Professional Documents
Culture Documents
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi
ABSTRACT
ABSTRAK
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah meningkat secara kronis. Depkes
Nasional (2007) menyebutkan, kematian akibat hipertensi menempati peringkat kedua
dari total kematian akibat penyakit tidak menular yaitu sebesar (12,3%). Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi di poliklinik penyakit dalam RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional study dengan jumlah responden 100 orang dan menggunakan teknik dinamika
korelasi, instrumen penelitian adalah kuesioner dengan menggunakan uji statistik chi-
square. Hasil penelitian didapatkan (46%) responden memiliki usia 35-55 tahun, (51%)
responden mengalami pola makan buruk, (51%) responden memiliki stress tinggi dan
(51%) responden mengkonsumsi rokok. Hasil uji statistik didapatkan pada hubungan
faktor usia dengan kejadian hipertensi nilai p- value 0,031, pada hubungan faktor pola
makan dengan kejadian hipertensi didapatkan p- value 0,083, pada hubungan faktor stress
dengan kejadian hipertensi didapatkan p- value 0,050 dan pada hubungan faktor merokok
dengan kejadian hipertensi didapatkan p- value 0,204, Sehingga dapat disimpulkan dari
keempat faktor, hanya faktor usia dan faktor stress yang ada hubungan dengan kejadian
hipertensi. Diharapkan kepada pelayanan kesehatan dapat melakukan kegiatan
penyuluhan secara terprogram tentang hipertensi yang nantinya dijadikan sebagai
program rutin Rumah Sakit dalam meningkatkan derajat kesehatan.
Kata Kunci : Hipertensi , Merokok, Pola Makan, Stress, Usia.
78
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019
mengkonsumsi makanan yang salah dan yaitu siapa saja yang secara kebetulan
banyak makan makanan yang berlemak bertemu dengan peneliti dapat digunakan
dan dari hasil wawancara dengan pasien sebagai sampel, bila dipandang orang
yang berjenis kelamin laki-laki rata-rata yang kebetulan ditemui itu cocok dengan
mengkonsumsi rokok. Rokok yang di sumber data (Sugiyono, 2013). Sampel
konsumsi responden dalam sehari dalam penelitian ini berjumlah 100
sebanyak 15-20 batang perhari. orang.
Berdasarkan fenomena yang terjadi, Alat yang digunakan dalam
analisis ditujukan untuk mengetahui pengumpulan data adalah daftar
faktor-faktor yang berhubungan dengan pertanyaan dalam bentuk kuesioner
kejadian hipertensi, sehingga dapat merupakan lembaran pertanyaan
digunakan sebagai masukan dalam terhadap responden dimana responden
penyusunan program penyuluhan diminta memberi jawaban sesuai dengan
maupun dalam kerangka kebijakan petunjuk yang ada pada kuesioner.
dalam penanggulangan pencegahan Analisa data menggunakan analisa
terjadinya hipertensi. Untuk itu maka univariat dan bivariat. Univariat untuk
peneliti tertarik untuk melakukan melihat distribusi frekuensi dari masing-
penelitian tentang “Faktor-Faktor Yang masing variabel independen (Pola
Berhubungan Dengan Kejadian makan, Stress, Merokok dan Usia) dan
Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam variabel dependen (Kejadian Hipertensi)
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi denganmenggunakan SPSS.
Tahun 2017’’. Analisa bivariat menggunakan uji
statistik melalui dua variabel yang
diduga berhubungan antara variabel
METODE PENELITIAN independen (Umur, pola makan,
merokok dan stress) dengan variabel
Penelitian ini menggunakan Metode dependen (kejadian hipertesi), yang
Deskriptif Analitik dengan pendekatan menggunakan uji statistik Chi-Square.
Cross Sectional Study yaitu suatu studi Bila p ≤ 0,05 maka Ha diterima artinya
penelitian untuk mempelajari dinamika ada hubungan yang bermakna antara
korelasi antara faktor resiko dengan kedua variabel, bila p > 0,05 maka Ho
efek, dengan cara pendekatan, observasi diterima artinya tidak ada hubungan
atau pengumpulan data sekaligus pada yang bermakna antara kedua variabel.
satu saat. untuk melihat faktor-faktor Analisis data di lakukan dengan
yang berhubungan dengan kejadian komputerisasi menggunakan metode
Hipertensi. (Notoatmodjo, 2010). SPSS.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh penderita hipertensi Esensial HASIL DAN PEMBAHASAN
(Primer) dan Hipertensi Renal
(Sekunder) di Poliklinik Penyakit Dalam Tabel1 Distribusi Frekuensi Usia Responden
RSUD Dr. Achmad Mochtar Yang Menderita Hipertensi
Bukittinggi yang diasumsikan N Usia Jumlah Persentase
berjumlah 2.523 orang mengacu data o (f) (%)
1 < 31 13 13.0
pada pasien tahun 2015.
2 31-55 46 46.0
Pada penelitian ini sampel diambil 3 > 55 41 41.0
dengan Teknik Accidental Sampling,
81
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pola Makan Tabel 5 Hubungan Faktor Usia Dengan
Responden Yang Menderita Kejadian Hipertensi
Hipertensi
N Pola Jumlah Persentase Kejadian Hipertensi
o Makan (f) (%) Usia Tidak P-Value
1 Buruk 51 51,0 Hipertensi Hipertensi
2 Baik 49 49,0 f % f %
Total 100 100.0 <31 92,3 7,7
Berdasarkan tabel diatas dapat tahun 12 % 1 %
dilihat bahwa dari 100 responden, 31-55 63,0 37.0
0,031
terdapat lebih dari separoh penderita tahun 29 % 17 %
Hipertensi yang mengkonsumsi pola >55 82,9 17,1
makan buruk yaitu sebanyak 51 tahun 34 % 7 %
75.0 25.0
responden (51%).
