Pengaruh Senam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 9

PENGARUH SENAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH

LANSIA DENGAN HIPERTENSI

Ayu Tri Anugerah Ambarwati1, Lilla Maria2, Sih Ageng Lumadi3


1
Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIkes Maharani Malang
2
Dosen Ilmu Keperawatan STIkes Maharani Malang
Email : ayutriamb@gmail.com
ABSTRACT
Hypertension is a degenerative disease. Hypertension is a disease that causes
death in the world and a risk factor for hypertension is basically age. So far, it is
not surprising that hypertension is often found in the elderly. One of the non-
pharmacological treatments for hypertension is exercise. The purpose of this
study was to determine the effect of exercise on reducing blood pressure in the
elderly with hypertension. The method used in this study is a literature review
study by searching for journals using 3 databases, namely through SAGE, Google
Schoolar and Science Direct. From the inclusion criteria of journals for the last 5
years, 20 journals have found that various types of exercise can reduce systolic
and diastolic blood pressure 3 times a week with a minimum duration of 20
minutes and a maximum of 40 minutes. Gymnastics has a significant effect in
helping the elderly with hypertension. Gymnastics supports the elderly with
hypertension to reduce high blood pressure or hypertension to normal blood
pressure, without having to take antihypertensive drugs regularly with the effect
of exercise on lowering blood pressure. in the elderly with hypertension shows
that the H1 hypothesis is accepted. Therefore, it is recommended for elderly
people with hypertension to do exercise so that blood pressure decreases.
Keywords: Elderly with hypertension, Gymnastics
ABSTRAK
Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif. Penyakit hipertensi,
salah satu penyakit bagian kematian di dunia dan faktor resiko pada dasarnya
terjadinya hipertensi adalah faktor usia sejauh ini tidak heran penyakit hipertensi
sering dijumpai pada lansia. Salah satu pengobatan nonfarmakologis untuk
penyakit hipertensi adalah senam. untuk mengetahui pengaruh senam terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah stido literature review dengan pencarian jurnal
menggunakan 3 database yaitu melalui SAGE, Google Schoolar dan Science
Direct. Dari kriteria inklusi jurnal 5 tahun terakhir menunjukkan 20 jurnal yang
sudah ditemukan bahwa beragam macam senam mampu menurunkan tekanan
darah sistolik dan distolik dengan waktu 3 kali seminggu dengan durasi waktu
minimal 20 menit dan maksimal 40 menit. Senam memiliki pengaruh yang cukup
signifikan dalam membantu lansia dengan hipertensi. Senam mendukung lansia
dengan hipertensi untuk menurunkan tekanan darah tinggi atau hipertensi ke
tekanan darah normal, tanpa harus minum obat anti hipertensi secara teratur
dengan adanya efek senam terhadap penurunan tekanan darah. pada lansia dengan
hipertensi menunjukkan bahwa H1 dengan hipotesis diterima. Oleh karena itu,
direkomendasikan untuk lansia penderita hipertensi untuk melakukan senam agar
tekanan darah menurun.
Kata Kunci: Lansia penderita Hipertensi, Senam
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Hipertensi adalah salah satu penyebab utama meningkatnya penyakit


jantung dan stroke, yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia,
menyebabkan hampir 9,4 juta kematian setiap tahun. Salah satu penyakit
degeneratif adalah tekanan darah tinggi dengan prevalensi sekitar 6080%.
Tekanan darah pada penderita hipertensi biasanya tidak stabil, dengan sistol dan
diastol naik dan turun seiring bertambahnya usia (Izhar, 2017).
Penanganan tekanan darah tinggi secara nonfarmakologis dapat dilakukan
melalui pola hidup sehat yang dianjurkan untuk mengurangi konsumsi garam,
alkohol, berat badan, berhenti merokok, dan aktif secara fisik. Salah satu aktivitas
fisik yang dilakukan adalah senam lansia. Olahraga pada lansia dapat mengurangi
penumpukan lipid dalam darah untuk membantu menjaga elastisitas pembuluh
darah serta meningkatkan ketahanan tubuh dan fungsi jantung. Olahraga pada
lansia juga dapat memperkuat kontraksi otot jantung agar pompa jantung tetap
bekerja (Susanti, 2019).
Lanjut usia merupakan tahap terakhir dalam perkembangan siklus hidup
manusia. Seiring bertambahnya usia, struktur anatomi dan fungsi organ semakin
berkurang. Penurunan fungsi pembuluh darah dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah pada pembuluh
darah meningkat dengan pembacaan 140/90 mmHg. Tekanan darah tinggi adalah
salah satu masalah kesehatan terbesar dan dapat menyebabkan serangan jantung
dan stroke yang fatal.Tekanan darah tinggi dianggap sebagai masalah kesehatan
yang serius karena onsetnya sering diabaikan dan memburuk hingga mencapai
tingkat yang mengancam jiwa (Haefa et al., 2019).

