Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

VOTEKNIKA

Jurnal Vokasional Teknik Elektronika dan Informatika


http://ejournal.unp.ac.id/index.php/voteknika/index
Vol. 6, No. 2, Juli – Desember 2018 E - ISSN: 2302-3295

KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED


INDIVIDUALIZATION (TAI) DENGAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DASAR
LISTRIK DAN ELEKTRONIKA SMK N 1 SUMATERA BARAT

Taufik Hidayat1), Yasdinul Huda2), Thamrin3)


1
Prodi Pendidikan Teknik Elektronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang
2,3
Dosen Jurusan Teknik Elektronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang
Jl. Prof. Hamka Kampus UNP Air Tawar Padang
e-mail: th810480@gmail.com, 2yasdinulhuda@gmail.com, 3thamrin_elka@ft.unp.ac.id
1

ABSTRACT
The problem in this study is the low learning outcomes of students in the subjects of
Electrical and Electronics in SMK Negeri 1 West Sumatra. This study aims to determine how
much differences in student learning outcomes using the Team Assisted Individualization (TAI)
type of cooperative learning model with Problem Based Learning (PBL) on the subject of
Electricity and Electronics in SMK Negeri 1 West Sumatra. This type of research is experimental
research. Sampling with nonprobability sampling technique with purposive sampling, as
experimental class 1 is X TAV 1 using learning model (TAI) and experimental class 2 is X TAV 2
using learning model (PBL). Data collection techniques from the final value of learning outcomes,
then analyzed for homogeneity test, normality test and hypothesis test. Based on the results of the
experimental class 1 get an average value of 83.80, while the experimental class 2 gets an average
value of 80.14. The results of the calculation of the hypothesis at a significant level α = 0.05 was
obtained by testing both sides, where t> t or t> -t where, 2.13> 2.05 or 2.13> -2.05, then based
on the testing criteria the hypothesis, obtained the null hypothesis (H0) is rejected and the
alternative hypothesis (Ha) is accepted. Thus, the hypothesis is accepted where there are
differences in student learning outcomes using the Team Assisted Individualization (TAI) type of
cooperative learning model with Problem Based Learning (PBL) on the Basic Electricity and
Electronics subjects at SMK Negeri 1 West Sumatra.

Keywords: learning outcomes,Team Assisted Individualizatuon model (TAI), Problem Based Learning
model (PBL)

