <  ( 0,05) maka dapat
Total 100 100.0 disimpulkan ada hubungan yang
Berdasarkan tabel diatas dapat signifikan antara usia responden dengan
dilihat bahwa dari 100 responden, kejadian hipertensi atau Ho ditolak.
terdapat lebih dari separoh responden Hasil penelitian ini di dukung oleh
penderita Hipertensi yang mengalami Sulistiyowati (2009) yang berjudul
strees tinggi yaitu sebanyak 51 faktor-faktor yang berhubungan dengan
responden (51%). kejadian hipertensi Di Kampung Betton
Kecamatan Magelang Tengah Kota
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Merokok Magelang yang mengemukakan bahwa
Responden Yang Menderita ada hubungan yang signifikan antara
Hipertensi faktor umur dengan kejadian hipertensi.
N Merokok Jumlah Persentase Hal ini diperkuat dengan uji chi square
o (f) (%) didapatkan nilai p value sebesar 0,003
1 Merokok 49 49.0 dengan nilai OR= 3,42.
2 Tidak Penelitian yang sama juga dilakukan
51 51.0
Merokok
oleh Budi Artiyaningrum (2014) yang
Total 100 100.0
berjudul faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian hipertensi tidak
82
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

terkendali pada pemeriksaan rutin Di hipertensi paling dominan terjadi pada


Puskesmas Kedungmundu Di Kota kelompok umur 31-55 tahun,
Semarang yang mengemukakan bahwa dikarenakan seiring bertambahnya usia
ada hubungan yang signifikan antara tekanan darah akan cendrung meningkat.
faktor umur dengan kejadian hipertensi. Tabel 6 Hubungan Faktor Pola Makan
Hal ini diperkuat dengan uji chi square Dengan Kejadian Hipertensi
didapatkan nilai p value = 0,022 dengan Kejadian Hipertensi
nilai OR= 2,956. Pola
Menurut Dina T et al, 2013 Hipertensi Tidak P-Value
Makan
Hipertensi
menyatakan hipertensi meningkat seiring
dengan pertambahan usia, semakin tua f % f %
usia seseorang maka pengaturan Buruk 34 66,7% 17 33,3%
metabolisme zat kapur (kalsium) Baik 41 83,7% 8 16,3% 0,083
terganggu. Hal ini menyebabkan Total 75 75,0% 25 25,0%
banyaknya zat kapur yang beredar Dari tabel diatas dapat dilihat dari 51
bersama aliran darah. Akibatnya darah responden, yang memiliki pola makan
menjadi lebih padat dan tekanan darah yang buruk terdapat lebih dari separoh
pun meningkat. Endapan kalsium di responden yang menderita hipertensi
dinding pembuluh darah menyebabkan yaitu sebanyak 34 orang (66,7%).
penyempitan pembuluh darah Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
(arteriosklerosis). Aliran darah pun 0,083 >  ( 0,05) maka dapat
menjadi terganggu dan memacu disimpulkan tidak ada hubungan yang
peningkatan tekanan darah. signifikan antara pola makan dengan
Chobanian et al, 2013 juga kejadian hipertensi.
menyatakan bahwa pertambahan usia Penelitian ini di dukung oleh Soni
menyebabkan elastisitas arteri berkurang Ardhi Wijaya, (2011) yang berjudul
dan jantung harus memompa darah lebih hubungan pola makan dengan tingkat
kuat sehingga meningkatkan tekanan kejadian hipertensi pada lansia di Dusun
darah. 14 Sunggapan Tirtorahayu Galur Kulon
Dari hasil penelitian dan teori diatas Progo Yogyakarta yang mengemukakan
peneliti menganalisa bahwa memang ada bahwa tidak ada hubungan yang
hubungan antara usia dengan hipertensi, signifikan antara pola makan dengan
hal ini sudah di buktikan oleh peneliti kejadian hipertensi. Hasil ini diperkuat
dan juga peneliti sebelumya. Resiko dengan uji chi square didapatkan nilai P
hipertensi akan meningkat seiring Value =7,609 dengan nilai OR=0,190.
dengan bertambahnya usia semakin Hasil penelitian diatas berbeda
bertambahnya usia seseorang maka dengan penelitian yang dilakukan oleh
pengaturan metabolisme zat kapur Sulistiyowati (2009), yang berjudul
terganggu, dan pertambahan usia juga faktor-faktor yang berhubungan dengan
akan menyebabkkan elastisitas arteri kejadian hipertensi Di Kampung Betton
berkurang dan jantung harus memompa Kecamatan Magelang Tengah Kota
darah lebih kuat sehingga hal ini Magelang yang mengemukakan bahwa
menyebabkan banyaknya zat kapur yang ada hubungan yang signifikan antara
beredar bersama aliran darah, akibatnya pola makan dengan kejadian hipertensi.
darah menjadi lebih padat dan tekanan Hasil ini diperkuat dengan uji chi square
darah pun meningkat. Penyakit
83
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