Jumlah global pasien yang menderita hipertensi diperkirakan 1 miliar, dan


hampir 7,1 juta orang meninggal karena hipertensi setiap tahun, dengan total
sekitar 13,5 kematian. Di Indonesia, prevalensi hipertensi adalah 8,3% untuk
orang berusia di atas 25 tahun, 12,2% untuk pria dan 15,5% untuk wanita.
Menurut Dinkes Provinsi Jawa Timur (2017), penderita hipertensi di Provinsi
Jawa Timur. Proporsi hipertensi sebesar 20,43% atau sekitar 1.828.669 orang,
sedangkan proporsi laki-laki sebesar 20,83% (825.412) dan proporsi perempuan
sebesar 20,11% (1.003.257). Besarnya prevelensi hipertensi pada lansia
diperlukan penalatalaksanaan agar bisa mengurangi kejadian hipertensi pada
lansia (Arindari & Dewi Rury, 2019).

Senam untuk lansia adalah latihan yang dirancang untuk meningkatkan


aliran darah dan suplai oksigen ke otot-otot kerja dan otot rangka, terutama
miokardium. Latihan atau olahraga dapat meningkatkan kebutuhan sel akan
oksigen untuk menghasilkan energi, yang mengarah pada peningkatan denyut
jantung, curah jantung dan volume sekuncup, dan akhirnya tekanan darah. Setelah
istirahat, pembuluh darah melebar atau melebar, dan aliran darah untuk sementara
berkurang, kembali ke tekanan darah sebelum berolahraga setelah sekitar 30-120
menit. Jika lansia terus berolahraga secara teratur, penurunan tekanan darah akan
bertahan lebih lama dan pembuluh darah lansia akan menjadi lebih elastis.
Mekanisme penurunan tekanan darah setelah olahraga adalah bahwa olahraga
merelaksasi pembuluh darah, dan saat pembuluh darah melebar, tekanan darah
turun (Sianipar, Santi. Putri, 2018).

Menurut peneliti terdahulu yang di lakukan oleh Totok & Fahrun (2017)
di lakukan pada data diperoleh dari sesepuh Panti Wredha Dharma Bhakti Pajang
Surakarta rata-rata tekanan darah sistolik sebelum tes (151.463) lebih tinggi dari
rata-rata tekanan darah sistolik setelah tes (130,36). tekanan darah sistolik
responden. Rata-rata tekanan darah diastolik (95,36) sebelum tes lebih tinggi dari
rata-rata tekanan darah diastolik (82,14) setelah tes, sehingga disimpulkan bahwa
latihan hipertensi berdampak terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
penderita hipertensi. Mengenai penurunan tekanan darah diastolik responden.
Karena hasil penelitian adalah tekanan darah sebelum intervensi sebagian besar
adalah sebelum hipertensi (39%), setelah intervensi hipertensi umumnya normal
(56%), dan ada pengaruh senam hipertensi terhadap tekanan darah di Panti
Wredha Dharma Bhakti Pajang Surakarta (pvalue = 0,001).