PENDAHULUAN Indonesia telah banyak melakukan upaya peningkatan


mutu pendidikan, hal ini sesuai dengan rumusan dalam
Pendidikan merupakan pondasi utama dalam
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang
mengelola, mencetak dan meningkatkan sumber daya Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun
manusia yang handal dan berwawasan yang diharapkan 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Sistem
mampu untuk menjawab tantangan di masa yang akan
Pendidikan Nasional bab 2 pasal 3 menyatakan bahwa:
datang. Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat “Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana
besar terhadap kemajuan suatu bangsa.Melalui dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) digunakan sebagai
pendidikan bangsa Indonesia bisa membebaskan diri acuan utama Pengembangan Standar Isi, Standar
dari kebodohan, keterbelakangan, dan dapat Proses, Standar Penilaian Pendidikan, Standar
mengembangkan sumber daya manusia sehingga dapat Pendidik, Standar Tenaga Kependidikan, Standar
memiliki rasa percaya diri untuk bersanding dan Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, dan
bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Standar Pembiayaan”.
Lembaga pendidikan mempunyai peran yang Salah satu indikator keberhasilan pendidikan
sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber adalah pencapaian hasil belajar.Untuk menilai
daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa pencapaian hasil belajar siswa, satuan pendidikan
Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan harus menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintahan (KKM) pada setiap mata pelajaran dan sesuai dengan
petunjuk Badan Standar Nasional Pendidikan
VOTEKNIKA Vol. 6, No. 2, Juli – Desember 2018
(BSNP).Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal pembelajaran yang diinginkan.Mengacu pada KKM,
belajar merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian teridentifikasi bahwa unsur kompleksitas pengajaran
proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar. KKM meliputi model, media, evaluasi, dan manajemen kelas
merupakan pegangan minimal dalam menentukan sebagai penentu untuk meningkatkan nilai rata-rata.
apakah seorang siswa sudah dapat dikatakan tuntas
Rendahnya hasil belajar Dasar Listrik dan
atau tidak dalam belajar baik dari segi indikator.
Elektronika jurusan Teknik Audio Video di SMKN 1
Setiap satuan pendidikan, KKM merupakan hal Sumatera Barat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
yang sangat penting untuk menentukan tingkat Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil
ketercapaian siswa dalam memahami suatu materi, belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan
termasuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).SMK manejadi dua golongan yaitu faktor internal dan faktor
merupakan suatu lembaga pendidikan yang berusaha eksternal. Faktor internal yaitu faktor-faktor yang
secara terus menerus dan terprogram mengadakan datang dalam diri siswa yang disebabkan oleh keadaan
pembenahan diri diberbagai bidang baik sarana dan jasmani, psikologis, kelelahan pada diri siswa, minat,
prasarana, pelayanan administrasi dan informasi serta motivasi serta sikap siswa dalam proses belajar
kualitas pembelajaran secara utuh.SMK merupakan mengajar sedangkan faktor eksternal yaitu faktor-
sekolah yang mendidik siswanya dengan keahlian dan faktor yang datang dari luar diri siswa adalah keadaan
keterampilan, juga mendidik siswa agar mampu keluarga (cara orangtua mendidik, relasi antar anggota
memilih karir, berkompetensi dan mengembangkan keluarga, keadaan ekonomi keluaraga), keadaan
sikap profesional dalam bidang keahlian. sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
Sama halnya dengan jenjang pendidikan lainnya,
sekolah, media pelajaran, waktu sekolah, standar
SMK juga memiliki permasalahan-permasalahan
pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung dan evaluasi)
dalam mewujudkan kualitas pendidikan dan
[7].
pembelajaran, termasuk permasalahan tentang
rendahnya hasil belajar.Seperti yang terjadi di SMK SMKN 1 Sumatera Barat telah menerapkan
Negeri 1 Sumatera Barat .Berdasarkan hasil observasi kurikulum 2013, dimana pembelajarannya
di sekolah tersebut, tepatnya pada mata pelajaran Dasar menggunakan pembelajaran dengan pendekatan
Listrik dan Elektronika ditemukan rata-rata hasil saintifik. Pelaksanaan kurikulum 2013 di SMKN 1
belajar siswa masih rendah, yaitu di bawah Kriteria Sumatera Barat sudah melakukan aturan atau tata cara
Ketuntasan Minimal (KKM).Nilai KKM yang pelaksanaan kurukulum 2013 dengan baik. Terbukti
ditetapkan SMK Negeri 1 Bukittinggi adalah 78. Hal dengan adanya kesiapan guru dan peserta didik yang
ini dapat dilihat pada hasil ujian tengah semester II bekerja sama dengan baik. Nampaknya hal itu belum
siswa Tahun Ajaran 2017/2018 pada tabel 1 berikut cukup untuk menjadi modal dalam melaksanakan
ini: kurikulum 2013 secara sempurna.
Tabel 1. Nilai Ujian Tengah Semester II Mata Model pembelajaran PBL yang mengacu pada
Pelajaran Dasar Listrik dan Elekronika kurikulum 2013 ini merupakan salah satu pendekatan
Siswa Kelas X Teknik Elektronika Tahun dalam pembelajaran yang telah sesuai dengan salah
Ajaran 2017/2018 satu kompetensi dasar dalam mata pelajaran teknik
elektronika. Pada model PBL, peserta didik dituntut
Pencapaian KKM Rata-
Total aktif untuk mendapatkan konsep yang dapat diterapkan
Kelas rata
Siswa ≥78 % < 78 % dengan jalan memecahkan masalah, para peserta didik
Kelas akan mengeksplorasi sendiri konsep-konsep yang
X harus mereka kuasai, dan peserta didik diaktifkan utuk
15 7 46,7 8 53,3 76,9 bertanya dan berargumentasi melalui diskusi,
TAV 1
mengasah keterampilan investigasi, dan menjalani
X
TAV2
14 8 57,1 6 42,9 77,4 proses kerja ilmiah lainnya.

Jumlah 29 15 51,7 14 48,2 Menurut Trianto (2009: 92) mengemukakan


bahwa “Pembelajaran berbasis masalah merupakan
Sumber : Guru mata pelajaran Dasar Listrik dan pendekatan yang efektif untuk pengajaran untuk proses
Elektronika SMK Negeri 1 Sumatera Barat, berfikir tingkat tinggi”. Sedangkan Margerson dalam
2018 Rusman (2014 : 230) mengemukakan bahwa
Tabel 1 yang merupakan nilai awal sebagai “Kurikulum PBM membantu untuk meningkatkan
tolak ukur, memperlihatkan bahwa nilai rata-rata siswa perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat
pada mata pelajaran Dasar Listrik dan Elektronika dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan
masih ada yang dibawah KKM.Data ini memberikan belajar aktif”. Kurikulum PBM memfasilitasi
indikasi bahwa PBM masih belum mencapai tujuan keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja

138 E-ISSN: 2302-3295


Vol. 6, No. 2, Juli – Desember 2018 VOTEKNIKA
kelompok dan keterampilan interpersonal dengan lebih dimasukkan kedalam kelompok, dan didalam
baik dibanding pendekatan lain.Langkah-langkah yang kelompok itulah mereka saling adu pendapat terhadap
akan dilalui oleh siswa dalam proses pembelajaran masing-masing pemahaman mereka, sehingga
Problem Based Learning menurut Fogarty dalam didapatkan kesimpulan yang menyeluruh.Dalam
Rusman (2014:242) adalah : (1) menemukan masalah; pembelajaran kooperatif tipe TAI, pada proses
(2) mendefenisikan maslah; (3) mengumpulkan fakta; pembelajarannya dibagi menjadi enam tahapan yaitu :
(4) pembuatan hipotesis; (5) penelitian; (6) reparasing (1) pembentukan kelompok; (2) pemberian bahan ajar
masalah; (7) menyuguhkan alternatif; (8) mengusulkan atau materi; (3) belajar dalam kelompok; (4) nilai
solusi. kelompok dan penghargaan kelompok; (5)
pembelajaran materi oleh guru; (6) tes formatif [8].
Model pembelajaran kooperatif (cooperative
Dengan menggunakan model TAI dan PBL ini
learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kemudian apakah terdapat perbedaan tingkat hasil
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
belajar siswa antara penggunaan model pembelajaran
empat sampai enam orang dengan struktur kelompok
tipe TAI dengnan PBL kelas X TAV SMK N 1
yang bersifat heterogen. Pada hakikatnya cooperative
Sumatera Barat.
learningsama dengan kerja kelompok.Oleh karena itu,
banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang
aneh dalam cooperative leaning dalam bentuk belajar METODE PERANCANGAN SISTEM
kelompok.
Penelitian ini merupakan penelitian
Model pembelajaran kooperatif diharapkan eksperimen kuasi dengan menggunakan desain Posttest
mampu meningkatkan motivasi dan aktivasi siswa Only Control Design.Penelitian dilaksanakan di SMK
salah satunya adalah dengan menggunakan model Negeri 1 Sumatera Barat. Penelitian ini diawali dengan
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted melakukan observasi terhadap tempat dan subjek
Individualization(TAI). Pembelajaran kooperatif tipe penelitian, sampel dan pengumpulan data.
Team Assisted Individualization akan memotivasi
Populasi adalah keseluruhan subjek
siswa saling membantu anggota kelompoknya
penelitian[11]..Populasi dalampenelitian ini adalah
sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi
siswa kelas X Jurusan Teknik Audio Video SMK
dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa
Negeri 1 Sumatera Barattahun ajaran 2017/2018.
mengorbankan aspek kooperatif [12].
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut
Dalam pembelajaran kooperatif tipe ini:
Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI),
Tabel 2.Distribusi Populasi Penelitian
siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil
yang heterogen dengan latar belakang cara berfikir No Kelas Jumlah siswa
yang berbeda beranggotakan 4 sampai 6 orang dan
1 X TAV ! 15
selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara
individu bagi siswa yang memerlukan[13]. Siswa 2 X TAV 2 14
dibagi secara kelompok dimana terdapat seorang siswa
berperan sebagai asisten yang bertugas membantu Total 29
menyimpulkan permasalahan yang terjadi dalam Sumber: Guru Teknik Audio Video SMKN 1
kelompok, baik permasalahan secara kelompok Sumatera Barat, 2018
maupun secara individual siswa lain yang kurang
mampu dalam suatu kelompok lalu melaporkan kepada Sampel adalah sebagian atau wakil populasi
guru. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai yang diteliti [11]. Segala karakteristik populasi
falisitator dan mediator dalam proses pembelajaran. tercermin dalam sampel yang diambil. Dalam
Guru cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar penelitian ini dibutuhkan 2 kelas sampel yaitu kelas
yang kondusif bagi siswa. eksperimen I dan kelas eksperimen II. Perlakuan yang
diberikan pada kelompok eksperimen I adalah metode
Dasar pemikiran TAI adalah untuk mengadaptasi pembelajaran kooperatiftipe TAI dan pada kelompok
pengajaran terhadap perbedaan individual berkaitan eksperimen II dengan metode pembelajaran saintifik
dengan kemampuan siswa maupun pencapaian prestasi tipe PBL.
siswa. Dasar pemikiran dibalik individualisasi
pengajaran pelajaran adalah bahwa para siswa Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik
memasuki kelas pengetahuan, kemampuan, dan nonprobability sampling dengan sampling purposive.
motivasi yang beragam [8]. Berdasarkan pendapat Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel
tersebut, dengan adanya keberagaman pengetahuan dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan disini
siswa dan tingkat kecerdasan yang berbeda, mereka adalah kelas yang memiliki rata-rata nilai yang hampir