didapatkan nilai p Value =0,017 dengan responden bahwa (40%) responden yang
nilai OR=0,438. rutin kontrol ke poliklinik penyakit
Penelitian yang sama juga dilakukan dalam RSUD Dr. Achmad Mochtar
oleh Budi Artiyaningrum (2014) yang sudah rutin jalan pagi maksimal 2x
berjudul faktor-faktor yang berhubungan seminggu, ada juga sebagian responden
dengan kejadian hipertensi tidak yang menyatakan ia selalu berjalan ke
terkendali pada pemeriksaan rutin Di mushola sewaktu menjalankan shalat
Puskesmas Kedungmundu Di Kota wajib. Responden menyatakan dengan
Semarang yang mengemukakan bahwa olah raga dapat mengimbangi pola
ada hubungan yang signifikan antara makan yang buruk. Sebagian responden
faktor pola makan dengan kejadian takut juga mengkonsumsi makanan
hipertensi. Hal ini diperkuat dengan uji manis dan berlemak tinggi maka hal ini
chi square didapatkan nilai P value = di imbangi dengan olah raga maka
0,001 dengan nilai OR= 4,173. hipertensi akan sering terkontrol,
Hal tersebut di dukung oleh teori sebagian responden juga rutin mengikuti
JNC VII, 2013 menyatakan asupan senam lansia yang dilakukan di Jam
garam yang tinggi dapat menimbulkan Gadang / Lapangan Kantin. Dari fakta
perubahan tekanan darah yang dapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
terdenteksi adalah lebih dari 6 gram tingginya kesadaran responden untuk
sodium klorida perhari atau jika di meminimalkan / mengurangi kambuhnya
konversi kedalam takaran sendok makan hipertensi, karena olah raga yang rutin
adalah lebih dari satu sendok makan. dapat melancarkan peredaran darah.
Berita Kesehatan Asuransi Bakrie, Sehingga meskipun lebih dari separoh
(2006) juga mengumukakan bahwa responden yang mengalami pola makan
fungsi garam dalam kadar normal adalah buruk tidak mengalami hipertensi.
sangat penting sebagai ion-ion penjaga Tabel 7 Distribusi Hubungan Faktor Stress
kestabilan pada sel tubuh dan dapat Dengan Kejadian Hipertensi
membantu menahan air. Pada kondisi Kejadian Hipertensi
garam berlebihan (normal tubuh
Stress Tidak P-Value
mengkonsumsi tidak lebih dari 2400 mg Hipertensi
Hipertensi
perhari) garam tersebut dapat tubuh f % f %
menahan terlalu banyak air sehingga 84,3
volume cairan darah akan meningkat Tinggi 43 % 8 15,7%
tanpa disertai penambahan ruang pada 65,3 1
0,050
pembuluh darah, yang akibatnya akan Rendah 32 % 7 34,7%
75,0 2
menambah tekanan darah dalam Total 75 % 5 25,0%
pembuluh darah. Dari tabel diatas dapat dilihat dari 51
Berdasarkan hasil penelitian dan responden, yang memiliki strees tinggi
teori di atas peneliti menganalisa bahwa, terdapat sebagian besar responden yang
pola makan yang buruk mengalami menderita hipertensi sebanyak 43 orang
kejadian hipertensi, namun hal ini (84,3%).
berbeda dengan hasil penelitian yang Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
sudah di lakukan oleh peneliti hal ini
0,050 <  ( 0,05) maka dapat
dipengaruhi oleh faktor lain seperti olah
disimpulkan ada hubungan yang
raga yang cukup, dan ini juga buktikan
dengan hasil wawancara kepada
84
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