Penelitian Jatiningsih (2016) Pada intervensi pelatihan senam untuk lansia


penderita hipertensi di Sukoharjo selama 40 menit tiga kali seminggu didapatkan
hasil bahwa terjadi penurunan tekanan darah p = 0,001 (p<0,05) setelah dilakukan
intervensi pelatihan. hingga 32 lansia lansia yang berolahraga setiap minggu tetapi
tidak rutin memantau tekanan darahnya sebelum dan sesudah berolahraga.
Tekanan darah tinggi, termasuk mengontrol tekanan darah dan menghindari
komplikasi lain, sangat penting.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh olahraga pada lansia terhadap penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi.
Senam khususnya lansia, merupakan olah raga para lansia. Senam bagi
lansia dapat mencegah hilangnya organ fungsional dan mengurangi risiko
hipertensi, diabetes, penyakit arteri koroner dan banyak penyakit lainnya. Senam
lansia juga sangat penting untuk kesehatan lansia. Untuk orang tua yang lebih tua,
senam tingkat lanjut adalah latihan yang sangat santai dan mudah. senam teratur
pada lansia dapat menurunkan tekanan darah tinggi, karena aktivitas fisik dapat
mengurangi lemak tubuh, dan lemak tubuh berhubungan dengan tekanan darah
tinggi (Lisiswanti & Dea, 2016).

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini yaitu menggunakan penelitian literature review.


Berdasarkan hasil pencarian literature melalui publikasi Science Direct, Google
Scholar dan SAGE dengan menggunakan kata kunci “manfaat” “senam lansia”
“untuk” “menurunkan tekanan darah dengan hipertensi” dan keyword dalam
bahasa inggris “benefits” “elderly exercise” “for” “lowering blood pressure with
hypertension”“Elderly AND elderly gymnastics AND low blood pressure”.
Peneliti menemukan 26.354 jurnal yang sesuai dengan kata kunci tersebut
dengan menggunakan 3 database seperti Science Direct 8271, Google Scholar
8571 dan SAGE 9512. Kemudian jurnal di skrining sebanyak 9.703 di eksklusi
karena terbitan 2016 ke bawah. Assessment kelayakan terhadap 6.524 jurnal
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Jurnal yang tidak sesuai dengan kriteria
inklusi maka dilakukan eksklusi, sehingga didapatkan 20 jurnal yang dilakukan
review.

HASIL DAN ANALISIS

Literatur review ini disintesis menggunakan metode naratif dengan


mengelompokkan data-data hasil ekstrasi yang sesuai dengan hasil yang sesuai
dengan hasil yang diukur untuk menjawab tujuan penelitian. Jurnal penelitian
yang sesuai dengan kriteria inklusi kemudian dikumpulkan dan dibuat ringkasan
jurnal meliputi nama peneliti, tahun terbit, judul, metode dan hasil penelitian serta
database.

Berikut ini daftar artikel hasil pencarian

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil dari pencarian pada 3 database diperoleh 20 jurnal