E-ISSN: 2302-3295 139


VOTEKNIKA Vol. 6, No. 2, Juli – Desember 2018
sama [10]. Pengambilan nilai rata-rata kelas modul dan latihan soal. Alat pengumpul data penelitian
berdasarkan nilai ujian tengah semester II pada yang dilakukan adalah tes hasil belajar. Tes yang
pelajaran Dasar Listrik dan Elektronika, setelah diberikan adalah tes berbentuk objektif. Materi yang
dilakukan analisis pada kedua kelas sampel didapat diujikan dalam tes sesuai dengan materi yang diberikan
berdistribusi normal dan homogen.Kemudian untuk selama penelitian.
mengetahui yang menjadi kelas eksperimen I dan kelas
Sebagai prasyarat uji hipotesis dilakukan beberapa
eksperimen II dilakukan secara undian dengan
pengujian:
pertimbangan bahwa kedua kelas berdistribusi normal
dan homogen. Dari hasil undian diperoleh kelas X 1. Uji normalitas
TAV 1 sebagai kelompok eksperimen I dan kelas X Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui
TAV 2 sebagai kelas eksperimen II. apakah data sampel berdistribusi normal atau tidak.
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah nilai
Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau
Hasil belajar/post-test pada mata pelajaran Dasar
nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai
Listrik dan Elektronika Kelas X Teknik Audio
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
Video di SMK Negeri 1 Sumatera Barat setelah
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya [10].
perlakuan. Untuk melihat data berdistribusi normal
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
atau tidak, dilakukan dengan cara uji Liliefors.
1. Variabel Bebas
2. Uji homogenitas
Variabel Bebas adalah merupakan
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
apakah kedua sampel homogen yaitu mempunyai
sebab perubahannya atau timbulnya variabel
varians yang sama atau tidak, untuk mengujinya
terikat [10].Variabel bebas dalam penelitian ini
dilakukan uji F.
adalah perlakuan yang diberikan pada sampel
3. Uji Hipotesis
penelitian yaitu penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TAI di kelas eksperimen I dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
pembelajaran Saintifik tipe PBL di kelas
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini
eksperimen II.
adalah hasil studi lapangan untuk memperoleh data
2. Variabel Terikat melalui teknik post-test setelah diterapkan model
pembelajaran Team Assisted Individualization pada
Variabel Terikat adalah merupakan
kelompok eksperimen I dan model pembelajaran
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
Problem Based Learning pada kelompok eksperimen
akibat, karena adanya variabel bebas [10].Variabel
II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
terikat dalam penelitian ini adalah hasil belaja
perbedaan hasil belajar siswa menerapkan model
rsiswa pada mata pelajaran Dasar Listrik dan
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Elektronika setelah diberikan perlakuan.
Individualization danproblem based learning terhadap
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini hasil belajar Dasar Listrik dan Elektronika kelas X
adalah tes objektif berupa pilihan ganda. Soal uji coba Teknik Audio Video SMK Negeri 1 Sumatera Barat.
instrumen atau perangkat tes yang telah tersusun 1. Analisis Deskriptif
langsung digunakan ke kelas eksperimen, lalu diuji Analisis ini bertujuan untuk
validitas soal, reliabilitas, daya beda dan tingkat menggambarkan keadaan data apa adanya yang
kesukaran soal. Uji coba dilakukan pada kelas XII dikumpulkan dari ke dua kelompok sampel. Hasil
TAV, soal yang telah diuji digunakan sebagai soal perhitungan data penelitian didapatkan dari hasil
yang akan dihitung dalam pengambilan nilai hasil post-test masing-masing pertemuan kedua
belajar kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. kelompok sampel yang terdiri dari 15 siswa kelas
Setelah tes akhir diberikan kepada kelas X TAV 1 untuk kelompok Eksperimen I dan 14
eksperimen I dan kelas eksperimen II, maka siswa kelas X TAV 2 untuk kelas Eksperimen II.
didapatkan hasil belajar setiap pertemuannya. Hasil tes Setelah diberikan perlakuan yang berbeda, yang
kemudian dilakukan analisis data untuk diuji secara terletak pada model pembelajaran yang digunakan
statistik. Analisis data digunakan untuk membuktikan di kelas eksperimen I dan di kelas eksperimen II,
hipotesis. Teknik analisis data meliputi : Analisis maka didapatkan masing-masing nilai bedapost-
deskriptif dan analisis induktif. test dari kedua kelompok sampel.
a. Rata-rata ( X )
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini Untuk kelas eksperimen 1
terdiri dari perangkat pembelajaran dan instrumen
pengumpulan data.Perangkat pembelajaran yang 1257
digunakan pada penelitian ini terdiri dari silabus, RPP, = =83,80
15