Total 75 % 25 %
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Stress Dari tabel diatas dapat dilihat dari 46
Responden Yang Menderita responden, dengan usia 31-55 tahun
Hipertensi terdapat lebih dari separoh responden
N Stress Jumlah Persentase yang menderita hipertensi yaitu
o (f) (%) sebanyak 29 orang (63,0%).
1 Tinggi 51 51,0 Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
2 Rendah 49 49,0 0,031 < ( 0,05) maka dapat
Total 100 100.0 disimpulkan ada hubungan yang
Berdasarkan tabel diatas dapat signifikan antara usia responden dengan
dilihat bahwa dari 100 responden, kejadian hipertensi atau Ho ditolak.
terdapat lebih dari separoh responden Hasil penelitian ini di dukung oleh
penderita Hipertensi yang mengalami Sulistiyowati (2009) yang berjudul
strees tinggi yaitu sebanyak 51 faktor-faktor yang berhubungan dengan
responden (51%). kejadian hipertensi Di Kampung Betton
Kecamatan Magelang Tengah Kota
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Merokok Magelang yang mengemukakan bahwa
Responden Yang Menderita ada hubungan yang signifikan antara
Hipertensi faktor umur dengan kejadian hipertensi.
N Merokok Jumlah Persentase Hal ini diperkuat dengan uji chi square
o (f) (%) didapatkan nilai p value sebesar 0,003
1 Merokok 49 49.0 dengan nilai OR= 3,42.
2 Tidak Penelitian yang sama juga dilakukan
51 51.0
Merokok
oleh Budi Artiyaningrum (2014) yang
Total 100 100.0
berjudul faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian hipertensi tidak
82
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019
didapatkan nilai p Value =0,017 dengan responden bahwa (40%) responden yang
nilai OR=0,438. rutin kontrol ke poliklinik penyakit
Penelitian yang sama juga dilakukan dalam RSUD Dr. Achmad Mochtar
oleh Budi Artiyaningrum (2014) yang sudah rutin jalan pagi maksimal 2x
berjudul faktor-faktor yang berhubungan seminggu, ada juga sebagian responden
dengan kejadian hipertensi tidak yang menyatakan ia selalu berjalan ke
terkendali pada pemeriksaan rutin Di mushola sewaktu menjalankan shalat
Puskesmas Kedungmundu Di Kota wajib. Responden menyatakan dengan
Semarang yang mengemukakan bahwa olah raga dapat mengimbangi pola
ada hubungan yang signifikan antara makan yang buruk. Sebagian responden
faktor pola makan dengan kejadian takut juga mengkonsumsi makanan
hipertensi. Hal ini diperkuat dengan uji manis dan berlemak tinggi maka hal ini
chi square didapatkan nilai P value = di imbangi dengan olah raga maka
0,001 dengan nilai OR= 4,173. hipertensi akan sering terkontrol,
Hal tersebut di dukung oleh teori sebagian responden juga rutin mengikuti
JNC VII, 2013 menyatakan asupan senam lansia yang dilakukan di Jam
garam yang tinggi dapat menimbulkan Gadang / Lapangan Kantin. Dari fakta
perubahan tekanan darah yang dapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
terdenteksi adalah lebih dari 6 gram tingginya kesadaran responden untuk
sodium klorida perhari atau jika di meminimalkan / mengurangi kambuhnya
konversi kedalam takaran sendok makan hipertensi, karena olah raga yang rutin
adalah lebih dari satu sendok makan. dapat melancarkan peredaran darah.
Berita Kesehatan Asuransi Bakrie, Sehingga meskipun lebih dari separoh
(2006) juga mengumukakan bahwa responden yang mengalami pola makan
fungsi garam dalam kadar normal adalah buruk tidak mengalami hipertensi.
sangat penting sebagai ion-ion penjaga Tabel 7 Distribusi Hubungan Faktor Stress
kestabilan pada sel tubuh dan dapat Dengan Kejadian Hipertensi
membantu menahan air. Pada kondisi Kejadian Hipertensi
garam berlebihan (normal tubuh
Stress Tidak P-Value
mengkonsumsi tidak lebih dari 2400 mg Hipertensi
Hipertensi
perhari) garam tersebut dapat tubuh f % f %
menahan terlalu banyak air sehingga 84,3
volume cairan darah akan meningkat Tinggi 43 % 8 15,7%
tanpa disertai penambahan ruang pada 65,3 1
0,050
pembuluh darah, yang akibatnya akan Rendah 32 % 7 34,7%
75,0 2
menambah tekanan darah dalam Total 75 % 5 25,0%
pembuluh darah. Dari tabel diatas dapat dilihat dari 51
Berdasarkan hasil penelitian dan responden, yang memiliki strees tinggi
teori di atas peneliti menganalisa bahwa, terdapat sebagian besar responden yang
pola makan yang buruk mengalami menderita hipertensi sebanyak 43 orang
kejadian hipertensi, namun hal ini (84,3%).
berbeda dengan hasil penelitian yang Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
sudah di lakukan oleh peneliti hal ini
0,050 < ( 0,05) maka dapat
dipengaruhi oleh faktor lain seperti olah
disimpulkan ada hubungan yang
raga yang cukup, dan ini juga buktikan
dengan hasil wawancara kepada
84
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019
87
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019
88
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019