signifikan antara stress dengan kejadian seseorang tidak mampu lagi


hipertensi. menghadapinya, stres menjadi awal
Hasil penelitian ini di dukung oleh malapetaka apabila jika dibarengi
Sulistiyowati (2009), yang berjudul dengan sebuah vonis penyakit
faktor-faktor yang berhubungan dengan mematikan.
kejadian hipertensi Di Kampung Botton Teori tersebut juga sejalan dengan
Kelurahan Magelang Kecamatan teori Sutanto, 2010 yang menyatakan
Magelang Tengah Kota Magelang. Hal Stress merupakan suatu keadaan non
ini di perkuat dengan Uji chi square spesifik yang dialami penderita akibat
didapatkan nilai P value=0,000 dengan tuntutan emosi, fisik atau lingkungan
nilai OR=11,019. Karena nilai signifikasi yang melebihi daya dan kemampuan
yang didapatkan nilai (p) < , maka untuk mengatasi dengan efektif. Stress
hipotesis penelitian Ho ditolak dan Ha diduga melalui syaraf simspisif
diterima yang berarti terdapat hubungan mengakibatkan tekanan darah secara
yang bermakna antara Hubungan faktor tidak teratur. Gangguan kepribadian
stress dengan kejadian hipertensi di yang bersifat sementara dapat terjadi
kampung betton kecamatan magelang pada orang yang menghadapi keadaan
tengah kota Magelang. yang menimbulkan stress. Apabila stress
Penelitian yang sama juga dilakukan berlangsung lama akan mengakibatkan
oleh Budi Artiyaningrum (2014) yang peningkatan tekanan darah yang
berjudul faktor-faktor yang berhubungan menetap.
dengan kejadian hipertensi tidak Dari hasil penelitian dan teori diatas
terkendali pada pemeriksaan rutin di peneliti menganalisa bahwa memang ada
Puskesmas Kedungmundu Di Kota hubungan antara stress dengan kejadian
Semarang yang mengemukakan bahwa hipertensi hal ini di karenakan stress
ada hubungan yang signifikan antara yang berlangsung cukup lama dapat
faktor stress dengan kejadian hipertensi. mengakibatkan peningkatan tekanan
Hal ini diperkuat dengan uji chi square darah yang menetap, apalagi jika di
didapatkan nilai p value = 0,001 dengan barengi dengan mengatasi stress dengan
nilai OR= 6.333. makan lebih banyak, menggunakan
Hasil penelitian ini di dukung oleh tembakau atau minum alkohol, maka
teori Ulfah, 2012 yang menyatakan stres hanya dapat meningkatkan resiko
merupakan bagian dari kehidupan tekanan darah tinggi. Stress pada
manusia. Setiap orang di dalam hidupnya umumnya dapat berasal dari dalam
dihadapkan pada berbagai masalah baik individu maupun lingkungannya. Bila
dari lingkungan sosial, maupun proses adaptasi berhasil dan stresor yang
lingkungan keluarga. Kemampuan dihadapi dapat diatasi secara memadai,
seseorang dalam mengatasi masalah maka tidak akan timbul stress. Stress
yang mereka hadapi tidaklah sama. tidak selalu merupakan hal yang negatif.
Adanya tuntutan yang melebihi batas Hanya bila individu menjadi terganggu
kamampuan individu menyebabkan dan kewalahan serta menimbulkan
seseorang merasa tertekan dalam distres, barulah stress itu merupakan hal
hidupnya. Stres pada tingkat tertentu yang merugikan. Hubungan yang baik
merupakan stimulasi yang baik bagi dengan orang lain, dan berfikir positif
seseorang untuk berkembang. Namun, dapat dilakukan untuk menghindari
apabila tingkatanya sangat tinggi dan stress.
85
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