140 E-ISSN: 2302-3295


Vol. 6, No. 2, Juli – Desember 2018 VOTEKNIKA
Untuk kelas eksperimen 2 nilai median. Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai
Mean 80,14 lebih besar dari pada nilai Median 80,
1122 maka distribusi kelas eksperimen II pada rata-rata
= = 80,14 akhir mempunyai skewness positif, hal ini
14
mengindikasikan bahwa hasil belajar cenderung
b. Standar Deviasi/ Simpangan Baku (S) meningkat.Jika dilihat dari jenis kurva maka kurva
Untuk kelas eksperimen 1 termasuk mesokurtik (kurva yang mempunyai puncak

 f (Xi − X )
2 relative sama tinggi dengan kurva normal).Dari kedua
240.38 grafik tersebut juga dapat disimpulkan bahwa hasil
S= = = 4,14
N −1 15 − 1 belajar pada kelas eksperimen I yang menerapkan
model TAI lebih baik dibandingkan kelas eksperimen
Untuk kelas eksperimen 2 II yang menerapkan model PBL dibuktikan dengan

 f (Xi − X )
2 perolehan rata-rata akhir yaitu 83,80 pada kelas TAI
337.74 dan 80,14 pada kelas PBL.
S= = = 5,10
N −1 14 − 1
c. Varians (S2) 2. Analisis Induktif
Untuk kelas eksperimen I a. Hasil Uji Normalitas
S2 =17,17
Untuk kelas eksperimen II Syarat pengujian hipotesis menggu nakan
S2 = 25,98 statistik parametrik adalah berdistribusi normal,
oleh karena itu sebelum data ini diuji hipotesisnya
menggunakan statistik uji t, sebelumnya dilakukan
dahulu uji normalitas data. Dalam penelitian ini uji
normalitas dilakukan dengan uji Lilliefors pada
taraf alpha 0,05, dilakukan pada data nilai rata-rata
kelas eksprimen 1 dan kelas eksperimen 2 meliputi
posttest masing-masing kelompok. Data kelompok
sampel dikatakan berdistribusi normal jika
lilliefors (L0) hitung lebih kecil dari pada lilliefors
Gambar 1. Kurva normal distribusi post-test tabel (Ltabel) (L0hitung ≤ Ltabel)dan berada pada
eksperimen I daerah normal. Berdasarkan uji normalitas dari
data nilai rata-rata kelas eksperimen I dan
Berdasarkan gambar 1 garis putus-putus eksperimen II dapat dilihat pada tabel berikut :
menunjukkan nilai mean dan garis lurus menunjukkan
nilai median. Gambar 1 menunjukkan bahwa nilai Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen I
Mean sebesar 83,80 lebih besar dari pada nilai Median dan Eksperimen II
83, maka distribusi kelas eksperimen I pada rata-rata Kelas N L0 Lt Distribusi
akhir mempunyai skewness positif, hal ini
mengindikasikan bahwa hasil belajar cenderung Eksp. 1 15 0,177 0,220 Normal
meningkat.Jika dilihat dari jenis kurva maka kurva Eksp. 2 14 0,134 0,227 Normal
termasuk mesokurtik (kurva yang mempunyai puncak
relative sama tinggi dengan kurva normal). Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa Lo <
Lt untuk kedua kelas sampel, berarti data pada
kedua kelas terdistribusi normal.
b. Hasil Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui
kedua kelompok data mempunyai varian yang
homogen atau tidak.Untuk mengetahui
homogenitas kedua kelompok sampel, pengujian
dilakukan dengan menggunakan uji F (Fisher test).

Gambar 2. Kurva normal distribusi post-test


eksperimen II
Berdasarkan gambar 2 garis putus-putus
menunjukkan nilai mean dan garis lurus menunjukkan