terkait dari tahun 2016-2021 dengan pengaruh senam lansia pada hipertensi
terhadap penurunan tekanan darah pada hipertensi. Semua jurnal yang diulas
menemukan bahwa area kualitas hidup dibagi menjadi empat area, yaitu kesehatan
fisik, kesehatan mental, hubungan sosial, dan lingkungan. Dan juga ditentukan
manfaat lansia setelah berolahraga yaitu manfaat fisik lansia dengan hipertensi,
seperti kebugaran, keseimbangan tubuh, pernapasan dan menurunkan tekanan
darah. Tidak hanya baik untuk kesehatan fisik, tetapi juga baik untuk lansia yaitu
meningkatkan kualitas tidur, mengurangi insomnia, mengurangi depresi,
mengurangi stres, mengurangi rasa sakit, dan memiliki manfaat psikologis dari
manfaat sosial dan lingkungan
Menurut penilitian Sari & Kamil (2017) ditemukan bahwa Hasil uji
statistik memberikan probabilitas 0,001, menunjukkan bahwa olahraga pada lansia
terbukti menurunkan tekanan darah lebih cepat pada subjek hipertensi yang
diobati dengan obat dibandingkan dengan menurunkan tekanan darah pada subjek
hipertensi yang hanya menerima pengobatan farmakologis. Latihan anti hipertensi
adalah latihan intensitas sedang untuk lansia dengan frekuensi latihan 3-5 kali
seminggu dengan durasi latihan 20-60 menit. Menurut Anwari et al., 2018
Frekuensi pelatihan seminggu sekali dengan durasi pelatihan 4-12 menit. Hasil
penelitian ini bahwa jenis olahraga yang efektif menurunkan tekanan darah adalah
senam dengan intensitas sedang untuk lansia. Maka, olahraga pada lansia seperti
senam mempunyai banyak manfaat terutama pada penurunan tekanan darah
dengan waktu yang tidak perlu lama sesuai dengan kemampuan pada lansia.
Hasil penelitian senam hipertensi menurut Safitri & Astuti (2017)
diketahui bahwa Nilai p-valuenya 0,000, sehingga H0 ditolak yang artinya senam
hipertensi tidak memiliki efek anti hipertensi. Menurut analisis peneliti, pengaruh
senam lansia hipertensi terhadap tekanan darah disebabkan oleh senam hipertensi,
yang dapat mencegah atau memperlambat fungsi pada sistem organ dan
menghilangkan berbagai risiko penyakit seperti tekanan darah tinggi dan penyakit
arteri koroner diabetes. Menurut Anwari et al. (2018) Tekanan darah pada pre-test
menunjukkan nilai rata-rata sistolik 151,43 mmHg dan nilai rata-rata diastolik
sebelum tes 85,36 mmHg. Nilai sistolik rata-rata setelah tes adalah 140 mmHg
dan nilai diastolik rata-rata 82,10 mmHg. Penelitian Nugraheni (2019)
menunjukkan sebelum diberikan intervensi senam hipertensi hampir seluruhnya
sebanyak 18 responden (72%) memiliki tekanan darah tinggi, setelah diberikan
intervensi senam hipertensi sebagian besar bertekanan darah normal yaitu
sebanyak 14 responden (56%). Dari uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test
diperoleh nilai signifikan P-value sebesar 0,000 < 0,05, maka ada pengaruh senam
hipertensi terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Hasil penelitian senam lansia menurut Sartika et al., (2020) bahwa
sebelum intervensi, semua responden memiliki tekanan darah sistolik tinggi yaitu
20 orang (100%). Setelah melakukan terapi olahraga pada lansia, mayoritas
responden memiliki tekanan darah sistolik normal, yaitu 14 orang (70%). Menurut
Tulak (2017) tekanan darah sistolik dengan nilai pandlt; 0,05 yaitu pada
pertemuan pertama nilai p = 0,000, pada pertemuan kedua p = 0,000 dan pada
pertemuan ketiga p = 0,000. Ada pengaruh olahraga terhadap tekanan darah
diastolik pada lansia dengan nilai p 0,05 yaitu H pertemuan pertama p = 0,002,
pertemuan kedua p = 0,021 dan pertemuan ketiga p = 0,000 Artinya pengaruh
olahraga pada pasien lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia pasien
hipertensi. Hasil dari Sari & Kamil (2017) Hasil uji statistik didapat p value 0,001,
pada alpha 0,05 didapat p < alpha, maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh
intervensi senam lansia terhadap tekanan darah lansia.
Menurut Kristiani & Dewi (2016) Pengukuran tekanan darah sebelum
olahraga pada lansia, terdapat 11 responden dengan hipertensi derajat 1 (31,4%)
dan derajat 2 sebanyak 24 responden (68,6%). Pengukuran tekanan darah setelah
aktivitas fisik pada lansia dilakukan tiga kali seminggu dalam waktu ± 40 menit,
terdapat sebanyak 22 responden (62,9%) hipertensi derajat 1 dan sebanyak 5
responden (14,2%) hipertensi derajat 2 selama tekanan darah naik normal pada 8
responden (22,9%). Hasil uji statistik T-test untuk sampel dengan p-value 0,000
(<0,05) berarti terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah perlakuan
dan nilai mean menunjukkan adanya pengaruh tekanan darah pada pasien dengan
tekanan darah tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Ifansyah et al., (2015)
mengemukakan Hasil uji Wilcoxon dengan p-value 0,023 (p < 0,05) menunjukkan
bahwa aktivitas fisik pada lansia berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah
pada lansia penderita hipertensi.
Hasil penelitian senam egonomis menurut Andari et al. (2020) dapat
diketahui bahwa rata-rata tekanan darah sistolik setelah latihan ergonomis adalah
145,33 mmHg. Rata-rata tekanan darah diastolik adalah 89,67. Hasil ini
menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah pada lansia menurun setelah
dilakukan intervensi pelatihan ergonomis rutin dengan frekuensi 2 kali seminggu
selama 2 minggu. Menurut Muharni & Christya Wardhani (2020) Terdapat
Efektifitas pelaksanaan senam ergonomik terhadap penurunan tekanan darah
dengan hasil p- value 0.00 < 0.05, dimana perubahan tekanan darah yang
signifikan terjadi pada minggu ketiga, baik tekanan darah sistolik maupun
diastolik. Menurut Ruangthai & Phoemsapthawee (2019) yakni Intervensi terdiri
dari pelatihan gerakan terawasi (sesi 1 jam, tiga kali seminggu selama 12
minggu), diikuti dengan pelatihan gerakan mandiri selama 12 minggu. Program
ini mungkin lebih efektif karena memiliki kepatuhan dan dukungan olahraga yang
lebih baik pada pasien usia lanjut dengan tekanan darah tinggi. Dari perspektif
klinis, hasilnya menunjukkan bahwa kombinasi latihan ketahanan dan kekuatan
dapat digunakan sebagai alat terapi dan pencegahan untuk meningkatkan tekanan
darah dan bioavailabilitas oksida nitrat, dan juga untuk mengurangi stres oksidatif
yang terkait dengan penuaan.
Hasil penelitian senam aerobik menurut Barili et al. (2018) Kelompok
eksperimen terdiri dari 16 wanita hipertensi (67,2 ± 3,7 tahun) yang menjalani tes
treadmill progresif dan melakukan tiga protokol latihan acak: pelatihan aerobik
intensitas tinggi, pelatihan aerobik intensitas rendah, dan pelatihan aerobik
intensitas rendah dengan aliran darah. menunjukkan bahwa di semua protokol
tekanan darah dan denyut jantung meningkat dari istirahat ke pasca latihan (p
<0,05) dan menurun dari latihan ke pemulihan (p <0,05). Hasil ini mendukung
saran intensitas aerobik rendah dengan tekanan darah dalam intervensi protokol
kronis, dengan manfaat potensial untuk populasi lansia hipertensim. Maka adanya
pengaruh penurunana tekanan darah pada lansia penderita hipertensi setelah
melakukan senam aerobik. Menurut Wen & Wang (2017) hasil dari meta analisis
menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada tekanan darah sistolik dan
tekanan darah diastolik antara kelompok aerobik dan kontrol sebelum latihan .
Namun, pengurangan yang signifikan jelas terlihat pada kelompok aerobik setelah
aerobik, dibandingkan dengan kontrol . Bias publikasi yang signifikan terdetek
sidalam tekanan darah sistolik (t= 2,2314, P=0,04549) tetapi tidak dalam tekanan
darah diastolik (t= 1,4962, P=0,1604). Maka, latihan senam aerobik dapat
menyebabkan penurunan ringan namun signifikan pada tekanan darah di pasien