bahwa tidak ada hubungan antara faktor


merokok dengan kejadian Hipertensi di
puskesmas Kedung mundu kota
Tabel 8 Distribusi Hubungan Faktor Semarang.
Merokok Dengan Kejadian Merokok menyebabkan peninggian
Hipertensi tekanan darah, Perokok berat dapat
Kejadian Hipertensi dihubungkan dengan peningkatan
insiden hipertensi maligna dan risiko
Tidak
Merokok Hipertensi P-Value terjadinya stenosis arteri renal yang
Hipertensi
mengalami ateriosklerosis. Kebiasaan
f % f % merokok banyak dijumpai mulai dari
kalangan anak-anak, remaja, dewasa
Merokok 40 81,6% 9 18,4%
sampai usia lanjut (Bustan, 2007).
Tidak 35 68,6% 16 31,4% 0,204
Merokok akan menambah beban
Total 75 75,0% 25 25,0% jantung sehingga jantung tidak dapat
Dari tabel diatas dapat dilihat dari 49 bekerja dengan baik. Rokok dapat
responden, terdapat sebagian besar meningkatkan resiko kerusakan
responden penderita hipertensi yang pembuluh darah dengan mengendapkan
mengkonsumsi rokok yaitu sebanyak 40 kolesterol pada pembuluh darah jantung
orang (81,6%). koroner, sehingga jantung bekerja lebih
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = keras (Sustrani, 2014).
0,204 >  ( 0,05) maka dapat Dari hasil penelitian dan teori diatas
disimpulkan tidak ada hubungan yang peneliti menganalisa bahwa pada
signifikan antara merokok dengan beberapa yang tidak selalu terjadi
kejadian hipertensi. hipertensi. Hal ini kemungkinan karena
Penelitian ini sesuai dengan peneliti jumlah responden pada penelitian ini
Sulistiyowati (2009) yang berjudul sebagian berjenis kelamin perempuan
faktor-faktor yang berhubungan dengan yang semuanya tidak mempunyai
kejadian hipertensi Di Kampung Botton kebiasaan merokok. Rokok dapat
Kelurahan Magelang Kecamatan meningkatkan resiko kerusakan
Magelang Tengah Kota Magelang. Hasil pembuluh darah dengan mengendapkan
penelian ini menunjukkan bahwa tidak kolesterol pada pembuluh darah jantung
ada hubungan yang signifikasi antara koroner, sehingga jantung bekerja lebih
Hubungan faktor merokok dengan keras. Rokok bisa menyebabkan jangka
kejadian hipertensi dengan nilai p value panjang pada pembuluh darah, sehingga
= 0,446 (> 0,05) dan nilai OR= 1,338. bisa mengembangkan masalah seperti
Hal ini juga di dukung dengan stroke, penyakit jantung dan serangan
penelitian Budi Artiyaningrum (2014) jantung. Akan tetapi hal ini bisa di
yang berjudul faktor-faktor yang imbangi dengan banyak mengkonsumsi
berhubungan dengan kejadian hipertensi air putih, dan olah raga yang teratur. Dari
tidak terkendali pada pemeriksaan rutin hasil wawancara yang telah di lakukan
Di Puskesmas Kedungmundu di Kota sebagian besar bapak-bapak yang
Semarang, hal ini di perkuat dengan Uji mengkonsumsi rokok sering berolahraga
chi square didapatkan nilai (p seperti jalan pagi, dan juga sering
value=0,265 (p value > 0,05) dengan mengikuti senam di lapangan kantin.
OR=1,651 sehingga dapat disimpulkan Dari fakta tersebut dapat di simpulkan
86
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