E-ISSN: 2302-3295 141


VOTEKNIKA Vol. 6, No. 2, Juli – Desember 2018
Tabel 4. Nilai Uji Homogenitas bahwa nilai rata-rata posttest siswa pada kelas
eksperimen I lebih baik tiap pertemuannya
dibandingkan kelas eksperimen II. Pada kelas
Kelompok N S Fhitung Ftabel Kriteria eksperimen I, pembelajaran diberikan dengan
menggunakan model TAI, dan pembelajaran PBL
Eksperimen 1 pada kelas eksperimen II. Dari data hasil penelitian
15 4,14 yang diperoleh, kecenderungan siswa pada
1,51 2,55 Homogen
pembelajaran TAI lebih efektif dibandingkan PBL.
Eksperimen 2 14 5,10 Pada kelas yang menerapkan model PBL, beberapa
Pada tabel 4 ternyata Fhitung < Ftabel, atau 1,51> siswa tidak memiliki minat atau memiliki
2,55, dengan demikian dapat ditarik kesimpulan kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit
bahwa kedua data kelompok penelitian homogen. untuk dipecahkan maka akan enggan untuk
mencobanya serta tanpa pemahaman mengapa mereka
3) Uji Hipotesis berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
Untuk menguji hipotesis menggunakan dipelajari maka mereka tidak akan belajar apa yang
rumus t-test.Hasil uji hipotesis diperlihatkan mereka ingin pelajari, keberhasilan strategi
pada tabel 5. pembelajaran melalui problem based learning
membutuhkan banyak waktu. Berdasarkan analisis
Tabel 5. Hasil Pengujian dengan t-test teori, model pembelajaran TAI memiliki beberapa
Rata- thitung ttabel
kelebihan yang mampu memberikan dampak positif
No Kelas Rata α = α = dalam pembelajaran.
kelas 0,05 0,05 Menurut Sharan (2009:35), kelebihan dari
1 Kelas model pembelajaran TAI adalah meningkatkan
83,80 motivasi dan hasil belajar siswa dan dapat membantu
Eksperimen I
2,13 2,05 siswa yang lemah dalam belajar, siswa yang pandai
2 Kelas
dapat mengembangkan kemampuan dan
Eksperimen 80,14
II
keterampilannyasebelumnya materi dipelajari, para
siswa akan diminta untuk menyelesaikan soal-soal
Terlihat pada tabel 5, dengan taraf yang ada pada Lembar Kerja Siswa (LKS) terlebih
signifikan α = 0,05. Jika dibandingkan ternyata dahulu. Di samping untuk melihat kemampuan awal
– ttabel≤ thitung≤ + ttabel , sehingga terlihat bahwa siswa, pemberian soal-soal diawal pembelajaran,
nilai –ttabel ≤ thitung ≤ + ttabel (-2,13 ≤ 2,05 ≤ 2,13), mendorong siswa rajin membaca dan belajar lebih
sehingga Ha diterima. Artinya H0 ditolak dan awal. Kondisi inilah yang membuat siswa lebih cepat
Ha diterima.Hasil pengujian ini memberikan memahami materi yang akan dipelajari.
interpretasi bahwa terdapat perbedaan hasil Selain itu, melalui pembelajaran TAI, para
belajar siswa menggunakan model siswa nantinya diminta untuk mendiskusikan materi
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted yang telah mereka pelajari kedalam sebuah
Individualization (TAI)dan Problem Based kelompok.Dalam diskusi kelompok, setiap anggota
Learning (PBLpada mata pelajaran Dasar kelompok saling memeriksa jawaban teman satu
Listrik Dan Elektronika di SMK Negeri 1 kelompok, guru menfasilitasi siswa dalam membuat
Sumatera Barat. rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan
pada materi pembelajaran yang telah dipelajari
Terbukti pada pertemuan pertama, siswa
sangat antusias mengikuti pembelajaran TAI. Selain
karena ini merupakan pengalaman pertama
menggunakan model pembelajaran TAI, siswa pun
untuk dituntut untuk bertanggung jawab atas
pemahaman kelompoknya dan guru memberikan
penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan
nilai peningkatan hasil belajar individual.
Pembelajaran ini memberikan hasil yang positif
Gambar 3. Daerah Penentuan Ho terhadap siswa yang terlihat pada perolehan nilai rata-
rata pertemuan I siswa yaitu 85,53.
Keterangan : Pada pertemuan II, peneliti pun melakukan
tt= t tabel (2,05) ; th = t hitung (2,13) model pembelajaran yang sama. Ternyata, perolehan
rata-rata hasil belajar siswa tidak sebaik pada
Berdasarkan analisis data, dapat diketahui