hipertensi esensial.
Menurut penelitian Indrawati (2018) Berdasarkan data uji tekanan darah
sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah intervensi senam aerobik pada pasien
hipertensi didapatkan nilai p-value tekanan darah sistolik (0,344) > p-value
intervensi senam aerobik (0,439) > nilai (0,05) setelah intervensi senam aerobik.
nilai (0,05), ada Hasil tekanan darah diastolik normal pada pasien hipertensi
sebelum intervensi latihan oksigen menunjukkan nilai p (0,117) > nilai . (0,05)
Setelah latihan aerobik terganggu. Selama intervensi latihan aerobik, nilai p
(0,069)> (0,05) menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik berdistribusi normal, menunjukkan bahwa latihan aerobik efektif, dan
latihan aerobik melibatkan penurunan tekanan darah menunjukkan bahwa senam
aerobik efektif dan menunjukkan bahwa ada pengaruh senam aerobik terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Menurut hasil penelitian Cao
et al. (2019) menunjukkan bahwa dibandingkan dengan kelompok kontrol, efek
signifikan dari latihan aerobik diamati pada pengurangan tekanan darah
sistolik.Oleh karena itu, senam aerobik mungkin menjadi pengobatan yang efektif
untuk peningkatan tekanan darah pada hipertensi pasien.
Hasil penelitian senam kebugaran menurut Choirunissa & Prastika (2019)
hipertensi rata-rata tekanan darah sistolik pada pre-test 153 mmHg dan post-test
143 mmHg, dengan nilai p=0,000 lebih kecil dari α = 0,05, artinya ada perbedaan
tekanan darah sistolik yang signifikan sebelum dan sesudah melakukan senam
kebugaran pada lansia hipertensi. Rata-rata tekanan darah diastolik pada pre-test
88 mmHg dan 85 mmHg pada post-test, dengan nilai p=0,008 lebih kecil dari α =
0,05, artinya ada perbedaan tekanan darah diastolik yang signifikan sebelum dan
sesudah melakukan senam kebugaran pada lansia hipertensi. Hasil penelitian
senam tera menurut Eriyanti (2016) Pada penderita hipertensi lansia di Posandu
Desa Pabelan Kartasura senam kebugaran memiliki efek penurunan tekanan darah
yang berbeda yaitu nilai probabilitas (p value) pengobatan tekanan darah sistolik
0,000 (signifikan), dan tekanan darah diastolik 0,034 (signifikan). Pada Perlakuan
II, nilai probabilitas tekanan darah sistolik (p-value) adalah 0,005 (signifikan), dan
nilai probabilitas tekanan darah diastolik adalah 0,004 (signifikan). Pada
Perlakuan III, nilai probabilitas (p-value) tekanan darah sistolik adalah 0,000
(signifikan). Melalui pengobatan intravena, nilai probabilitas tekanan darah
sistolik (nilai p) dapat diperoleh. 0,014 (signifikan) dan tekanan darah diastolik
0,017 (signifikan). Perbedaan pengaruh perlakuan III terhadap tekanan darah
diastolik sebesar 0,183 (tidak signifikan). Maka dengan itu menunjukkan bahwa
ada perbedaan tekanan darah diastolik dan sistolik sesudah melakukan senam tera
untuk menurunkan tekanan darah hipertensi pada lansia.
Hasil penelitian senam yoga menurut Susmawati (2018) Tekanan darah
diastolik yang diukur sebelum latihan yoga adalah 96,25 mmHg, dan tekanan
darah diastolik setelah latihan yoga adalah 81,25 mmHg. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata penurunan tekanan darah sistolik adalah 33 mmHg.
rata-rata tekanan darah diastolik menurun 15 mmHg. Berdasarkan hasil uji
statistik Wilcoxon untuk mengetahui pengaruh latihan yoga terhadap tekanan
darah pada penderita hipertensi didapatkan nilai signifikansi tekanan darah sistolik
0,000 (p<0,05) dan tekanan darah diastolik 0,000 (p<0,05) Menunjukkan bahwa
latihan aerobik menurunkan tekanan darah diastolik dan sistolik setalah
melakukan senam aerobik terhadap lansia penderita hipertensi. Pada penelitian
Pangaribuan & Berawi (2016) yang meneliti tentang senam jantung, Yoga, senam
biasa dan senam aerobik menghasilkan Latihan jantung menunjukkan penurunan