responden yang mengkonsumsi rokok


belum tentu terkena hipertensi karena
sebagian besar responden rajin SARAN
berolahraga dan mengkonsumsi air putih
yang cukup. Diharapkan institusi pelayanan
Selain itu juga kemungkinan karena kesehatan dapat menjadikan hasil
pada penelitian ini kebiasaan merokok penelitian ini sebagai referensi untuk
tidak dibedakan berdasarkan lama meminimalkan kejadian hipertensi
merokok, jumlah konsumsi rokok perhari misalnya dengan melakukan kegiatan
ataupun jenis rokok yang dihisap. penyuluhan tentang hipertensi yang
dapat dijadikan sebagai program rutin
SIMPULAN Rumah Sakit dalam meningkatkan
derajat kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan tentang faktor-faktor
DAFTAR PUSTAKA
yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi di poliklinik penyakit dalam 1. Ainul, Hiroh (2012) faktor-faktor
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi, yang berhubungan dengan
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai kejadian hipertensi rawat jalan
berikut: di RSUD Kabupaten
1. Terdapat hubungan yang Karawangan (skripsi). Fakultas
signifikan antara usia responden Ilmu Kesehatan Universitas
dengan kejadian hipertensi di Muhammadiyah Surakarta :
poliklinik penyakit dalam RSUD Surakarta. Diakses tanggal 14
Dr. Achmad Mochtar Oktober 2016.
Bukittinggi.
2. Tidak ada hubungan yang 2. Berita Kesehatan PT Asuransi
signifikan antara pola makan Jiwa Bakrie. (2010). Penyakit
responden dengan kejadian jantung dan Pembuluh Darah &
hipertensi di poliklinik penyakit faktor-faktor Yang
dalam RSUD Dr. Achmad mempengaruhinya,
Mochtar Bukittinggi. Http://Kumawangkoan.netkuanak
3. Terdapat hubungan yang ine,aspxkuanakineid=7 Diakses
signifikan antara Stress tanggal 14 Oktober 2016.
responden dengan kejadian
hipertensi di poliklinik penyakit 3. Budi, Artiyaningrum. (2014).
dalam RSUD Dr. Achmad Faktor-faktor yang berhubungan
Mochtar Bukittinggi. dengan kejadian hipertensi tidak
4. Tidak ada hubungan yang terkendali pada pemeriksaan
signifikan antara Merokok rutin di puskesms kedungmundu.
responden dengan kejadian semarang. Diakses tanggal 28
hipertensi di poliklinik penyakit januari 2017.
dalam RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi. 4. Brunner & Suddart. (2009). Buku
Ajar Keperawatan Medikal

87
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

Bedah. Jakarta : EGC. Diakses Medan. Diakses tanggal 20


tanggal 14 Oktober 2016. Oktober 2016.