142 E-ISSN: 2302-3295


Vol. 6, No. 2, Juli – Desember 2018 VOTEKNIKA
pertemuan I, yaitu 81,13. Hasil ini lebih rendah pertemuan II, peneliti pun melakukan model
dibandingkan pada pertemuan I. pembelajaran yang sama. Ternyata, perolehan rata-rata
Berdasarkan hasil evaluasi, hal ini bisa saja hasil belajar siswa tidak sebaik pada pertemuan I, yaitu
disebabkan oleh cakupan materi yang terlalu banyak 78,79. Hasil ini lebih rendah dibandingkan pada
atau tingkat pemahaman materi yang lebih pertemuan I.Pada pertemuan III, hasil yang sama juga
sulit.Sehingga pada pertemuan III, peneliti membuat diperoleh, di mana rata-rata hasil belajar siswa
revisi bagian-bagian dianggap bermasalah pada mengalami kenaikan. Pada pertemuan III, rata-rata
pembelajaran pertemuan sebelumnya, seperti hasil belajar siswa yaitu 80,43.
menampilkan kedepan kelas tiap-tiap kelompok untuk Berdasarkan hasil evaluasi, hal ini bisa saja
mengemukakan hasil diskusinya dan adanya tanggapan disebabkan oleh menurunnya tingkat percaya diri siswa
dari kelompok yang lain. Dan siswa bersama-sama dalam penyelesaian permasalahan yang telah diberikan
dengan guru menyimpulkan hasil diskusinya Hasil guru dan mengganggap permasalahan tersebut sangat
rata-rata siswa pun meningkat lagi pada pertemuan III sulit untuk dipecahkan. Hal ini sesuai dengan pendapat
dank ke IV, yaitu sebesar 83,20 dan 85,67 . Sanjaya (2007 :219) tentang kelemahan model
Dapat disimpulkan bahwa secara umum, pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
model pembelajaran TAI memberikan hasil yang Sehingga pada pertemuan IV, peneliti
positif dalam peningkatan hasil belajar siswa, karena di membuat revisi bagian-bagian dianggap bermasalah
setiap posttest yang dilaksanakan tiap pertemuannya, pada pembelajaran pertemuan I, II, dan III, seperti
rata-rata hasil belajar siswa berada di atas KKM. menarik siswa terlebih dahulu untuk menemukan
Begitu juga yang terjadi pada kelas eksperimen permasalahan dalam pembelajaran dan didiskusikan
II, yaitu kelas yang menggunakan model pembelajaran bersama yang lebih mendukung pengetahuan awal
PBL. Pada kelas eksperimen II, pembelajaran mereka untuk menyelesaikan permasalahan
diberikan dengan menggunakan model PBL. Dari data selanjutnya. Yang kemudian dilanjutkan pemberian
hasil penelitian yang diperoleh, pembelajaran dengan masalah oleh guru yang akan mereka cari sendiri
menggunakan PBL juga memberikan hasil yang positif solusinya. Hasil rata-rata siswa pun meningkat pada
dalam meningkatkan hasil belajar siswa. pertemuan IV, yaitu sebesar 81,93 dan bahkan lebih
Berdasarkan analisis teori, Pembelajaran baik jika dibandingkan dengan pertemuan II, dan III.
berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan Dapat disimpulkan secara umum, model
pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual pembelajaran PBL juga memberikan hasil yang positif
sehingga merangsang peserta didik untuk belajar [2]. dalam peningkatan kualitas belajar siswa seperti yang
Model pembelajaran PBL memiliki ciri khas yaitusuatu terjadi pada kelas TAI, karena di setiap posttest yang
model pembelajaran yang menantang peserta didik dilaksanakan tiap pertemuannya, rata-rata hasil belajar
untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara siswa berada di atas KKM. Namun berdasarkan fakta
berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan selama penelitian, interaksi selama belajar siswa
dunia nyata.Masalah yang diberikan ini digunakan menggunakan model pembelajaran kooperatif TAI
untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada terlihat lebih aktif dalam berdiskusi menanggapi materi
pembelajaran yang dimaksud saat proses belajar dan siswa aktif bertanya terkait soal
Seperti yang disampaikan oleh Sanjaya (2007 : 220) yang tidak dimengerti dibandingkan model
salah satu kelebihan dari model pembelajaran PBL pembelajaran PBL. Hal ini juga senada dengan
adalah dapat menantang kemampuan siswa serta penelitian sebelumnya oleh Endang Hariyanti,
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan Mardiyana, dan Budi Usodo juga mengungkapkan
baru bagi siswaSelain itu, melalui pembelajaran PBL, bahwa hasil belajar menggunakan pembelajaran TAI
para siswa nantinya diminta untuk menyampaikan lebih baik dibandingkan dengan PBL.
materi yang telah mereka diskusikansiswa melakukan Berdasarkan tujuan penelitian untuk
analisis terhadap proses pemecahan masalah.Guru mengungkapkan seberapa besar perbedaan hasil belajar
membantu siswa melakukan evaluasi terhadap siswa menggunakan model pembelajaran Team
penyelidikan dan proses belajar secara keseluruhan. Assisted Individualization (TAI) dan Problem Based
Terbukti pada pertemuan pertama, siswa Learning (PBL) pada mata pelajaran Dasar Listrik Dan
sangat antusias mengikuti pembelajaran PBL.Siswa Elektronika di SMK Negeri 1 Sumatera Barat, maka
dituntut untuk dapat memecahkan suatu permasalahan penelitian ini memperoleh hasil nilai rata-rata akhir
yang guru berikan dimulai dengan pembuatan hipotesis siswa untuk semua pertemuan pada kelas TAI berbeda
dari pemecahan masalah tersebut hingga penemuan dengan kelas PBL dengan TAI lebih baik
teori penunjang hipotesis tersebut.Hal ini sesuai dibandingkan dengan kelas PBL yaitu 83,80 pada kelas
dengan langkah-langkah model pembelajaran PBL. TAI dan 80,14 pada kelas PBL.
Pembelajaran ini memberikan hasil yang positif
terhadap siswa yang terlihat pada perolehan nilai rata- SIMPULAN DAN SARAN
rata siswa pada pertemuan I yaitu 80,64Pada 1. Kesimpulan