tekanan sistolik pada p = 0,042 dan tekanan diastolik pada p = 0,027. Latihan
yoga menunjukkan penurunan tekanan darah dari 180/110 mmHg menjadi 170/90
mmHg. Pada Lansia menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik 16 mmHg
pada minggu ke-3 dan penurunan kelas dalam kategori Tekanan Darah. Dan
latihan aerobik menunjukkan penurunan tekanan darah 14,51 mmHg pada sistol
dan 8,53 mmHg pada diastol pada minggu ke-4. Tubuh Bisa Menjaga Kesehatan
Darah Tinggi (Hipertensi) Baik senam jantung maupun yoga, senam lansia, dan
senam aerobik sama-sama efektif menurunkan tekanan darah pada lansia dan
menjaga kebugaran jasmani.
Menurut pendapat peneliti penurunan tekanan darah hipertensi pada lansia
dengan cara senam lansia adalah salah satu cara alamiah yang akan bekerja pada
tubuh lansia, bukan hanya pada hipertensi namun banyak manfaat lainnya
mengenai kesehatan pada tubuh lansia yang rentan terkena penyakit agar terhindar
penyakit yang sering di rasakan lansia. Beragam senam yang dapat dilakukan oleh
lansia sebagian besar mampu menurunkan tekanan darah sistolik dan distolik pada
lansia penderita hipertensi. Oleh karena itu, senam pada lansia penderita
hipertensi di anjurkan unruk lansia bukan hanya penderita hipertensi namun orang
tua yang berkisar mulai >45-60 untuk menjaga imun dan kesehatan pada orang tua
agar tidak terkena beberapa penyakit dimasa mendatang pada saat benar-benar
dikategorikan lansia (>60 tahun). Senam lansia, hipertensi, yoga, aerobik, tera,
kebugaran, senam jantung sama-sama mempunyai manfaat untuk menurunkan
tekanan darah lansia. Oleh karena itu, lansia bisa memilih dari beragam macam
disesuaikan dengan keinginannya dan pendapat lansia mengenai gerakannya,
karena gerakan senam tersebut sudah sesuikan terhadap kemampuan lansia.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil review yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa senam
lansi memiliki efek antihipertensi pada lansia. Tekanan darah turun saat pembuluh
darah rileks dan melebar, yang dapat mengendurkan pembuluh darah. Dari 20
jurnal yang telah ditemukan, meliputi penelitian senam hipertensi sebanyak 4
jurnal, senam lansia 4 jurnal, senam egonomis 2 jurnal, senam aerobik 2 jurnal,
senam kebugaran 2 jurnal, senam tera 1 jurnal, senam yoga 1 jurnal, dan senam
jantung 1 jurnal.
Hasil literature review ini menunjukkan bahwa senam dapat memberikan
beberapa manfaat bagi lansia, yaitu: Manfaat fisik dapat meningkatkan kondisi
fisik, keseimbangan tubuh, pernapasan, dan menurunkan tekanan darah pada
lansia hipertensi. Manfaat psikologis dapat meningkatkan kualitas tidur,
mengurangi insomnia, mengurangi depresi, mengurangi stres, dan menghilangkan
rasa sakit. Manfaat sosial dan lingkungan, serta manfaat fungsi kognitif, dapat
meningkatkan kognisi. Senam lansia tiga kali seminggu dengan durasi minimal 20
menit dan durasi maksimal 40 menit dengan durasi > 4 minggu lebih efektif untuk
mencapai berbagai keunggulan kualitas Kehidupan lansia juga akan meningkat.
Senam mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam membantu
lansia dengan hipertensi. Senam membantu lansia dengan hipertensi untuk
menurunkan tekanan darah tinggi atau hipertensi ke tekanan darah normal,tanpa
harus minum obat anti hipertensi terus menerus. Review penelitian dari 20 jurnal
itu menunjukan bahwa sebagian besar hasil peneltian tersebut menyatakan ada
pengaruh penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi dengan
berbagai faktor yang terkait didalam setiap jurnal. Ke-20 jurnal tersebut memiliki
kesamaan umur sampel penelitian dan desain penelitian untuk mencapai hasil
yang hampir sama, ke-20 jurnal tersebut juga memiliki perbedaan jumlah sampel
penelitian dan data variabel yang digunakan

DAFTAR RUJUKAN

You might also like