5. Bustan, M. N (2010) 12. Koizer, Erb, Berman,et al.


Epidemiologi Penyakit tidak (2010). Buku Ajar Fundamental
menular, Jakarta : PT Rineka Keperawatan Konsep, Proses &
Cipta. Diakses tanggal 16 Praktik Volume 1. Edisi 7. Alih
Oktober 2016. Bahasa Pemilih Eko Karyani el.
al. Jakarta : EGC Diakses tanggal
6. Chobanian et al, (2013), The 20 Oktober 2016.
Seventh Report of the Joint
National Committee on 13. Kowalski, E Robert. (2010).
Prevention, Detection, Terapi hipertensi. Bandung:
Evaluation, And Treatment of Ganita Diakses tanggal 20
High Blood Pressure (JNC VII), Oktober 2016.
Jama 289:2560-2571. Diakses
tanggal 14 Oktober 2016. 14. Lany, Gunawan. (2008).
Hipertensi. Yogyakarta: Penerbit
7. Corwin Elizabeth J, (2008). Kanisus. Diakses tanggal 14
Patofisiologi, Jakarta: EGC. Oktober 2016.
Diakses tanggal 16 Oktober
2016. 15. Looker Terry dan Gregson Olga.
(2009). managing Stress,
8. Dalimartha, Setiawan, (2008), Yogyakarta:BACA! Diakses
Care Your Self, Hipertensi, tanggal 20 Oktober 2016.
Penebit Plus, Jakarta. Diakses
tanggal 16 Oktober 2016. 16. National Health and Nutrition
Examination Survey (NHANES),
9. Dina T, Elperin, et al, (2013), A (2010), Surveys and data
Large Cohort Study Evaluating collection systems (2010 data),
Risk Factors Assosiated With Atlanta, GA: US Department of
Uncontrolled Hypertension, The Health and Human Services,
Journal of Clinical Hypertension, CDC, National Center for Health
Vol. 16 No. Diakses tanggal 16 Statistic, (Available at
Oktober 2016. http://www.cdc.gov/nchs/nhanes.
10. Dinas Kesehatan Provinsi htm).
Sumatera Barat, (2014). 17. Diakses tanggal 20 Oktober
Http://scholar.unand.ac.id/3724/2 2016.
/BAB%201%20upload.pdf 18. Nurrahmani,Ulfah (2012), Stop
Diakses tanggal 20 Oktober Hipretensi, Yogyakarta: Familia
2016. Pustaka keluarga.

11. Efendi, Sianturi, (2007), Strategi 19. Nurkhalida, (2008), Warta


Pencegahan Hipertensi Esensial, Kesehatan Masyarakat,
Universitas Sumatra Utara, Departemen Kesehatan RI,

88
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

20. Jakarta. Diakses tanggal 16 Universitas Negeri Semarang,


Oktober 2016. Semarang. Diakses tanggal 20
Oktober 2016.
21. Mansjoer, Arief. (2009). Kapita
selekta kedokteran edisi 2. 28. The Joint National Communittes.
Jakarta: EGC Diakses tanggal 14 (2013). Klasifikasi hipertensi,
Oktober 2016. http://adln.lib.unair.ac.id/files/dis
k1/736/gdlhub-gdl-s2-2014-
22. Riskesdas, (2013), Laporan Hasil suryanaari-36796-8,-bab-2-a.pdf
Riset Kesehatan Dasar Diakses tanggal 20 Oktober
(Riskesdas) Nasional Tahun 2016.
2013, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta Diakses tanggal 16 29. Utomo,Proyogo. (2010).
Oktober 2016. Aspresiasi Penyakit, Jakarta: PT
Rineka Cipta. Diakses tanggal 16
23. Soekidjo, Notoadmodjo. (2010). Oktober 2016.
Metodologi Penelitian
Kesehatan, jakarta: PT Rineka 30. WHO. (2012). Hypertension
Cipta. Diakses tanggal 16 control. Penerbit ITB Bandung.
Oktober 2016. https://ulvaardillah.blogspot.co.id
/2016/03/hipertensi.html Diakses
24. Sony, (2011), Hubungan pola tanggal 14 Oktober 2016.
makan dengan tingkat kejadian
hipertensi pada lansia di dusun 14 31. Zamhir dalam Eka. (2011),
sunggapan tirtorahayu Prevelensi Hipertensi di
galunkulon progo, Yogyakarta. Indonesia,
Diakses tanggal 1 Juni 2017. http://repository.upi.edu/6266/4/
D3_KEP_1008866_chapter1.pdf.
25. Sustrani Lany, Alam Syamsir,
Hadibroto Iwan (Tim Redaksi
Vitahealth), (2008), Hipertensi,
Gramedia, Jakarta. Diakses
tanggal 16 Oktober 2016.

26. Sutanto, (2010), Cekal (Cegah


Dan Tangkal) Penyakit Modern,
Yogyakarta : C.V Andi Offset.
Diakses tanggal 14 Oktober
2016.

27. Sulistiyowati, (2009), Faktor-


Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Hipertensi Di
Kampung Button Kelurahan
Magelang Tahun 2009 [Skripsi],
Ilmu Kesehatan Masyarakat,
89

You might also like