E-ISSN: 2302-3295 143


VOTEKNIKA Vol. 6, No. 2, Juli – Desember 2018
Berdasarkan hasil penelitian serta DAFTAR PUSTAKA
pembahasan untuk mata pelajaran Dasar Listrik dan
Elektronika yang dilakukan dengan membandingkan [1] Agus Suprijono. 2012. Cooperative Learning.
hasil belajar kedua kelas eksperimen dengan Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe [2] Daryanto. 2012. Model Pembelajaran Inovatif .
Team Assistesd Individualization (TAI) dan model Yogyakarta: Gava Media.
pembelajaran Problem Based Learning (PBL), maka
dapat disimpulkan bahwa: [3] _______. 2014. Pedekatan Pembelajaran Saintifik
Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.
a. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assistes [4] Depdiknas.2013. Undang-undang Republik
Individualization (TAI) dilihat dari nilai post-test Indonesia Nomor 32 tahun 2013
pada kelompok eksperimen I didapat rata-rata Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta :
83,80 dengan persentase ketuntasan 93,3 %. BP Cipta Jaya.
b. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model [5] Rusman. 2010. Model - Model pembelajaran.
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Jakarta: Rajawali Pers.
dilihat dari nilai post-test pada kelompok
eksperimen II didapat rata-rata 80,14 dengan [6] ________2014.Model-Model Pembelajaran.
persentase ketuntasan 78,6 %. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
c. Hasil pengujian hipotesis, diperoleh thitung>ttabel [7] Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang
yaitu (2,13> 2.05). Hasil pengujian ini Mempengaruhi. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
memberikan interpretasi bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima, berarti terdapat komparasi [8] Slavin, Robert E 2008.Cooperative
menggunakan model pembelajaran kooperatif Learning.Bandung: Nusa Media
tipe Team Assisted Individualization (TAI) [9] Sugiyono.2009. Metode Penelitian Kuantitatif,
dengan rata-rata hasil belajar 83,80 dan model Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta
pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dengan rata-rata hasil belajar 80,14.Artinya [10] _________2012. Metode Penelitian Pendidikan.
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bandung: Alfabeta.
Team Assisted Individualization (TAI) lebih baik [11] Suharsimi Arikunto. 2012. Dasar – Dasar
dibandingkan dengan model pembelajar Problem Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Based Lerning (PBL).
[12] Mustika, P. S., Hanesman, H., & Sukaya, S.
2. Saran (2017). PENGARUH MODEL
Berdasarkan kesimpulan yang telah PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
dikemukakan, peneliti mengemukakan beberapa saran: TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION
a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA
dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan PELAJARAN DASAR LISTRIK DAN
khususnya pada mata pelajaran Dasar Listrik dan ELEKTRONIKA KELAS X JURUSAN
Elektronika. TEKNIK AUDIO VIDEO DI SMK NEGERI 1
KINALI. Jurnal Vokasional Teknik Elektronika
b. Bagi siswa, Penggunaan model pembelajaran & Informatika, 5(2).
kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI) dan model pembelajaran Problem Based [13] Putri, N. P. R., Efrizon, E., & Sriwahyuni, T.
Learning (PBL) Membantu siswa mengatasi (2018). PENERAPAN METODE
kesulitan pembelajaran, dan memotivasi siswa PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED
untuk belajar lebih giat agar dapat meningkatkan INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK
hasil belajar. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA
PELAJARAN SIMULASI DIGITAL KELAS
c. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat X RPL DI SMK NEGERI 4 PAYAKUMBUH.
memberikan masukan yang baik dalam rangka Jurnal Vokasional Teknik Elektronika dan
meningkatkan pemahaman siswa dan dapat Informatika, 6(1).
menigkatkan hasil belajar siswa dalam proses
pemebelajaran khususnya guru di SMK Negeri 1
Sumatera Barat.
d. Hasil penelitian ini semoga dapat dijadikan sebagai
bahan referensi untuk penelitian yang akan datang.

144 E-ISSN: 2302-3295

You might also like